• Tidak ada hasil yang ditemukan

3) Peruntukan Industri Rumah Tangga

3.4. STRATEGI/ARAHAN PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KUDUS

Visi yang dijadikan acuan pengembangan Pemerintah Kabupaten Kudus diadopsi dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2005 – 2025. Adapun Visi Pembangunan Kabupaten Kudus adalah :

“ Kudus Yang Religius, Maju dan Adil “

Religius mengandung arti bahwa masyarakat diharapkan memiliki ketaatan pada agama dalam melaksanakan pembangunan yang berorientasi pada kemajuan dan keadilan, berkaitan dengan itu religius dipakai sebagai dasar filosofi yang menjiwai pelaksanaan pembangunan secara berkesinambungan dalam segala bidang.

Maju artinya bahwa pelaksanaan pembangunan daerah senantiasa dilandasi dengan keinginan bersama untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik secara fisik maupun non fisik didukung oleh sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing tinggi, berperadaban tinggi, professional serta bewawasan kedepan yang luas. Maju tercermin dari terbentuknya daerah yang mandiri dengan segenap potensinya namun tetap mengedepankan pentingnya kerjasama dan sinergitas.

Adil berarti tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antar individu, kelompok, gender maupun wilayah. Sebagai pelaksana dan penggerak pembangunan sekaligus obyek pembangunan, rakyat mempunyai hak baik dalam melaksanakan maupun menikmati hasil pembangunan. Pembangunan haruslah dilaksanakan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Oleh karena itu pelaksanaan pembangunan di Daerah harus mendasarkan pada rasa keadilan. Keadilan harus tercermin pada semua aspek kehidupan. Semua mempunyai kesempatan yang sama dalam meningkatkan taraf hidup dalam memperoleh lapangan pekerjaan, pelayanan sosial, pendidikan, kesehatan, mengemukakan pendapat, melaksanakan hak politik, mengamankan daerah serta perlindungan dan memiliki rasa aman.

Untuk mewujudkan Visi Pembangunan Kabupaten Kudus ditempuh melalui Misi Pembangunan Kabupaten Kudus yang dirumuskan sebagai berikut :

a. Mewujudkan masyarakat bermoral, beretika dan berbudaya.

b. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang taat pada agama dengan mengembangkan toleransi secara serasi dan seimbang.

c. Mewujudkan masyarakat yang dinamis, modern, berdaya saing sesuai dengan perkembangan global. d. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia.

e. Mewujudkan Pemerataan Pembangunan Berlandaskan Penataan Ruang dan Berwawasan Lingkungan. f. Mewujudkan keadilan bagi masyarakat melalui penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

g. Meningkatkan kehidupan masyarakat yang sejahtera. h. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban umum.

i. Meningkatkan suasana demokratis dalam kehidupan berpolitik, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3.4.2 Identifikasi Wilayah Yang Dikendalikan Perkembangannya

Identifikasi wilayah yang dikendalikan perkembangannya merupakan wilayah Kabupaten Kudus yang perlu dikendalikan perkembangannya berkaitan dengan aspek kebijakan penataan ruang dan aspek pembangunan prasarana. Kawasan yang perlu dikendalikan perkembangannya pada masing-masing aspek adalah :

A. Aspek Kebijakan Penataan Ruang

Wilayah yang perlu dikendalikan perkembangannya berkaitan dengan aspek kebijakan penataan ruang di Kabupaten Kudus dapat digambarkan dari : wilayah yang secara geografis berdampingan dengan kawasan lindung dan berfungsi sebagai kawasan penyangga berdasarkan RTRW Kabupaten Kudus, wilayah perbatasan, wilayah perkotaan dan yang terletak pada jalur transportasi regional. Wiayah yang perlu dikendalikan perkembangannya adalah :

a. Kawasan Hutan Lindung

Kawasan hutan lindung di kabupaten Kudus, yang ditetapkan di kawasan hutan Gunung Muria seluas kurang lebih 1.477Ha ( Hektar) dalam pengembangannya perlu dikendalikan secara ketat. Hal itu perlu dilakukan mengingat fungsi kawasan hutan lindung yaitu memberikan perlindungan terhadap kawasan yang ada dibawahnya.

b. Kawasan Perbatasan

Kawasan perbatasan yang terdapat di Kabupaten Kudus adalah wilayah-wilayah yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Pati, Jepara, Demak dan Grobogan. Misalnya adalah: Desa Gondoharum Kecamatan Jekulo, Desa Papringan dan Sidorekso Kecamatan Kaliwungu, Desa Jati Wetan Kecamatan Jati, Desa Lambangan Kecamatan Undaan. Arahan pengembangan yang terapat pada kawasan perbatasan ini perlu dikendalikan perkembangannya dan disesuaikan dengan arahan pemanfaatan ruang. Sehingga akan meminimalisasi dampak terjadinya konflik antar kawasan perbatasan.

c. Kawasan Perkotaan

Kawasan Perkotaan Kudus yang tumbuh dengan berbagai fasilitas perkotaan dengan skala pelayanan regional. Kawasan Perkotaan Kudus meliputi wilayah administrasi 6 kecamatan dan 65 desa / kelurahan seluas kurang lebih 10.351 Ha (hektar) yaitu seluruh Kecamatan Kota (25 desa/kelurahan), seluruh Kecamatan Jati (14 desa) , seluruh Kecamatan Bae (11 desa), sebagian Kecamatan Kaliwungu (8 desa), sebagian Kecamatan Gebog (5 desa) dan sebagian Kecamatan Mejobo (3 desa). Kawasan perkotaan ini berperan sebagai pusat pelayanan dan pendukung kegiatan bagi daerah sekitarnya selain bagi kawasan perkotaan itu sendiri. Kawasan ini memiliki tingkat perkembangan yang cukup tinggi mengingat kawasan tersebut mempunyai daya tarik dan kelengkapan fasilitas pelayanan. Oleh karena itu kawasan perkotaan Kudus dalam pemanfaatan lahannya diperlukan pengendalian yang cukup sehingga perkembangan kawasan perkotaan sesuai dengan arahan pemanfaatan ruang yang ditetapkan.

d. Kawasan Yang Terletak Pada Jalur Transportasi Regional

Jalur transportasi regional Pantai Utara (Pantura) yang menghubungkan Jakarta dan Surabaya memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap kota – kota di sekitarnya. Arus pergerakan tersebut yang timbul mengakibatkan peningkatan beragam aktivitas di sekitarnya. Hal ini berdampak besar terhadap perkembangan Kabupaten Kudus. Kecenderungan perkembangan Kabupaten Kudus lebih

lalu lintas regional dan nasional tersebut. Dalam perkembangannya Kabupaten Kudus berkembang dari arah Barat ke Timur tepatnya di sepanjang jalan pantura. Hal ini perlu dikendalikan karena akan mengakibatkan disparitas wilayah antara daerah yang dilalui jalur pantura dengan daerah yang tidak dilalui jalur tersebut. Sehingga perkembangan kota di Kabupaten Kudus tidak menyeluruh, atau hanya di sepanjang jalur pantura.

B. Aspek Pembangunan Prasarana

Wilayah yang perlu dikendalikan perkembangannya berkaitan dengan aspek pembangunan prasrana di Kabupaten Kudus dapat digambarkan dari wilayah yang memiliki permasalahan dengan kondisi fisik sebagai limitasi sehingga tidak memungkinkan/ mengalami kesulitan dalam pengembangan dan pembangunan prasarana dan sarana dasar.

Berdasarkan kajian, secara geografis Kabupaten Kudus terletak pada posisi 110°36’ Dan 110°50’ BT serta 6°51’ dan 7°16 LS, dengan luas wilayah 42.516 hektar yang terletak pada ketinggian 5 – 1.600 m di atas permukaan laut. Wilayah yang memiliki ketinggian terendah, yaitu 5 meter diatas permukaan air laut berada di Kecamatan Undaan. Sedangkan Wilayah dengan ketinggian tertinggi berada di Kecamatan Dawe, yang berupa dataran tinggi dengan ketinggian 1600 meter diatas permukaan air laut.

Wilayah dengan ketinggian tertinggi tersebut merupakan wilayah dengan limitasi pengembangan karena kemiringan lahan di atas 40 % tertetak di Kecamatan Dawe (Desa Ternadi) Kecamatan Gebog (Desa Rahtawu, Desa Menawan) dan daerah Puncak Muria bagian selatan. Wilayah pembatas karena faktor erosi dan gerakan meliputi Kecamatan Gebog, Kecamatan Dawe dan puncak Muria bagian selatan.

3.4.3 Identifikasi wilayah yang didorong pertumbuhannya

Identifikasi wilayah yang didorong pertumbuhannya merupakan wilayah Kabupaten Kudus yang perlu didorong pertumbuhannya berkaitan dengan aspek kebijakan penataan ruang dan aspek pembangunan prasarana. Kawasan yang perlu didorong pertumbuhannya pada masing-masing aspek adalah :

A. Aspek Kebijakan Penataan Ruang

Wilayah yang perlu didorong pertumbuhannya berkaitan dengan aspek kebijakan penataan ruang diarahkan pada wilayah di Kabupaten Kudus yang ditetapkan dan diarahkan menjadi kawasan strategis untuk mendukung kepentingan pengembangan fungsi tertentu. Adapun kawasan strategis di Kabupaten Kudus adalah :

a. Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi, yaitu

Kawasan Perkotaan Kudus yang tumbuh dengan berbagai fasilitas perkotaan dengan skala pelayanan regional. Kawasan Perkotaan Kudus meliputi wilayah administrasi 6 kecamatan dan 65 desa / kelurahan seluas kurang lebih 10.351 Ha (hektar) yaitu seluruh Kecamatan Kota (25 desa/kelurahan), seluruh Kecamatan Jati (14 desa) , seluruh Kecamatan Bae (11 desa), sebagian Kecamatan Kaliwungu (8 desa), sebagian Kecamatan Gebog (5 desa) dan sebagian Kecamatan Mejobo (3 desa).

Ibukota Kecamatan Jekulo yang dipromosikan untuk di kemudian hari menjadi PKL (Pusat Kegiatan Lokal) dengan fungsi utama sebagai kawasan pengembangan industri baru dan pelayanan permukiman. Wilayah administrasi yang termasuk dalam Ibu Kota Kecamatan Jekulo meliputi 8 desa seluas kurang lebih 3.612 Ha (hektar), yaitu : Desa Klaling, Desa Jekulo, Desa Hadipolo, Desa Tanjungrejo, Desa Honggosoco, Desa Pladen, dan Desa Gondoharum.

b. Kawasan Strategis Sosial dan Budaya

Kawasan strategis sosial budaya, meliputi daerah sekitar situs Pati Ayam yang berada di Desa Terban Kecamatan Jekulo. Kawasan ini meliputi zona inti seluas 194,8 Ha (Hektar), zona penyangga seluas 6,5 Ha (Hektar) dan zona pengembangan seluas 80,9 Ha (Hektar). Pegembangan kawasan ini didorong untuk mengembangkan fungsi utama kawasan yaitu sebagai fungsi lindung cagar budaya dan pariwisata budaya.

c. Kawasan Strategis Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

Kawasan strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, meliputi kawasan hutan lindung Gunung Muria yang berada di Desa Rahtawu dan Desa Menawan Kecamatan Gebog, Desa Ternadi dan Desa Kajar, Desa Colo dan Desa Japan Kecamatan Dawe. Pada kawasan tersebut perlu dilakukan pembatasan pengembangan untuk menjaga kelestarian kawasan, penetapan fungsi lindung dan tidak boleh dialihfungsikan sebagai kawasan budidaya. Pegembangan kawasan ini didorong untuk mengembangkan fungsi utama sebagai fungsi hutan lindung dan pariwisata alam. B. Aspek Potensi Fisik

Wilayah yang perlu didorong pertumbuhannya berkaitan dengan aspek potensi fisik diarahkan pada wilayah di Kabupaten Kudus yang kondisi fisiknya memungkinkan untuk dikembangkan dan diarahkan sebagai lokasi baru bagi pengembangan kegiatan-kegiatan perkotaan yang mendukung strategi dan skenario pengembangan perkotaan. Adapun lokasi yang mempunyai potensi fisik adalah Ibukota Kecamatan Jekulo yang dipromosikan untuk di kemudian hari menjadi PKL (Pusat Kegiatan Lokal) dengan fungsi utama sebagai kawasan pengembangan industri baru dan pelayanan permukiman. Wilayah administrasi yang termasuk dalam Ibu Kota Kecamatan Jekulo meliputi 8 desa seluas kurang lebih 3.612 Ha (hektar), yaitu : Desa Klaling, Desa Jekulo, Desa Hadipolo, Desa Tanjungrejo, Desa Honggosoco, Desa Pladen, dan Desa Gondoharum.

3.4.4 Arahan Rencana Induk Sistem Prasarana dan Sarana

A. Sistem Prasarana dan Sarana Kabupaten Kudus, Berdasarkan RTRW Kabupaten Kudus

Arahan rencana induk sistem prasarana dan sarana merupakan gambaran rencana kebutuhan dan pengembangan prasarana dan sarana secara umum. Rencana kebutuhan sistem prasarana dan sarana Kabupaten Kudus, berdasarkan RTRW Kabupaten Kudus, adalah sebagai berikut.

a. Jaringan Air Bersih

Standart perhitungan kebutuhan air bersih dalam pemenuhan jumlah penduduk pada tahun proyeksi sebagai berikut :

- Kebutuhan air bersih 120 liter/hari/orang

- Kebutuhan Fasilitas Umum 20% dari jumlah kebutuhan rumah tangga - Kebutuhan Fasilitas Sosial 10% dari jumlah kebutuhan rumah tangga - Kebutuhan Fasilitas Industri 20% dari jumlah kebutuhan rumah tangga - Kebutuhan kran umum 10% dari jumlah kebutuhan rumah tangga

- Kebocoran 20%

TABEL III-4.

PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BERSIH TAHUN 2028 (LITER)

Tahun Proyeksi

Jumlah Penduduk

Kebutuhan air bersih Domestik FasUm

Fasilitas

Industri FasSos

Kran

Umum Jumlah Kebocoran Total 2028 883.640 105.195.246 21.039.049 10.519.525 21.039.049 10.519.525 189.351.443 37.870.289 151.481.154

Sumber : Hasil Analisis, 2008 b. Jaringan Listrik

Standart perhitungan kebutuhan energi listrik di Kabupaten Kudus dihitung berdasarkan standar : - Kebutuhan Domestik, yakni kebutuhan 90 watt orang perhari

- Kebutuhan Non Domestik, meliputi penerangan jalan sebesar 10% dari kebutuhan Domestik untuk kebutuhan jasa, perdagangan dan industri sebesar 10-20% dari kebutuhan domestik. Arahan pemenuhan kebutuhan air bersih di Kabupaten Kudus dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL III-5.

JUMLAH KEBUTUHAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN LISTRIK KABUPATEN KUDUS TAHUN 2028 (WATT)

No Kegiatan Kebutuhan Proyeksi Kebutuhan Listrik

2007 2028

1 Rumah Tangga 67.273.920 78.896.434

2 Penerangan Umum 6.727.392 7.889.643

3 Jasa Perdagangan dan Industri 13.454.784 15.779.287

Jumlah 87.458.103 102.565.364

Sumber : - Kudus dalam Angka Tahun 2007 c. Jaringan Telekomunikasi

Untuk menghitung perkiraan kebutuhan satuan sambungan telepon di Kabupaten Kudus digunakan asumsi, kebutuhan SST untuk rumah tangga 1 SST per 150 jiwa. Secara lebih jelasnya mengenai jumlah SST Telepon Rumah Tangga dan proyeksi kebutuhan dapat di lihat melalui tabel berikut :

TABEL III-6.

JUMLAH SST DAN PROYEKSI KEBUTUHAN TELEPON RUMAH TANGGA TAHUN 2028 (UNIT)

No Kelurahan SST Standar Pelayanan

2007 2007 2028 1 Kaliwungu 729 506 687 2 Kota 3.272 611 716 3 Jati 916 622 730 4 Undaan 72 450 528 5 Mejobo 789 445 522 6 Jekulo 340 634 743 7 Bae 905 404 473

No Kelurahan SST Standar Pelayanan

2007 2007 2028

8 Gebog 108 606 710

9 Dawe 4 625 733

Jumlah 9.143 6.911 5.842

Sumber : - Kudus dalam Angka Tahun 2007 - Hasil Analisis, Tahun 2008 d. Sarana Peribadahan

Secara kuantitas, kebutuhan fasilitas peribadatan bagi umat Islam dapat dihitung dengan menggunakan standar sebagai berikut :

- 1 Musholla melayani 500 Jiwa - 1 Masjid melayani 2.500 Jiwa

Secara kuantitas, kebutuhan fasilitas peribadatan bagi ummat Islam dapat dihitung dengan menggunakan standar sebagai berikut

Jumlah penduduk 747.488 Musshola = = = 1.495 unit Skala pelayanan 500 Jumlah penduduk 747.488 Masjid = = = 299 unit Skala pelayanan 2.500 e. Sarana Kesehatan

Secara kuantitas, kebutuhan fasilitas kesehatan dengan menggunakan standar pada Kepmenkimpraswil No. 534/KPTS/M/2001 sebagai berikut :

- 1 RSU, minimal penduduk pendukungnya 240.000 jiwa

- 1 Puskesmas, minimal penduduk pendukungnya sebanyak 120.000 jiwa

- 1 Rumah Sakit Bersalin, minimal penduduk pendukungnya sebanyak 30.000 jiwa - Apotik, minimal penduduk pendukungnya sebanyak 10.000 jiwa

- Dokter Praktek, minimal penduduk pendukungnya sebanyak 10.000 jiwa - Bidan , minimal penduduk pendukungnya sebanyak 6.000 jiwa

Proyeksi kebutuhan fasilitas kesehatan tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL III-7.

PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS KESEHATAN TAHUN 2008 (UNIT)

Kecamatan

Kebutuhan Th 2028 Penduduk 2028 RSU Puskesmas RS Bersalin/

BKIA Apotek Dokter Bidan

Kaliwungu 103.873 0 0 3 10 10 17

Kota 108.270 0 0 4 11 11 18

Jati 110.372 0 0 4 11 11 18

Undaan 79.861 0 0 3 8 8 13

Kecamatan

Kebutuhan Th 2028 Penduduk 2028 RSU Puskesmas RS Bersalin/

BKIA Apotek Dokter Bidan

Jekulo 112.417 0 0 4 11 11 18

Bae 71.551 0 0 2 7 7 12

Gebog 107.468 0 0 3 11 11 18

Dawe 110.847 0 0 4 11 11 18

Jumlah 883.640 0 0 30 88 88 147

Sumber: Analisis Tahun 2008 f. Sarana Pendidikan

Rencana pengembanga kebutuhan fasilitas pendidikan tersebut digunakan standar pelayanan minimal berdasarkan, Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah nomor 534/KPTS/M/2001, standar tersebut adalah sebagai berikut :

- 1 TK dengan penduduk pendukung minimum 1.000 jiwa - 1 SD / MI dengan penduduk pendukung minimum 6.000 jiwa

- 1 SLTP dan MTs dengan penduduk pendukung minimum 25.000 jiwa - 1 SLTA dengan penduduk pendukung minimum 30.000 jiwa.

- 1 Perguruan Tinggi dengan penduduk pendukung minimum 70.000 jiwa

Proyeksi kebutuhan Tahun 2028 untuk fasilitas pendidikan berdasarkan standar diatas, maka dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL III-8.

PROYEKSI KEBUTUHAN SARANA PENDIDIKAN TAHUN 2008 (UNIT) No KECAMATAN KEBUTUHAN TH 2028 PENDUDUK 2028 SD/ MI SLTP/ MTs SLTA/ MA 1. Kaliwungu 103.873 17 4 3 2. Kota 108.270 18 4 4 3. Jati 110.372 18 4 4 4. Undaan 79.861 13 3 3 5. Mejobo 78.980 13 3 3 6. Jekulo 112.417 18 4 4 7. Bae 71.551 12 3 3 8. Gebog 107.468 18 4 3 9. Dawe 110.847 18 4 4 Jumlah 883.640 145 33 31

Sumber: Analisis Tahun 2008 3.4.5 Strategi Pengembangan Wilayah

Strategi penataan ruang wilayah merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi penataan ruang wilayah berfungsi :

1) Sebagai dasar untuk penyusunan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan penetapan kawasan strategis;

2) Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW; dan 3) Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah.

Sedangkan kebijakan penataan ruang wilayah merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah. Kebijakan penataan ruang wilayah berfungsi sebagai:

1) Sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah; 2) Sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah;

3) Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW; dan 4) Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah.

Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Kudus, meliputi :

1) Pengembangan ruang bagi peruntukan industridi bagian timur, bagian barat dan bagian utara. 2) Pengembangan fungsi pusat pelayanan.

3) Peningkatan sektor pertanian dan pariwisata. 4) Pelestarian sumber daya alam.

Sedangkan Strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Kudus, terdiri atas :

1) Strategi pengembangan ruang bagi peruntukan industri di bagian timur, bagian barat dan bagian utara, meliputi :

a. Mengembangkan dan mewujudkan penataan industri kecil dan mikro; dan

b. Membentuk kawasan industri bagi kegiatan industri besar dan menengah di bagian timur dan bagian barat.

2) Strategi pengembangan fungsi pusat pelayanan, meliputi : a. Mengembangkan akses ke arah kawasan peruntukan industri.

b. Mengembangkan prasarana energi dengan menggunakan energi alternatif.

c. Mengembangkan prasarana sumberdaya air yang mencakup jaringan irigasi dan drainase untuk pengendalian banjir.

d. Mengembangkan prasarana telekomunikasi dengan pemenuhan kebutuhan dan pengaturan menara telokomunikasi.

e. Mengembangkan prasarana pengelolaan lingkungan.

3) Strategi peningkatan sektor pendukung pertumbuhan ekonomi, meliputi : a. Mengembangkan kawasan peruntukan pertanian di bagian selatan.

b. Mengembangkan kawasan peruntukan pariwisata yang meliputi wisata budaya, wisata alam dan wisata buatan.

c. Mengembangkan kawasan peruntukan permukiman terutama kegiatan perdagangan, jasa dan perumahan.

4) Strategi pelestarian sumber daya alam, meliputi : a. Melestarikan kawasan hutan lindung.

b. Melestarikan kawasan perlindungan setempat yang meliputi sempadan sungai, sempadan waduk, sempadan sekitar mata air serta perlindungan kawasan spiritual dan kearifan lokal lainnya.

Dokumen terkait