• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SORONG - DOCRPIJM 1503907515BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SORONG - DOCRPIJM 1503907515BAB III"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH

KABUPATEN SORONG

A. Strategi/skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Sorong

Berdasarkan Rencana Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Strategi pengembangan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sorong meliputi strategi pengembangan kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem pusat pemukiman/kota-kota, prasarana dan wilayah prioritas.

1. Strategi Pengembangan Kawasan Lindung

Dalam rangka pemantapan fungsi pelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan serta nilai sejarah dan budaya bangsa, maka perlu dilakukan pemantapan dan pengendalian kawasan lindung yang memberi arahan bagi badan hukum dan perseorangan dalam merencanakan dan melaksanakan program pembangunan. Strategi pengembangan kawasan lindung diturunkan dari dua prinsip utama sebagai berikut :

Pemantapan kawasan lindung sejalan dengan Keppres No. 32 Tahun 1990, dalam pelaksanaannya di lapangan disesuaikan dengan kondisi biogeofisik wilayah yang mempunyai karakteristik dan keunikan masing-masing. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah bangsa guna Adapun kriteria-kriteria dan pertimbangan dalam penetapan dan pemantapan kawasan lindung Kabupaten Sorong mengacu pada :

a. Ketinggian lebih dari 500 m dari permukaan laut. b. Kemiringan lereng lebih dari 40%

c. Kawasan berpasir dan hamparan karang

(2)

III-2  Pembagian fungsi kawasan sesuai Peta Hutan dan Perairan yang

dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan dan Konservasi Tanah Kabupaten Sorong.

 Sempadan pantai, sungai, mata air dan danau (bendungan air)

 Karakteristik sumber daya alam baik fauna maupun biota yang langka dan spesifik Pulau Papua di daratan, pesisir serta perairan laut sehingga ditetapkan sebagai Cagar Alam, Suaka Margasatwa dan kawasan lindung lainnya. Dalam hal ini banyak diperoleh dari hasil penelitian konservasi dan lingkungan yang dilaksanakan oleh WWF Bioregion Sahul.

f. Prinsip kedua adalah pengendalian kawasan lindung agar eksistensinya sebagai fungsi lindung dapat dipertahankan, untuk mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup. Dalam upaya mempertahankan fungsi utama kawasan lindung yaitu untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian kehidupan hayati baik fauna maupun flora serta perlindungan terhadap sumber daya alam terutama konservasi air, fauna, tanah dan udara dalam wilayah pengaruhnya, maka kegiatan budidaya yang telah ada di kawasan lindung tidaklah menganggu fungsi lindungnya. Adapun areal yang perlu diamankan fungsi lindungnya tersebut adalah kawasan lindung yang telah ditetapkan kriterianya di atas, dan kawasan rawan bencana.

Pada wilayah Kabupaten Sorong terdapat beberapa jenis penggunaan lahan untuk kawasan budidaya yang berada pada kawasan lindung yaitu hutan produksi, pariwisata, pertanian dalam arti luas dan pertambangan. Pada prinsipnya kegiatan ini dapat dilanjutkan sejauh tidak menganggu fungsi lindung maka terhadap kegiatan tersebut perlu dilakukan pembatasan atau bahkan harus dihentikan sama sekali. Misalnya bagi HPH yang berada di kawasan lindung secara berangsur harus keluar dari kawasan tersebut.

(3)

 Kegiatan di bidang kehutanan seperti HPH yang ada di kawasan lindung perlu diadakan pengendalian agar penguasaan di kawasan tersebut dapat berfungsi lindung. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku bahwa apabila dalam areal kerja HPH terdapat kawasan yang berfungsi sebagai kawasan lindung maka harus di keluarkan dari pengusahaan HPH.

 Setelah ijin HPH-nya berakhir maka tidak diperpanjang lagi.

 Perlu upaya pengendalian agar kegiatan budidaya pada kawasan lindung seperti permukiman dan tanah usaha dapat diusahakan sesuai dengan fungsi lindung.

2. Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya

Tahap lanjut dari kegiatan pemantapan kawasan lindung dengan melakukan pendeliniasian, adalah dilakukan analisis daya dukung lingkungan kawasan budidaya dengan upaya pendekatan terhadap potensi, kendala dan limitasi yang dimiliki oleh suatu wilayah. Berdasarkan pertimbangan kemampuan dan kesesuaian lahannya, serta memperhatikan adanya produk rencana sektoral dan penggunaan lahan yang telah ada berupa Peta Hutan dan Perairan yang dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan dan Konservasi Tanah Kabupaten Sorong, maka disusun rencana pengalokasian lahan bagi masing-masing

sektor pembangunan dan sasaran pengembangannya, dengan demikian strategi pengembangan budidaya akan diarahkan pada :

a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya baik produksi maupun permukiman secara optimal sesuai dengan daya dukung lingkungannya. Kawasan budidaya secara garis besar terdiri atas kawasan budidaya perkotaan dan kawasan budidaya non perkotaan.

(4)

III-4

diperlukannya masukan teknologi yang dalam pelaksanaan pembagunan konstruksinya. Kawasan perkotaan yang akan dikembangkan antara lain Kota Waigeo, kota Aimas dan kota Teminabuan yang merupakan calon ibukota hasil pemekaran wilayah kabupaten. Selain itu, terdapat pengembangan kawasan perkotaan pada kawasan industri dan pusat pelayanan kecamatan.

Kawasan budidaya hutan diarahkan pada sasaran pembangunan pemanfaatan sumber daya alam hutan untuk penigkatan produksi hasil hutan kayu dan non kayu secara lestari, perluasan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya disekitar kawasan hutan. Kawasan budidaya hutan produksi biasa diarahkan pada peningkatan pegelolaan hutan alam tropis yang sudah ada dengan sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) maupun Tebang Habis dengan Permudaan Buatan (THBP) melalui Hak Pengusahaan Hutan (HPH) maupun Hutan Tanaman Industri (HTI).

Kawasan budidaya hutan produksi terbatas diarahkan pada peningkatan pengelolaan hutan alam tropis yang sudah ada pada kawasan yang memiliki limitasi dan kedalam daya dukung wilayah yang sangat terbatas dengan sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) dan pembatasan-pembatasan khusus lainnya yang berkaitan dengan masalah pelestarian dan perlindungan sumber daya alam.

Kawasan budidaya pertanian pangan lahan basah perlu diarahkan pada wilayah yang memiliki kesesuaian lahan optimal serta dukungan prasarana irigasi. Kawasan budidaya tanaman pangan lahan basah ini difokuskan pada areal pesawahan pasang surut. Pengembangan lahan padi sawah dilakukan baik melalui intensifikasi maupun ekstenfikasi.

Kawasan budidaya pertanian pangan lahan kering adalah meliputi kawasan untuk tanaman palawija, holtikultura atau tanaman pangan lainnya. Adapun pengembangannya dilakukan terhadap tanaman sagu, ubi jalar, kacang hijau, dan kacang tanah.

(5)

tahunan. Adapun sasaran pembangunan tanaman perkebunan adalah peningkatan produksi dalam rangka ekspor, perluasan kesempatan kerja, peningkatan pemanfaatan pertanian dan pemeliharaan lingkungan hidup, pengembangan komoditi perkebunan dilakukan oleh perkebunan rakyat dan oleh perusahaan perkebunan besar.

Bentuk atau pola pembinaan usaha perkebunan adalah melalui pola Unit Pelaksanaan Proyek (UPP), pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR), perkebunan Besar Swasta (CV/PT), Perusahaan Besar Negara (PNP/PT. Perkebunan), pegembangan perkebunan menyatu dengan permukiman penduduk, sehingga dapat dilakukan usaha partisipasi dari swadaya atau spontanitas petani. Areal perkebunan ini apabila mengacu pada tata guna Hutan dan Perairan maka arealnya ada yang termasuk hutan konversi, hutan produksi terbatas karena itu perlu direview kembali agar memenuhi krieteria penetapan kawasan lindung dan budidaya. Komoditi yang dapat dikembangkan adalah : kelapa, kelapa sawit, kopi, tebu, cengkeh, coklat, dan lada. Pengembangan perkebunan rakyat diarahkan ke wilayah perkebunan yang telah ada, yaitu melalui rehabilitasi, peremajaan, dan perluasan areal disekitar perkebunan yang telah ada.

Pengembangan kawasan budidaya peternakan diarahkan pada lokasi transmigrasi dan pusat-pusat permukiman di perkotaan, areal transmigrasi dan di pedesaan. Sasaran pengembangan sektor peternakan adalah meningkatkan produksi dalam rangka peningkatan pendapatan, lowongan kerja dan peningkatan gizi masyarakat. Komoditas peternakan yang telah dikembangkan disini antar jenis ternak sapi, kerbau, kambing, domba, dan unggas.

(6)

III-6 Penetapan kawasan pertambangan didasarkan pada potensi dan mutu mineral atau bahan galian, namun belum dapat disajikan dengan rinci, karena belum ditunjang dengan hasil eksplorasi yang memadai. Namun demikian, apabila dilakukan pengkajian terhadap peta bahan galian yang ada serta berdasarkan kondisi geologi regionalnya maka diperkirakan beberapa jenis mineralnya cukup potensial untuk dikembangkan antara lain yaitu nikel dan emas, batu gamping, granit dan batuan beku lainnya. Selain itu mineral energi minyak dan gas bumi memiliki prospek yang baik. Kawasan pertambangan gas alam sekarang masih berjalan diantaranya di Distrik Seget.

Pengembangan kawasan industri mencakup aneka industri industri kecil, dan industri besar untuk mengolah bahan baku yang berasal dari hasil pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan, hasil hutan dan tambang. Dengan demikian, maka strategi pegembangan sektor perindustrian yang merupakan sektor kunci dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah terhadap produksi-produksi khususnya sumber daya daerah setempat. Untuk menunjang pengembangan sektor industri ini, maka kebijaksanaan untuk mengirimkan bahan jadi atau minimal bahan setengah jadi. Direncanakan penetapan kawasan industri adalah di Arar.

Pengembangan industri kecil diarahkan pada lokasi-lokasi yang sudah ada industri kecilnya. Pengembangan tersebut dilakukan melalui pembangunan sentra-sentra industri yang diharapkan dapat menambah kesempatan kerja di pedesaan maupun perkotaan.

Pengembangan pariwisata diutamakan pada pariwisata alam seperti misalnya wisata pantai, taman laut, wisata alam hutan dan panorama alam.

(7)

Bappeda Kabupaten Sorong berikut perangkat peraturan lain yang terkait, sebagai berikut :

 Penetapan lokasi kegiatan pembangunan yang memerlukan tanah diarahkan pada tanah-tanah yang kurang produktif atau tanah kosong.

 Penetapan lokasi disesuaikan dengan kondisi fisik (kemampuan lahan) dan ditetapkan sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

 Penetapan lokasi disesuaikan melalui rapat-rapat koordinasi dengan instansi terkait, agar tidak terjadi konflik kepentingan.

 Tanah-tanah yang mempunyai kemiringan lebih 40% dan terletak pada kawasan budidaya ditetapkan menjadi kawasan lindung.

 Tanah-tanah yang mempunyai kemiringan lereng 8–4%, memerlukan terasering untuk mencegah kerusakan tanah.

 Lokasi-lokasi yang akan diarahkan untuk pembangunan, diprioritaskan yang dekat dengan sarana pendukung seperti jaringan jalan.

 Dalam rangka penyediaan areal untuk kegiatan pembangunan perlu adanya upaya pendekatan dan sosialisasi yang baik dari pihak investor dengan masyarakat adat setempat.

3. Strategi Pengembangan Sistem Kota-kota

(8)

III-8 a. Mengembangkan keterkaitan antar kota secara fungsional dan tata

ruang

Banyaknya kota-kota kecil yang merupakan pusat-pusat permukiman penduduk yang saling dipisahkan oleh laut maupun daratan dan sulit dijangkau merupakan indikasi keterpecahan ruang di Wilayah Kabupaten Sorong. Untuk mencapai kesatuan wilayah perlu dikembangkan keterkaitan antar kota.

Pengembangan keterkaitan secara fungsional dilakukan dengan pengembangan fungsi pelayanan kota yang teritegrasi. Sedangkan pengembangan keterkaitan secara tata ruang dilakukan dengan meningkatkan aksesibilitasnya terutama dengan pengembangan jaringan jalan di satu wilayah daratan (pulau dan Sorong daratan/pedalaman) dan transportasi laut untuk antar pulau dan daerah pesisir (bagian Utara dan Selatan). Pengembangan jaringan transportasi ini juga ditujukan untuk mencapai pemerataan pembangunan. Pengembangan jaringan jalan ini perlu melihat tingkatan kepentingan dan potensi kota-kota yang bersangkutan.

b. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi kota kecil dan

pedesaan terutama sebagai pusat wilayah belakangnya

Fungsi kota-kota kecil dan pedesaan dalam sistem kota-kota perlu ditingkatkan untuk lebih dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan. Maka diarahkan agar kota-kota itu juga menjadi atau meningkatkan fungsinya sebagai pusat kegiatan koleksi dan distribusi bagi wilayah belakang dalam satu wilayah pulau. Pola penyebaran kota-kota kecil dan pedesaan ini mengikuti pembentukan kawasan pulau dan daerah pesisir.

4. Strategi Pengembangan Prasarana Wilayah

(9)

Berdasarkan permasalahan pembangunan dan tata ruang di Kabupaten Sorong pengembangan prasarana wilayah yang akan mendukung tujuan-tujuan penataan ruang terutama adalah prasarana perhubungan/transportasi yang meliputi laut, darat, udara, prasarana pengairan, energi/listrik dan telekomunikasi.

a. Strategi pengembangan prasarana perhubungan/transportasi.

Pembangunan prasarana perhubungan laut terutama diarahkan meningkatkan hubungan inter-regional yaitu hubungan antara pelabuhan yang telah ada di Kabupaten Sorong dengan pelabuhan yang ada di luar kabupaten, dapat terselenggara dengan baik. Selain itu juga mengembangkan perdagangan antar pulau dan kota kecamatan di daerah pesisir perlu diadakan hubungan laut secara reguler. Perlu pula dikembangkan fungsi pelabuhan-pelabuhan laut untuk mendukung pengembangan wilayah terutama yang erat kaitanya dengan pusat-pusat pengembangan baru yaitu Kabupaten Raja Ampat dan Kabupaten Sorong Selatan.

Pembangunan prasarana jalan untuk menghubungkan intra pulau besar yaitu wilayah Sorong Daratan hingga ke daerah pedalaman, maupun pulau kecil. Pengembangan jalan raya di Sorong daratan terkait dengan pengembangan trans Papua serta meningkatkan aksesibilitas antara kota Sorong dengan kota-kota Distrik di Kabupaten Sorong. Selain itu, pengembangan jalan dimanfaatkan untuk meningkatkan aksesibilitas antara pusat-pusat produksi dengan daerah pemasaran; mendukung pengembangan daerah pedalaman; memperlancar perhubungan antar kota; serta mendukung pengembangan sektor lainnya.

(10)

III-10

b. Strategi pengembangan prasarana pengairan dan sumber daya air, diarahkan di wilayah potensial untuk mendukung pengembangan usaha pertanian tanaman pangan, terutama persawahan lahan basah dan pasang surut mendukung perkebunan di daerah rawa.

c. Strategi pengembangan energi, diarahkan bagi pemanfatan sumber daya air dalam bentuk PLTA guna mendukung pengembangan kawasan-kawasan yang potensial bagi pengembangan perindustrian dan pertambangan.

d. Strategi pengembangan prasarana telekomunikasi.

Pengembangan sistem telekomunikasi diarahkan untuk mendukung kawasan-kawasan yang sulit dijangkau oleh prasarana perhubungan/transportasi terisolir dan rawan bencana alam, dan kawasan-kawasan yang akan menjadi pusat-pusat pengembangan wilayah (industri dan pariwisata).

5. Strategi Pengembangan Wilayah-wilayah Prioritas

Wilayah-wilayah yang perlu mendapatkan prioritas dalam pengembangannya untuk jangka menengah adalah berupa kawasan strategis, kawasan kritis, kawasan rawan bencana (seperti kawasan rawan pangan, kawasan rawan kebakaran dan kawasan rawan kesehatan) dan kawasan khusus (kawasan yang sesuai bagi kepentingan Hankam yang memiliki nilai strategis pertahanan keamanan sehubungan dengan daerah perbatasan). Strategi pengembangan wilayah-wilayah tersebut akan diarahkan sebagai berikut :

a. Kawasan-kawasan yang diprioritaskan untuk mengakomodasikan kepentingan sektor-sektor yang pengembangannya dianggap strategis sehingga perlu mendapat dukungan penataan ruang.

(11)

investasi untuk mendukungnya. Secara umum kawasan-kawasan strategis yang perlu mendapat prioritas adalah:

 Sentra produksi pertanian tanaman pangan terutama padi dan palawija. Perkebunan komoditi holtikultura PIR/UPP di daerah lahan kering mendekati jalur transportasi darat. Disini kemungkinan terjadi tumpang tindih antar areal pertanian tanaman pangan dengan areal perkebunan.

 Sentra pertambangan minyak bumi dan gas alam dimana secara umum wilayah kabupaten kaya akan sumber daya minyak bumi dan gas alam karena berada di wilayah cekungan hidrokarbon. Beberapa lapangan pengeboran minyak bumi dan gas alam berada di sekitar Klamono, Linda, Salawati dan sekitar Bintuni. Kegiatan eksplorasi berada di kecamatan Seget dan Salawati (PT.Petrochina)

 Sentra bahan tambang mineral berupa batuan, batu bara, logam serta gambut diperkirakan potensial untuk pengembangan industri terkait dengan bahan tambang tersebut sebagai bahan baku, walaupun untuk lokasi pastinya memerlukan eksplorasi lebih dulu.

 Sentra produksi kehutanan yang tersebar di seluruh kabupaten yang menempati kawasan kehutanan di pedalaman pada kawasan budidaya di bagian tengah sampai perbatasan dengan kawasan lindung. Areal ini potensial untuk pengembangan Pusat Industri Kayu secara Nasional. Kemungkinan disini terjadi tumpang tindih dengan areal Pekebunan Negara dan Swasta atau Perkebunan PIR/UPP.

 Sentra produksi perkebunan yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten, menempati kawasan budidaya yang merupakan perbukitan. Areal ini potensial untuk pengembangan perkebunan pola PIR/UPP yang melibatkan partisipasi khususnya masyarakat setempat. Kemungkinan areal ini tumpang tindih dengan areal kehutanan.

(12)

III-12

budidaya biota laut ini perlu memperhatikan kelestarian lingkungan dan menghindari terjadinya konflik dengan kegiatan lain seperti kegiatan pariwisata, sandar perahu dan industri galangan kapal/perahu.

 Sentra produksi peternakan diarahkan pada pusat-pusat permukiman perkotaan, areal transmigrasi dan pedesaan.

 Kawasan industri Arar ditetapkan sebagai kawasan industri pengolahan. Kawasan ini telah memiliki akses keluar wilayah secara langsung berupa pelabuhan laut maupun transportasi darat.

 Jaringan jalan Sorong daratan yang diarahkan mendukung pengembangan wilayah Kabupaten Sorong, memacu serta meningkatkan keterkaitan fungsional antar kota. Prasarana perhubungan ini akan sangat berperan dalam membuka akses antar distrik khususnya di kawasan pedalaman.

b. Kawasan-kawasan yang dianggap kritis untuk dikembalikan fungsinya, memerlukan penanganan permasalahan tata ruang dan lingkungan. Kawasan-kawasan kritis di Kabupaten Sorong mengandung masalah kelestarian sumber daya alam dan lingkungan dimana pada daerah daratan dan pesisir pantai merupakan kawasan konservasi dan fungsi lindung. Kawasan yang dimaksud antara lain

 Cagar Alam Tamrau Utara

 Cagar Alam Pantai Sausapor

 Cagar Alam Pantai Wewe Koor

 Suaka Margasatwa Pantai Jamursba Medi

B. Skenario Pengembangan Sektor/Bidang PU/Cipta Karya

Strategi/Skenario pengembangan sektor Bidang Cipta Karya di wilayah Kabupaten Sorong mencakup beberapa hal pokok yang berkaitan dengan kelangsungan beberapa aktifitas sosial-ekonomi penduduk yang sehat, nyaman dan dengan dampak yang sekecil mungkin.

(13)

1. Strategi Pengembangan Jalan Lingkungan

Strategi pengembangan jaringan jalan diarahkan pada penentuan pola sirkulasi dan sistem angkutan, yang dapat menghubungkan pusat-pusat pelayanan dengan perumahan dan permukiman penduduk.

2. Strategi Pengembangan Air Bersih, meliputi:

Perintisan sistem daur ulang melalui law enforcement bagi setiap pembangunan permukiman baru.

Pengembangan pelayanan air bersih dengan menambah kapasitas atau debit air maupun jaringan perpipaan pada wilayah yang belum terlayani.

3. Strategi Pengembangan Drainase

Dalam pengembangan sistem drainase, strategi yang dapat dilakukan adalah:

Strategi pengembangan diarahkan dengan mempertahankan kondisi dan karateristik lahan sesuai dengan peruntukannya.

Strategi pengembangan drainase diarahkan pada perbaikan jaringan drainase menjadi permanen.

4. Strategi Pengembangan Prasarana Air Limbah, meliputi:

Pengembangan sistem pengolahan air limbah diarahkan pada pengolahan air limbah masyarakat/penduduk dengan menggunakan sistem on-site

Pengembangan pengolahan air limbah dengan menggunakan sistem off-site septik tank komunal dengan sasaran perumahan penduduk di daerah terpencil.

5. Strategi Pengembangan Prasarana Persampahan

Strategi pengolahan persampahan meliputi:

(14)

III-14 Penciptaan peluang untuk berusaha dari pengolahan sampah yang

berwawaskan lingkungan di TPA dengan menerapkan konsep usaha daur ulang, pemanfaatan kembali dan pengomposan.

Referensi

Dokumen terkait

20 Mendidik anak saya yang Slow Learner untuk dapat berprestasi di sekolah merupakan hal yang menyenangkan buat saya. 2] Menurut saya, pendidikan yang terbaik

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak.. perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau

Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, Business Unit Gas Product Sales Area Palembang dimana pada Bagian Penjualan yang meliputi proses pengolahan data admin, data

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara gaya pengasuhan ayah dan ibu (otoritatif, permisif, dan otoriter) dengan perilaku bermasalah pada anak usia dini

Introduction: The Globalisation Debate in Global Transformations: Politics, Economics and Culture (Cambridge: Polity Press).. Globalization and the Liberal Democratic

Pemetaan potensi calon pelanggan sudah cukup baik, sehingga penulis berusaha untuk membangun pengembangan suatu sistem yang dapat mempermudah Bagian Penjualan dalam

Sutabri (2012:38), sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bunda Maria, dan Para Malaikat Kudus di surga atas segala rahmat penyertaan dan kekuatan yang diberikan