• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ ANAK TERHADAP ORANG TUA KAJIAN SURAT AL ISRA’ AYAT 23-24 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ ANAK TERHADAP ORANG TUA KAJIAN SURAT AL ISRA’ AYAT 23-24 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

i

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ ANAK TERHADAP

ORANG TUA KAJIAN SURAT AL ISRA’ AYAT 23

-24

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Muhammad Najib

11112201

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO



















“S

embahlah Allah dan janganlah kamu

mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun dan berbuat

baiklah kepada dua orang ibu-bapa

k”.

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Skripsi ini untuk. . .

Bapak dan Ibu ;

“Jerih payahya tidak akan pernah bisa aku balas”

“Senantisa mencurahkan kasih sayang,

dukungan,

dan doa yang tak pernah putus untuk

anak-anaknya, Terimakasih untuk segalanya”

Buat kakak dan adik ;

“Yang membuatku termotivasi dan semangat untuk

melangkah menuju kesuksesan”

Teman-teman PAI angakatan 2012;

“Teruntuk teman-teman PAI angkatan 2012

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah, kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang

telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu

tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, sehingga

penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh Aktivitas Lembaga Dakwah Kampus

Terhadap Perilaku Sosial Mahasiswa di IAIN Salatiga dapat terselesaikan.

Dalam penyelesaian penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak baik berupa materi maupun

spiritual. Sehubungan dengan hal tersebut penulis hanya bisa mengucapkan

banyak terima kasih, dan dengan diiringi doa semoga amal baik yang telah di

berikan, mendapatkan balasan pahala dari sisi Allah SWT.

Untuk itu penulis ucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan FTIK.

3. Ibu Siti Rukhayati selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Prof. Dr. Budihardjo, M.Ag selaku pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan fikiranya dengan penuh kesabaran dan

kebijaksanaan dalam memberikan bimbingan pengarahan sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian ini.

5. Bapak, Ibu dan segenap keluarga yang telah memberikan doa restunya kepada

(9)

ix

6. Rekan-rekan yang telah membantu penulis hingga terselesainya penelitian ini.

Karena keterbatasan penulis, penulis menyadari dalam penulisan

penelitian ini masih banyak kekurangannya dan penulis berharap saran dan

masukan dari para pembaca demi kebaikan penelitian ini.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

pembaca pada umumnya serta dapat menunjang pengembangan ilmu

pengetahuan.

Salatiga, 22 September 2016

(10)

x

ABSTRAK

Muhammad Najib. 2016.

Konsep Pendidikan Akhlaq Anak Terhadap

Orang Tua Kajian Surat Al-

Isra‟ Ayat 23

-24

Pembimbing: Prof. Dr. Budihardjo, M.Ag

Kata Kunci: Konsep, Pendidikan, Akhlaq, Q.S Al-Isra’ 23-24, al-Qur’an

Pendidikan akhlaq merupakan proses membimbing serta terdapat arahan yang benar bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan dan membentuk hati nurani yang baik melalui suatu ajaran maupun keteladanan seseorang. Namun dalam proses pendidikan akhlaq untuk membentuk manusia dipengaruhi oleh hal hal yang tidak hanya oleh komponen komponen yang ikut terlibat langsung dalam kegiatan pendidikan akhlaq, seperti kurikulum, metode pengajaran, akan tetapi faktor - faktor yang terdapat dalam diri anak, seperti keminatan, karakter dan sifat-sifat bawaan termasuk di dalamnya.

Penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah pendidikan akhlaq anak terhadap orang tua?. Bagaimanakah konsep pendidikan

akhlaq anak terhadap orang tua berdasarkan surat Al-Isra’ ayat 23-24?.

Kajian ini merupakan penelitian pustaka (library research) yaitu

menjadikan bahan pustaka sebagai sumber data utama. Data-data yang terkait dalam penelitian ini dikumpulkan melalui studi pustaka atau telaah, karena kajian

berkaitan dengan pemahaman ayat al-Qur’an.

Dalam banyak ayat al-Qur’an, Allah sering mengaitkan antara perintah

untuk beribadah kepada-Nya dengan perintah untuk berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua dengan cara memperlakukan mereka berdua dengan perlakuan yang baik dan sempurna. Konsep pendidikan akhlak anak kepada orang

tua berdasarkan Q.S Al- Isra’ ayat 23-24 mengindikasikan bahwa ketaatan kepada

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN LOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Penegasan Istilah ... 8

E. Kajian Pustaka ... 9

F. Kerangka Teoritik ... 10

G. Metode Penelitian... 13

(12)

xii

a.Pengertian dan dasar pendidikan akhlaq ... 18

b.Fungsi dan tujuan pendidikan akhlaq ... 22

c.Metode pendidikan akhlaq ... 25

2. Akhlaq anak kepada orang tua ... 33

a.Akhlaq anak ketika orang tua masih hidup ... 37

b.Aklaq anak ketika orang tua sudah meninggal ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A . Jenis penelitian... 42

B . Teknik pengumpulan data... 42

C . Sumber data... 43

D . Teknik analisis data... . 44

BAB IV HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN A. Gambaran umum surat Al-Isra’ 1. Deskripsi Q.S Al-Isra’... 47

2. Pokok-pokok isi kandungan Q.S Al-Isra’ ... 48

B. Tafsir Q.S Al Isra’ ... 51

1 . Ayat dan terjemahan... 51

(13)

xiii

3 . Pendapat para ahli tafsir... ... 54

C. Analisis konsep pendidikan akhlaq anak kepada orang tua ... 62

D. Iterpretasi data ... 78

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup

2. Daftar SKK

3. Surat Pembimbing

(15)
(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi

manusia.Karena hal ini potensi dapat dididik dan mendidik ( Daradjat,

1996: 16 ) . Pendidikan dalam Islam berdasarkan pada al-Qur’an dan

hadist. Al-Qur’an sendiri sebagai sumber utama dalam pendidikan Islam

karena mengandung konsep yang berkenaan dengan kegiatan atau usaha

pendidikan. Secara garis besar, ajaran dalam al-Qur’an terdiri dari dua

prinsip, yaitu yang berhubungan dengan amal yang disebut syari’ah.

Keimanan merupakan keyakinan yang ada dalam hati manusia. Sedangkan

amal merupakan perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Allah,

diri sendiri, sesama dan lingkungan, serta dapat dikatakan bahwa amal

merupakan aktualisasi dari iman.

Manusia adalah makhluk yang sangat menarik, oleh karena itu

manusia menjadi sasaran studi sejak dahulu, kini dan kemudian hari.

Hampir semua lembaga pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan

dampak karyanya terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan

hidupnya. Pendidikan untuk memelihara dan membina hubungan baik

sesama manusia dengan mengembangkan cara dan gaya hidup yang

selaras dengan nilai dan norma yang disepakati bersama sesuai dengan

(17)

2

Dalam diri manusia terdapat sesuatu yang tidak ternilai harganya,

sebagai anugerah Allah yang diberikan kepada makhluk lainnya, yaitu

"akal". Sekiranya manusia tidak diberi akal niscaya keadaan dan perbuatan

akan samadengan hewan. Dengan adanya akal, segala anggota manusia,

gerak dan diamnya, semua berarti dan berharga. Islam merupakan agama

ilmu dan akal, sehingga sebelum Islam membebankan umatnya

memperoleh kepentingan dunia, Islam lebih dahulu mewajibkan untuk

mencerdaskan akal, sehinggahidup sejalan dengan semangat al-„adalah

(keadilan), al-haq (kebenaran), dan al mashalih

al-ammahataukemaslahatan umum (Husein, 2004: 36 ).

Melihat betapa pendidikan memegang peranan yang penting dalam

menentukan moral bangsa, maka tidak dapat disalahkan apabila

pendidikan yang gagal merupakan penyebab terjadinya dekadensi moral.

Pendidikan akhlak Islam diartikan sebagai latihan mental dan fisik yang

menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas

kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah.

Pendidikan akhlak Islam berarti juga menumbuhkan personalitas atau

kepribadian dan menanamkan tanggung jawab. Oleh karena itu, jika

berpredikat muslim benar-benar menjadi penganut agama yang baik

seharusnya menaati ajaran Islam dan menjaga agar rahmat Allah tetap

tercurahkan (Abdullah, 2007: 19).

Pendidikan akhlaq merupakan proses membimbing serta terdapat

(18)

3

membentuk hati nurani yang baik melalui suatu ajaran maupun

keteladanan seseorang. Namun dalam proses pendidikan akhlaq untuk

membentuk manusia dipengaruhioleh hal hal yang tidak hanya oleh

komponen-komponen yang ikut terlibat langsung dalam kegiatan

pendidikan akhlaq, seperti kurikulum, metode pengajaran, akan tetapi

faktor-faktor yang terdapat dalam diri anak, seperti keminatan, karakter

dan sifat-sifat bawaan termasuk di dalamnya tentang hereditas.

Anak merupakan dambaan bagi setiap orang tua,kehadirannya

sangat dinantikan setiap keluarga, sebagai penerus keturunan orang tua.

Disisi lainanak adalah amanah dan anugerah Allah SWT, sebagai orang

tua bertanggungjawab untuk merawat, mengasuh dan mendidiknya agar

menjadi insan kamil, insan yang bertaqwa kepada Allah SWT, sehat

jasmani, rohani dan bergunabagi keluarga dan masyarakat.Dalam

memperhatikan anak seharusnya dilihatsecara keseluruhannya, dari

pendidikannya, pergaulan, serta masa depannya. Dengan harapan sebagai

orang tua, anak mampu menjadi manusia yang bias bertanggung jawab apa

yang dilakukannya.

Ajaran pendidikan ini membahas tentang baik dan buruknya suatu

perbuatan. Oleh karena itu, dalam memberikan latihan mental maupun

fisik dalam melaksanakan suatu tugas sebagai manusia yang mempunyai

potensi untuk menumbuhkan kepribadian yang lebih baik, dengan cara

mendidik, kecerdasan berpikir baik dan memberikan latihan mengenai

(19)

4

berperan penting dalam daya pikirannya untuk memecahkan dan

menemukan suatu kehidupan menjadi lebih baik dan mengikuti

norma-norma yang ada.

Pendidikan akhlaq erat hubungannya dengan tanggapan hidup,

maka dari itu suatu latihan untuk membentuk suatu kebiasaan serta

memberikan teladan baik merupakan suatu keharusan cara pendidikan

akhlaq dalam praktik. Hal ini disebabkan pengaruh pembawaan dan

lingkungan dalam menentukan kepribadian yang baik saling terkait yang

tidak dapat dipisahkan. Pembawaan tidak dapat begitu saja diubah oleh

kondisi lingkungan dan tidak dapat diciptakan, lingkungan juga tidak

dapat lepas dari pengembangan pembawaan.Kurang adanya dukungan

kondisi pembawaan dan lingkungan akan berakibat kurang maksimalnya

suatu kepribadian yang baik dalam pendidikan etika.

Orang tua dan anak adalah satu ikatan dalam jiwa.Dalam

keterpisahan raga, jiwa mereka bersatu dalam ikatan keabadian.Tak

seorang pun dapat menceraiberaikannya.Ikatan itu dalam bentuk hubungan

emosional antara anak dan orang tua yang tercermin dalam perilaku

(Djamarah,2004:27) Meskipun suatu saat misalnya, ayah dan ibu mereka

sudah bercerai karena suatu sebab, tetapi hubungan emosional antara

orang tua dan anak tidak terputus. Sejahat-jahatnya ayah adalah tetap

orang tua yang harus dihormati.Lebih terhadap ibu yang telah melahirkan

(20)

5

antara orang tua dan anak, maka seorang anak tetap diwajibkan

menghormati orang tua sampai kapanpun.

Setiap orang tua yang memiliki anak selalu ingin memelihara,

membesarkan, dan mendidiknya.Seorang ibu yang telah melahirkan tanpa

ayahpun memiliki naluri untuk memelihara, membesarkan, dan

mendidiknya, meski terkadang harus menanggung beban malu yang

berkepanjangan. Sebab kehormatan keluarga salah satunya ditentukan oleh

bagaimana sikap dan perilaku anak dalam menjaga nama baik keluarga.

Lewat sikap dan perilaku anak nama baik keluarga dipertahankan. Seorang

anak menurut ajaran Islam diwajibkan berbuat baik kepada ibu dan

ayahnya, dalam kejadian bagaimanapun.Karena hal itu merupakan bentuk

akhlaq seorang anak terhadap orang tua yang telah berjasa besar

kepadanya. (Djatmika, 1996: 204).

Dalam kajian ini adalah al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 23-24 yang berbunyi :

(21)

6

dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu

kecil." (Q.S. Al Isra' : 23-24)

Ayat di atas mengandung perintah kewajiban untuk mengEsakan

AllahSWT, serta berbuat baik terhadap orang tua baik dari segi

perkataan,perbuatan dan perintahperkataan yang mulia kepada mereka. Ini

berbedadengan perkataan yang benar, meskipun apa yang disampaikan

benar namunperkataan mulia lebih utama dandiharapkan dalam

berkomunikasi kepadakedua orang tua. Hal ini menunjukkan suatu akhlak

kepada AllahSWT dan orang tua.Tentunya sangat disadari semua itu

ajakan bagi kaum muslimin dalam ibadah, mengikhlaskan diri,tidak

mempersekutukan-Nya danmemperlakukan sebaik mungkin sesuai anjuran

al-Qur’an terhadap orang tua (Quraish Shihab, 2005: 443).

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang

pertama dan utama. Dinamakan pertama karena dalam keluargalah seorang

anak pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan. Begitu juga

dikatakan utama, karena sebagian besar kehidupan anak dilalui dalam

keluarga(Hasbullah, 2005: 38). Di dalam keluarga inilah tempat

meletakkan dasar-dasar kepribadian anak pada usia dini, karena pada

usia-usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidiknya (Zuhairini,

1995: 177).

Kepribadian dapat terbentuk melalui semua pengalaman dan nilai -

nilai yang diserap dalam pertumbuhan dan perkembangannya,terutama

padatahun-tahun pertama dari umurnya.Apabila nilai-nilai agama banyak

(22)

7

orang tersebut akan banyak diarahkan dan dikendalikan oleh nilai-nilai

agama.

Disinilah letak pentingnya pengalaman dan pendidikan pada masa -

masa pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Betapapun

sederhananya pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga tetaplah

sangat berpengaruh pada pembentukan kepribadian anak. Karena dari

keluargalah pertumbuhan fisik dan mental anak dimulai. Bahkan dalam

Islam, sistem pendidikan keluarga ini dipandang sebagai penentumasa

depan anak (Halim,2003:86).

Kehadiran agama islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW

diyakini dapat menjamin dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia

yang sejahtera lahir dan batin. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis

dan progesif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi

kebutuhan material dan spiritual.

Al-Qur’an itulah yang menjadi landasan penegakan moral tersebut.

Keberadaan fungsi al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai

sumber ajaran Islam yang pertama, banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an yang

mengandung pelajaran yang bersifat pendidikan (Abdullah, 2006: 19).

Agama Islam adalah agama yang berpegang pada nilai akal. Dengan

diberlakukannya hujah-hujah atau dalil-dalil yang didasarkan pada akal

dalam menentukan hukum syari’at sehingga suatu ilmu yang didasari

(23)

8

Dari paparan di atas penulis merasa tertarik membahas masalah

tersebut. Maka, dalam hal ini penulis ingin membuat penelitian dengan

judul KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ ANAK TERHADAP

ORANG TUA ( Surat Al-Isro’ ayat 23-24 ).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanapendidikan akhlaq anak terhadap orang tua?

2. Bagaimana implementasi konsep pendidikan akhlaq anak terhadap

orang tua dalam surat al-isra’ ayat 23-24 dengan realita kehidupan

sekarang?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pendidikan akhlaq anak kepada orang tua.

2. Untuk mengetahui implementasi konsep pendidikan akhlaq anak

terhadap orang tua dalam surat al-isra’ ayat 23-24 dengan realita

kehidupan sekarang.

D. Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah pengertian dalam memahami judul

skripsi ini, maka penulismerasa perlu memberikan penjelasan beberapa

istilah yang terkandung dalam judul skripsi ini. Adapun judul skripsi ini

adalah “KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ ANAK

TERHADAPORANG TUA( Q. S al-Isra’ Ayat 23-24)

1. Konsep

Konsep adalah rancangan, ide atau pengertian yang

(24)

9

tentang suatu nilai terhadap pendidikan (Tim Penyusun Kamus Pusat

Bahasa, 2008:748).

2. Pendidikan Akhlaq

َقَلَخ

قُل ْخَي

Dalam kamus Al Munawwir berarti menciptakan,

membuat, memulai, menghasilkan, menimbulkan.

Akhlak adalah bagian yang membicarakan masalah baik dan

buruk dengan ukuran wahyu atau al-Qur’an dan hadits

Etika adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang persoalan baik

dan buruk berdasarkan akal pikiran manusia.

Moral adalah suatu hal yang berkenaan dengan baik dan

buruk dengan ukuran tradisi dan budaya yang dimiliki seseorang

atau sekelompok orang.

Jadi dalam hal ini moral dan etika itu termasuk dalam bagian

akhlak yang sangat berhubungan erat (Daud Ali, 2008).

3. Orang Tua

Orang tua adalah “setiap orang yang bertanggung jawab

dalam suatu keluarga atau rumah tangga yang dalam kehidupan

sehari-hari lazim disebut ibu –bapak” ( Nasution, 1985: 1).

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah suatu istilah untuk mengkaji bahan atau

literature kepustakaan (literature review). Bentuk kegiatan ini yaitu

(25)

10

atau ketentuan-ketentuan yang pernah diungkapkan dan diketemukan oleh

peneliti sebelumnya yang terkait dengan objek masalah yang hendak

dibahas. Adapun karya-karya yang mendukung dan dijadikan kajian

pustaka sebagai berikut:

Pertama, Penelitian yang ditulis oleh saudara Mustaghfirin tentang

pandangan Franz Magnis Suseno tentang Etika dan Relevansi dengan

Pendidikan Islam . Skripsi ini memaparkan tentang mengatur sikap

tingkah laku manusia terhadap dirinya, orang lain, sesama makhluk dan

Tuhan sebagai Maha Pencipta (Mustaghfirin, 2009).

Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh saudari Umi Munadzirah

tentang prinsip-prinsip pendidikan akhlak dan aktualisasinya dalam

pembinaan kepribadian muslim : kajian terhadap surat al-Hujurat 11-13

yang membahas tentang prinsip-prinsip pendidikan akhlak menurut surat

al-Hujurat ayat 11-13 dalam pembentukan kepribadian muslim

(Munadziroh, 2007).

Penelitian yang dikaji oleh penulis menfokuskan tentang

pendidikan etika yang berhubungan dengan adab sopan santun kepada

kedua orang tua yaitu dalam surat al-Isra’ ayat 23-24. Hal ini terkait

(26)

11

F. Kerangka Teoritik

1. Pendidikan Akhlaq Bagi Anak dan Orang Tua dalam Keluarga

Pendidikan akhlaq dapat direalisasikan dengan berbagai cara, baik

positif maupun negatif. Adapun cara positif dengan memberi teladan

yang baik, latihan untuk membentuk kebiasaan, memberi perintah,

memberi pujian,dan hadiah. Sedang cara negatif dengan memberikan

berbagai bentuk larangan, memberikan suatu teguran dan celaan serta

memberikan hukuman.Penilaian manusia tentang buruk dan baiknya

dapat dilihat dari perilakunya sehari-hari (Abdullah, 2006: 56).

Keluarga merupakan persekutuan terkecil dari masyarakat yang

luas,pangkal kedamaian dan ketentraman hidup terletak pada keluarga

yang dikepalai oleh kedua orang tua. Begitu pentingnya peranan yang

dimainkan oleh keluarga dalam mendidik anak-anaknya. Maka dalam

berbagai sumber bacaan mengenai kependidikan, keluarga selalu

disinggung dan diberi peran yang penting. Karena pada hakekatnya,

pembentukan kepribadian anak terjadi di lingkungan keluarga.

Sebagaimana dalam al-Qur’an dalam surat at-Tahrim ayat 6:

Artinya :”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

(27)

12

dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada

mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

Ayat di atas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus

bermula dari rumah. Hal ini ayah dan ibu mempunyai peran penting

dalam keluarga. Kedua orang tua bertanggung jawab terhadap

anak-anak dan juga pasangan masing-masing bertanggung jawab atas

kelakuannya. Ayah dan ibu tidak cukup untuk menciptakan satu rumah

tangga yang diliputi oleh nilai-nilai agama serta dinaungi oleh

hubungan yang harmonis (Quraish Shihab, 2002: 327).

2. Gambaran al-Qur’an Pendidikan Akhlaq bagi Anak terhadap

Orang Tua

Al-Qur’an telah menjelaskan pendidikan akhlaq bagi anak dan

orang tua dalam kehidupan. Hal ini dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat

23-24:

Artinya :” Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan

(28)

13

mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu

kecil”.

3. Konsep Pendidikan Akhlaq Anak Terhadap Orang Tua

Di dalam kehidupan keluarga orang tua merupakan cermin masa

depan anak-anaknya. Anak dan orang tua mempunyai kewajiban

masing-masing dalam keluarga. Anak berkewajiban untuk berbuat baik

serta menghormati dan menghargai orang tua dalam hidupnya. Sedang

orang tua mempunyai kewajiban dalam merawat, mendidik sehingga

terbentuknya kepribadian yang baik.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Kajian ini merupakan penelitian pustaka (library research) yaitu

menjadikan bahan pustaka sebagai sumber data utama. Data-data yang

terkait dalam penelitian ini dikumpulkan melalui studi pustaka atau

telaah,karena kajian berkaitan dengan pemahaman ayat al-Qur’an.

Pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan

metode mengkaji beberapa sumber buku pendidikan Islam sebagai

library research yaitu: penelitian kepustakaan (Hadi, 2001: 9).

Maksudnya dalam penelitian ini mencari nilai yang terkandung

dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 23-24 dari berbagai tafsir yang

(29)

14

maksud maupun kandungan yang ada dalam ayat tersebut sehingga

akan mempermudah dalam kajian ini.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini digolongkan

menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

Sumber data primer: sumber data yang diperoleh langsung dari

sumbernya (Surackhmat,1998:134). Dalam hal ini al-Qur’an dan tafsir

-tafsirnya surat al-Isra’ ayat 23-24,seperti tafsir al-Maraghi, tafsir Ibnu

Kastir, tafsir al-Qur’anul Majid an-Nuur, dan tafsir al-Misbah.

3. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis berusaha menjelaskan polauraian

yang signifikan terhadap analisis. Adapun metode yang digunakan

adalah Metode Mawdhu’i yaitu menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an

dengan menghimpun ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai maksud

yang sama dalam arti sama-sama membicarakan satu topik dan

menyusunnya berdasar kronologi, walaupun ayat-ayat tersebut cara

turunnya berbeda waktu, dan tempat turunnya (Budihardjo, 2012:

(30)

15

H. Sistematika Pembahasan

Penulisan karya ilmiah harus bersifat sistematis, di dalam

penulisan skripsi ini pun harus dibangun secara berkesinambungan. Dalam

penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang isinya adalah sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan ini berisi latar belakang, penegasan istilah,

rumusan masalah,tujuan penelitian, kajian pustaka, kerangka teoritik,

metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II Memaparkan tentang Landasan Teori yang meliputi kajian

pustaka dan tinjauan pustaka yang di dalamnya membahas tentang

pendidikan akhlak anak yang di dalamnya membahas pengertian dan dasar

pendidikan akhlak, fungsi dan tujuan pendidikan akhlak, metode

pendidikan akhlak yang meliputi metode teladan, kisah- kisah, nasihat,

pembiasaan, hukum dan ganjaran.

BAB III Bab ini meliputi: Metodologi penelitian yang meliputi

jenis penelitian, teknik pengumpulan data, sumber data, dan teknik analisis

data yang menggunakan metode maudhu’i.

BAB IV Bab empat merupakan bab analisis yang meliputi

pendidikan akhlaq bagi anak terhadap orang tua, pendidikan etika bagi

orang tua terhadap anak dan pendidikan etika bagi keduanya.

BAB V Bab lima merupakan rangkaian terakhir dari penulisan

(31)

16

BAB II

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ ANAK KEPADA ORANG TUA

A. Kajian Pustaka

Kajian Pustaka merupakan bagian penting dari suatu laporan

penelitian karna pada bagian ini diungkapkan teori-teori serta hasil- hasil

penelitian terdahulu yang pernah dilakukan pada topik yang sama atau

serupa (Wardani G.A.K, 2008 :5,8).

Berikut penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang

diambil oleh penulis:

1. Skripsi yang berjudul “ Pendidikan Akhlaq Dalam al-Qur‟an (Kajian

Surat Ad-Duha Ayat 9,10,11) “ karya Deden Indiarto Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga

Tahun 2007.

Dalam skripsi tersebut membahas tentang pendidikan ahklaq

yang terkandung dalam surat Ad-Duha ayat 9,10,11. Hasil

penelitiannya yaitu konsep pendidikan akhlaq dalam al-Qur’an adalah

bahwa tingkah laku atau perbuatan, dinilai baik dan buruk, terpuji dan

tercela, semata-mata karena syara’ (al-Qur’an dan as-Sunnah). Jadi

ukuran yang pasti dalam menilai baik dan buruk hanyalah al-Qur’an

dan as-Sunnah, karena al-Qur’an dan as-Sunnah tidak akan

(32)

17

2. Skripsi yang berjudul “Konsep Pendidikan Akhlaq Anak Dalam Tafsir

Ibnu Katsir Analisis Surat Al-Luqman” karya Ahmad Dumiati

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

Salatiga Tahun 2013.

Dalam skripsi tersebut membahas tentang berbagai akhlaq anak

yang terkandung dalam tafsir ibnu katsir analisis surat Al-Luqman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa akhlaq anak kepada orang tua

dalam surat Al-Luqman yaitu menghormati dan taat terhadap kedua

orang tua itu wajib dengan ketentuan tidak melanggar isyarat bahwa

kedua orang tua wajib dimulyakan kerena jasa-jasanya kepada anak

yang tak terhingga.

3. Skripsi yang berjudul “Pendidikan Akhlaq Dalam Kitab Al-Hikam

Karangan Syaikh Ibnu Athaillah Al-Syukandari” karya Mucharor

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

Salatiga Tahun 2014.

Dalam skripsi tersebut membahas tentang metode pendidikan

akhlak yang telah dikemukakan Syekh Ibnu Athaillahdapat dilakukan

dengan beberapa metode berikut, yaitu: metode teladan, metode

pemberian nasihat, metode cerita, metode perintah dan larangan. Dari

beberapa metode pendidikan akhlak yang telah dikemukakan, guru

atau pengajar memiliki fungsi sentral bagi tercapainya tujuan

(33)

18

pendidikan yang menekankan pada konsep rasional-intelegensi, tetapi

lebih kepada pembentukan perilaku siswa.

4. Skripsi yang berjudul “ Nilai-Nilai Pendidikan Akhlaq Dalam

al-Qur‟an (Kajian Tafsir Surat AL-Hujurat Ayat 11,12,dan 13)” karya

Jumico Randi Wirana Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut

Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2015.

Dalam skripsi tersebut membahas tentang pentingnya akhlaq dalam

kehidupan manusia yaang menjadi acuan dalam menentukan langkah

hidup manusia, yang menjadikan manusia bisa masuk kedalam surga

atau neraka, yang menjadikan manusia dihargai orang lain.

Dari beberapa skripsi yang sudah disebutkan diatas sudah banyak

sekali perbedaan dengan skripsi yang sedang penulis buat,

persamaannya yaitu sama-sama membahas tentang akhlaq akan tetapi

pengambilan ayat berbeda, penulis mengambil surat Al-Isra’ ayat 23

-24.

B. Kajian Teori

1. Pendidikan Akhlaq

a. Pengertian dan Dasar Pendidikan Akhlaq

Istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau

pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar

(34)

19

Pengertian pendidikan menurut Ahmad D. Marimba adalah

bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama (Hasbullah, 2009: 3).

Pengertian pendidikan menurut UU Nomor 2 Tahun 1989

adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya

di masa yang akan datang (Hasbullah, 2009: 4).

Pendidikan merupakan “usaha secara sengaja dari orang

dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke

kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung

jawab moral dalam segala perbuatannya”.Orang dewasa yang

dimaksud adalah orang tua si anak atau orang yang atas dasar tugas

dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik,

misalnya guru sekolah, pemuka agama dan sebagainya (Haryu

Islamuddin, 2012: 4).

Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk.Secara

etimologi akhlak artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku atau

tabiat. Sedangkan secara terminologi akhlak adalah ilmu yang

menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terbaik dan

tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin (

(35)

20

Imam al-Ghazali berkata “Akhlak ialah suatu sifat yang

tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul

perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan pikiran”

(Razak Nasirudin, 1973: 49)

Menurut definisi para ulama, akhlak adalah suatu sifat yang

tertanam dalam diri dengan kuat yang melahirkan perbuatan-

perbuatan dengan mudah, tanpa diawali berpikir panjang,

merenung dan memaksakan diri.Sedangkan sifat-sifat yang tak

tertanam kuat dalam diri, seperti kemarahan seorang yang asalnya

pemaaf, maka itu bukan akhlak.Demikian juga, sifat kuat yang

justru melahirkan perbuatan-perbuatan kejiwaan dengan sulit dan

berfikir panjang, seperti orang bakhil.Ia berusaha menjadi

dermawan ketika ingin dipandang orang. Jika demikian maka

tidaklah dapat dinamakan akhlak (Mahmud Halim, 2004: 34).

Pendidikan akhlak merupakan sub atau bagian pokok dari

materi pendidikan agama, karena sesungguhnya agama adalah

akhlak, sehingga kehadiran Rosulullah ke muka bumi pun dalam

rangka menyempurnakan akhlak manusia yang ketika itu mencapai

titik nadir (Juwariyah, 2010: 96).

Jadi, pendidikan akhlak adalah usaha sadar yang dilakukan

oleh seorang pendidik untuk mengarahkan pertumbuhan dan

perkembangan seseorang dengan segala potensinya untuk memiliki

(36)

21

yang baik pada seorang anak didik, sehingga terbentuk manusia

yang taat kepada Allah.

Dalam melaksanakan pendidikan akhlak tersebut, kita harus

mempunyai dasar yang dijadikan pijakan dalam pengaplikasian

pendidikan akhlak itu sendiri.

Antara Islam dan akhlak adalah sesuatu yang tidak

terpisahkan. Seseorang yang baik keislamannya pasti dia akan baik

pula akhlaknya. Namun, seseorang yang buruk keislamannya pasti

akan buruk pula akhlaknya. Oleh karena itu antara Islam dan

akhlak adalah suatu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Hal itu

karena gambaran Islam yang sebenarnya adalah pribadi Rosulullah

yang Allah telah memuji beliau dengan firmanNya:

Demikian besar kedudukan akhlak di dalam Islam sehingga

selayaknya setiap muslim bersemangat untuk mempelajari dan

berhias dengannya.

Terlebih lagi itu merupakan sikap meneladani Rosulullah

(37)

22

Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak

menyebut Allah”.(Q.S Al-Ahzab:21).

Adapun hadits merupakan sumber dan pedoman umat Islam

setelah al-Qur’an, dalam hadits juga diterangkan tentang

pendidikan akhlak.

b. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Akhlaq

Pendidikan agama berkaitan dengan pendidikan akhlak,

tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam

pengertian Islam adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari

pendidikan agama.Sebab yang baik adalah yang dianggap baik

oleh agama dan yang buruk adalah yang dianggap buruk oleh

agama, sehingga nilai- nilai akhlak, keutamaan- keutamaan akhlak

dalam masyarakat Islam adalah akhlak dan keutamaan yang

diajarkan oleh agama, sehingga seorang muslim tidak sempurna

agamanya kecuali akhlakna menjadi baik. Hampir-hampir sepakat

fiilsuf filsuf pendidikan Islam, bahwa pendidikan akhlak adalah

jiwa pendidikan Islam. Sebab tujuan tertinggi pendidikan Islam

adalah mendidik jiwa dan akhlak ( Ahid Nur, 2012: 142).

Para ahli berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam

(38)

23

agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di

jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah. Inilah

yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan di dunia

dan di akhirat. Akhlak mulia merupakan tujuan pokok dalam

pendidikan akhlak Islam ini. Akhlak seseorang akan dianggap

mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung

dalam al-Qur’an (Mahmud Hakim, 2004: 159).

Pendidikan akhlak Islam mempunyai pengaruh efektif

dalam setiap amal perbuatan manusia yang dilakukan oleh orang

muslim. Ia dapat berpengaruh pada keimanan, keislaman dan

kebaikan yang dilakukan setiap muslim. Disampung itu,

pendidikan akhlak akan dapat mempengaruhi seseorang dalam

melaksanakan amar ma‟ruf dan nahi munkar serta dalam jihadnya

di jalan Allah. Hal itu dikarenakan semua amal kebaikan tidak

akan mencapai kesempurnaan dan tidak akan diterima di sisi Allah,

kecuali diiringi dengan keikhlasan dan kebenaran, serta

berdasarkan tuntunan Nabi Muhammad. Jadi, nilai- nilai akhlak

yang diajarkan Islam dimaksudkan agar manusia melakukan amal

perbuatannya secara benar (Mahmud Hakim, 2004: 168).

Orang yang berakhlak akan mencapai ketentraman dan

kebahagiaan dalam hidupnya. Ketentraman dan kebahagiaan hidup

seseorang tidak ditentukan oleh harta, kepandaian atau jabatannya.

(39)

24

hidup miskin dan tidak berpendidikan, InsyaAllah dia pun akan

memperoleh kebahagiaan.

Islam menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak

mulia. Akhlak yang mulia ini sangat ditekankan karena disamping

akan membawa kebahagiaan bagi individu, juga sekaligus

membawa kebahagiaan bagi masyarakat pada umumnya. Dengan

kata lain, bahwa akhlak utama yang ditampilkan seseorang,

tujuannya adalah untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Orang yang selalu menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia

maka ia akan memperoleh kehidupan yang baik serta mendapatkan

pahala yang berlipat ganda dan akan dimasukan kedalam surga.

Dalam al-Qur’an Alloh berfirman :

Artinya :”Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. [839] Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman (Q.S An-Nahl :97).

c. Metode Pendidikan Akhlaq

Metode berasal dari bahasa Latin meta yang berarti melalui,

(40)

25

metode disebut Thoriqoh artinya jalan, cara, sistem atau ketertiban

dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut istilah ialah suatu

sistem atau cara yang mengatur suatu cita- cita (Uhbiyati Nur, 2002:

163).

Menurut Muhammad Fuad Abd al- Baqy di dalam Al-

Qur’an kata at-thoriqoh diulang sebanyak sembilan kali. Kata ini

terkadang dihubungkan dengan obyeknya yang dituju oleh

at-thoriqoh, seperti neraka, sehingga menjadi jalan menuju neraka.

Dengan demikian metode dapat berarti cara atau jalan yang

harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu, ada pula yang

mengatakan bahwa metode adalah suatu saran untuk menemukan,

menguji, dan menyusun, data yang diperlukan bagi pengembangan

disiplin ilmu tersebut. Ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa

metode sebenarnya berarti jalan untuk mencapai tujuan (Nata

Abudin, 2005: 143).

Selanjutnya jika kata metode tersebut dikaitkan dengan

pendidikan Islam, dapat membawa arti metode sebagai jalan untuk

menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga

terlihat dalam pribadi obyek sasaran, yaitu pribadi islami. Selain

itu, metode dapat pula membawa arti sebagai cara untuk

memahami, menggali dan mengembangkan ajaran Islam untuk

(41)

26

pengertian- pengertian metode yang dapat dipahami dari berbagai

pendapat yang dibuat para ahli (Nata Abudin, 2005: 144).

al-Qur’an sebagai landasan utama menawarkan berbagai

pendekatan dan metode dalam pendidikan, yakni dalam

menyampaikan materi pendidikan. Metode tersebut antara lain:

1) Metode Teladan

Maksudnya adalah suatu metode pendidikan dan

pengajaran dengan cara pendidik memberikan contoh teladan

yang baik kepada anak agar ditiru dan dilaksanakan.

Di dalam al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21 menegaskan

pentingnya contoh teladan dan pergaulan yang baik dalam

usaha membentuk kepribadian anak, yaitu dengan mempelajari

tindak- tanduk Rosulullah, dan menjadikannya sebagai contoh

utama (Ilyas Asnelly, 1998: 38).

Muhammad Qutbh, misalnya mengisyaratkan bahwa di

dalam diri Nabi Muhammad, Allah menyusun bentuk yang

sempurna metodologi Islam, suatu bentuk yang hidup dan

abadi sepanjang sejarah masih berlangsung. Metode ini

dianggap penting karena aspek agama yang terpenting adalah

akhlak yang termasuk dalam kawasan efektif yang terwujud

dalam bentuk tingkah laku (Nata Abudin, 2005: 147).

Dalam kehidupan keluarga yang menjadi suri tauladan bagi

(42)

27

sebagai tokoh yang perlu mereka tiru dalam kehidupannya,

sehingga orang tua harus menata perilakunya karena anak akan

cenderung meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya.

2) Metode Kisah

Kisah memiliki peranan besar dalam memperkokoh ingatan

anak dan kesadaran berfikir, menempati pusat cara berfikir

yang mempengaruhi akal seorang anak. al-Qur’an sudah

menyediakan kisah- kisah terbaik yang dapat menanamkan

akhlak dan budi pekerti yang luhur pada anak, dan berfaedah

untuk bisa menjadi ibrah dan nasehat.

Allah berfirman:

Artinya:”Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al- Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum

yang beriman” (Q.S Yusuf : 111).

Metode mendidik akhlak melalui kisah akan memberi

kesempatan bagi anak untuk berfikir, merasakan, merenungi

kisah tersebut, sehingga seolah ia ikut berperan dalam kisah

tersebut. Adanya keterkaitan emosi anak terhadap kisah akan

(43)

28

berakhlak baik, dan berusaha meninggalkan perilaku

tokoh-tokoh berakhlak buruk.

3) Metode Nasihat

Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh

kata- kata yang didengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap

oleh karena itu kata- kata harus diulang- ulangi. Nasihat yang

berpengaruh membuka jalannya ke dalam jiwa secara langsung

melalui perasaan. Nasihat yang disampaikannya ini selalu

disertai dengan panutan atau teladan dari si pemberi atau

penyapai nasihat itu. Ini menunjukan bahwa antara satu metode

yakni nasehat dengan metode lain yang dalam hal ini

keteladanan bersifat saling melengkapi (Nata Abudin, 2005:

150).

Al-Qur’an sendiri penuh berisi nasehat- nasehat dan tuntunan- tuntunan, Allah berfirman:

Artinya:”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan

amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu

menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi

pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah

adalah Maha mendengar lagi Maha melihat” (An-Nisa‟ :58).

(44)

29

4) Metode Pembiasaan

Cara lain yang digunakan oleh al-Qur’an dalam

memberikan materi pendidikan adalah melalui kebiasaan yang

dilakukan secara bertahap. Dalam hal ini termasuk merubah

kebiasaan-kebiasaan yang negatif. al-Qur’an menjadikan

kebiasaan itu menjadi salah satu teknik atau metode

pendidikan.

Al-Ghazali dalam kitab monumentalnya Ihya‟ Ulumuddin

mengatakan:

anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya, hatinya bersih bagaikan mutiara yang kemilau sunyi dari lukisan dan gambar. Ia akan menerima setiap lukisan yang digoreskan kepadanya dan cenderung kearah mana saja ia diarahkan. Jika dibiasakan kepada yang baik dan diajarkannya kebaikan itu maka ia akan tumbuh dalam kebaikan dan menjadi bahagia dunia akhirat dan kedua orang tuanya serata guru dan pembimbingnya akan turut menikmati pahalanya. Dan jika dibiasakan kepada yang jelek- jelek dan diabaikannya sebagaimana mengabaikan hewan peliharaan, maka dia akan celaka dan binasa, dan dosanya akan meliputi kedua orang tua dan para pengasuhnya

pola”.

Maksud dari perkataan Al-Ghazali memperjelas kedudukan

metode pembiasaan bagi perbaikan dan pembentuakan akhlak

melalui pembiasaan, dengan demikian pembiasaan yang

dilakukan sejak diniakan berdampak besar terhadap akhlak

anak ketika mereka telah dewasa. Sebab pembiasan yang telah

(45)

30

kebiasaan yang tidak dapat dirubah dengan mudah. Dengan

demikian metode pembiasaan sangat baik dalam rangka

mendidik akhlak anak (Juwariyah, 2010: 71).

Pembiasaaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara

berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi

kebiasaan.Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman, yang

dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan. Pembiasaan

menempatkan manusia sebagai sesuatu yang istimewa, yang

dapat menghemat kekuatan, karena akan menjadi kebiasaan

yang melekat dan spontan, agar kekuatan itu dapat

dipergunakan untuk berbagai kegiatan dalam setiap pekerjaan,

dan aktivitas lainnya. Pembiasaan dalam pendidikan hendaknya

dimulai sedini mungkin.Rosulullah memerintahkan kepada

orang tua, dalam hal ini para pendidik agar mereka menyuruh

anak-anak mengerjakan shalat, taakala mereka berumur tujuh

tahun (Mulyasa E, 2012: 166).

Akan halnya dengan persoalan mendidik anak tersebut

maka suatu kaidah ushuliyah mengatakan bahwa manusia itu

adalah anak kebiasaannya, sehingga sebagai anak dia akan

selalu mengikuti induknya yaitu kebiasaan,karena itu seperti

kebisaan-kebiasaan yang ditanamkan kedua orang tua dan para

pembimbingnya waktu kecil itulah anak akan menjadi,

(46)

31

membimbingnya membiasakan dengan pendidikan atau hal-hal

yang baik, maka akan seperti itulah dia anak menjadi, dan

demikian sebaliknya (Juwariyah, 2010: 72).

5) Metode Hukuman dan Ganjaran

Hadiah dan hukuman merupakan salah satu metode yang

sangat diperlukan dalam proses pendidikan.

Muhammad Qutbh mangatakan: Bila teladan dan nasehat

tidak mampu, maka pada waktu itu harus diadakan tindakan

tegas yang dapat meletakan persoalan di tempat yang benar.

Tindakan tegas itu adalah hukuman (Nata Abudin, 2005: 155).

Berkaitan denagn metode hukuman ini, sebagaimana firman Allah :

(47)

32

terhadap mereka. tempat mereka ialah Jahannam. dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan Perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam

dan mengingini apa yang mereka tidak dapat

mencapainya[650], dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi.[650] Maksudnya: mereka ingin membunuh Nabi Muhammad s.a.w (Q.S At-Taubah

:73-74)

Sedangkan dengan metode hadiah atau ganjaran, Allah

berfirman dalam Q.S. Hud ayat 10-11 :

Artinya:”dan jika Kami rasakan kepadanya kebahagiaan

sesudah bencana yang menimpanya, niscaya Dia akan berkata: "Telah hilang bencana-bencana itu daripadaku"; Sesungguhnya Dia sangat gembira lagi bangga, Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar (Q.S Hud :10-11).

Dari ayat-ayat tersebut, bahwa masalah pahala diakui

keberadaannya dalam rangka pembinaan umat. Sedangkan

(48)

33

pahala diberikan kepada orang yang beriman disertai dengan

amal dan akhlak yang mulia.

Dengan demikian, keberadaan hukuman dan ganjaran

diakui dalam Islam dan digunakan dalam rangka pembinaan

umat manusia melalui kegiatan pendidikan. Hukuman dan

ganjaran ini diberlakukan kepada sasaran pembinaan yang

lebih bersifat khusus. Hukuman untuk orang yang melanggar

dan berbuat jahat, sedangkan pahala untuk orang yang patuh

dan menunjukan perbuatan baik (Nata Abudin, 2005:

157-158).

2. Akhlaq Anak Kepada Orang Tua

Dalam ajaran Islam kita sering sekali mendengar tentang berbakti

kepada orang tua yang disebut bir-al-walidain.Islam menjadikan

berbakti kepada kedua orang tua sebagai sebuah kewajiban yang

sangat besar.Salah satu ajaran paling penting setelah ajaran Tauhid

adalah berbakti kepada kedua orang tua.Bahkan, menurut pendapat

banyak ulama, ajaran berbakti kepada kedua orang tua ini menempati

urutan kedua setelah ajaran menyembah kepada Allah.Setiap anak

punya kewajiban untuk memperlakukan orang tuanya dengan mulia

dan menghormatinya.

Orang tua adalah penyebab perwujudan kita. Kalaulah mereka itu

(49)

34

itu disertai dengan kebaikan dan kenikmatan yang tak terhingga

banyaknya dan berbagi rizki yang kita peroleh dan kedudukan yang

kita raih.Orang tua sering kali mengerahkan segenap jerih paya mereka

untuk menghindarkan bahaya dari diri kita.Mereka bersedia kurang

tidur agar kita bisa beristirahat.Mereka memberikan

kesenangan-kesenangan kepada kita yang tidak bisa kita raih sendiri.Mereka

memikul berbagai penderitaan dan mesti berkorban dalam bentuk yang

sulit kita bayangkan.

Dengan demikian, menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk

kepada mereka tidak mungkin terjadi kecuali dari jiwa yang kotor.

Sebab, seandainya seseorang tahu bahwa kebaikan dan petunjuk Allah

mempunyai peranan yang sangat besar, tentunya siapa tahu pula

bagaimana harus berbuat baik kepada orang yang semestinya

diperlakukan dengan baik, bersikap mulia terhadap orang yang telah

membimbing, berterima kasih kepada orang yang telah memberikan

kenikmatan sebelum dia sendiri bisa mendapatkannya, dan yang telah

melimpahinya dengan berbagai kebaikan yang tak mungkin bisa di

balas. Orang tua adalah orang yang bersedia berkorban demi anaknya,

tanpa memperdulikan apa balasan yang akan diterimanya.

Dalam banyak ayat al-Qur’an, Allah sering mengaitkan antara

perintah untuk beribadah kepada-Nya dengan perintah untuk berbakti

dan berbuat baik kepada kedua orang tua dengan cara memperlakukan

(50)

35

karena kedudukan mereka berdua di bawah kedudukan Allah, yang

merupakan sebab hakiki (yang sesungguhnya) dari keberadaan

manusia (di muka bumi). Adapun mereka berdua (kedua orang tua)

hanyalah merupakan sebab zhahiri ( yang nampak dari keberadaan

anak- anak), di mana mereka berdua akan mendidik mereka dalam

suasana yang penuh dengan cinta, kelembutan, kasih sayang, dan sikap

mengutamakan anak dari pada diri mereka berdua. Oleh karena itu,

diantara sikap yang menunjukan kesetiaan dan muru’ah seorang anak

adalah membalas kebaikan mereka berdua itu, dengan cara yang baik

dan akhlak yang disenangi maupun dengan memberikan bantuan

berupa materi yang jika mereka berdua memang membutuhkannya dan

jika sang anak memang mampu melakukan hal tersebut (Al-Faham

Muhammad, 2006: 134-135).

Demikianlah, Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya tentang

faktor yang menyebabkan kita harus berbakti kepada orang tua.Faktor

tersebut merupakan faktor penyebab yang paling penting dan paling

agung.

Dalam al-Qur’an Allah berfirman :

Artinya :”Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)

(51)

36

orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.[1180] Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun (Q.S Luqman :14).

Dari ayat tersebut dijelaskan tentang pengorbanan besar orang tua

kepada anak terutama ibu.Dari semenjak awal bulan kehamilan dan

menjelang kelahiranya anak dijaga keselamatannya dengan taruhan

nyawa.Belaian kasih sayangnya memanjakan kita dan do’a nya selalu

menyertai anaknya.Dan karena itulah Allah mewasiatkan kepada seluruh

manusia agar berbuat baik kepada ibunya.

Seorang ibu merawat jasmani dan rohani anaknya sejak kecil

secara langsung, begitu pula ayahnya.Seorang bapak mencari nafkah untuk

anaknya, membesarkan, mendidik dan menyekolahkan anaknya.

Sedangkan ibu, juga sangat berperan mulai dari mengandung sampai masa

muhariq (masa dapat membedakan mana yang baik dan buruk), seorang

ibu sangat berperan, maka setelah mulai memasuki masa belajar, ayah

lebih tampak kewajibannya, mendidik dan mempertumbuhkan anaknya

menjadi dewasa, namun apabila dibandingkan antara berat tugas ibu

dengan ayah, mulai mengandung sampai dewasa dan sebagaimana

perasaan ibu dan ayah terhadap putranya, maka secara perbandingan,

tidaklah keliru apabila dikatakan lebih berat tugas ibu dari pada tugas

ayah.

Banyak sekali yang tidak bisa dilakukan oleh seorang ayah

terhadap anaknya, yang hanya seorang ibu saja yang dapat mengatasinya

(52)

37

ibu.Inilah maka penghargaan kepada ibunya. Walaupun bukan berarti

ayahnya tidak dimuliakan, melainkan hendaknya mendahulukan ibu

daripada mendahulukan ayahnya dalam cara memuliakan orang tua.

a. Akhlaq Anak Ketika Orang Tua Masih Hidup

Orang tua (ibu dan bapak) adalah orang secara jasmani menjadi

asal keturunan anak.Jadi anak adalah keturunan dari orang tuanya dan

darahnya adalah juga mengalir darah orang tuanya. Seorang anak

kandung merupakan bagian dari darah dan daging orang tuanya,

sehingga apa yang dirasakaan oleh anaknya juga dirasakan oleh orang

tuanya dan demikian sebaliknya.

Itu pula sebabnya secara kudrati, setiap orang tua menyayangi dan

mencintai anaknya sebagai mana ia menyayangi dan mencintai dirinya

sendiri. Kasih dan sayang ini mulai dicurahkan sepenuhnya terutama

oleh ibu, semenjak anak masih dalam kandungan sampai ia lahir dan

menyusui bahkan sampai tua (M.Ramli, 2003: 144-145)

Kita sebagai Muslim yang baik tentunya memiliki kewajiban untuk

berbakti kepada orang tua kita, baik ibu maupun ayah.Agama Islam

mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan

taat kepada ibu bapak.Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah

sikap dan perbuatan yang terpuji. Ada banyak cara untuk berbakti dan

(53)

38

1) Patuh : mematuhi perintah orang tua kecuali dalam maksiat tidak

wajib dipatuhi. Orang tua pun harus menyadari keinginan anak,

dan jangan memaksakan kehendak kepada anak

2) Berbuat baik

3) Berkata lemah lembut, jangan menghardik

4) Mendoakan orang tua agar selamat dunia akhiratMengutamakan

kepentingan orang tua dari kepentingan masyarakat ( Ahmad

Sudirman, 2009: 104)

5) Memuliakan keduanya dan memberikan apa yang diminta oleh

keduanya

6) Memelihara kehormatan, kemuliaan, dan hak- hak keduanya

7) Melakukan hal- hal yang dapat membahagiakan keduanya tanpa

harus diperintah terlebih dahulu

8) Memenuhi panggilan keduanya dengan segera

Berbakti kepada kedua orang tua, besar pengaruhnya terhadap

kehidupan manusia di dunia dan diakhirat. Oleh karena itu, Rosulullah

menetapkan rambu- rambu dan menjelaskan pengaruhnya terhadap

kehidupan seorang muslim. Jika ditunaikan dengan baik tidak hanya

bermanfaat untuk dirinya, bahkan untuk seluruh masyarakat (Ibnu

Abdul Hafidz, 2012: 106-107).

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa segala sesuatu

yang diperintahkan oleh Allah itu pasti mempunyai hikmah.Begitu

(54)

39

orang tuanya dengan penuh kebaktian. Allah memerintahkan kepada

setiap anak untuk berbakti kepada orang tuanya karena Allah akan

memberikan berbagai balasan atas kebaktian yang dilakukan anak

kepada orang tuanya dengan berbagai kenikmatan yang tiada tara.

Allah telah menjanjikan orang-orang yang berbakti kepada kedua

orang tuanya dengan kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat dan

(d) Anak dan cucunya akan berbakti kepadanya

(e) Dicintai keluarga dan tetangganya

(f) Dijauhkan dari mati dalam keburukan

(g) Dipuji oleh manusia dan mereka akan berterimakasih

kepadanya

(h) Allah akan meridhainya

2. Pahala Akhirat

(a) Berbakti adalah penyebab utama masuk surga

(b) Dimasukkan surga dengan orang-orang yang pertama kali

dimasukan surga

(55)

40

b. Akhlaq Anak Ketika Orang Tua Sudah Meninggal

Sebesar apapun kebaikan yang dilakukan oleh anak tak akan

pernah mampu untuk membalas semua jasa- jasa dan pengorbanan

yang diberikan dari orang tua. Atas dasar itu, antara lain yang

menyebabkan seorang anak harus berbakti kepada orang tua, bukan

saja saat keduanya masih hidup, tetapi kebaktian anak itu harus lanjut

sampai kedua orang tuanya meninggal.

Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk berbakti kepada orang

tua yang telah meninggal adalah sebagai berikut:

1) Mengerjakan shalat jenazah dan segala rangkaiannya seperti

memandikan, mengkafani dan sebagainya.

2) Berdoa untuk almarhum, memohonkan ampun kepada Allah atas

segala dosa- dosanya, terutama setelah menjalankan shalat fardhu.

Seorang ayah atau ibu yang sudah meninggal dunia masih

memiliki hak mendapatkan limpahan pahala dari do’a yang

disampaikan anaknya.Hal ini juga mengandung arti bahwa anak

memiliki kewajiban mendo’akan orang tuanya yang sudah

meninggal.Dalam ajaran tasawuf, dikatakan, do’a yang paling

besar kemungkinan diterima Allah adalah do’a seorang anak untuk

(56)

41

kepada orang tuanya merupakan salah satu amal perbuatan yang

pahalanya tidak akan terputus.

3) Melaksanakan janji, nadzar, dan sebagainya yang dibuat oleh al-

marhum.

4) Menjalin hubungan dan menghormati orang- orang yang dulunya

menjadi sahabat karib al-marhum.

5) Memberi pertolongan kepada keluarga yang dulunya hidup

(57)

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian

kualitatif, artinya jenis penelitian yang temuan-temuannnya tidak

diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.

Selanjutnya, penelitian kualitatif dipilih karena kemantapan peneliti

berdasarkan pengalaman penelitiannya dan metode kualitatif dapat

memberikan rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit

diungkapkan oleh metode kuantitatif( Afifudin, 2012: 56-57).

B. Teknik Pengumpulan Data

Kajian ini merupakan penelitian pustaka( library research) yaitu

menjadikan bahan pustaka sebagai sumber data utama. Data-data yang

terkait dalam penelitian ini dikumpulkan melalui studi pustaka atau telaah,

karena kajian berkaitan dengan pemahaman ayat al-Qur’an. Pengumpulan

data dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode mengkaji

beberapa sumber buku pendidikan Islam sebagai library research yaitu:

penelitian kepustakaan. Maksudnya dalam penelitian ini mencari nilai

yang terkandung dalam al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 23-24 dari berbagai

tafsir yang merupakan interpretasi dari para mufassir dalam memahami isi,

maksud maupun kandungan yang ada dalam ayat tersebut sehingga akan

(58)

43

C. Sumber Data

Adapun sumber data pada penelitian ini, penulis menggunakan 2

jenis sumber data, yaitu:

1. Sumber Data Primer.

Sumber data primer atau data tangan pertama adalah data yang

diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat

pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai

sumber informasi yang dicari (Azwar, 2010: 91).

Dalam hal ini yang menjadi sumber data primer adalah al-Qur’an

dan tafsir-tafsirnya surat Al-Isra’ ayat 23-24,seperti tafsir

Al-Maraghi,tafsir Al-Misbah dan kitab-kitab yang lain.

2. Sumber Data Sekunder.

Sumber data sekunder yaitu data yang tidak langsung berkaitan

dengan tema pokok bahasan penelitian atau data yang diusahakan

sendiri pengumpulannya oleh peneliti.Sumber sekunder ini biasa

sering disebut dengan data penunjang yang dapat diperoleh dari skipsi,

catatan buku, dokumen, agenda, dan lain-lain.Adapun sumber

sekundernya adalah buku- buku pendidikan yang relevan dengan

(59)

44

D. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode di bawah

ini:

1. MetodeMaudhu‟i

Metode maudhu‟iatau metode tematik yaitu menghimpun ayat-

ayat al-Qur’an dari berbagai surah yang berbicara tentang topik

tersebut, untuk kemudian dikaitkan satu dengan lainnya, sehingga pada

akhirnya diambil kesimpulan menyeluruh tentang masalah tersebut

menurut pandangan al- Qur’an (Quraish Shihab, 2013: 175).

Dalam metode ini, langkah- langkah yang ditempuh sebagaimana

diungkap oleh M. Quraish Shihab, adalah:

a. Menetapkan masalah yang akan dibahas( topik);

b. Menghimpun ayat- ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut;

c. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya disertai

pengetahuan tentang sebab turun ayat(asbabul nuzul) jika memang

ada.

d. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam surahnya masing-

masing.

e. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna(out-line).

f. Melengkapi pembahasan dengan hadits-hadits yang relevan dengan

(60)

45

g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan

menghimpun ayat-ayat yang mempunyai pengertian sama, atau

mengompromikan antara yang umum dengan yang khusus, mutlak

dan terkait atau yang pada lahirnnya bertentangan sehingga

kesemuanya bertemu dalam satu muara, tanpa perbedaan atau

pemaksaan (Quraish Shihab, 2013: 176).

2. Metode Deduktif

Metode deduktif adalah metode pembahasan yang berangkat dari

pengetahuan yang sifatnya umum kemudian ditarik ke peristiwa khusus

(Lexy J Moleong, 2010: 176)

Teks al-Qur’an yang akan dianalisis adalah al-Qur’an surat Al-Isra’

ayat 23 dan 24. Adapun langkah- langkah yang akan penulis lakukan

untuk mengumpulkan data yang relevan adalah:

a. Menafsirkan Q.S Al-Isra’ ayat 23-24 dengan menggunakan

tafsir al-Qur’an

b. Menganalisis dan mengonsentrasikan pokok-pokok pendidikan

akhlak yang terdapat dalam Q.S Al-Isra’ ayat 23 dan 24 ke

dalam suatu kajian yang terfokus pada anak sebagai sasaran

utama

c. Menyimpulkan hasil penelitian yang dapat dipertanggung

(61)

46

3 . Metode Induktif

Metode induktif atau pola induksi merupakan suatu pola berfikir

yang menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus

yang bersifat individual. Pola penalaran induktif dimulai dengan

mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup

yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi dan diakhiri

dengan penyimpulan yang bersifat umum (Sukandarrumidi, 2006: 38)

adalah cara berfikir yang berlandaskan pada pengetahuan atau

fakta yang khusus dan konkret, kemudian ditarik generalisasi yang

bersifat umum.Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori

Referensi

Dokumen terkait

cenderung dipengaruhi oleh faktor psycho-biography nya yang dibesarkan oleh lingkungan militer sehingga membentuk pribadinya disiplin dan tegas, ini pun tampak

Sistem informasi penggajian dan penilaian kinerja pada SMK Taman Siswa sangat penting untuk dikembangkan untuk memperbaiki sistem yang ada, dengan dibangunnya

Gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup insang tetap menempel pada tubuh mengakibatkan rongga mulut bertambah besar, sebaliknya celah belakang insang tertutup.

Terjadi perbaikan yang optimal, dalam kemampuan membedakan konsep berat ringan pada anak meningkat,.

Terkadang saya merasa malas untuk makan ketika bersama dengan teman – teman sekantor yang masih lama untuk pensiun.. Ketika pensiun nanti, saya percaya keluarga

Hasil analisis menggunakan koefisien determinasi (R 2 ) bahwa nilai adjusted R square sebesar 0.607 yang berarti kontribusi dari ketiga variabel bebas (Efektivitas

Daripada keputusan yang diperolehi dari nilai purata ini, didapati ralat multipath lebih memberi kesan kepada pengukuran julat pseudo untuk frekuensi pembawa L 2 berbanding

The research is focused on the development a tool for converting IOTNE into IOTED and apply the tool to obtain EDM in the Indonesian industrial sector based on the 2008