• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

NOMOR 17 TAHUN 2009

# # # # # # # # # # # # # Tanju ng Parin gin Amuntai Barabai Kandangan Ran tau Marabahan Mart apura Pelaihari Batulicin Ko tabaru Banjarbaru Banjarmasin

RPJP TAHUN 2005 - 2025

RPJP TAHUN 2005 - 2025

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Diperbanyak dan didistribusikan :

Bappeda

(2)

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

NOMOR 17 TAHUN 2009

TANGGAL 31 JULI 2009

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

2005-2025

(3)

DAFTAR ISI

Hal

JUDUL i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.1.1. Sejarah Singkat Terbentuknya Provinsi Kalimantan Selatan 1 1.1.2. Pengertian dan Proses Penyusunan RPJPD 2

1.2. Maksud dan Tujuan 3

1.3. Landasan Hukum 3

1.4. Hubungan RPJPD Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya. 3

1.5 Sistimatika Penyusunan 4

BAB II. KONDISI DAN PREDIKSI KONDISI UMUM DAERAH SERTA ISU-ISU STRATEGIS

2.1. Kondisi 5

2.1.1. Geomorfologi dan Iklim 5

2.1.2 Demografi 7

2.1.3 Ekonomi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 11

2.1.4. Sosial Budaya dan Agama 17

2.1.5. Prasarana dan Sarana 18

2.1.6. Politik, Pemerintahan dan Hukum 22

2.1.7. Penataan Ruang 23

2.2 Prediksi Kondisi Umum Daerah 24

2.2.1. Geomorfologi dan Iklim 24

2.2.2 Demografi 25

2.2.3 Ekonomi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 26

2.2.4. Sosial Budaya dan Agama 29

2.2.5. Prasarana dan Sarana 29

2.2.6. Politik, Pemerintahan dan Hukum 30

2.2.7. Penataan Ruang 30

2.3 Isu-isu Strategis 31

2.3.1. Geomorfologi dan Iklim 31

2.3.2 Demografi 31

2.3.3 Ekonomi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 31

2.3.4. Sosial Budaya dan Agama 33

2.3.5. Prasarana dan Sarana 33

2.3.6. Politik, Pemerintahan dan Hukum 33

2.3.7. Penataan Ruang 34

BAB III. VISI, MISI & ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 35

3.1. Visi 35

3.2. Misi 35

3.3. Arah Pembangunan Jangka Panjang 36

3.3.1 Arah Umum 36

3.3.1.1 Bidang Sumberdaya Manusia dan Sosial-Budaya-Agama 36

3.3.1.2 Bidang Ekonomi 37

3.3.1.3 Bidang Prasarana dan Sarana 41

3.3.1.4 Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup 46 3.3.1.5 Bidang Politik, Pemerintahan dan Hukum 50

3.3.1.6 Bidang Penataan Ruang 52

3.3.2 Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan

54

BAB IV. PENUTUP 60

(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Sasaran Pembangunan SDM Kalimantan Selatan 2005-2025 37

2 PDRB Per Sektor Kalimantan Selatan 2005-2025 40

3 Sasaran Kontribusi Sektoral terhadap PDRB Kalimantan Selatan 2005-2025 (%) 40 4 Sasaran Indikator Makro dan Kesejahteraan Kalimantan Selatan 2005-2025 41 5 Sasaran Pembangunan Sarana dan Prasarana Kalimantan Selatan 2005-2025 43

(5)

2.1. Kondisi

5

BAB II

KONDISI DAN PREDIKSI KONDISI UMUM DAERAH

SERTA ISU-ISU STRATEGIS

2.1. KONDISI

2.1.1. Geomorfologi dan Iklim

Letak Geografis dan Batas Administrasi Wilayah

• Secara geografis Provinsi Kalimantan Selatan terletak antara 114 °19' 13'' - 116°33' 28'' Bujur Timur dan 1° 21' 49'' – 4 °10' 14'' Lintang Selatan.

• Secara administratif, Provinsi Kalimantan Selatan terletak di bagian selatan Pulau Kalimantan dengan batas-batas:

o sebelah barat dengan Provinsi Kalimantan Tengah o sebelah timur dengan Selat Makasar,

o sebelah selatan dengan Laut Jawa

o sebelah utara dengan Provinsi Kalimantan Timur.

Provinsi Kalimantan Selatan dengan kota Banjarmasin sebagai ibukotanya terdiri atas 11 kabupaten dan 2 kota.

Luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan hanya 6,98 persen dari luas Pulau Kalimantan secara keseluruhan yaitu seluas 37.530,52 km2.

Topografi atau Morfologi

Kondisi alam Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan/pegunungan.

Kemiringan tanah dengan 4 kelas klasifikasi menunjukkan bahwa sebesar 43,31 persen wilayah Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai kemiringan tanah 0-2%. Rincian luas menurut kemiringan adalah sebagai berikut:

o

0 - 2%: 1.625.384 Ha (43,31%)

o

>2 - 15%: 1.182.346 Ha (31,50%)

o

>15 - 40%: 714.127 Ha (19,02%)

o

>40%: 231.195 Ha (6,16%)

Menurut jenis tanahnya, meliputi Podsolik Merah Kuning (PMK), Latosol, Litasol, Podsolik Merah Kuning Litosol, Komplek Podsolik Merah Kuning Organosol Gley Humus, PMK Dataran Tinggi, PMK Pegunungan , dan Alluvial.

Wilayah Kalimantan Selatan juga banyak dialiri sungai. Sungai tersebut antara lain Sungai Barito, Sungai Riam Kanan, Sungai Riam Kiwa, Sungai Balangan, Sungai Batang Alai, Sungai Amandit, Sungai Tapin, Sungai Kintap, Sungai Batulicin, Sungai Sampanahan dan sebagainya. Umumnya sungai-sungai tersebut berpangkal pada pegunungan Meratus dan bermuara di Laut Jawa dan Selat Makasar.

Data tahun 2005 menyebutkan bahwa penggunaan lahan di Kalimantan Selatan meliputi Lahan pemukiman/kampung seluas 59.271 ha, industri 2.427 ha, pertambangan 40.272 Ha, sawah 425.732 ha, pertanian lahan kering semusim 60.543 ha, kebun campuran 171.909 ha, perkebunan 433.699 ha, padang/semak belukar/alang-alang 834.546 ha, hutan 1.613.867 ha, perairan darat 45.726 ha, tanah terbuka 5.404 ha, dan lain-lain 59.656 ha.

(6)

2.1. Kondisi

6

Wilayah Kalimantan Selatan menyimpan beberapa potensi bahan galian pertambangan seperti mineral, batu bara, minyak dan gas bumi, intan, dan lain-lain.

Iklim

• Temperatur rata-rata di daerah Kalimantan Selatan pada tahun 2005 berkisar antara 23,6ºC sampai 32,3ºC. Sedangkan kelembaban udara rata-ratanya berkisar antara 64,5%-s.d 94,9% tiap bulan.

• Curah hujan tertinggi di daerah ini pada tahun 2005 terjadi pada bulan Januari yaitu 286,9 mm sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli yaitu 18,8 mm.Jumlah hari hujan selama tahun 2005 adalah 216 hari dengan hari terbanyak hujan terjadi pada bulan Januari dan Desember yaitu 26 hari. Rata-rata tekanan udara di daerah ini adalah 1.011,5 Mbar selama tahun).

• Keadaan angin di Kalimantan Selatan pada tahun 2005 yang dipantau dari Stasiun Meteorologi Syamsuddin Noor menunjukkan kecepatan angin pada tahun 2005 rata-rata 2,8 knot.

• Untuk penyinaran matahari dipantau pada jam 06.00-18.00 terlihat intensitas yang beragam tiap bulannya. Penyinaran matahari dengan intensitas tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu rata-rata 6,2 jam/hari dan intensitas terendah terjadi pada bulan Desember yaitu rata-rata 2,6 jam/hari.

(7)

2.1. Kondisi

7

2.1.2. Demografi

Perkembangan Jumlah Penduduk.

• Secara absolut jumlah penduduk di Kalimantan Selatan selama lima tahun terakhir, yakni dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 mengalami peningkatan. Pada tahun 2000 jumlah penduduk Kalimantan Selatan sekitar 2.969.028 jiwa bertambah menjadi 3.250.100 jiwa pada tahun 2005, atau dengan perkataan lain pertumbuhan penduduk selama periode 2000 sampai dengan tahun 2005 rata-rata sebesar 1,8 % setiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk yang paling tinggi terjadi di Kota Banjarbaru selama periode tahun 2000 sampai 2005, yakni rata-rata 3,3 % setiap tahunnya. Disamping kota Banjarbaru, Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Banjar juga selama 5 tahun terakhir mengalami pertumbuhan penduduk yang cepat. Kondisi ini mungkin ada hubungannya dengan wilayah tersebut sebagai daerah penerima program Transmigrasi selain juga semakin semaraknya penggalian sumber daya alam seperti pertambangan yang merupakan faktor penarik bagi pendatang. • Kalau dilihat dari tingkat kepadatan penduduknya, Kalimantan Selatan juga selalu

bertambah selama 5 tahun terakhir ini, yakni pada tahun 2000 kepadatan penduduknya sekitar 79,9 orang setiap kilometer dan pada tahun 2005 kepadatan penduduknya meningkat menjadi 86 orang per kilometer.

• Menurut Kabupaten/Kota, Banjarmasin merupakan kota terpadat di Kalimantan Selatan yaitu 7.326 orang per kilometer tahun 2000 meningkat menjadi 7.903 orang per kilometer tahun 2005. Hal ini bisa terjadi mengingat kota Banjarmasin sebagai ibukota Propinsi mempunyai sarana dan prasarana pembangunan yang lebih lengkap dibanding wilayah lain, seperti sarana pendidikan, kesehatan, pusat ekonomi dan lain sebagainya. Kota Banjarbaru juga memiliki kepadatan tinggi yang ditunjukkan dari kepadatan penduduknya yang setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2000 kepadatan Kota Banjarbaru sekitar 336 orang per kilometer meningkat menjadi 443 orang per kilometer pada tahun 2005

• Sementara itu wilayah yang paling jarang penduduknya berada di Kabupaten Kotabaru, hanya sekitar 28 jiwa per km2 pada tahun 2000 dan tahun 2005 seolah tidak terjadi perubahan yakni hanya sekitar 28 jiwa per km2.

Fertilitas

• Di Kalimantan Selatan angka (Total Fertility Rate) TFR sejak tahun 1971 sampai dengan tahun 2000 mengalami penurunan. Berdasarkan hasil sensus penduduk, pada tahun 1971 di Kalimantan Selatan angka TFR sebesar 5,4 kemudian berubah turun menjadi 2,4 pada tahun 2000. Ini berarti setiap wanita di Kalimantan Selatan tahun 2000 rata-rata mempunyai anak sebanyak 2 sampai 3 orang di akhir masa reproduksinya. Penurunan angka fertilitas ini besar kemungkinan disebabkan karena adanya program KB yang telah dijalankan sejak tahun 70 an.

Mortalitas

• Angka kematian yang biasa dipakai sebagai indikator dari kemajuan ekonomi penduduk juga terhadap status kesehatan anak dan penduduk secara keseluruhan adalah angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan indikator yang paling peka dalam menggambarkan ketersediaan, penggunaan dan efektivitas pelayanan kesehatan.

• Di Kalimantan Selatan angka kematian bayi sejak tahun 1971 sampai dengan tahun 2000 mengalami penurunan yang cukup tajam. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 1967 angka kematian bayi sebesar 165 berada pada tahap soft rock dan pada hasil sensus penduduk tahun 2000 turun menjadi 45 per 1000 bayi yang lahir hidup atau sudah berada pada tahap intermediate rock.. Pada tahap ini penyebab kematian biasanya didominasi oleh gabungan antara penyakit menular dengan penyakit degenaratif. Indikator mortalitas lain adalah kematian yang terjadi pada Balita

(8)

2.1. Kondisi

8

(AKAB). AKAB mencerminkan kondisi penyakit menular pada anak, insiden kecelakaan di dalam maupun di sekitar rumah, kesehatan lingkungan yang langsung mempengaruhi kesehatan anak, status gizi anak, tingkat upaya kesehatan baik dimasa bayi maupun pada anak saat berumur 1 sampai menjelang 5 tahun, dan kondisi sosial ekonomi. Dalam arti luas indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial dan tingkat kemiskinan penduduk. Hasil sensus penduduk AKAB di Kalimantan Selatan tahun 1967 mencapai 248 berubah menjadi 184 pada tahun 1976. Pada tahun 1986 AKAB mengalami penurunan lagi menjadi 116 dan telah mencapai 100 pada tahun 1995 serta tahun 2000 AKAB di Kalimantan Selatan turun menjadi 57 per 1000 balita .

• Sejalan dengan penurunan angka kematian bayi (AKB) terjadi juga pola kenaikan terhadap angka harapan hidup. Berdasarkan data sensus penduduk 1971 hasil estimasi, angka harapan hidup penduduk Kalimantan Selatan adalah 42,6 tahun, kemudian naik menjadi 49,6 tahun pada sensus penduduk 1980. Sepuluh tahun kemudian yakni pada sensus penduduk 1990 hasil estimasi angka harapan hidup naik lagi menjadi 55,7 tahun dan berdasarkan hasil Susenas tahun 2005 angka harapan hidup penduduk di Kalimantan Selatan sekitar 62,1 tahun dan tahun 2006 angka harapan hidup berada pada angka 62,4 tahun.

• Bila angka harapan hidup ini dilihat menurut daerah kabupaten di Propinsi Kalimantan Selatan, hasil estimasi BPS tahun 2006 tampaknya berada di angka 60 an tahun. Angka paling tinggi terdapat di daerah Kabupaten Tanah Laut, Kota Banjarbaru, Tapin dan Kotamadya Banjarmasin yakni masing-masing 67,4 tahun 66,8 tahun dan 66,6 tahun serta 65,7 tahun. Angka harapan hidup terendah berada di daerah Kabupaten Batola dan Balangan yakni 60 tahun dan 60,5 tahun.

Migrasi

• Kejadian migrasi yang mudah diukur adalah jenis migrasi risen. Migrasi risen adalah kejadian migrasi dimana tempat tinggal 5 tahun yang lalu berbeda dengan tempat tinggal sekarang. Menurut hasil sensus penduduk tahun 1990 jumlah migran risen yang keluar Kalimantan Selatan sebanyak 76.447 orang dan tahun 2000 turun menjadi 62.551 orang. Sementara itu jumlah migran risen yang masuk ke Kalimantan Selatan mengalami peningkatan dari 77.906 orang tahun 1990 menjadi 88.609 orang pada tahun 2000.Hal tersebut menunjukkan bahwa di Kalimantan Selatan telah mengalami peningkatan investasi yang mampu membuka kesempatan kerja baik bagi penduduk dalam daerah sendiri maupun bagi orang luar daerah.

• Sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 1999/2000 jumlah transmigran yang ditempatkan di Kal-Sel sekitar 4.891 KK atau 16.199 jiwa atau hanya 18,28 % saja dari total migrant risen yang masuk, selebihnya adalah para migran yang datang secara spontan atas kemauan sendiri.

Ketenagakerjaan

• Ketenagakerjaan dilihat dari aspek kependudukan adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas atau yang sering disebut sebagai tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja di Kalimantan Selatan terus mengalami peningkatan seiring dengan berubahnya struktur umur penduduk dimana usia produktif terus meningkat.

• Jumlah angkatan kerja juga terus meningkat kalau dilihat dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2005. Pada tahun 1996 jumlah angkatan kerja di Kalimantan Selatan sekitar 1.476.736 orang meningkat menjadi 1.609.510 orang pada tahun 2005. Demikian juga angka pengangguran yang ada di wilayah ini mengalami peningkatan, tahun 1996 angka pengangguran sebesar 0,3 % naik menjadi 6,2 % pada tahun 2005.

(9)

2.1. Kondisi

9

• Meningkatnya angka pengangguran kemungkinan disebabkan adanya ketidaksesuaian antara permintaan lulusan pendidikan dengan jenis pendidikan yang diperlukan. Sementara itu kalau dilihat menurut lapangan pekerjaan, penduduk Kalimantan Selatan lebih banyak bekerja di sektor pertanian. Hal ini ditunjukkan pada sembilan tahun terakhir tampak terjadi penurunan persentase penduduk yang bekerja di sektor pertanian ini, yakni pada tahun 1997 penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 97,9 % berubah menjadi 49,1 % saja pada tahun 2005. Perubahan struktural ini ternyata beralih ke sektor pertambangan dan penggalian yakni dari hanya 1,9 % pada tahun 1997 berubah menjadi 3,6 % pada tahun 2005. • Hal diatas didukung oleh keadaan di Kal-Sel sekarang sedang giat-giatnya usaha

dibidang pertambangan dan penggalian ini seperti tambang batubara, biji besi, bahan baku semen, dan galian C lainnya. Demikian juga sektor perdagangan terus mengalami peningkatan, tahun 1997 penduduk yang bekerja di sektor perdagangan sebanyak 16,6 % naik menjadi 20,1 % ditahun 2005. Sektor ini umumnya selalu tumbuh mengikuti berkembangnya usaha di sektor pertambangan dan jasa lainnya.

Pendidikan

• Pendidikan merupakan hal yang penting dan menentukan keberhasilan pembangunan suatu wilayah, termasuk dalam pembangunan manusianya. Kondisi pembangunan pendidikan di Kalimantan Selatan selama beberapa tahun terakhir ini menunjukkan peningkatan. Walaupun demikian masih ada penduduk usia sekolah yang belum bersekolah sampai dengan tahun 2007 ini. Untuk usia 0 – 6 tahun masih 32,63 % yang belum bersekolah, demikian juga yang usia 7 – 12 tahun sekitar 9,75 % belum bersekolah serta usia 13 – 15 tahun ada sekitar 36,33 % yang belum bersekolah.. Kondisi demikian menunjukkan bahwa pendidikan wajib belajar 9 tahun masih belum tuntas. Disamping itu masih terdapat penduduk yang putus sekolah, seperti murid SD/MI yang putus sekolah sampai dengan tahun 2007 ada sekitar 35.121 orang. Demikian juga untuk tingkat SMP/MTs sebanyak 37.446 orang dan di tingkat SMA/MA sekitar 27.233 orang yang putus sekolah.

• Untuk mutu pendidikan, dilihat dari segi input, di Kalimantan Selatan masih banyak guru yang kualifikasinya di bawah Standar Pelayanan Minimal atau belum berkelayakan. Misalnya untuk guru SD yang berpendidikan di bawah D2 masih ada sekitar 39,88 %, dan untuk guru SMP yang berpendidikian di bawah D3 18,63 % serta guru SMA yang berpendidikan di bawah S1 masih ada sekitar 21,41 %.

• Selanjutnya kalau dilihat dari angka partisipasi kasar (APK) yakni banyaknya murid yang usia 7-12 tahun dibagi dengan jumlah penduduk. Pada tahun 2001 APK untuk SD/MI sebesar 100,78 berubah menjadi 114,78 tahun 2005. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada diluar usia sekolah SD yang bersekolah di SD. Akan tetapi kalau dilihat dari Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk SLTP/MTs dan SLTA/MA menunjukkan peningkatan, yakni sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 terlihat bahwa pada tahun 2001 angka partisipasi kasar SLTP/MTs sebesar 69,02% naik menjadi 86,71% tahun 2005. Demikian juga untuk angka partisipasi kasar tingkat SLTA/MA, tahun 2001 sebesar 44,42% naik menjadi 46,68 % tahun 2005. • Begitu juga angka partisipasi murni (APM) juga menunjukkan peningkatan sejak

tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. Angka partisipasi murni adalah banyaknya penduduk usia 7-12 tahun dibagi dengan jumlah penduduk total. APM untuk SD/MI tahun 2001 sebesar 89,34 % naik menjadi 91,10 % tahun 2005, demikian juga untuk APM SLTP/MTs dan SLTA./MA. Angka partisipasi murni untuk SLTP/MTs tahun 2001 sebesar 48,41 % berubah menjadi 64,63 % tahun 2005 dan untuk angka partisipasi murni tingkat SLTA/MA tahun 2001 sebesar 23,16 % naik menjadi 40,53 % tahun 2005.

• Pendidikan tinggi berkembang cukup pesat di Kalimantan Selatan. Dewasa ini terdapat dua perguruan tinggi negeri yaitu Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM) dan Institut Agama Islam Negeri Banjarmasin (IAIN). UNLAM sebagai satu-satunya

(10)

2.1. Kondisi

10

PTN non keagamaan dengan usia 47 tahun memiliki mahasiswa lebih dari 10.000 orang yang tersebar dalam program studi S2 sebanyak 13 buah, S1 sebanyak 51 buah dan S0 sebanyak 18 buah disamping dua program studi profesi. Jumlah tenaga pengajar tetap sebanyak 1003 orang dengan rasio S2/S3 67% (masih mengikuti S3 160 dosen dan S2 344 orang didalam dan diluar negeri). Disamping PTN terdapat 13 buah PTS dimana sebagian besar berada di ibukota Propinsi Kalimantan Selatan.

Kesehatan

• Kondisi kesehatan masyarakat diperlihatkan oleh derajat kesehatannya. Derajat kesehatan merupakan tingkat keadaan kesehatan perorangan, kelompok atau masyarakat. Derajat kesehatan ini akhirnya akan mempengaruhi pada mutu sumber daya manusia, yang terlihat dari angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yang merupakan salah satu dari indikator keberhasilan pembangunan.

• Angka IPM Kal-Sel sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2005 secara angka menunjukkan kenaikan, tetapi secara peringkat Kalimantan Selatan masih berada di bawah angka nasional dan bahkan di bawah angka propinsi lain di Kalimantan kecuali Kalimantan Barat.. Kondisi demikian tentunya memerlukan perhatian yang serius dari semua sektor termasuk sektor kesehatan.

• Derajat kesehatan diukur dengan angka kematian, angka kesakitan, umur harapan hidup dan status gizi. Indikator angka kematian yang biasa digunakan adalah Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Kasar.

• Khusus untuk kematian ibu, Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami penurunan yang berarti kalau dilihat sejak tahun 1994 hingga tahun 2002 . Pada tahun 1994 AKI 390 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2002 AKI di Kalsel turun menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu ini menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, kondisi kesehatan lingkungan serta pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas.

• Selain angka kematian, kondisi kesehatan wilayah juga diperlihatkan oleh angka kesakitan (morbiditas). Di Kalimantan Selatan angka kesakitan terlihat dari beberapa jenis penyakit yang masih dominan, antara lain penyakit Tuberkulosis paru (TB Paru). Upaya penanggulangan TB dilihat dari Case Detection Rate (CDR) dan Success Rate (SR). CDR menunjukkan kecenderungan yang meningkat yaitu 78,42% (2000), 42,5% (2001), 54,45% (2002), 54,2% (2003), 61,94% (2004), 71,28% (2005) dan 52,2% (2006). Sedangkan SR berturut-turut mulai tahun 2003 sampai 2006 adalah 94%, 93% dan 92%. Apabila CDR mencapai 70% dan keberhasilan pengobatan mencapai 86% maka diperkirakan prevalensi TB Paru di KalSel akan turun menjadi setengahnya. Prevalensi TB Paru di Kalimantan Selatan tahun 2003 1,3 naik menjadi 1,5 tahun 2006. Penyakit lain adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Insidensi pneumonia pada balita di Kalimantan Selatan sejak tahun 1997 sampai tahun 2006 cenderung mengalami peningkatan, yaitu dari 18,5 per 1000 balita naik menjadi 47 per 1000 balita tahun 2007. Hal ini salah satunya disebabkan oleh program penemuan penderita baru yang didanai oleh ICDC. Selain itu penyakit yang masih banyak dirasakan oleh masyarakat Kalimantan Selatan adalah Diare, dan penyakit ini merupakan salah satu penyebab kematian pada anak balita. Insiden penyakit diare menunjukkan gejala penurunan sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 2005 dan peningkatan lebih dari 200% pada tahun 2006.

(11)

2.1. Kondisi

11

2.1.3. Ekonomi dan Sumber Daya Alam Ekonomi

a. Sebelum krisis ekonomi (sampai dengan tahun 1996), kondisi perekonomian di Provinsi Kalimantan Selatan menunjukkan perkembangan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 9,45 %. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai tersebut berada di atas target yang telah ditetapkan (Sasaran PELITA VI) yaitu sebesar 8,90 %. Kemudian dengan adanya krisis ekonomi yang melanda negara kita, maka kondisi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan menunjukkan penurunan. Angka pertumbuhan ekonomi yang dicapai pada tahun 1997 menurun menjadi 5,27 %, kemudian pada tahun 1998 menurun lagi menjadi minus 6,22 %, tetapi pada tahun 1999 pertumbuhan ekonomi daerah ini telah mulai mencapai pertumbuhan positif, yaitu sebesar 3,71 %

b. Selanjutnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan selama sepuluh tahun terakhir

berfluktuasi, tetapi dengan kondisi yang menunjukkan ke arah perbaikan. PDRB Kalimantan Selatan pada priode 1996-2005, secara total tumbuh dengan rata-rata 3,15% pertahun sedangkan tanpa minyak bumi hanya 3,07%. Penyumbang terbesar bagi pertumbuhan rata-rata ini adalah sektor Pertambangan dan Penggalian dengan 9,92% pertahun. Hanya terdapat tiga sektor lainnya yang tumbuh diatas 5% yakni sektor Listrik-Gas-Air, Keuangan, dan Transportasi-Komunikasi. Lima sektor ekonomi lainnya yakni Pertanian, Industri, Konstruksi, Perdagangan, dan Jasa-jasa tumbuh dibawah 5% bahkan sektor Industri mengalami pertumbuhan negatif yakni -1,99% pertahun. Keadaan sedikit berbeda terjadi jika dilihat pada rentang 2000-2005., masa pemulihan pasca krisis ekonomi. Pada kurun ini rata-rata pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan secara total lebih tinggi, yakni sebesar 4,24% dan 4,42% tanpa minyak bumi. Sebagai penyumbang terbesar pertumbuhan ini adalah sektor Keuangan dengan 9,23%. Akan tetapi sebagian besar sektor lainnya juga menyumbang dengan cukup berarti, yakni antara 5,19% dan 6,91%. Termasuk disini Sektor Pertanian, Listrik-Gas-Air, Konstruksi, Transportasi-Komunikasi, dan Jasa-jasa. Sektor industri tetap menurun yakni -0,41%.

c. Dilihat dari struktur ekonomi, selama priode 1996-2005, Provinsi Kalimantan Selatan

masih di dominasi oleh sektor primer yakni Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, dimana pada tahun 2005 masing-masing mencapai 27,04% dan 16,88%. Sektor lain yang peranannya diatas 10% adalah Perdagangan dengan 14,34% dan Industri 13,96%. Sektor Jasa berperan sebesar 9,49% sedangkan sektor lainnya, yakni Listrik-Gas-Air, Keuangan, Konstruksi, Transportasi-Komunikasi hanya menyumbang antara 0,58% dan 9,58%. Jika dilihat berdasarkan kelompoknya, pada tahun 2005 sektor Primer menyumbang 43,4%, Sekunder 19,51%, dan Tertier 37,2%. Hal in relatif tidak banyak berkembang dari keadaan pada tahun 2003. Sektor yang tumbuh dengan relatif tinggi sekaligus berperan penting dalam ekonomi Kalimantan Selatan hanyalah Pertambangan dan Penggalian.

d. Kegiatan investasi melalui fasilitas PMA dan PMDN secara kumulatif cenderung terus

meningkat. Rata-rata pertumbuhan realisasi investasi PMDN selama 1999-2005 sebesar 24,25% pertahun sedangkan PMA sebesar 8,32% pertahun.

e. Kondisi ketenagakerjaan menunjukkan bahwa angkatan kerja di Kalimantan Selatan terus tumbuh dari 1.427.311 pada th 1997, menjadi 1.609.510 pada 2005 (rata-rata tumbuh sebesar 1,63% pertahun). Penyerapan tenaga kerja berjalan lebih lambat dibanding pertumbuhan angkatan kerja, yakni hanya rata-rata 1,19% pertahun. Sebagai konsekuensinya maka tingkat pencari kerja tumbuh tinggi yakni rata-rata sebesar 23,57% pertahun. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran belum bisa dientaskan karena pada 2001 sebesar 5,91, pada 2003 sebesar 7,67, dan pada 2005 sebesar 6,18. Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja paling tinggi adalah sektor Keuangan dan sektor Pertambangan & Penggalian masing-masing diatas 14%/tahun; sedangkan yang

(12)

2.1. Kondisi

12

diatas 5% adalah sektor Perdagangan dan Konstruksi. Sektor Petanian, sektor Listrik-Gas-Air, dan sektor Transportasi antara 1,04% sampai 2,59% pertahun. Sementara itu, penduduk yang bekerja di sektor Industri, Jasa, dan Lainnya justru tumbuh dengan negatif.

f. Dari komposisi penduduk berdasarkan lapangan pekerjaan yang ditekuni terlihat

masih didominasi sektor pertanian, yakni sebesar 49%. Di urutan kedua, sektor perdagangan yang menampung sekitar 20% tenaga kerja, sedangkan sektor-sektor lain peranannya masing-masing tidak melebihi 10%. Sektor pertambangan sangat kontras karena menyumbang PDRB cukup besar tetapi hanya menampung 3,6% dari tenaga kerja yang ada.

g. Berdasarkan publikasi sensus ekonomi, BPS, pada 2006 jumlah unit usaha di Kalimantan Selatan sebanyak 395.059 unit. Jumlah ini terdiri dari 99,79% usaha mikro-kecil-menengah, dan 0,21% usaha besar. Usaha mikro sendiri meliputi 83,31%. Dari segi jenisnya, usaha didominasi bidang Perdagangan dengan 49,39%. Bidang lain yang berperan diatas 10% adalah Industri dan Akomodasi. Sementara bidang-bidang usaha lain relatif kecil peranannya. Jumlah unit koperasi baik Primer, Sekunder dan KUD tumbuh dengan cukup tinggi selama rentang 1996-2005, yakni rata-rata 13,63%. Jumlahnya pada 1996 sebanyak 752 unit menjadi 2.136 unit pada 2005.

h. Jumlah unit usaha di sektor industri pada rentang tahun 1996 sampai dengan 2005 tumbuh dengan rata-rata 1,95% pertahun. Pada 1996 jumlah usaha industri 68.946 unit pada tahun 2005 menjadi 81.973 unit. Hampir semua unit industri di Kalimantan Selatan berskala Kecil sedangkan yang berskala besaran kurang dari satu persen. Dari segi jenisnya, industri hasil pertanian dan kehutanan mendominasi dengan 78,47%, sedangkan industri Logam-Mesin-Kimia dan Industri Aneka masing-masing hanya antara 10 sampai 11%.

i. Berdasarkan rata-rata kontribusinya terhadap PDRB selama 3 tahun terakhir (2003-2005), sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dibanding sektor ekonomi lainnya. Besarnya kontribusi ini menunjukkan peranan pertanian dalam pembangunan cukup dominan. Selain itu jumlah tenaga kerja di sektor pertanian pada Tahun 2005 mencapai sekitar 50% dari total tenaga kerja yang ada di sembilan lapangan kerja utama. Sektor pertanian meliputi tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Sektor pertanian merupakan sektor basis/dasar untuk kemajuan. j. Kondisi subsektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura menunjukkan

perkembangan yag baik, perkembangan sektor ini sangat didukung oleh potensi daerah yang agraris dengan sumberdaya lahan sawah dan lahan kering yang luas. Untuk lahan sawah, yang sudah dimanfaatkan/ditanami untuk tanaman padi sawah adalah seluas 430.700 ha. Luas tanam dan luas panen padi sawah maupun padi ladang pada 10 tahun terakhir (1996-2005) menunjukkan trend yang terus meningkat. Secara keseluruhan rata-rata pertumbuhan luas tanam dan luas panen sebesar 2,20% dan 1,72% untuk padi sawah, serta sebesar 0,92% dan 1,50% untuk padi ladang. Sebagaimana luas tanam dan luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah dan ladang juga menunjukkan tingkat pertumbuhan yang terus menaik dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,59% dan 1,87% untuk padi sawah serta 3,82% dan 2,08% untuk padi ladang. Pada sisi lain tanaman Palawija dan Hortikultura juga terus menunjukkan perkembangan yang lebih baik.

k. Perkembangan subsektor perkebunan di Kalimantan Selatan sangat didukung oleh adanya potensi lahan kering yang sangat luas, dimana pemanfaatannya untuk tanaman perkebunan secara konsisten mengalami peningkatan hingga tahun 2005 mencapai 430.978 ha. Produksi tanaman perkebunan yang dihasilkan sebesar 453.471 ton, dengan produksi terbesar dari perkebunan kelapa sawit yang mencapai 244.727 ton atau 53,32% dan setelah itu karet. Pencapaian luas areal tanaman

(13)

2.1. Kondisi

13

perkebunan pada tahun 2005 sebesar 430.978 ha. Komoditas perkebunan yang diusahakan meliputi karet, kelapa sawit, kelapa hibrida, kelapa dalam, kopi, kakao, lada, cengkeh, pinang, kemiri, sagu, aren, kayu manis, kapuk, jambu mete, kenanga, panili, melinjo, jahe, kapulaga, purun, tebu, kunyit, kencur. Pada sub sektor ini, komoditas unggulan yang terus dikembangkan adalah komoditas kelapa sawit dan karet.

l. Perkembangan subsektor peternakan di Kalimantan Selatan, menunjukkan

peningkatan, dimana selama periode tahun 2004 – 2005 jumlah populasi ternak besar (sapi, kerbau dan kuda) dan ternak kecil (kambing, domba dan babi) maupun ternak unggas (itik, ayam potong/ras dan ayam buras) cenderung menaik. Dengan kata lain, secara keseluruhan populasi ternak di Kalimantan Selatan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Produksi daging dari berbagai jenis ternak selama tahun 2005 mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya hewan ternak yang dipotong setiap tahunnya.

m. Subsektor perikanan dan kelautan di Kalimantan Selatan, mempunyai luas laut wilayah pengelolaan perikanan Kalimantan Selatan 120.000 km2 dengan panjang garis pantai 1.331.091 km dan potensi penangkapan ikan 180.000 ton/tahun. Luas perairan umum 1.000.000 ha dengan potensi penangkapan ikan 90.000 ton/tahun. Untuk luas perairan umum ini ditaksir berdasarkan daerah dataran rendah berawa-rawa yaitu, terdiri atas rawa pasang surut (200.000 ha), rawa monoton (500.000 ha), daerah banjir (100.000 ha) dan dataran rendah alluvial (200.000 ha). Dari seluruh luasan tersebut, 478.980 ha berada pada DAS Negara yang terhampar mulai dari Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara dan Tabalong. DAS Negara ini bermuara ke Sungai Barito. Kabupaten yang mendominasi produksi penangkapan ikan di laut, yaitu Kabupaten Kotabaru (30,6%), Tanah Bumbu (30,6%) & Tanah Laut (30,4%). Penangkapan ikan di perairan umum, yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara (25,8%), Banjar (20,3%), Hulu Sungai Tengah (15,0%), Hulu Sungai Selatan (13,9%) & Tapin (11,7%). Produksi ikan hasil tangkapan dari tahun ke tahun mengarah pada kecenderungan mengalami penurunan, baik di perairan laut maupun di perairan umum. Produksi penangkapan ikan di laut berfluktuasi cenderung menurun, sementara di perairan umum mengalami penurunan yang tajam yaitu, 22% dalam rentang waktu 10 tahun, sedangkan untuk perikanan budidaya, cenderung mengalami peningkatan, baik untuk budidaya perairan laut maupun budidaya perairan umum. n. Kondisi subsektor kehutanan di Kalimantan Selatan, berdasarkan RTRWP terdiri

atas kawasan lindung seluas 751.252 ha (hutan lindung 516.683 ha, kawasan bergambut 73.685 ha, sempadan pantai 6.928 ha, waduk/danau 1.450 ha, cagar alam 3.280 ha, suaka margasatwa 6.010 ha, pantai hutan bakau 53.630 ha, taman hutan raya 112.000 ha dan taman wisata alam 1.705 ha).dan kawasan hutan produksi (Hutan produksi terbatas 212.177 ha, hutan produksi tetap 627.672 ha, dan hutan produksi konversi 67.902 ha. Selain itu juga terdapat 10 unit kawasan konservasi daratan seluas 209.035,30 ha yang terdiri atas Tahura Sultan Adam 112.000 ha, cagar alam Pulau Kembang 60 ha, cagar alam Pulau Kaget 85 ha, cagar alam Pulau Kentawan 245 ha, cagar alam teluk kelumpang, selat laut dan selat sebuku 66.650 ha, cagar alam teluk pamukan 20.619 ha, cagar alam sungai bulan dan sungai lutan 1.857,6 ha, suaka margasatwa pelaihari 6.000 ha, taman wisata alam pelaihari 1.500 ha dan taman wisata alam Pulau Bakut 18,7 ha. Produksi kayu bulat yang dihasilkan sejak tahun 2002–2006 cenderung mengalami penurunan hingga mencapai 4,5 kali lipat, begitu pula dengan produksi kayu olahan yang berkurang hingga 300%. Permasalahan utama hutan di daerah ini adalah berupa pesatnya: deforestasi sumberdaya hutan, penebangan kayu secara illegal, kebakaran hutan, eksploitasi IUPHHK dan perubahan fungsi kawasan hutan. Produksi kayu bulat tertinggi dicapai pada tahun 2002 yaitu sebanyak 875.302,93 m3. Pada rentang 2002-2006 produksi kayu olahan tertinggi dicapai pada tahun 2003 sebanyak 1.717.371,93 m3. Sejak tahun 2002 – 2006 produksi kayu

(14)

2.1. Kondisi

14

mencapai 3.752.746,69 m3 (rata-rata 750.549,32 m3/th) dan produksi kayu olahan sebanyak 6.322.870,95 m3 (rata-rata 1.264.574,19 m3/th) yang terdiri dari plywood, block board, veneer, particle board, sawn timber, moulding dan wood carpets

o. Kondisi perindustrian pada periode tahun 2003-2006, rata-rata laju pertumbuhan unit usaha industri sebesar 5,79% pertahun. Pertumbuhan unit usaha industri sepanjang tahun 2003-2006 cenderung meningkat dari 5,54%-6,00%. Tahun 2006, pertumbuhan jumlah unit usaha mencapai angka tertinggi yakni 6,00% sehingga tahun 2006 jumlah unit usaha industri berjumlah 39.455 unit sedangkan tahun 2003 hanya berjumlah 33.328 unit Selanjutnya selama Tahun 2003-2006 rata-rata laju pertumbuhan tenaga kerja di Kalimantan Selatan yang terserap industri sebesar 6,24% pertahun, penyerapan tertinggi terjadi pada tahun 2006, tenaga kerja yang diserap sebesar 8,00% (93.771 orang) dibandingkan tahun 2005 yang hanya sebesar 86.825 orang tenaga kerja. Peningkatan penyerapan tenaga kerja ini seiring dengan berkembangnya industri hulu yang semakin variatif bukan hanya tergantung pada hasil hutan tetapi juga perkebunan, pertambangan, kelautan sehingga tenaga kerja yang diserap diharapkan terus meningkat seiring dengan kesiapan industri hilir untuk industri penggolahan. p. Produk ekspor di Kalimantan Selatan dikelompokkan menjadi enam produk yaitu

produk karet alam, produk kayu, produk rotan, produk perikanan , produk tambang dan produk lainnya. Total Volume ekspor dari Kalimantan Selatan selama tahun 1996– 2006 mengalami peningkatan yaitu dari 13.602.740 ton ditahun 1996 menjadi 57.859.005 ton ditahun 2006. Ini merupakan peningkatan sebesar 3.25 kali lipat. Pertumbuhan rata rata setiap tahun selama periode tersebut adalah 21,8%. Dari sisi volume ini produk tambang merupakan produk yang mendominasi ekspor Kalimantan Selatan. Di tahun 2006 volume ekspor produk tambang adalah 98,74% sisanya berasal dari lima kelompok komoditi yaitu produk lainnya, produk kayu; produk karet alam, produk rotan dan produk perikanan. Pertumbuhan volume tiap jenis komoditas sangat fluktuatif. Ini kemungkinan sekali karena masih kurang cermatnya informasi yang terkumpul di Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebagai cerminan koordinasi antar instansi terkait yang masih perlu ditingkatkan. Total Nilai ekspor periode 1996 – 2006

(mengalami kenaikan Tercatat tahun 1996 sebesar US$1.180.872.555.000 menjadi

US$ 2.679.948.176.000 ditahun 2006 atau mengalami pertumbuhan rata rata pertahun sebesar 10% selama periode tersebut.

q. Perkembangan sektor koperasi di Kalimantan Selatan, sejak tahun 1996 – 2005 menunjukkan peningkatan dari 997 buah ditahun 1996 menjadi 1521 buah di tahun 2005 yang terdiri dari 16 jenis koperasi. Tahun 1996 jumlah koperasi 997 buah dengan tiga jenis koperasi terbesar yakni Koperasi unit Desa 244 buah (24,47%0, Koperasi Pegawai Negeri 393 buah (39,42%) dan Koperasi Karyawan.sebanyak 132 buah. Jumlah koperasi tersebut dilihat menurut sifat dan bentuknya sampai dengan tahun 2006 berjumlah 1943 yang terdiri dari 1.919 buah koperasi primer dengan 219.002 orang anggota dan 24 koperasi sekunder dengan 705 orang anggota . Sejak Otonomi daerah tahun 2000 pengelompokan koperasi berdasarkan sifat dan bentuknya menjadi 3 kelompok yakni kelompok koperasi primer, Pusat dan simpan pinjam berjumlah 1576 buah. Ditahun 2006 meningkat menjadi 1987 buah . Koperasi Primer mendominasi sebesar 97,33% sisanya 1,21% (24 buah) koperasi simpan pinjam, 1,46% koperasi pusat( 29 buah). Pada tahun 2005 terjadi perubahan komposisi yakni dari tiga besar menjadi lima besar antara lain Koperasi Unit Desa (23,34%),Koperasi Pegawai Negeri (28,80%), Koperasi Perdagangan Beras (13,02%), Koperasi Serba Usaha (12,6 Karyawan 132 buah (13,24%).9%) dan Koperasi lain lain (12,23%). Dari jumlah anggota 290.992 orang semua nya merupakan peminjam dengan Nilai pinjaman sebesar Rp 381.396.000.000,-. Besarnya jumlah peminjam dibandigkan dengan jumlah pinjaman tampak koperasi sangat dibutuhkan masyarakat sebagai penunjang perekomian rakyat.

(15)

2.1. Kondisi

15

r. Kondisi sub sektor pertambangan bahan galian khususnya Batubara di Kalimantan Selatan di tambang secara terbuka. Batubara dihasilkan oleh pemegang PKP2B dan KP dengan jumlah untuk PKP2B sebanyak 23 buah,dan KP sebanyak 380 buah sedangkan PKP2B yang berproduksi sebanyak 17 buah dan KP sebanyak 239 buah, untuk produksi batubara tahun 2008 = 78.198.645 Ton dengan cara penambangan yang masih ( belum ) memenuhi ketentuan kaedah pertambangan /good mining praktis.

Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

a. Kondisi sumberdaya hutan di Kalimantan Selatan menurut Perda No. 9 tahun 2000 tentang RTRWP Kalsel seluas 1.659.003 Ha (44,20 % luas Kalsel) yang terdiri atas kawasan lindung seluas 751.252 ha (hutan lindung 516.683 ha, kawasan bergambut 73.685 ha, sempadan pantai 6.928 ha, waduk/danau 1.450 ha, cagar alam 3.280 ha, suaka margasatwa 6.010 ha, pantai hutan bakau 53.630 ha, taman hutan raya 112.000 ha dan taman wisata alam 1.705 ha).dan kawasan hutan produksi (Hutan produksi terbatas 212.177 ha, hutan produksi tetap 627.672 ha, dan hutan produksi konversi 67.902 ha. Luas penutupan lahan/vegetasi terhadap kawasan hutan dengan kondisi berhutan seluas 1.184.850 ha, tidak berhutan seluas 2.513.060 ha. Kawasan hutan di Kalimantan Selatan yang sampai saat ini masih relatif baik terdapat pada kawasan pegunungan meratus yang berperan penting menyangga stabilitas ekosistem bagi daerah Kalimantan Selatan dan secara khusus menopang kehidupan sosekbud masyarakat tempatan. Kawasan ini mempunyai luas 1.849.505 ha yang terdiri dari kawasan suaka alam dan pelestarian daratan seluas 175.565 ha, kawasan suaka alam dan pelestarian alam perairan 564.139 ha, hutan produksi terbatas 155.268 ha, hutan produksi tetap 688.895 ha dan hutan produksi konversi 265.638 ha.

b. Kalimantan selatan kaya akan sumber daya pertambangan dan galian, diantaranya Minyak bumi, Batubara, Biji besi, Biji Nekel, Biji Kronit, Biji Emas, Intan, Batu Gamping, Marmer, Pasir, Kuarsa, Oker, Phospat, Kaolinesi, Lempung, diorit, Basalt, Periodotit, Andesit, Granit, Gambut, Granodiorit. Potensi sumber daya mineral unggulan saat ini berupa batubara dan bijih besi. Potensi batubara cukup besar dengan kualitas yang baik, serta keberadaannya hampir menyebar di seluruh kabupaten (Banjar, Tanah Laut, Kotabaru, Tanah Bumbu, HST, HSU, HSS, Tapin, Balangan dan Tabalong ). Berdasarkan data pada Tahun 2009 cadangan batubara yang terukur adalah 1.891.931.020,93 ton sedangkan sumber daya batubara diperkirakan 9.252.245.907,00 ton, sedangkan untuk cadangan CBM yang terukur tahun 2009 adalah 105 TCF dan cadangan Migas terukur dalam kondisi tahun 2008 adalah 733.599,41 MSTB.

c. Kalimantan Selatan mempunyai sumber daya lahan rawa seluas 1.140.140 ha dan diperkirakan sekitar 342.387 ha, sangat potensial untuk dikembangkan bagi kegiatan pertanian, perikanan, perkebunan dan kehutanan. Pemanfaatan lahan rawa baru sekitar 143.118 ha, dan sisanya seluas 199.269 (58,19%) masih berupa lahan tidur yang belum digarap. Besarnya luasan lahan tidur tersebut disebabkan oleh adanya hambatan internal lahan rawa berupa sifat fisika, kimia, dan tata air yang kurang mendukung kegiatan usaha tani (Harun, M.K, 2007). Meskipun demikian lahan rawa sangat potensial dikembangkan karena didukung oleh ketersediaan lahan yang luas, keadaan topografi yang datar, ketersediaan air melimpah dan teknologi pertanian yang cukup tersedia (Noor.M., 2007).

d. Kondisi sumberdaya perairan, daerah ini berasal dari kawasan Pegunungan Meratus,

yang mengalir ratusan sungai yang menuju ke segala penjuru wilayah Kalimantan Selatan, di mana sebagian besar kebutuhan masyarakat sangat bergantung, seperti kebutuhan akan energi, air besih, perikanan (keramba dan kolam ikan) bergantung pada pasokan air sungai tersebut. Keberadaan sungai di Kalimantan Selatan terhimpun dalam tiga satuan wilayah sungai yaitu wilayah sungai (WS) Barito, WS Cengal Batulicin dan WS Pulau Laut yang mempunyai beberapa sub-wilayah sungai

(16)

2.1. Kondisi

16

antara lain Luang, Tabalong Kiri, Danau Panggang, Tabalong Kanan, Balangan, Amandit, Batang Alai, Sampanahan, Barito Tengah, Bahalayung, Riam Kiwa, Martapura, Tapin, Barito Hilir, dan Riam Kanan. Kondisi DAS dan beberapa Sub-DAS tersebut saat ini berada dalam keadaan agak kritis seluas 1.540.112 ha, kritis 500.078 ha, sangat kritis 55.905 ha akibat buruknya pengelolaan lingkungan seperti timber extraction (penambangan kayu), pertambangan yang tidak ramah lingkungan dan rendahnya keberhasilan rehabilitasi, reklamasi dan restorasi lahan terdegradasi. Kekritisan DAS berarti kekeritisan sumber daya air baik secara kualitas maupun kuantitasnya.

e. Kondisi Lingkungan hidup di Kalimantan Selatan berupa (1) belum mantapnya penegakan hukum menyangkut illegal logging, illegal fishing, dan illegal mining, (2) pemanfaatan SDA-LH kurang memperhatikan kaidah konservasi sehingga menyebabkan pertambahan luasan lahan kritis, rusaknya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati; (3) kurangnya komitmen perusahaan terhadap pemulihan lingkungan hidup; (4) sering terjadinya banjir, tanah longsor, dan asap akibat kebakaran hutan dan lahan; (5) meningkatnya pencemaran udara, tanah dan air (6) Belum sinkronnya RTRWP dengan RTRWK; (7) belum optimalnya pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh; dan secara internal kelembagaan. Dampak ekologis dari rusaknya DAS dan Sub-DAS (daratan dan perairan) adalah terjadinya bencana banjir dan tanah longsor yang dirasakan hampir terjadi setiap tahun (musiman). Wilayah-wilayah di Kalsel yang memiliki daya dukung lingkungan rendah sehingga rawan bencana banjir antara lain, Kabupaten Tabalong, Balangan, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin dan Banjar di bagian utara, serta Kabupaten Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru. Wilayah-wilayah rawan bencana ini, merupakan wilayah yang dilintasi sungai-sungai besar pada sub DAS Barito. Sedangkan kondisi sungai-sungai besar ini, mengalami pendangkalan, akibat kerusakan parah pada kawasan hutan sepanjang DAS dan pegunungan Meratus yang berfungsi sebagai catchment area, sehingga ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi terutama di kawasan Pegunungan Meratus, musibah banjir dan tanah longsor tidak bisa terelakkan lagi. Di daerah perkotaan permasalahan pengelolaan lingkungan hidup semakin berkembang dan kompleks. Pertumbuhan penduduk dan urbanisasi menyebabkan meningkatnya permintaan akan ruang dan penggunaan sumber daya alam, yang pada gilirannya, mempengaruhi ketersediaan sumberdaya alam itu sendiri dan mengganggu keseimbangan lingkungan. Pertumbuhan kawasan kota yang begitu pesat tanpa dibarengi dengan penataan tata kota yang baik, menyebabkan semakin semrawutnya kota Sementara itu, permasalahan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh faktor manusia adalah terkait dengan perilaku masyarakat yang kurang memperhatikan aspek kelestarian dan kebersihan lingkungan, antara lain kurangnya disiplin masyarakat dan dunia usaha dalam membuang sampah, limbah industri, pendirian rumah hunian di bantaran sungai dan pendirian bangunan liar yang kurang mentaati peraturan perundang-undangan.

(17)

2.1. Kondisi

17

2.1.4. Sosial Budaya dan Agama

• Penyandang Masalah Kesenjangan Sosial (PMKS) merupakan fenomena umum dikota kota yang semakin berkembang termasuk diseluruh kabupaten-kota dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan.

• PMKS dikelompokkan menjadi 27 buah. Pada tahun 2005 di Kalimantan Selatan terdapat lima kelompok PMKS terbesar yaitu Keluarga Fakir Miskin 97809, Anak Terlantar 58998 orang, Penyandang cacat 38120 orang, Keluarga Rentan 37821 orang, Rumah Tak Layak Huni 38120, Rawan Bencana 34158 orang.

• Kalimantan Selatan mempunyai objek dan daya tarik wisata cukup banyak antara lain : wisata alam 96 buah, wisata sejarah 28 buah, wisata budaya 38 buah wisata religius 60 buah, wisata agro 12 buah, wisata rekreasi/buatan 25 buah, objek wisata bahari/kelautan 11 buah dan wisata sport 4 buah.

• Adanya kenaikan jumlah, komposisi dan pertumbuhan pemeluk agama Kristen ditahun 2004, sementara pada tahun yang sama komposisi dan pertumbuhan pemeluk agama Islam, Hindu, Budha mengalami penurunan.

• Adanya jumlah, komposisi dan pertumbuhan gereja dan vihara ditahun 2005, sementara pura mengalami penurunan.

• Jumlah calon jemaah haji, jumlah jemaah umrah, jumlah jemaah tour religius semakin meningkat.

• Adanya Jumlah pondok pesantren, kiai, guru agama, dan santri mengalami penurunan yang cukup besar ditahun 2004.

• Adanya Islam menjadi sumber referensi perilaku sosial dan akhirnya menjadi symbol identitas masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan.

• Adanya organisasi Islam Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah di Kalimantan Selatan yang memiliki paham sendiri sendiri yang menimbulkan khilafiyah.

• Adanya differensiasi dikalangan umat Islam Kalimantan Selatan seperti Islam modernis/kaum muda dengan Islam tradisionalis/kaum tua yang bertarung secara ideologis.

• Adanya ulama/tuan guru yang berpengaruh kuat dimasyarakat muslim Kal.Sel.

• Adanya kepemimpinan ulama Kalimantan Selatan tergeser bahkan tergusur oleh elite politik dan elite ekonomi. Hanya bisa bertahan dengan mempertahankan tradisi.

• Adanya peran pondok pesantren dikalimantan selatan dalam usaha peningkatan pengetahuan keagamaan islam anakdidik yang terlibat didalam lembaga ini

• Adanya mesjid yang dalam kegiatan ibadahnya bercirikan paham Nahdlatul Ulama dan yang lain bercirikan paham Muhammadyah.

• Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap informasi yang cepat, tepat dan akurat menuntut semakin cepatnya pelayanan dibidang telekomunikasi dan informasi untuk mendukung partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah.

(18)

2.1. Kondisi

18

2.1.5. Prasarana Dan Sarana Sumber Daya Air

Tahun 2005 di Kalimantan Selatan sumber air berupa air permukaan dalam bentuk air sungai diperkirakan sebesar 45.078.504.480 m3 per tahun dengan volume air sungai efektif sebesar 27.430.328.160 m3. Air permukaan di Danau dan Bangunan Penampung Air cadangan potensialnya sebesar 998.575.000 m3. Air permukaan Perairan Rawa mempunyai cadangan potensial air sebesar 3.993.490.000 m3 per tahun. Selain itu terdapat pula sumber air tanah potensial baik cadangan air tanah dangkal, dalam dan sangat dalam. Penggunaan untuk air minum sekitar 23.220.020 m3, untuk irigasi sekitar 1.366.234.128 m3 per tahun. Selebihnya untuk perikanan sekitar 3.153.600 m3 per tahun.

Secara hidrologi Kalimantan Selatan dibagi menjadi tiga satuan wilayah sungai (SWS) yaitu SWS Barito 80.536,000 km2, SWS Cengal-Batulicin seluas 16.406,147 km2, dan SWS Pulau Laut 2.245,02 km2

Secara geohidrologi wilayah Kalimantan Selatan mempunyai potensi air tanah ( Air Bawah Tanah) yang dibagi dalam wilayah cekungan Air Tanah yaitu Cekungan Banjarmasin Palangka Raya dan Cekungan Pagatan

Lahan pengairan terbagi 2 katagori yaitu Daerah Irigasi Permukaan (DI) dan Daerah Irigasi Rawa (DR). Lahan pengairan di Kalsel yang menjadi kewenangan Pemerintah 3 DI dengan luas 29.560 Ha dan 20 DR dengan luas 108.826 Ha, menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi 6 DI dengan luas 11.113 Ha dan 48 DR dengan luas 77.412 Ha, serta menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota 127 DI dengan luas 28.983 Ha dan 289 DR dengan luas 90.889 Ha.

Secara detail jenis DI dan DR yang menjadi kewenangan Provinsi terdiri dari 18 Rawa Pasang Surut (RPS) dan 30 Rawa Non Pasang Surut (RNPS/lebak) sedangkan untuk DI terdiri dari 5 Daerah Irigasi Teknis dan 1 Daerah Irigasi Setengah Teknis.

Kondisi sungai di Kalimantan Selatan sudah banyak yang kritis, antara lain Sub-DAS Tapin, DAS Amandit, DAS Tabalong Kanan, DAS Tabalong Kiri, Sub-DAS Riam Kiwa, Sub-Sub-DAS Riam Kanan, Sub-Sub-DAS Balangan, Sub-DAS Kusan, Sub-DAS Satui.

Transportasi dan Perhubungan

• Berdasarkan SK Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 376/KPTS/M/2004 tentang Penetapan Ruas-ruas Jalan Menurut Statusnya sebagai Jalan Nasional, bahwa panjang jalan nasional di Kalimantan Selatan adalah 876 km dan Berdasarkan SK Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah No. 55 Tahun 2000 tentang Penetapan Status Ruas-ruas Jalan sebagai Jalan Provinsi, bahwa panjang jalan provinsi di Kalimantan Selatan adalah 1.056,38 km

• Jalan Nasional adalah jalan yang menghubungkan antar ibukota provinsi, merupakan kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah. Tahun 2006 jalan nasional dalam keadaan Baik 679,66 Km (77.59%), rusak 196,34 Km (22.41%). Jenis Permukaan Jalan terdiri dari Hotmix/ perkerasan lentur 869,75 (99.29%) dan Rigid / perkerasan kaku 6,25 Km (0,71%). Kondisi Jalan Mantap 659,72 (75,31%) dan yang tidak mantap sepanjang 215,28 Km (24,61%).

• Jalan Provinsi adalah jalan yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten dan antar ibukota Kabupaten, merupakan kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah Provinsi. Tahun 2006 jalan provinsi dalam keadaan Baik 453,06 Km (42,89%), Sedang 217,67 Km (20,60%), Rusak Ringan 184,40 Km, Rusak Berat 201,25 Km (19,05%). Jenis Permukaan Jalan terdiri dari Hotmix 1.056.38 (100%) dan Rigid 0 Km (0%). Kondisi Jalan Mantap 622.06 (58.89%) dan tidak mantap sepanjang 434,32 Km (41,11%).

(19)

2.1. Kondisi

19

• Berdasarkan data P2JJ Kal.Sel tahun 2006/2007 jumlah jembatan di Kal.Sel 571

buah, dalam kondisi baik 299 atau 47,11%, rusak ringan 33 buah atau 5,78% dan yang rusak 269 atau 47,11%.

• Keberadaan Terminal Induk Kilometer Enam di Banjarmasin dengan luas semula 2,5 Ha saat ini yang digunakan sebagai terminal hanya tersisa 1 Ha saja karena sebagian dari areal digunakan untuk pembangunan pertokoan. Terminal Kilometer Enam ini adalah terminal tipe B yang berfungsi sebagai terminal induk karena minimnya fasilitas dan banyaknya trayek yang dilayani, Kalimantan Selatan hingga saat ini masih belum mempunyai terminal regional tipe A.

• Provinsi Kalimantan Selatan memiliki satu Bandara Domestik yaitu Bandara Syamsuddin Noordengan kondisi saat ini difungsikan sebagai embarkasi haji yang dapat digunakan oleh pesawat jenis B 767 – 300 dengan panjang landasan pacu 2.500 m, selain itu terdapat juga beberapa Bandara regional yakni Bandara Stagen, Bandara Bersujud di Tanah Bumbu dan bandara Warukin di Tabalong.

• Bandara Syamsuddin Noor pada tahun 2005 jumlah pesawat yang mendarat adalah sebanyak 7.651 buah sedangkan Pesawat yang mendarat dibandara stagen pada tahun 2005 adalah sebanyak 659 Buah. Pada Tahun 2005 jumlah kedatangan dibandara Syamsuddin Noor adalah sebantak 652.549 dan jumlah keberangkatan adalah sebanyak 7.651 buah. Sedangkan Jumlah keberangkatan dan kedatangan pada Bandara Stagen pada tahun 2005 adalah 13.970 orang dan 15.380 Orang. • Bandara Syamsuddin Noor selain melayani penerbangan domestik (P.Jawa dan

Prov. Kalimantan Timur dan Tengah) juga melayani untuk pelayanan penerbangan jemaah haji (sejak tahun 2004). Bandara Stagen melayani penerbangan Balikpapan – Kotabaru – Banjarmasin PP dengan frekuensi 4 kali dalam seminggu untuk rute Kotabaru – Banjarmasin PP, dan 1 kali seminggu untuk rute Kotabaru - Balikpapan dengan pesawat Cassa 212 seri 200 dengan kapasitas penumpang 18 orang, tahun 2004 dibuka rute baru Kotabaru – Surabaya PP dengan pesawat ATR – 42 dengan kapasitas penumpang 48 orang.

• Prasarana transportasi laut di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Pelabuhan Trisakti di Banjarmasin, pelabuhan Batulicin di Tanah Bumbu, pelabuhan khusus batubara Mekar Putih dan Tanjung Pemancingan keduanya terletak di Kotabaru.

• Arus kapal luar dan dalam yang singgah di pelabuhan Trisakti terus meningkat setiap tahunnya, terakhir sesuai data KDA tahun 2005 adalah 10.503 unit denga berat 37.606.802 GT. Sedangkan arus bongkar muat barang juga meningkat dari tahun ke tahunnya tercatat sesuai data tahun 2005 adalah 24.564.296 ton/ m3 atau naik sebesar 1,1 juta ton/ m3. Tetapi arus penumpang terjadi penurunan drastis tercatat arus penumpang pada tahun 2005 adalah sebesar 409.187 orang atau terjadi penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 440.632 orang.

Perumahan/Permukiman

• Investasi rumah yang dikelola oleh developer Non Perumnas adalah 4.466 unit meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 843 unit, sedangkan yang dikelola oleh Perumnas adalah sebesar 10 unit terjadi penurunan sebesar 45 unit.

Berdasarkan data dari Laporan Kompilasi dan Analisa Data Prasarana Permukiman Provinsi Kalsel, kondisi Prasarana dan sarana drainase, air minum, persampahan dan sanitasi masih belum terpenuhi secara optimal.

Cakupan pelayanan air minum di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2004 mencapai 33,63% atau 1.094.595 jiwa, yang terdiri atas layanan perkotaan 67,34% atau sejumlah 737.100 jiwa dan perdesaan 14,01% atau sejumlah 357.495 jiwa, dengan kapasitas produksi 2.828,75 liter/detik. Sistem Penyediaan air minum masih belum mencakup seluruh Ibu Kota Kecamatan (IKK).

Cakupan layanan di bidang sanitasi,untuk persampahan di Kalsel tahun 2004 telah mencapai 49,68% atau sejumlah 1.599.580 jiwa yang terlayani terdiri atas pelayanan di perkotaan 63,450% atau sejumlah 1.014.134 jiwa dan di perdesaan 36,60% atau sejumlah 585.446 jiwa. Seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk,volume

(20)

2.1. Kondisi

20

sampah semakin meningkat. Kondisi saat ini hanya beberapa kabupaten yang memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang memadai. Sedangkan TPA yang sifatnya regional untuk menangani pembuangan sampah beberapa kabupaten/ kota masih belum dimiliki. Sedangkan cakupan layanan air limbah tahun 2004 mencapai 32,90% atau 1.059.416 jiwa yang terlayani. Di kabupaten/ kota pada umumnya belum memiliki sistempembuangan air limbah yang memadai, kecuali Kota Banjarmasin.

Rencana pemanfaatan ruang kawasan pemukiman di provinsi Kalimantan Selatan dilokasikan sebesar 145.965 Ha atau sebesar 3,89 % dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan.

• Jumlah perumahan dibandingkan jumlah penduduk dan Kepala Keluarga di Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut ; 680.417 unit rumah untuk 3.201.962 jiwa yang tergabung dalam 800.491 Kepala Keluarga.

Kesehatan

• Berdasarkan data pada Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, jumlah Puskesmas pada tahun 2006 sebanyak 203 tersebar di 13 Kabupaten/Kota dan 33 diantaranya adalah Puskesmas dengan ruang rawat inap.

• Standar rasio Puskesmas terhadap penduduk adalah 1 (satu) dibanding 16.500, artinya jumlah Puskesmas sudah mencukupi untuk memberikan pelayanan penduduk.

• Luas Provinsi Kalimantan Selatan 37.530,52 km2, sehingga rata-rata wilayah kerja Puskesmas adalah 184 km2.

• Jumlah Pustu di Kalimantan Selatan sebanyak 629, jika dibandingkan dengan jumlah Puskesmas maka rasionya 3 berbanding 1, Idealnya 1 Puskesmas membawahi 4 Pustu, sehingga diperlukan sekitar 200 buah Pustu Lagi.

• Pada Tahun 2006 jumlah Polindes di Kalimantan Selatan sebanyak 1.227 yang tersebar di 1958 desa, sudah 62,7% desa yang mempunyai Polindes, tetapi kondisinya yang masih baik hanya 351 buah saja (33,6%). Polindes belum seluruhnya memenuhi syarat, tergambar dari tingkat perkembangan Polindes yang terbanyak masih strata pertama (91,4%).

• Di Kalimantan Selatan terdapat 27 RS dan 1 Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi. Status kepemilikan RS adalah 14 RS milik pemerintah, 4 RS milik ABRI/POLRI, 2 RS milik BUMN, dan 7 RS milik swasta. Adapun berdasarkan jenis pelayanan RS terdiri dari 23 RS umum, 2 RS bersalin, dan 1 RS khusus bedah.

Pendidikan

• Berdasarkan data dari KDA tahun 2005 jumlah sekolah di Kal.Sel adalah ; TK 1203 buah yang dikelola swasta 1190 atau 98,92%, SD 2964 buah yang dikelola swasta 80 buah atau 2,70%, SLTP 385 buah yang dikelola swasta 51 buah atau 13,25%, SMU 141 buah yang dikelola swasta 55 buah atau 39,01%, SMK 51 buah yang dikelola swasta 23 buah atau 45,10%.

• Berdasarkan data dari KDA tahun 2005 jumlah sekolah Madarasah di Kal.Sel adalah; Madarasah Ibtidaiyah (MI) 578 buah yang dikelola swasta 431 buah atau 74,57%, Madarasah Tsanawiyah 288 buah yang dikelola swasta 214 atau74,31%, Madarasah Aliyah 115 buah yang dikelola swasta 78 atau 67,83%.

• Kondisi ruang kelas pada tingkat pendidikan TK adalah 65,34% dalam keadaan baik, 33,20% rusak ringan, 1,46% rusak berat.

• Kondisi ruang kelas pada tingkat pendidikan SD adalah 80,69% dalam keadaan baik, 17,12% rusak ringan, 1,46% rusak berat.

• Kondisi ruang kelas pada tingkat pendidikan MI adalah 53,99% dalam keadaan baik, 32,09% rusak ringan, 16,88% rusak berat.

• kondisi ruang kelas pada tingkat pendidikan SLTP adalah 49,84% dalam keadaan baik, 35,14% rusak ringan, 15,02% rusak berat.

(21)

2.1. Kondisi

21

• kondisi ruang kelas pada tingkat pendidikan MTs adalah 26,61% dalam keadaan

baik, 32,33% rusak ringan, 17,46% rusak berat

• Kondisi ruang kelas pada tingkat pendidikan SMU adalah 54,71% dalam keadaan baik, 31,53% rusak ringan, 13,76% rusak berat.

• Kondisi ruang kelas pada tingkat pendidikan MA adalah 26,11% dalam keadaan baik, 21,97% rusak ringan, 13,16% rusak berat

• Kondisi ruang kelas pada tingkat pendidikan SMK adalah 53,89% dalam keadaan baik, 30,84% rusak ringan, 15,27% rusak berat.

Telematika

• Berdasarkan KDA 2005/2006, kapasitas sentral telkom adalah 120000, dengan jumlah pelanggan 107585 atau 89,65%, wartel 3684 atau 3,07%, tersambung 111264 atau 92,72%.

• Jumlah pulsa 95154770 dengan komposisi pulsa lokal 12443948 atau 13,08% dan pulsa SLJJ 82710822 atau 86,92%.

Sarana Peribadatan

• Tahun 2005, terdapat 2259 buah Mesjid, 6804 buah Musholla, 89 buah Gereja, 31 buah Pura, dan 15 buah Vihara.

Listrik

• Kebutuhan listrik di Provinsi kalimantan Selatan di pasok dari tiga cabang PLN (cab. Banjarmasin, cab. Kotabaru, cab. Barabai), tahun 2005 jumlah produksi 1.201.699 MWH, terpasang 305.664 MWH, terjual 983.426 MWH, dipakai sendiri 104.968 MWH dan susut 139.496 MWH.

• Pelanggan PLN sampai dengan tahun 2005 adalah 579.097 pelanggan dengan daya tersambung 305664 KVA, jumlah produksi 1201699 MWH, terjual 983426 MWHH. • Pelanggan listrik terbesar adalah Rumah tangga yang berada dalam kelompok R1

536279 Pelanggan dan R2 2192 Pelanggan.

• Kebutuhan listrik di Provinsi Kalimantan Selatan dipenuhi/dipasok dari sistem interkoneksi (Barito) dan sistem isolated (Kotabaru dan Batulicin).

• Daya mampu mesin pembangkit pada sistem Barito pada saat ini adalah sebesar 250 MW, sedangkan daya yang diperlukan pada saat beban puncak sebesar 310 MW.

• Daftar tunggu pelanggan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah sbb: - Pasang baru : 36.244 pelanggan (45.538 KVA)

- Tambah daya : 1.751 pelanggan (14.518 KVA)

• Panjang Jaringan listrik pedesaan di Kalimantan Selatan yang belum terpasang sepanjang 1.200 km.

(22)

2.1. Kondisi

22

2.1.6. Politik, Pemerintahan dan Hukum

• Kurang optimalnya SDM aparatur BKD (Badan Kepegawaian Daerah) dalam menguasai system Informasi Kepegawaian (SIMPEG) sehingga sebagian pengelolaan/pemerosesan kepegawaian kadangkala mengalami keterlambatan. • Belum disusunya masterplan badan diklat daerah sebagai dasar pembangunan

sarana dan prasarana sebagai langkah awal memperoleh ISO 9001 : 200.

• Kurangnya kemampuan dan jumlah tenaga peneliti untuk menangani kegiatan penelitian.

• Belum terintegrasi dan tertata dengan baik serta dalam satu jaringan,data dan informasi dari berbagai penelitian,pengembangan dan survey.

• Sangat terbatasnya kemampuan personil/aparat inspektorat baik kuantitas maupun kualitasnya, sehingga penerapan pengawasan berorientasi kinerja belum terlaksana sebagaimana mestinya.

• Partisipasi perempuan pada empat pemilu di Kalimantan Selatan (1997, 1999, 2004, 2005) melebihi kaum laki laki.

• Adanya keterwakilan perempuan disetiap parlemen daerah di Propinsi Kalimantan Selatan hanya sekitar 0 – 10 persen.

• Adanya rencana rekruitmen tenaga ahli DPRD Pemprop Kal Sel tahun 2007. • Proses penyelesaian perkara di pengadilan tidak ada kepastian waktunya.

• Belum optimal dan masih sedikit kuantitas sumber daya manusia apatur penyusun/pembuat peraturan per undang undangan.

• Cukup Tinggi produk peraturan daerah yang dihasilkan oleh Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan, tahun 2006 telah dihasilkan 21 produk perda.

• Adanya aspirasi pembangunan hukum, yang meliputi prinsip kepastian hukum,rasa keadilan dan ketertiban.

• Belum optimal kualitas sumber daya manusia pengelola jaringan dokomentasi informasi hukum.

• Sebagian besar aparatur pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/kota belum memahami HAM.

• Belum dapat dilaksanakanya secara tepat reformasi kelembagaan perangkat daerah Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan; karena rincian urusan belum ditetapkan pemeritah pusat.

• Kurang memadai profesionalitas dan kompetensi sumber daya manusia serta pengembangan jabatan fungsional baik dibidang pelayanan maupun yang ada pada unit instansi pemerintah.

• Belum selancar apa yang diharapkan proses penataan kelembagaan, ketatalaksanaan serta pemetaan jabatan baik penyediaan melalui inforjob, jafung maupun penyediaan tenaga analis yang professional.

• Belum berfungsi secara efektif LAKIP unit instansi dalam rangka peningkatan kinerja, terutama akuntabilitasnya pada masyarakat.

• Adanya persepsi yang berbeda dari pejabat daerah kabupaten/kota mengenai keberadaan dan peranan pengawasan yang dilakukan inspektorat propinsi,sehingga ada keengganan dan penolakan untuk dilakukan pengawasan.

• Belum semua itjen departemen teknis memberikan standar pengawasan,sehingga belum menunjang kelancaran pelaksanaan pengawasan oleh aparat fungsional pengawasan ( APFP).

• Aparat fungsional pengawasan belum dibekali ketrampilan dalam rangka melakukan pengawasan seiring diberlakukanya kepmendagri nomor 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah.

• Adanya jumlah,komposisi dan pertumbuhan pendidikan PNS pemerintahan Daerah di Propinsi Kalimantan Selatan.Tahun 2006 jumlah,komposisi dan pertumbuhan

(23)

2.1. Kondisi

23

PNS lulus SLTA,Diploma dan S.2 mengalami kenaikan. Sedangkan yang lulus SD,SMP dan S.1 mengalami penurunan.

• Adanya kenaikan jumlah dan komposisi golongan III dan IV PNS Pemerintahan Daerah di Propinsi Kalimantan Selatan ditahun 2006. Sedangkan golongan I dan II mengalami penurunan.Pertumbuhan hanya terjadi pada PNS golongan IV, sedangkan PNS golongan I, II, III mengalami penurunan.

• Adanya forum Coffe Morning yang diselenggarakan secara rutin setiap bulan,dengan narasumber bergiliran diantara instansi vertical, badan, SKPD, Dinas/Instansi, sebagai media koordinasi diantara apparatur dilingkungan pemerintah propinsi Kalimantan Selatan.

• Adanya pelaksanaan penjaringan aspirasi masyarakat melalui kegiatan musrenbang (musyawarah rencana pembangunan) untuk merumuskan RPJP (rencana pembangunan jangka panjang) propinsi Kalimantan Selatan tahun 2006 – 2025 tanggal 12 Desember 2006.

• Adanya kenaikan jumlah dan komposisi tindak perkosaan dan perjudian ditahun 2005,sedangkan tindak pembunuhan mengalami penurunan.Sementara yang mengalami pertambahan jumlah dan mengalami pertumbuhan adalah tindak pencurian, perkosaan dan perjudian.

• Adanya pertambahan jumlah,komposisi dan pertumbuhan tindak pidana narkoba dipropinsi Kalimantan Selatan.

• Adanya jumlah jenis organisasi yang mengalami perubahan. Tahun 2005 jumlah organisasi keagamaan, kemasyarakatan dan organisasi politik mengalami penurunan. Sementara komposisi organisasi keagamaan dan organisasi kemasyarakatan mengalami kenaikan, yang menurun adalah komposisi organisasi politik.

• Jumlah pemilih dalam Pemilu terus meningkat setelah tahun 1999 dimana proporsi jenis kelamin antara wanita dan laki laki cukup berimbang.

2.1.7 Penataan Ruang

• Kegiatan penataan ruang di Kalsel didasarkan pada Perda Nomor 9 Tahun 2000 tentang RTRWP Kalimantan Selatan 2000-2015. Dalam penyelenggaraan penataan ruang selain dilakukan oleh instansi terkait juga dilakukan melalui BKPRD Provinsi Kalimantan Selatan terutama terkait dengan perencanaan dan pengendalian pemanfaatan ruang.

• Saat ini dalam pelaksanaan RTRW di lapangan terjadi ketidaksesuaian dengan rencana, terutama adanya pemanfaatan lahan untuk non hutan pada kawasan hutan serta semakin berkembangnya pusat permukiman Kota Barabai dibandingkan Kota Kandangan sebagai pusat wilayah pembangunan Banua Lima.

(24)

2.2 Prediksi Kondisi Umum Daerah.

24

2.2 Prediksi Kondisi Umum Daerah 2.2.1 Geomorfologis dan Iklim

Kondisi iklim di Kalimantan Selatan sejak tahun 1996 sampai dengan tahun 2005 dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 2.1 Kondisi Iklim Kalimantan Selatan tahun 1996 – 2005

KONDISI IKLIM KALSEL 1996-2005

0.00 200.00 400.00 600.00 800.00 1000.00 1200.00 1996199719981999200020012002200320042005 TAHUN Temperatur rata-rata Kelembaban udara rata-rata

Curah hujan rata-rata per bulan

Tekanan udara rata-rata

Kecepatan angin rata-rata

Sumber: Diolah dari Kalimantan Selatan dalam Angka 1996 s/d 2005-2006

• Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa kecepatan angin, tekanan udara, kelembaban udara, dan temperatur udara cenderung stabil, relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan. Curah hujan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2003 hingga 2005. Kondisi di atas merupakan kecenderungan iklim di masa lalu. Kecenderungan tersebut diprediksikan tidak akan bertahan lama dengan adanya fenomena yang terjadi akhir-akhir ini (terjadinya angin puting beliung, banjir, dan kemarau panjang). Fenomena tersebut menunjukkan adanya perubahan iklim yang cukup signifikan. Hal ini salah satunya diakibatkan oleh turunnya kualitas lingkungan hidup.

• Bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya menyebabkan tekanan pada lingkungan. Bila tidak dikelola dengan baik, pencemaran udara dan air akan terus meningkat. Hal ini akan diperburuk dengan bertambahnya pabrik, jumlah kendaraan, dan kebakaran hutan dan lahan pertanian yang masih terus berlangsung sampai sekarang.

• Pendangkalan sungai akibat proses sedimentasi akan terus meningkat. Proses sedimentasi ini merupakan akibat dari erosi yang terjadi akibat kegiatan pengolahan hutan baik secara legal maupun ilegal dan kegiatan pertambangan.

• Abrasi pantai akibat rusaknya ekosistem pantai masih akan terus berlangsung bila tidak ada tindakan pencegahan yang nyata. Rusaknya hutan mangrove di sepanjang pantai mempercepat terjadinya proses ini.

• Ketidakseimbangan antara laju pembangunan dengan kontrol terhadap kelestarian lingkungan hidup dikhawatirkan dapat mengganggu kestabilan iklim. Diperlukan suatu sistem manajemen pengolahan lingkungan yang terpadu agar laju

(25)

2.2 Prediksi Kondisi Umum Daerah.

25

pembangunan dan kontrol terhadap kelestarian lingkungan hidup dapat berjalan selaras.

Belum adanya pengaturan hukum yang tegas dapat mengakibatkan semakin cepatnya penurunan kualitas lingkungan hidup. Kegiatan pengolahan hutan dan pertambangan secara ilegal masih terus berlangsung. Kegiatan ini menimbulkan tingkat kerusakan lingkungan yang lebih tinggi dari pada yang legal. Ketegasan pengaturan dan penerapan hukum sangat diperlukan untuk mengendalikan kegiatan ilegal tersebut.

Salah satu cara yang harus diterapkan dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup adalah peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pelestarian lingkungan hidup. Pemberdayaan masyarakat ini harus dilakukan dengan pendekatan sosial kemasyarakatan yang tepat. Bila masyarakat terlibat langsung, kegiatan pelestarian lingkungan hidup secara bertahap akan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat yang akhirnya dapat menjadi bagian dari pola dan gaya hidup masyarakat.

• Terbitnya Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang akan memberikan suatu pola ruang yang teratur, tertib dan produktif, dimana semua pemanfaatan ruang akan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

2.2.2 Demografi

• Pembangunan kependudukan ke depan akan diwarnai dengan karakteristik penduduk yang lebih banyak berusia lansia. Dilihat dari struktur penduduk akan terjadi perubahan jumlah menurut umur. Pada tahun 2000 penduduk usia 0 – 14 tahun berjumlah 32 %, kemudian pada tahun 2005 menurun menjadi 29,4 %. Tahun 2010 turun lagi menjadi 26,2 % tahun 2015 25,4 % tahun 2020 24,4 % dan tahun 2025 menjadi 23,5 %. Akan tetapi kalau dilihat pada usia 65 tahun ke atas terjadi peningkatan sejak tahun 2000 sampai tahun 2025. Pada tahun 2000 jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas sekitar 3,3 % dari total penduduk, tahun 2005 naik menjadi 3,7 %. Tahun 2020 4,1 % tahun 2015 4,7 % tahun 2020 5,7 % dan tahun 2025 menjadi 7,2 %. Hal ini menunjukkan bahwa semakin ke depan masyarakat Kalimantan Selatan akan hidup semakin lama sebagai akibat dari adanya kebijakan pembangunan di bidang kesehatan yang semakin membaik terutama dalam pelayanan kesehatan masyarakat.

• Selain itu selama perjalanan hidup penduduk di Kalimantan Selatan ini akan mengalami saat dimana beban ketergantungannya mencapai titik yang terendah, kondisi ini bila dimanfaatkan secara baik akan berdampak positif bagi perekonomian masyarakat.

• Penduduk lansia masa depan merupakan lansia yang berpendidikan, sehingga jenis pekerjaannyapun akan berbeda dengan lansia saat ini. Selain itu penduduk masa depan termasuk penduduk lansia lebih banyak bermukim di perkotaan, sehingga berkonsekwensi lapangan pekerjaannya akan berubah tidak lagi di sektor pertanian, tetapi lebih banyak pada sektor jasa atau industri yang tidak memerlukan kekuatan fisik. Kondisi penduduk Kal-Sel ke depan selain penduduk lansia dimanfaatkan sebagai modal pembangunan, juga tidak bisa dipungkiri bahwa penduduk lansia akan mempunyai beberapa masalah, seperti perubahan fisik, penyakit lansia, sosial dan pshikologi. Kondisi demikian tentunya memerlukan persiapan yang sifatnya progres supaya tercapai penduduk lansia yang sehat dan produktif.

• Beberapa penyakit infeksi seperti HIV/AIDS, TB Paru, diare, malaria, DBD diprediksi masih akan menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Kalimantan Selatan, selain penyakit tidak menular yang kemungkinan juga semakin banyak kasusnya. Penyakit ISPA yang bersifat New Emerging Diseases terutama yang disebabkan

Gambar

Gambar 2.1  Kondisi Iklim Kalimantan Selatan tahun 1996 – 2005
Tabel 1  Sasaran Pembangunan SDM   Kalimantan Selatan  2005 – 2025  I    n    d    i    k    a    t    o    r  Kesehatan Tahap  Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Kepala lepas ini terdiri dari dua bagian yaitu alas dan badan, yang diikat dengan 2 baut pengikat (A) yang terpasang pada kedua sisi alas.Kepala lepas sekaligus

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana pengembalian Keputusan Investasi Saham yang

1) Pengembangan modul – perancangan, penulisan, ilustrasi, validasi tes dan instrumen evaluasi. 2) Gaji dan upah staf HRD, manajer, dan karyawan lain yang terlibat dalam

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa indikator- indikator dari efektivitas pemasaran online melalui website shopping mall kota Bandung dengan total skor

Pertama, mereka bisa mendapatkannya dalam kebiasaan bertanya "Apa yang ditunjukan oleh data?" Ketika dihadapkan dengan sebuah keputusan penting dan menindaklanjuti

"Terwujudnya Taman Nasional Perairan Laut Sawu yang dikelola secara berkelanjutan dan kolaboratif guna menjamin keberlangsungan keanekaragaman hayati laut, nilai

Pajak reklame merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang terus meningkat penerimaannya seiring dengan meningkatnya jumlah pelaku usaha akibat pertumbuhan

Dari penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara sikap peserta BPJS dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Wawonasa Kecamatan Singkil Kota