• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Keterkaitan Pengalaman Pemanfaatan Taman dengan Kenakalan Remaja (Studi Kasus di Kota Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Keterkaitan Pengalaman Pemanfaatan Taman dengan Kenakalan Remaja (Studi Kasus di Kota Bogor)"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KETERKAITAN PENGALAMAN

PEMANFAATAN TAMAN DENGAN KENAKALAN REMAJA

(STUDI KASUS DI KOTA BOGOR)

MENTARI RAMADHAN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Keterkaitan Pengalaman Pemanfaatan Taman dengan Kenakalan Remaja (Studi Kasus di Kota Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

MENTARI RAMADHAN. Kajian Keterkaitan Pengalaman Pemanfaatan Taman dengan Kenakalan Remaja (Studi Kasus di Kota Bogor). Dibimbing oleh BAMBANG SULISTYANTARA.

Dewasa ini, kualitas dan kuantitas kenakalan remaja di Indonesia semakin meningkat, sebagai contoh di Kota Bogor dimana tingkat kenakalan remaja cukup tinggi. Akan tetapi, Kota Bogor juga memiliki taman yang berfungsi sebagai tempat interaksi antar remaja sehingga mendorong remaja untuk berkunjung ke taman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji keterkaitan pengalaman pemanfaatan taman dengan kenakalan remaja. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bogor dengan menggunakan metode deskriptif. Sampel sekolah menggunakan teknik purposive sampling sedangkan sampel taman ditentukan secara hipotetik dan mengacu pada luasan taman yang ada di Kota Bogor. Kemudian data dianalisis menggunakan analisis statistika berupa analisis kluster, analisis faktor, dan analisis chi-square. Hasil analisis menunjukkan bahwa contoh yang tidak berperilaku nakal berkorelasi dengan kesempatan bermain ke taman lebih dari 3 kali. Oleh karena itu, dibuat rekomendasi konsep taman yang diarahkan kepada hal-hal positif dengan mengacu kepada tiga hal yang perlu dikembangkan, yaitu pleasurable, healthy, dan learning.

Kata kunci: analisis statistika, kenakalan remaja, Kota Bogor, pengalaman pemanfaatan taman

ABSTRACT

MENTARI RAMADHAN. The Study of Linkage between Park Utilization Experience with Juvenile Delinquency (Case Study in Bogor City). Supervised by BAMBANG SULISTYANTARA.

Nowadays, the quality and quantity of juvenile delinquency in Indonesia has increased, such as in Bogor city where juvenile delinquency rate is quite high. However, Bogor city also has community park that has a social function to serve place to interact among the teens so that encourage teens to visit the park. Therefore, the objective of this study was to examine the linkage between park utilization experience with juvenile delinquency. This study was conducted in Bogor city by using descriptive method. The sampling of schools using purposive sampling technique while the sampling of parks determined hypothetically and refered to the existing park area in Bogor city. Then the data were analyzed using statistical analysis with cluster analysis, factor analysis, and chi-square analysis. The results of analysis showed that the sample that did not behave naughty correlated with the opportunity to play to the park more than 3 times. Therefore, we recommended concept of the park that directed to the positive things and refered to three things that need to be developed, that is pleasurable, healthy, and learning.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

KAJIAN KETERKAITAN PENGALAMAN

PEMANFAATAN TAMAN DENGAN KENAKALAN REMAJA

(STUDI KASUS DI KOTA BOGOR)

MENTARI RAMADHAN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Kajian Keterkaitan Pengalaman Pemanfaatan Taman dengan Kenakalan Remaja (Studi Kasus di Kota Bogor)

Nama : Mentari Ramadhan NIM : A44090005

Disetujui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini berjudul Kajian Keterkaitan Pengalaman Pemanfaatan Taman dengan Kenakalan Remaja (Studi Kasus di Kota Bogor).

Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan dalam penyusunan karya ilmiah ini,

2. bapak, mama, neng vira, a dani, dan keluarga besar atas doa, dukungan, semangat, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis,

3. Dr Ir Siti Nurisjah, MSLA selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama di Departemen Arsitektur Lanskap,

4. Dr Ir Tati Budiarti, MS dan Dr Ir Afra DN Makalew, MSc selaku penguji skripsi yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan karya ilmiah ini,

5. kepala sekolah dan guru dari semua sekolah yang dijadikan sampel penelitian atas kerja sama dan bantuannya kepada penulis selama proses penelitian, 6. siswa dan siswi SMP, SMA, dan SMK yang dijadikan sampel atas

kesediaannya menjadi responden dalam penelitian,

7. sahabat-sahabat tercinta (Athu Puspa Chrisdianti, Gabriella Natalingrum, Amanda Fauziah, Sry Wahyuni, Herawaty Pare, dan Damaria Widasari) atas dukungan, semangat, kebersamaan dan persahabatan selama ini,

8. Athu, Vony, Gaby, Mbak Sur, Irma, Ina, Dedek, dan Wida yang telah membantu selama pengumpulan data,

9. keluarga besar “Landscapers 46” atas kebersamaan selama ini, dan

10.semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pikir Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 4

Ruang Terbuka Publik 4

Taman 5

Remaja 7

Kenakalan Remaja 8

METODE 9

Lokasi dan Waktu Penelitian 9

Alat dan Bahan 9

Batasan Penelitian 9

Metode Penelitian 9

Tahapan Penelitian 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 15

Sampel Sekolah 15

Bentuk Kenakalan yang Diteliti 16

Analisis Kluster 18

Analisis Faktor 19

Hubungan antara Karakteristik Identitas Contoh dengan Tingkat Kenakalan 21 Hubungan antara Karakteristik Sosial Ekonomi Contoh dengan Tingkat

Kenakalan 26

Hubungan antara Teman Dekat dengan Tingkat Kenakalan 32 Hubungan antara Pengalaman Pemanfaatan Taman dengan Tingkat

(12)

Hubungan antara Pengalaman Pemanfaatan Taman dengan Setiap Bentuk

Kenakalan 36

Sampel Taman 47

Kriteria Taman Lingkungan 48

Persepsi dan Preferensi Remaja terhadap Taman 49

Rekomendasi Konsep Taman 55

SIMPULAN DAN SARAN 71

Simpulan 71

Saran 71

DAFTAR PUSTAKA 72

LAMPIRAN 74

RIWAYAT HIDUP 107

DAFTAR TABEL

1 Hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow (1943) 5 2 Jenis, sumber, dan metode pengambilan data dalam penelitian 10

3 Kategori untuk setiap variabel 12

4 Data sekolah yang dijadikan sampel dalam penelitian 15 5 Nilai p uji chi-square antara usia contoh (variabel 1) dengan tingkat

kenakalan (variabel 2) 21

6 Nilai p uji chi-square antara jenis kelamin (variabel 1) dengan tingkat

kenakalan (variabel 2) 22

7 Nilai p uji chi-square antara uang saku per hari (variabel 1) dengan

tingkat kenakalan (variabel 2) 23

8 Nilai p uji chi-square antara asal daerah (variabel 1) dengan tingkat

kenakalan (variabel 2) 23

9 Nilai p uji chi-square antara jumlah jenis prestasi (variabel 1) dengan

tingkat kenakalan (variabel 2) 24

10 Nilai p uji chi-square antara jenis sekolah (variabel 1) dengan tingkat

kenakalan (variabel 2) 25

11 Nilai p uji chi-square antara besar keluarga (variabel 1) dengan tingkat

kenakalan (variabel 2) 26

12 Nilai p uji chi-square antara usia ayah (variabel 1) dengan tingkat

kenakalan (variabel 2) 27

13 Nilai p uji chi-square antara usia ibu (variabel 1) dengan tingkat

kenakalan (variabel 2) 28

14 Nilai p uji chi-square antara pendidikan terakhir ayah (variabel 1)

dengan tingkat kenakalan (variabel 2) 28

15 Nilai p uji chi-square antara pendidikan terakhir ibu (variabel 1) dengan

(13)

16 Nilai p uji chi-square antara penghasilan ayah (variabel 1) dengan

tingkat kenakalan (variabel 2) 31

17 Nilai p uji chi-square antara penghasilan ibu (variabel 1) dengan tingkat

kenakalan (variabel 2) 31

18 Nilai p uji chi-square antara kepemilikan teman dekat (variabel 1)

dengan tingkat kenakalan (variabel 2) 32

19 Nilai p uji chi-square antara asal teman dekat (variabel 1) dengan

tingkat kenakalan (variabel 2) 33

20 Nilai p uji chi-square antara teman berekreasi (variabel 1) dengan

tingkat kenakalan (variabel 2) 33

21 Nilai p uji chi-square antara kesempatan ke taman (variabel 1) dengan

tingkat kenakalan (variabel 2) 34

22 Nilai p uji chi-square antara jumlah kunjungan ke taman (variabel 1)

dengan tingkat kenakalan (variabel 2) 35

23 Nilai p uji chi-square antara jarak taman dan rumah (variabel 1) dengan

tingkat kenakalan (variabel 2) 35

24 Nilai p uji chi-square antara kesempatan ke taman (variabel 1) dengan setiap bentuk kenakalan di dalam sekolah (variabel 2) 36 25 Sebaran data menurut kesempatan ke taman dan perilaku mencuri 37 26 Hasil uji chi-square terhadap kesempatan ke taman dari contoh yang

tidak pernah mencuri 37

27 Nilai p uji chi-square antara kesempatan ke taman (variabel 1) dengan setiap bentuk kenakalan di luar sekolah (variabel 2) 38 28 Sebaran data menurut kesempatan ke taman dan perilaku berpacaran 38 29 Hasil uji chi-square terhadap kesempatan ke taman dari contoh yang

tidak pernah berpacaran 39

30 Sebaran data menurut kesempatan ke taman dengan perilaku pulang

larut malam 39

31 Hasil uji chi-square terhadap kesempatan ke taman dari contoh yang

tidak pernah pulang larut malam 39

32 Sebaran data menurut kesempatan ke taman dan perilaku seks bebas 40 33 Hasil uji chi-square terhadap kesempatan ke taman dari contoh yang

tidak pernah seks bebas 40

34 Sebaran data menurut kesempatan ke taman dan perilaku menonton dan

membaca pornografi 40

35 Hasil uji chi-square terhadap kesempatan ke taman dari contoh yang

tidak pernah menonton dan membaca pornografi 40

36 Nilai p uji chi-square antara jumlah kunjungan ke taman (variabel 1) dengan setiap bentuk kenakalan di dalam sekolah (variabel 2) 41 37 Nilai p uji chi-square antara jumlah kunjungan ke taman (variabel 1)

dengan setiap bentuk kenakalan di luar sekolah (variabel 2) 42 38 Sebaran data menurut jumlah kunjungan ke taman dan perilaku

mengonsumsi narkoba 43

39 Hasil uji chi-square terhadap jumlah kunjungan ke taman dari contoh

yang tidak pernah mengonsumsi narkoba 43

40 Sebaran data menurut jumlah kunjungan ke taman dan perilaku pulang

(14)

41 Hasil uji chi-square terhadap jumlah kunjungan ke taman dari contoh

yang tidak pernah pulang larut malam 44

42 Sebaran data menurut jumlah kunjungan ke taman dengan perilaku

menonton dan membaca pornografi 44

43 Hasil uji chi-square terhadap jumlah kunjungan ke taman dari contoh yang tidak pernah menonton dan membaca pornografi 45 44 Nilai p uji chi-square antara jarak taman dan rumah (variabel 1) dengan

setiap bentuk kenakalan di dalam sekolah (variabel 2) 45 45 Nilai p uji chi-square antara jarak taman dan rumah (variabel 1) dengan

setiap bentuk kenakalan di luar sekolah (variabel 2) 46

46 Data taman di Kota Bogor 47

47 Contoh kelengkapan fasilitas pada taman lingkungan 49 48 Hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow (1943) 56

49 Konsep ruang taman dengan luas 2.4 ha 57

50 Konsep ruang taman dengan luas 5.000 m2 61

51 Konsep pembagian waktu penggunaan taman menurut usia pada hari

kerja 62

52 Konsep ruang taman dengan luas 1.000 m2 66

53 Konsep pembagian waktu penggunaan taman menurut usia pada hari

kerja 66

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir penelitian 3

2 Lokasi penelitian (a) Jawa Barat dan (b) Kota Bogor 9 3 Bagan tahapan pengumpulan data kenakalan remaja 11

4 Bagan penentuan sampel taman 11

5 Persentase contoh pada setiap bentuk kenakalan di dalam sekolah

berdasarkan kategori pernah (%) 16

6 Persentase contoh pada setiap bentuk kenakalan di dalam sekolah

berdasarkan kategori sering (>5 kali) (%) 17

7 Persentase contoh pada setiap bentuk kenakalan di luar sekolah

berdasarkan kategori pernah (%) 18

8 Persentase contoh pada setiap bentuk kenakalan di luar sekolah

berdasarkan kategori sering (>5 kali) (%) 18

9 Frekuensi relatif persepsi responden terhadap pemandangan taman (%) 50 10 Frekuensi relatif persepsi responden terhadap penataan taman (%) 50 11 Frekuensi relatif persepsi responden terhadap kenyamanan taman (%) 51 12 Frekuensi relatif persepsi responden terhadap kebisingan taman (%) 51 13 Frekuensi relatif persepsi responden terhadap hembusan angin di taman

(%) 51

14 Frekuensi relatif persepsi responden terhadap kelembaban udara di

taman (%) 52

(15)

18 Frekuensi relatif persepsi responden terhadap kelengkapan fasilitas di

taman (%) 54

19 Frekuensi relatif fasilitas yang diinginkan ada di taman (%) 54 20 Frekuensi relatif aktivitas yang dilakukan remaja di taman (%) 55

21 Konsep ruang dan sirkulasi taman 24.000 m2 58

22 Konsep vegetasi taman 24.000 m2 59

23 Massing diagram taman 24.000 m2 (a) west elevation, (b) east elevation,

dan (c) south elevation 59

24 Rencana blok taman 24.000 m2 60

25 Ilustrasi ruang edukasi pada taman 24.000 m2 60

26 Ilustrasi lapangan futsal pada taman 24.000 m2 61

27 Konsep ruang dan sirkulasi taman 5.000 m2 63

28 Konsep vegetasi taman 5.000 m2 63

29 Massing diagram taman 5.000 m2 (a) west elevation dan (b) east

elevation 64

30 Rencana blok taman 5.000 m2 64

31 Ilustrasi ruang bersantai pada taman 5.000 m2 65

32 Ilustrasi lapangan multiguna pada taman 5.000 m2 65

33 Konsep ruang dan sirkulasi taman 1.000 m2 67

34 Konsep vegetasi taman 1.000 m2 68

35 Massing diagram taman 1.000 m2 (a) west elevation dan (b) east

elevation 68

36 Rencana blok taman 1.000 m2 69

37 Ilustrasi ruang bermain dan bersantai pada taman 1.000 m2 69 38 Ilustrasi lapangan multiguna pada taman 1.000 m2 70

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuisioner untuk remaja 74

2 Anggota kluster 1 beserta tingkat kenakalannya 78 3 Anggota kluster 2 beserta tingkat kenakalannya 83 4 Anggota kluster 3 beserta tingkat kenakalannya 84 5 Anggota kluster 4 beserta tingkat kenakalannya 85 6 Output analisis faktor berupa nilai KMO dan Bartlett’s Test 86 7 Output analisis faktor berupa total variance explained 87 8 Output analisis faktor berupa rotated component matrix 88 9 Sebaran data menurut jenis kelamin dan tingkat kenakalan 89 10 Hasil uji chi-square terhadap jenis kelamin dari contoh dengan tingkat

kenakalan di dalam sekolah kategori tinggi 90

11 Sebaran data menurut asal daerah dan tingkat kenakalan di dalam

sekolah 91

12 Hasil uji chi-square terhadap asal daerah dari contoh dengan tingkat

kenakalan di dalam sekolah kategori rendah 92

13 Sebaran data menurut jenis sekolah dan tingkat kenakalan 93 14 Hasil uji chi-square terhadap jenis sekolah dari contoh dengan tingkat

(16)

15 Hasil uji chi-square terhadap jenis sekolah dari contoh dengan tingkat

kenakalan di luar sekolah kategori tinggi 95

16 Hasil uji chi-square terhadap jenis sekolah dari contoh dengan tingkat

kenakalan total kategori tinggi 96

17 Sebaran data menurut besar keluarga dan tingkat kenakalan di luar

sekolah 97

18 Hasil uji chi-square terhadap besar keluarga dari contoh dengan tingkat

kenakalan di luar sekolah kategori rendah 98

19 Sebaran data menurut pendidikan terakhir ayah dan tingkat kenakalan

di dalam sekolah 99

20 Hasil uji chi-square terhadap pendidikan terakhir ayah dari contoh dengan tingkat kenakalan di dalam sekolah kategori rendah 100 21 Sebaran data menurut pendidikan terakhir ibu dan tingkat kenakalan 101 22 Hasil uji chi-square terhadap pendidikan terakhir ibu dari contoh

dengan tingkat kenakalan di dalam sekolah kategori rendah 102 23 Hasil uji chi-square terhadap pendidikan terakhir ibu dari contoh

dengan tingkat kenakalan total kategori rendah 103 24 Sebaran data menurut teman berekreasi dan tingkat kenakalan di dalam

sekolah 104

25 Hasil uji chi-square terhadap teman berekreasi dari contoh dengan tingkat kenakalan di dalam sekolah kategori rendah 105 26 Peta rencana pengembangan ruang terbuka hijau Kota Bogor Tahun

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dewasa ini, Indonesia sedang menghadapi masalah besar terkait remaja. Remaja yang seharusnya menjadi generasi penerus bangsa yang bertanggung jawab untuk memajukan dan menyejahterakan bangsa justru menimbulkan masalah. Masalah yang semakin dirasakan, yaitu meningkatnya kuantitas dan kualitas kenakalan remaja. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan karena dapat berdampak buruk pada keberlanjutan negara ini.

Menurut Dryfoos (1990) dalam Santrock (2003), kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial hingga pelanggaran status dan tindak kriminal (pelanggaran indeks). Contoh pelanggaran status, seperti berbohong, melarikan diri, dan membolos. Contoh pelanggaran indeks, seperti berkelahi baik perorangan maupun kelompok (tawuran), merampok, membawa senjata tajam, dan mengkonsumsi narkoba.

Menurut Kartono dalam Asmani (2012) kenakalan remaja dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal (pribadi) dan eksternal (keluarga dan lingkungan). Faktor lingkungan merupakan faktor eksternal yang memiliki pengaruh yang cukup besar. Faktor lingkungan yang dimaksud seperti tren dan pergaulan masa kini serta pengaruh teman sebaya. Selain itu, ketersediaan ruang terbuka publik dari segi kuantitas dan kualitas pun berpengaruh terhadap perilaku seseorang yang mengarah pada kenakalan remaja. Menurut Shirvani (1985) dalam Wonoseputro (2007), ruang publik adalah ruang yang diperuntukkan sebagai sebuah ruang kota yang dapat diakses secara umum dan cuma-cuma oleh masyarakat kota dari berbagai lapisan. Ruang terbuka publik seperti taman memiliki fungsi sosial, yaitu sebagai tempat interaksi sosial yang sangat produktif untuk semua lapisan masyarakat. Menurut Sosiolog Musni Umar dalam Nisa dan Juneman (2012), orang yang tidak betah di rumah akan lebih banyak menghabiskan waktu di sekitar lingkungan mereka. Oleh karena itu, jika tidak ada ruang terbuka publik yang memadai, akan membuat mereka akhirnya

menghabiskan sebagian waktu dengan ‘nongkrong’ di tepi jalan.

(18)

2

Kenakalan remaja di Kota Bogor memang cukup tinggi, namun Kota Bogor pun memiliki taman yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dan interaksi sosial sehingga mendorong remaja untuk berkunjung ke taman. Adanya akses ke taman dan fasilitas rekreasi dapat menurunkan tindakan kejahatan, khususnya kenakalan remaja. Selain itu, taman atau fasilitas rekreasi dapat menjadi tempat yang aman bagi remaja untuk berinteraksi dengan teman sebayanya dan mencegah mereka untuk menghabiskan waktu dengan terlibat dalam masalah (Sherer 2006). Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian keterkaitan pengalaman pemanfaatan taman dengan kenakalan remaja untuk melihat bagaimana pengaruh kunjungan ke taman terhadap kenakalan remaja.

Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. menguraikan bentuk kenakalan remaja yang sering terjadi di Kota Bogor, 2. mengidentifikasi keterkaitan antara pengalaman pemanfaatan taman dengan

kenakalan remaja, dan

3. membuat rekomendasi konsep taman yang dapat menarik remaja sehingga dapat menurunkan kenakalan remaja.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, antara lain:

1. diperolehnya pengetahuan mengenai keterkaitan antara pengalaman pemafaatan taman dengan kenakalan remaja dan

2. dihasilkannya rekomendasi atau pertimbangan bagi pemerintah daerah Kota Bogor dalam pengembangan taman.

Kerangka Pikir Penelitian

(19)

3

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian Kota Bogor

Potensi :

Memiliki ruang terbuka publik (taman) Permasalahan :

Tren kenakalan remaja sangat tinggi dan mengalami peningkatan

Fungsi sosial : Sebagai tempat rekreasi

dan interaksi sosial

Pengalaman pemanfaatan taman

Analisis hubungan

Rekomendasi konsep taman yang dapat menarik remaja Mendorong remaja untuk

(20)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Ruang Terbuka Publik

Ruang terbuka merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka (Sasongko 2002). Menurut Shirvani (1985) dalam Wonoseputro (2007), ruang publik adalah ruang yang diperuntukkan sebagai sebuah ruang kota yang dapat diakses secara umum dan cuma-cuma oleh masyarakat kota dari berbagai lapisan. Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ruang terbuka publik adalah ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka dimana ruang tersebut dapat diakses secara umum dan cuma-cuma oleh masyarakat kota dari berbagai lapisan.

Menurut Carr (1992) dalam Sasongko (2002), ada tiga nilai yang seharusnya dimiliki oleh ruang publik agar menjadi ruang publik yang baik, yaitu: 1. Ruang yang responsif (responsive spaces)

Ruang publik didesain untuk melayani kebutuhan penggunanya. Kebutuhan utama masyarakat akan kepuasan dalam menggunakan ruang publik meliputi kenyamanan, relaksasi, melakukan kegiatan aktif dan pasif, juga menemukan hal-hal baru jika berada pada ruang tersebut.

2. Ruang yang demokratis (democratic spaces)

Ruang publik seharusnya bisa melindungi hak-hak kelompok pemakainya, ruang publik dapat dipakai atau dinikmati oleh semua kalangan dan memberikan kebebasan bertindak bagi penggunanya.

3. Ruang yang mempunyai arti (meaningful spaces)

Ruang publik harus dapat membiarkan pemakainya berhubungan kuat dengan ruang publik itu sendiri, kehidupan pribadinya, dan dunia yang lebih luas. Mereka menghubungkan keadaan sosial dengan fisik mereka, bisa secara psikologi membangun kenangannya, mengenang pengalamannya atau bahkan mengasingkan diri dan merenung.

Keberadaan ruang terbuka publik pada suatu kawasan di pusat kota sangat penting artinya karena ruang terbuka publik merupakan salah satu hal yang dibutuhkan oleh manusia sebagai tempat relaksasi atau melakukan kontak sosial, seperti teori yang dikemukakan oleh Maslow (1943) dalam Sasongko (2002) bahwasanya hirarki pertama dari kebutuhan manusia adalah kebutuhan fisiologis (physiological needs). Lebih lanjut Maslow (1943) menyatakan bahwa manusia akan didorong untuk memenuhi kebutuhan paling kuat. Berikut adalah hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow (1943) dari terendah hingga tertinggi (Tabel 1).

(21)

5

Taman

Menurut Arifin dan Nurhayati (2005), taman dalam pengertian terbatas merupakan sebidang lahan yang ditata sedemikian rupa sehingga mempunyai keindahan, kenyamanan, dan keamanan bagi pemilik atau penggunanya. Pada masyarakat perkotaan, taman-taman selain bernilai estetika juga berfungsi sebagai ruang terbuka.

Taman dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu taman aktif dan taman pasif. Taman aktif adalah taman yang dapat digunakan sebagai ruang aktif untuk melakukan aktivitas sosial dan rekreasi tanpa dibatasi ukuran dan lokasi taman (Nehme [tahun tidak diketahui]). Sedangkan taman pasif adalah taman yang terbuka untuk umum namun hanya ditujukan untuk kegiatan-kegiatan pasif.

Berdasarkan skalanya, taman dapat diklasifikasikan menjadi taman kota dan taman lingkungan. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (2008), taman kota adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat kota sedangkan taman lingkungan adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat lingkungan. Fasilitas taman harus disediakan untuk segala usia mulai dari anak-anak hingga lanjut usia. Taman mempunyai banyak fungsi, baik berkaitan dengan fungsi hidroorologis, ekologi, kesehatan, sosial, dan estetika (Atmojo 2007).

1. Fungsi hidrologi

Taman perkotaan yang merupakan lahan terbuka hijau dapat berperan dalam membantu fungsi hidroorologi dalam hal penyerapan air dan mereduksi potensi banjir. Pepohonan melalui perakarannya yang dalam mampu meresapkan air ke dalam tanah, sehingga pasokan air dalam tanah (water saving) semakin meningkat dan jumlah aliran limpasan air juga berkurang sehingga akan mengurangi terjadinya banjir.

2. Fungsi kesehatan

Taman yang penuh dengan pohon sebagai paru-paru kota merupakan produsen oksigen yang belum tergantikan fungsinya. Peran pepohonan yang tidak dapat digantikan oleh yang lain adalah berkaitan dengan penyediaan oksigen bagi kehidupan manusia.

Tabel 1 Hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow (1943)

Hirarki Kebutuhan (Needs) Terapan

1 Physiological Makan, minum, perumahan, seks, istirahat dan relaksasi, kontak sosial

2 Safety and Security Perlindungan, keamanan dan stabilitas

3 Social Cinta, persahabatan, perasaan memiliki dan diterima dalam kelompok, kekeluargaan

4 Esteem Status atau kedudukan, kepercayaan diri, pengakuan, reputasi dan prestasi, apresiasi 5 Self-actualization Penggunaan potensi diri, pertumbuhan,

pengembangan diri

(22)

6

3. Fungsi ekologis

Secara ekologis taman kota berfungsi sebagai penjaga kualitas lingkungan kota. Bahkan rindangnya taman serta banyak buah dan biji-bijian merupakan habitat yang baik bagi burung-burung untuk tinggal sehingga dapat mengundang burung-burung untuk berkembang membantu keseimbangan alam. Selain itu juga, taman kota berfungsi sebagai filter berbagai gas pencemar dan debu, pengikat karbon, dan pengatur iklim mikro.

4. Fungsi sosial

Taman sebagai tempat berolah raga dan rekreasi yang mempunyai nilai sosial, ekonomi, dan edukatif. Tersedianya lahan yang teduh, sejuk dan nyaman, akan mendorong warga kota untuk memanfaatkannya sebagai sarana untuk berjalan kaki setiap pagi, olahraga dan bermain.

5. Fungsi estetika

Dengan terpeliharanya dan tertatanya taman kota dengan baik akan meningkatkan kebersihan dan keindahan lingkungan, sehingga akan memiliki nilai estetika. Taman kota yang indah, dapat juga digunakan oleh warga setempat untuk memperoleh sarana rekreasi serta sebagai tempat anak-anak bermain dan belajar.

Kriteria yang harus dipenuhi dalam merancang ruang terbuka publik dan taman (Bell Planning Associates 2004), yaitu:

1. ruang publik harus dirancang untuk mendorong penggunaan yang logis oleh beragam pengguna,

2. pencahayaan dan lanskap dari ruang terbuka publik harus dirancang untuk mengurangi peluang terjadinya tindakan kriminal,

3. area untuk berhenti, beristirahat, dan mengamati harus disediakan untuk meningkatkan pengawasan, dan

4. taman yang aman menyediakan aktivitas di sekitar area yang terawasi, clear sightlines, pencahayaan yang baik, dan menyediakan tempat duduk.

Pedoman (guidelines) dalam merancang suatu ruang terbuka publik dan taman (Bell Planning Associates 2004), yaitu:

1. Pengawasan dilakukan melalui:

a. menyediakan berbagai aktivitas dan fasilitas di ruang terbuka untuk menarik beragam pengunjung atau pengguna, dan

b. mempekerjakan personil keamanan untuk mengawasi di luar jam kerja 2. Taman yang lebih besar dapat dijangkau dengan berjalan kaki dari transportasi

publik.

3. Area bermain yang aman bagi remaja dan anak-anak dari segala usia harus disediakan sehingga tidak ada kelompok usia yang mendominasi suatu area 4. Pastikan bahwa rute dan area pergerakan utama yang ditujukan untuk

penggunaan malam hari harus berada pada level yang sama dengan jalan. 5. Semua taman dan tempat bermain harus dirancang sedemikian rupa sehingga:

a. mudah terlihat dari jalan,

b. memiliki beberapa jalur keluar masuk, terutama jika area dipagari, c. memiliki jalur dengan sightlines yang leluasa,

(23)

7 e. Menyediakan berbagai street furniture dan tempat duduk yang teduh

dengan view ke ruang publik.

f. Tidak menciptakan lingkungan yang tidak aman seperti dead areas atau entrapment spots

Remaja

Kata remaja (adolescent) berasal dari bahasa Latin alescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescent mempunyai arti yang lebih luas lagi, yakni mencakup kematangan mental, emosional sosial, dan fisik (Hurlock 1992 dalam Asmani 2012). Pada masa ini, golongan remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas, karena mereka sudah tidak termasuk golongan anak tetapi juga belum masuk pada golongan dewasa atau tua (Asmani 2012)

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah 12 hingga 21 tahun. Akan tetapi, terdapat juga ahli yang menyatakan bahwa usia remaja berkisar antara 12 hingga 22 tahun. Menurut Santrock (2003) masa remaja dimulai kira-kira usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir antara usia 18 hingga 22 tahun. Perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional yang terjadi berkisar dari perkembangan fungsi seksual, proses berpikir abstrak sampai pada kemandirian. Menurut Rumini dan Siti (2004) dalam Asmani JM (2012), masa remaja adalah peralihan dari masa anak menjadi masa dewasa, dimana mereka mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun hingga 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun hingga 22 tahun bagi pria. Hal yang sama pun dipaparkan oleh Soejanto dalam Asmani (2012) bahwa masa remaja terentang antara usia 13 hingga 22 tahun.

Menurut Hall (1904) dalam Santrock (2007), masa remaja sudah sejak dulu dianggap sebagai masa yang sulit secara emosional. Hal tersebut didukung oleh pendapat Rosenblum dan Lewis (2003) dalam Santrock (2007) yang menyatakan bahwa pada masa remaja awal fluktuasi emosi dari tinggi ke rendah memang meningkat. Penemuan ini mendukung pandangan yang menyatakan bahwa remaja adalah orang yang sangat moody dan mudah berubah-ubah emosinya. Sangat penting bagi orang dewasa untuk menyadari bahwa moody adalah aspek normal dari masa remaja awal dan kebanyakan remaja akan melalui masa ini untuk kemudian berkembang menjadi orang dewasa yang kompeten. Meskipun begitu, untuk remaja tertentu emosi-emosi yang dialami pada masa ini dapat menyebabkan masalah yang serius (Hoeksema 2004 dalam Santrock 2007).

(24)

8

sama-sama berpengaruh terhadap keadaan emosi dari seorang remaja (Santrock 2007).

Kenakalan Remaja

Menurut Dryfoos (1990) dalam Santrock (2003) kenakalan remaja (juvenil delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal. Berdasarkan alasan hukum, terdapat 2 bentuk kenakalan remaja, yaitu pelanggaran indeks dan pelanggaran status. Pelanggaran indeks (index offenses) adalah suatu tindakan kriminal, baik yang dilakukan oleh remaja maupun orang dewasa, seperti perampokan, tindak penyerangan, perkosaan, dan pembunuhan. Pelanggaran status (status offenses) merupakan tindakan pelanggaran yang tidak seserius pelanggaran indeks, seperti melarikan diri, membolos, dan anak yang tidak dapat dikendalikan.

Menurut Kartono dalam Asmani (2012) kenakalan remaja dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal (pribadi) dan eksternal. Faktor internal berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh remaja dalam menanggapi mileu (lingkungan) di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar. Tingkah laku mereka merupakan reaksi yang salah atau irasional dari proses belajar, yang terwujud dalam bentuk ketidakmampuan mereka untuk beradaptasi terhadap lingkungan sekitar. Faktor eksternal adalah semua perangsang dan pengaruh luar yang menimbulkan tingkah laku tertentu terhadap remaja. Bentuk faktor eksternal dapat berupa faktor keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial. Faktor keluarga, seperti kurang harmonisnya hubungan diantara anggota keluarga dan kurang perhatiannya orang tua juga dapat menyebabkan kenakalan remaja. Faktor lingkungan sosial seperti tren dan pergaulan masa kini serta pengaruh teman sebaya. Selain itu, ketersediaan ruang terbuka publik dari segi kuantitas dan kualitas pun berpengaruh terhadap perilaku seseorang yang mengarah pada kenakalan remaja. Menurut Sosiolog Musni Umar dalam Nisa dan Juneman (2012), orang yang tidak betah di rumah akan lebih banyak menghabiskan waktu di sekitar lingkungan mereka. Oleh karena itu, jika tidak ada ruang terbuka publik yang memadai, akan membuat mereka akhirnya

menghabiskan sebagian waktu dengan ‘nongkrong’ di tepi jalan.

(25)

9

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian “Kajian Keterkaitan Pengalaman Pemanfaatan Taman dengan Kenakalan Remaja (Studi Kasus di Kota Bogor)” dilaksanakan di Kota Bogor. Pengumpulan data dimulai pada bulan Maret 2013. Kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data dan penyusunan skripsi hingga Bulan Februari 2014.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat tulis, laptop, Microsoft Office 2007, SPSS Statistics 17.0, AutoCAD 2010, Adobe Photoshop, dan Google SketchUp. Bahan yang digunakan adalah kuisioner dan bahan pustaka.

Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi hanya sampai mengkaji keterkaitan pengalaman pemanfaatan taman dengan kenakalan remaja. Hasil akhir dari penelitian ini berupa rekomendasi konsep taman yang dapat menarik remaja.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif, yaitu suatu metode dimana menganalisis dan menguraikan untuk menggambarkan keadaan objek yang diteliti yang dijadikan pusat perhatian dalam penelitian. Dalam metode ini dilakukan seleksi terhadap data yang sudah terkumpul, kemudian dikelompokkan, dikaji, dan disimpulkan. Selanjutnya hasil simpulan itu dideskripsikan. Berikut adalah jenis, sumber, dan metode pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian (Tabel 2).

(a) (b)

Gambar 2 Lokasi Penelitian (a) Jawa Barat dan (b) Kota Bogor

(26)

10

Tahapan Penelitian

Proses pelaksanaan penelitian ini terdiri dari empat tahap, yaitu tahap persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, dan pengembangan konsep. 1. Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap awal penelitian sebelum dilakukan kegiatan pengumpulan data. Tahap persiapan terdiri atas persiapan proposal, pelaksanaan kolokium, dan perizinan.

2. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan terdiri atas 4 jenis, yaitu data kenakalan remaja, data karakteristik identitas dan sosial ekonomi remaja, data distribusi taman di Kota Bogor, dan data terkait taman yang dijadikan sebagai sampel.

a. Data kenakalan remaja

Untuk memperoleh data mengenai kenakalan remaja, sebelumnya dilakukan pemilihan sampel sekolah. Pemilihan sampel sekolah dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dimana sampel tidak diambil secara acak melainkan ditentukan sendiri oleh peneliti dengan Tabel 2 Jenis, sumber, dan metode pengambilan data dalam penelitian

No. Jenis Data Sumber Data Metode

Pengambilan Data 1. Data kenakalan remaja

Data sekolah yang pernah terlibat kenakalan remaja Penyebab kenakalan remaja Remaja Kuisioner 2. Data karakteristik identitas

dan sosial ekonomi remaja

Remaja Kuisioner

3. Data distribusi taman di Kota Bogor

Bappedaa Studi pustaka 4. Data fisik taman

Fasilitas Peraturan

Menterib Bappedaa

Studi pustaka Studi pustaka 5. Data biofisik taman

Iklim Bappedaa Studi pustaka

Vegetasi dan satwa Bappedaa Studi pustaka 6. Data sosial taman

Persepsi dan preferensi remaja terhadap taman Saran remaja terhadap taman

Remaja Remaja

Kuisioner Kuisioner a

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (2012)

b

(27)

11 didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Dalam penelitian ini, kriteria yang digunakan adalah sekolah yang pernah terlibat dalam kenakalan remaja dan sekolah tersebut mewakili setiap kecamatan yang ada di Kota Bogor. Sampel sekolah yang digunakan berjumlah 18 sekolah yang terdiri atas 6 Sekolah Menengah Pertama, 6 Sekolah Menegah Kejuruan, dan 6 Sekolah Menengah Atas. Setelah diperoleh sampel sekolah, maka dilakukan penyebaran kuisioner kepada 30 hingga 40 siswa dari setiap sekolah, dimana siswa yang menjadi responden ditentukan oleh masing-masing sekolah. Bagan tahapan pengumpulan data kenakalan remaja dapat dilihat pada Gambar 3.

b. Data karakteristik identitas dan sosial ekonomi remaja

Data karakteristik identitas dan sosial ekonomi diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada responden yang telah dipilih.

c. Data distribusi taman

Data mengenai distribusi taman yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Kota Bogor diperoleh dengan cara studi pustaka ke Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor.

d. Data taman yang digunakan sebagai sampel

Dalam penelitian ini, dipilih tiga sampel taman dimana 1 sampel ditentukan secara hipotetik dan 2 sampel ditentukan berdasarkan luasan taman di Kota Bogor (Gambar 4). Sampel yang ditentukan secara hipotetik, yaitu berdasarkan kriteria taman lingkungan yang ideal. Kriteria yang digunakan mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Sedangkan sampel yang ditentukan berdasarkan luasan taman di Kota Bogor atas pertimbangan ketersediaan lahan yang diperuntukkan untuk taman di Kota Bogor. Luasan taman yang dipilih, yaitu 5.000 m2 dan 1.000 m2. Luasan 1.000 m2 dipilih untuk mewakili luasan terkecil taman interaksi sosial yang ada di Kota Bogor dan luasan 5.000 m2 dipilih untuk mewakili luasan terbesar taman interaksi sosial yang ada di Kota Bogor. Melalui standar dan luasan taman yang sudah ada tersebut diperoleh data fisik taman lingkungan. Data biofisik taman diperoleh melalui studi pustaka sedangkan data sosial taman berupa persepsi dan preferensi remaja serta saran terhadap taman di Kota Bogor saat ini diperoleh melalui penyebaran kuisioner.

Gambar 3 Bagan tahapan pengumpulan data kenakalan remaja

Purposive 30-40 siswa dari setiap sekolah tersebut

Gambar 4 Bagan penentuan sampel taman

3 sampel taman

1 sampel Secara hipotetik

(berdasarkan Peraturan Menteri PU No.5 Tahun 2008)

2 sampel

(28)

12

3. Pengolahan data

Dalam penelitian ini dilakukan pengkategorian terhadap variabel-variabel yang diteliti. Beberapa variabel dikategorikan menggunakan metode yang dikembangkan oleh Slamet (1993) dalam Ibaniati R (2005). Adapun tahapan awalnya, yaitu dengan cara menentukan interval kelas (IK) dari setiap variabel.

K kor ideal aktual tertinggi contoh kor ideal aktual terendah contoh umlah kategori

Variabel-variabel yang dikategorikan berdasarkan metode Slamet dengan menggunakan data aktual adalah variabel uang saku per hari, usia ayah dan ibu, tingkat kenakalan di dalam sekolah, tingkat kenakalan di luar sekolah, dan tingkat kenakalan total. Kategori-kategori yang dihasilkan untuk setiap variabel dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kategori untuk setiap variabel

No Variabel Kategori

1 Usia contoh 12-16 tahun

16-22 tahun

2 Jenis kelamin Perempuan

Laki-laki

3 Uang saku per hari Rendah (Rp 2.000,00 - Rp 18.000,00)

Sedang (Rp 18.000,00 - Rp 34.000,00)

Tinggi (Rp >34.000,00)

4 Asal daerah Bogor

Luar Bogor 5 Jumlah jenis prestasi Tidak ada

1 2 3

6 Jenis sekolah Negeri

Swasta

7 Besar keluarga Kecil (≤4 orang)

Sedang (5-7 orang) Besar (>7 orang) 8 Usia ayah dan ibu Meninggal

24-33 tahun 34-43 tahun 44-53 tahun 54-63 tahun 64-73 tahun 9 Pendidikan terakhir ayah dan

ibu

Tidak sekolah SD

(29)

13

No Variabel Kategori

10 Penghasilan ayah dan ibu Rp 0 - Rp 2.000.000,00

Rp 2.000.000,00 - Rp 4.000.000,00 Rp 4.000.000,00 - Rp 6.000.000,00 Rp >6.000.000,00

11 Kepemilikan teman dekat Tidak ada Ada

12 Asal teman dekat Sekolah berbeda Sekolah yang sama 13 Teman berekreasi Sendiri

Bersama teman sekolah Bersama teman dekat rumah 14 Kesempatan ke taman Tidak

Ya

15 Jumlah kunjungan ke taman Tidak pernah 1 kali

Jarak taman dengan rumah

Tingkat kenakalan di dalam

Setelah variabel-variabel dikategorikan, kemudian dilakukan pengolahan data berupa analisis statistika dengan menggunakan program SPSS Statistics 17.0. Analisis statistika yang digunakan adalah analisis kluster, analisis faktor, dan analisis chi-square.

a. Analisis kluster

Analisis kluster merupakan suatu kelas teknik yang dipergunakan untuk mengklasifikasi objek atau kasus ke dalam kelompok yang relatif homogen, yang disebut kluster (Supranto 2004). Dalam penelitian ini, analisis kluster digunakan untuk mengelompokkan responden ke dalam kelompok yang relatif homogen berdasarkan variabel-variabel yang diteliti. b. Analisis faktor

(30)

14

banyak menjadi sedikit variabel (faktor) dan masih memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli.

Untuk menguji kecocokan model faktor, digunakan uji Bartlett’s

Sphericity dengan menguji hipotesis nol bahwa variabel-variabel tidak saling berkorelasi dalam populasi. Jika analisis faktor ini tidak dapat ditolak, maka kecocokan analisis faktor harus dipertanyakan (Hidayat dan Nina 2011).

Ho : Variabel-variabel tidak berkorelasi dalam populasi

H1 : Variabel-variabel berkorelasi dalam populasi

Statistik yang digunakan untuk mengukur homogenitas variabel adalah Kaiser-Meyer-Olkin (KMO). Nilai yang biasa digunakan adalah >0,5. Nilai KMO yang semakin tinggi (>0,05) artinya korelasi antara pasangan-pasangan variabel dapat dijelaskan oleh variabel lain, dengan begitu analisis faktor dapat digunakan.

c. Analisis chi-square

Analisis chi-square yang dilakukan berupa analisis chi-square satu sampel dan dua sampel tidak terikat. Analisis chi-square satu sampel digunakan untuk menguji dependensi atau perbedaan antara distribusi observasi dengan harapan (Hidayat dan Nina 2011). Berikut adalah hipotesis untuk analisis chi-square satu sampel.

Ho = Tidak terdapat perbedaan proporsi

H1 = Terdapat perbedaan proporsi

Analisis chi-square dua sampel tidak terikat digunakan untuk menguji perbedaan apakah dua sampel tidak ada hubungan atau saling berhubungan. Dalam penelitian ini, uji chi-square dilakukan antara variabel karakteristik identitas contoh, karakteristik sosial ekonomi contoh, teman dekat, dan pengalaman pemanfaatan taman dengan tingkat kenakalan dan setiap bentuk kenakalan. Berikut adalah hipotesis untuk analisis chi-square dua sampel, dimana, jika nilai p<0,05, maka Ho ditolak

sedangkan jika p>0,05, maka Ho diterima.

Ho = Tidak terdapat perbedaan

H1 = Terdapat perbedaan

4. Pengembangan Konsep

(31)

15

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel Sekolah

Sampel sekolah yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui studi pustaka ke Polresta Bogor dengan mengacu pada kriteria yang telah ditentukan. Kriteria yang digunakan yaitu sekolah yang dijadikan sampel adalah sekolah yang pernah terlibat dalam kenakalan remaja dan sekolah tersebut mewakili setiap kecamatan yang ada di Kota Bogor. Berikut adalah sekolah yang dijadikan sebagai sampel (Tabel 4).

Data sekolah yang disebutkan pada Tabel 4 diperoleh dari Polresta Bogor, kecuali SMP Negeri 10 Bogor, SMA Negeri 3 Bogor, SMA Negeri 4 Bogor, SMA Negeri 5 Bogor, dan SMA Negeri 1 Bogor. Kelima sekolah tersebut dipilih berdasarkan lokasinya yang mewakili kecamatan yang bersangkutan karena pada kecamatan tersebut tidak diperoleh data SMP dan SMA yang pernah terlibat kenakalan remaja dari Polresta Bogor. Kemudian khusus untuk Kecamatan Bogor Utara terdapat 4 sampel sekolah karena SMK Mekanika 2 dipilih untuk mewakili SMK Mekanika 1 yang terletak di Kecamatan Tanah Sareal.

Setelah diperoleh sampel sekolah, maka dilakukan penyebaran kuisioner kepada 30 hingga 40 siswa dari setiap sekolah yang dijadikan sampel. Total responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 617 orang, yang terdiri atas siswa SMP sebanyak 212 orang (34,4 %), SMK sebanyak 208 orang (33,7 %), dan SMA sebanyak 197 orang (31,9 %).

Tabel 4 Data sekolah yang dijadikan sampel dalam penelitian No. Kecamatan Jenjang

Pendidikan

Nama Sekolah 1. Bogor Selatan SMP SMP Negeri 10 Bogor 2. Bogor Selatan SMA SMA Negeri 4 Bogor 3. Bogor Selatan SMK SMK Bhakti Taruna 3 4. Bogor Timur SMP SMP PGRI 5 Bogor 5. Bogor Timur SMA SMA Negeri 3 Bogor

6. Bogor Timur SMK SMK YZA 2 Bogor

7. Bogor Barat SMP SMP Negeri 14 Bogor 8. Bogor Barat SMA SMA Negeri 5 Bogor

9. Bogor Barat SMK SMK YKTB1 Bogor

(32)

16

Bentuk Kenakalan yang Diteliti

Bentuk kenakalan yang diteliti dibagi menjadi 2, yaitu kenakalan di dalam sekolah dan kenakalan di luar sekolah. Kenakalan di dalam sekolah terdiri atas 10 bentuk kenakalan, yaitu merokok, kabur dari sekolah, berpacaran, mengancam teman atau guru, memeras orang lain, berkelahi, membawa senjata tajam, mencuri, merampas, dan melukai orang lain. Kenakalan di luar sekolah terdiri atas 18 bentuk kenakalan, yaitu merokok, berpacaran, mabuk, mengancam orang lain, memeras orang lain, mengonsumsi narkoba, kebut-kebutan di jalan, tawuran, melarikan diri dari rumah, pulang larut malam, merusak fasilitas umum, mencuri, seks bebas, membawa senjata tajam, merampas, merampok, menonton dan membaca pornografi, serta melukai orang lain.

Kenakalan di Dalam Sekolah

Persentase setiap bentuk kenakalan di dalam sekolah berdasarkan kategori pernah dapat dilihat pada Gambar 5. Bentuk kenakalan yang memiliki persentase paling tinggi adalah berpacaran (55,6 %). Kemudian diikuti oleh berkelahi (25,1 %), kabur dari sekolah (17,7 %), merokok (17,5 %), melukai orang lain (16,4 %), memeras orang lain (7 %), mengancam orang lain (6,8 %), mencuri (4,2 %), membawa senjata tajam (2,9 %), dan merampas (0,5 %).

Persentase setiap bentuk kenakalan di dalam sekolah berdasarkan frekuensi sering (>5 kali) dapat dilihat pada Gambar 6. Bentuk kenakalan yang memiliki persentase paling tinggi adalah berpacaran (9,2 %). Kemudian diikuti oleh merokok (4,4 %), kabur dari sekolah (2,4 %), berkelahi (2,1 %), melukai orang lain (1 %), mengancam orang lain (0,5 %), memeras orang lain (0,5 %), mencuri (0,3 %), membawa senjata tajam (0,3 %), dan merampas (0 %).

Gambar 5 Persentase contoh pada setiap bentuk kenakalan di dalam sekolah berdasarkan kategori pernah (%)

17.5

55.6

17.7

6.8 7

25.1

4.2 2.9

0.5

(33)

17

Kenakalan di Luar Sekolah

Persentase setiap bentuk kenakalan di luar sekolah berdasarkan kategori pernah dapat dilihat pada Gambar 7. Bentuk kenakalan yang memiliki persentase paling tinggi adalah berpacaran (62,6 %). Kemudian diikuti oleh pulang larut malam (43,1 %), menonton dan membaca pornografi (28,2 %), kebut-kebutan di jalan (26,6 %), merokok (23,8 %), melukai orang lain (14,4 %), tawuran (13 %), melarikan diri dari rumah (13 %), mengancam orang lain (8,1 %), merusak fasilitas umum (7,6 %), mabuk (5,2 %), memeras orang lain (4,9 %), mencuri (3,7 %), seks bebas (1,8%), mengonsumsi narkoba (1,3%), merampas (0,3 %), dan merampok (0,3 %).

Persentase setiap bentuk kenakalan di luar sekolah berdasarkan frekuensi sering (>5 kali) dapat dilihat pada Gambar 8. Bentuk kenakalan yang memiliki persentase paling tinggi adalah berpacaran (14,1 %). Kemudian diikuti oleh pulang larut malam (9,1 %), merokok (8,4 %), kebut-kebutan di jalan (5,3 %), menonton dan membaca pornografi (3,2 %), tawuran (1,8 %), melarikan diri dari rumah (1,1 %), melukai orang lain (1,1 %), mabuk (0,8 %), membawa senjata tajam (0,5 %), mengancam orang lain (0,3 %), memeras orang lain (0,3 %), mengonsumsi narkoba (0,3 %), merusak fasilitas umum (0,3 %), seks bebas (0,2 %), merampok (0,2 %), mencuri (0 %), dan merampas (0 %).

Gambar 6 Persentase contoh pada setiap bentuk kenakalan di dalam sekolah berdasarkan kategori sering (>5 kali)

4.4

2.4

9.2

0.5 0.5

2.1

0.3 0.3 0 1

(34)

18

Analisis Kluster

Analisis kluster merupakan suatu kelas teknik yang digunakan untuk mengklasifikasi objek atau kasus ke dalam kelompok yang relatif homogen, yang disebut kluster (Supranto 2004). Dengan menggunakan analisis kluster, sejumlah data yang berbeda akan diklasifikasikan ke dalam satu atau lebih kluster. Setiap Gambar 7 Persentase contoh pada setiap bentuk kenakalan di luar sekolah

berdasarkan kategori pernah (%)

23.8 62.6

5.2 8.1 4.9 1.3

26.6

13 13 43.1

7.6

3.7 1.8 3.6 0.3 0.3 28.2

14.4 Persentase contoh pada setiap bentuk kenakalan di luar sekolah berdasarkan kategori pernah (%)

Gambar 8 Persentase contoh pada setiap bentuk kenakalan di luar sekolah berdasarkan frekuensi sering (>5 kali) (%)

8.4 14.1

0.8 0.3 0.3 0.3 5.3

1.8 1.1 9.1

0.3 0 0.2 0.5 0 0.2 3.2

(35)

19 kluster kemudian akan berisi objek yang memiliki kemiripan atau karakteristik yang sama, dan objek yang berlainan kluster tidak mirip satu sama lain (Hidayat dan Nina 2011).

Dalam penelitian ini analisis kluster digunakan untuk mengelompokkan responden ke dalam kelompok yang relatif homogen berdasarkan variabel-variabel yang diteliti. Variabel-variabel-variabel yang diteliti tersebut, diantaranya variabel-variabel karakteristik identitas contoh, karakteristik sosial ekonomi contoh, teman dekat, pengalaman pemanfaatan taman, dan tingkat kenakalan. Metode pengelompokan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode hierarchical cluster dimana terlebih dahulu dilakukan pengelompokan terhadap dua atau lebih objek yang memiliki karakteristik atau kemiripan paling dekat. Pengelompokan terus dilakukan sampai terbentuk hirarki dari yang paling mirip sampai yang paling tidak mirip (Hidayat dan Nina 2011).

Hasil analisis kluster menggunakan SPSS Statistics 17.0 diperoleh 4 kluster dimana kluster 1 terdiri atas 547 anggota, kluster 2 terdiri atas 38 anggota, kluster 3 terdiri atas 28 anggota, dan kluster 4 terdiri atas 4 anggota. Anggota kluster 1 beserta tingkat kenakalannya dapat dilihat pada Lampiran 2. Dapat dilihat bahwa anggota kluster 1 memiliki tingkat kenakalan baik di dalam sekolah, di luar sekolah, maupun tingkat kenakalan total kategori rendah. Anggota kluster 2 beserta tingkat kenakalannya dapat dilihat pada Lampiran 3. Dapat dilihat bahwa anggota kluster 2 memiliki tingkat kenakalan di dalam sekolah kategori rendah dan tinggi, tingkat kenakalan di luar sekolah kategori rendah, dan tingkat kenakalan total kategori rendah. Anggota kluster 3 beserta tingkat kenakalannya dapat dilihat pada Lampiran 4. Dapat dilihat bahwa anggota kluster 3 memiliki tingkat kenakalan baik di dalam sekolah, di luar sekolah, maupun tingkat kenakalan total kategori rendah dan tinggi. Anggota kluster 4 beserta tingkat kenakalannya dapat dilihat pada Lampiran 5. Dapat dilihat bahwa anggota kluster 4 memiliki tingkat kenakalan di dalam sekolah, di luar sekolah, maupun tingkat kenakalan total kategori tinggi. Berdasarkan keempat kluster tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh memiliki tingkat kenakalan baik di dalam sekolah, di luar sekolah, dan kenakalan total kategori rendah.

Analisis Faktor

(36)

20

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai KMO dan Bartlett’s test of sphericity (Lampiran 6). Uji Bartlett’s test of sphericity digunakan untuk menguji hipotesis nol bahwa variabel tidak saling berkorelasi dalam populasi.

Ho : Variabel-variabel tidak berkorelasi dalam populasi

H1 : Variabel-variabel berkorelasi dalam populasi

Nilai Bartlett’s test of sphericity menunjukkan perkiraan chi-square sebesar 2244,649 dengan signifikansi 0,000 (<0,05) (Lampiran 6). Dengan begitu hipotesis nol ditolak, artinya variabel-variabel berkorelasi dalam populasi. Oleh karena itu, kecocokan analisis faktor dapat diterima. Kemudian nilai KMO sebesar 0,619 (>0,5), artinya variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain dan dengan begitu dapat digunakan dalam analisis selanjutnya.

Banyaknya faktor yang mempengaruhi tingkat kenakalan, yaitu sebanyak 6 faktor (Lampiran 7). Jumlah tersebut ditentukan berdasarkan eigenvalues, dimana hanya faktor dengan eigenvalues lebih besar dari 1 yang dipertahankan sedangkan yang lebih kecil dari 1 faktornya tidak diikutsertakan dalam model. Berdasarkan hasil rotated component matrix dapat dilihat variabel-variabel yang terkandung dalam setiap faktor (Lampiran 8).

Faktor pertama terdiri atas variabel uang saku, pendidikan terakhir ayah, pendidikan terakhir ibu, penghasilan ayah, dan penghasilan ibu (Lampiran 8). Dengan melihat nama dari variabel yang masuk dalam faktor pertama, maka faktor ini dapat dinamai faktor kesejahteraan keluarga. Faktor pertama memiliki varians sebesar 15,257 %, artinya faktor pertama dapat menjelaskan 15,257 % variabilitas 18 variabel asli (Lampiran 7).

Faktor kedua terdiri atas dua variabel, yaitu variabel kesempatan ke taman dan jumlah kunjungan ke taman (Lampiran 8). Kedua variabel yang masuk dalam faktor ini berkaitan dengan taman, maka faktor kedua ini dapat dinamai faktor kunjungan ke taman. Faktor kedua memiliki varians sebesar 11,657, artinya faktor kedua dapat menjelaskan 11,657 % variabilitas 18 variabel asli (Lampiran 7).

Faktor ketiga terdiri atas variabel besar keluarga, usia ayah, dan usia ibu (Lampiran 8). Ketiga variabel tersebut berkaitan dengan keluarga sehingga faktor ketiga ini dapat dinamai faktor keluarga. Varians faktor ketiga sebesar 8,705 %, artinya faktor ketiga dapat menjelaskan 8,705 % variabilitas 18 variabel asli (Lampiran 7).

Faktor keempat terdiri atas variabel usia, jenis kelamin, dan teman berekreasi (Lampiran 8). Faktor keempat tersebut dapat dinamai faktor pertemanan. Faktor keempat memiliki varians sebesar 7,775 %, artinya faktor keempat dapat menjelaskan 7,775 % variabilitas 18 variabel asli (Lampiran 7).

Faktor kelima terdiri atas teman dekat dan asal teman dekat (Lampiran 8). Faktor kelima tersebut dapat dinamai faktor teman dekat. Varians faktor kelima sebesar 6,582 %, artinya faktor kelima dapat menjelaskan 6,582 % variabilitas 18 variabel asli (Lampiran 7).

Faktor keenam terdiri atas variabel asal daerah, prestasi, dan jarak taman dengan rumah (Lampiran 8). Ketiga variabel tersebut dapat dinamai faktor keinginan berekreasi ke taman. Faktor keenam memiliki varians sebesar 6,004 %, artinya faktor keenam dapat menjelaskan 6,004 % variabilitas 18 variabel asli (Lampiran 7).

(37)

21 tersebut memiliki kepentingan yang lebih tinggi dibanding faktor lainnya. Oleh karena itu, susunan faktor jika diurutkan berdasarkan tingginya kepentingan adalah faktor pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, dan keenam. Keenam faktor tersebut memiliki nilai varians kumulatif sebesar 55,980 % yang artinya keenam faktor tersebut dapat menjelaskan 55,980 % variabilitas dari 18 variabel asli (Lampiran 7).

Hubungan antara Karakteristik Identitas Contoh dengan Tingkat Kenakalan

Variabel karakteristik identitas contoh yang diteliti, yaitu usia contoh, jenis kelamin, uang saku per hari, asal daerah, jumlah jenis prestasi, dan jenis sekolah. Untuk melihat hubungan antara variabel karakteristik identitas contoh dengan tingkat kenakalan, maka dilakukan uji chi-square.

Usia Contoh

Usia contoh berkisar antara 12 sampai 22 tahun. Hal tersebut sesuai dengan definisi yang dipaparkan oleh Santrock (2003) dimana masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir antara usia 18 sampai 22 tahun. Definisi yang sama mengenai rentang usia remaja dimulai dari usia 12 hingga 22 tahun pun dipaparkan oleh Rumini dan Siti (2004) dalam Asmani (2012).

Usia contoh dikategorikan menjadi 2, yaitu 12-16 tahun dan 16-22 tahun. Sebaran data menurut usia contoh menunjukkan bahwa dari 617 orang contoh, 278 orang berusia 12-16 tahun dan 339 orang berusia 16-22 tahun. Untuk melihat hubungan antara usia contoh dengan tingkat kenakalan, maka dilakukan uji chi square. Berikut nilai p uji chi-square antara usia contoh dengan tingkat kenakalan di dalam sekolah, di luar sekolah, dan tingkat kenakalan total (Tabel 5). Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai p>0,05 untuk ketiga pasangan variabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kenakalan, baik tingkat kenakalan di dalam sekolah, di luar sekolah, dan tingkat kenakalan total antara contoh yang berusia 12-16 tahun dan 16-22 tahun.

Jenis Kelamin

Sebaran data menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa dari 617 orang contoh, 286 orang berjenis kelamin perempuan dan 331 orang berjenis kelamin laki-laki. Untuk melihat hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kenakalan, Tabel 5 Nilai p uji chi-square antara usia contoh (variabel 1) dengan tingkat

kenakalan (variabel 2)

No. Variabel 1 Variabel 2 Nilai p uji

chi-square Interpretasi 1. Usia contoh Tingkat kenakalan

di dalam sekolah

0,411 Tidak signifikan

2. Usia contoh Tingkat kenakalan di luar sekolah

0,358 Tidak signifikan

(38)

22

maka dilakukan uji chi square. Berikut nilai p uji chi-square antara jenis kelamin dengan tingkat kenakalan di dalam sekolah, di luar sekolah, dan tingkat kenakalan total (Tabel 6). Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai p<0,05 untuk ketiga pasangan variabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kenakalan, baik tingkat kenakalan di dalam sekolah, di luar sekolah, dan tingkat kenakalan total antara contoh perempuan dan laki-laki.

Perbedaan tingkat kenakalan di dalam sekolah antara perempuan dan laki-laki dapat dilihat pada Lampiran 9. Sebagian besar perempuan (99,7 %) memiliki tingkat kenakalan di dalam sekolah kategori rendah sedangkan untuk contoh laki-laki sebesar 90 % yang memiliki tingkat kenakalan di dalam sekolah kategori rendah. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan proporsi jenis kelamin pada contoh yang memiliki tingkat kenakalan di dalam sekolah kategori tinggi, maka dilakukan uji chi-square satu sampel. Hasil uji-chi square diperoleh nilai p<0,05 (Lampiran 10). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan proporsi jenis kelamin pada contoh yang memiliki tingkat kenakalan di dalam sekolah kategori tinggi dimana jumlah laki-laki lebih banyak.

Perbedaan tingkat kenakalan di luar sekolah antara perempuan dan laki-laki dapat dilihat pada Lampiran 9. Seluruh contoh perempuan memiliki tingkat kenakalan di luar sekolah kategori rendah sedangkan untuk contoh laki-laki sebesar 94 % yang memiliki tingkat kenakalan di luar sekolah kategori rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa contoh yang memiliki tingkat kenakalan di luar sekolah kategori tinggi seluruhnya berjenis kelamin laki-laki.

Perbedaan tingkat kenakalan total antara perempuan dan laki-laki dapat dilihat pada Lampiran 9. Seluruh contoh perempuan memiliki tingkat kenakalan total kategori rendah sedangkan untuk contoh laki-laki sebesar 92,4 % yang memiliki tingkat kenakalan total kategori rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa contoh yang memiliki tingkat kenakalan total kategori tinggi seluruhnya berjenis kelamin laki-laki. Hasil ketiga analisis di atas konsisten dengan penelitian Simons (1996) dalam Puspitawati (2006) yang menyatakan bahwa remaja laki-laki mempunyai resiko lebih besar dalam melakukan perilaku antisosial dibandingkan remaja perempuan.

Uang Saku per Hari

Berdasarkan metode interval kelas yang dikembangkan oleh Slamet (1993) besarnya uang saku contoh per hari dikategorikan menjadi tiga, yaitu rendah (Rp 2.000,00 - Rp 18.000,00), sedang (Rp 18.000,00 - Rp 34.000,00), dan tinggi (>Rp 34.000,00). Sebaran data menurut uang saku per hari menunjukkan bahwa dari Tabel 6 Nilai p uji chi-square antara jenis kelamin (variabel 1) dengan tingkat

kenakalan (variabel 2)

No. Variabel 1 Variabel 2 Nilai p uji

chi-square Interpretasi 1. Jenis kelamin Tingkat kenakalan

di dalam sekolah

0,000 Signifikan

2. Jenis kelamin Tingkat kenakalan di luar sekolah

0,000 Signifikan

(39)

23 617 orang contoh, 473 orang mendapatkan uang saku rendah, 135 orang mendapatkan uang saku sedang, dan 9 orang mendapatkan uang saku tinggi. Untuk melihat hubungan antara uang saku per hari dengan tingkat kenakalan, maka dilakukan uji chi square. Berikut nilai p uji chi-square antara uang saku per hari dengan tingkat kenakalan di dalam sekolah, di luar sekolah, dan tingkat kenakalan total (Tabel 7). Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai p>0,05 untuk ketiga pasangan variabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kenakalan, baik tingkat kenakalan di dalam sekolah, di luar sekolah, dan tingkat kenakalan total antara contoh yang mendapatkan uang saku rendah, sedang, dan tinggi.

Asal Daerah

Asal daerah contoh dibuat menjadi dua kategori, yaitu Bogor dan luar Bogor. Sebaran data menurut asal daerah menunjukkan bahwa dari 617 orang contoh, 526 orang berasal dari Bogor dan 91 orang berasal dari luar Bogor. Untuk melihat hubungan antara asal daerah dengan tingkat kenakalan, maka dilakukan uji chi square. Berikut nilai p uji chi-square antara asal daerah dengan tingkat kenakalan di dalam sekolah, di luar sekolah, dan tingkat kenakalan total (Tabel 8). Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai p>0,05 untuk pasangan variabel asal daerah dengan tingkat kenakalan di luar sekolah dan tingkat kenakalan total. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kenakalan di luar sekolah dan tingkat kenakalan total pada contoh yang mendapatkan uang saku rendah, sedang, dan tinggi. Akan tetapi, diperoleh nilai p<0,05 antara pasangan variabel asal daerah dengan tingkat kenakalan di dalam sekolah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kenakalan di dalam sekolah antara contoh yang mendapatkan uang saku rendah, sedang, dan tinggi.

Tabel 8 Nilai p uji chi-square antara asal daerah (variabel 1) dengan tingkat kenakalan (variabel 2)

No. Variabel 1 Variabel 2 Nilai p uji

chi-square Interpretasi 1. Asal daerah Tingkat kenakalan

di dalam sekolah

0,047 Signifikan

2. Asal daerah Tingkat kenakalan di luar sekolah

0,189 Tidak signifikan

3. Asal daerah Tingkat kenakalan total 0,056 Tidak signifikan

Tabel 7 Nilai p uji chi-square antara uang saku per hari (variabel 1) dengan tingkat kenakalan (variabel 2)

No. Variabel 1 Variabel 2 Nilai p uji

chi-square Interpretasi 1. Uang saku per hari Tingkat kenakalan

di dalam sekolah

0,423 Tidak signifikan

2. Uang saku per hari Tingkat kenakalan di luar sekolah

0,192 Tidak signifikan

(40)

24

Perbedaan tingkat kenakalan di dalam sekolah pada contoh yang berasal dari Bogor dan luar Bogor dapat dilihat pada Lampiran 11. Sebagian besar contoh yang berasal dari Bogor (95,2 %) memiliki tingkat kenakalan di dalam sekolah kategori rendah sedangkan contoh yang berasal dari luar Bogor sebesar 90,1 % yang memiliki tingkat kenakalan di dalam sekolah kategori rendah. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan proporsi asal daerah pada contoh yang memiliki tingkat kenakalan di dalam sekolah kategori rendah, maka dilakukan uji chi-square satu sampel. Hasil uji-chi square diperoleh nilai p<0,05 (Lampiran 12). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan proporsi asal daerah pada contoh yang memiliki tingkat kenakalan di dalam sekolah kategori rendah dimana jumlah contoh yang berasal dari Bogor lebih banyak.

Jumlah Jenis Prestasi

Prestasi yang pernah diraih oleh contoh terdiri atas 3 jenis, yaitu prestasi ilmu pengetahuan, olahraga, serta seni, budaya, dan sastra. Dalam hal ini dilihat hubungan antara jumlah jenis prestasi yang pernah diraih oleh contoh dengan tingkat kenakalan. Sebaran data menurut jumlah jenis prestasi menunjukkan bahwa dari 617 orang contoh, 391 orang tidak memiliki prestasi, 187 orang memiliki 1 jenis prestasi, 38 orang memiliki 2 jenis prestasi, dan 1 orang memiliki 3 jenis prestasi. Untuk melihat hubungan antara jumlah jenis prestasi dengan tingkat kenakalan, maka dilakukan uji chi square. Berikut nilai p uji chi-square antara jumlah jenis prestasi dengan tingkat kenakalan di dalam sekolah, di luar sekolah, dan tingkat kenakalan total (Tabel 9). Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai p>0,05 untuk ketiga pasangan variabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kenakalan, baik tingkat kenakalan di dalam sekolah, di luar sekolah, dan tingkat kenakalan total antara contoh yang tidak memiliki prestasi, memiliki 1 jenis prestasi, 2 jenis prestasi , dan 3 jenis prestasi.

Jenis Sekolah

Jenis sekolah terbagi menjadi 2, yaitu sekolah negeri dan swasta. Sebaran data menurut jenis sekolah menunjukkan bahwa dari 617 orang contoh, 339 orang berasal dari sekolah negeri dan 278 orang berasal dari sekolah swasta. Untuk melihat hubungan antara jenis sekolah dengan tingkat kenakalan, maka dilakukan uji chi square. Berikut nilai p uji chi-square antara jenis sekolah dengan tingkat kenakalan di dalam sekolah, di luar sekolah, dan tingkat kenakalan total (Tabel 10). Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai p<0,05 untuk ketiga pasangan Tabel 9 Nilai p uji chi-square antara jumlah jenis prestasi (variabel 1) dengan

tingkat kenakalan (variabel 2)

No. Variabel 1 Variabel 2 Nilai p uji

0,461 Tidak signifikan

2. Jumlah jenis

Gambar

Tabel 4  Data sekolah yang dijadikan sampel dalam penelitian
Gambar 6  Persentase contoh pada setiap bentuk kenakalan di dalam sekolah
Gambar 7  Persentase contoh pada setiap bentuk kenakalan di luar sekolah
Tabel 24  Nilai p uji chi-square antara kesempatan ke taman (variabel 1)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebenarnya saya tidak kaget-kaget amat dengan pengalaman pertama anak Presiden yang mengatakan “Ini daging yang paling enak yang pernah gue coba&#34; saat tak sengaja memakan

Caithness Energy and Florida Power &amp; Light, the principal foreign owners of a fourth project, Karaha Bodas Company (KBC), also proceeded to arbitration, received a large

PENELITIAN GIZI DAN MAKANAN merupakan jurnal berkala ilmiah yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat dua kali setahun.. Tulisan

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel Profitabilitas dan Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen dan Keputusan

KANTOR LAYANAN PENGADAAN BARANG /

This implies subanayticity of small sub- Riemannian balls for a wide class of real-analytic sub-Riemannian structures: for any structure without abnormal minimizers and for

239.743.000,- ( Dua Ratus Tiga Puluh Sembilan Juta Tujuh Ratus Empat Puluh Tiga Ribu Rupiah ).. Demikian disampaikan untuk diketahui dan dilaksanakan

Rata-rata siswa, baik di kelas eksperimen dan kelas kontrol belajar bahasa Jepang.. tingkat dasar ( Shokyuu ) sejak