• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI S2 KESEHATAN MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROGRAM STUDI S2 KESEHATAN MASYARAKAT"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENULISAN ILMIAH

PROPOSAL MINI

Disusun oleh :

RESTU MAULANA NIM : 1713101004

DOSEN PEMBIMBING : Ns, SILVIA, M.Biomed

PROGRAM STUDI S2 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES FORT DE KOCK BUKITTINGGI

(2)

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

. Tercapainya tujuan organisasi hanya dapat dicapai melalui kinerja yang positif

daripegawainya, sebaliknya organisasi akan menghadapi hambatan dalam

pencapaiantujuan manakala kinerja para pegawai tidak efektif dalam arti tidak

dapatmemenuhi tuntutan pekerjaan yang dinginkan oleh organisasi (Achmad, 2009).

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada

pasal 1 ayat 10, kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang

mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar

yang ditetapkan.

Selain kompetensi pegawai, motivasi juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kinerja pegawai. Menurut French dan Raven dalam Barus (2013),

motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk menunjukkan perilaku tertentu.

Salah satu hal yang bisa dijadikan motivasi oleh para pegawai ialah, adanya pemberian

insentif ataupun penghargaan jika seorang pegawai memiliki kinerja yang baik. Namun

jika berkurangnya pemberian motivasi bisa menyebabkan penurunan kinerja yang

menghambat tercapainya tujuan organisasi.

Lingkungan kerja yang baik dapat mendukung pelaksanaan kerja sehingga

pegawai memiliki semangat bekerja dan ikut mendorong motivasi kerja dirinya. Semakin

nyaman lingkungan kerja maka akan semakin meningkat kinerja pegawai (Nunung

Rostiana:2012).

Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan kinerja pegawai telah

dilakukan antara lain penelitian yang dilakukan oleh Nova S Aritonang (2010)

(3)

terhadap kinerja pegawai secara positif dan signifikan. Penelitian lain yang dilakukan

oleh Ahmad Fajri (2007) menyatakan bahwa kompetensi, budaya organisasi dan iklim

organisasi serta motivasi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja pegawai.

Kemudian penelitian yang dilakukan Susetyo Darmanto (2014) membuktikan bahwa

kompetensi kerja, motivasi kerja dan lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja.

Berdasarkan observasi dilapangan yang mana penulis langsung mengamati dan

berinteraksi karena penulis kesehariannya bekerja di lingkungan rumah sakit umum

daerah kota sawahlunto belum adanya pemetaan utntuk pengadaan pelatihan khusus,

pembagian kerja yang kurang jelas, masih sempitnya peluang berkarir bagi perawat dan

sarana dan prasarana yang kurang memadai di RSUD sawahlunto

Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan kinerja pegawai telah

dilakukan antara lain penelitian yang dilakukan oleh Nova S Aritonang (2010)

menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh kompetensi pegawai dan budaya organisasi

terhadap kinerja pegawai secara positif dan signifikan. Penelitian lain yang dilakukan

oleh Ahmad Fajri (2007) menyatakan bahwa kompetensi, budaya organisasi dan iklim

organisasi serta motivasi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja pegawai.

Kemudian penelitian yang dilakukan Susetyo Darmanto (2014) membuktikan bahwa

kompetensi kerja, motivasi kerja dan lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian teori

2.1.1 Kinerja

Menurut Bernardin dalam Robbins (2003:260) bahwa kinerja dapat dikatakan

baik bila karyawan memenuhi hal sebagai berikut:

a. Kualitas kerja, diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan.

b. Kuantitas, diukur dari persepsi karyawan terhadap jumlah aktivitas yang ditugaskan beserta hasilnya.

c. Waktu produksi (production time), diukur dari persepsi pegawai terhadap suatu aktivitas yang diselesaikan dari awal waktu sampai menjadi output.

d. Efektivitas, persepsi karyawan dalam menilai pemanfaatan waktu dalam menjalankan tugas, efektivitas penyelesaian tugas dibebankan organisasi.

e. Kemandirian, tingkat dimana karyawan dapat melakukan fungsi kerjanya tanpa meminta bantuan atau bimbingan dari orang lain, diukur dari persepsi karyawan dalam melakukan fungsi kerjanya masing-masing sesuai dengan tanggung jawabnya.

f. Komitmen kerja, tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor.

Untuk mencapai atau menilai kinerja, ada dimensi yang menjadi tolok ukur,

menurut Jhon Miner dalam Wibowo (2016) yaitu:

a. Kualitas, yaitu tingkat kesalahan, kerusakan, kecermatan.

b. Kuantitas, yaitu jumlah pekerjaan yang dihasilkan.

c. Penggunaan waktu dalam kerja, yaitu tingkat ketidakhadiran, keterlambatan, waktu kerja efektif/jam kerja hilang.

(5)

Menurut Edison, Anwar dan Komariyah (2016:195) dimensi kinerja yaitu:

a. Target, merupakan indikator terhadap pemenuhan jumlah barang, pekerjaan, atau jumlah uang yang dihasilkan.

b. Kualitas, adalah elemen penting, karena kualitas yang dihasilkan menjadi kekuatan dalam mempertahankan loyalitas pelanggan.

c. Waktu Penyelesaian, yaitu tepat waktu membuat kepastian distribusi dan penyerahan pekerjaan menjadi pasti. Ini adalah modal untuk membuat kepercayaan pelanggan.

d. Taat asas, yaitu tidak saja harus memenuhi target, kualitas dan tepat waktu tapi juga harus dilakukan dengan cara yang benar, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

2.1.2 Kompetensi

Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan

suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta

didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut (Wibowo;2016.

Menurut Spancer dan Spancer (dalam Sutrisno, 2009), mengatakan kompetensi adalah

suatu yang mendasari karakteristik dari suatu individu yang dihubungkan dengan hasil

yang diperoleh dalam suatu pekerjaan. Menurut Edison, Anwar dan Komariyah

(2016:145) untuk memenuhi unsur kompetensi, seorang pegawai harus memenuhi

unsur-unsur dibawah ini:

a. Pengetahuan (knowledge). Memiliki pengetahuan yang didapatkan dari belajar secara formal dan/atau dari pelatihan-pelatihan atau kursus-kursus yang terkait

dengan bidang pekerjaan yang ditanganinya.

b. Keahlian (skill). Memiliki keahlian terhadap bidang pekerjaan yang ditanganinya dan mampu menanganinya secara detail. Meski demikian, selain ahli, ia harus

memiliki kemampuan (ability) memecahkan masalah dan menyelesaikan sesuatu

dengan cepat dan efisien.

c. Sikap (attitude). Menjunjung tinggi etika organisasi, dan memiliki sikap positif (ramah dan sopan) dalam bertindak. Sikap ini tidak bisa dipisahkan dari tugas

(6)

elemen penting bagi usaha jasa/pelayanan, bahkan memiliki pengaruh terhadap citra

perusahaan/organisasi.

2.1.3 Lingkungan Kerja

Menurut Sedarmayanti (2011:28) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan pegawai,

diantaranya adalah :

a. Penerangan/Cahaya di Tempat Kerja

Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna

mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Oleh sebab itu perlu diperhatikan

adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang

kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami kesalahan, dan

pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan,

sehingga tujuan organisasi sulit dicapai.Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan

menjadi empat yaitu :

1) Cahaya langsung

2) Cahaya setengah langsung 3) Cahaya tidak langsung

4) Cahaya setengah tidak langsung

b. Temperatur di Tempat Kerja

Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur

berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal,

dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri

dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk

menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh manusia masih dapat

menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan temperatur luar tubuh

tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin, dari

(7)

Menurut hasil penelitian, untuk berbagai tingkat temperatur akan memberi

pengaruh yang berbeda. Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap

karyawan karena kemampuan beradaptasi setiap karyawan berbeda, tergantung di

daerah bagaimana karyawan dapat hidup. c. Kelembaban di Tempat Kerja

Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa

dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh

temperatur udara, dan secara bersama-sama antara temperatur, kelembaban,

kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan mempengaruhi

keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya.

Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan kelembaban tinggi, akan

menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistem

penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut jantung karena makin

aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia

selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antar panas tubuh dengan suhu

disekitarnya.

d. Sirkulasi Udara di Tempat Kerja

Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk menjaga

kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metaboliasme. Udara di sekitar dikatakan

kotor apabila kadar oksigen, dalam udara tersebut telah berkurang dan telah

bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.

Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman di sekitar tempat kerja.

Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan olah manusia. Dengan

cukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara

psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya akan

memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama

(8)

Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya

adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak

dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat

mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan

kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius bisa

menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara

bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan

efisien sehingga produktivitas kerja meningkat.

Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi, yang bisa

menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu : 1) Lamanya kebisingan

Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanis, yang

sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan dan dapat menimbulkan akibat

yang tidak diinginkan. Getaran mekanis pada umumnya sangat mengganggu tubuh

karena ketidakteraturannya, baik tidak teratur dalam intensitas maupun

frekwensinya. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh terdapat apabila

frekwensi alam ini beresonansi dengan frekwensi dari getaran mekanis. Secara

umum getaran mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal : 1) Kosentrasi bekerja

2) Datangnya kelelahan

3) Timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan terhadap: mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang, dan lain-lain.

g. Bau-bauan di Tempat Kerja

Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai

pencemaran, karena dapat menganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang

(9)

condition” yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk

menghilangkan bau-bauan yang menganggu di sekitar tempat kerja. h. Tata Warna di Tempat Kerja

Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan

sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan

penataan dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh

besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan

rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat warna dapat merangsang

perasaan manusia.

i. Dekorasi di Tempat Kerja

Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu dekorasi

tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi berkaitan juga dengan

cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya untuk bekerja. j. Musik di Tempat Kerja

Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana,

waktu dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang karyawan untuk bekerja.

Oleh karena itu lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif untuk dikumandangkan di

tempat kerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di tempat kerja akan

mengganggu konsentrasi kerja.

k. Keamanan di Tempat Kerja

Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan

aman maka perlu diperhatikan adanya keberadaannya. Salah satu upaya untuk

menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas

Keamanan (SATPAM).

Alex S. Nitisemito dalam Sunyoto (2015:38) ada beberapa faktor yang berkaitan

dengan lingkungankerja yaitu: a. Hubungan karyawan

Dalam hubungan karyawan ini terdapat dua hubungan, yaitu hubungan

sebagai individu dan hubungan sebagai kelompok. Hubungan sebagai individu,

(10)

maupun atasan. Menjadi sebuah motivasi, jika hubungan karyawan dengan sekerja

maupun dengan atasannya berlangsung harmonis. Begitu juga dengan sebaliknya,

jika hubungan di antara mereka tidak harmonis, maka akan mengakibatkan

kurangnya atau tidak ada motivasi di dalam diri karyawan yang bekerja.

Sedangkan untuk hubungan sebagai kelompok, maka seseorang karyawan

akan berhubungan dengan banyak orang, baik secara individu maupun secara

kelompok. Dalam hubungan ini ada beberapa yang mendapatkan perhatian agar

keberadaan kelompok ini menjadi lebih produktif, yaitu: 1) Kepemimpinan yang baik

Kondisi kerja yang baik adalah kondisi yang dapat mendukung dalam penyelesaian pekerjaan oleh karyawan. Segenap fasilitas yang diperlukan dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan bagi karyawan merupakan suatu hal yang harus dipenuhi oleh perusahaan atau organisasi. Tentu saja dengan harapan semakin lengkap fasilitas yang dimiliki, akan semakin baik kinerja dan produktivitasnya pun mengalami peningkatan yang berarti.

4) System pengupahan yang jelas

Seluruh karyawan mengerti dan jelas berapa upah yang bakal diterima. Para karyawan dapat menghitung sendiri jumlah upah yang akan diterima dengan mudah.

b. Tingkat kebisingan lingkungan kerja

Lingkungan kerja yang tidak tenang atau bising akan dapat menimbulkan

pengaruh yang kurang baik, yaitu adanya ketidaktenangan dalam bekerja. Bagi para

karyawan tentu saja ketenangan lingkungan kerja sangat membantu dalam

(11)

Peraturan kerja yang baik dan jelas dapat memberikan pengaruh yang baik

terhadap kepuasan dan kinerja para karyawan untuk pengembangan karier di

perusahaan tersebut. d. Penerangan

Dalam hal ini, penerangan bukanlah terbatas pada penerangan listrik, tetapi

termasuk juga penerangan matahari. Karyawan memerlukan penerangan yang

cukup, apalagi jika pekerjaan yang dilakukan menuntut ketelitian. Penerangan yang

baik dalam ruang kerja akan memberikan keuntungan sebagai berikut (Sofyan

Assauri, 1980:54):

1) Menaikkan produksi dan menekan biaya kerja,

2) Memperbesar ketepatan sehingga akan memperbaiki kualitas dari barang yang dihasilkan,

10) Mengurangi terjadinya kerusakan dari barang-barang yang dikerjakan dan mengurangi hasil yang perlu dikerjakan kembali.

e. Sirkulasi udara

Menurut Agus Ahyari (1994:78) cara untuk mengukur suhu udara sebagai

berikut:

bekerja. Keamanan yang dimaksudkan ke dalam lingkungan kerja adalah keamanan

terhadap milik pribadi karyawan.

(12)

Menurut Murray (dalam Gould & Weinberg, 2007), motivasi berprestasi

adalah usaha seseorang dalam menguasai tugasnya, mencapai kesuksesan, mengatasi

rintangan, penampilan yang lebih baik dari orang lain, dan mendapatkan penghargaan

atas bakatnya.Gill (dalam Gould & Weinberg, 2007) mengartikan motivasi berprestasi

sebagai orientasi individu untuk berusaha mencapai kesuksesan, bertahan saat gagal,

dan mendapatkan penghargaan saat mencapai prestasi.

Menurut Sutrisno (2009:203) kompetensi adalah suatu kemampuan yang

dilandasi oleh keterampilan dan pengetahuan yang didukung oleh sikap kerja serta

penerapannya dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan di tempat kerja yang

mengacu pada persyaratan kerja yang ditetapkan.

Menurut Muray sebagaimana dikutip oleh Pareek dalam Danim dan Suparno

(2008), bahwa ada tujuh karakteristik orang yang berprestasi tinggi. Ketujuh

karakteristik itu disajikan berikut ini:

1. Menyelesaikan sesuatu pekerjaan yang sukar.

2. Menguasai, memanipulasi atau mengorganisasikan objek-objek fisik, manusia atau gagasan.

3. Melakukan sesuatu dengan cepat, bebas dan memungkinkan. 4. Mengatasi rintangan-rintangan dan mencapai suatu standar yang

tinggi.

5. Mengunggulkan diri sendiri. 6. Mengatasi orang lain.

7. Meningkatkan harga diri dengan kesuksesan dalam melatih dan menggunakan kemampuan khusus.

Menurut Danim dan Suparno (2008:38) ada beberapa karakteristik dari

orang-orang yang berprestasi tinggi:

1) Menyukai pengambilan resiko yang layak (moderat) sebagai fungsi keterampilan, bukan kesempatan; menyukai suatu tantangan dan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi hasil yang dicapai.

2) Memperhitungkan keberhasilan. Seseorang yang mempunyai kebutuhan berprestasi tinggi, pada umumnya hanya memperhitungkan keberhasilan prestasinya saja dan tidak mempedulikan penghargaan-penghargaan materi.

(13)

4) Memerlukan umpan balik dengan segera. Seseorang yang berprestasi tinggi pada umumnya menyenangi akan semua informasi mengenai hasil-hasil yang dikerjakannya, sehingga dapat memperbaiki untuk meningkatkan prestasi berikutnya. 5) Mempunyai keterampilan dalam perencanaan jangka panjang dan

(14)

BAB III

KERANG TEORI

a.

Kerangka berpikir

Untuk mengetahui pengaruh kompetensi, lingkungan kerja dan motivasi berprestasi perawat dapat di lihat pada kerangka berpikir berikut :

Budaya kerja

Motivasi berprestasi - Kebutuhan berprestasi

Kompetensi - pengetahuan - Ketrampilan - Sikap

Lingkungan kerja - lingkungan kerja fisik - lingkungan kerja non fisik

(15)

DAFTAR PUSTAKA

.Aritonang, S Nova, 2009. Pengaruh Kompetensi dan iklim organisasi terhadap

kinerja karyawan pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan,Fakultas, Universitas Negeri Medan.

Edy Sutrisno. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta.Kencana Prenada Media Group

E. Edison, Y. Anwar, I. Komariyah. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung. Alfabeta.

Fajri, Ahmad, 2007. Pengaruh Kompetensi, Budaya Organisasi dan iklim organisasi

terhadtinap kinerja pegawai pemerintah Daerah dengan motivasi sebagai variabel

moderating, Tesis S2, Universitas Diponegoro Semarang. Jurnal Ilmiah Semarang Vol.8, No.7.

Febriansyah, Hardino. 2012. Analisis Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan karakter merupakan hal yang banyak mendapat perhatian di era sekarang ini. Di era sekarang dimana banyak terjadi perilaku menyimpang, pendidikan karakter diperlukan untuk

86 4.6.7 Pengaruh Kemudahan Penggunaan Persepsian Perceived Ease Of Use Terhadap Minat Perilaku Penggunaan Behavioral Intention To Use Aplikasi Peer To Peer Lending Melalui

Dibandingkan dengan kecap yang dibuat dengan cara hidrolisis, kecap yang berasal dari proses fermentasi biasanya memiliki cita rasa dan aroma yang lebih baik.. Hal ini

Core shear stress yang dimaksud adalah tegangan geser dari core honeycomb kardus BC-flute pada komposit sandwich serat cantula yang didapat dengan persamaan

Karena gejala ini sangat universal, hal tersebut pasti merupakan sifat dasar yang dimiliki oleh manusia, dan jika sifat manusia ini secara alamiah membawa kepada

Ketersediaan aksesibilitas ataupun keterjangkauan pelayanan infrastruktur transportasi dapat lebih mempererat dukungan antar wilayah maupun pemerataan pembangunan antar

Sekolah Dasar Swasta Harapan 3 yang berlokasi di Jalan Karya Wisata Ujung no 31, adalah sekolah umum dalam naungan dinas pendidikan namun tetap mengutamakan

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok- kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya