• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI - DOCRPIJM de4abad86b BAB IIIBAB III OK FINAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DAFTAR ISI - DOCRPIJM de4abad86b BAB IIIBAB III OK FINAL"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

i

DAFTAR ISI

3.1 Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang CIpta Karya dan Arahan Penataan

Ruang

... 1

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya ... 1

3.1.2 Arahan Penataan Ruang ... 11

Strategi Operasionalisasi Rencana Pola Ruang dan Struktur Ruang Khususnya Untuk Bidang Cipta Karya ... 37

Arahan RTRW Kawasan Strategis Nasional ... 37

Cakupan delineasi wilayah yang ditetapkan dalam KSN. ... 38

Arahan kepentingan penetapan KSN ... 38

Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang ... 40

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) ... 44

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) ... 45

3.1.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

... 46

Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah... 54

3.2 RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA ... 62

3.2.1 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) ... 62

3.2.2 Pengembangan Kawasan (RPKPP) ... 63

Strategi Pembangunan Kabupaten / Kota

... 64

Strategi Pembangunan Kawasan

... 64

3.2.3 Rencana Induk Sistem PAM Kabupaten Minahasa Utara ... 64

3.2.4 Strategi Sanitasi Kota (SSK) ... 65

Kerangka Pengembangan Sanitasi

... 65

Visi dan Misi

... 65

Sektor Persampahan ... 76

(2)

1 BAB III

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1 Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang CIpta Karya dan Arahan Penataan Ruang

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

❖ Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

Sesuai Undang-Undang No 17 Tahun 2007, visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional 2000-2025 adalah untuk mewujudkan INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL

DAN MAKMUR. RPJPN 2005-2025 dilaksanakan dalam empat tahapan rencana

pembangunan jangka menengah (RPJM), yang masing-masing tahapan telah pula

memuat rumusan indikatif arahan prioritas kebijakan. Sesuai arahan RPJPN,

pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015- 2019) ditujukan untuk lebih memantapkan

pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian

daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan

sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Hal ini

untuk memastikan bahwa Indonesia memiliki landasan pembangunan yang mantap

sehingga bisa terlepas dari perangkap negara menengah, sehingga mulai tahun 2025

dapat memasuki gerbang untuk menjadi negara maju pada 2030.

Berdasarkan arahan RPJPN 2005-2025, pada periode 2015-2019 daya saing

perekonomian Indonesia semakin kuat dan kompetitif, salah satunya melalui

terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh mantapnya kerja sama

pemerintah dan dunia usaha. RPJPN juga mengarahkan terpenuhinya penyediaan air

minum & sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, yang dapat diartikan

meningkatkan akses air minum dan sanitasi bagi seluruh penduduk Indonesia (akses

100%). Sejalan dengan itu, pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan

prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat. Kondisi itu

semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh. Pengembangan

infrastruktur perdesaan juga akan terus dikembangkan, terutama untuk mendukung

(3)

2 Gambar 3.1. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025

Sumber : Renstra Ditjen Cipta Karya 2015

❖ Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka menengah

hasil penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang kemudian disandingkan

dengan Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil Presiden (Nawa Cita).

Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka panjang, periode

2015-2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik kritis untuk meletakkan

landasan yang kokoh untuk mendorong ekonomi Indonesia agar dapat maju lebih cepat

dan bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara berpenghasilan menengah

menjadi negara maju dengan penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun

demikian, upaya peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan

kondisi peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan

berjiwa gotong royong, dan masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial,

serta postur perekonomian yang semakin mencerminkan pertumbuhan yang

berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya

manusia serta kemampuan IPTEK dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar

sektor ekonomi dan antar wilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan antara

manusia dan lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk

tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan

(4)

3 Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015-2019

adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan

ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk

mendukung agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti

membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa

dalam kerangka negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya

saing ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019

adalah mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.

Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk

mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar

(perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi

untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal

perkotaan, yang seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan

peran kerjasama Pemerintah-Swasta. Adapun sasaran pokok yang ingin dicapai pada

tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah

terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang

layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses

terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam

rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah.

Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019

adalah sebagai berikut:

1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen;

2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia;

3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;

4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga

air, hemat air dan simpan air secara nasional;

5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung;

6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah

dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar;

7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk

keserasiannya terhadap lingkungan

Sasaran pembangunan perkotaan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah

sebagai berikut:

1. Pembangunan 5 kawasan metropolitan baru di luar Pulau Jawa-Bali sebagai Pusat

(5)

4 pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya guna mempercepat pemerataan

pembangunan di luar Pulau Jawa;

2. Peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen pembangunan di 7

kawasan perkotaan metropolitan yang sudah ada untuk diarahkan sebagai Pusat

Kegiatan Nasional (PKN) berskala global guna meningkatkan daya saing dan

kontribusi ekonomi;

3. Pengembangan sedikitnya 20 kota otonom di luar Pulau Jawa – Bali khususnya di KTI

yang diarahkan sebagai pengendali (buffer) arus urbanisasi ke Pulau Jawa yang

diarahkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta

menjadi percotohan (best practices) perwujudan kota berkelanjutan;

4. Pembangunan 10 kota baru publik yang mandiri dan terpadu di sekitar kota atau

kawasan perkotaan metropolitan yang diperuntukkan bagi masyarakat

berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan sebagai pengendali (buffer)

urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan metropolitan;

5. Perwujudan 39 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal

(PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

❖ Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Cipta Karya

Kebijakan Umum Ditjen Cipta Karya

Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya

diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Jenderal

Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa Pengaturan, Pembinaan, dan

Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan pembangunan (Bang).

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah menyelenggarakan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman,

pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum,

pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta

persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam

menyelenggarakan tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi:

a. perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman,

pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum,

pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta

(6)

5

b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman,

pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum,

pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta

persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan

kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem

penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan

drainase lingkungan serta persampahan;

d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan

permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem

penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan

drainase lingkungan serta persampahan;

e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan

permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem

penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan

drainase lingkungan serta persampahan;

f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan

g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta

Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi

Pemerintah Dareah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat

melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem,

Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan

memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi

Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada

Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan

teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan

masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan infrastruktur

(7)

6 Tabel 3.1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas pembangunan

dikerjakan bersama pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi maupun

Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, peran pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta

Karya lebih terfokus kepada tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan

(Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan strategi,

penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar

Pelayanan Minimal (SPM) serta tugas-tugas lain yang bersifat penyusunan perangkat

peraturan. Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam bentuk dukungan

perencanaan, pemberian bantuan administrasi dan teknis, supervisi serta konsultasi.

Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukan dalam bentuk monitoring

dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini

didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai dukungan dari

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga melakukan

kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan Undang-Undang

Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan melakukan pembangunan

infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta infrastruktur untuk kepentingan

nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan

dalam rangka pemenuhan SPM sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk

meningkatkan komitmennya dalam melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya.

Pemda juga bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang

(8)

7 Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan pendekatan pola

pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran serta masyarakat dalam

pembangunan lingkungannya. Untuk tugas pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi

Khusus (DAK) untuk memenuhi target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang

diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan

kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah,

yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk

melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak.

Gambar 3.2 Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementrian PUPR 2015-2019

Sumber : Renstra Ditjen Cipta Karya 2015

Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan perlu

diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan (Undang-Undang,

Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik spasial maupun sektoral. Selain itu,

perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya juga memperhatikan

kondisi eksisting, isu strategis, serta potensi daerah.

Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mendukung

pengembangan wilayah pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). WPS merupakan

wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan prioritas pembangunan yang didukung

(9)

8 stakeholder. Dalam Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 telah ditetapkan 35 WPS

yang merepresentasikan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan mereflksikan

amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah dimulai dari pinggiran dan perwujudan

konektivitas dan keberpihakan terhadap maritime

Tabel 3.2 Pengelompokan WPS

Selanjutnya pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat akan diterpadukan pertama, dengan pengembangan 16 Kawasan Srategis

Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP) yang terdiri dari Pulau Sumatera (KSPNP Danau

Toba dsk); Pulau Jawa (KSPNP: Kep Seribu dsk, Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, Borobudur

dsk, dan BromoTengger-Semeru dsk); Pulau Bali- Nusa Tenggara (KSPNP:

Kintamani-Danau Batur dsk, Menjangan-Pemuteran dsk, Kuta-Sanur-Nusa Dua dsk, Rinjani dsk,

Pulau Komodo dsk, dan Ende-Kelimutu dsk); Pulau Kalimantan (KSPNP Tanjung Puting

dsk); Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja dsk, Bunaken dsk, dan Wakatobi dsk); dan

Kepulauan Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk).

Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan 22 Kawasan Industri Prioritas

(KIP), yaitu Pulau Sumatera (KIP: Kuala Tanjung, Sei Mangkei, dan Tanggamus); Pulau

Jawa (KIP: Tangerang, Cikarang, Cibinong, Karawang, Bandung, Cirebon, Tuban,

Surabaya, dan Pasuruan); Kalimantan (KIP: Batulicin, Ketapang, dan Landak); Pulau

Sulawesi (KIP: Palu, Morowali, Bantaeng, Bitung, dan Konawe); Kepulauan Maluku (KIP

Buli /Halmahera Timur); dan Pulau Papua (KIP Teluk Bintuni).

Ketiga, diterpadukan dengan program Pengembangan Perkotaan KSN, PKW dan PKSN/

Kota Perbatasan yang terdiri dari Pulau Sumatera (9 PKN, 58 PKW, 4 PKSN); Pulau

(10)

9 Kalimantan (5 PKN, 25 PKW, 10 PKSN); Pulau Sulawesi (5 PKN, 27 PKW, 2 PKSN);

Kepulauan Maluku (2 PKN, 11 PKW, 4 PKSN); dan Pulau (3 PKN, 11 PKW, 3 PKSN).

Keempat, diterpadukan dengan program pengembangan Tol Laut sebanyak 24 buah

(pelabuhan hub dan pelabuhan feeder) yang meliputi Pulau Sumatera (Malahayati,

Belawan, Kuala Tanjung, Teluk Bayur, Panjang, Batu Ampar, Jambi: Talang Duku, dan

Palembang: Boom Bar); Pulau Jawa (Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas);

Pulau Kalimantan (Sampit, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan: Kariangau, dan

Pontianak); Pulau Bali dan Nusa Tenggara (Kupang); Pulau Sulawesi (Makasar,

Pantoloan, Kendar dan Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan Ambon); dan

Pulau Papua (Sorong dan Jayapura).

Dalam rangka pengembangan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan,

Direktorat Jenderal Cipta Karya mengembangkan konsep perencanaan pembangunan

infrastruktur Bidang Cipta Karya yang terintegrasi dalam Rencana Terpadu dan Program

Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya, sebagai upaya

mewujudkan keterpaduan pembangunan di kabupaten/kota. RPI2-JM Bidang Cipta

Karya disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui fasilitasi Pemerintah Provinsi

yang mengintegrasikan kebijakan skala nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, baik

kebijakan spasial maupun sektoral. RPI2-JM, selain mengacu pada rencana spasial dan

arah pembangunan nasional/daerah, juga mengintegrasikan rencana sektoral Bidang

Cipta Karya, antara lain Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi

Sanitasi Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dalam rangka

mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman yang berkelanjutan. Melalui

perencanaan yang rasional dan inklusif, diharapkan keterpaduan pembangunan Bidang

Cipta Karya dapat terwujud, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan,

kelembagaan, dan kemampuan keuangan daerah. Pedoman penyusunan RPI2-JM

bidang Cipta Karya telah ditetapkan dalam Surat Edaran Dirjen Cipta Karya No

6/SE/DC/2014.

Dalam mewujudkan sasaran 100-0-100 diperlukan peningkatan pendanaan yang

signifikan dalam bidang Cipta Karya. Diperkirakan kebutuhan dana mencapai mencapai

Rp. 830 Triliun untuk mencapai sasaran tersebut dalam jangka waktu 5 tahun.

Pemerintah Pusat yang selama ini mendominasi pendanaan pembangunan bidang Cipta

Karya pada periode 2010-2014 (66,96% dari total seluruh pendanaan pembangunan),

mempunyai keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan prakiraan

(11)

10 pendanaan tersebut. Berdasarkan skenario optimis maka pemerintah pusat dapat

berkontribusi terhadap 30-35% dari porsi pendanaan tersebut.

Untuk mengatasi gap pendanaan, maka sumber-sumber pendanaan alternatif dari para

pemangku kepentingan lainnya perlu ditingkatkan. Pemerintah Daerah sebagai ujung

tombak penyelenggaraan pembangunan bidang Cipta Karya perlu meningkatkan

komitmen sehingga kontribusi pendanaannya meningkat dari 14,7% menjadi 25% pada

periode 2015-2019. Sektor swasta dan perbankan yang selama ini hanya berperan dalam

2,25% dari total pembangunan bidang Cipta Karya, perlu didorong melalui skema KPS

maupun CSR sehingga peranannya meningkat signifikan menjadi 15%. Masyarakat juga

dapat berkontribusi melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat ataupun kegiatan.

Gambar 3.3 Strategi Pembiayaan Gerakan 100-0-100

swadaya masyarakat sehingga diharapkan dapat berkontribusi 13% terhadap

porsi pendanaan. Dukungan pinjaman dan hibah luar negeri juga akan dimanfaatkan,

meskipun porsi kontribusinya dikurangi dari 16% menjadi 7% pada tahun 2015-2019

untuk mengurangi beban hutang negara. Kebijakan kemitraan dan peningkatan

partisipasi para stakeholder merupakan strategi utama dalam mewujudkan sasaran

100-0-100.

Untuk meningkatkan efektifitas pencapaian sasaran Gerakan Nasional 100-0-100 perlu

juga sinergi kemitraan dengan Kementerian/Lembaga lainnya, antara lain:

❖ Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, terkait perbaikan rumah tidak

layak huni dan pembangunan Rusunawa di kawasan permukiman kumuh;

❖ Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, terkait penyediaan air baku dan

penanganan kawasan rawan genangan;

❖ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, terkait keterpaduan perencanaan

dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional bidang perumahan dan

(12)

11 ❖ Kementerian Kesehatan, terkait perubahan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS);

❖ Kementerian Dalam Negeri, terkait pengembangan kapasitas Pemerintah Daerah;

❖ Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terkait pengelolaan persampahan;

❖ Kementerian Kelautan dan Perikanan, terkait pengembangan kawasan permukiman

nelayan/pesisir dan pulau terluar;

❖ Kementeran Agraria dan Tata Ruang, terkait keterpaduan pembangunan

berdasarkan RTRW dan RDTR;

❖ Badan Nasional Pengembangan Kawasan Perbatasan, terkait pengembangan

kawasan perbatasan

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

❖ Arahan RTRW Nasional

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah

No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang

dijadikan sebagai pedoman untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,

b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,

d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan

antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor,

e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,

f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan

g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM

kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Kriteria:

i. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan

ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,

ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri

dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama

(13)

12

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Kriteria:

i. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan

ekspor-impor yang mendukung PKN,

ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri

dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang

melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

Kriteria:

i. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara

tetangga,

ii. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang

menghubungkan dengan negara tetangga,

iii. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan

wilayah sekitarnya, dan/atau

iv. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat

mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:

i. Pertahanan dan keamanan,

a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan

negara berdasarkan geostrategi nasional,

b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihanmiliter, daerah pembuangan

amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba

sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau

c) merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang

berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

ii. Pertumbuhan ekonomi,

a) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

b) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi

nasional,

c) memiliki potensi ekspor,

d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,

(14)

13 f) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam

rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,

g) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka

mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

h) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

iii. Sosial dan budaya

a) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya

nasional,

b) merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri bangsa,

c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan

dilestarikan,

d) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,

e) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau

f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

iv. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

a) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

b) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis

nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir

c) memiliki sumber daya alam strategis nasional

d) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa

e) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau

f) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

v Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

a) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,

b) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang

c) ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir

punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,

d) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun

berpeluang menimbulkan kerugian negara,

e) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro

f) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup

g) rawan bencana alam nasional

h) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas

(15)

14

❖ Arahan RTRW Pulau

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari

RTRWN.

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup

arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan

pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan

wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.

c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk

bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah,

persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.

❖ Tujuan Penataan Ruang Pulau Sulawesi

a. pusat pengembangan ekonomi kelautan berbasis keberlanjutan pemanfaatan sumber

daya kelautan dan konservasi laut;

b. lumbung pangan padi nasional di bagian selatan Pulau Sulawesi dan lumbung

pangan jagung nasional di bagian utara Pulau Sulawesi;

c. pusat perkebunan kakao berbasis bisnis di bagian tengah Pulau Sulawesi;

d. pusat pertambangan mineral, aspal, panas bumi, serta minyak dan gas bumi di Pulau

Sulawesi;

e. pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta

penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

(Meeting, Incentive, Convention and Exhibition/MICE);

f. kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang

berbatasan dengan Negara Filipina dan Negara Malaysia dengan memperhatikan

keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan

masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup;

g. jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antar

wilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah;

h. kawasan perkotaan nasional yang berbasis mitigasi dan adaptasi bencana; dan

i. kelestarian kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tetap paling sedikit

40% (empat puluh persen) dari luas Pulau Sulawesi sesuai dengan kondisi

(16)

15

❖ Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Pulau Sulawesi

1) Kebijakan untuk mewujudkan pusat pengembangan ekonomi kelautan berbasis

keberlanjutan pemanfaatan sumber daya kelautan dan konservasi laut,

2) Strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat

pengembangan perikanan berbasis mitigasi dan adaptasi dampak pemanasan global

3) Strategi untuk pengembangan kawasan minapolitan dengan memperhatikan

potensi lestari

4) Strategi untuk pelestarian kawasan konservasi laut yang memiliki keanekaragaman

hayati tinggi

5) Kebijakan untuk mewujudkan lumbung pangan padi nasional di bagian selatan Pulau

Sulawesi dan lumbung pangan jagung nasional di bagian utara Pulau Sulawesi

6) Strategi untuk pengembangan sentra pertanian tanaman pangan padi dan jagung

yang didukung dengan industri pengolahan dan industri jasa untuk mewujudkan

ketahanan pangan nasional

7) Strategi untuk pengembangan jaringan prasarana sumber daya air untuk

meningkatkan luasan lahan pertanian tanaman pangan padi dan jagung

8) Strategi untuk pemertahanan kawasan peruntukan pertanian pangan berkelanjutan

9) Kebijakan untuk mewujudkan pusat perkebunan kakao berbasis bisnis di bagian

tengah Pulau Sulawesi

10) Strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industry

pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan kakao yang bernilai tambah tinggi

dan ramah lingkungan

11) Strategi untuk pengembangan sentra-sentra perkebunan kakao dengan prinsip

pembangunan berkelanjutan

12) Kebijakan untuk mewujudkan pusat pertambangan mineral, aspal, panas bumi,

serta minyak dan gas bumi di Pulau Sulawesi

13) Strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat

pengembangan pertambangan mineral berupa nikel serta minyak dan gas bumi

yang ramah lingkungan

14) Strategi untuk pengembangan kawasan peruntukan pertambangan mineral, aspal,

panas bumi, serta minyak dan gas bumi dengan memperhatikan daya dukung dan

daya tampung lingkungan hidup

15) Kebijakan untuk mewujudkan pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan,

bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif,

(17)

16

16) Strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat

pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, serta penyelenggaraan

pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

17) Strategi untuk pengembangan kawasan peruntukan pariwisata cagar budaya dan

ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan,

perjalanan insentif, konferensi dan pameran

18) Kebijakan untuk mewujudkan kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan

dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara Filipina dan Negara

Malaysia dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan

keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup

19) Strategi untuk pengembangan kawasan perbatasan negara dengan pendekatan

kesejahteraan, pertahanan dan keamanan negara, serta lingkungan hidup

20) Strategi untuk pemertahanan eksistensi 14 (empat belas) pulau kecil terluar yang

meliputi Pulau Lingian, Pulau Salando, Pulau Dolangan, Pulau Bangkit (Bongkil),

Pulau Mantewaru, Pulau Makalehi, Pulau Kawalusu, Pulau Kawio, Pulau Marore,

Pulau Batu Bawaikang, Pulau Miangas, Pulau Marampit, Pulau Intata, dan Pulau

Kakarutan sebagai titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia

21) Kebijakan untuk mewujudkan jaringan transportasi antarmoda yang dapat

meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka

keterisolasian wilayah

22) Strategi untuk pengembangan jaringan transportasi yang terpadu untuk

meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi, dan daya saing ekonomi wilayah

23) Strategi untuk pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan

aksesibilitas kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi,

termasuk pulau-pulau kecil

24) Kebijakan untuk mewujudkan kawasan perkotaan nasional yang berbasis mitigasi

dan adaptasi bencana

25) Strategi untuk pengendalian perkembangan kawasan perkotaan dan wilayah pesisir

yang rawan bencana

26) Strategi untuk pengembangan prasarana dan sarana perkotaan pada kawasan

rawan bencana

27) Kebijakan untuk mewujudkan kelestarian kawasan berfungsi lindung yang

bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari luas pulau

(18)

17 28) Strategi untuk pemantapan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi kawasan

berfungsi lindung yang terdegradasi

29) Strategi untuk pengendalian kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggu

kawasan berfungsi lindung

30) Strategi untuk pengembangan koridor ekosistem antarkawasan berfungsi

konservasi

Arahan RTRW Provinsi

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah

Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi yaitu:

➢ Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang

Arahan pengembangan Pola Ruang

A. Rencana Kawasan Lindung

Rencana Kawasan Lindung di wilayah Provinsi Sulawesi Utara seluas 701.855 Ha

meliputi:

1) Kawasan hutan lindung;

2) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, berupa

kawasan resapan air;

3) Kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai, sempadan sungai,

kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata air;

4) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: kawasan suaka

alam laut, suaka margasatwa, cagar alam, kawasan pantai berhutan bakau, taman

nasional dan taman nasional laut, taman wisata alam darat dan taman wisata alam

laut, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

5) Kawasan rawan bencana alam, meliputi: rawan gempa, rawan tanah longsor, rawan

gelombang pasang, kawasan rawan gerakan tanah dan rawan banjir;

6) Kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi dan kawasan rawan

bencana alam geologi.

7) Kawasan perubahan peruntukan yang berdampak penting atau cakupan yang luas

(DPCLS).

Adapun kawasan lindung meliputi:

a. Kawasan Hutan Lindung

Kawasan hutan lindung seluas 162.099 adalah kawasan hutan yang memiliki sifat

(19)

18 sekitarnya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta memelihara

kesuburan tanah. Kawasan hutan lindung meliputi:

a. Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow

Selatan, Bolaang Mongondow Utara, dan Kotamobagu;

b. Minahasa;

c. Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara;

d. Minahasa Utara;

e. Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;

f. Kepulauan Talaud;

g. Bitung;

h. Manado, meliputi bakau dan darat;

i. Tomohon.

b. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya berupa Kawasan

Resapan Air

Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk

meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer) yang

berguna sebagai sumber air. Kawasan resapan air meliputi :

a. Kawasan Bulude Sahengbalira dan Kalumelahana, Bentihu Langinang,

Bialangsoa, Palenti, Wulo, Batukakiraeng, Sahendarumang, Pananembaen,

Bongkonsio dan Batungbakara di Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro;

b. Puncak tertinggi Pulau Karakelang di Kepulauan Talaud, sekitar Gunung

Soputan di Minahasa Selatan dan Minahasa, Gunung Lokon, Gunung Tatawiran

di Tomohon, Gunung Tumpa di Manado dan Gunung Klabat, Gunung Dua

Saudara di Minahasa Utara dan Bitung;

c. Pegunungan Buludaweketan dengan puncak-puncaknya adalah Gunung Poniki,

Gunung Matabulewa, Gunung Bumbungon di Bolaang Mongondow;

d. Daerah yang memiliki kemiringan lahan diatas 30º ditetapkan sebagai kawasan

resapan air yang tersebar di seluruh wilayah provinsi.

c. Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat terdiri atas sempadan pantai, sempadan sungai,

(20)

19 a. Kawasan Sempadan Pantai, dengan lebar 100 meter dari pasang muka air laut

tertinggi, mencakup seluruh garis pantai terutama yang berpotensi abrasi di

seluruh wilayah provinsi;

b. Kawasan Sempadan Sungai, dengan lebar 100 meter dari muka air sungai,

mencakup wilayah sungai-sungai besar yang terdapat di wilayah Provinsi, yaitu

Sungai Ranoyapo, Sungai Poigar, Ongkak Mongondow, Sungai Sangkup, Sungai

Tondano, Sungai Malalayang, Sungai Ranowangko dan Sungai Talawaan;

c. Kawasan Sempadan Danau, dengan lebar 100 meter dari muka air danau, yaitu

Danau Tondano (Minahasa) dan Danau Moat (terdapat di Minahasa Selatan dan

Bolaang Mongondow), Danau Iloloi (Bolaang Mongondow), Danau Tampusu

(Minahasa), Danau Mokobang, Danau Bulilin (Minahasa Selatan), Danau

Pangolombian dan Danau Linow (Kota Tomohon); serta Danau Makalehi dan

Danau Kapeta (Kepulauan Siau Tagulandang Biaro);

d. Kawasan sekitar mata air, dengan lebar 200 meter dari pusat mata air, meliputi

semua wilayah yang ada di wilayah Provinsi.

d. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya

a. Suaka Alam (SA) Laut, meliputi:

1. SA Laut Selat Lembeh di Bitung;

2. SA Laut Sidat di Minahasa dan Minahasa Selatan.

b. Suaka Margasatwa (SM) dan Suaka Marga Satwa Laut, meliputi:

1. SM Gunung Manembo-nembo, di Minahasa dan Minahasa Selatan;

2. SM Karakelang Utara - Selatan di Kepulauan Talaud.

c. Cagar Alam (CA) dan Cagar Alam Laut, meliputi:

1. CA Dua Saudara, di Bitung;

2. CA Tangkoko-Batuangus, di Bitung;

3. CA Gunung Ambang, terbagi antara Minahasa Selatan dan Bolaang

Mongondow.

4. CA Gunung Lokon di Tomohon.

e. Kawasan Rawan Bencana Alam

a. Kawasan rawan gempa, meliputi seluruh wilayah Provinsi yaitu kawasan berada

disekitar wilayah patahan lempeng kulit bumi terluar.

b. Kawasan rawan tanah longsor, meliputi:

1. Kepulauan Sangihe dan Siau Tagulandang Biaro: Manganitu, Tamako dan

(21)

20 2. Manado : Kec. Wanea, Kec. Singkil, Kec. Tuminting, Kec. Tikala, Kec.

Mapanget, Kec. Bunaken, Kec. Malalayang, dan Kec. Wenang;

3. Jalur jalan Manado-Amurang;

4. Jalur jalan Manado-Tomohon;

5. Jalur jalan Noongan-Ratahan-Belang (Minahasa Tenggara); dan

6. Torosik (Bolaang Mongondow Selatan).

c. Kawasan rawan gelombang pasang yang meliputi pesisir pantai utara dan

selatan Provinsi yang memiliki elevasi rendah;

d. Kawasan rawan gerakan tanah di Gunung Lokon Kota Tomohon, Gunung Api

Klabat di Kabupaten Minahasa Utara, dan Gunung Soputan di Kabupaten

Minahasa Selatan serta kawasan sekitar danau Tondano di Kabupaten

Minahasa Selatan.

e. Kawasan rawan banjir yang meliputi daerah muara sungai, dataran banjir dan

dataran aluvial terutama di sepanjang sungai di Manado, Bolaang Mongondow

Utara, Bolaang Mongondow, Minahasa Tenggara, dan Bolaang Mongondow

Timur.

f. Kawasan Lindung Geologi

a. Kawasan Cagar Alam Geologi yang terletak di Lahendong dan sekitarnya di

Tomohon sebagai kawasan yang memiliki keunikan geologi, Leilem dan

sekitarnya di Minahasa dan Bukit Kasih Kanonang Kawangkoan di Minahasa,

Kawasan Cagar Alam Geologi yang memiliki keunikan proses geologi berupa

kemunculan solfatara dan fumarol yang terletak di Gunung Awu Kabupaten

Kepulauan Sangihe, Gunung Banua Wuhu di Kabupaten Kepulauan Sangihe,

Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Gunung Karakelang di

Kabupaten Kepulauan Talaud, Gunung Tangkoko di Kota Bitung, Gunung

Mahawu di Kota Tomohon, Gunung Lokon Empung di Kota Tomohon dan

Gunung Soputan di Kabupaten Minahasa Selatan.

b. Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi, yang meliputi 9 (sembilan) gunung

berapi aktif, yaitu:

1. Gunung Awu, dengan ketinggian kurang lebih 1.320 m dpl, berada di bagian

utara Kepulauan Sangihe dan Gunung Mahangetang (dibawah laut) di Kec.

Tatoareng, serta Gunung Api Bawah Laut P. Lipang, Kec. Marore, Kepulauan

(22)

21 2. Gunung Karangetang, dengan ketinggian kurang lebih 1.827 m dpl, berada

di bagian utara Pulau Siau (Kepulauan Siau Tagulandang Biaro);

3. Gunung Ruang, dengan ketinggian kurang lebih 714 m dpl dan Gunung

Submarine Banua Wuhu di Kecamatan Tamako Kabupaten Kepulauan

Sangihe;

4. Gunung Soputan di Minahasa Selatan;

5. Gunung Lokon, dengan ketinggian kurang lebih 1.580 m dpl dan Gunung

Mahawu, dengan ketinggian kurang lebih 1.311 m dpl di Tomohon;

6. Gunung Ambang, dengan ketinggian kurang lebih 1.689 m dpl di Bolaang

Mongondow;

7. Gunung Tangkoko di Bitung;

8. Gunung Sub Marine 1922 di Kabupaten Kepulauan Sangihe; dan

9. Gunung Karakelang, di Kabupaten Kepulauan Talaud.

c. Kawasan Rawan Gempa Bumi meliputi kawasan yang terletak di zona patahan

aktif, yaitu: Sesar Amurang - Belang, Sesar Ratatotok, Sesar Likupang, Selat

Lembeh, Sesar yang termasuk dalam sistem sesar Bolaang Mongondow, dan

sesar Manado - Kema.

d. Kawasan Rawan Gelombang Tsunami meliputi daerah pesisir pantai dengan

elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami yang

tersebar diseluruh wilayah provinsi.

g Kawasan Perubahan Peruntukan Yang Berdampak Penting Dan Cakupan Yang

Luas Serta Bernilai Strategis (DPCLS).

Kawasan perubahan peruntukan yang berdampak penting dan cakupan yang luas

serta bernilai strategis (DPCLS), meliputi :

a. Kabupaten Bolaang Mongondow dengan luasan kurang lebih 222.98 Ha;

b. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dengan luasan kurang lebih 10.17 Ha;

c. Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan luasan kurang lebih 59.40 Ha;

d. Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan luasan kurang lebih 4.96 Ha;

e. Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dengan luasan kurang lebih

65.21 Ha;

f. Kabupaten Minahasa Selatan dengan luasan kurang lebih 92.90 Ha;

g. Kabupaten Minahasa Utara dengan luasan kurang lebih 103.62 Ha;

h. Kota Bitung dengan luasan kurang lebih 52.46 Ha;

(23)

22

B. Rencana Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang kondisi fisik dan

potensi sumber daya alamnya dapat dan perlu dimanfaatkan baik bagi kepentingan

produksi (kegiatan usaha) maupun pemenuhan kebutuhan permukiman. Oleh karena

itu, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Utara 2014-2034, penetapan

kawasan ini dititik beratkan pada usaha untuk memberikan arahan pengembangan

berbagai kegiatan budidaya sesuai dengan potensi sumber daya yang ada dengan

memperhatikan optimasi pemanfaatannya.

Kawasan Budidaya meliputi:

a Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf

a, meliputi:

a. Kawasan hutan produksi terbatas, yaitu Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Terbatas (HPT) di Provinsi Sulawesi Utara dengan luas kurang lebih 213.836 Ha

dari luas Provinsi, meliputi: HPT Salibabu I & II, HPT Kabaruan di Pulau Salibabu,

Kepulauan Talaud; HPT Pulau Bangka, HPT Pulau Talise, HPT Gunung Wiau, HPT

Saoan di Minahasa Utara; HPT Gunung Tatawiran dan HPT Gunung Insarang di

Minahasa dan Tomohon; HPT Kayuwatu di Minahasa; HPT Sungai Togop, HPT

Gunung Surat , HPT Gunung Sinonsayang, HPT Gunung Simbalang, dan HPT

Gunung Mintu di Minahasa Selatan; HPT Sungai Ayong-Lobong, HPT Sungai

Andagile – Sungai Gambuta – Sungai Biau, HPT Molibagu-Pinolosian-Kombot,

HPT Sungai Tanganga – Sungai Salongo – Sungai Molibagu, HPT Sungai Dumoga,

HPT Mintu, dan HPT Gunung Bumbungon di Bolaang Mongondow.

b. Kawasan hutan produksi tetap, yaitu Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Tetap (HP) di wilayah Provinsi dengan luas kurang lebih 65.415 Ha dari luas

provinsi, yang meliputi : HP Tetap Sungai Ranoyapo I di Minahasa Selatan; dan

HP Sungai Ilangan I & II, Sungai Pililahunga – Sungai Milangodaa, Mataindo,

Matabulu, Inobonto-Poigar, Ongkak Mongondow di Bolaang Mongondow.

c. Kawasan hutan yang dapat dikonversi, yaitu Kawasan Peruntukan Hutan

Produksi dapat dikonversi (HPK) Bintauna di Bolaang Mongondow luas kurang

lebih 14.867 Ha dari luas wilayah Provinsi.

b Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat

Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat direncanakan pada lahan-lahan yang tidak

dimanfaatkan dan menanaminya dengan tanaman-tanaman yang dapat berfungsi

(24)

23 juga berfungsi ekologis. Rencana pengembangan kawasan hutan rakyat

dilaksanakan pada kebun Raya Minahasa di Minahasa dan Taman Hutan Rakyat

Gunung Tumpa di Manado dan Minahasa Utara.

c. Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan Peruntukan Pertanian, terdiri atas :

(1) Kawasan Peruntukan Tanaman Pangan, tersebar di seluruh wilayah provinsi,

terdapat di :

a. Dumoga, Lolayan dan Lolak di Kabupaten Bolaang Mongondow;

b. Bintauna - Bolangitang di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara;

c. Dimembe di Minahasa Utara;

d. Tondano di Minahasa;

e. Tumpaan di Manahasa Selatan;

f. Seluruh Kabupaten dan kota yang memiliki lahan berpotensi untuk

pengembangan budidaya tanaman pangan.

(2) Kawasan Peruntukan Hortikultura, terdiri atas:

a. Budidaya tanaman sayur-sayuran jenis dataran tinggi (kubis, wortel,

kentang, buncis, bawang daun) di Minahasa, Minahasa Selatan, Tomohon

dan di dataran tinggi Bolaang Mongondow, Modoinding, Modayag dan Passi

Kabupaten Bolaang Mongondow (MODASI);

b. Budidaya tanaman rambutan dikembangkan di Minahasa Selatan dan

Minahasa Utara;

c. Budidaya tanaman buah salak dikembangkan di Siau Tagulandang Biaro dan

Minahasa Tenggara;

d. Budidaya tanaman mangga, duku/langsat, durian dan pisang dikembangkan

di Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, dan Bolaang

Mongondow;

e. Budidaya tanaman semangka dikembangkan di Minahasa Selatan dan

Minahasa Tenggara;

f. Budidaya tanaman nanas dikembangkan di Bolaang Mongondow dan

Minahasa Selatan;

g. Budidaya tanaman matoa dikembangkan di Bolaang Mongondow, Bolaang

Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Timur dan Bolaang Mongondow

(25)

24 (3) Kawasan peruntukkan pertanian, berupa kawasan Agropolitan :

a. Klabat Minahasa Utara;

b. Pakakaan di Minahasa;

c. Agropolitan Modoinding;

d. Dumoga di Bolaang Mongondow;

e. Dagho di Kepulauan Sangihe;

f. Siau di Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;

g. Tombatu di Minahasa Tenggara.

(4) Kawasan Peruntukan Perkebunan, tersebar di seluruh wilayah provinsi, dengan

komoditas perkebunan yang dikembangkan adalah kelapa, cengkeh, pala,

cacao/coklat 13 komoditi, vanili dan kopi, jambu mente, casievera, lada, kemiri,

aren, jarak pagar, pisang abaka, kelapa sawit (Bolaang Mongondow dan

Bolaang Mongondow Utara);

(5) Kawasan Peruntukan Peternakan, meliputi kawasan peruntukan peternakan

unggas, kawasan peruntukan peternakan sapi, kawasan peruntukan

peternakan kuda, dan kawasan peruntukan peternakan babi;

(6) Kawasan peruntukan peternakan unggas berupa ayam kampung, ayam potong,

bebek, dan angsa tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi;

(7) Kawasan peruntukan peternakan sapi dan kuda, berada di Minahasa, Minahasa

Utara, Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan, Tomohon, Bolaang Mongondow,

Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Selatan dan Bolaang

Mongondow Timur;

(8) Kawasan peruntukan peternakan babi, berada di Minahasa, Minahasa Utara,

Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan, Tomohon, Manado, Bitung, Kepulauan

Talaud, Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;

(9) Pengembangan Kawasan Peruntukan Pertanian, berupa Kawasan Agropolitan

di Klabat Minahasa Utara, Kawasan Agropolitan Rurukan di Tomohon, Kawasan

Agropolitan Pakakaan di Minahasa, Kawasan Agropolitan Modoinding di

Minahasa Selatan, Kawasan Agropolitan Dumoga di Bolaang Mongondow,

Kawasan Agropolitan Dagho di Kepulauan Sangihe, Kawasan Agropolitan Siau di

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, dan kawasan peternakan di seluruh provinsi

dengan pengembangan infrastruktur penunjang jaringan transportasi darat,

laut, udara, jaringan sumber daya air, jaringan energi, jaringan telekomunikasi,

pasar komoditas, sentra produksi, rumah potong hewan, pasar ternak, dan

(26)

25 (10) Kawasan perkebunan komoditi unggulan :

a. Cengkeh : Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten

Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa tenggara, Kabupaten Bolaang

Mongondow Timur, dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan;

b. Kelapa : Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa, Minahasa

Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Bolaang Mongondow

Utara dan Kabupaten Bolaang Mongondow;

c. Kakao : Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara,

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan Bolaang Mongondow Timur;

d. Pala : Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang

Biaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud.

(11) Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), dengan luas kurang

lebih 405.000 Ha, terdiri dari :

a. Lahan sawah eksisting dengan luas kurang lebih 52.236,24 Ha, meliputi:

1. Minahasa, luas kurang lebih 7.576,91 Ha;

2. Minahasa Selatan, luas kurang lebih 5.390,88 Ha;

3. Minahasa Utara, luas kurang lebih 3.146,09 Ha;

4. Minahasa Tenggara, luas kurang lebih 2.977,78 Ha;

5. Bolaang Mongondow, luas kurang lebih 22.099,19 Ha;

6. Bolaang Mongondow Utara, luas kurang lebih 5.730,64 Ha;

7. Bolaang Mongondow Timur, luas kurang lebih 1.655,75 Ha;

8. Bolaang Mongondow Selatan, luas kurang lebih 1.331,63 Ha;

9. Kepulauan Sangihe, luas kurang lebih 9,10 Ha;

10. Kepulauan Talaud, luas kurang lebih 212,14 Ha;

11. Kota Manado, luas kurang lebih 79,96 Ha;

12. Kota Bitung, luas kurang lebih 79,39 Ha;

13. Kota Tomohon, luas kurang lebih 675,68 Ha;

14. Kota Kotamobagu, luas kurang lebih 1.271,14 Ha;

b. Lahan sawah cadangan dengan luas kurang lebih 55.124,73 Ha, meliputi:

1. Bolaang Mongondow, luas kurang lebih 18.818,25 Ha;

2. Bolaang Mongondow Selatan, luas kurang lebih 8.594,23 Ha;

3. Bolaang Mongondow Timur, luas kurang lebih 400,69 Ha;

4. Bolaang Mongondow Utara, luas kurang lebih 5.090,31 Ha;

(27)

26 6. Minahasa Selatan, luas kurang lebih 8.409,32 Ha;

7. Minahasa Tenggara, luas kurang lebih 6.884,42 Ha;

8. Minahasa Utara, luas kurang lebih 4.357,96 Ha;

c. Lahan kering (holtikultura, tanaman pangan, agropolitan dan peternakan),

tersebar diseluruh Kabupaten / Kota di Provinsi Sulawesi Utara.

d. Kawasan Peruntukan Kelautan dan Perikanan

Kawasan Peruntukan Perikanan, terdiri atas :

(1) Kawasan peruntukan perikanan tangkap meliputi sepanjang pesisir laut yang

terdapat di Kepulauan Talaud, Kepulauan Sangihe, Kepulauan Siau Tagulandang

Biaro, Manado, Bitung, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan,

Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow

Selatan,Bolaang Mongondow Timur, dan Minahasa.

(2) Kawasan peruntukan perikanan budidaya (perikanan budidaya ikan dan rumput

laut) meliputi sepanjang pesisir laut di Manado, Bitung, Minahasa Utara,

Tomohon (Budidaya Air Tawar) Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan,

Minahasa, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang

Mongondow Selatan, Mongondow Timur, Kotamobagu (Budidaya Air Tawar)

dan Danau Tondano (Budidaya Air Tawar) di Minahasa, Sangihe, Sitaro, Talaud.

(3) Pengelolaan ruang wilayah laut dilakukan melalui penetapan Zonasi Wilayah

Pesisir dan Pulau-pulau kecil.

(4) Kawasan pengolahan ikan berupa pelabuhan perikanan meliputi Pelabuhan

Perikanan Samudera (PPS) Bitung, Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Dagho di

Kepulauan Sangihe dan PPP Tumumpa di Manado, Pelabuhan Pendaratan Ikan

(PPI) Amurang di Minahasa Selatan, PPI Belang di Minahasa Tenggara, PPI

Boroko di Bolaang Mongondow Utara, PPI Dodepo di Bolaang Mongondow

Selatan, PPI Kema, PPI Likupang, PPI Wori di Minahasa Utara, PPI Kali Jengki di

Manado, dan PPI di Kepulauan Talaud.

(5) Kawasan industrialisasi perikanan terdapat di : Kepulauan Talaud, Kepulauan

Sangihe, Minahasa Utara, Sitaro, Manado, Tomohon, Minahasa Selatan,

Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow, Bitung, Minahasa, Minahasa

Tenggara, Bolaang Mongondow Timur, Kotamobagu, Bolaang Mongondow

Selatan.

(6) Pengelolaan dan pengembangan Kawasan Minapolitan Wilayah Provinsi,

(28)

27 a. Existing : Kepulauan Sangihe, Manado, Minahasa Utara, Bolaang

Mongodow Utara, Minahasa Selatan, Bitung, Minahasa, Minahasa

tenggara, Bolaang Mongondow;

b. Proyeksi : Kepulauan Talaud, Kepulauan Sitaro, Bolaang Mongondow Selatan,

Bolaang Mongondow Timur.

(7) Pengembangan Kawasan Konservasi : Konservasi Laut Mane’e di Pulau Intata

Kepulauan Talaud, Kawasan Konservasi Laut Daerah di Kepulauan Sangihe,

Kawasan Konservasi Laut Daerah di Sitaro, Konservasi Terumbu Karang di

Malayang – Kalasey, Konservasi Terumbu Karang Minahasa Utara (Desa Bahoi),

Bolaang Mongondow Utara (Proyeksi), Kawasan Konservasi Laut Daerah di

Minahasa Selatan (Desa Blongko, Kecamatan Tatapaan Desa Wawontulap

sampai Arakan), Bolaang Mongondow, Bitung, Konservasi Penyu di (Kecamatan

Kombi desa Toloun sampai Parentek) Minahasa (Proyeksi), Minahasa Tenggara

(Desa Tumbak dan Desa Bentenan), Bolaang Mongondow Timur, Bolaang

Mongondow Selatan.

(8) Reklamasi pantai, pemerintah, pemerintah daerah dan setiap orang yang akan

melaksanakan reklamasi wajib membuat perencanaan reklamasi, yaitu :

penentuan lokasi, penyusunan rencana induk, studi kelayakan, dan penyusunan

rencana detail. Penentuan lokasi reklamasi dan lokasi sumber material

reklamasi pertimbangkan aspek teknis, aspek lingkungan hidup, dan aspek

sosial ekonomi (tabulasi).

e. Kawasan Peruntukan Pertambangan

Kawasan Peruntukan Pertambangan terdiri atas:

(1) Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam terdiri atas:

a. Nikel Kromit terdapat di Kabupaten Kepulauan Talaud – Pulau Rainis;

b. Timah Hitam terdapat di Kabupaten Kepulauan Sangihe - Pulau Lipang;

c. Emas terdapat di Bolaang Mongondow (Lolayan dan Dumoga); Bolaang

Mongondow Selatan (Bolaang Uki); Bolaang Mongondow Timur (Modayag

dan Kotabunan); Minahasa Selatan (Motoling Timur, Tompaso Baru,

Tatapaan, Ranoyapo, Amurang Barat dan Tenga); Minahasa Tenggara

(Ratotok); Minahasa (Pineleng); Minahasa Utara (Likupang Timur dan

Likupang Barat); Kepulauan Sangihe (Tabukan Selatan Tenggara, Tabukan

(29)

28 d. Bijih Besi terdapat di Bolaang Mongondow Utara (Bolangitang); Minahasa

Utara (Likupang Timur); dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Siau

Barat Selatan); Manganitu Selatan;

e. Pasir Besi / Pasir Besi Titan terdapat di Bolaang Mongondow (Lolak,

Inobonto/Lolan, Poigar); Bolaang Mongondow Utara (Sangkup/Busingo,

Bintauna); Bolaang Mongondow Timur (Kotabunan); Minahasa Selatan

(Kecamatan Tenga ds. Moinit, Sapa, Molinou, Sidate, Kecamatan

Sinonsayang ds. Poigar); Minahasa Tenggara (Belang); Minahasa

(Kecamatan Tombariri – Pantai, Poopoh dan Teling); Kabupaten

Kepulauan Talaud (Kecamatan Karakelang, Pulau Salibabu, Melonguane,

Beo, Essang, Tampanama); Kabupaten Kepulauan Sangihe (Tabukan

Utara, Kendahe, Tabukan Selatan, Tabukan Selatan Tengah, Manganitu,

Tabukan Tengah); Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

(Tagulandang); bagian utara Pulau Sangihe Besar dan Pulau Tagulandang;

f. Mangan terdapat di Bolaang Mongondow Utara dan Minahasa Utara

(Likupang Barat);

g. Barit terdapat di Kepulauan Sangihe (Tabukan Selatan); dan Belerang

terdapat di Bolaang Mongondow (Modayag); Minahasa Selatan (Kota

Menara) dan Tomohon (Rurukan).

(2) Kawasan peruntukan pertambangan mineral non logam dan batuan, terdiri

atas:

a. Andesit terdapat di Kabupaten Minahasa Tenggara (Kecamatan Belang);

Kabupaten Minahasa (Kecamatan Sonder, Pineleng dan Langowan);

Kabupaten Kepulauan Talaud (Pulau Karakelang); Kabupaten Kepulauan

Siau Tagulandang Biaro (Kecamatan Siau Tengah); Kabupaten Kepulauan

Sangihe (Manganitu); Kabupaten Minahasa Utara (Kecamatan Kauditan);

Kota Bitung (Bitung Utara);

b. Batu apung di Woloan dan Tara-tara, perkiraan luas sebaran kurang lebih

373,88 Ha dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih

44.478.125 m3;

c. Perlit di Kasuang, perkiraan luas sebaran kurang lebih 100 Ha dengan

cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 1.000.000 m3;

d. Tras di Tomohon dan Enemawira (Kabupaten Kepulauan Sangihe);

e. Batu Belah, terdapat di lereng Gunung Tumpaan; Lempung, terdapat di

(30)

29 f. Pasir, terdapat di sebagian endapan sungai, pantai dan hasil endapan

gunung api, terutama di sekitar kaki Gunung Soputan dengan ketebalan

sekitar kurang lebih 30 meter;

g. Batu Gamping dan kapur, terdapat di Bolaang Mongondow (Lolak, Passi,

Dumoga, Domisili – Pangi); Kabupaten Minahasa Tenggara; Kabupaten

Talaud (Kecamaan Rainis); Basaan, Mangkit, Ratatotok, dan Blongko;

h. Basalt terdapat di Bebali (Siau), Pangulu – Manganitu, dengan cadangan

diperkirakan sebanyak kurang lebih 10.250.600 m3;

i. Pasir Volkanis terdapat di Tabukan Utara dan Tagulandang (Pulau Ruang);

j. Zeolit terdapat di Lamango (Pulau Biaro);

k. Batu apung terdapat di Pulau Mahangetang, dengan cadangan

diperkirakan sebanyak kurang lebih 240.000 m3;

l. Batu setengah permata terdapat di Tagulandang;

m. Lempung terdapat di Mengawa (Tamako), dengan cadangan diperkirakan

sebanyak kurang lebih 2.200.000 m3;

n. Sirtu terdapat di Minahasa Selatan (Sinonsayang, Ranoyapo, Tenga,

Amurang, Tumpaan, Tatapaan, Amurang Timur, Amurang Barat); dan

sekitar Gunung Awu, Gunung Karangetang;

o. Barit, terdapat di Tabukan Selatan, dengan cadangan diperkirakan

sebanyak kurang lebih 6.240 ton.

p. Semen, terdapat di Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kabupaten Bolaang

Mongondow Timur.

(3) Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi, terdapat di

Cekungan Minahasa dan Cekungan Teluk Tomini.

(4) Kawasan peruntukan pertambangan panas bumi, terdapat di Klaster

Lahendong, Klaster Tompaso, Klaster Gunung Ambang, Klaster Gunung Dua

Saudara, Klaster Airmadidi dan Klaster Kotamobagu.

(5) Kawasan Strategis Pertambangan Provinsi, meliputi :

a. Minahasa Utara - Bitung (Mineral Logam, Mineral Non Logam, Batuan dan

Panas Bumi);

b. Manado – Minahasa Utara (Mineral Logam, Mineral Non Logam dan

Batuan)

c. Minahasa Selatan – Minahasa Tenggara (Mineral Logam, Mineral Non

(31)

30 d. Minahasa – Minahasa Utara (Mineral Logam, Mineral Non Logam, Batuan

dan Panas Bumi);

e. Bolaang Mongondow Timur – Minahasa Tenggara (Mineral Logam, Mineral

Non Logam dan Batuan);

f. Bolaang Mongondow – Bolaang Mongondow Timur – Bolaang Mongondow

Selatan – Kota Kotamobagu (Mineral Logam, Mineral Non Logam, Batuan

dan Panas Bumi); dan

g. Minahasa Selatan – Bolaang Mongondow (Mineral Logam, Mineral Non

Logam dan Batuan).

f. Kawasan Peruntukan Industri

Kawasan Peruntukan Industri Wilayah Provinsi, terdiri atas:

a. kawasan peruntukan industri besar meliputi Kauditan - Bitung - Kema

(KABUPATENIMA) di Minahasa Utara dan Bitung serta kawasan industri terpadu

Bitung di Bitung;

b. kawasan peruntukan industri sedang berupa Kawasan Kapitu-Amurang di

Minahasa Selatan; dan

c. kawasan peruntukan industri kecil dan menengah (IKM) tersebar di seluruh

Kabupaten/Kota wilayah Provinsi;

d. kawasan pendukung kawasan ekonomi khusus Tanjung Merah Bitung, di

Likupang, Minahasa Utara, Tahuna – Petta Kepulauan Sangihe, Melonguane -

Lirung Kepulauan Talaud, Ratatotok – Lakban Minahasa Tenggara, Amurang

Minahasa Selatan, Inobonto Labuan Uki Bolaang Mongondow, Tomohon.

g. Kawasan Peruntukan Pariwisata

Kawasan peruntukan pariwisata, terdiri atas:

(1) Kawasan pariwisata budaya, berupa pengembangan kawasan wisata budaya Bukit

Tengkorak Pulau Makalehi di Kepulauan Siau, Tagulandang, Biaro.

(2) Kawasan pariwisata alam, terdiri atas:

a. Kawasan wisata, yaitu :

1. Kawasan wisata Malalayang – Kalasey (Malasey) di Manado dan Minahasa;

2. Kawasan wisata Danau Tondano dan sekitarnya di Minahasa;

3. Kawasan wisata Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano di Minahasa,

Minahasa Utara dan Manado;

4. Kawasan wisata/koridor wisata Manado – Wori – Likupang – Lembeh di

Manado, Minahasa Utara dan Bitung.

(32)

31 1. pengembangan kawasan wisata pantai Manado-Minahasa-Bitung Pantai

Utara (MAHABINTURA), meliputi:

Wawontulap-Tanawangko-Tasik-Ria-Boulevard-Manado-Tanjung-Pisok-Likupang-Tanjung Pulisan

Karondoran-Selat Lembeh-Bitung-Tanjung Merah-Tasikoki-Batu Nona-Kema;

2. pengembangan kawasan wisata bahari di dalam kawasan Taman Nasional

Laut Bunaken;

3. pengembangan kawasan ekowisata di kawasan Taman Nasional Dumoga

Nani Warta Bone;

4. pengembangan kawasan wisata Kota Pantai dan ekowisata Manado;

5. pengembangan kawasan wisata Kota Bahari dan wisata laut : Pulau Ruang,

Pulau Para, Pulau Mahoro, Pulau Tagulandang dan Gunung Api Bawah Laut

Mahangetang; dan

6. pengembangan kawasan wisata Pulau di Perbatasan antar negara, yaitu :

Pulau Miangas, Marore dan Gugusan Pulau Nanusa, Intata - Kakorotan dan

Pulau Bongkil, Pulau Makalehi, Pulau Mantehage;

(3) Kawasan pariwisata buatan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri

atas:

a. pengembangan kawasan wisata Kota Bunga di Tomohon; dan

b. pengembangan kawasan wisata Pulau Khusus Ketangkasan, yaitu di Pulau

Siladen Manado dan Pulau Gangga Minahasa Utara.

(4) Kawasan pariwisata yang bernilai strategis nasional, sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf d, yaitu terdapat di Kawasan Pinabetengan dan Bukit Kasih Kanonang

di Kabupaten Minahasa.

h. Kawasan Peruntukan Permukiman

(1) Kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan, terdiri atas:

a. klaster Manado - Airmadidi - Bitung;

b. klaster Manado - Wori;

c. klaster Manado - Tumpaan - Amurang;

d. klaster Tondano - Eris - Kombi;

e. klaster Tomohon - Kawangkoan - Tompaso;

f. klaster Tomohon - Tondano - Airmadidi;

g. klaster Manado - Pineleng - Tomohon;

h. klaster Airmadidi - Tatelu - Likupang;

i. klaster Amurang - Poigar - Inobonto;

(33)

32 k. klaster Amurang - Kawangkoan;

l. klaster Kotamobagu - Dumoga;

m. klaster Kotamobagu - Tompaso Baru;

n. klaster Kotamobagu - Inobonto;

o. klaster Lolak - Bolang Itang - Boroko;

p. klaster Lolak - Kotamobagu - Dumoga;

q. klaster Dumoga - Molibagu - Pinolosian;

r. klaster Pinolosian - Kotabunan - Belang;

s. klaster Tompaso - Ratahan - Belang; dan

t. klaster Belang - Atepoko - Kema.

(2) Kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan di kepulauan, terdiri atas:

a. klaster P. Bunaken - P. Manado Tua - P. Nain - Manado;

b. klaster P. Talisei - P. Bangka - Likupang;

c. klaster P. Siau - P. Tagulandang - P. Biaro;

d. klaster Tahuna – Tatoareng – Dagho - Manalu;

e. klaster P. Marore - P. Kawaluso (perbatasan);

f. klaster Kepulauan Nanusa;

g. klaster Kabupatenaruan - Salibabu - Karakelang; dan

h. klaster Miangas.

i. Kawasan Peruntukan lainnya

Kawasan peruntukan lainnya, berupa kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;

(1) Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan yang meliputi:

a. Kawasan Pertahanan :

1. Komando Daerah Militer (KODAM) di Manado;

2. Komando Resor Militer (KOREM 131 Santiago);

3. Komando Distrik Militer (KODIM) yang tersebar di Kabupaten/Kota di

wilayah Provinsi;

4. Batalyon Artileri Medan (YON ARMED) Lalow di Bolaang Mongondow;

5. Kompi Kavaleri Serbu (KI KAVSER) Ilo-ilo Wori di Minahasa Utara;

6. Kompi Senapan B Batalyon Infantri (Yonif) 712 Wiratama Airmadidi di

Minahasa Utara;

7. Gudang Amunisi TNI Angkatan Darat, di Tomohon;

8. Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (LANTAMAL) di Manado;

(34)

33 10. Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (LANTAMAL) Wori di Minahasa Utara;

11. Pangkalan TNI Angkatan Laut (LANAL) Melonguane di Kepulauan Talaud;

12. Pos TNI Angkatan Laut (POSAL) di Kabupaten Bolaang Mangondow Timur;

13. Pos TNI Angkatan Laut (POSAL) di Kabupaten Bolaang Mangondow;

14. Pangkalan TNI Angkatan Udara (LANUD) Bandar Udara Sam Ratulangi di

Manado;

15. Pangkalan TNI Angkatan Udara (LANUD) di Talawaan Kabupaten Minahasa

Utara;

16. Batalion Paskhas TNI Angkatan Udara di Talawaan Kabupaten minahasa

Utara;

17. Detasemen TNI Angkatan Udara Melonguane di Kabupaten Kepulauan

Talaud;

18. Detasemen TNI Angkatan Udara Miangas di Kabupaten. Kepulauan Talaud;

19. Detasemen PASKHAS TNI Angkatan Udara di desa Kalawiran Kecamatan

Kakas Kabupaten Minahasa;

20. Daerah Latihan Tempur TNI Angkatan Udara di desa Kalawiran Kecamatan

Kakas Kabupaten Minahasa;

21. Pusat Latihan Olahraga Dirgantara / Federasi Aerosport seluruh Indonesia

di desa Kalawiran Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa;

22. Daerah Latihan SAR dan Survival di desa Toulimembet Kecamatan Kakas

Kabupaten Minahasa.

b. Kawasan Keamanan :

1. Kepolisian Sektor (POLSEK) yang berada dalam tingkatan

Kecamatan/Kota/Polsek KP3/Polsek Bandara;

2. Kepolisian Resort (POLRES) yang berada di tingkat Kabupaten/Kota/Kota

Besar dalam wilayah Provinsi;

3. Kepolisian Daerah Sulawesi Utara (POLDA) di Manado;

4. Markas Komando Sat Brimob di Desa Kalasey II Kecamatan Mandolang

Kabupaten Minahasa;

5. Detasemen A Brimob di Kelurahan Paniki BAwah Kecamatan Mapanget

Kota Manado;

6. Subden A Brimob di Talaud;

7. Subden B Brimob (akan ditentukan kemudian lokasinya)

8. Subden C Brimob di Ratatotok;

Gambar

Gambar 3.1. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
Tabel 3.1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Gambar 3.2 Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementrian PUPR 2015-2019
Tabel 3.2 Pengelompokan WPS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini, lebih berfokus pada unsur proses komunikasi yaitu efek yaitu sikap karena sikap yang ditimbulkan oleh para UMKM tersebut penting

Kemampuan menganalisis dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan hubungan antar-bagian tersebut,

DBL Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang olahraga dengan segementasi anak remaja SMP hingga SMA. DBL Indonesia memiliki kegiatan tahunan yang rutin

Memang pemanfaatan komputer dalam pembelajaran, saat ini baru dimanfaatkan oleh guru sebatas menyampaikan materi pembelajaran dengan power point, sedangkan untuk keperluan

dilakukan pada aktifitas pembelajaran sesuai dengan mesin CNC yang

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

Hasil penelitian yang di peroleh pada uji F atau uji serempak menunjukan bahwa F hitung = 24,554 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 karena probabilitasnya jauh

Rekomendasi kredit dibuat oleh pejabat perekomendasi kredit berdasarkan analisis/evaluasi yang dibuat oleh pemrakarsa/penganalisis kredit. Dalam memberikan rekomendasi