• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDAYA MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Luciana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUDAYA MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Luciana"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BUDAYA MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Luciana

Guru Tetap Madrasah Ikhwanul Muslimin II, Percut Sei Tuan.

e-mail: analuci772@gmail.com

Abstract:Islamic Religious Education in Indonesia is currently receiving a sharp focus from the public, especially in shaping faithful and devoted students. Nurkhalis Majid said that the failure of Islamic Religious Education was caused by PAI learning to focus more on things that were formal and rote, not on their meaning. Likewise in efforts to improve the quality of education, PAI must be used as a benchmark in shaping the character and personality of students, as well as building the nation's morals (nation character building). Therefore the implementation or application of culture is an act that gives an impact, both change, knowledge, skills, and values and attitudes to students so they are accustomed to thinking and behaving in accordance with Islamic teachings.This is a way that is done by the school in shaping students who endeavor to work through habituation or acculturation through activities. The success of Integrated Quality Management in schools is measured by the level of customer satisfaction both internal and external. Schools are said to be successful if they are able to provide services according to customer expectations.

Keyword:Quality Culture, Islamic Education.

PENDAHULUAN

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mengembang-kan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis dan ber-tanggung jawab.1 Sejalan dengan tujuan

tersebut, dalam Bab X Pasal 36 disebutkan bahwa kurikulum yang disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerang-ka Negara Kesatuan Republik Indonesia hendaklah memperhatikan beberapa hal, diantaranya peningkatan iman dan takwa, peningkatan akhlak mulia dan agama. Lebih khusus lagi ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun

1Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:

Departemen Agama R.I., Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2007), h. 5

2007 tentang Pendidikan Agama dan Pen-didikan Keagamaan Pasal 1 dan 3 bahwa pendidikan agama wajib diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.2

Ketentuan ini menempatkan pendi-dikan agama pada posisi yang amat stra-tegis dalam upaya mencapai tujuan pendi-dikan yang diharapkan. Pendipendi-dikan Agama Islam di Indonesia dewasa ini mendapat-kan sorotan tajam dari masyarakat, khususnya dalam membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa. Nurkhalis Majid mengatakan bahwa kegagalan Pendidikan Agama Islam di-sebabkan pembelajaran PAI lebih menitik-beratkan pada hal-hal yang bersifat formal dan hafalan, bukan pada pemaknaannya.3

Demikian juga dalam upaya meningkatkan

2Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah

Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, (22 April 2010).

3 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah

Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, (22 April 2010)

(2)

mutu pendidikan, PAI harus dijadikan tolak ukur dalam membentuk watak dan pribadi peserta didik, serta membangun moral bangsa (nation character building).4

Ishikawa mengatakan mutu pendi-dikan adalah“ Quality is meetingcustomer satisfaction”, mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil) kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa. Menurut Dzaujak Ahmad, mutu pendidikan adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasi-onal dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah sehingga menghasilkan nilai tambah ter-hadap komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku.5Menurut

Oemar Hamalik, pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu segi normative dan segi deskriptif.

Dalam artian normatif, mutu diten-tukan berdasarkan pertimbangan (kri-teria) intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kriteria intrisik, mutu pendidikan merupa-kan produk pendidimerupa-kan yaitu manusia yang terdidik sesuai dengan standar ideal. Berdasarkan kriteria ekstrinsik, pendi-dikan merupakan instrument untuk men-didik, tenaga kerja yang terlatih. Dalam artian deskriptif, mutu ditentukan ber-dasarkan keadaan hasil tes prestasi belajar. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan bukanlah upaya sederhana, melainkan suatu kegiatan dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan selalu berubah seiring dengan perubahan zaman. Oleh karena itu pendi-dikan senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan mutu sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntunan kehidupan masyarakat.

4 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam,

Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, Cet.1, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2006), h 8.

5 Dzaujak Ahmad, Petunjuk Peningkatan

Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar,(Jakarta:

Depdikbud 1996), h. 8.

Mutu pendidikan dapat dilihat dalam dua hal, yaitu mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Proses pendidikan yang bermutu apabila seluruh komponen pendidikan terlibat dalam proses pendidikan itu sendiri. Faktor-faktor dalam proses, pendidikan adalah berbagai infut, seperti bahan ajar, metodologi, sarana sekolah, dukungan administrasi dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana kondusif. Sedangkan mutu pendidikan dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu yang tertentu.6

Korelasi mutu dengan pendidikan adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efesien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap kom-ponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku. Dalam konteks pendidikan, kualitas yang dimaksudkan adalah dalam konsep relative, terutama berhubungan dengan kepuasan pelanggan.

Pelanggan pendidikan ada dua aspek, yaitu pelanggan internal dan eksternal. Pendidikan berkualitas apabila7

1) Pelanggan internal (kepala sekolah, guru dan karyawan sekolah) berkem-bang baik fisik maupun psikis. Secara fisik antara lain mendapatkan imbalan finansial. Sedangkan secara psikis adalah apabila mereka diberi kesem-patan untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuan, bakat dan kreatifitasnya.

2) Pelanggan eksternal:

a) Eksternal primer (para siswa men-jadi pembelajar sepanjang hayat, komunikator yang baik dalam bahasa nasional maupun inter-nasional, punya ketrampilan tek-nologi untuk lapangan kerja dan

6 B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di

Sekolah (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h. 210.

7Kartono, Kartini, Sistem Pendidikan

(3)

|145 kehidupan sehari-hari, integritas

pribadi, pemecahan masalah dan penciptaan pengetahuan, menjadi warga Negara yang bertanggung jawab. Para siswa menjadi manu-sia dewasa yag bertanggung jawab akan hidupnya.

b) Eksternal sekunder (orang tua, para pemimpin pemerintahan dan perusahaan), para lulusan dapat memenuhi harapan orang tua, pemerintah dan pemimpin perusa-haan dalam hal menjalankan tugas-tugas dan pekerjaan yang diberikan.

c) Eksternal tersier (pasar kerja dan masyarakat luas), para lulusan me-miliki kompetensi dalam pengem-bangan masyarakat sehingga mempengaruhi pada pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial.

Sekolah Dasar Swasta Harapan 3 yang berlokasi di Jalan Karya Wisata Ujung no 31, adalah sekolah umum dalam naungan dinas pendidikan namun tetap mengutamakan mutu pembelajaran agama Islam terbukti dengan pembiasaan kegiatan–kegiatan keagamaannya di-antarannya: mendengar dan membaca asmaul husna sebelum pembelajaran, mendengar dan membaca hadis sebelum pembelajaran mengaji setiap hari dari hari senin sampai hari kamis, shalat zuhur berjamaah, hafiz juz Amma, hafiz Yasiin, hafiz surah pilihan, BTQ (baca tulis al-Qur’an). Selain kegiatan keagamaan dalam bentuk ibadah SD Harapan 3 juga mem-punyai program-program kegiatan lainnya diantaranya tahfiz Qur’an Camp yang di-sertifikasi dan bekerjasama dengan lem-baga luar, kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Ramadhan, memperingati hari-hari besar Islam, berbuka puasa bersama orang tua siswa pada bulan Ramadhan, praktek manasik Haji,dan melaksanakan shalat Idul Adha dan berbuka puasa ber-sama setelah shalat Idul Adha serta melaksanakan Qurban bersama,

menyalurkan infak dan sedekah kepada yang membutuhkan, khatam qur’an untuk kelas 5, hafiz yasiin dan sajadah untuk kelas 6 dan beberapa program lainnya untuk di kelas 6 seperti praktek shalat jenazah, dan mampu berzikir dan doa setelah shalat.

SD Harapan 3 juga mempunyai program dalam pembelajarannya yaitu:

1. Melakukan pembelajaran dan bim-bingan secara efektif hingga potensi siswa dapat berkembang secara optimal.

2. Memberi kesempatan untuk menum-buhkembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor agar terbentuk insan pemecah masalah.

3. Mengembangkan budaya disiplin dan etos kerja yang tinggi.

4. Membentuk lingkungan pendidikan di sekolah yang mampu menumbuhkan dan meningkatkan kualitas keagamaan siswa.

5. Membangkitkan semangat berprestasi seluruh warga sekolah.

6. Menumbuhkan kesadaran dan kepe-dulian terhadap lingkungan.

Keunikan lain dari SD Harapan 3 adalah bahwa siswa wajib berbusana muslim begitu juga dengan orang tua apabila masuk ke lokasi sekolah padahal diketahui SD Harapan 3 bukanlah sekolah bercirikan Islam. Disamping itu budaya dalam lingkungan sekolah memperlihat-kan amemperlihat-kan nilai-nilai Islami seperti bertutur kata yang sopan, dan berakhlak yang baik di dalam lingkungan sekolah. Hal tersebut selaras dengan motonya yaitu: “Siswa mampu menguasai ilmu keagamaan yang di dapat di sekolah dan mengamalkannya di kehidupan sehari-hari. Hal diatas sesuai dengan visi dan misi sekolah Harapan 3 yaitu:

Visi: Terwujudnya Sekolah Yang Ber-kualitas, berdaya saing tinggi berdasarkan iman, ilmu, dan amal. Misi: Membentuk Manusia Yang Beriman,

(4)

Tekhnologi serta dapat mengamal-kannya

Hal di atas selaras dengan slogan sekolah yaitu “Smart dan Religius.” Melalui slogan dan visi misi serta program-program SD Harapan 3 terlihat bahwa budaya mutu harus dimulai dari kemauan dan kemampuan kepala sekolah bersama staff dan stakeholder’s dalam melakukan school review secara cermat dan obyektif. Bertolak dari school review kemudian sekolah harus menetapkan benchmarking dan ditindaklanjuti dengan kontrol mutu (quality control). Budaya mutu bukanlah sesuatu yang bersifat instan dan terjadi begitu saja, tetapi melalui proses per-juangan yang relatif panjang dengan ber-bagai tantangan dan bahkan resistensi yang dihadapi.

Budaya merupakan perpaduan nilai-nilai, keyakinan, asumsi, pemahaman, harapan yang diyakini oleh warga sekolah serta dijadikan pedoman bagi perilaku dalam pemecahan masalah internal dan eksternal yang mereka hadapi. Terbentuk-nya budaya mutu tidak terlepas dari dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah nilai-nilai yang sudah tertanam dalam diri manusia yang ter-pancar pada keseluruhan gerak gerik dan kebiasaan, tata cara, gagasan, dan nilai-nilai yang dipelajari dan diwariskan serta perilaku yang ditimbulkannya atau artifacts.Termasuk faktor eksternal adalah faktor-faktor lain seperti pengaruh kepemimpinan, lingkungan, sehingga mengubah nilai-nilai yang tertanam di dalamnya karena ada dorongan dari eksternal atau agen of change 8

Dalam Kamus Besar Bahasa Indo-nesia, budaya diartikan sebagai pikiran, adat istiadat, sesuatu yang sudah ber-kembang, sesuatu yang menjadi kebiasaan

8S.P.Robbins,Prinsip–Prinsip Perilaku

Orga-nisasi, (Semarang: PT Erlangga. Keagamaan.

22April 2010), h. 3-4.

yang sukar diubah.9 Istilah budaya,

menurut Kotter dan Heskett,10 dapat

diartikan sebagai totalitas pola perilaku, kesenian, kepercayaan, kelembagaan, dan semua produk lain dari karya dan pe-mikiran manusia yang mencirikan kondisi suatu masyarakat atau penduduk yang ditransmisikan bersama. Budaya dapat berbentuk fisik seperti hasil seni, dapat juga berbentuk kelompok-kelompok masyarakat, atau lainnya, sebagai realitas objektif yang diperoleh dari lingkungan dan tidak terjadi dalam kehidupan manu-sia terasing, melainkan kehidupan suatu masyarakat.

Jadi yang dinamakan budaya adalah totalitas pola kehidupan manusia yang lahir dari pemikiran dan pembiasaan yang mencirikan suatu masyarakat atau pen-duduk yang ditransmisikan bersama. Budaya merupakan hasil cipta, karya dan karsa manusia yang lahir atau terwujud setelah diterima oleh masyarakat atau komunitas tertentu serta dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh kesadaran tanpa pemaksaan dan ditransmisikan pada generasi selanjutnya secara bersama.

Budaya mutu PAI sendiri jika dilihat dari masa ke masa mengalami banyak peningkatan hal ini dikarenakan proses transisi yang diwarnai oleh banyak pemikiran dari intelektual Muslim sendiri. a. Budaya mutu lama (Current State)

adalah budaya mutu yang belum mengalami perubahan. Budaya mutu lama dalam PAI jika kita kaitkan dalam proses pembelajaran bisa di-sebut pembelajaran konvensional b. Proses transformasi (Delta State)

adalah proses berpindahnya suatu budaya lama ke budaya baru. Dalam pembelajaran PAI proses trasformasi

9Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Balai

Pustaka, 1991), h. 149.

10J.P. Kotter & J.L. Heskett, Dampak Budaya

Perusahaan Terhadap Kinerja, terj. Benyamin

(5)

|147 dianggap sangat penting perannya

sebab melalui proses inilah kita dapat memahami apa kebutuhan yang di-perlukan pada zaman sekarang. Melalui proses transformasi suatu budaya mutu lama yang telah dianggap usang dan tidak relevan dapat tergantikan dengan budaya mutu yang lebih relevan. Dalam proses trasformasi budaya mutu sendiri banyak pengaruh dari faktor eksternal. Sebab faktor inilah yang nantinya akan menjadi pendorong terciptanya suatu era baru dalam pembelajaran PAI.

c. Budaya mutu baru (Desirat State) adalah keadaan dimana sesuai dengan keinginan dari pengembang budaya mutu maupun konsumen dari budaya mutu itu sendiri. Ketika terjadi suatu keberhasilan dalam proses transfor-masi maka akan ditemukan wujud baru dari suatu budaya.

Dalam PAI budaya mutu baru ini sama halnya dengan perubahan dari budaya mutu yang konvensional ke budaya mutu yang kontemporer. Pengem-bangan budaya mutu PAI sendiri sangat terkait erat dengan pelaksanaan mana-jemen mutu yang baik karena melalui manajemen mutu yang baik akan tercipta suatu budaya mutu yang relevan. Pengem-bangan Manajemen mutu PAI yang baik merupakan proses transformasi budaya mutu terstruktur. Karenanya bisa diang-gap bahwa budaya mutu yang baik dapat dilihat dari pelaksanaan manajemen mutu yang diterapkan. Sekolah Harapan 3 berupaya menyelaraskan budaya mutu baru dimana budaya pembelajaran PAI telah dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen melalui kegiatan –kegiatan dan program-program keagamaan serta pem-biasaan-pembiasaan yang dilakukan dalam aktivitas sehari-hari.

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Pendidikan Agama Islam adalah upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar men-jadi way of life seseorang.11 Pembelajaran

agama Islam adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu siswa dalam belajar agama Islam. Dalam pengajaran agama Islam mungkin saja terjadi tanpa proses pembelajaran. Pengaruh pem-belajaran atas pengajaran sering mengun-tungkan dan biasanya mudah untuk diamati.12

Muhammad Hamid An-Nashir dan Qullah Abdul Qadir Darwis mendefinisi-kan pendidimendefinisi-kan Islam sebagai proses

pengarahan perkembangan manusia pada sisi jasmani, akal, bahasa, tingkah laku, dan kehidupan sosial keagamaan yang diarahkan pada kebaikan menuju kesem-purnaan.13 Sementara itu Omar

Muham-mad At-Taumi Asy-Syaibani sebagaimana dikutip oleh M. Arifin, menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadi atau kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan di alam sekitarnya.14

Sedangkan menurut Achmadi yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan

kamil) sesuai dengan norma Islam.15

Pendidikan Islam dalam wacana umum merujuk pada tiga pengertian yang merupakan satu kesatuan, yaitu: Pertama:

11Nur Zazin, Gerakan Menata Mutu

Pendidikan Teori & Aplikasi, (Yogyakarta: Ar- Ruz

Media, 2011), h. 45.

12Mukhtar, Desain Pembelajaran, Pendidikan

Agama Islam, (Jakarta: CV Misakan Galiza, 2003),

cet.2. h.13.

13Muhroqib, Ilmu Pendidikan Islam,

(Yogya-karta: LKiS, 2009), h. 17

14M.Arifin, Filsafat Pendidikan Islam,

(Jakarta: Bina Aksara, 1987), h. 15

15Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam; Para-digmaHumanismeTeosentris,(Yogyakarta: Pustaka

(6)

pendidikan menurut Islam atau pendi-dikan Islami, yakni pendipendi-dikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang ter-kandung dalam sumber dasarnya, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Dalam pengertian ini, pendidikan Islam dapat berwujud pemikiran dan teori pendidikan yang mendasarkan diri atau dikembangkan dari sumber-sumber dasar tersebut.

Kedua, pendidikan keislaman atau

pendidikan agama Islam yakni upaya pendidikan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi pandangan dan sikap hidup seseorang. Dalam penger-tian yang kedua ini pendidikan Islam dapat berujud: (a) segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau suatu lembaga

tertentu untuk membantu seseorang atau sekelompok peserta didik dalam me-nanamkan dan menumbuh kembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya, (b) se-genap fenomena atau peristiwa per-jumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah tertanamnya dan tumbuh kembangnya ajaran Islam dan nilai-nilainya pada salah satu atau be-berapa pihak.

Ketiga, pendidikan dalam Islam atau

proses dan praktik penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan ber-kembang dalam sejarah umat Islam, baik Islam sebagai agama, ajaran, mau-pun sistem budaya dan peradaban sejak zaman nabi Muhammad saw sampai sekarang. Jadi dalam pengertian ini istilah pendidikan Islam dapat dipahami sebagai pembudayaan dan warisan ajaran agama, budaya, dan peradaban umat Islam dari generasi ke generasi sepanjang sejarah-nya.16 Walaupun istilah pendidikan Islam

dapat dipahami dengan cara yang ber-beda, namun pada hakikatnya merupakan satu kesatuan dan mewujud secara opera-sional dalam satu sistem yang utuh.

16Muhaimin dkk., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2012), h. 29-30.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif lapangan (field Research). Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dan diarahkan pada latar alamiah dan individu tersebut secara menyeluruh. Adapun penelitian ini dilaksanakan di SD Swasta Harapan 3 yang beralamat di Jln Karya Wisata Ujung, Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang. Dalam penelitian kualitatif data diperoleh dari berbagai sumber.Teknik pengumpulan data yang digunakan terdiri dari, wawancara, obser-vasi, dan dokumentasi. Teknik yang di-gunakan untuk mengumpulkan data me-liputi observasi, wawancara dan kajian dokumen, secara singkat diuraikan se-bagai berikut:

1. Observasi. Observasi yang dilakukan adalah observasi terhadap subyek penelitian yang dilakukan secara berkala sesuai kebutuhan penelitian. Observasi juga dilakukan terhadap kegiatan diluar kelas maupun di dalam kelas, di ruangan kerja guru, kepala sekolah.Observasi juga dilaku-kan terhadap lingkungan sekolah. 2. Wawancara. Jenis wawancara yang

digunakan adalah wawancara yang bebas terpimpin, sebab sekalipun wawancara dilakukan secara bebas tetapi sudah dibatasi oleh struktur pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Wawancara yang dilak-sanakan adalah wawancara bebas yang dilakukan kepada informan kunci dan informan pendukung.. Setelah memperoleh data dari infor-man peneliti melakukan memberchek atau pencocokan data yang didapat-kan dari beberapa sumber sehingga data lebih valid dan lebih objektif. 3. Kajian Dokumen. Metode

dokumen-tasi adalah teknik pengumpulan data dengan melihat dan menyelidiki data-data tertulis.

(7)

|149 PEMBAHASAN

Guna membangun kualitas manusia

Indonesia yang mampu menghadapi tan-tangan, jelas memerlukan human capital yang dapat diandalkan dalam menghadapi persaingan. Kualitas human capital men-jadi penentu keberhasilan persaingan global (termasuk keunggulan pendidikan), dan untuk menghasilkannya diperlukan metode yang terukur dan terencana melalui pendidikan yang bermutu. Pendi-dikan bermutu adalah pendiPendi-dikan yang bekerja secara terpadu, baik pada tataran kebijakan sistem nasional, institusi, mana-jerial, maupun tataran teknis, sehingga terdapat sinkronisasi serta sinergi di antara tataran-tataran tersebut.

Sekolah Dasar Harapan 3 merupakan Sekolah Dasar yang berkarakter Islam dan unggul dalam pengelolaan sistem pendi-dikannya. Pelayanan yang diberikan oleh pihak sekolah mampu memikat perhatian pelanggan pendidikan, baik pelanggan internal, maupun eksternal. Sekolah Dasar Harapan 3 dengan segala totalitasnya terus berbenah dan memberikan kesem-patan untuk memotivasi dan memenuhi harapan pelanggan sekolah (guru, siswa, pegawai, orang tua, masyarakat dan lem-baga pendidikan lanjutan). Lemlem-baga pendidikan dasar yang berbudaya mutu tersebut memberikan layanan jasa me-lebihi harapan pelanggan. Hal tersebut dapat dilihat dari budaya sekolah yang kondusif, proses belajar mengajar yang efektif, sarana prasarana yang memadai, kurikulum yang menunjang pembela-jaran.

Hal ini juga didukung oleh adanya factor-faktor yang mendukung pening-katan budaya mutu pembelajaran PAI. Adapun factor-faktor yang mendukung terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah secara garis besar terdiri dari kerjasama tim (Team Work) dan keter-libatan stakeholders

Kerjasama Tim ( Team Work)

Kerjasam tim merupakan unsur yang sangat penting dalam Manajemen

Mutu Terpadu. Tim adalah sekelompok orang bekerjasama secara bersama-sama dan memiliki tujuan bersama yaitu untuk memberikan kepuasan kepada seluruh stakeholders. Kerja tim dalam sebuah organisasi/lembaga merupakan kom-ponen penting dalam TQM, mengingat kerja tim akan meningkatkan kepercayaan diri, komunikasi dan mengembangkan kemandirian. Kerjasama tim dalam me-nangani proyek perbaikan atau pengem-bangan mutu pendidikan merupakan salah satu bagian dari pemberdayaan (empower-ment) pegawai dan kelompok kerjanya dengan pemberian tanggung jawab yang lebih besar. Eksistensi kerjasama dalam sebuah lembaga pendidikan sebagai modal utama dalam meraih mutu dan kepuasan stakeholders melalui proses perbaikan mutu secara berkesinam-bungan. Ada tiga komponen saling ber-kaitan yang mempengaruhi kinerja dalam produktifitas suatu tim dan ini merupakan kunci keberhasilan tim, yaitu sebagai berikut:

1) Organisasi secara keseluruhan 2) Tim kerja

3) Para individu anggota tim  Keterlibatan Stakeholders

Misi utama dari Manajemen Mutu Terpadu adalah untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan seluruh pelang-gan. Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu menjaga hubungan dengan pelanggannya dan memilki obsesi ter-hadap mutu. Pelnggan sekolah adalah dua macam:

Pelanggan Internal: guru, pustaka-wan, laborat, teknisi dan administrasi. Pelanggan Eksternal terdiri dari:

a) Pelanggan primer: siswa

b) Pelanggan tertier:pemakai/penerima lulusan (perguruan tinggi dan dunia usaha).

Sekolah Dasar Harapan 3 dengan segala totalitasnya terus berbenah dan memberikan kesempatan untuk memoti-vasi dan memenuhi harapan pelanggan sekolah (guru, siswa, pegawai, orang tua,

(8)

masyarakat dan lembaga pendidikan lanjutan).Lembaga pendidikan dasar yang berbudaya mutu tersebut memberikan layanan jasa melebihi harapan pelanggan. Hal tersebut dapat dilihat dari budaya sekolah yang kondusif, proses belajar mengajar yang efektif, sarana prasarana yang memadai, kurikulum yang menun-jang

Budaya mutu bukanlah sesuatu yang bersifat instan dan terjadi begitu saja, tetapi melalui proses perjuangan yang relative panjang dengan berbagai tan-tangan dan bahkan resistensi yang dihadapi. Budaya mutu harus dimulai dari kemauan dan kemampuan kepala sekolah bersama staff dan stakeholder’s dalam melakukan school review secara cermat dan obyektif. Bertolak dari school review kemudian sekolah harus menetapkan benchmarking dan ditindaklanjuti dengan kontrok mutu (quality control). Sekolah Dasar Harapan 3 di rancang sebagai sekolah yang mempelopori penerapan sistem pendidikan dasar Islam berorien-tasi pada masa depan untuk mewujudkan generasi berkarakter Islam.

Adapun budaya mutu dalam pembelajaran PAI di SD Harapan 3 terbagi kepada 3 bagian:

1. Kegiatan pembiasaan

 Mendengarkan dan menghapal Asmaul Husna.

 Mendengarkan dan menghapal hadis.

 Mengaji.

Hapalan Juz ‘Amma.

Kegiatan pembiasaan ini dilakukan setiap hari senin sampai hari kamis pada jam pembelajaran pertama dan kedua untuk kelas 1 sampai kelas 6

2. Kegiatan Ekstrakulikuler:

 Khatam al Qur’an untuk siswa kelas 5

 Hafiz Juz Amma Juz 30 untuk siswa kelas 1sampai kelas 5

Hafiz Yasiin untuk siswa kelas 6 Tahfiz Qur’an

 Mampu Shalat Jenazah untuk siswa kelas 6

Baca tulis Qur’an 3. Kegiatan Keagamaan

 Setiap tahunnya pada bulan Sa’ban mengadakan sedekah dan infak dengan mengumpulkan natura (benda-benda non uang) dan uang untuk di bagikan kepada masya-rakat sekitar dan para fakir miskin dan dhu’afa serta rumah singgah.  Dua atau tiga hari menjelang puasa

Ramadhan sekolah Harapan 3 mengadakan sedekah atau infak yaitu dengan pembagian natura ke masyarakat sekitar yang dibagikan ke fakir miskin, dhu’afa serta ke rumah singgah dengan cara mengundang masyarakat ke Sekolah Harapan 3.

 Pada bulan Ramadhan, Sekolah Harapan 3 mengadakan pasantren Ramadhan selama 3 hari 2 malam diantara materi kegiatannya yaitu: tauhid, tareh, tadarus, serta nonton bareng yang bernuansa Islami. Sekolah Harapan 3 juga mengada-kan berbuka puasa bersama dengan orang tua peserta didik, dan tarawih bersama.

 Tahfiz Qur’an Camp yang dilak-sanakan pada bulan Ramadhan selama 6 hari 7 malam dengan target 5 juz, kegiatan ini dibuat atas kerjasama dengan lembaga luar.  Zikir Akbar yang dilaksanakan pada

malam bulan Muharram.

 Mengadakan kegiatan Qur’ban pada hari Raya Idul Adha yang dibagikan kepada masyarakat sekitar

 Melaksanakan hari–hari besar Islam

Dalam melaksanakan pengeinteg-rasian budaya mutu disekolah haruslah diprogramkan dan dilaksanakan dengan baik. Terlaksanya program tersebut tentu-lah didukung oleh berbagai pihak diantaranya kepala sekolah sebagai mana-jerial tentunya mempunyai komitmen

(9)

|151 yang tinggi terhadap upaya meningkatkan

budaya mutu sekolah. Guru PAI dan beserta guru mengaji dalam hal ini Sekolah SD Harapan 3 mendatangkan guru yang professional dibidangnya sehingga diharapkan mendapatkan hasil yang me-muaskan. Dan ditambah kerjasamanya yang baik antara wali kelas dan guru bidang studi lainnya menyebabkan budaya mutu disekolah SD Harapan 3 dapat ber-jalan dengan baik sesuai dengan harapan dan visi Sekolah Harapan 3 yang mengusung moto Smart dan Religius. Sehingga diharapkan output –output yang dihasilkan dapat menjadi kebanggan bangsa negara, sekolah serta orang tua. PENUTUP

Pendidikan Islam sebagai proses pengarahan perkembangan manusia pada sisi jasmani, akal, bahasa, tingkah laku, dan kehidupan sosial keagamaan yang diarahkan pada kebaikan menuju kesem-purnaan, juga mempunyai kewajiban yang sama untuk memecahkan masalah yang ada tersebut. Hanya saja, kondisi obyektif pendidikan Islam dewasa ini berada pada posisi yang sangat memprihatinkan. Pendidikan Islam baik secara kelem-bagaan, proses, maupun outputnya belum menunjukan data yang menggembirakan.

Pada ranah institusional, banyak ditemui lembagapendidikan Islam yang secara fisik belum memadai atau layak secara standar kualitas sarana dan prasarana. Walupun dalam penyeleng-garaannya diiringi motif dakwah dan penanaman ajaran Islam, namun masih jauh dari mutu standar penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Jika dilihat dari prespektif manajemen, maka pengelo-laannya masih sangat konvensional. Implikasinya adalah kualitas output yang ditelurkannya kurang atau bahkan jauh dari standar mutu pendidikan global.

Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius pada lembaga pendidikan Islam formal, maupunnon formal untuk me-mainkan peran signifikan pada arah pengelolaannya. Artinya diperlukan mana-jemen yang bermutu dalam pengem-bangan lembaga pendidikan Islam yang profesional sebagai jawaban atas prob-lematika tersebut lebih-lebih dalam konteks otonomi pendidikan dewasa ini. SD Harapan 3 dengan moto serta visi dan misinya mencoba memberikan pena-naman nilai-nilai Islami terlihat dari kegiatan- kegiatan serta pembiasaan dan program-program sekolah yang bernuan-sakan Islam.

DAFTAR BACAAN

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam; Paradigma Humanisme Teosentris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Ahmad,Dzaujak. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud 1996.

Arifin, M. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara, 1987.

Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam, Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, Cet. 1. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1991.

Edward, Sallis. Total Quality Management, terj., Ahmad Ali Riyadi.Yogyakarta: Ircisod, 2006.

Himpunan perundang-undangan RI tentang (SISDIKNAS) UU RI No. 20 tahun 2003. Bandung: Nuansa Aulia, 2008.

(10)

Hamalik, Oemar. Evaluasi Kurikulum.cet. Ke 1. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990.

Ishikawa,Kaoru. What is Total Quality Contrail Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall International Inc, 1985.

Kartini, Kartono. SistemPendidikanNasional. Jakarta:Pradnya Paramita,1997.

Kotter, J.P.& J.L.Heskett. Dampak Budaya Perusahaan Terhadap Kinerja, terj. Benyamin Molan. Jakarta: Prenhallindo, 1992.

Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Professional dalam Menyukseskan MBS dan KBK.Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005.

Muhaimin dkk. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama

Islam di Sekolah,. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.

Mukhtar. Desain Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam. Jakarta: CV Misakan Galiza, 2003.

Muhroqib. Ilmu Pendidikan Islam.Yogyakarta: LKiS, 2009.

Majid, Abdul. & Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosda Karya, 2005.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Robbins, S.P. Prinsip – Prinsip Perilaku Organisasi. Semarang: PT. Erlangga. Keagamaan. 22

April 2010.

Syafarudin. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan. Jakarta: Grasindo, 2002.

Suhardan, Dadang Suhardan. Supervisi Profesional Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pengajaran di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta, 2010.

Suryosubroto, B. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Departemen Agama R.I., Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2007.

Zazin, Nur. Gerakan Menata Mutu Pendidikan Teori & Aplikasi. Yogyakarta: Ar- Ruz Media, 2011.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Jika suatu hypotheek dibebankan atas lebih dari satu bidang tanah, yang tidak semuanya terletak di daerah kerja seorang pejabat pembuat akte tanah, maka dengan

Mereka yang mempunyai hak pakai atas tanah di Kebayoran Baru, yang diperoleh dengan surat-keputusan Menteri Agraria atau pejabat yang ditunjuknya, diberi kesempatan

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2013 tentang Penetapan

Untuk pengereman motor induksi satu fasa pada Tugas Akhir ini menggunakan pengereman dinamik (dynamic braking) yang efektif dilakukan dengan cara menginjeksikan arus dari

Tinggi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015.

Siapa yang merekomendasikan saya tentang Grand Keude Kupie Uleekareng.. dan

Pada menu ini terdapat daftar admin yang berhak mengakses menu Administrator seperti ditunjukkan dalam Gambar 4.3.. Gambar 4.3 Halaman

bahwa dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme, perlu diberikan akses kepada pegawai dan/atau