i
KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ ANAK TERHADAP
ORANG TUA KAJIAN SURAT AL ISRA’ AYAT 23
-24
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Muhammad Najib
11112201
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
vi
MOTTO
“S
embahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa
k”.
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Skripsi ini untuk. . .
Bapak dan Ibu ;
“Jerih payahya tidak akan pernah bisa aku balas”
“Senantisa mencurahkan kasih sayang,
dukungan,
dan doa yang tak pernah putus untuk
anak-anaknya, Terimakasih untuk segalanya”
Buat kakak dan adik ;
“Yang membuatku termotivasi dan semangat untuk
melangkah menuju kesuksesan”
Teman-teman PAI angakatan 2012;
“Teruntuk teman-teman PAI angkatan 2012
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah, kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, sehingga
penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh Aktivitas Lembaga Dakwah Kampus
Terhadap Perilaku Sosial Mahasiswa di IAIN Salatiga dapat terselesaikan.
Dalam penyelesaian penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak baik berupa materi maupun
spiritual. Sehubungan dengan hal tersebut penulis hanya bisa mengucapkan
banyak terima kasih, dan dengan diiringi doa semoga amal baik yang telah di
berikan, mendapatkan balasan pahala dari sisi Allah SWT.
Untuk itu penulis ucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan FTIK.
3. Ibu Siti Rukhayati selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Prof. Dr. Budihardjo, M.Ag selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan fikiranya dengan penuh kesabaran dan
kebijaksanaan dalam memberikan bimbingan pengarahan sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian ini.
5. Bapak, Ibu dan segenap keluarga yang telah memberikan doa restunya kepada
ix
6. Rekan-rekan yang telah membantu penulis hingga terselesainya penelitian ini.
Karena keterbatasan penulis, penulis menyadari dalam penulisan
penelitian ini masih banyak kekurangannya dan penulis berharap saran dan
masukan dari para pembaca demi kebaikan penelitian ini.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya serta dapat menunjang pengembangan ilmu
pengetahuan.
Salatiga, 22 September 2016
x
ABSTRAK
Muhammad Najib. 2016.
Konsep Pendidikan Akhlaq Anak Terhadap
Orang Tua Kajian Surat Al-
Isra‟ Ayat 23
-24
Pembimbing: Prof. Dr. Budihardjo, M.Ag
Kata Kunci: Konsep, Pendidikan, Akhlaq, Q.S Al-Isra’ 23-24, al-Qur’an
Pendidikan akhlaq merupakan proses membimbing serta terdapat arahan yang benar bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan dan membentuk hati nurani yang baik melalui suatu ajaran maupun keteladanan seseorang. Namun dalam proses pendidikan akhlaq untuk membentuk manusia dipengaruhi oleh hal hal yang tidak hanya oleh komponen komponen yang ikut terlibat langsung dalam kegiatan pendidikan akhlaq, seperti kurikulum, metode pengajaran, akan tetapi faktor - faktor yang terdapat dalam diri anak, seperti keminatan, karakter dan sifat-sifat bawaan termasuk di dalamnya.
Penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah pendidikan akhlaq anak terhadap orang tua?. Bagaimanakah konsep pendidikan
akhlaq anak terhadap orang tua berdasarkan surat Al-Isra’ ayat 23-24?.
Kajian ini merupakan penelitian pustaka (library research) yaitu
menjadikan bahan pustaka sebagai sumber data utama. Data-data yang terkait dalam penelitian ini dikumpulkan melalui studi pustaka atau telaah, karena kajian
berkaitan dengan pemahaman ayat al-Qur’an.
Dalam banyak ayat al-Qur’an, Allah sering mengaitkan antara perintah
untuk beribadah kepada-Nya dengan perintah untuk berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua dengan cara memperlakukan mereka berdua dengan perlakuan yang baik dan sempurna. Konsep pendidikan akhlak anak kepada orang
tua berdasarkan Q.S Al- Isra’ ayat 23-24 mengindikasikan bahwa ketaatan kepada
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN LOGO ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Penegasan Istilah ... 8
E. Kajian Pustaka ... 9
F. Kerangka Teoritik ... 10
G. Metode Penelitian... 13
xii
a.Pengertian dan dasar pendidikan akhlaq ... 18
b.Fungsi dan tujuan pendidikan akhlaq ... 22
c.Metode pendidikan akhlaq ... 25
2. Akhlaq anak kepada orang tua ... 33
a.Akhlaq anak ketika orang tua masih hidup ... 37
b.Aklaq anak ketika orang tua sudah meninggal ... 40
BAB III METODE PENELITIAN A . Jenis penelitian... 42
B . Teknik pengumpulan data... 42
C . Sumber data... 43
D . Teknik analisis data... . 44
BAB IV HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN A. Gambaran umum surat Al-Isra’ 1. Deskripsi Q.S Al-Isra’... 47
2. Pokok-pokok isi kandungan Q.S Al-Isra’ ... 48
B. Tafsir Q.S Al Isra’ ... 51
1 . Ayat dan terjemahan... 51
xiii
3 . Pendapat para ahli tafsir... ... 54
C. Analisis konsep pendidikan akhlaq anak kepada orang tua ... 62
D. Iterpretasi data ... 78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup
2. Daftar SKK
3. Surat Pembimbing
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi
manusia.Karena hal ini potensi dapat dididik dan mendidik ( Daradjat,
1996: 16 ) . Pendidikan dalam Islam berdasarkan pada al-Qur’an dan
hadist. Al-Qur’an sendiri sebagai sumber utama dalam pendidikan Islam
karena mengandung konsep yang berkenaan dengan kegiatan atau usaha
pendidikan. Secara garis besar, ajaran dalam al-Qur’an terdiri dari dua
prinsip, yaitu yang berhubungan dengan amal yang disebut syari’ah.
Keimanan merupakan keyakinan yang ada dalam hati manusia. Sedangkan
amal merupakan perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Allah,
diri sendiri, sesama dan lingkungan, serta dapat dikatakan bahwa amal
merupakan aktualisasi dari iman.
Manusia adalah makhluk yang sangat menarik, oleh karena itu
manusia menjadi sasaran studi sejak dahulu, kini dan kemudian hari.
Hampir semua lembaga pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan
dampak karyanya terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan
hidupnya. Pendidikan untuk memelihara dan membina hubungan baik
sesama manusia dengan mengembangkan cara dan gaya hidup yang
selaras dengan nilai dan norma yang disepakati bersama sesuai dengan
2
Dalam diri manusia terdapat sesuatu yang tidak ternilai harganya,
sebagai anugerah Allah yang diberikan kepada makhluk lainnya, yaitu
"akal". Sekiranya manusia tidak diberi akal niscaya keadaan dan perbuatan
akan samadengan hewan. Dengan adanya akal, segala anggota manusia,
gerak dan diamnya, semua berarti dan berharga. Islam merupakan agama
ilmu dan akal, sehingga sebelum Islam membebankan umatnya
memperoleh kepentingan dunia, Islam lebih dahulu mewajibkan untuk
mencerdaskan akal, sehinggahidup sejalan dengan semangat al-„adalah
(keadilan), al-haq (kebenaran), dan al mashalih
al-ammahataukemaslahatan umum (Husein, 2004: 36 ).
Melihat betapa pendidikan memegang peranan yang penting dalam
menentukan moral bangsa, maka tidak dapat disalahkan apabila
pendidikan yang gagal merupakan penyebab terjadinya dekadensi moral.
Pendidikan akhlak Islam diartikan sebagai latihan mental dan fisik yang
menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas
kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah.
Pendidikan akhlak Islam berarti juga menumbuhkan personalitas atau
kepribadian dan menanamkan tanggung jawab. Oleh karena itu, jika
berpredikat muslim benar-benar menjadi penganut agama yang baik
seharusnya menaati ajaran Islam dan menjaga agar rahmat Allah tetap
tercurahkan (Abdullah, 2007: 19).
Pendidikan akhlaq merupakan proses membimbing serta terdapat
3
membentuk hati nurani yang baik melalui suatu ajaran maupun
keteladanan seseorang. Namun dalam proses pendidikan akhlaq untuk
membentuk manusia dipengaruhioleh hal hal yang tidak hanya oleh
komponen-komponen yang ikut terlibat langsung dalam kegiatan
pendidikan akhlaq, seperti kurikulum, metode pengajaran, akan tetapi
faktor-faktor yang terdapat dalam diri anak, seperti keminatan, karakter
dan sifat-sifat bawaan termasuk di dalamnya tentang hereditas.
Anak merupakan dambaan bagi setiap orang tua,kehadirannya
sangat dinantikan setiap keluarga, sebagai penerus keturunan orang tua.
Disisi lainanak adalah amanah dan anugerah Allah SWT, sebagai orang
tua bertanggungjawab untuk merawat, mengasuh dan mendidiknya agar
menjadi insan kamil, insan yang bertaqwa kepada Allah SWT, sehat
jasmani, rohani dan bergunabagi keluarga dan masyarakat.Dalam
memperhatikan anak seharusnya dilihatsecara keseluruhannya, dari
pendidikannya, pergaulan, serta masa depannya. Dengan harapan sebagai
orang tua, anak mampu menjadi manusia yang bias bertanggung jawab apa
yang dilakukannya.
Ajaran pendidikan ini membahas tentang baik dan buruknya suatu
perbuatan. Oleh karena itu, dalam memberikan latihan mental maupun
fisik dalam melaksanakan suatu tugas sebagai manusia yang mempunyai
potensi untuk menumbuhkan kepribadian yang lebih baik, dengan cara
mendidik, kecerdasan berpikir baik dan memberikan latihan mengenai
4
berperan penting dalam daya pikirannya untuk memecahkan dan
menemukan suatu kehidupan menjadi lebih baik dan mengikuti
norma-norma yang ada.
Pendidikan akhlaq erat hubungannya dengan tanggapan hidup,
maka dari itu suatu latihan untuk membentuk suatu kebiasaan serta
memberikan teladan baik merupakan suatu keharusan cara pendidikan
akhlaq dalam praktik. Hal ini disebabkan pengaruh pembawaan dan
lingkungan dalam menentukan kepribadian yang baik saling terkait yang
tidak dapat dipisahkan. Pembawaan tidak dapat begitu saja diubah oleh
kondisi lingkungan dan tidak dapat diciptakan, lingkungan juga tidak
dapat lepas dari pengembangan pembawaan.Kurang adanya dukungan
kondisi pembawaan dan lingkungan akan berakibat kurang maksimalnya
suatu kepribadian yang baik dalam pendidikan etika.
Orang tua dan anak adalah satu ikatan dalam jiwa.Dalam
keterpisahan raga, jiwa mereka bersatu dalam ikatan keabadian.Tak
seorang pun dapat menceraiberaikannya.Ikatan itu dalam bentuk hubungan
emosional antara anak dan orang tua yang tercermin dalam perilaku
(Djamarah,2004:27) Meskipun suatu saat misalnya, ayah dan ibu mereka
sudah bercerai karena suatu sebab, tetapi hubungan emosional antara
orang tua dan anak tidak terputus. Sejahat-jahatnya ayah adalah tetap
orang tua yang harus dihormati.Lebih terhadap ibu yang telah melahirkan
5
antara orang tua dan anak, maka seorang anak tetap diwajibkan
menghormati orang tua sampai kapanpun.
Setiap orang tua yang memiliki anak selalu ingin memelihara,
membesarkan, dan mendidiknya.Seorang ibu yang telah melahirkan tanpa
ayahpun memiliki naluri untuk memelihara, membesarkan, dan
mendidiknya, meski terkadang harus menanggung beban malu yang
berkepanjangan. Sebab kehormatan keluarga salah satunya ditentukan oleh
bagaimana sikap dan perilaku anak dalam menjaga nama baik keluarga.
Lewat sikap dan perilaku anak nama baik keluarga dipertahankan. Seorang
anak menurut ajaran Islam diwajibkan berbuat baik kepada ibu dan
ayahnya, dalam kejadian bagaimanapun.Karena hal itu merupakan bentuk
akhlaq seorang anak terhadap orang tua yang telah berjasa besar
kepadanya. (Djatmika, 1996: 204).
Dalam kajian ini adalah al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 23-24 yang berbunyi :
6
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil." (Q.S. Al Isra' : 23-24)
Ayat di atas mengandung perintah kewajiban untuk mengEsakan
AllahSWT, serta berbuat baik terhadap orang tua baik dari segi
perkataan,perbuatan dan perintahperkataan yang mulia kepada mereka. Ini
berbedadengan perkataan yang benar, meskipun apa yang disampaikan
benar namunperkataan mulia lebih utama dandiharapkan dalam
berkomunikasi kepadakedua orang tua. Hal ini menunjukkan suatu akhlak
kepada AllahSWT dan orang tua.Tentunya sangat disadari semua itu
ajakan bagi kaum muslimin dalam ibadah, mengikhlaskan diri,tidak
mempersekutukan-Nya danmemperlakukan sebaik mungkin sesuai anjuran
al-Qur’an terhadap orang tua (Quraish Shihab, 2005: 443).
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama dan utama. Dinamakan pertama karena dalam keluargalah seorang
anak pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan. Begitu juga
dikatakan utama, karena sebagian besar kehidupan anak dilalui dalam
keluarga(Hasbullah, 2005: 38). Di dalam keluarga inilah tempat
meletakkan dasar-dasar kepribadian anak pada usia dini, karena pada
usia-usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidiknya (Zuhairini,
1995: 177).
Kepribadian dapat terbentuk melalui semua pengalaman dan nilai -
nilai yang diserap dalam pertumbuhan dan perkembangannya,terutama
padatahun-tahun pertama dari umurnya.Apabila nilai-nilai agama banyak
7
orang tersebut akan banyak diarahkan dan dikendalikan oleh nilai-nilai
agama.
Disinilah letak pentingnya pengalaman dan pendidikan pada masa -
masa pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Betapapun
sederhananya pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga tetaplah
sangat berpengaruh pada pembentukan kepribadian anak. Karena dari
keluargalah pertumbuhan fisik dan mental anak dimulai. Bahkan dalam
Islam, sistem pendidikan keluarga ini dipandang sebagai penentumasa
depan anak (Halim,2003:86).
Kehadiran agama islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW
diyakini dapat menjamin dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia
yang sejahtera lahir dan batin. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis
dan progesif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi
kebutuhan material dan spiritual.
Al-Qur’an itulah yang menjadi landasan penegakan moral tersebut.
Keberadaan fungsi al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai
sumber ajaran Islam yang pertama, banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an yang
mengandung pelajaran yang bersifat pendidikan (Abdullah, 2006: 19).
Agama Islam adalah agama yang berpegang pada nilai akal. Dengan
diberlakukannya hujah-hujah atau dalil-dalil yang didasarkan pada akal
dalam menentukan hukum syari’at sehingga suatu ilmu yang didasari
8
Dari paparan di atas penulis merasa tertarik membahas masalah
tersebut. Maka, dalam hal ini penulis ingin membuat penelitian dengan
judul KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ ANAK TERHADAP
ORANG TUA ( Surat Al-Isro’ ayat 23-24 ).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanapendidikan akhlaq anak terhadap orang tua?
2. Bagaimana implementasi konsep pendidikan akhlaq anak terhadap
orang tua dalam surat al-isra’ ayat 23-24 dengan realita kehidupan
sekarang?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pendidikan akhlaq anak kepada orang tua.
2. Untuk mengetahui implementasi konsep pendidikan akhlaq anak
terhadap orang tua dalam surat al-isra’ ayat 23-24 dengan realita
kehidupan sekarang.
D. Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah pengertian dalam memahami judul
skripsi ini, maka penulismerasa perlu memberikan penjelasan beberapa
istilah yang terkandung dalam judul skripsi ini. Adapun judul skripsi ini
adalah “KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ ANAK
TERHADAPORANG TUA( Q. S al-Isra’ Ayat 23-24)
1. Konsep
Konsep adalah rancangan, ide atau pengertian yang
9
tentang suatu nilai terhadap pendidikan (Tim Penyusun Kamus Pusat
Bahasa, 2008:748).
2. Pendidikan Akhlaq
َقَلَخ
–
قُل ْخَي
Dalam kamus Al Munawwir berarti menciptakan,membuat, memulai, menghasilkan, menimbulkan.
Akhlak adalah bagian yang membicarakan masalah baik dan
buruk dengan ukuran wahyu atau al-Qur’an dan hadits
Etika adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang persoalan baik
dan buruk berdasarkan akal pikiran manusia.
Moral adalah suatu hal yang berkenaan dengan baik dan
buruk dengan ukuran tradisi dan budaya yang dimiliki seseorang
atau sekelompok orang.
Jadi dalam hal ini moral dan etika itu termasuk dalam bagian
akhlak yang sangat berhubungan erat (Daud Ali, 2008).
3. Orang Tua
Orang tua adalah “setiap orang yang bertanggung jawab
dalam suatu keluarga atau rumah tangga yang dalam kehidupan
sehari-hari lazim disebut ibu –bapak” ( Nasution, 1985: 1).
E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah suatu istilah untuk mengkaji bahan atau
literature kepustakaan (literature review). Bentuk kegiatan ini yaitu
10
atau ketentuan-ketentuan yang pernah diungkapkan dan diketemukan oleh
peneliti sebelumnya yang terkait dengan objek masalah yang hendak
dibahas. Adapun karya-karya yang mendukung dan dijadikan kajian
pustaka sebagai berikut:
Pertama, Penelitian yang ditulis oleh saudara Mustaghfirin tentang
pandangan Franz Magnis Suseno tentang Etika dan Relevansi dengan
Pendidikan Islam . Skripsi ini memaparkan tentang mengatur sikap
tingkah laku manusia terhadap dirinya, orang lain, sesama makhluk dan
Tuhan sebagai Maha Pencipta (Mustaghfirin, 2009).
Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh saudari Umi Munadzirah
tentang prinsip-prinsip pendidikan akhlak dan aktualisasinya dalam
pembinaan kepribadian muslim : kajian terhadap surat al-Hujurat 11-13
yang membahas tentang prinsip-prinsip pendidikan akhlak menurut surat
al-Hujurat ayat 11-13 dalam pembentukan kepribadian muslim
(Munadziroh, 2007).
Penelitian yang dikaji oleh penulis menfokuskan tentang
pendidikan etika yang berhubungan dengan adab sopan santun kepada
kedua orang tua yaitu dalam surat al-Isra’ ayat 23-24. Hal ini terkait
11
F. Kerangka Teoritik
1. Pendidikan Akhlaq Bagi Anak dan Orang Tua dalam Keluarga
Pendidikan akhlaq dapat direalisasikan dengan berbagai cara, baik
positif maupun negatif. Adapun cara positif dengan memberi teladan
yang baik, latihan untuk membentuk kebiasaan, memberi perintah,
memberi pujian,dan hadiah. Sedang cara negatif dengan memberikan
berbagai bentuk larangan, memberikan suatu teguran dan celaan serta
memberikan hukuman.Penilaian manusia tentang buruk dan baiknya
dapat dilihat dari perilakunya sehari-hari (Abdullah, 2006: 56).
Keluarga merupakan persekutuan terkecil dari masyarakat yang
luas,pangkal kedamaian dan ketentraman hidup terletak pada keluarga
yang dikepalai oleh kedua orang tua. Begitu pentingnya peranan yang
dimainkan oleh keluarga dalam mendidik anak-anaknya. Maka dalam
berbagai sumber bacaan mengenai kependidikan, keluarga selalu
disinggung dan diberi peran yang penting. Karena pada hakekatnya,
pembentukan kepribadian anak terjadi di lingkungan keluarga.
Sebagaimana dalam al-Qur’an dalam surat at-Tahrim ayat 6:
Artinya :”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
12
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Ayat di atas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus
bermula dari rumah. Hal ini ayah dan ibu mempunyai peran penting
dalam keluarga. Kedua orang tua bertanggung jawab terhadap
anak-anak dan juga pasangan masing-masing bertanggung jawab atas
kelakuannya. Ayah dan ibu tidak cukup untuk menciptakan satu rumah
tangga yang diliputi oleh nilai-nilai agama serta dinaungi oleh
hubungan yang harmonis (Quraish Shihab, 2002: 327).
2. Gambaran al-Qur’an Pendidikan Akhlaq bagi Anak terhadap
Orang Tua
Al-Qur’an telah menjelaskan pendidikan akhlaq bagi anak dan
orang tua dalam kehidupan. Hal ini dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat
23-24:
Artinya :” Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan
13
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil”.
3. Konsep Pendidikan Akhlaq Anak Terhadap Orang Tua
Di dalam kehidupan keluarga orang tua merupakan cermin masa
depan anak-anaknya. Anak dan orang tua mempunyai kewajiban
masing-masing dalam keluarga. Anak berkewajiban untuk berbuat baik
serta menghormati dan menghargai orang tua dalam hidupnya. Sedang
orang tua mempunyai kewajiban dalam merawat, mendidik sehingga
terbentuknya kepribadian yang baik.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Kajian ini merupakan penelitian pustaka (library research) yaitu
menjadikan bahan pustaka sebagai sumber data utama. Data-data yang
terkait dalam penelitian ini dikumpulkan melalui studi pustaka atau
telaah,karena kajian berkaitan dengan pemahaman ayat al-Qur’an.
Pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan
metode mengkaji beberapa sumber buku pendidikan Islam sebagai
library research yaitu: penelitian kepustakaan (Hadi, 2001: 9).
Maksudnya dalam penelitian ini mencari nilai yang terkandung
dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 23-24 dari berbagai tafsir yang
14
maksud maupun kandungan yang ada dalam ayat tersebut sehingga
akan mempermudah dalam kajian ini.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini digolongkan
menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber data primer: sumber data yang diperoleh langsung dari
sumbernya (Surackhmat,1998:134). Dalam hal ini al-Qur’an dan tafsir
-tafsirnya surat al-Isra’ ayat 23-24,seperti tafsir al-Maraghi, tafsir Ibnu
Kastir, tafsir al-Qur’anul Majid an-Nuur, dan tafsir al-Misbah.
3. Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis berusaha menjelaskan polauraian
yang signifikan terhadap analisis. Adapun metode yang digunakan
adalah Metode Mawdhu’i yaitu menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an
dengan menghimpun ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai maksud
yang sama dalam arti sama-sama membicarakan satu topik dan
menyusunnya berdasar kronologi, walaupun ayat-ayat tersebut cara
turunnya berbeda waktu, dan tempat turunnya (Budihardjo, 2012:
15
H. Sistematika Pembahasan
Penulisan karya ilmiah harus bersifat sistematis, di dalam
penulisan skripsi ini pun harus dibangun secara berkesinambungan. Dalam
penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang isinya adalah sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan ini berisi latar belakang, penegasan istilah,
rumusan masalah,tujuan penelitian, kajian pustaka, kerangka teoritik,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II Memaparkan tentang Landasan Teori yang meliputi kajian
pustaka dan tinjauan pustaka yang di dalamnya membahas tentang
pendidikan akhlak anak yang di dalamnya membahas pengertian dan dasar
pendidikan akhlak, fungsi dan tujuan pendidikan akhlak, metode
pendidikan akhlak yang meliputi metode teladan, kisah- kisah, nasihat,
pembiasaan, hukum dan ganjaran.
BAB III Bab ini meliputi: Metodologi penelitian yang meliputi
jenis penelitian, teknik pengumpulan data, sumber data, dan teknik analisis
data yang menggunakan metode maudhu’i.
BAB IV Bab empat merupakan bab analisis yang meliputi
pendidikan akhlaq bagi anak terhadap orang tua, pendidikan etika bagi
orang tua terhadap anak dan pendidikan etika bagi keduanya.
BAB V Bab lima merupakan rangkaian terakhir dari penulisan
16
BAB II
KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ ANAK KEPADA ORANG TUA
A. Kajian Pustaka
Kajian Pustaka merupakan bagian penting dari suatu laporan
penelitian karna pada bagian ini diungkapkan teori-teori serta hasil- hasil
penelitian terdahulu yang pernah dilakukan pada topik yang sama atau
serupa (Wardani G.A.K, 2008 :5,8).
Berikut penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang
diambil oleh penulis:
1. Skripsi yang berjudul “ Pendidikan Akhlaq Dalam al-Qur‟an (Kajian
Surat Ad-Duha Ayat 9,10,11) “ karya Deden Indiarto Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga
Tahun 2007.
Dalam skripsi tersebut membahas tentang pendidikan ahklaq
yang terkandung dalam surat Ad-Duha ayat 9,10,11. Hasil
penelitiannya yaitu konsep pendidikan akhlaq dalam al-Qur’an adalah
bahwa tingkah laku atau perbuatan, dinilai baik dan buruk, terpuji dan
tercela, semata-mata karena syara’ (al-Qur’an dan as-Sunnah). Jadi
ukuran yang pasti dalam menilai baik dan buruk hanyalah al-Qur’an
dan as-Sunnah, karena al-Qur’an dan as-Sunnah tidak akan
17
2. Skripsi yang berjudul “Konsep Pendidikan Akhlaq Anak Dalam Tafsir
Ibnu Katsir Analisis Surat Al-Luqman” karya Ahmad Dumiati
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Salatiga Tahun 2013.
Dalam skripsi tersebut membahas tentang berbagai akhlaq anak
yang terkandung dalam tafsir ibnu katsir analisis surat Al-Luqman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa akhlaq anak kepada orang tua
dalam surat Al-Luqman yaitu menghormati dan taat terhadap kedua
orang tua itu wajib dengan ketentuan tidak melanggar isyarat bahwa
kedua orang tua wajib dimulyakan kerena jasa-jasanya kepada anak
yang tak terhingga.
3. Skripsi yang berjudul “Pendidikan Akhlaq Dalam Kitab Al-Hikam
Karangan Syaikh Ibnu Athaillah Al-Syukandari” karya Mucharor
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Salatiga Tahun 2014.
Dalam skripsi tersebut membahas tentang metode pendidikan
akhlak yang telah dikemukakan Syekh Ibnu Athaillahdapat dilakukan
dengan beberapa metode berikut, yaitu: metode teladan, metode
pemberian nasihat, metode cerita, metode perintah dan larangan. Dari
beberapa metode pendidikan akhlak yang telah dikemukakan, guru
atau pengajar memiliki fungsi sentral bagi tercapainya tujuan
18
pendidikan yang menekankan pada konsep rasional-intelegensi, tetapi
lebih kepada pembentukan perilaku siswa.
4. Skripsi yang berjudul “ Nilai-Nilai Pendidikan Akhlaq Dalam
al-Qur‟an (Kajian Tafsir Surat AL-Hujurat Ayat 11,12,dan 13)” karya
Jumico Randi Wirana Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2015.
Dalam skripsi tersebut membahas tentang pentingnya akhlaq dalam
kehidupan manusia yaang menjadi acuan dalam menentukan langkah
hidup manusia, yang menjadikan manusia bisa masuk kedalam surga
atau neraka, yang menjadikan manusia dihargai orang lain.
Dari beberapa skripsi yang sudah disebutkan diatas sudah banyak
sekali perbedaan dengan skripsi yang sedang penulis buat,
persamaannya yaitu sama-sama membahas tentang akhlaq akan tetapi
pengambilan ayat berbeda, penulis mengambil surat Al-Isra’ ayat 23
-24.
B. Kajian Teori
1. Pendidikan Akhlaq
a. Pengertian dan Dasar Pendidikan Akhlaq
Istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau
pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar
19
Pengertian pendidikan menurut Ahmad D. Marimba adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama (Hasbullah, 2009: 3).
Pengertian pendidikan menurut UU Nomor 2 Tahun 1989
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya
di masa yang akan datang (Hasbullah, 2009: 4).
Pendidikan merupakan “usaha secara sengaja dari orang
dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke
kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung
jawab moral dalam segala perbuatannya”.Orang dewasa yang
dimaksud adalah orang tua si anak atau orang yang atas dasar tugas
dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik,
misalnya guru sekolah, pemuka agama dan sebagainya (Haryu
Islamuddin, 2012: 4).
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk.Secara
etimologi akhlak artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat. Sedangkan secara terminologi akhlak adalah ilmu yang
menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terbaik dan
tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin (
20
Imam al-Ghazali berkata “Akhlak ialah suatu sifat yang
tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan pikiran”
(Razak Nasirudin, 1973: 49)
Menurut definisi para ulama, akhlak adalah suatu sifat yang
tertanam dalam diri dengan kuat yang melahirkan perbuatan-
perbuatan dengan mudah, tanpa diawali berpikir panjang,
merenung dan memaksakan diri.Sedangkan sifat-sifat yang tak
tertanam kuat dalam diri, seperti kemarahan seorang yang asalnya
pemaaf, maka itu bukan akhlak.Demikian juga, sifat kuat yang
justru melahirkan perbuatan-perbuatan kejiwaan dengan sulit dan
berfikir panjang, seperti orang bakhil.Ia berusaha menjadi
dermawan ketika ingin dipandang orang. Jika demikian maka
tidaklah dapat dinamakan akhlak (Mahmud Halim, 2004: 34).
Pendidikan akhlak merupakan sub atau bagian pokok dari
materi pendidikan agama, karena sesungguhnya agama adalah
akhlak, sehingga kehadiran Rosulullah ke muka bumi pun dalam
rangka menyempurnakan akhlak manusia yang ketika itu mencapai
titik nadir (Juwariyah, 2010: 96).
Jadi, pendidikan akhlak adalah usaha sadar yang dilakukan
oleh seorang pendidik untuk mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan seseorang dengan segala potensinya untuk memiliki
21
yang baik pada seorang anak didik, sehingga terbentuk manusia
yang taat kepada Allah.
Dalam melaksanakan pendidikan akhlak tersebut, kita harus
mempunyai dasar yang dijadikan pijakan dalam pengaplikasian
pendidikan akhlak itu sendiri.
Antara Islam dan akhlak adalah sesuatu yang tidak
terpisahkan. Seseorang yang baik keislamannya pasti dia akan baik
pula akhlaknya. Namun, seseorang yang buruk keislamannya pasti
akan buruk pula akhlaknya. Oleh karena itu antara Islam dan
akhlak adalah suatu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Hal itu
karena gambaran Islam yang sebenarnya adalah pribadi Rosulullah
yang Allah telah memuji beliau dengan firmanNya:
Demikian besar kedudukan akhlak di dalam Islam sehingga
selayaknya setiap muslim bersemangat untuk mempelajari dan
berhias dengannya.
Terlebih lagi itu merupakan sikap meneladani Rosulullah
22
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah”.(Q.S Al-Ahzab:21).
Adapun hadits merupakan sumber dan pedoman umat Islam
setelah al-Qur’an, dalam hadits juga diterangkan tentang
pendidikan akhlak.
b. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Akhlaq
Pendidikan agama berkaitan dengan pendidikan akhlak,
tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam
pengertian Islam adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari
pendidikan agama.Sebab yang baik adalah yang dianggap baik
oleh agama dan yang buruk adalah yang dianggap buruk oleh
agama, sehingga nilai- nilai akhlak, keutamaan- keutamaan akhlak
dalam masyarakat Islam adalah akhlak dan keutamaan yang
diajarkan oleh agama, sehingga seorang muslim tidak sempurna
agamanya kecuali akhlakna menjadi baik. Hampir-hampir sepakat
fiilsuf filsuf pendidikan Islam, bahwa pendidikan akhlak adalah
jiwa pendidikan Islam. Sebab tujuan tertinggi pendidikan Islam
adalah mendidik jiwa dan akhlak ( Ahid Nur, 2012: 142).
Para ahli berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam
23
agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di
jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah. Inilah
yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan di dunia
dan di akhirat. Akhlak mulia merupakan tujuan pokok dalam
pendidikan akhlak Islam ini. Akhlak seseorang akan dianggap
mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung
dalam al-Qur’an (Mahmud Hakim, 2004: 159).
Pendidikan akhlak Islam mempunyai pengaruh efektif
dalam setiap amal perbuatan manusia yang dilakukan oleh orang
muslim. Ia dapat berpengaruh pada keimanan, keislaman dan
kebaikan yang dilakukan setiap muslim. Disampung itu,
pendidikan akhlak akan dapat mempengaruhi seseorang dalam
melaksanakan amar ma‟ruf dan nahi munkar serta dalam jihadnya
di jalan Allah. Hal itu dikarenakan semua amal kebaikan tidak
akan mencapai kesempurnaan dan tidak akan diterima di sisi Allah,
kecuali diiringi dengan keikhlasan dan kebenaran, serta
berdasarkan tuntunan Nabi Muhammad. Jadi, nilai- nilai akhlak
yang diajarkan Islam dimaksudkan agar manusia melakukan amal
perbuatannya secara benar (Mahmud Hakim, 2004: 168).
Orang yang berakhlak akan mencapai ketentraman dan
kebahagiaan dalam hidupnya. Ketentraman dan kebahagiaan hidup
seseorang tidak ditentukan oleh harta, kepandaian atau jabatannya.
24
hidup miskin dan tidak berpendidikan, InsyaAllah dia pun akan
memperoleh kebahagiaan.
Islam menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak
mulia. Akhlak yang mulia ini sangat ditekankan karena disamping
akan membawa kebahagiaan bagi individu, juga sekaligus
membawa kebahagiaan bagi masyarakat pada umumnya. Dengan
kata lain, bahwa akhlak utama yang ditampilkan seseorang,
tujuannya adalah untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Orang yang selalu menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia
maka ia akan memperoleh kehidupan yang baik serta mendapatkan
pahala yang berlipat ganda dan akan dimasukan kedalam surga.
Dalam al-Qur’an Alloh berfirman :
Artinya :”Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. [839] Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman (Q.S An-Nahl :97).
c. Metode Pendidikan Akhlaq
Metode berasal dari bahasa Latin meta yang berarti melalui,
25
metode disebut Thoriqoh artinya jalan, cara, sistem atau ketertiban
dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut istilah ialah suatu
sistem atau cara yang mengatur suatu cita- cita (Uhbiyati Nur, 2002:
163).
Menurut Muhammad Fuad Abd al- Baqy di dalam Al-
Qur’an kata at-thoriqoh diulang sebanyak sembilan kali. Kata ini
terkadang dihubungkan dengan obyeknya yang dituju oleh
at-thoriqoh, seperti neraka, sehingga menjadi jalan menuju neraka.
Dengan demikian metode dapat berarti cara atau jalan yang
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu, ada pula yang
mengatakan bahwa metode adalah suatu saran untuk menemukan,
menguji, dan menyusun, data yang diperlukan bagi pengembangan
disiplin ilmu tersebut. Ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa
metode sebenarnya berarti jalan untuk mencapai tujuan (Nata
Abudin, 2005: 143).
Selanjutnya jika kata metode tersebut dikaitkan dengan
pendidikan Islam, dapat membawa arti metode sebagai jalan untuk
menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga
terlihat dalam pribadi obyek sasaran, yaitu pribadi islami. Selain
itu, metode dapat pula membawa arti sebagai cara untuk
memahami, menggali dan mengembangkan ajaran Islam untuk
26
pengertian- pengertian metode yang dapat dipahami dari berbagai
pendapat yang dibuat para ahli (Nata Abudin, 2005: 144).
al-Qur’an sebagai landasan utama menawarkan berbagai
pendekatan dan metode dalam pendidikan, yakni dalam
menyampaikan materi pendidikan. Metode tersebut antara lain:
1) Metode Teladan
Maksudnya adalah suatu metode pendidikan dan
pengajaran dengan cara pendidik memberikan contoh teladan
yang baik kepada anak agar ditiru dan dilaksanakan.
Di dalam al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21 menegaskan
pentingnya contoh teladan dan pergaulan yang baik dalam
usaha membentuk kepribadian anak, yaitu dengan mempelajari
tindak- tanduk Rosulullah, dan menjadikannya sebagai contoh
utama (Ilyas Asnelly, 1998: 38).
Muhammad Qutbh, misalnya mengisyaratkan bahwa di
dalam diri Nabi Muhammad, Allah menyusun bentuk yang
sempurna metodologi Islam, suatu bentuk yang hidup dan
abadi sepanjang sejarah masih berlangsung. Metode ini
dianggap penting karena aspek agama yang terpenting adalah
akhlak yang termasuk dalam kawasan efektif yang terwujud
dalam bentuk tingkah laku (Nata Abudin, 2005: 147).
Dalam kehidupan keluarga yang menjadi suri tauladan bagi
27
sebagai tokoh yang perlu mereka tiru dalam kehidupannya,
sehingga orang tua harus menata perilakunya karena anak akan
cenderung meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya.
2) Metode Kisah
Kisah memiliki peranan besar dalam memperkokoh ingatan
anak dan kesadaran berfikir, menempati pusat cara berfikir
yang mempengaruhi akal seorang anak. al-Qur’an sudah
menyediakan kisah- kisah terbaik yang dapat menanamkan
akhlak dan budi pekerti yang luhur pada anak, dan berfaedah
untuk bisa menjadi ibrah dan nasehat.
Allah berfirman:
Artinya:”Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al- Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang beriman” (Q.S Yusuf : 111).
Metode mendidik akhlak melalui kisah akan memberi
kesempatan bagi anak untuk berfikir, merasakan, merenungi
kisah tersebut, sehingga seolah ia ikut berperan dalam kisah
tersebut. Adanya keterkaitan emosi anak terhadap kisah akan
28
berakhlak baik, dan berusaha meninggalkan perilaku
tokoh-tokoh berakhlak buruk.
3) Metode Nasihat
Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh
kata- kata yang didengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap
oleh karena itu kata- kata harus diulang- ulangi. Nasihat yang
berpengaruh membuka jalannya ke dalam jiwa secara langsung
melalui perasaan. Nasihat yang disampaikannya ini selalu
disertai dengan panutan atau teladan dari si pemberi atau
penyapai nasihat itu. Ini menunjukan bahwa antara satu metode
yakni nasehat dengan metode lain yang dalam hal ini
keteladanan bersifat saling melengkapi (Nata Abudin, 2005:
150).
Al-Qur’an sendiri penuh berisi nasehat- nasehat dan tuntunan- tuntunan, Allah berfirman:
Artinya:”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat” (An-Nisa‟ :58).
29
4) Metode Pembiasaan
Cara lain yang digunakan oleh al-Qur’an dalam
memberikan materi pendidikan adalah melalui kebiasaan yang
dilakukan secara bertahap. Dalam hal ini termasuk merubah
kebiasaan-kebiasaan yang negatif. al-Qur’an menjadikan
kebiasaan itu menjadi salah satu teknik atau metode
pendidikan.
Al-Ghazali dalam kitab monumentalnya Ihya‟ Ulumuddin
mengatakan:
“anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya, hatinya bersih bagaikan mutiara yang kemilau sunyi dari lukisan dan gambar. Ia akan menerima setiap lukisan yang digoreskan kepadanya dan cenderung kearah mana saja ia diarahkan. Jika dibiasakan kepada yang baik dan diajarkannya kebaikan itu maka ia akan tumbuh dalam kebaikan dan menjadi bahagia dunia akhirat dan kedua orang tuanya serata guru dan pembimbingnya akan turut menikmati pahalanya. Dan jika dibiasakan kepada yang jelek- jelek dan diabaikannya sebagaimana mengabaikan hewan peliharaan, maka dia akan celaka dan binasa, dan dosanya akan meliputi kedua orang tua dan para pengasuhnya
pola”.
Maksud dari perkataan Al-Ghazali memperjelas kedudukan
metode pembiasaan bagi perbaikan dan pembentuakan akhlak
melalui pembiasaan, dengan demikian pembiasaan yang
dilakukan sejak diniakan berdampak besar terhadap akhlak
anak ketika mereka telah dewasa. Sebab pembiasan yang telah
30
kebiasaan yang tidak dapat dirubah dengan mudah. Dengan
demikian metode pembiasaan sangat baik dalam rangka
mendidik akhlak anak (Juwariyah, 2010: 71).
Pembiasaaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara
berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi
kebiasaan.Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman, yang
dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan. Pembiasaan
menempatkan manusia sebagai sesuatu yang istimewa, yang
dapat menghemat kekuatan, karena akan menjadi kebiasaan
yang melekat dan spontan, agar kekuatan itu dapat
dipergunakan untuk berbagai kegiatan dalam setiap pekerjaan,
dan aktivitas lainnya. Pembiasaan dalam pendidikan hendaknya
dimulai sedini mungkin.Rosulullah memerintahkan kepada
orang tua, dalam hal ini para pendidik agar mereka menyuruh
anak-anak mengerjakan shalat, taakala mereka berumur tujuh
tahun (Mulyasa E, 2012: 166).
Akan halnya dengan persoalan mendidik anak tersebut
maka suatu kaidah ushuliyah mengatakan bahwa manusia itu
adalah anak kebiasaannya, sehingga sebagai anak dia akan
selalu mengikuti induknya yaitu kebiasaan,karena itu seperti
kebisaan-kebiasaan yang ditanamkan kedua orang tua dan para
pembimbingnya waktu kecil itulah anak akan menjadi,
31
membimbingnya membiasakan dengan pendidikan atau hal-hal
yang baik, maka akan seperti itulah dia anak menjadi, dan
demikian sebaliknya (Juwariyah, 2010: 72).
5) Metode Hukuman dan Ganjaran
Hadiah dan hukuman merupakan salah satu metode yang
sangat diperlukan dalam proses pendidikan.
Muhammad Qutbh mangatakan: Bila teladan dan nasehat
tidak mampu, maka pada waktu itu harus diadakan tindakan
tegas yang dapat meletakan persoalan di tempat yang benar.
Tindakan tegas itu adalah hukuman (Nata Abudin, 2005: 155).
Berkaitan denagn metode hukuman ini, sebagaimana firman Allah :
32
terhadap mereka. tempat mereka ialah Jahannam. dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan Perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam
dan mengingini apa yang mereka tidak dapat
mencapainya[650], dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi.[650] Maksudnya: mereka ingin membunuh Nabi Muhammad s.a.w (Q.S At-Taubah
:73-74)
Sedangkan dengan metode hadiah atau ganjaran, Allah
berfirman dalam Q.S. Hud ayat 10-11 :
Artinya:”dan jika Kami rasakan kepadanya kebahagiaan
sesudah bencana yang menimpanya, niscaya Dia akan berkata: "Telah hilang bencana-bencana itu daripadaku"; Sesungguhnya Dia sangat gembira lagi bangga, Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar (Q.S Hud :10-11).
Dari ayat-ayat tersebut, bahwa masalah pahala diakui
keberadaannya dalam rangka pembinaan umat. Sedangkan
33
pahala diberikan kepada orang yang beriman disertai dengan
amal dan akhlak yang mulia.
Dengan demikian, keberadaan hukuman dan ganjaran
diakui dalam Islam dan digunakan dalam rangka pembinaan
umat manusia melalui kegiatan pendidikan. Hukuman dan
ganjaran ini diberlakukan kepada sasaran pembinaan yang
lebih bersifat khusus. Hukuman untuk orang yang melanggar
dan berbuat jahat, sedangkan pahala untuk orang yang patuh
dan menunjukan perbuatan baik (Nata Abudin, 2005:
157-158).
2. Akhlaq Anak Kepada Orang Tua
Dalam ajaran Islam kita sering sekali mendengar tentang berbakti
kepada orang tua yang disebut bir-al-walidain.Islam menjadikan
berbakti kepada kedua orang tua sebagai sebuah kewajiban yang
sangat besar.Salah satu ajaran paling penting setelah ajaran Tauhid
adalah berbakti kepada kedua orang tua.Bahkan, menurut pendapat
banyak ulama, ajaran berbakti kepada kedua orang tua ini menempati
urutan kedua setelah ajaran menyembah kepada Allah.Setiap anak
punya kewajiban untuk memperlakukan orang tuanya dengan mulia
dan menghormatinya.
Orang tua adalah penyebab perwujudan kita. Kalaulah mereka itu
34
itu disertai dengan kebaikan dan kenikmatan yang tak terhingga
banyaknya dan berbagi rizki yang kita peroleh dan kedudukan yang
kita raih.Orang tua sering kali mengerahkan segenap jerih paya mereka
untuk menghindarkan bahaya dari diri kita.Mereka bersedia kurang
tidur agar kita bisa beristirahat.Mereka memberikan
kesenangan-kesenangan kepada kita yang tidak bisa kita raih sendiri.Mereka
memikul berbagai penderitaan dan mesti berkorban dalam bentuk yang
sulit kita bayangkan.
Dengan demikian, menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk
kepada mereka tidak mungkin terjadi kecuali dari jiwa yang kotor.
Sebab, seandainya seseorang tahu bahwa kebaikan dan petunjuk Allah
mempunyai peranan yang sangat besar, tentunya siapa tahu pula
bagaimana harus berbuat baik kepada orang yang semestinya
diperlakukan dengan baik, bersikap mulia terhadap orang yang telah
membimbing, berterima kasih kepada orang yang telah memberikan
kenikmatan sebelum dia sendiri bisa mendapatkannya, dan yang telah
melimpahinya dengan berbagai kebaikan yang tak mungkin bisa di
balas. Orang tua adalah orang yang bersedia berkorban demi anaknya,
tanpa memperdulikan apa balasan yang akan diterimanya.
Dalam banyak ayat al-Qur’an, Allah sering mengaitkan antara
perintah untuk beribadah kepada-Nya dengan perintah untuk berbakti
dan berbuat baik kepada kedua orang tua dengan cara memperlakukan
35
karena kedudukan mereka berdua di bawah kedudukan Allah, yang
merupakan sebab hakiki (yang sesungguhnya) dari keberadaan
manusia (di muka bumi). Adapun mereka berdua (kedua orang tua)
hanyalah merupakan sebab zhahiri ( yang nampak dari keberadaan
anak- anak), di mana mereka berdua akan mendidik mereka dalam
suasana yang penuh dengan cinta, kelembutan, kasih sayang, dan sikap
mengutamakan anak dari pada diri mereka berdua. Oleh karena itu,
diantara sikap yang menunjukan kesetiaan dan muru’ah seorang anak
adalah membalas kebaikan mereka berdua itu, dengan cara yang baik
dan akhlak yang disenangi maupun dengan memberikan bantuan
berupa materi yang jika mereka berdua memang membutuhkannya dan
jika sang anak memang mampu melakukan hal tersebut (Al-Faham
Muhammad, 2006: 134-135).
Demikianlah, Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya tentang
faktor yang menyebabkan kita harus berbakti kepada orang tua.Faktor
tersebut merupakan faktor penyebab yang paling penting dan paling
agung.
Dalam al-Qur’an Allah berfirman :
Artinya :”Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
36
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.[1180] Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun (Q.S Luqman :14).
Dari ayat tersebut dijelaskan tentang pengorbanan besar orang tua
kepada anak terutama ibu.Dari semenjak awal bulan kehamilan dan
menjelang kelahiranya anak dijaga keselamatannya dengan taruhan
nyawa.Belaian kasih sayangnya memanjakan kita dan do’a nya selalu
menyertai anaknya.Dan karena itulah Allah mewasiatkan kepada seluruh
manusia agar berbuat baik kepada ibunya.
Seorang ibu merawat jasmani dan rohani anaknya sejak kecil
secara langsung, begitu pula ayahnya.Seorang bapak mencari nafkah untuk
anaknya, membesarkan, mendidik dan menyekolahkan anaknya.
Sedangkan ibu, juga sangat berperan mulai dari mengandung sampai masa
muhariq (masa dapat membedakan mana yang baik dan buruk), seorang
ibu sangat berperan, maka setelah mulai memasuki masa belajar, ayah
lebih tampak kewajibannya, mendidik dan mempertumbuhkan anaknya
menjadi dewasa, namun apabila dibandingkan antara berat tugas ibu
dengan ayah, mulai mengandung sampai dewasa dan sebagaimana
perasaan ibu dan ayah terhadap putranya, maka secara perbandingan,
tidaklah keliru apabila dikatakan lebih berat tugas ibu dari pada tugas
ayah.
Banyak sekali yang tidak bisa dilakukan oleh seorang ayah
terhadap anaknya, yang hanya seorang ibu saja yang dapat mengatasinya
37
ibu.Inilah maka penghargaan kepada ibunya. Walaupun bukan berarti
ayahnya tidak dimuliakan, melainkan hendaknya mendahulukan ibu
daripada mendahulukan ayahnya dalam cara memuliakan orang tua.
a. Akhlaq Anak Ketika Orang Tua Masih Hidup
Orang tua (ibu dan bapak) adalah orang secara jasmani menjadi
asal keturunan anak.Jadi anak adalah keturunan dari orang tuanya dan
darahnya adalah juga mengalir darah orang tuanya. Seorang anak
kandung merupakan bagian dari darah dan daging orang tuanya,
sehingga apa yang dirasakaan oleh anaknya juga dirasakan oleh orang
tuanya dan demikian sebaliknya.
Itu pula sebabnya secara kudrati, setiap orang tua menyayangi dan
mencintai anaknya sebagai mana ia menyayangi dan mencintai dirinya
sendiri. Kasih dan sayang ini mulai dicurahkan sepenuhnya terutama
oleh ibu, semenjak anak masih dalam kandungan sampai ia lahir dan
menyusui bahkan sampai tua (M.Ramli, 2003: 144-145)
Kita sebagai Muslim yang baik tentunya memiliki kewajiban untuk
berbakti kepada orang tua kita, baik ibu maupun ayah.Agama Islam
mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan
taat kepada ibu bapak.Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah
sikap dan perbuatan yang terpuji. Ada banyak cara untuk berbakti dan
38
1) Patuh : mematuhi perintah orang tua kecuali dalam maksiat tidak
wajib dipatuhi. Orang tua pun harus menyadari keinginan anak,
dan jangan memaksakan kehendak kepada anak
2) Berbuat baik
3) Berkata lemah lembut, jangan menghardik
4) Mendoakan orang tua agar selamat dunia akhiratMengutamakan
kepentingan orang tua dari kepentingan masyarakat ( Ahmad
Sudirman, 2009: 104)
5) Memuliakan keduanya dan memberikan apa yang diminta oleh
keduanya
6) Memelihara kehormatan, kemuliaan, dan hak- hak keduanya
7) Melakukan hal- hal yang dapat membahagiakan keduanya tanpa
harus diperintah terlebih dahulu
8) Memenuhi panggilan keduanya dengan segera
Berbakti kepada kedua orang tua, besar pengaruhnya terhadap
kehidupan manusia di dunia dan diakhirat. Oleh karena itu, Rosulullah
menetapkan rambu- rambu dan menjelaskan pengaruhnya terhadap
kehidupan seorang muslim. Jika ditunaikan dengan baik tidak hanya
bermanfaat untuk dirinya, bahkan untuk seluruh masyarakat (Ibnu
Abdul Hafidz, 2012: 106-107).
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa segala sesuatu
yang diperintahkan oleh Allah itu pasti mempunyai hikmah.Begitu
39
orang tuanya dengan penuh kebaktian. Allah memerintahkan kepada
setiap anak untuk berbakti kepada orang tuanya karena Allah akan
memberikan berbagai balasan atas kebaktian yang dilakukan anak
kepada orang tuanya dengan berbagai kenikmatan yang tiada tara.
Allah telah menjanjikan orang-orang yang berbakti kepada kedua
orang tuanya dengan kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat dan
(d) Anak dan cucunya akan berbakti kepadanya
(e) Dicintai keluarga dan tetangganya
(f) Dijauhkan dari mati dalam keburukan
(g) Dipuji oleh manusia dan mereka akan berterimakasih
kepadanya
(h) Allah akan meridhainya
2. Pahala Akhirat
(a) Berbakti adalah penyebab utama masuk surga
(b) Dimasukkan surga dengan orang-orang yang pertama kali
dimasukan surga
40
b. Akhlaq Anak Ketika Orang Tua Sudah Meninggal
Sebesar apapun kebaikan yang dilakukan oleh anak tak akan
pernah mampu untuk membalas semua jasa- jasa dan pengorbanan
yang diberikan dari orang tua. Atas dasar itu, antara lain yang
menyebabkan seorang anak harus berbakti kepada orang tua, bukan
saja saat keduanya masih hidup, tetapi kebaktian anak itu harus lanjut
sampai kedua orang tuanya meninggal.
Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk berbakti kepada orang
tua yang telah meninggal adalah sebagai berikut:
1) Mengerjakan shalat jenazah dan segala rangkaiannya seperti
memandikan, mengkafani dan sebagainya.
2) Berdoa untuk almarhum, memohonkan ampun kepada Allah atas
segala dosa- dosanya, terutama setelah menjalankan shalat fardhu.
Seorang ayah atau ibu yang sudah meninggal dunia masih
memiliki hak mendapatkan limpahan pahala dari do’a yang
disampaikan anaknya.Hal ini juga mengandung arti bahwa anak
memiliki kewajiban mendo’akan orang tuanya yang sudah
meninggal.Dalam ajaran tasawuf, dikatakan, do’a yang paling
besar kemungkinan diterima Allah adalah do’a seorang anak untuk
41
kepada orang tuanya merupakan salah satu amal perbuatan yang
pahalanya tidak akan terputus.
3) Melaksanakan janji, nadzar, dan sebagainya yang dibuat oleh al-
marhum.
4) Menjalin hubungan dan menghormati orang- orang yang dulunya
menjadi sahabat karib al-marhum.
5) Memberi pertolongan kepada keluarga yang dulunya hidup
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian
kualitatif, artinya jenis penelitian yang temuan-temuannnya tidak
diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.
Selanjutnya, penelitian kualitatif dipilih karena kemantapan peneliti
berdasarkan pengalaman penelitiannya dan metode kualitatif dapat
memberikan rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit
diungkapkan oleh metode kuantitatif( Afifudin, 2012: 56-57).
B. Teknik Pengumpulan Data
Kajian ini merupakan penelitian pustaka( library research) yaitu
menjadikan bahan pustaka sebagai sumber data utama. Data-data yang
terkait dalam penelitian ini dikumpulkan melalui studi pustaka atau telaah,
karena kajian berkaitan dengan pemahaman ayat al-Qur’an. Pengumpulan
data dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode mengkaji
beberapa sumber buku pendidikan Islam sebagai library research yaitu:
penelitian kepustakaan. Maksudnya dalam penelitian ini mencari nilai
yang terkandung dalam al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 23-24 dari berbagai
tafsir yang merupakan interpretasi dari para mufassir dalam memahami isi,
maksud maupun kandungan yang ada dalam ayat tersebut sehingga akan
43
C. Sumber Data
Adapun sumber data pada penelitian ini, penulis menggunakan 2
jenis sumber data, yaitu:
1. Sumber Data Primer.
Sumber data primer atau data tangan pertama adalah data yang
diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat
pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai
sumber informasi yang dicari (Azwar, 2010: 91).
Dalam hal ini yang menjadi sumber data primer adalah al-Qur’an
dan tafsir-tafsirnya surat Al-Isra’ ayat 23-24,seperti tafsir
Al-Maraghi,tafsir Al-Misbah dan kitab-kitab yang lain.
2. Sumber Data Sekunder.
Sumber data sekunder yaitu data yang tidak langsung berkaitan
dengan tema pokok bahasan penelitian atau data yang diusahakan
sendiri pengumpulannya oleh peneliti.Sumber sekunder ini biasa
sering disebut dengan data penunjang yang dapat diperoleh dari skipsi,
catatan buku, dokumen, agenda, dan lain-lain.Adapun sumber
sekundernya adalah buku- buku pendidikan yang relevan dengan
44
D. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode di bawah
ini:
1. MetodeMaudhu‟i
Metode maudhu‟iatau metode tematik yaitu menghimpun ayat-
ayat al-Qur’an dari berbagai surah yang berbicara tentang topik
tersebut, untuk kemudian dikaitkan satu dengan lainnya, sehingga pada
akhirnya diambil kesimpulan menyeluruh tentang masalah tersebut
menurut pandangan al- Qur’an (Quraish Shihab, 2013: 175).
Dalam metode ini, langkah- langkah yang ditempuh sebagaimana
diungkap oleh M. Quraish Shihab, adalah:
a. Menetapkan masalah yang akan dibahas( topik);
b. Menghimpun ayat- ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut;
c. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya disertai
pengetahuan tentang sebab turun ayat(asbabul nuzul) jika memang
ada.
d. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam surahnya masing-
masing.
e. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna(out-line).
f. Melengkapi pembahasan dengan hadits-hadits yang relevan dengan
45
g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan
menghimpun ayat-ayat yang mempunyai pengertian sama, atau
mengompromikan antara yang umum dengan yang khusus, mutlak
dan terkait atau yang pada lahirnnya bertentangan sehingga
kesemuanya bertemu dalam satu muara, tanpa perbedaan atau
pemaksaan (Quraish Shihab, 2013: 176).
2. Metode Deduktif
Metode deduktif adalah metode pembahasan yang berangkat dari
pengetahuan yang sifatnya umum kemudian ditarik ke peristiwa khusus
(Lexy J Moleong, 2010: 176)
Teks al-Qur’an yang akan dianalisis adalah al-Qur’an surat Al-Isra’
ayat 23 dan 24. Adapun langkah- langkah yang akan penulis lakukan
untuk mengumpulkan data yang relevan adalah:
a. Menafsirkan Q.S Al-Isra’ ayat 23-24 dengan menggunakan
tafsir al-Qur’an
b. Menganalisis dan mengonsentrasikan pokok-pokok pendidikan
akhlak yang terdapat dalam Q.S Al-Isra’ ayat 23 dan 24 ke
dalam suatu kajian yang terfokus pada anak sebagai sasaran
utama
c. Menyimpulkan hasil penelitian yang dapat dipertanggung
46
3 . Metode Induktif
Metode induktif atau pola induksi merupakan suatu pola berfikir
yang menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus
yang bersifat individual. Pola penalaran induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup
yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi dan diakhiri
dengan penyimpulan yang bersifat umum (Sukandarrumidi, 2006: 38)
adalah cara berfikir yang berlandaskan pada pengetahuan atau
fakta yang khusus dan konkret, kemudian ditarik generalisasi yang
bersifat umum.Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori