• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH KABUPATEN SAROLANGUN - DOCRPIJM 1505364824BAB II Konds.Sarolangun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH KABUPATEN SAROLANGUN - DOCRPIJM 1505364824BAB II Konds.Sarolangun"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH

KABUPATEN SAROLANGUN

2.1. Kondisi Umum

Kabupaten Sarolangun yang berumur belum genap 10 (sepuluh) tahun

merupakan kabupaten pemekaran berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 54 Tahun 1999. Secara administratif, batas wilayah kabupaten

ditetapkan sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Batang Hari.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Merangin.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Batang Hari dan Provinsi Sumatera Selatan.

Bentang alam yang membentuk wilayah Kabupaten Sarolangun

menunjukkan bentuk topografi yang bervariasi, mulai dari datar, bergelombang,

sampai berbukit-bukit dengan ketinggian berkisar antara 10-1.000 m di atas

permukaan laut. Daerah yang datar-bergelombang tersebar di bagian utara,

sedang wilayah yang bergelombang dijumpai di bagian timur. Topografi

perbukitan terdapat di bagian selatan, dan daerah ini merupakan bagian dari

rangkaian pegunungan Bukit Barisan yang membentang dari utara-selatan

sepanjang Pulau Sumatera. Berdasarkan bentuk topografinya maka Kabupaten

Sarolangun dapat dibedakan berdasarkan kemiringan wilayahnya, daerah datar

dengan kemiringan 0-2% (luas 94.096 ha), daerah bergelombang dengan

kemiringan 3-15% (luas 239.783 ha), daerah berbukit curam dengan kemiringan

berkisar antara 16-40% (luas 165.589 ha), dan daerah berbukit sangat curam

dengan kemiringan lebih dari 40% (luas 117.935 ha). Bentang alam dengan

topografi datar, bergelombang, dan perbukitan yang tersebar di wilayah

(2)

Tabel 2.1. Luas dan kelerengan wilayah kecamatan

1 Batang Asai - - 15.278 70.522 85.800

2 Limun 1.575 42.933 1.982 47.410 111.900

3 Cermin Nan Gedang (?) (?) (?) (?) (?)

4 Pelawan 15.120 25.430 9.750 - 50.300

5 Singkut (?) (?) (?) (?) (?)

6 Sarolangun 30.387 40.084 11.229 - 81.700

7 Batin VIII (?) (?) (?) (?) (?)

8 Pauh 35.856 103.086 85.158 - 224.100

9 Air Hitam (?) (?) (?) (?) (?)

10 Mandiangin 11.158 28.250 24.193 - 63.600

Jumlah 94.096 239.783 165.589 117.935 617.400 Sumber: BPS Kabupaten Sarolangun 2007; (?) data belum tersedia

2.1.1. Profil Geografis

Kabupaten Sarolangun secara geografis terletak antara 102º03’39”

sampai 103º13’17” BT dan 01º53’39” sampai 02º46’24” LS. Luas wilayah

Kabupaten Sarolangun sekitar 6.174 km2, yang terdiri dari 8 (delapan)

kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Batang Asai, luas 858 km2.

2. Kecamatan Limun, luas 804 km2.

3. Kecamatan Cermin Nan Gedang, luas 315 km2.

4. Kecamatan Pelawan, luas (?)

5. Singkut, luas (?).

6. Kecamatan Sarolangun, luas 319 km2.

7. Kecamatan Batin VIII, luas 498 km2.

8. Kecamatan Pauh, luas1.770 km2.

9. Kecamatan Air Hitam, luas 471 km2.

10. Kecamatan Mandiangin, luas 636 km2.

Berdasarkan topografinya, daerah Sarolangun pada umumnya dibedakan

menjadi 2 (dua) satuan bentang alam, yaitu: (1) dataran rendah dengan luas

(3)

sekitar 15%. Oleh karena itu, wilayah ini sebagian besar merupakan dataran

rendah (lowland). Sedangkan, ketinggian wilayah di kabupaten ini berkisar antara 20 m dan ≥1000 m dari permukaan laut. Dataran tertinggi terletak di

Kecamatan Batang Asai/Pekan Gedang, dan terendah berada di Kecamatan

Mandiangin. Luas wilayah menurut ketinggian secara lengkap diperlihatkan

pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Luas wilayah menurut ketinggian di Kabupaten Sarolangun.

No Kecamatan Ketinggian (m) dan luas (ha) Jumlah

(ha) 10-100 100-500 500-1000 ≥1000

1 Batang Asai 9.132 11.312 56.591 8.765 85.800

2 Limun 43.934 31.219 34.592 2.155 111.900

3 Cermin Nan Gedang (?) (?) - - (?)

4 Pelawan 35.173 15.127 - - 50.300

5 Singkut (?) (?) - - (?)

6 Sarolangun 72.692 9.008 - - 81.700

7 Batin VIII (?) (?) - - (?)

8 Pauh 168.075 56.025 - - 224.100

9 Air Hitam (?) (?) - - (?)

10 Mandiangin 44.846 18.754 - - 63.600

Jumlah 373.825 141.445 91.183 10.920 617.400 Sumber: BPS Kabupaten Sarolangun 2007; (?) data belum tersedia

Tabel 2.3. Rata-rata curah hujan dan hari hujan pada tahun 2005 dan 2006.

No Bulan

Tahun

2005 2006

Curah Hujan Hari Hujan Curah Hujan Hari Hujan

1. Januari 858,4 15 333,25 12

2. Februari 708,0 22 378,03 15

3. Maret 106,9 5 166,83 12

4. April 237,6 14 341,83 15

5. Mei 89,9 6 138,75 6

6. Juni 164,2 7 166,12 9

7. Juli 162,3 11 208,40 9

8. Agustus 308,1 17 61,13 3

9. September 708,8 21 81,74 5

10. Oktober 883,0 19 23,55 4

11. Nopember 280,2 13 192,20 1

12. Desember 296,4 12 140,43 8

Sumber: Sarolangun dalam angka 2007.

Seperti daerah-daerah beriklim tropis lain di Indonesia, wilayah Sarolangun

memiliki rata-rata curah hujan dan jumlah hari hujan yang bervariatif di

(4)

2.1.2. Profil Demografi 2.1.2.1. Kependudukan

Informasi mengenai kondisi demografi atau kependudukan Kabupaten

Sarolangun yang disajikan di sini bersumber dari referensi Sarolangun Dalam

Angka Tahun 2007. Sumber data yang dipergunakan dalam buku itu terlihat

beragam, diantaranya dari hasil Sensus Penduduk tahun 2000, Supas 2005,

dan Susenas 2006. Berdasarkan data BPS tahun 2007, jumlah penduduk

Kabupaten Sarolangun diestimasikan sekitar 208.753 jiwa, dengan rata-rata

pertumbuhan penduduk per tahun adalah 2,32%. Tingkat kepadatan penduduk

rata-rata per km2 pada tahun 2007 adalah 41 jiwa/km2. Kepadatan penduduk

untuk masing-masing kecamatan tampak berbeda-beda, yaitu:

1. Kecamatan Batang Asai 17 jiwa/km2.

2. Kecamatan Limun 15 jiwa/km2.

3. Kecamatan Cermin Nan Gedang 20 jiwa/km2.

4. Kecamatan Pelawan (?).

5. Kecamatan Singkut (?).

6. Kecamatan Sarolangun 101 jiwa/km2.

7. Kecamatan Batin VIII 35 jiwa/km2.

8. Kecamatan Pauh km10 jiwa/km2.

9. Kecamatan Air Hitam 41 jiwa/km2.

10. Kecamatan Mandiangin 40 jiwa/km2.

Profil kependudukan Kabupaten Sarolangun diperlihatkan berturut-turut dari

Tabel 2.4 sampai dengan Tabel 2.6 berikut ini.

Tabel 2.4. Jumlah rumah tangga, penduduk, dan rata-rata anggota rumah tangga menurut kecamatan tahun 2004-2006.

1. Batang Asai 3.994 7.308 7.705 15.013 4

2. Limun (?) 6.335 6.014 12.349 4

3. Cermin Nan Gedang (?) 3.114 3.281 6.395 4

(5)

No Kecamatan

5. Singkut (?) 16.723 16.154 32.877 4

6. Sarolangun 7.912 16.307 15.784 32.091 4

7. Batin VIII 4.305 8.872 8.589 17.461 4

8. Pauh 4.199 9.115 9.386 18.501 4

9. Air Hitam 4.399 9.551 9.834 19.385 4

10. Mandiangin 6.533 13.423 12.629 26.052 4

Jumlah 2006 49.088 103.608 101.482 205.090 4 2004 46.961 100.840 95.069 195.909 4 2005 51.456 100.442 98.380 198.822 4 Sumber: Sarolangun dalam angka 2007.

Tabel 2.5. Luas, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk menurut kecamatan tahun 2006.

No Kecamatan Luas

(km2) Jumlah Penduduk Kepadatan

1. Batang Asai 858 15.013 17

2. Limun 804 12.349 15

3. Cermin Nan Gedang 315 6.395 20

4. Pelawan ? 24.966 ?

5. Singkut ? 32.877 ?

6. Sarolangun 319 32.091 101

7. Batin VIII 498 17.461 35

8. Pauh 1.770 18.501 10

9. Air Hitam 471 19.385 41

10. Mandiangin 636 26.052 41

Jumlah 6.174 205.090 33

Sumber: Sarolangun dalam angka 2007.

Tabel 2.6. Jumlah penduduk menurut kecamatan tahun 2005-2006.

No Kecamatan 2005 2006

1. Batang Asai 14.553 15.013

2. Limun 11.972 12.349

3. Cermin Nan Gedang 6.200 6.395

(6)

2.1.2.2. Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur Umur

Struktur penduduk di Kabupaten Sarolangun secara umum mengalami

perubahan dari tahun 2004-2006. Jumlah penduduk kecenderunan meningkat

dari 195.909 jiwa pada tahun 2004 menjadi 205.090 jiwa pada tahun 2006.,

walau demikian rasio jenis kelamin relatif tidak mengalami perubahan atau

berkisar antara 102-106.

Tabel 2.7. Jumlah penduduk dan rasio jenis kelamin menurut kecamatan tahun 2004-2006.

No Kecamatan Penduduk Rasio

L P L+P

1. Batang Asai 7.308 7.705 15.013 95

2. Limun 6.335 6.014 12.349 105

3. Cermin Nan Gedang 3.114 3.281 6.395 95

4. Pelawan 12.699 12.267 24.966 104

5. Singkut 16.723 16.154 32.877 104

6. Sarolangun 16.307 15.784 32.091 103

7. Batin VIII 8.872 8.589 17.461 103

8. Pauh 9.115 9.386 18.501 97

9. Air Hitam 9.551 9.834 19.385 97

10. Mandiangin 13.423 12.629 26.052 106

Jumlah 2006 103.608 101.482 205.090 102 2005 100.442 98.380 198.822 102 2004 100.840 95.069 195.909 106 Sumber: Sarolangun dalam angka 2007.

Berdasarkan kelompok umur, sebagian besar penduduk berumur antara 5-19

tahun, sedangkan penduduk dengan umur lebih dari 75 tahun jumlahnya

tergolong kecil. Data jumlah penduduk dan rasio jenis kelamin serta kelompok

umur diperlihatkan pada Tabel 2.7 dan 2.8.

2.1.2.3. Laju Pertambahan Penduduk

Berdasarkan data penduduk di Kabupaten Sarolangun terlihat bahwa

pertumbuhan penduduk rata-rata 2,48% selama kurun waktu 10 tahun atau dari

(7)

Tabel 2.8. Jumlah penduduk menurut kelompok umur tahun 2006.

Laju pertumbuhan penduduk yang diprediksikan dalam Rencana Jangka

Panjang (RPJP) kabupaten ini tampak tidak linier dan cenderung menurun

hingga tahun 2025, dengan asumsi pertumbuhan rata-rata per tahun sekitar

2,41%. Dengan demikian, dalam RPIJM ini estimasi pertumbuhan penduduk

hingga 2014 diperkirakan juga sekitar 2,41% per tahun.

Tabel 2.9. Rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun dari tahun 1990-2000 menurut kecamatan.

No Kecamatan 1990 2000

Rata-rata Pertumbuhan

per Tahun

1. Batang Asai 13.202 14.249 0,79

(8)

2.1.3. Profil Ekonomi

Indikator makro bidang ekonomi dan sosial yang dipertimbangkan oleh

Pemerintah Kabupaten Sarolangun dalam pelaksanaan APBD tahun anggaran

2007, di antaranya bersumber dari Badan Pusat Statistik. Dalam publikasi BPS

Kabupaten Sarolangun , nampak bahwa :

1. Pertumbuhan ekonomi adalah 6,82 % pada tahun 2005 dan 7,75 %

pada tahun 2006. Dalam tahun 2007 angka pertumbuhan ekonomi

diperkirakan mencapai angka 7,20 %.

2. Struktur ekonomi didominasi oleh sektor utama di Tahun 2007 yaitu

Sektor Bangunan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih serta sektor

Jasa-Jasa. Disektor Bangunan dan Sektor Listrik, Gas dan Air

Bersih masing-masing menyumbang hingga 15,88 % dan 15,78 %

terhadap perekonomian Kabupaten Sarolangun, sedangkan sektor

jasa-jasa menyumbang 12,39 pada tahun 2007.

3. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita tahun

2005 Rp 117.980.000,- naik menjadi Rp 124.670.000,- pada tahun

2006. Dalam tahun 2007 diperkirakan mencapai Rp

124.190.000,-Sedangkan total Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

tahun 2005 Rp 119,77 juta menjadi 128,56 juta pada tahun 2006.

Pada tahun 2007 diperkirakan mencapai Rp 127,08 juta.

4. Laju pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun relatif stabil pada

tingkat 2,4 %. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka pada tahun

2007 mencapai 3,47 %. Sedangkan jumlah penduduk miskin yang

pada tahun 2005 sebesar 19,81 %, pada tahun 2006 turun menjadi

18,23 % dari jumlah penduduk. Pada tahun 2007 diharapkan

semakin menurun.

5. Dari segi pendidikan, tingkat melek huruf penduduk pada tahun

(9)

2006 yang mencapai 93,71 % dan tahun 2005 yang mencapai

93,60 %.

6. Dari sisi kesehatan, angka harapan hidup di tahun 2007 diharapkan

bertahan pada 68,80 % sebagaimana pada tahun 2006 yang telah

meningkat dari angka 68,61% tahun untuk tahun 2005.

2

2..11..33..11..KeKebbiijjaakkaannKeKeuuaannggaann

Dalam menjalankan roda perekonomian dan pemerintahan di

Kabupaten Sarolangun untuk mewujudkan visi “Terwujudnya Kabupaten yang maju dan mandiri berbasis ekonomi kerakyatan, agribisnis yang berdaya saing tinggi dan SDM yang berkualitas dalam tatanan kehidupan masyarakat yang sejahtera, aman, tenteram serta menjunjung tinggi nilai-nilai agama, adat istiadat dan supremasi hukum”; diperlukan kebijakan fiskal dan keuangan, baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran.

Dari sisi penerimaan, telah dikeluarkan seperangkat Perda yang mengatur

mengenai Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sumber pajak dan retribusi

daerah. Perda tersebut menyebutkan secara rinci mengenai jenis dan tarif

masing-masing pajak dan retribusi daerah. Pada tahun anggaran 2007 ini

penerimaan PAD jumlahnya belum signifikan untuk menopang belanja daerah

dalam APBD, dan masih mengandalkan dukungan dana dari penerimaan

transfer/bagi hasil dan Dana Alokasi Umum dari Pemerintah Pusat.

Dari sisi pengeluaran, Perda APBD telah ditetapkan sebagai batas tertinggi

pengeluaran untuk tiap-tiap kegiatan agar terjadi efisiensi dan efektivitas

kegiatan. Selanjutnya sebagai pelaksanaan ketentuan pasal 150 ayat 1

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, telah disusun perangkat

kebijakan yang menjadi dasar dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban

keuangan daerah, yakni Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang

Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah dan sebagai pengganti Peraturan Daerah

yang lama tersebut telah disusun draft Peraturan Daerah Tentang Pokok-Pokok

(10)

peraturan terbaru (antara lain Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, PP Nomor 3

Tahun 2007, PP Nomor 38 Tahun 2007) dimana secara substansial mengatur

hal-hal pokok yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah. Ketentuan

secara rinci diatur lebih lanjut dalam Peraturan Kepala Daerah (antara lain telah

disusun draft Kebijakan Akuntansi).

2

2..11..33..22..PePennccaappaaiiaannTaTarrggeettKiKinneerrjjaaAPAPBBDD

APBD Kabupaten Sarolangun tahun anggaran 2007 ditetapkan

dengan Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2007, yang selanjutnya diubah

dengan Peraturan Daerah Nomor 30.Tahun 2007 tentang Perubahan APBD

Kabupaten Sarolangun tahun anggaran 2007. Penyusunan APBD ini dilakukan

dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan, pelaksanaan

pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat untuk mencapai tujuan

bernegara. Upaya untuk mencapai tujuan bernegara dimaksud secara

operasional dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang sekaligus

bertindak selaku pusat pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah.

APBD yang disusun ini telah menerapkan sistem anggaran berbasis

kinerja, yakni mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang digunakan. Prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja ini secara operasional dituangkan dalam bentuk Anggaran

Belanja Langsung, yakni belanja yang dipengaruhi secara langsung oleh

adanya program/kegiatan yang direncanakan.

Struktur APBD terdiri dari anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan.

Khusus untuk belanja diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam Belanja Tidak

Langsung terdiri dari Belanja Pegawai, Bunga; Subsidi; Hibah; Bantuan Sosial;

Belanja Bagi Hasil; Bantuan Keuangan; dan Belanja Tidak Terduga. Sedangkan

Belanja Langsung terdiri dari Belanja Pegawai; Belanja Barang dan Jasa; dan

(11)

Pelaporan kinerja operasional yang berdimensi keuangan pada

Pemerintah Kabupaten Sarolangun disajikan tersendiri dalam “Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah” (LAKIP), yang mengacu pada

pedoman yang ditetapkan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) dengan

Keputusan Nomor 239/IX/6/8/2003.

Dalam LAKIP tersebut, dilaporkan aspek akuntabilitas kinerja, di mana

esensi capaian kinerja yang dilaporkan merujuk pada sejauh mana visi, misi dan

tujuan/sasaran strategis telah dicapai selama tahun 2007.

Di dalamnya antara lain diuraikan strategi dan sumber daya yang digunakan

untuk mencapai tujuan/sasaran strategis, tingkat efisiensi suatu program melalui

pembandingan output dengan inputnya, serta tingkat efektivitas suatu program melalui pembandinganoutcomedengan targetnya.

2.1.4. Profil Sosial dan Budaya 2.1.4.1. Sumberdaya Manusia

Pembangunan sumberdaya manusia (SDM) di Kabupaten Sarolangun

setelah periode pemekaran relatif belum mengalami perkembangan. Fenomena

itu terlihat dari angka Indek Pembangunan Manusia (IPM) sebelum pemekaran

tahun 1999 sebesar 65,0 dan setelah pemekaran masih tetap 65,0. Kondisi ini

menempatkan Kabupaten Sarolangun berada pada peringkat 203 untuk tingkat

nasional dan 8 untuk tingkat provinsi atau ketiga terbawah. Dengan demikian,

kondisi IPM kabupaten ini tergolong masih rendah jika dibandingkan dengan

kabupaten-kabupaten lain di wilayah Provinsi Jambi. Posisi kondisi IPM

(12)

Tabel 2.10 Posisi IPM Kabupaten Sarolangun terhadap nasional dan

5. Muara Jambi 64,6 158 5

6. Tanjung Jabung Timur 63,6 192 7

7. Tanjung Jabung Barat 63,6 102 2

8. Tebo 62,7 207 10

9. Bungo 62,7 232 9

10. Kota Jambi 68,9 46 1

2.1.4.2. Pendidikan

Pembangunan di bidang pendidikan di Kabupaten Sarolangun relatif

belum mengalami peningkatan secara signifikan, terutama jika dibandingkan

dengan kabupaten lain di wilayah Provinsi Jambi. Hal ini tentunya terkait dengan

usia kabupaten yang relatif masih muda. Rendahnya tingkat pendidikan

penduduk diindikasikan dengan angka melek huruf, rata-rata lama bersekolah,

dan partisipasi pendidikan berdasarkan usia sekolah.

Tabel 2.11 Penduduk melek huruf dan rata-rata lam bersekolah di Kabupaten Sarolangun dibandingkan dengan kabupaten/kota

di Provinsi Jambi.

No Kabupaten/Kota Rata-rata melek huruf (%)

Rata-rata lama sekolah

P L P L

Provinsi Jambi 92,1 97,3 6,7 8,0

1. Kerinci 91,4 94,8 6,7 8,0

2. Merangin 93,5 97,9 6,2 7,5

3. Sarolangun 86,5 94,1 5,2 6,6

4. Batanghari 94,4 99,1 6,1 7,7

5. Muara Jambi 89,7 98,0 6,2 7,4

6. Tanjung Jabung Timur 92,9 94,8 5,7 6,6

7. Tanjung Jabung Barat 93,6 98,3 6,7 7,7

8. Tebo 87,3 96,2 5,8 7,2

9. Bungo 91,1 98,0 6,1 7,7

(13)

Dalam konteks itu, Kabupaten Sarolangun untuk penduduk usia 10 tahun ke

atas yang melek huruf sebesar 86,5% untuk perempuan dan 94% untuk

laki-laki, rata-rata lama bersekolah mencapai 5,2 tahun untuk perempuan dan 6,6

tahun untuk laki-laki. Gambaran penduduk yang melek huruf dan lama

bersekolah ditunjukkan pada Tabel 2.11

Data yang ditampilkan pada tabel tersebut memperlihatkan bahwa

penduduk laki-laki cenderung lebih banyak yang buta huruf daripada penduduk

perempuan. Kondisi ini membuktikan bahwa pembangunan di bidang

pendidikan perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius lagi. Pemikiran ini

diperkuat dengan data yang menunjukkan rata-rata lama sekolah penduduk

masih rendah jika dibandingkan dengan kabupaten lain. Namun demikian,

angka partisipasi sekolah penduduk cenderung meningkat dari tahun ke tahun

(Tabel 2.12). Peningkatan itu terkait dengan upaya pemerintah daerah dalam

meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan (Tabel 2.13).

Tabel 2.12 Angka partisipasi sekolah penduduk Kabupaten Sarolangun yang berusia 7-18 tahun.

No Pendidikan 2000 2001 2002 2003 2004 Perkembangan

(%)

1 TK 733 1.004 1.770 1.734 2.132 190,85

2 SD 29.682 29.772 29.943 30.909 30.392 2,39

3 SLTP 4.681 4.714 5.297 6.918 6.429 37,34

4 SLTA 1.121 1.401 1.824 2.517 2.637 135,23

Tabel 2.13 Jumlah sekolah dari tahun 2000-2004 di Kabupaten Sarolangun.

No Pendidikan 2000 2001 2002 2003 2004 Perkembangan

(%)

1 TK 21 34 53 52 62 200

2 SD 207 212 195 196 198 -4,3

3 SLTP 20 28 27 34 37 85

4 SLTA 7 8 10 13 14 100

Selain peningkatan jumlah sekolah, rasio guru dan murid juga mengalami

perbaikan, sehingga semakin mendekati kondisi ideal seperti yang diharapkan

(14)

Tabel 2.14 Rasio guru-murid untuk masing-masing sekolah di Kabupaten Sarolangun.

No Pendidikan 2000 2001 2002 2003 2004 Perkembangan

(%)

Jumlah pencari kerja di Kabupaten Sarolangun tergolong cukup besar.

Berdasarkan data yang tercatat pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(Disnakertrans) Kabupaten Sarolangun tahun 2006 terlihat bahwa pencari kerja

adalah 2.193 orang, terdiri dari 1.104 orang laki-laki dan 1.089 orang

perempuan, dan mereka pada umumnya antara 10-54 tahun.

Dalam rangka meningkatkan keterampilan para pencari kerja, pemerintah

daerah telah melakukan pelatihan. Banyaknya tenaga kerja yang dilatih di

LKK-UKM Disnakertrans tahun 2006 berjumlah 336 orang, terdiri dari 167 orang

laki-laki dan 169 orang perempuan. Profil tenaga kerja dan aspek yang terkait di

Kabupaten Sarolangun diperlihatkan pada Tabel 2.15 sampai Tabel 2.11.

Tabel 2.15. Jumlah pencari kerja yang terdaftar pada kantor Disnakertrans per bulan menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin tahun 2006.

(15)

Tabel 2.16. Jumlah pencari kerja yang terdaftar dan yang ditempatkan menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin tahun 2006.

No Tingkat

5. Sarmud/DIII 195 308 503 117 82 199

6. Sarjana 241 227 468 96 101 197

Jumlah 1.104 1.089 2.193 537 570 1.107 Sumber: Sarolangun dalam angka 2007.

Tabel 2.17. Banyaknya tenaga kerja yang dilatih di LKK-UKM menurut kejuruan dan jenis kelamin tahun 2006.

No Kejuruan Laki-laki Perempuan Jumlah

Non-institusional

1. Bangunan kayu/meubel - -

-2. Bangunan batu 32 - 32

13. Tanaman palawija/kebun - -

-Institusional

6. Instalasi penerangan - -

-7. Peternakan - -

-8. Sepeda motor - -

-9. Pangkas/Rias - 16 16

10. Mengetik - -

-11. Prosesing - -

-12. Gulung dinamo 13 3 16

13. Reamer block 16 - 16

14. Teknik pendingin 16 - 16

15. Bordir - -

-16. Komputer 12 20 32

(16)

Tabel 2.18. Banyaknya tenaga kerja yang dilatih di LKK-UKM menurut jenis

Tabel 2.19. Situasi pencari kerja, penempatan dan permintaan per bulan menurut jenis kelamin tahun 2006.

No Bulan Pendaftaran Permintaan Penempatan

L P L P L P

1. Januari 138 143 - - -

-2. Februari 20 6 - - -

-3. Maret 436 490 222 245 217 245

4. April 90 50 95 50 95 50

Jumlah 1.104 1.089 619 539 570 537

Sumber: Sarolangun dalam angka 2007.

2.1.4.4. Kesehatan

Pembangunan di bidang kesehatan merupakan salah satu faktor penting

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesehatan

masyarakat dapat dilihat dari status kesehatan dan pola penyakit yang ada di

wilayah itu. Indikator yang umum dipakai untuk mengukur derajat kesehatan

adalah usia harapan hidup masyarakat, tingkat kematian bayi, angka kematian

(17)

Dalam kaitan dengan usia harapan hidup masyarakat, Pemerintah

Daerah telah menunjukkan keberhasilan dalam pembangunan di bidang

kesehatan, hal itu tercermin dalam Tabel 2.20.

Tabel 2.20 Usia harapan hidup penduduk Kabupaten Sarolangun.

No Kabupaten/Kota Usia harapan hidup

P L

Provinsi Jambi 68,8 64,8

1. Kerinci 70,9 66,9

2. Merangin 68,2 64,3

3. Sarolangun 68,5 64,6

4. Batanghari 68,0 64,2

5. Muara Jambi 68,2 64,3

6. Tanjung Jabung Timur 68,8 64,9

7. Tanjung Jabung Barat 70,7 66,8

8. Tebo 67,6 63,7

9. Bungo 64,4 60,7

10. Kota Jambi 70,8 66,8

Berdasarkan pola penyebaran penyakit yang diderita oleh masyarakat pada

umumnya berupa infeksi menular. Sepuluh penyakit dengan prevalensi tertinggi

adalah penyakit ISPA (pernafasan), kulit infeksi, malaria klinis, hipertensi, diare,

pulpa dan jaringan peripikal, asma, dan kulit alergi. Penyakit lain pada saluran

pernafasan bagian atas, dan penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat

kecelakaan dan rudo paksa. Dari data yang ada mengisyaratkan bahwa

peningkatan sarana dan prasarana kesehatan, pelayanan kesehatan, dan

jumlah tenaga kesehatan sangat perlu dilakukan untuk menjamin bahwa

pembangunan di bidang kesehatan dari waktu ke waktu semakin meningkatkan

kualitas hidup masyarakat.

2.1.4.5. Kehidupan Beragama

Aspek keagamaan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan

bermasyarakat. Oleh karena itu, pemerintah harus dapat menjamin kehidupan

beragama setiap individu di dalam masyarakat. Pemerintah Kabupaten

(18)

beragama. Hal itu tercermin dari kehidupan masyarakat yang agamis, dan

perkembangan rumah-rumah ibadah. Mengenai kehidupan yang agamis

diperlihatkan dengan aktifitas peribadatan, tumbuhnya kelompok-kelompok atau

majelis pengajian dan peribadatan, semaraknya peringatan hari-hari besar

keagamaan, serta semangat masyarakat dalm pembangunan rumah-rumah

ibadah. Kondisi seperti itu terlihat dari data perkembangan tempat peribadatan

pada Tabel 2.21

Tabel 2.21 Jumlah tempat ibadah di kabupaten Sarolangun.

No Tempat Ibadah 2003 2004 2005 2006

1. Mesjid 331 332 335 340

2. Mushola/Langgar 286 256 227 227

3. Vihara/Klenteng - - -

-4. Gereja Kristen 1 3 3 3

5. Gereja Katholik - 2 2 2

6. Pondok pesantren 18 20 20 21

Jumlah 636 613 587 588

2.1.4.6. Kebudayaan dan Adat Istiadat

Masyarakat di Kabupaten Sarolangun terdiri dari beragam etnis,

setidaknya ada 12 suku/etnis dengan masing-masing latar belakang budaya dan

adat istiadat, serta bahasa (ada sekitar enam bahasa lokal). Kondisi itu

merupakan kekayaan budaya dan adat istiadat daerah, meskipun kemajemukan

itu dapat berpotensi menjadi konflik horizontal jika tidak dikelola dengan baik

oleh pemerintah. Untuk mengantisipasi itu, pemerintah telah berupaya untuk

mengelola keragaman budaya dan adat istiadat yang ada pada masyarakat

melalui kelembagaan formal dan informal, termasuk diantaranya adalah

Lembaga Adat Daerah yang dibentuk hingga pada tingkat desa. Selain itu,

pemerintah giat melakukan promosi budaya melalui berbagai even. Upaya

pembangunan yang telah dilakukan selam ini terlihat mampu meningkatkan

pemahaman terhadap keragaman budaya, pentingnya toleransi, dan perlunya

penyelesaian masalah secara damai, serta mulai berkembangnya interaksi

(19)

2.1.4.7. Kesejahteraan Sosial

Penduduk yang termasuk dalam kategori miskin di Kabupaten

Sarolangun berjumlah sekitar 20.465 orang (tahun 2006). Sedangkan penduduk

yang lanjut usia terlantar sebanyak 1.724 orang. Secara keseluruhan jumlah

penduduk yang tergolong masih rawan secara sosial dapat dilihat pada Tabel

2.22.

Tabel 2.22 Jumlah penduduk rawan sosial dan sarana di Kabupaten Sarolangun tahun 2003-2006.

No Penduduk Jumlah (jiwa)

2003 2004 2005 2006

1. Fakir miskin 4.620 4.620 20.640 20.645

2. Balita dan anak terlantar 1.044 1.044 125 968

3. Lanjut usia terlantar 1.273 1.273 238 1.724

4. Komunitas adat terpencil 142 142 535 327

Gambar

Tabel 2.1. Luas dan kelerengan wilayah kecamatan
Tabel 2.2. Luas wilayah menurut ketinggian di Kabupaten Sarolangun.
Tabel 2.5. Luas, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk menurut
Tabel 2.9. Rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun dari tahun 1990-2000 menurut kecamatan.
+7

Referensi

Dokumen terkait

masyarakat yang rendah di daerah dengan jumlah penduduk miskin cukup tinggi.. yang mencapai 54.100 jiwa sekitar 14,48% dari total

Misi ini jelas mendukung langkah-langkah untuk mewujudkan visi LG dengan mengembangkan ide-ide kreatif SDM yang dimiliki oleh LG sehingga dengan memiliki SDM yang

Terwujudnya Visi Pringsewu yang BERSAHAJA (pada makna berdaya saing) bahwa pembangunan lima tahun kedepan di Kabupaten Pringsewu di harapkan dapat mewujudkan kemampuan dan

Berkaitan dengan pernyataan visi pembangunan lima tahun ke depan maka MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN, MANDIRI DAN BERDAYA SAING dimaksudkan untuk mensejahterakan masyarakat

Berdasarkan data DISDUKCAPIL Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013, penduduk Kabupaten Aceh Jaya berjumlah 84.928 jiwa yang terdiri dari 43.723 jiwa laki-laki dan 41.205 jiwa

Struktur penduduk berdasarkan tingkat pendidikan pada 11 kecamatan di wilayah Kabupaten Sidrap dapat dilihat pada Tabel Berikut :..

Kondisi perumahan dan permukiman yang ada di Kabupaten Sorong masih. didominasi oleh perumahan dengan jenis konstruksi non permanen

Visi pembangunan nasional seperti dirumuskan dalam GBHN adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dn sejahtera, yang