• Tidak ada hasil yang ditemukan

REFLEKSI ADA APA DENGAN GOVERNANCE DI DA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REFLEKSI ADA APA DENGAN GOVERNANCE DI DA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

REFLEKSI : 

ADA APA DENGAN GOVERNANCE DI DAERAH 

DAN BAGAIMANA KONDISI GOVERNANCE DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Oleh: Sukis, Ak, CA, MM

Auditor Madya 

pada Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan 

Pendahuluan

Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, berupa maraknya Kepala Daerah yang terkena Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Benarkah fenomena itu sebagai pertanda adanya kelemahan dalam tata kelola pemerintahan (governance) di pemerintah daerah?

Agenda reformasi telah mulai dari dilakukannnya amandemen UUD 1945, yang diikuti dengan revisi peraturan perundang-undangan yang terkait, termasuk didalamnya tentang pemerintahan daerah dan sitem pemilihan kepala daerah. Perubahan sistem pemilihan kepala daerah dari dipilih oleh DPRD menjadi dipilih oleh rakyat merupakan salah satu upaya pemberdayaan masyarakat dalam bidang pemerintahan dan demokrasi. Alasan dipilihnya pemilihan kepala daerah secara langsung adalah terbukanya peluang untuk hadirnya pemimpin yang sesuai dengan kehandak rakyat dan menjaga stabilitas pemerintahan. Disamping kedua alasan tersebut, menurut Maswadi Rauf terdapat empat alasan lain, pemilukada dilakukan secara langsung yaitu: 1) untuk membangun otonomi daerah; 2) menumbuhkan kepemimpinan lokal; 3) meningkatkan akuntabilitas publik dan transparansi daerah; dan 4) adanya proses legitimasi rakyat yang kuat. Reformasi yang sangat mendasar dibidang Pengelolaan keuangan yaitu dengan dilakukannnya unifikasi peraturan perundangan bidang keuangan (UU tentang Keuangan Negara, UU tentang Perbendaharaan Negara dan UU tentang Pemeriksaan pertanggungjawaban Keuangan Negara). Dengan diundangkannya ketiga UU tersebut, diikuti dengan harmonisasi peraturan pengelolaan keuangan pada pemerintah daerah.

Fenomena

(2)

Dalam Negeri sekitar awal 2014 dalam rangka mencari penyebab kepala daerah melakukan korupsi karena tingginya biaya politik yang dikeluarkan ketika proses pemilihan langsung. Dari hasil riset tersebut tercatat 311 kepala daerah di seluruh tanah air yang tersangkut korupsi, salah satu penyebabnya adalah biaya pemilihan yang dilakukan secara langsung. Jumlah tersebut diprediksi masih terus bertambah.

Obyek belanja dalam APBD yang dijadikan sasaran korupsi antara lain belanja Subsidi dana perumahan, pengadaan barang dan jasa, dana bantuan, perijinan, dll. Setelah dilantiknya Ketua KPK sebagai nahkoda KPK Jilid IV, dirinya sudah siap dengan segala risikonya (bila dikriminalisasi seperti Ketua KPK sebelumnya), dan menegaskan bahwa bidang penindakan KPK tidak boleh dilemahkan. Ketua KPK mengharapkan terjadinya keseimbangan antara pencegahan dan penindakan. Walaupun penindakan perlu diperkuat, namun KPK perlu memilih kasus, kasus dengan lingkup kecil dapat diserahkan kepada APH lain, sebaliknya jika kasus berdampak luas bagi pemberantasan korupsi, KPK yang menanganinya. Selama tahun 2016 KPK telah melakukan OTT dengan pelaku yang beragam latar belakangnya, mulai dari legislator, panitera, pengusaha, APH, termasuk advokat tak ketinggalan kepala daerah. Bahkan sejak awal tahun 2016 ini, setiap bulan satu OTT, bahkan ada yang dua OTT.

Governance di Provinsi Kalimantan Selatan

Kondisi kinerja pemerintah daerah di Provinsi Kalimantan Selatan khususnya pengelolaan keuangan daerah cukup membanggakan, hal ini dapat dilihat dengan semakin membaiknya opini atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang telah diperoleh seluruh pemerintah daerah yaitu wajar tanpa pengecualian (WTP) dan semakin menurunnya permasalahan tindak pidana korupsi terkait dengan pengelolaan keuangan termasuk pengadaan barang jasa pemerintah.

(3)

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan APIP, dan hasilnyapun juga telah menunjukkan nilai yang baik yaitu BB, khusus tahun 2014, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan menempati urutan ketiga dari 34 provinsi. Hal ini tentunya juga sangat membanggakan karena dengan upaya yang secara terus-menerus untuk memperbaiki akuntabilitas kinerja mulai dari Kinerja per pegawai (output), kinerja Eselon IV (output), dan Kinerja Eselon III (outcomes), serta Kinerja Eselon II (Outcomes/Impact) yang merupakan Kinerja Gubernur. Namun keberhasilan kinerja pada pemda provinsi tidak/belum diikuti oleh peningkatan kinerja pada pemda kabupaten/kota yang rata-rata hasil penilaian kinerjanya C (kurang), atau CC (cukup).

Berikut kondisi Pemerintah Daerah se-Provinsi Kalimantan Selatan berupa kinerja pengelolaan keuangan yang dengan indikator Opini LKPD, Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah dengan indikator Hasil Penilaian evaluasi AKIP, dan Hasil Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

No Pemda OPINI LKPD PENILAIAN KINERJA (AKIP)*) EKPPD (LPPD)*)

2013 2014 2015 2013 2014 2013 2014

1 Prov. Kalimantan

Selatan WTP WTP WTP 66,75 (Baik) BB (SangatBaik) (T) ******* 2 Kota Banjarmasin WTP WTP WTP 55,92 (Cukup

Baik) CC (Cukup) 3,0022(ST) 3,0164(ST) 3 Kota Banjarbaru WDP WDP WTP 55,14 (Cukup

Baik) CC (Cukup) 2,8285(T) 2,8843(T) 4 Kab. Banjar WTP WTP WTP 63,70 (Cukup

Baik) CC (Cukup) 2,5980(T) 3,1904(ST) 5 Kab. Tanah Laut WTP WTP WTP 62,00 (Cukup

Baik) CC (Cukup) 2,2915(T) 2,8798(T) 6 Kab. Barito Kuala WDP WDP WTP 42,12 (Agak

Kurang) C (Kurang) 2,7373(T) 3,0252(ST) 7 Kab. Tapin WDP WTP WTP 52,81 (Cukup

Baik) C (Kurang) 2,7133(T) 2,8438(T) 8 Kab. Hulu Sungai

Selatan WTP WTP WTP 52,98 (CukupBaik) CC (Cukup) 2,9487(T) 2,7994(T) 9 Kab. Hulu Sungai

Tengah WTP WTP WTP 52,76 (CukupBaik) CC (Cukup) 2,5343(T) 2,8690(T) 10 Kab.Hulu Sungai

Utara WDP WDP WTP 59,43 (CukupBaik) CC (Cukup) 3,0505(ST) 2,8767(T) 11 Kab. Balangan WTP WTP WTP 53,71 (Cukup

Baik) CC (Cukup) 2,6459(T) 2,6721(T) 12 Kab. Tabalong WDP WTP WTP 44,67 (Agak

Kurang) C (Kurang) 1,8457(T) 2,7532(T) 13 Kab. Tanah Bumbu WTP WTP WTP 61,71 (Cukup

Baik) CC (Cukup) 3,0623(ST) 3,0902(ST) 14 Kab. Kotabaru WDP WDP WTP 41,18 (Agak

Kurang) C (Kurang) 2,8374(T) 2,6979(T) Sumber: Lapwas Semester I Tahun 2016, *) Hasil Evaluasi AKIP dan LPPD tahun 2015 dalam proses.

Upaya Pencegahan Korupsi

Korupsi, setiap hari banyak media masa yang memberitakan mengenai hal yang satu ini. Apalagi selama tahun 2016 sebagaimana telah ditegaskan oleh Ketua KPK bahwa Bidang Penindakan KPK tidak boleh dilemahkan bahkan akan diperkuat. Bagaimana upaya pencegahan dengan adanya upaya penindakan yang dilakukan oleh KPK dan APH lainnya?

(4)

lembaga khusus untuk memberantas korupsi yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dengan terbentuknya KPK, Bidang Pencegahan melakukan programnya dengan Inpres 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi melalui pencegahan berupa:

1. Penyelenggara Negara melaporkan harta kekayaannya untuk segera melaporkannya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi.

2. Pimpinan unit kerja sampai dengan Eselon II wajib menyusun Rencana Kinerja sesuai dengan kedudukan, tugas, fungsi, dan kebutuhan instansi/unit kerja masing-masing.

3. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik baik dalam bentuk jasa ataupun perijinan melalui transparansi dan standardisasi pelayanan yang meliputi persyaratan-persyaratan, target waktu penyelesaian dan tarif biaya yang harus dibayar oleh masyarakat untuk mendapatkan pelayanan tersebut sesuai peraturan perundang-undangan dan menghapuskan pungutan-pungutan liar.

4. Menetapkan program dan wilayah yang menjadi lingkup tugas, wewenang dan tanggungjawabnya sebagai program dan wilayah bebas korupsi.

5. Melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah secara konsisten untuk mencegah berbagai macam kebocoran dan pemborosan penggunaan keuangan negara baik yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

6. Menerapkan Kesederhanaan baik dalam Kedinasan maupun dalam kehidupan pribadi serta penghematan pada penyelenggaraan kegiatan yang berdampak langsung pada keuangan negara.

7. Memberikan dukungan maksimal terhadap upaya-upaya penindakan korupsi

8. Melakukan kerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi untuk melakukan penelaahan dan pengkajian terhadap sistem yang berpotensi menimbulkan tindak pidana korupsi.

9. Meningkatkan upaya pengawasan dan pembinaan aparatur untuk meniadakan perilaku koruptif dilingkungannya.

(5)

dengan Inpres Nomor 9 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi dan Inpres 17 tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi tahun 2012, diikuti dengan terbitnya Permenpan dan RB Nomor 60 tahun 2012 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan K/L/P.

K/L/P dalam mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing untuk melakukan percepatan pencegahan dan pemberantasan korupsi, dengan merujuk pada Prioritas Pembangunan Nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Kerja Pemerintah, dengan menerapkan: 1. Strategi Bidang Pencegahan; 2. Strategi Bidang Penindakan; 3. Strategi Bidang Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan; 4. Strategi Bidang Penyelamatan Aset Hasil Korupsi; 5. Strategi Bidang Kerjasama Internasional; 6. Strategi Bidang Mekanisme Pelaporan.

Keenam strategi pencepatan pencegahan dan pemberantasan korupsi memberikan dampak pada Tata kelola (Governance) di Provinsi Kalimantan Selatan, baik tata kelola Keuangan, Akuntabilitas kinerja maupun penyelenggaraan pemerintahan, yang menunjukkan trend membaik dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan upaya pemda dalam pencegahan dengan perbaikan tata kelola disemua lini layanan dapat dinilai berhasil, terlebih lagi setelah dilakukan Koordinasi dan Supervisi Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Korsupgah TPK) sejak tahun 2012 pada beberapa pemda di Provinsi Kalimantan Selatan.

Peran APIP

Bicara tentang perbaikan tata kelola pemda tidak dapat dilepaskan peranan BPKP yang tersebar diseluruh provinsi, termasuk Kalimantan Selatan. Peran BPKP dalam melakukan perbaikan tata kelola di daerah, dilakukan dengan melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pembina SPIP maupun pembina APIP. Untuk dapat menghasilkan pendampingan yang optimal BPKP telah melakukan pelatihan bagi auditornya sebelum diterjunkan dalam penugasan melalui diklat atau Pelatihan Kantor Sendiri sebagai wujud pendidikan profesi berkelanjutan (PPL), untuk menjamin hasil penugasan akan lebih baik.

(6)

Pengawasan yang dilakukan BPKP dengan fokus pada program-program strategis yaitu:

1. Program lintas sektoral yang tertuang dalam Nawacita yaitu Audit kinerja bidang pendidikan, kinerja bidang kesehatan Audit Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik, Pembangunan Tol laut, Program kemiskinan dan penanggulangannya, program pendukung ketahanan pangan, dan pembangunan poros maritim.

2. Peningkatan Ruang Fiskal Negara/Daerah yang mencakup Peningkatan PAD/PNBP, Efisiensi Pengeluaran, Pembiayaan dan Dana Transfer. Pengawasan dilakukan sedapat mungkin dengan melibatkan Inspektorat dengan sasaran optimalisasi PAD dan PNBP sektor strategis (pertambangan), Audit belanja untuk menilai tingkat efisiensi atas keefektifan sasaran dilakukan dengan monitoring penyerapan anggaran dan mencari penyebab tidak terserapnya anggaran dengan optimal, pengawasan pembiayaan dan monitoring dana transfer dari pemerintah pusat ke pemda.

3. Pemanfaatan asset Negara/daerah secara efektif, dengan cara terciptanya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Pengawasan dilakukan dengan monitoring pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang merupakan tindak lanjut dari kegiatan Monitoring lelang pra DPA. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan Aset telah diimplementasikan SIMDA BMD pada beberapa pemda, sehingga monitoring atas pemanfaatan BMD dapat dilakukan lebih mudah dan akurat.

4. Peningkatan Tata Kelola (Governance) dengan Pemantapan Penerapan SPIP pada setiap Instansi vertikal dan pemda maupun peningkatan Kapabilitas APIP.

Dampak pelaksanaan program pengawasan strategis pion 1, 2, dan 3 secara kumulatif berpengaruh pada Peningkatan Kinerja Pengelolaan Keuangan, Kinerja atas Pelaksanaan Akuntabilitas dan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan Dampak pembinaan SPIP dan pembinaan APIP, telah menghasilkan kinerja berupa Level Maturitas SPIP telah dilakukan evaluasi sebanyak 7 pemda, dengan hasil level 2 dengan nilai kisaran 2,38 hingga 2,96 dan Level Kapabilitas APIP telah dilakukan assessment sebanyak 7 APIP dengan hasil level 2 sebanyak 5 APIP dan level 3 sebanyak 2 APIP.

Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait dengan peningkatan kinerja Pemda dan APIP:

1. Masih ada keragu-raguan dalam melaksanakan tugasnya khususnya dalam pelaksanaan anggaran, imbasnya penyerapan anggaran rendah.

(7)

3. Mendorong Inspektorat yang kuat, mandiri, independen dan professional melalui peningkatan Kapabilitas APIP dan pemantapan Penerapan SPIP pada pemda.

4. Diperlukan langkah cepat dan terpadu dalam upaya menyelamatkan kerugian keuangan negara, sehingga pembangunan tepat sasaran dengan meningkatkan komitmen bersama antara APH, APIP, BPKP, dan Gubernur/Bupati/Walikota.

5. Adanya komitmen dari Kepala Daerah dalam Peningkatan Kapabilitas APIP dan Peningkatan Maturitas SPIP.

6. Perangkat Profesi AAIPI berupa Standar Audit, Kode Etik, dan Telaah Sejawat segera ditetapkan pada setiap Inspektorat.

Referensi:

Inpres Nomor 4 Tahun 2011 tentang percepatan Peningkatan Akuntanbilitas Keuangan Negara.

Inpres Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pegendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat

Inpres Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional

Iza Rumesten RS, “Korelasi PErilaku Korupsi Kepala Daerah dengan Pilkada Langsung”: Jurnal Dinamika Hukum Vol 14 No 2 Mei 2014, FH Universitas Sriwijaya, Palembang,

BPKP, “Prespres 192 tahun 2014 tentang BPKP, Jakarta,

BPKP, “Press Release Rakor Reg se-Sulawesi dengan tema Membangun Komitmen Bersama untuk mendukung Optimalisasi Tugas Pemerintah Tanpa Korupsi”, BPKP Sulawesi Selatan, Makassar, 27/01/2014.

Maulana Mukhlis, Catatan untuk Lelang jabatan”, Fisip Universitas Lampung, 29 Desember 2015.

Zainul Arifin, “Ini Sebab Kepala Daerah Tersangkut Kasus Korupsi”, KPK, 21 Mei 2016. Diskusi Panel, “APIP diharap beri Solusi atas Hambatan Pengadaan Barang/Jasa”, Rakornas APIP, 19/01/2016.

BPKP, “BPKP beri Informasi Dini Penyerapan Anggaran kepada Presiden/Wakil Presiden”, Jakarta, 19/01/2016.

Haryono Umar, “KPK awasi 22 Kepala Daerah Prokorupsi”, Humas KPK, Jakarta, 23/09/2010.

KPK, “Pelaporan Gratifikasi Bingkisan Hari Raya”, Humas KPK, Jakarta, 27/08/2010. KPK, “KPK Whistleblower’s System”, Jakarta, 9/09/2016.

DPRD Kalsel, “Pemprov Kalsel MEmperoleh Opini WTP”, Mimbar Legislatif Rumah Banjar Edisi No. 14 April-Juni 2016.

BPKP, “Press Release Penandatanganan Pernyataan Komitmen Pengendalian Gratifikasi Kepala BPKP dan Ketua KPK”, Jakarta, 2/09/2016.

KPK, “Sepanjang Tahun 2016, Tiap bulan KPK Lakukan Operasi Tangkap Tangan”, Jakarta, 25/04/2016.

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahirrabbil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayat, serta ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

• Guru memulai pelajaran dengan mengajak siswa mengamati gambar pada buku tema 6 Subtema 4 Pembelajaran 2, atau kalau guru, mempunyai tayangan video tentang sikap pemborosan

Perlakuan dosis pupuk Petroganik dan dosis pupuk N berpengaruh sangat nyata terhadap variabel pengamatan tinggi tanaman umur (40 dan 60) ht, jumlah buah persampel, berat

Banyaknya jumlah daun yangberguguran di Universitas Diponegoromerupakan potensi yang pantas diperhitungkan agar menjadi bahan yang bernilai guna, Salah satunya dengan

a. Hukum yang diterapkan oleh hakim terhadap hak asuh anak akibat perceraian dari beberapa kasus konkrit yakni hukum nasional, meskipun di Bali sangat kental

Saya pernah menggunakan jasa doorsmeer ditempat lain.,menurut saya perbedaannya dengan doorsmeer lain terletak diruang tunggu Sabena yang luas dan juga

Pada dasarnya ada empat jenis kerusakan lingkungan perairan pantai yang disebabkan oleh kegiatan manusia, yang bisa memberikan dampak pada lingkungan lamun. Pertama, kerusakan

Berdasarkan literatur, metode yang sesuai dengan penelitian ini adalah metode analisis kelayakan usaha yang terdiri dari lima aspek analisis yang terdiri dari