• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Penyusunan Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Penyusunan Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Dasar Hukum Penyusunan ... 5

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI INDUSTRI DAERAH ... 6

2.1 Penyusunan RPIK Kabupaten Tanah Laut ... 6

2.2 Kondisi Umum Wilayah ... 8

2.2.1 Penduduk Kabupaten Tanah Laut ... 9

2.2.2 Kondisi Ekonomi Daerah ... 11

2.2.3 Sektor Unggulan di Kabupaten Tanah Laut ... 17

2.2.4 Infrastruktur Dasar dan Penataan Wilayah ... 19

2.2.5 Pelabuhan Laut ... 22

2.2.6 Telekomunikasi ... 23

2.2.7 Listrik, dan Air Bersih ... 24

2.2.8 Penataan Wilayah ... 26

2.3 Kondisi Industri Secara Umum ... 36

2.4 Sumber Daya Industri ... 39

2.5 Analisis Potensi Unggulan ... 51

BAB III VISI, MISI SERTA TUJUAN DAN SASARAN SASARAN PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN TANAH LAUT ... 61

3.1 Visi dan Misi RPJPD Kabupaten Tanah Laut ... 61

3.2 Visi Pembangunan Industri Nasional ... 65

3.3 Visi dan Misi Pembangunan Industri Provinsi Kalimantan Selatan ... 67

3.4 Tujuan Pembangunan Industri Provinsi Kalimantan Selatan ... 68

3.5 Sasaran Pembangunan Industri Provinsi Kalimantan Selatan ... 68

3.6 Visi dan Misi RPJM Daerah Kabupaten Tanah Laut 2013-2018 ... 71

3.6.1 Visi dan Misi RPJMD ... 71

3.7 Visi dan Misi Pembangunan Industri Kabupaten Tanah Laut ... 76

3.7.1 Perumusan Visi ... 76

3.7.2 Misi Pembangunan Industri Kabupaten Tanah Laut ... 77

3.8 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Industri Kabupaten Tanah Laut ... 79

(4)

iv

3.8.2 Sasaran Pembangunan Industri Kabupaten Tanah Laut ... 80

BAB IV STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN INDUSTRIError! Bookmark not defined. 4.1 Strategi Pembangunan Industri ... Error! Bookmark not defined.

4.1.1 Strategi Pembangunan Industri... Error! Bookmark not defined. 4.1.2 Strategi Pengembangan Sentra IndustriError! Bookmark not

defined.

4.1.3 Strategi Pengembangan Kawasan Industri Kecil ... Error! Bookmark not defined.

4.2 Program Pembangunan Industri ... Error! Bookmark not defined. 4.3 Industri Unggulan Kabupaten Tanah Laut yang dapat dikembangkan ... Error! Bookmark not defined. 4.3.1 Program Pembangunan Industri Hulu AgroError! Bookmark

not defined.

4.3.2 Program Pembangunan Industri Tekstil dan Pakaian Jadi .. Error! Bookmark not defined.

(5)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Sasaran Pembangunan Industri Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2022 - 2037 ... 69 Tabel 3.2 Keterkaitan Visi Pembangunan Industri Nasional, Provinsi dan

Kabupaten Tanah Laut ... 77 Tabel 3.3 Sinkronisasi Rancangan Misi Kabupaten Tanah Laut Dengan Misi

Nasional dan Provinsi Kalimantan Selatan ... 78 Tabel 3.4 Sasaran Pembangunan Industri Kabupaten Tanah Laut Tahun 2022 -

2037 ... 80 Tabel 4.1. Faktor-faktor yang Menentukan Industri UnggulanError! Bookmark

not defined.

Tabel 4.2. Potensi Industri Unggulan Kabupaten Tanah LautError! Bookmark not defined.

Tabel 4.3 Industri Unggulan Kabupaten Tanah Laut yang dapat dikembangkan ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.4. Potensi Industri di Kabupaten Tanah LautError! Bookmark not

defined.

Tabel 4.5 Program Pengembangan Industri Hulu Agro Tahun 2017 – 2037 .. Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.6 Program Pengembangan Industri Tekstil dan Pakaian Jadi ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.7 Program Pengembangan Perwilayahan Industri Tahun 2017 - 2037 ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.8 Program Pengembangan SDM Industri Tahun 2017 – 2037 ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4.8 Program Pemanfaatan, Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya Alam Tahun 2017 – 2037 ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.9 Program Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri Tahun

2017 – 2037 ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.10 Program Pengembangan dan Pemanfaatan Kreatifitas dan Inovasi

Tahun 2017 – 2037 ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.11 Program Penyediaan Sumber Pembiayaan Tahun 2017 – 2037 ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4.12 Program Pengelolaan Lingkungan Tahun 2017 – 2037Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.13 Program Pengadaan Lahan Industri Tahun 2017 – 2037 ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.14 Program Pengembangan Jaringan Energi dan Kelistrikan Tahun 2017 – 2037 ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.15 Program Pengembangan Jaringan Telekomunikasi Tahun 2017 – 2037 ... Error! Bookmark not defined.

(6)

vi

Tabel 4.16 Program Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air Tahun 2017 – 2037 ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.17 Program Pengembangan Jaringan Sanitasi Tahun 2017 – 2037 ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4.18 Program Pengembangan Jaringan Transportasi Tahun 2017 – 2037 ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.19 Program Pemberdayaan Industri Tahun 2017 – 2037Error! Bookmark

(7)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kondisi perekonomian nasional yang masih dalam masa perbaikan (recovery) belakangan ini, menunjukkan perlunya dilakukan penataan kembali secara menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan perekonomian, baik ditingkat nasional, sektoral, maupun regional. Disamping itu penataan perekonomian nasional juga perlu dilakukan dalam rangka memasuki era pasar bebas (dimana persaingan antar negara sudah semakin ketat). Dalam mengatasi situasi perekonomian yang kurang menguntungkan serta dalam rangka menghadapi persaingan yang semakin ketat tersebut, maka peranan perencanaan sebagai tahap awal dari rangkaian kegiatan pembangunan menjadi sangat penting. Kesalahan dalam perencanaan pembangunan, tidak hanya berakibat pada ketidakberhasilan tujuan pembangunan, melainkan juga berakibat pada pemborosan penggunaan sumberdaya yang semakin langka. Strategi yang ditempuh untuk pertumbuhan ekonomi adalah dengan jalan industrialisasi

Undang-undang No.03 Tahun 2014 tentang Perindustrian, mendefInisikan bahwa industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan / atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga mengahasilkan barang yang memiliki nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035 lebih menekankan lagi pentingnya penataan sektor industri masing-masing wilayah, untuk tingkat nasional dikenal dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN), tingkat provinsi disebut dengan Rencana Pembangunan Industri Provinsi (RPIP) dan pada wilayah kabupataen disebut dengan Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK).

Kabupaten Tanah Laut merupakan kabupaten yang terletak paling selatan dari Propinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota

(8)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 2 Pelaihari. Secara geografis, Kabupaten Tanah Laut terletak di antara 114º 30' 22" - 115º 10' 30" BT dan 30º 30' 3" - 4º 10' 30" LS, dengan luas wilayah 3.631,35 Km² atau selitar 9,71 persen dari total luas wilayah Propinsi Kalimantan Selatan, posisi Tanah Laut sangat strategis karena berbatasan langsung dengan Banjarmasin (ibukota propinsi) dan Laut Jawa, serta memiliki pantai dan pelabuhan sebagai jalur distribusi barang dari dan ke luar daerah.

Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Tanah Laut adalah sebagai berikut :

Utara : Kota Banjarbaru Selatan : Laut Jawa

Timur : Kabupaten Tanah Bumbu Barat : Laut Jawa

Keadaan wilayahnya terdiri dari dataran tinggi dan bergunung-gunung, dataran rendah, serta pantai dan rawa. Jenis tanahnya sangat beragam yaitu latosol (29,17 %), podsolik (32,98 %), alluvial (32,26 %) dan organosol (5,59 %). Dari segi pemanfaatannya, lahan tersebut terdiri dari pemukiman, persawahan, tegalan, kebun campuran, perkebunan, alang-alang/semak dan hutan.

Temperatur udara maksimum di Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2008 34,0º C sampai 325,0º C, temperatur minimum berkisar antara 20,1º C sampai 22,2º C dan rata-rata temperatur udara tiap bulan berkisar antara 26,0º C sampai 27,3º C.

Dengan rata-rata kelembapan udara tiap bulan berkisar antara 80 persen sampai 83 persen. Untuk keadaan curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember sebesar 731,o mm.

Untuk keadaan kecepatan angin, terbesar terjadi pada bulan Juli dan Agustus yang mencapai 3,9 knots dan terendah terjadi pada bulan Nopember yakni sekitar 2,2 knots.

Sedangkan keadaan penyinaran matahari secara rata-rata selama setahun sebesar 26 persen, dengan penyinaran terbanyak terjadi pada bulan Juni sebesar 40,3 persen dan terendah pada bulan Januari sekitar 9,3 persen.

(9)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 3 Pembangunan infrastruktur pertanian menjadi prioritas utama Pemerintah Kabupaten Tanah Laut. Infrastruktur pertanian yang dibangun pada tahun 2010 diantaranya pembangunan jalan usaha tani (JUT) yang tersebar di beberapa kecamatan sepanjang 19.079 meter, pembangunan jalan produksi pangan sepanjang 3.672meter, dan jalan produksi perkebunan 5.310 meter.1

Pentingnya pengembangan dan pembangunan kawasan industri di Kabupaten Kabupaten Tanah Laut mengingat daya dukung dari sumber daya yang tersedia (alam dan manusia) cukup tinggi, meskipun hal ini masih sebatas nilai kuantitatif bukan pada kualitasnya. Namaun apabila sumber daya ini dapat dipergunakan dengan tepat akan mengahasilkan kekuatan-kekuatan pada industri yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu masyarakat yang mengalami kemajuan dalam pembangunan ekonominya.

Suatu masyarakat yang pembangunan ekonominya berhasil ditandai dengan tingginya pendapatan perkapita masyarakat negara tersebut. Dengan tingginya pendapatan perkapita masyarakat, maka negara dan masyarakat akan dapat lebih leluasa dalam menjalankan berbagai aktivitas pada berbagai bidang yang lain. Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional dari tahun ke tahun menunjukkan kontribusi yang signifikan. Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi Nasional dapat ditelusuri dari kontribusi masing-masing subsektor terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional atau terhadap produk domestik bruto.

Pada beberapa negara yang tergolong maju, peranan sektor industri lebih dominan dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor industri memegang peran kunci sebagai mesin pembangunan karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sektor lain karena nilai kapitalisasi

(10)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 4 modal yang tertanam sangat besar, kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar, juga kemampuan menciptakan nilai tambah (value added creation) dari setiap input atau bahan dasar yang diolah. Pada negara-negara berkembang, peranan sektor industri juga menunjukkan kontribusi yang semakin tinggi. Kontribusi yang semakin tinggi dari sektor industri menyebabkan perubahan struktur perekonomian negara yang bersangkutan secara perlahan ataupun cepat dari sektor pertanian ke sektor industri. Peranan sektor industri dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara sangat penting karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan dalam hal akselerasi pembangunan. Keunggulan-keunggulan sektor industri tersebut diantaranya memberikan kontribusi bagi penyerapan tenaga kerja dan mampu menciptakan nilai tambah (value added) yang lebih tinggi pada berbagai komoditas yang dihasilkan.

Potensi-potensi pengembangan industri sebagaimana yang diuraikan di atas apabila mampu dikembangkan di wilayah Kabupaten juga akan mendukung kemajuan dari pembangunan ekonomi masyarakatnya, karena apabila pilar-pilar pembangunan ekonomi disandarkan pada pembangunan industri hal ini lebih berpotensi lebih cepat dalam mencapai kemajuan dibandingkan menyandarkan pembangunan ekonomi pada sektor lain, hal ini didukung dengan kemajuan teknologi saat ini yang lebih memberikan banyak value pada pengembangan industri.

Namun demikian pembangunan ekonomi masyarakat yang bertumpu pada pembangunan industri tidaklah dapat dicapai dengan mudah apabila sumber-sumber pendukungnya (alam, manusia, infrastruktur) masih jauh dari memadai. Sumber daya alam yang begitu besar tersedia tidak dapat dilakukan industrialisasi karena cara pengolahannya selama ini jauh dari prinsip efektif dan efesien. Sumber daya manusia yang tersedia bukanlah individu-individu yang kreatif dalam menyelesaikan pekerjaan, mudah menyerah, motivasi yang lemah, berpikir pragmatis, kemampuan dan kompetensi yang lemah dan masih banyak kelemahan lainnya dikarenakan sebagaian masih berpikir

(11)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 5 untuk mengandalkan harapan hidupnya dengan ketersedian sumber daya alam yang dalam hal ini makin terbatas ketersediaannya. Infrastruktur yang jauh dari memadai karena kelemahan kebijakan dan pengawasan para pengambil keputusan, daya dukung aparat untuk bekerja secara profesional juga menjadi masalah dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas dari infrastruktu.

Beberapa masalah tersebut di atas merupakan persoalan-persoalan yang harus dicarikan solusinya guna mewujudkan kemajuan pembangunan ekonomi dengan meningkatkan potensi-potensi pada sektor industri, yang pada akhirnya adalah usaha ini adalah untuk mendorong pembangunan ekonomi masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan perkapita yang tinggi guna mewujudkan tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat wilayah.

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

Dasar hukum penyusunan RPIK Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan, adalah :

1. Undang-undang No. 03 tahun 2014 tentang Perindustrian Pasal 11 ayat (1) setiap Bupati/ Walikota menyusun Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota.

2. Undang-undang N0. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Pasal 24 ayat (1).

3. Peraturan Pemerintah (PP) No. 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035.

(12)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 6 BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI INDUSTRI DAERAH

2.1 Penyusunan RPIK Kabupaten Tanah Laut

Sesuai dengan amanat Undang-Undang No.3 tahun 2014 tentang Perindustrian, Pasal 10 menyebutkan bahwa setiap Gubernur menyusun Rencana Pembangunan lndustri Provinsi (RPIP). Rencana Pembangunan lndustri Provinsi yang dibuat harus mengacu pada Rencana lnduk Pembangunan lndustri Nasional (RIPIN) dan Kebijakan lndustri Nasional (KIN). Selaniutnya Rencana Pembangunan lndustri Provinsi ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi dan evaluasinya dilakukan oleh Pemerintah, dan di Kabupaten menyusuna RPIK dan diundangkan dalam bentuk Peraturan Daerah Kabupaten.

Rencana Pembangunan lndustri Kabupaten Tanah Laut disusun paling sedikit dengan memperhatikan: (1) Potensi sumber daya industri daerah, (2) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan atau Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota; dan (3) Keserasian dan keseimbangan dengan kebijakan pembangunan lndustri di kabupaten/kota serta kegiatan social ekonomi dan daya dukung lingkungan.

Selanjutnya pada Pasal 11 UU Perindustrian, menyebutkan bahwa setiap Bupati/Walikota menyusun Rencana Pembangunan lndustri Kabupaten/Kota (RPIK). Rencana Pembangunan lndustri Kabupaten/Kota disusun dengan mengacu pada Rencana lnduk Pembangunan lndustri Nasional (RIPIN) dan Kebijakan lndustri Nasional (KIN). Rencana itu selanjutnya ditetapkan melalui

(13)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 7 Peraturan Daerah Kab/Kota setelah dievaluasi oleh Gubernur. Keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan sosial ekonomi serta daya dukung lingkungan.

RPIK/K merupakan prioritas dari Walikota/Bupati di bidang pembangunan industri yang akan dilaksanakan oleh Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) kabupaten/kota terkait melalui program dan kegiatan yang dituangkan dalam Rencana Strategis SKPD. Rancangan RPIK/K disusun oleh Bupati/Walikota, sedangkan rancangan Renstra-SKPD disusun oleh pimpinan masing-masing SKPD Kabupaten/kota. Rancangan RPIK/K ditelaah oleh Gubernur untuk melihat konsistensi RPIK/K dengan RPIP, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten/Kota, dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten/Kota dan berkoordinasi dengan Menteri Perindustrian untuk menelaah konsistensi RPIK/K dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional dan Kebijakan Industri Nasional.

Rencana Pembangunan Industri Provinsi (RPIP) Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016-2020 mengacu pada dari Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035 dan Kebijakan Industri Nasional 2015-2019 dalam rangka mewujudkan visi pembangunan industri nasional “Indonesia Menjadi Negara Industri Tangguh”.

Sesuai dengan potensi sumberdaya alam provinsi Kalimantan Selatan, industri yang dikembangkan untuk menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi daerah adalah industri logam dasar, industri hulu agro dan industri pangan yang merupakan komoditi utama daerah.

(14)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 8 2.2 Kondisi Umum Wilayah

Kabupaten Tanah Laut secara geografisterletak antara 114o30’ - 115o23’ Bujur Timur dan3o30’ - 4o11’ Lintang Selatan. Di sebelah Barat danSelatan, Kabupaten Tanah Laut berbatasan denganLaut Jawa, sebelah Timur dengan Kabupaten TanahBumbu, dan sebelah Utara dengan Kabupaten Banjar.Luas wilayah Kabupaten Tanah Laut yangmencapai 3.631,35 Km2 atau 9,71 persen dari luaswilayah Provinsi Kalimantan Selatan, terbagi atas 11kecamatan, dengan kecamatan terluas berada padaKecamatan Jorong dengan luas wilayah 628,0 Km2.

Suhu udara rata-rata di Kabupaten Tanah Lauttahun 2015 berkisar antara 20,60C – 34,70C, dengansuhu tertinggi 35,10C

(15)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 9 terjadi di bulan September 2015dan suhu terendah 21,10C terjadi pada bulan Oktober2015.Sebagai daerah tropis, kelembaban udara diKabupaten Tanah Laut relatif tinggi dengan rata-rata79,7 persen. Kelembaban maksimum terjadi di bulanJanuari-Maret, sedangkan kelembaban minimumterjadi di bulan Oktober.Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi olehkeadaan iklim, topografi danperputaran/pertemuanarus udara. Rata-rata curah hujan selama tahun 2015tercatat mencapai 199,6 mm, dengan jumlahterendah terjadi pada bulan Oktober (5,8 mm) dantertinggi pada bulan Desember (579,0 mm).

Antara curah hujan dan keadaan angin/kecepatan angin biasanya sangat erat hubungan satusama lain. Keadaan angin pada musim hujanbiasanya lebih kencang. Pada tahun 2015 kecepatanangin yang terjadi rata-rata sebesar 3,5 knots perbulan.

Tabel 2.1

Kondisi Geografis Kab. Tanah Laut

2.2.1 Penduduk Kabupaten Tanah Laut

Kependudukan mempunyai perananpenting pada jalannya keberhasilan pembangunan.Masalah kependudukan seringkali menjadi fokuspersoalan yang harus diselesaikan olehpemerintah. Jumlah penduduk yang terlalu banyakterkadang menjadi beban ekonomi pemerintah jikatidak ditangani dengan tepat. Hal ini karenaberdampak terhadap kualitas pendidikan dankesehatan,

(16)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 10 terutama ketersediaan sarana danprasarana pembangunan.

Penduduk Tanah Laut pada tahun 2015berdasarkan hasil proyeksi penduduk berjumlah324.283 jiwa, dimana sekitar 51 persennya adalahberjenis kelamin laki-laki. Bila dilihat dari sebaranpenduduknya, Tanah Laut dengan luas wilayahsekitar 3.631,35 km2 ditempati penduduk sebanyak89 orang per km2.

Sementara komposisi pendudukbila dilihat dari segi kelompok umur, makaterdapat sekitar 66,56 persen yang berusiaproduktif antara 15–64 tahun dengan angka RasioKetergantungan (Dependency Ratio) sebesar 50,24persen. Artinya rata-rata setiap 100 orangpenduduk usia produktif (15-64 tahun) ternyatamenanggung penduduk usia tidak produktif (0-14tahun dan 64 tahun keatas) sebanyak 50 orang.

Komposisi penduduk tidak hanya dapatdilihat dari segi umur, tetapi juga dari segi jeniskelamin. Di Tanah Laut, jumlah penduduk laki-lakilebih banyak daripada penduduk perempuan. Halini dapat ditunjukkan dari besaran sex ratio yangbernilai di atas 100. Pada tahun 2015, nilai sexratio yang sebesar 105,56 berarti untuk setiap 100perempuan terdapat 105 laki-laki.

Tabel 2.2

(17)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 11 2.2.2 Kondisi Ekonomi Daerah

Selama tahun 2015 kinerja perekonomian Kabupaten Tanah Lautmenunjukkan fenomena ekonomi yang melambat dibandingkandengan tahun sebelumnya (2014) yaitu dengan pertumbuhan ekonomisebesar 2,89 persen. Pertumbuhan pada tahun 2015 ini beradadibawah pertumbuhan tahun 2014 yang mencapai 3,05 persen.

Perubahan struktur ekonomi sering dijadikan sebagai salah satu sinyal untukmengetahui ke arah mana pembangunan berlangsung dalam periode waktu tertentu.Kondisi tersebut disandarkan pada kekuatan efisiensi dan eksploitasi sumberdayayang terjadi. Saat suatu kategori lapangan usaha yang mampu menciptakan efisiensiyang lebih tinggi, maka lapangan usaha tersebut akan tumbuh lebih cepat dalammemproduksi barang dan jasa dibandingkan dengan lapangan usaha lain yang belummampu berkinerja secara efisien. Implikasinya, sektor yang mengalami pertumbuhanyang lebih cepat tersebut akan meningkatkan pangsa lapangan usahanya danmenyusutkan pangsa lapangan usaha lain dalam memproduksi barang dan jasa.

Pada saat kondisi tersebut terjadi, maka sebetulnya telah berjalan proses restrukturisasi/rebalancing dalam perekonomian wilayah. Pada umumnya, seiringpembangunan yang berlangsung, proses tersebut berjalan diawali denganmembesarnya pangsa kategori lapangan usaha pertanian, kemudian berangsurmenurun bergeser kepada membesarnya pangsa kategori lapangan usaha industri danjasa. Proses perubahan struktur tersebut idealnya akan diikuti dengan perubahan pergeserandalam pasar tenaga kerja dalam arah yang sama. Namun demikian, pada prakteknya, kondisitersebut tidak selalu berjalan.

Kondisi yang dijelaskan di atas, tampak berlangsung di Tanah Laut. Bukti nyatanyatampak dari menyusutnya distribusi PDRB kategori lapangan usaha pertanian, kehutanan danperikanan yang secara konsisten, dimana angkanya berkisar antara 18-19% dalamkurun waktu 4 tahun. Penurunan pangsa

(18)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 12 pertanian tersebut diikuti oleh meningkatnyapangsa kategori lapangan usaha sekunder dan tersier (perdagangan dan jasa). Kondisitersebut mencerminkan bahwa proses pembangunan yang telah dicanangkanpemerintah daerah telah mengurangi dominasi kategori pertanian di Tanah Laut dalampenciptaan nilai tambah. Postur ekonomi (dilihat dari share PDRB) Tanah Lautmenunjukkan bahwa corak perekonomian Tanah Laut masih agraris. Hal ini terlihathttp://tanahlautkab.bps.go.id

PDRB Kabupaten Tanah Laut Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2015 dari besarnya pangsa kategori lapangan usaha pertanian dan pertambangan yangsecara agregat menyumbang 47,47 % PDRB Tanah Laut pada tahun 2015.Kategori lapangan usaha pertambangan menjadi satu satunya sektorpenyumbang nilai tambah terbesar sekaligus menjadi pintu penghubungperekonomian Tanah Laut dengan ekonomi global. Hal tersebut mengingat sebagianbesar komoditas tambang yang diproduksi Tanah Laut mengalir melalui keran eksporke Cina, India dan Jepang. Meskipun corak ekonomi Tanah Laut masih tergolongagraris, namun peran kategori lapangan usaha industri manufaktur dapat dikatakancukup strategis. Data distribusi PDRB Tanah Laut memperlihatkan bahwa pangsaindustri manufaktur menjadi penyumbang nilai tambah dalam produksi barang danjasa ketiga terbesar setelah kategori lapangan usaha pertambangan dan pertanian.

Pada tahun 2014, pangsa PDRB kategori industri mencapai 11,38%. Besarnya pangsakategori industri Tanah Laut tidak lepas dari dukungan kinerja industri pengolahanmakanan dan minuman, khususnya industri pengolahan kelapa sawit (CPO) dandukungan dari kinerja kategori lapangan usaha perkebunan sawit.

Perlambatan ritme ekonomi global turut membawa dampak penyebaran keberbagai negara/wilayah. Hal ini disebabkan semakin terintegrasinya perekonomianantar negara sebagai konsekuensi dari semakin terbukanya perekonomian negara didunia.

(19)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 13 Luasnya dampak penyebaran krisis tersebut juga turut menyebabkanpemulihan/recovery perekonomian global menjadi berlarut-larut. Perekonomian TanahLaut sebagai salah satu bagian integral perekonomian nasional juga tidak luput daridampak krisis global. Kategori lapangan usaha pertambangan (batubara) menjadilapangan usaha dominan dalam perekonomian Tanah Laut, oleh karena itu, jalurperdagangan (ekspor) batubara menjadi rentan dari penularan dampak perekonomianglobal, yang pada akhirnya mau tidak mau akan mempengaruhi pergerakan mesinekonomi Tanah Laut.

Secara agregat, perekonomian Tanah Laut melambat sejak tahun 2012, yaitudari 7,29% pada tahun 2011 menjadi 6,03%, dan pada periode setelahnya, lajupertumbuhan ekonomi Tanah Laut terus melambat menjadi 2,89% pada tahun 2015.Perlambatan tersebut diakibatkan karena melambatnya kategori lapanganusaha yang menjadi sumber pertumbuhan selama ini. Pertambangan batubara adalahsalah satunya. Share PDRB kategori pertambangan batubara yang besar sangat mempengaruhi besar kecilnya pertumbuhan ekonomi Tanah Laut. Potret tersebuttergambar dari melemahnya pertumbuhan ekonomi Tanah Laut dalam beberapa tahunbelakangan. Faktor pemicu utama perlambatan ekonomi di dunia belakangan adalahkrisis Eropa yang tidak kunjung reda. Dampak krisis tersebut tidak hanya menimpakawasan Eropa, namun menyebar ke berbagai negara dan kawasan lain. Permintaandunia menjadi salah satu efek dari perlambatan akibat krisis tersebut. Hal ini tampakdari melambatnya permintaan beberapa komoditas dunia, termasuk diantaranyabatubara. Krisis global dan berlebihnya produksi minyak USA, bahkan tertinggi selamaseperempat abad terakhir turut menyebabkan permintaan batubara melambat.

Perlambatan permintaan dunia terhadap batubara tercermin dari turunnyaharga batubara dan penurunan volume perdagangan batubara (ekspor impor). Kondisitersebut tentu menyebabkan negara/wilayah yang memproduksi batubara jugaterimbas. Kasus tersebut juga berimbas pada perekonomian Tanah Laut.

(20)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 14 Dalamperekonomian Tanah Laut, pertambangan batubara menyumbang sekitar 28-30% darinilai tambah total. Hal ini menjadikan pertambangan batubara menjadi kategorilapangan usaha yang memiliki share terbesar.

Dilihat dari PDRB Perkapita, bahwa Pembangunan tidak cukup hanya menyasar pencapaian pertumbuhan ekonomisaja. Akan tetapi terdapat banyak dimensi yang dicakup dan target yang ingin dicapai.Salah satunya adalah mewujudkan kesejahteraan yang lebih baik bagi masyarakat.Pertumbuhan hanyalah sasaran antara (syarat perlu) bagi tercapainya kesejahteraan.

Tanpa pertumbuhan, esensi pembangunan akan menjadi bias dan identik denganmembagi-bagikan kemiskinan.Ukuran kesejahteraan memang sulit tercakup dalam satu indikator yangkomprehensif, karena masalah aspek multidimensi yang melatar belakanginya.Namun demikian, banyak literatur dan kajian akademik yang menggunakan berbagaialternatif, diantaranya adalah dengan pendekatan variabel PDRB perkapita. PDRBperkapita diperoleh dengan membagi nilai PDRB dengan jumlah penduduk padapertengahan tahun pada waktu tertentu.

Negara yang sudah maju, rata-rata memilikiPDB perkapita yang lebih besar dibandingkan dengan negara yang sedangberkembang. Menurut klasifikasi world bank, negara yang berpendapatan perkapitakurang dari $1.045 dikategorikan sebagai negara berpendapatan rendah. Sementaranegara yang berpendapatan perkapita antara $1.045- $4.125 termasuk negaraberpendapatan menengah bawah (lower middle income), negara yang memilikipendapatan perkapita antara $4.125-$12.746 dikategorikan sebagai negara yangberpendapatan menengah tinggi (upper middle income). Sedangkan negara yangmemiliki pendapatan perkapita lebih dari $12.746 termasuk negara berpendapatanperkapita tinggi.

(21)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 15 Tabel 2.3

Pertumbuhan Ekonomi Tanah Laut Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014

* 2015**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A Pertanian, Kehutanan & Perikanan 1,62 1,84 3,83 1,70 2,35 B Pertambangan & Penggalian 13,56 8,89 4,94 -0,91 -2,22

C Industri Pengolahan 3,89 5,11 4,67 4,64 4,34

D Pengadaan Listrik & Gas 6,54 6,96 5,83 18,14 25,30 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah & Daur Ulang

2,13 2,11 2,64 8,86 5,64

F Konstruksi 5,13 6,13 5,75 6,47 6,34

G Perdagangan Besar dan eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

6,79 6,65 8,54 8,76 8,20

H Transportasi & Pergudangan 4,63 6,00 7,12 6,76 6,97 I Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 5,87 6,08 7,18 6,73 6,20 J Informasi & Komunikasi 6,15 4,88 6,52 9,36 8,37 K Jasa Keuangan & Asuransi 6,71 5,94 14,02 7,24 4,92

L Real Estate 6,36 5,17 6,73 5,46 5,65

M,

N Jasa Perusahaan 6,82 6,43 7,44 6,89 6,58

O Administrasi Pemerintah, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib

7,67 5,83 5,81 5,53 8,71

P Jasa Pendidikan 3,43 4,03 7,40 8,14 9,36

Q Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 6,58 6,95 10,44 6,75 7,53 R,S ,T, U Jasa Lainnya 3,25 3,37 2,60 8,24 6,12 PDRB 7,29 6,03 5,49 3,05 2,89 *)Angka Diperbaiki **) Angka Sementara

(22)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 16 Perkembangan PDRB perkapita di Kabupaten Tanah Laut selama kurun tahun 2011-2015 PDRB perkapita Tanah Lautsemakin meningkat setiap tahunnya dari 26,844 juta rupiah pada tahun 2011 menjadi33,288 juta rupiah pada tahun 2015, atau tumbuh rata-rata 5,53 persen setiaptahunnya. Namun demikian, apabila diukur dalam USD, PDRB perkapita Tanah Lautmasih termasuk dalam jajaran wilayah berpendapatan menengah bawah.

Dari sisiPDRB perkapita konstan, PDRB perkapita Tanah Laut tumbuh melambat selamaperiode 2012-2015, atau dari 4,20 persen pada tahun 2012 menjadi 1,25 persen padatahun 2015. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh dinamika perekonomian Tanah Lautyang sedang mengalami perlambatan dalam kurun waktu yang sama.

PDRB digunakan sebagai ukuran yangdapat mencerminkan perkembangan kegiatanperekonomian suatu wilayah. Tahun 2015 PDRBatas dasar harga berlaku (ADHB) Tanah Lautmencapai Rp 10,795 triliun dan atas dasar hargakonstan (ADHK) tahun 2010 PDRB Tanah Lautsebesar Rp 8,830 triliun.

Pada tahun 2015, perekonomian diTanah Laut tumbuh sekitar 2,89 persen, terjadiperlambatan dibandingkan tahun sebelumnyayang tumbuh sekitar 3,05 persen di tahun 2014.Perlambatan perekonomian ini terjadi karenaadanya penurunan produksi pada sektorpertanian, terutama perkebunan dankehutanan. Selain itu, hal yang sama juga terjadipada sektor pertambangan, terutamapertambangan batubara. Harga batubara yangterus melemah menyebabkan banyakpengusaha yang memilih untuk vakum.

Secara umum ada 3 sektor yang cukupdominan dalam pembentukan total PDRB ADHBTanah Laut tahun 2015, yaitu sektorpertambangan 28,17 persen, sektor pertanian19,30 persen, dan sektor industri pengolahansebesar 11,39 persen.Apabila dilihat dari sisi penggunaan,maka konsumsi rumah tangga memberikankontribusi mencapai 45 persen terhadappembentukan PDRB. Piramida penduduk TanahLaut yang gemuk pada kelompok

(23)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 17 usia mudaturut membentuk pola konsumsi sehingga porsipengeluaran untuk konsumsi rumah tanggamenjadi lebih besar.

2.2.3 Sektor Unggulan di Kabupaten Tanah Laut Gambar 2.1

Untuk komoditas perkebunan, kelapa sawitmasih menjadi primadona yang banyak diusahakanoleh sebagian besar penduduk Tanah Laut. Produksiperkebunan rakyat kelapa sawit pada tahun 2015mencapai 15.191 ton yang disusul oleh komoditaskaret sebesar 6.437 ton. Kedua komoditasperkebunan inilah yang masih menjadi primadonadan banyak diusahakan oleh masyarakat.

Gambar 2.2

Produksi perikanan di Tanah Laut padatahun 2015 mencapai 33.161 ton atau turun 15,62%dibandingkan tahun

(24)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 18 2015. Penurunan tersebutberasal dari turunnya produksi perikanan daratsebesar 12,72 persen ditambah produksi perikananlaut yang juga turun sebesar 15,94 persen. Faktorcuaca yang kurang bersahabat menjadi salah satupenyebab turunnya produksi perikanan. Padahalkedua jenis perikanan itu berkontribusi sangatbesar terhadap total produksi perikanan Tanah Lautyaitu 9 persen untuk perikanan darat dan 91persenuntuk perikanan laut.

Ada banyak jenis ikan lautyang bisa didapatkan di perairan laut ini, misalnyaikan tenggiri, kakap, bawal, tongkol, udang danmasih banyak lagi yang lainnya. Ikan-ikan ini dijualdalam bentuk ikan masih segar atau diolah menjadiikan asin. Namun untuk komoditas ikan laut sangattergantung dengan kondisi cuaca. Apabila curahhujan cukup tinggi maka para nelayan memilihuntuk berhenti melaut. Sementara untuk ikan diperairan umum yang banyak diusahakan olehmasyarakat adalah ikan gabus dan papuyu.

Tanah Laut dikenal sebagai salah satusentra peternakan di Kalimantan Selatan. Adabeberapa jenis ternak kecil dan ternak besar yangdiusahakan oleh penduduk Tanah Laut. Yangpaling menonjol adalah komoditas sapi potong.Setiap menjelang Hari Raya Kurban, selaludibanjiri permintaan pengiriman sapi potong darikabupaten lain. Selain itu, daging sapi yangberasal dari Tanah Laut juga dianggap mampumemenuhi kebutuhan pasokan daging sapi untukwilayah Kalimantan Selatan.

Secara umum populasi ternak baik besar, kecil, maupun unggas mengalami kenaikan daritahun sebelumnya, kecuali sapi perah, kambing,domba dan itik. Sapi perah turun mencapai 15 persen karena banyak yang mengalami kematiandan dipotong. Hal yang sama juga dialami olehdomba.Untuk populasi ternak unggas, ayam raspedaging dan ayam buras mengalamipeningkatan cukup signifikan yaitu 85,56 persendan 31,05 persen. Sedangkan populasi ayam raspetelur naik sebesar 30,35 persen. Sedangkanpopulasi itik turun sebesar 4,10 persen.

(25)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 19 2.2.4 Infrastruktur Dasar dan Penataan Wilayah

a) Infrastruktur Dasar 1. Jalan

Pertumbuhan dan perkembangan suatudaerah yang pesat tanpa diikuti dengan pengadaansistem transportasi yang memadai untuk ukurandaerah itu merupakan bentukbesarnya demand daripada supply nya. Begitu pulakebalikannya, lajunya pertumbuhan sistemtransportasi yang tidak sesuai dengan ukuranperkembangan suatu daerah, merupakanwujud supply lebih besar daripada demand untuktransportasi.

Permasalahan transportasi khususnyatransportasi darat cukuplah kompleks, karenatransportasi merupakan suatu sistem yang salingberkaitan, maka satu masalah yang timbul di satuunit ataupun satu jaringan akan mempengaruhisistem tersebut.

Kegiatan perekonomian daerah akanberjalan dengan lancar apabila didukung denganfasilitas infrastruktur jalan yang baik. Untukmendukung hal tersebut, pemerintah Tanah Lauttelah membangun jalan sepanjang 1.826,63 kmjalan kabupaten dan 104,91 km jalan provinsi. Daritotal panjang jalan yang telah dibuat, terdapat 39persen jalan yang sudah diaspal sedangkan sisanyamasing-masing sebesar 55 persen berupa kerikil dan6 persen masih berupa tanah.

(26)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 20 Apabila dilihat dari kondisi jalan, ternyatahanya ada sekitar 28 persen jalan dengan kondisi baik dan ada sekitar 44 persen dalam keadaan rusak. Sementara jalan dengan kondisi rusak berathanya sebesar 10 persen. Kondisi ini perlu untuk ditingkatkan dalam mendukung perkembangan perekonomian Tanah Laut yang letaknya cukup strategis.

Pertumbuhan dan perkembangan suatudaerah yang pesat tanpa diikuti dengan pengadaan sistem transportasi yang memadai untuk ukuran daerah itu merupakan bentuk besarnya

demand daripada supply nya. Begitu pula kebalikannya, lajunya

pertumbuhan system transportasi yang tidak sesuai dengan ukuran perkembangan suatu daerah, merupakan wujud supply lebih besar daripada demand untuktran sportasi.

Permasalahan transportasi khususnya transportasi darat cukuplah kompleks, karena transportasi merupakan suatu sistem yang salingberkaitan, maka satu masalah yang timbul di satuunit ataupun satu jaringan akan mempengaruhi sistem tersebut. Kegiatan perekonomian daerah akan berjalan dengan lancar apabila didukung dengan fasilitas infrastruktur jalan yang baik. Untuk mendukung hal tersebut, pemerintah Tanah Lauttelah membangun jalan sepanjang 1.826,63 kmjalan kabupaten dan 104,91 km jalan provinsi. Daritotal panjang jalan yang telah dibuat, terdapat 39persen jalan yang sudah diaspal sedangkan sisanya masing-masing sebesar 55 persen berupa kerikil dan6 persen masih berupa tanah. Kondisi ini perlu untuk ditingkatkan dalam mendukung perkembangan perekonomian Tanah Laut yang letaknya cukup strategis.

(27)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 21 Gambar 2.4

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah akan diikuti dengan perbaikan pelayanan sarana prasarana publik dan infrastruktur yang memadai, seperti jalan, jembatan dan terminal. Infrastruktur yang terbatas akan mengganggu jalannya kegiatan ekonomi daerah. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu modal pembangunan yang mendukung perekonomian suatu wilayah.

Pada tahun 2015, kinerja sektor konstruksi mengalami sedikit perlambatan. Sektor konstruksi tumbuh sebesar 6,34persen pada tahun 2015 dariyang sebesar 6,47 persen pada tahun 2014. Perlambatan pertumbuhan ini disebabkan antara lain adanya kenaikan harga bahan bangunan sebagai akibat kenaikan kurs nilai tukar rupian. Apabila dilihat dari share terhadap pembentukan PDRB Tahun 2015, sektor konstruksi telah berkontribusi sebesar 6,80 persen. Angka ini mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang hanya 6,21 persen. Sementara itu, realisasi pemberian kredit oleh pihak perbankan terhadap pelaku usahakonstruksi cenderung mengalami peningkatan setiap bulannya selama tahun 2015. Pemberian kreditter tinggi diberikan pada bulan Januari 2015 sebesar 132,376 milyar rupiah.Sebagai salah satu sektor yang ikut andil dalam pembangunan, konstruksi diharapkan akan terus berkembang. Hal ini tidak hanya dilihat dari seberapa besar nilai konstruksi yang dihasilkan, tapi juga bagaimana sektor konstruksi ini dapat diandalkan dalam hal penyediaan lapangan kerja.Sehingga dapat mendorong kemajuan kegiatan perekonomian secara global di Tanah Laut.

(28)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 22 2.2.5 Pelabuhan Laut

Sebagian besar wilayah Kabupaten Tanah Laut berada di wilayah pesisir pantai timur pulau Kalimantan, sehingga memiliki potensi yang besar bagi pengembangan jaringan transportasi laut, jaringan prasarana transportasi laut saat ini dikembangkan bagi pelabuhan khusus untuk kepentingan angkutan pertambangan, perikanan, perkebunan, namun jaringan prasarana transportasi laut ini diusahakan untuk dikembangkan sebagai jaringan transportasi umum, mengingat potensi kedepan sebagai pelabuhan umum dapat dikembangkan di Kabupaten Tanah Laut dengan lahan yang masih sangat tersedia bagi pengembangan masterplan pelabuhan.

Tabel 2.4

Arus Bongkar Muat Barang Angkutan Antar Pulau Per Bulan di Pelabuhan Kintap, Tahun 2013

Bulan Barang (Ton)

Bongkar Muat Januari 47.636 3.420.483 Februari 126.060 3.437.545 Maret 19.865 3.665.079 April 3.927 4.194.022 Mei 3.804 4.633.154 Juni 11.330 4.299.435 Juli 20.655 3.502.427 Agustus 21.375 2.288.510 September 0 3.514.838 Oktober 16.764 3.661.49 November 19286 4.204.769 Desember 5.585 4.453.469 Jumlah 2013 296.287 45.275.228 Jumlah 2012 456.130 44.554.211

(29)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 23 Selama tahun 2013 arus bongkar barang yang terjadi di Pelabuhan Kintap sebesar 296.287 ton atau mengalami penurunan 35,04 persen dibanding tahun 2012 yang mencapai 456.130 ton. Sebaliknya, arus muat barang mengalami peningkatan walaupun relatif kecil yaitu sebesar 1,62 persen (44.554.241 ton pada tahun 2012 menjadi 45.275.228 ton pada tahun 2013).

Komoditi yang dibongkar di Pelabuhan Kintap antara lain batubara sebesar 257.466 ton, gas/LNG 30.000 ton, dan BBM 5.655 ton. Sedangkan komoditi yang dimuat di pelabuhan ini antara lain batubara 45.251.940 ton, pasir besi 42.883 ton, dan Gas/LNG 16.297 ton.

2.2.6 Telekomunikasi

Ditengah persaingan informasi yang ditandai menjamurnya sarana telekomunikasi, kecepatan dan infrastruktur komunikasi mutlak diperlukan. PT Pos Indonesia sebagai salah satu BUMN yang berwenang dalam melayani dan mengendalikan arus informasi serta komunikasi, memiliki andil besar dalam menciptakan banyak kemudahan dalam berkomunikasi bagi masyarakat luas.

Seiring dengan perkembangan waktu, teknologi informasi dan komunikasi mempermudah kehidupan manusia. Jika menggunakan alat teknologi informasi dan komunikasi, dua benua akan terasa tidak berjarak. Kehadiran komputer, internet, telepon seluler, dan berbagai alat teknologi informasi dan komunikasi membuat arus informasi semakin lancer Perkembangan teknologi informasi di Tanah Laut menunjukkan fenomena yang meningkat. Hal ini terlihat dari jumlah penggunainternet speedy yang mengalami peningkatanselama tahun 2014-2015. Untuk pengguna internet speedy terjadi kenaikan mencapai sebesar 12persen yaitu menjadi 937 pengguna di tahun 2015. Keberadaan telepon selular yang marak belakangan ini ternyata tidak memberi dampak pada berkurangnya pelanggan telepon konvensional.

(30)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 24 Halini terlihat dari naiknya pemakaian telepon konvensional yang bertambah menjadi sebanyak 155 pengguna. Sebagian besar pengguna teleponini adalah instansi pemerintahan ataupun pelakuusaha. Jumlah warung internet pada tahun 2015 juga menunjukkan fenomena yang sama, dimana terjadi kenaikan sebesar 53 persen. Keberadaan Kantor Pos sebagai penyedia jasa pengiriman surat-menyurat ternyata masihdi perlukan. Kecanggihan teknologi dan menjamurnya jasa pengiriman milik swasta tidakmeruntuhkan dominasi kantor pos. Apalagisekarang kantor pos tidak sekedar melayani jasa pengiriman barang namun sudah menjadi lembaga keuangan non bank. Di Tanah Laut pada tahun 2015 ada 8 kantor pos, 1 rumah pos dan 7 agen pos yang bertugas dalam jasa pengiriman barang.

2.2.7 Listrik, dan Air Bersih

Pelayanan listrik dikabupaten Tanah Laut menunjukkan peningkatan dari segi jumlah pelanggan dan energy yang di distribusikan. Pusat pembangkit listrik di Kabupaten Tanah Laut sebagian besar kebutuhannya dipenuhi oleh Perusahaan Umum Listrik Negara Wilayah VI Banjarmasin, Jumlah KWH yang dibangkitkan dan KWH yang terjual nampaknya terus bertambah dari tahun ke tahun.

Listrik merupakan sumber penerangandan energi dalam kehidupan sehari-hari bagimasyarakat. Selama tahun 2013-2015, jumlahlistrik yang terjual terus mengalami peningkatan hingga mencapai 161 ribu Kwh pada tahun 2015. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat konsumsi dan ketergantungan masyarakat terhadap sumber energi listrik masih tinggi.

Pada saat ini kebutuhan listrik diwilayah Tanah Laut di pasok dari PLTU Asam-Asam dan beberapa unit PLTD, sektor energi khususnya listrik menjadi instrument penting dalam pembangunan Kabupaten Tanah Laut, daya listrik yang terbatas dan kebutuhan yang terus meningkat mengakibatkan rendahnya daya layanan kelistrikan, hal ini dibuktikan dengan seringnya

(31)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 25 pemadaman listrik secara bergiliran.

Selain listrik, penggunaan air minum bersih yang bersumber dari PDAM juga masih diperlukan masyarakat dalam kegiatan sehari-hari.Namun produksi air minum bersih padatahun 2015 mengalami penurunan dari 1.226 ribu meter kubik menjadi 1.104 meter kubik.

Untuk pemenuhan kebutuhan air bersih diwilayah Kabupaten Tanah Laut, PDAM mendapatkan sumber air baku yang berasal dari air permukaan, sumur bor dalam (deep well) maupun mata air.

Air baku yang diproduksi oleh PDAM Kabupaten Tanah Laut untuk sumber air baku dari sumur bor dalam (deep well) tidak dilakukan pengolahan secara khusus, tetapi hanya dilakukan dengan penambahan klor (khlorinasi) mengingat kualitasnya masih memenuhi syarat kesehatan, sedangkan dari air permukaan dilakukan pengolahan sederhana yang umumnya adalah menggunakan bak prasedimentasi dan slow sand filter (saringan pasir lambat) dan pembubuhan bahan kimia seperti tawas/chlor.

Tabel 2.5

Sumber Air Baku di Kabupaten Tanah Laut No. IKK Sumber Air Baku Tingkat

Kekeruhan Keterangan 1. Pelaihari Sungai Tabanio,

Mata Air dan Sumur Bor

Tinggi Baik Baik

Saat Musim Kemarau

2. Takisung Anak Sungai Baik Kemarau

Kering 3. Penyipatan Mata Air (Gunung

Kauyuhan) Panyipatan

Mata Air (G.Birah) Kandangan Lama

Baik Baik

Kemarau Kering

4. Bati-Bati Sungai Banyu

Hirang (Pandahan) Baik/Konsentrasi Rendah . Batu Ampar Mata Air (Gunung

Batu Ampar) Mata Air (Gunung Durian Bungkuk(

Baik Baik

Kemarau Kering 6. Asam-Asam Sungai Naiyah Tinggi

7 Tambang Ulang/Gn Raja

Air Tanah Dalam Baik 8. Kurau Air Tanah Dalam Baik

(32)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 26 2.2.8 Penataan Wilayah

Adapun yang menjadi tujuan tata ruang seperti termaktub dalam RTRW Kabupaten tanah Laut adalah : “ Mewujudkan

penataan ruang Kabupaten Tanah Laut yang indah, damai, nyaman dan dinamis sebagai kota yang terdepan dalam pelayanan pendidikan, perdagangan dan jasa, industri, pemerintahan, dan permukiman dengan mempertahankan kelestarian lingkungan hidup bagi pembangunan berkelanjutan ”.

Sebagai wujud dari penataaan ruang maka RTRW Kabupaten Tanah Laut dijadikan pedoman dalam :

1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang; 2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah;

3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Tanah Laut;

4. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah serta keserasian antarsektor; 5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;

6. Penataan ruang kawasan strategis;

7. Penataan ruang wilayah Kabupaten Tanah Laut.

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi. Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, yang terdiri atas:

a. PKN (pusat kegiatan nasional) yang berada di wilayah kabupaten;

b. PKW (pusat kegiatan wilayah) yang berada di wilayah kabupaten;

c. PKL (pusat kegiatan lingkungan) yang berada di wilayah kabupaten;

d. PKSN (pusat kegiatan strategis nasional) yang berada di wilayah kabupaten; dan

(33)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 27 wewenang penentuannya ada pada pemerintah daerah kabupaten, yaitu:

1) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; dan

2) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

Tabel 2.6

Sistem Perwilayahan Kabupaten Tanah Laut

Perkotaan Peran Perkotaan Peran

Pelaihari Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

Takisung Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Bati-Bati Pusat Pelayanan

Kawasan (PPK)/ Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp)

Jorong Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

Kintap Pusat Pelayanan

Kawasan (PPK) Tambang Ulang Bumi Makmur Kurau Panyipatan Batu Ambar Bajuin Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Sumber: Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Laut

Prioritas pembangunan sistem perkotaan di Kabupaten Tanah Laut meliputi:

1. Mempercepat pengembangan Perkotaan Pelaihari dan Bati-Bati sebagai PKL dab PKLp melalui kerjasama dengan daerah lain khususnya Greater Banjarmasin (Banjarmasin, Banjarbaru dan Banjar) dan Kapet Batulicin sebagai pusat pengembangan industri, pelabuhan dan pariwisata;

2. Mendorong dan mempercepat pengembangan perkotaan Bati-Bati sebagai fungsi PKLp dan PPK sebagai kota industri pengolahan dan industri pertanian dan daerah hinterland dari Greater Banjarmasin;

3. Mendorong pengembangan perkotaan Kintap, Jorong dan Takisung sebagai perkotaan dengan fungsi PPK yang di dukung dengan pengembangan industri berbasis sumber

(34)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 28 daya alam dan pengembangan kota-kota pantai;

4. Meningkatkan pengembangan kota-kota yang berperan sebagai PPL yang ada di sekitar pertumbuhan perkotaan dengan fungsi PPK maupun desa-desa pendukungnya. Sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten meliputi sistem prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah kabupaten.

Tabel 2.7

Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Laut

Wilayah

Pembangunan (KmLuas 2) Wilayah PelayananPusat WP dan Fungsi Kegiatan

Wilayah 1254,75 Pusat WP : Kota

Pelaihari Pusat Pemerintahan

Pembangunan

I Wilayah Pelayanan meliputi 3Kecamatan yaitu Kabupaten Tanah Laut Kecamatan Pelaihari danPusat Perdagangan

Kecamatan Takisung Jasa

Dan Kecamatan

Panyipatan Fasilitas :Pendidikan, Pusat Pelayanan kesehatan, dll.Industri Pengolahan HasilPertanian dan

Industri

Rumah Tangga

Perkebunan dan sub sektor

Pertanian Permukiman

Pariwisata buatan Pertanian

Wilayah 66,35 Pusat WP : Bati-Bati Pengembangan sub

sektor Pembangunan II Wilayah Pelayanan meliputi 3 kecamatan yaitu : pertanian dan

perkebunan Kawasan hutan konservasi Kecamatan Bati-Bati, Kecamatan Kurau, Kecamatan Tambang Ulang

Perikanan laut dan Peternakan

Industri Rumah Tangga

fasilitas umum, dan Pertambangan.

Wilayah 1713,1 Pusat WP : Jorong Pengembangan sub

sektor Pembangunan

III Wilayah Pelayanan

meliputi 3 kecamatan yaitu : pertanian dan perkebunan Pertanian Kecamatan Jorong, Kecamatan Kehutanan

Kintap dan Pertambangan

Kecamatan Batu Ampar.

Sumber: Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Laut 2011 – 2031

(35)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 29 Rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kabupaten/kota yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budi daya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW kabupaten/kota yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang. Terdiri dari rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya.

1. Kawasan Lindung adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu ekosistem yang terletak pada wilayah kabupaten, kawasan lindung yang memberikan pelindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah kabupaten, dan kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten.

Kawasan lindung dapat dibagi menjadi kawasan yang memberikan perlindungankawasan persawahannya, kawasan perllindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan rawan bencana alam dan kawasan lindung lainnya..

2. Kawasan Budi Daya adalah kawasan budi daya yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudi dayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

(36)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 30 Tabel 2.8

Penetapan Kawasan Budidaya

JENIS KAWASAN KRITERIA PENETAPAN Kawasan Pertanian dan

Kawasan Perkebunan Lahan pertanian perdesaan:  Memperhatikan kriteria kesesuaian lahan

 Memperhatikan kriteria teknis sektoral  Tidak mengubah penggunaan lahan

lain yang lebih produktif Lahan pertanian Perkotaan

 Memperhatikan kriteria kesesuaian lahan

 Memperhatikan kriteria teknis sektoral  Tidak mengubah penggunaan lahan

lain yang lebih produktif  Memperhatikan batas kota

 Memperhatikan kriteria penataan ruang terbuka hijau

 Memperhatikan RUTRK/RDTRK/RTRK

Kawasan Perikanan  Menjaga fungsi perlindungan keberadaan danau sebagai daerah resapan air

 Menjaga fungsi pelestarian perlindungan keberadaan danau sebagai sumber air bersih potensial

Kawasan Perindustrian  Pada daerah perdesaan diarahkan pada sentra-sentra industri dan kerajinan terutama dikawasan permukiman yang telah ada

 Pada daerah perkotaan diarahkan dengan mempertimbangkan batas wilayah kota, RUTRK/RDTRK/RTRK.

Pariwisata  Diarahkan pada pengembangan berbagai daya tarik objek wisata alam maupun objek wisata budaya  Diarahkan pada pengembangan

objek wisata yang memiliki keunikan atau daya tarik yang khas

 Diarahkan pada pengembangan objek wisata yang terkait dalam satu kesatuan pengembangan kepariwisataan baik lingkup kabupaten Tanah Laut maupun lingkup Provinsi

(37)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 31

JENIS KAWASAN KRITERIA PENETAPAN Permukiman Lahan permukiman pedesaa

 Menghindari sawah irigasi teknis  Memperhatikan keterkaitan dengan

pusat pertumbuhan dan aksesibilitas wilayah

 Memperhatikan keseimbangan fungsi dengan pengembangan budidaya lain seperti pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-lain

 Memperhatikan kecenderungan perkembangan penduduk di setiap bagian wilayah

 Memperhatikan daya tamping perkembangan penduduk disetiap bagian wilayah

 Memperhatikan pengembangan infrastruktur serta sarana yang dibutuhkan.

Lahan Permukiman Perkotaan

 Ketentuan Permendagri No. 7 Tahun 1986 tentang Batas wilayah Kota  Ketentuan Peraturan daerah tentang

Penetapan Batas Wilayah Kota Kabupaten Tanah Laut

 Memperhatikan kecenderungan perkembangan penduduk dan tingkat kepadatan penduduk di setiap wilayah

 Memperhitungkan daya tamping perkebangan penduduk di setiap bagian wilayah

 Memperhatikan pengembangan infrastruktur serta sarana yang dibutuhkan

Sumber : Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Laut

Tabel 2.9

Rencana Pola Ruang Kabupaten Tanah Laut

No RENCANA Luas/Ha KAW. LINDUNG 1 Hutan Lindung 10.970 2 Sempadan Sungai 20.296,14 Jumlah Lindung 28.239,36 KAW. BUDIDAYA

1 Hutan Produksi Tetap 7.117,00

2 Hutan Produksi Konversi 6758

3 Hutan Produksi Terbatas 961,00

4 Pengembangan Kelapa Sawit 86.522,00

5 Pemukiman 15.517,35

6 Perkebunan 92.739,62

(38)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 32

No RENCANA Luas/Ha

8 Pertanian Lahan Kering 18.911,82

9 Zona Industri 3.041,43

Jumlah Budidaya 188.655,75

TOTAL LINDUNG+BUDIDAYA 217.495,00

Sumber: Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Laut 2011-2031

Selanjutnya beberapa kawasan yang merupakan kawasan strategis di Kabupaten Tanah Laut terdiri dari kawasan pertumbuhan ekonomi, kawasan strategis sosio-kultural dan kawasan strategis penyelamatan lingkungan hidup. Kawasan strategis diwilayah Kabupaten tanah Laut diarahkan pada 3 fungsi kawasan strategis, yaitu:

1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuahn ekonomi yaitu:

 Kawasan Metropolitan Banjarmasin/Banjarmasin Raya yang wilayahnya terdiri dari sebagian wilayah di Kabupaten Tanah Laut yaitu Kecamatan Bati-Bati, Kurau, Bumi Makmur dan Tambang Ulang yang berfungsi sebagai kota kecil yang bercirikan perkotaan metropolitan untuk mendukung perkembangan wilayah Banjarmasin Raya.

 Kawasan Agropolitan, yang meliputi Kecamatan Pelaihari, Bajuin, Panyipatan dan Batu Ampar 52.060 Ha.

Fungsi dari kawasan ini adalah mempercepat tercitpanya kawasan pengembangan pertanian berbasis agribisnis dan meningkatkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pembangunan di kawasan agropolitan terutama dalam penanganan infrastruktur kawasan dan

(39)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 33 pengembangan budidaya dan pasca produksi.

2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sumber daya alam dan teknologi tinggi adalah: Kawasan Pembangkit Energi Listrik, yaitu kawasan yang memproduksi energy listrik untuk keperluan wilayah provinsi Kalimantan Selatan dan sekitarnya yaitu PLTU Asam-Asam.

3. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup terdiri dari:

 Kawasan hutan lindung Tahura (Taman Hutan Raya) Sultan Adam dengan luas 18.358 Ha.

 Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, kawasan terbuka sepanjang pantai timur-tenggara dengan berbagai pola pemanfaatan ruang baik lindung maupun budidaya di Kabupaten Tanah Laut.

(40)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 34 Gambar 2.5

Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Tanah Laut

(41)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UNLAM) 35 Gambar 2.6

. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Tanah Laut

(42)

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LPPM UNLAM) 36 2.3 Kondisi Industri Secara Umum

Sektor industri pengolahan merupakan salahsatu sektor andalan (leading sector) di Tanah Laut.Kekayaan sumber daya alam di Tanah Laut padaperkebunan, perikanan dan pertanian mendorongtumbuhnya industri, baik formal dan non formal.Berdasarkan kelompok industri, perusahaan industridikelompokkan menjadi industri yang mengelola hasilpertanian dan kehutanan (IHPK), industri yangmengelola logam mesin dan kimia (ILMK) dan industrianeka (IA).Sektor industri pengolahan ternyata masihcukup dominan dalam pembentukan PDRB TanahLaut. Hal ini bisa dilihat dari kontribusi sektor industripengolahan terhadap pembentukan PDRB atas dasarharga berlaku ternyata menduduki peringkat ketigayaitu sebesar 11,39 persen dengan Nilai TambahBruto (NTB) sebesar 1.229,2 milyar rupiah. Kontribusiini sedikit mengalami kenaikan dibandingkan tahunsebelumnya yang hanya sebesar 10,72 persen.Kenaikan ini disebabkan karena nilai tambah pada sektor industri pengolahan ini lebih cepatpertumbuhannyadibandingkan dengan nilai tambahpada sektor lain.

Selama periode tahun 2013-2015 sektorindustri pengolahan sedikit mengalami perlambatan.Pada tahun 2015, laju pertumbuhan mengalamisedikit perlambatan menjadi 4,34 persen. Hal initerjadi karena adanya beberapa faktor, yaknimelemahnya kurs rupiah yang berdampak terhadapkenaikan harga bahan baku dan barang modal impor,keterbatasan pasokan energi ke sektor industri akibatkenaikan harga gas dan tarif dasar listrik sertadampak dari kebijakan kenaikan suku bunga BI yangsengaja diperlambat untuk mengendalikan inflasiyang tinggi.

(43)

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LPPM UNLAM) 37 Gambar 2.7

Kategori lapangan usaha manufaktur dalam PDRB atas dasar tahun 2010,dibagi 16 sublapangan usaha. Sublapangan usaha yang mendominasi kinerja industrimanufaktur di Tanah Laut adalah industri makanan dan minuman. Produksi industrimakanan dan minuman rata-rata mencapai lebih dari 80 persen dari total produksiindustri pengolahan keseluruhan di Tanah Laut. Komoditas utama dari industrimakanan dan minuman Tanah Laut adalah crude palm oil (CPO). Komoditas tersebutmenjadi kontributor terbesar kedua ekspor Tanah Laut setelah batubara. Oleh karenaitu, kinerja industri makanan dan minuman Tanah Laut tidak terlepas dari pengaruhdinamika perekonomian global.Penurunan harga komoditas sawit dunia turut menyeret harga pasaran CPO kearah kontraksi, sebagai efek menurunnya permintaan komoditas tersebut di dunia.

Kinerja industri CPO didukung oleh kinerja sublapangan usaha perkebunan komoditassawit yang terkonsentrasi di beberapa wilayah sentra produksi utama (Panyipatan,Pelaihari, Batu Ampar, Jorong dan Kintap).Selain industri makanan dan minuman, penyumbang terbesar nilai tambahdalam industri manufaktur Tanah Laut adalah industri karet yang menyumbang PDRBmencapai 8,49 persen dari total PDRB industri pengolahan

(44)

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LPPM UNLAM) 38

Tanah Laut. Sebagianbesar produksi karet alam di Tanah Laut diekspor dalam bentuk mentah. Ekspektasipertumbuhan/kinerja industri karet masih menjanjikan seiring dengan pertumbuhanindustri otomotif, konstruksi dan pertumbuhan negara tujuan ekspor karet alam TanahLaut. Industri karet juga menjadi pengungkit (leverage) bagi perkebunan karet yangbanyak diusahakan oleh petani karet di Tanah Laut.

Gambar 2.8

Selain itu pula kedepannya di Kabupaten Tanah Laut khususnya di kawasan Jorong akan dibangun dan dijadikan kawasan industri dengan mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Tahun 2015-2019, yang mana Kementerian Perindustrian diamanatkan untuk membangun 14(empat belas) Kawasan Industri diluar Jawa. Program ini mengacu pada program Nawacita dari Presiden Jokowi yang ingin membangun Indonesia dari pinggiran, juga untuk memperkuat peran pemerintah dalam pembangunan nasional. Program Quick

Win percepatan industri yang dimotori Sirektorat Jenderal

Pengembangan Perwilayahan Industri menjadikan Jorong sebagai Kawasan Industri Prioritas yang akan dibangun diluar Jawa.

(45)

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LPPM UNLAM) 39

Salah satu pertimbangan dijadikannya Kawasan Jorong sebagai salah satu kawasan industri karena di Jorong lahan kawasan industri telah dimiliki oleh Pemerintah Daerah dan di kawasan ini telah ada anchor industri yakni PT Gunung Prima dan PT Delta Prima Steel yang bergerak dibidang industri baja dan turunannya.

2.4 Sumber Daya Industri

2.4.1 Bidang-Bidang Industri Potensial

Sektor industri merupakan salah satu sektor andalan dalam menopang perekonomian di daerah. Berdasarkan data yang diperoleh di Kabupaten Tanah Laut terdapat 3 (tiga) kelompok industri yaitu industri hasil pertanian dan kehutanan, industri logam mesin dan kimia, dan industri aneka baik perusahaan industri formal (berizin) dan non formal.

Tabel 2.10

Jumlah Perusahaan Industri Formal (Berizin) No Kelompok Industri Industri Formal Tenaga Kerja

2013 2014 2015 2013 2014 2015 1. Industri Hasil

Pertanian dan

Kehutanan (IPHK) 51 71 80 153 211 554 Industri Logam

Mesin dan Kimia

(ILMK) 20 21 21 60 63 115

Industri Aneka 5 5 19 15 15 83

76 97 120 228 289 752

Sumber: Kabupaten Tanah Laut Dalam Angka Tahun 2014 dan Tahun 2016

Tabel 2.11

Jumlah Perusahaan Industri Non Formal No Kelompok Industri

Industri Non

Formal Tenaga Kerja 2014 2015 2014 2015 1. Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan (IPHK) 706 758 2118 2497

Industri Logam Mesin dan

Kimia (ILMK) 486 501 1458 1561

Industri Aneka (IA) 135 145 405 554

Jumlah 1327 1404 3981 4612

(46)

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LPPM UNLAM) 40 Tabel 2.12

Jumlah Industri Yang Berizin Menurut Kecamatan

No Kecamatan Perusahaan Tenaga Kerja

2014 2015 2014 2015 1. Panyipatan 20 21 60 69 2. Takisung 8 9 24 27 3. Kurau 2 2 4 8 4. Bumi Makmur 2 2 6 7 5. Bati-Bati 8 8 24 30 6. Tambang Ulang 3 6 9 18 7. Pelaihari 36 38 108 118 8. Bajuin 5 5 15 20 9. Batu Ampar 5 5 15 20 10. Jorong 3 3 9 15 11. Kintap 5 5 15 20 Jumlah 97 102 289 351

Sumber: Kabupaten Tanah Laut Dalam Angka Tahun 2016

Selain itupula di Kabupaten Tanah Laut khususnya Kecamatan Jorong akan dikembangkan menjadi kawasan industri karena wilayah ini merupakan kawasan strategis di Provinsi Kalimantan Selatan. Kawasan industri Jorong nantinya akan terintegrasi dengan Pelabuhan Swarangan Pelaihari untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan industri di wilayah tersebut.

Kawasan industri baru yang nantinya akan dibangun memiliki total luas sebesar 6.370 ha yang dibagi menjadi empat blok kawasan industri. Pada tahap pertama pengembangan kawasan industri Jorong diprioritaskan membangun blok I seluas 915 ha yang diperuntukkan untuk industri biji besi dan baja, dengan mendirikan satu hingga enam perusahaan industri bijih besi dan baja.

Pada dasarnya pengolahan biji besi dan baja dapat di bagi menjadi dua industri besi baja hulu dan industry besi baja hilir.

(47)

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LPPM UNLAM) 41

Industri besi baja hulu dimulai dari proses hasil tambang berupa pasir besi menjadi bijih besi (iron ore) dan dilanjutkan menjadi

pellet yang merupakan bahan baku untuk pembuatan besi baja.

Selanjutnya diproses lagi pada tanur baja untuk menghasilkan produk baja antara yang menghasilkan bahan baku bagi industry hilirnya sebagai produk akhir. Industry baja sendiri merupakan industry yang bersifat padat modal, padat teknologi dan memerlukan SDM yang trampil dan ahli dalam merencanakan proses produksi dan pengaturan mesin secara optimal dan efisien.

Di Tanah Laut sudah berdiri perusahaan bijih besi dan baja khususnya di Kecamatan Jorong diantaranya PT Delta Prima Steel, PT Semeru Surya Steel dan PT JBG. Sedangkan perusahaan yang melakukan pengolahan biji besi menjadi besi spons (sponge

iron) yakni PT Delta Prima Steel dengan kapasitas produksi

sebesar 100 ton.

2.4.2 Sumberdaya Manusia

Referensi

Dokumen terkait

Wanita Tani dalam Pengambilan Keputusan pada Usahatani Jagung (Kasus di Kabupaten Tanah Laut Propinsi Kalimantan Selatan)..

Kabupaten Sarolangun untuk mewujudkan visi “ Terwujudnya Kabupaten yang maju dan mandiri berbasis ekonomi kerakyatan, agribisnis yang berdaya saing tinggi dan SDM

Sesuai dengan potensi sumber daya alam Provinsi Kalimantan Barat, industri utama yang dikembangkan untuk menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi daerah adalah

Hasil penelitian ini adalah (1) Aspek fasilitas wilayah/ infrastruktur menjadi aspek yang paling berdaya saing di Provinsi Kalimantan Utara sedangkan sumber daya manusia

Hasil penelitian ini adalah (1) Aspek fasilitas wilayah/ infrastruktur menjadi aspek yang paling berdaya saing di Provinsi Kalimantan Utara sedangkan sumber daya manusia

Endapan Bijih besi tersebar di Propinsi Kalimantan Selatan dari Hulu Sungai Utara, Balangan, Tapin, Tanah Laut, Tanah Bumbu hingga Kotabaru. Endapan bijih besi

25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Kalimantan Selatan 2005-2025 ini mengacu pada

(1) Maksud ditetapkannya Peraturan Bupati Tanah Laut ini adalah adanya kepastian/ketetapan mengenai Program Kerja Pengawasan Tahunan, Pembagian Wilayah Kerja