• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM KOTAMADYA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM KOTAMADYA MEDAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM KOTAMADYA MEDAN

2.1 Sejarah Singkat Kotamadya Medan

Kotamadya Medan dahulunya adalah sebuah kampung kecil yang bernama Medan Puteri, yang berada di dekat pertemuan Sungai Babura dan Sungai Deli, tidak jauh dari Jalan Puteri Hijau sekarang. Menurut riwayatnya Kampung Medan didirikan oleh Raja Guru Patimpus, nenek moyang Datuk Hamparan Perak dan Suka Piring, yakni dua dari empat Kepala-Kepala Suku Kesultanan Deli.18

John Anderson seorang pegawai Inggeris melakukan kunjungan ke Kampung Medan tahun 1823 dan mencatat dalam bukunya “Mission to the Eastcoast of

Sumatera”, bahwa penduduk Kampung Medan pada waktu itu masih berjumlah 200

orang. Anderson juga menyatakan bahwa sepanjang sungai Deli hingga ke dinding tembok Mesjid Kampung Medan di bangun dengan batu-batu granit berbentuk bujur sangkar.19

Pesatnya perkembangan Kampung Medan Puteri juga tidak terlepas dari kedatangan orang-orang Belanda yang dipelopori oleh Nienhuys. Nienhuys membuka perkebunan tembakau di sekitar Medan, kira-kira 15 kilometer dari pusat ke arah timur. Daun tembakau Deli pada masa itu terkenal ke seluruh dunia sebagai daun pembungkus cerutu yang paling baik. Hal ini telah menarik para investor-investor asing untuk membuka perkebunan-perkebunan tembakau, serta mendorong kedatangan banyak orang

18Dada Meuraxa, Sejarah Hari Jadi Kota Medan 1 Juli 1590, Medan: Sastrawan, 1975, hal. 10. 19T. Luckman Sinar, Sejarah Medan Tempo Doeloe, Medan: Tanpa Penerbit, 1994. hal. 6.

(2)

pindah ke wilayah Deli untuk mencari nafkah. Nienhuys akhirnya, memindahkan kantornya dari Labuhan ke Kampung Medan Puteri. Sejak itu, Kampung Medan Puteri mengalami kemajuan yang pesat. Perkembangan tersebut telah ikut mendorong pemerintah Kolonial Belanda untuk memusatkan kegiatannya di Medan. Pada tahun 1870, Belanda membentuk Keresidenan Sumatera Timur dan menetapkan Medan sebagai ibukotanya pada tahun 1884. 20

Pada tahun 1918, pemerintah Kolonial Belanda menetapkan Medan sebagai daerah Kotapraja kecuali daerah-daerah sekitar Kota Matsum dan Sei Kerah yang tetap merupakan daerah kesultanan Sultan. Di tahun yang sama penduduk Medan tercatat sebanyak 43.826 jiwa yang terdiri dari Eropah 409 orang, Indonesia 35.009 orang, Cina 8.269 dan orang Timur Asing lainnya 139 orang.

Daerah Kotamadya Medan sejak tanggal 21 Nopember 1951, dengan keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara No. 66/III/PSU yang kemudian diiringi dengan Maklumat Walikota Medan No. 21 tertanggal 29 Nopember 1951 telah diperluas menjadi tiga kali lipat seperti yang ditetapkan dalam staatsblad tahun 1921 No. 722.21

Bagian-bagian Swapraja seperti Kota Matsum yang letaknya sebelah Tenggara Medan, Sungai Kera Percut disebelah Timur Laut yang selama ini termasuk wilayah Kabupaten Deli Serdang, menjadi bagian dari daerah Kotamadya Medan setelah diadakan perluasan tersebut.

Kotamadya Medan di masa Pemerintahan Belanda dahulu disebut dengan

Gemeente Medan dibawah pimpinan seorang Burgemeester atau Walikota. Semasa

20Ibid., hal. 53-54

21 Said Efendi, Strategi Pembangunan Mewujudkan Kota Medan Bestari, Medan: Yayasan Potensi Pembangunan Daerah, 1994, hal. 21.

(3)

Pemerintahan Jepang, sebutan Gemeente dan Burgemeester berganti nama dengan “Medan Shi” dan “Medan Shityo” yang berarti Kota Medan dan Walikota Medan.22

Masa itu Kota Medan yang menjadi Ibukota Propinsi Sumatera Utara yang sebelum Perang Dunia ke-II mendapat julukan “Paris of Sumatera”mempunyai luas 5.130 Ha yang meliputi empat Kecamatan dan 59 kepenghuluan, keempat kecamatan itu adalah

1. Kecamatan Medan 2. Kecamatan Medan Timur 3. Kecamatan Medan Barat 4. Kecamatan Medan Baru

Melalui Undang-Undang Darurat No.7 dan 8 tahun 1956, Propinsi Sumatera Utara umumnya dan Kotamadya Medan khususnya, diperluas untuk menampung laju perkembangan. Oleh karena itu, maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1973, beberapa bagian dari Kabupaten Deli Serdang dimasukkan ke dalam Kotamadya Medan, sehingga luar daerah ini menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 kecamatan dan 116 kelurahan.23

2.2 Letak Geografis dan Iklim

Secara geografis, Kotamadya Medan terletak 3o 30’-3o 43’ LU dan 98o 35’-98o 44’ BT. Letaknya tidak jauh dari Selat Malaka, sehingga sangat strategis dari segi ekonomi, terutama dalam hal hubungan perdagangan dengan luar negeri. Posisinya sangat menguntungkan bila ditinjau dari letaknya, terhadap propinsi-propinsi tetangga Aceh,

22 Ibid., hal. 23-24.

23Bayo Suti, Medan Menuju Kota Metropolitan, Medan: Yayasan Potensi Pembangunan Daerah, 1980, hal. 24.

(4)

Sumatera Barat dan Riau, sehingga dapat mendorong Kota Medan menjadi pusat pengembangan Sumatera Bagian Utara.

Kota Medan berada pada ketinggian 2,4 M di bagian Utara-Belawan sampai 37,5 m di bagian Selatan diatas permukaan laut. Daerah Utara sampai 3 Km dari pantai, terdiri dari rawa-rawa yang mempunyai kedalaman 0,2 m sampai 2,5 m ketika pasang surut naik.

Iklim Kota Medan, misalnya suhu, kelembapan nisbi dan curah hujan di pengaruhi oleh letaknya di daerah tropis, namun tidak menggangggu usaha-usaha pengembangan kota dan kegiatan sehari-hari di dalam kota.

Batas-batas Kotamadya Daerah Tingkat II Medan adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli serdang - Sebelah Timur berbatasan dengan Deli Serdang

- Sebelah Barat berbatasan dengan Deli Serdang

Sungai yang mengalir melalui Kotamadya Medan ialah Sungai Babura, Sungai Kera, Sungai Putih, Sungai Deli, dan Sungai Sikambing. Sungai-sungai ini dapat dipergunakan sebagai tempat saluran pembuangan air hujan dan mengatasi banjir.

2.3 Keadaan Penduduk

Penduduk Kotamadya Medan sampai periode Desember 1973 berjumlah 626.242 jiwa terdiri dari 309.390 jiwa laki-laki dan 316.842 perempuan, dengan kepadatan penduduk 1220 jiwa/km2. Sedangkan penduduk perluasan sampai Desember 1973 ialah 358.743 jiwa. Dengan demikian pada saat perluasan Kotamadya Medan dilaksanakan

(5)

penduduk sudah berjumlah 984.985 jiwa. Dari 984.985 jiwa penduduk Kotamadya Medan saat itu Indonesiaasli 475.084, WNI Cina 73.898, WNA Cina 65.137, sedang selebihnya adalah WNI dan WNA Asing lainnya.24

Jumlah penduduk akhir tahun 1987 adalah 1.715.798 jiwa yang tersebar pada sebelas Kecamatan, dimana tiga Kecamatan yang terbanyak jumlah penduduknya adalah Kecamatan Medan Kota (15,87%) disusul Kecamatan Medan Timur (13,13%), Kecamatan Medan Sunggal (12,37%). Di tingkat Kelurahan penduduk yang terbanyak adalah Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Sunggal 67.713 jiwa, disusul Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Medan Denai 56.897 jiwa dan Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Kota Belawan 51.204 jiwa.

Tabel 1

Luas Daerah, Banyaknya Desa, Rumah Tangga, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per-Km2 di Kotamadya Medan

Tahun/ Kecamatan Luas (Km2) Banyaknya Kepadatan Penduduk per-Km2 Desa Rumah Tangga Penduduk (1) (2) (3) (4) (5) (9) 1982 1983 1984 1985 265 265 265 265 116 261.833 1.460.218 116 271.664 1.505.806 116 280.094 1.552.817 116 287.049 1.595.934 5.510 5.682 5.860 6.022 24Ibid., hal. 42-43

(6)

1986 1987 Medan Belawan Medan Labuhan Medan Deli Medan Sunggal Medan Denai MedanTuntungan Medan Johor Medan Baru Medan Barat Medan Kota Medan Timur 265 8 80 21 29 18 30 28 18 11 10 12 116 318.998 1.699.865 4 18.895 98.938 6 18. 562 93.812 5 20.180 121.250 12 33.125 212.009 9 33.845 202.303 11 9.619 42.444 10 22.191 98.659 15 45.973 181.743 10 31.282 173.132 22 46.953 272.243 12 39.516 225.265 6.415 11.617 1. 173 5.774 7.331 11.239 1.415 3.524 10.097 15.739 27.224 18.772 Jumlah 265 116 320.321 1.715.798 6.475 Sumber : Kotamadya Medan Dalam Angka Tahun 1987

Menurut angka-angka Kependudukan Kotamadya Medan Jumlah penduduk Kotamadya Medan pada tahun 1987 adalah 1.715.798 jiwa, yaitu 863.392 laki-laki dan 852.406 perempuan. Dari tabel dibawah ini dapat diketahuilah bahwa penduduk Kotamadya Medan saat itu lebih banyak laki-laki dari pada perempuan, tapi belum begitu menyolok bila dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya misalnya didaerah Jawa. .

Tabel 2.

(7)

Tahun/ Kecamatan Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Perempuan (1) (2) (3) (4) 1982 1983 1984 1985 1986 1987 Medan Belawan Medan Labuhan Medan Deli Medan Sunggal Medan Denai Medan Tuntungan Medan Johor Medan Baru Medan Barat Medan Kota Medan Timur 734.757 725. 461 757.833 747.973 781.755 771.062 804.546 791.387 858.680 841.185 47.296 45.642 48.677 45.135 65.503 55.747 107.296 104.713 100.982 101.321 21.358 21.086 48.683 50.021 88.939 92.801 86.304 86.828 134.571 137.672 113.828 111.437 1.460.218 1.505.806 1.552.817 1.595.933 1.699.865 92.938 93.812 121.290 212.009 202.303 42.444 98.659 131.743 173.243 272.243 225.265 Jumlah 863.392 852.496 1.715.798 Sumber : Kotamadya Medan Dalam Angka Tahun 1987

(8)

Berbicara mengenai kepadatan penduduk, maka rata-rata kepadatan penduduk Kotamadya Medan akhir tahun 1987 adalah 6.745 jiwa/Km2. Kecamatan yang terpadat penduduknya adalah Kecamatan Medan Kota 27.224 jiwa/Km2, disusul Kecamatan Medan Timur 18.772 jiwa/ Km2 dan Kecamatan Medan Barat 15.739 jiwa/Km2, sedang yang relatif rendah kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Medan Labuhan 1.173/Km2 dengan luas wilayah 80 Km2 disusul Kecamatan Medan Tuntungan 1.415 jiwa/Km2 dengan luas wilayah 30 Km2 dan Kecamatan Medan Johor 3.452 jiwa/Km2 dengan luas wilayah 28 Km2. Ditinjau dari luas wilayah maka yang terluas adalah Kecamatan Medan Labuhan 80 Km2, disusul Kecamatan Medan Tuntungan 30 Km2 yang ketiga adalah Kecamatan Medan Johor 28 Km2.

Berdasarkan keterangan diatas maka rata-rata pertumbuhan penduduk Kotamadya Medan adalah 3,5%. Peningkatan jumlah penduduk Kotamadya Medan bukanlah hanya disebabkan oleh kelahiran saja, tapi faktor utamanya adalah urbanisasi.25 Masalah urbanisasi ini bukannya masalah kota Medan saja, atau sudah menjadi masalah umum pada kota-kota lainnya di Indonesia. Peningkatan perpindahan penduduk desa ke kota pada hakikatnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terdapat dalam kota tempat tujuan, misalnya lapangan pekerjaan yang tersedia karena fasilitas pendidikan yang lebih baik, serta faktor-faktor lain yang menarik bagi masyarakat pedesaan.26

Dari para pendatang baru ke kotamadya Medan terdiri dari berbagai lapisan, dari golongan yang dilatar belakangi oleh kehidupan ekonomi yang kuat sampai kepada mereka yang tergolong ekonomi lemah. Adanya golongan ekonomi inilah maka gejala urbanisasi tampak menonjol di kotamadya Medan.

25Badan Pusat Statistik, Penduduk Kotamadya Medan (Hasil Registrasi Penduduk) Akhir Tahun

1987, 1988, hal. 1.

(9)

Dapat diambil kesimpulan sebenarnya arus perpindahan mereka bukan disebabkan karena pengaruh parahnya kehidupan di daerah asal, tetapi oleh faktor lain, yaitu motif ekonomi merupakan dasar utama dan perbedaan fasilitas-fasilitas kehidupan antara kota dan desa ikut membantu di dalamnya.

2.4 Keadaan Kesehatan Penduduk di Kotamadya Medan Secara Umum.

Keadaan kesehatan rakyat di Kotamadya Medan boleh dikatakan cukup baik atas adanya usaha-usaha dari Dinas Kesehatan Rakyat Kotamadya Medan untuk memperbaiki kesehatan masyarakat kotanya. Usaha-usaha yang dilakukan tersebut menurut keterangan yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kotamadya Medan adalah :

1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui Puskesmas, Balai Pengobatan, Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), dan Klinik Gigi.

2. Memberikan perawatan persalinan di Klinik-klinik Bersalin DKK Medan.

3. Untuk menambah pengetahuan dari pada masyarakat telah diadakan usaha penyuluhan Kesehatan Masyarakat melalui ceramah-ceramah, kunjungan kerumah-rumah, poster, slide, dan juga turut dalam kegiatan Dinas-Dinas lain. 4. Dalam rangka terlaksananya usaha-usaha peningkatan kesehatan ini Dinas

Kesehatan juga melaksanakan korelasi secara lintas sektoral.

5. Kepada anak-anak sekolah melalui UKS (Usaha Kesehatan sekolah) dan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) telah diberikan pendidikan Kesehatan dan kepada Guru beserta orang tua murid diberikan penyuluhan mengenai cara hidup sehat.

(10)

6. Untuk peningkatan Gizi masyarakat telah diberikan penataran kepada tokoh-tokoh masyarakat dan telah dilakukan dibeberapa desa serta memberikan ceramah-ceramah mengenai gizi dan pameran gizi.

Dari usaha-usaha yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan ini, jelaslah sudah bagi kita bahwa Dinas Kesehatan lebih mengutamakan menjaga jangan timbulnya penyakit rakyat. Tidak seperti yang pernah dilakukan oleh kaum penjajah didaerah jajahannya, mereka hanya dapat menyembuhkan penyakit-penyakit daripada menjaga timbulnya.

Dalam hal perbaikan hygiene Sanitasi lingkungan diadakan : 1. Pemeriksaan control air buang, air sungai, air minum, dsb. 2. Pembangunan jamban keluarga dan sumur pompa tangan 3. Pengawasan makanan atau minuman ditempat-tempat umum 4. Pengawasan penggunaan Peptisida

5. Membentuk team gerak cepat untuk menanggulangi penyakit menular

6. Melakukan pengawasan terhadap pramuria-pramuria melalui VD control pada dua tempat.

7. Mengadakan penyemprotan pada daerah-daerah tersangka adanya Malaria dan Demam Berdarah

8. Mengadakan TB Control pada dua tempat untuk menanggulangi penyakit TBC 9. Mengadakan Surveilans Epidemiologis untuk menanggulangi penyakit menular 10. Menyediakan obat-obatan standar diseluruh Instalasi DKK Medan (Puskesmas,

BP, BKIA) dengan penyebaran yang relatif murah sesuai dengan perda yang berlaku.

(11)

Dalam usaha mengurangi penyakit rakyat Dinas Kesehatan Kotamadya Medan telah melakukan berbagai usaha, disamping mempertinggi atau memperbaiki kesehatan masyarakat. Usaha-usaha tersebut antara lain ialah pemberian kekebalan, Vaksinasi

Cacar, Rabies, perbaikan Hygene Sanitasi. Pemeriksaan air buangan, sungai, air minum

dan sebagainya. Pembangunan jamban, sumur pompa dan pengawasan Pestisida.

Masalah penyakit menular di Kotamadya Medan Dinas Kesehatan melakukan pemberantasan peyakit tersebut dengan tujuan untuk mematahkan mata rantai penularan. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan sumber atau pembawa penyakit, mencegah hubungan dengan penyebab penyakit atau memberi kekebalan kepada penduduk.

Selanjutnya dalam menentukan penyakit-penyakit apa saja yang harus diberantas Dinas Kesehatan Kotamadya Medan mempergunakan faktor-faktor pertimbangan sebagai berikut:

a. Ikatan perjanjian dengan luar negeri (International Health Regulation) yang

dituangkan dalam Undang-Undang Karantina (Cacar, Kolera dan Pes)

b. Penyakit yang merupakan masalah kesehatan rakyat dan telah diketahui cara-cara pemberantasannya yang efektif seperti Malaria, Tuberclosis paru-paru, Kusta,

Framboesia dan Penyakit Kelamin.

c. Penyakit lain yang timbul sebagai wabah dan perlu diambil tindakan seperlunya (Anthrax, Demam Berdarah) dan penyakit yang perlu dipersiapkan penanggulangannya dengan mengadakan survei, studi dan percobaan pemberantasan

(12)

Sebagai kegiatan yang merupakan dasar penyokong atau penunjang pemberantasan peyakit menular di atas, yang sekaligus dapat mengatasi permasalahan yang ada atau timbul di daerah-daerah dilakukan pula :

a. kegiatan penelitian keadaan penyakit dan pola penyebarannya (Epidemiological

Surveillance) di daerah-daerah yang meliputi: penemuan penderita penyakit

menular tertentu, pengumpulan data epidemiology tertentu sehubungan dengan timbulnya penyakit pada penderitanya, menganalisa data dan menyampaikan analisa data tersebut kepada yang bertugas mengambil tindakan.

b. Pemeriksaan laboratorium serta meningkatkan fasilitas ruangan kerja, peralatan dan tenaga yang terlatih serta sistim penghubung yang seluas-luasnya.

c. Kegiatan karantina dengan meningkatkan pencegahan masuk atau keluarnya penyakit menular ke atau dari Kotamadya Medan berdasarkan pertimbangan

epidemiology, yang dalam hal ini memerlukan rehabilitasi fasilitas kerja.

d. Usaha hygiene dan sanitasi dengan memperbaiki persediaan air minum dalam rangka pemberantasan atau pencegahan penyakit Kolera dan mendidik masyarakat dalam hal kebiasaan hidup yang higienis.

Dinas kesehatan Kotamadya Medan membagi masalah penyakit menular ini didalam dua bagian yaitu :

a. Penyakit menular wabah (terjadi suatu saat melonjak dan kemudian menghilang). Penyakit menular yang termasuk didalam jenis ini adalah:

- Kolera

- Demam Berdarah - Cacar

(13)

- Pest

b. Penyakit menular Endemis (terjadi sepanjang tahun). Penyakit menular Endemis ini terdiri dari:

- TBC

- Kelamin (VD) - Malaria - Kusta

- Frambusia dan sebagainya

Dalam menanggulangi penyakit menular wabah Dinas Kesehatan menghimbau kepada masyarakat agar segera memberitahukan kepada instansi kesehatan terdekat dalam waktu 1x24 jam setelah mengetahui adanya penderita penyakit menular ini maka segera dilakukan pengobatan sesuai dengan penyakit masing-masing, dan pencegahan dilakukan dengan vaksinasi atau imunisasi. Sedang penentuan kepastian penyakit dilakukan melalui pemeriksaan bahan-bahan sesuai dengan penyakitnya masing-masing. Misalnya tinja, darah dan sebagainya.

Sedangkan penanggulangan terhadap penyakit Endemis dilakukan dengan pengobatan terhadap penderita secara berkelanjutan dan penentuan penyakitnya melalui pemeriksaan Laboratorium. Pemeriksaan Laboratorium terhadap Specimen, contoh bahan pemeriksaan seperti darah, dahak dan sebagainya untuk mengetahui secara pasti Invasi atau penyerangan penyakit dilakukan pemeriksaan terhadap seluruh daerah penderita. Dalam upaya memberantas penyakit kelamin maka kebijaksanaan yang diambil oleh Dinas Kesehatan Kotamadya Medan adalah:

(14)

a. Melaksanakan penemuan penderita (Case Finding) aktif dengan pemeriksaan STS

(Test Serologik terhadap Syphilis) terhadap golongan-golongan masyarakat

tertentu (Closed Communities).

b. Melanjutkan penyuntikan sekali seminggu terhadap para WTS yang dilokalisir

(Regular Mass Treatment/RMT) dan razia terhadap WTS liar.

c. Meningkatkan pendidikan kesehatan kepada masyarakat mengenai penyakit kelamin.

d. Mengembangkan cara pemberantasan Gonorrhea

Selain menghadapi masalah penanggulangan penyakit-penyakit rakyat hal lain yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan Kotamadya Medan dalam upayanya meningkatkan kesehatan masyarakat Kotamadya Medan adalah masalah penanggulangan ketergantungan obat narkotika. Pada umumnya korban narkotik adalah para remaja yang berumur antara 16-25 tahun, satu hal yang sangat mencemaskan mengingat bahwa mereka adalah generasi penerus, yang berarti juga menyangkut masa depan bangsa dan negara kita.

Penyalahgunaan narkotika ini adalah satu dari gejala-gejala kenakalan remaja yang melanda Kotamadya Medan, di samping gejala-gejala lainnya seperti pergaulan yang terlalu bebas, kurangnya sopan santun, perkelahian-perkelahian, pengebutan-pengebutan dan lain sebagainya. Dalam menghadapi situasi ini Pemerintah telah bertindak cepat dan tegas dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden No. 6/1971. Dengan berlandaskan Instruksi Presiden ini dibentuklah Team Narkotika dan Kenakalan Remaja, yang bertugas melakukan koordinasi usaha penanggulangan kenakalan ramaja di seluruh

(15)

Indonesia. Departemen Kesehatan, dalam hal ini diwakili oleh Direktorat Kesehatan Jiwa, ikut aktif dalam usaha ini.

Lembaga Ketergantungan Obat ini meliputi beberapa unit yaitu detoxifikasi,

outpatient (ambulatoir), rehabilitasi/resosialisasi, epidemiologi dan Laboratorium.

Dengan demikian terhimpun kerjasama antara para dokter, psikiater, pekerja sosial, psikolog, perawat dan tenaga administrasi untuk pemulihan kesehatan dan pengembalian para remaja yang dirawat ke dalam masyarakat dan lingkungannya.27

27 Ibid., hal. 103

Referensi

Dokumen terkait

Keluhan utama pada klien dengan bronkhitis meliputi batuk kering dan produktif dengan sputum purulen, demam dengan suhu tubuh dapat mencapai >40 o C, dan sesak

Minyak bumi selain bahan bakar juga sebagai bahan industri kimia yang penting dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari yang disebut petrokimia....

Secara spesifik penelitian ini akan melihat pola pembelajaran berbasis multimedia yang diterapkan pada jenjang menengah di sekolah dasar dengan mengambil subyek materi

Tujuan dari think marketing adalah untuk mendorong konsumen ikut serta dalam proses kolaborasi dan berpikir kreatif, di mana akan berdampak pada penilaian kembali terhadap

Sedangkan pendekatan korelasi adalah suatu pendekatan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau penelitian yang melibatkan hubungan satu atau lebih

Selanjutnya perhitungan beban kerja yang dialami operator selama melakukan pekerjaan didapatkan dari perbandingan antara waktu baku dan total waktu pengamatan namun setelah itu tidak

Pada studi Jazz Gunung Bromo ini terjadi budaya hybrid atau Cultural Hybridity (Burke, 2012), terbentuknya akulturasi budaya dunia yaitu music Jazz bercampur dengan

barang yang dikirim tidak sesuai dengan spesifikasi yang tercantumkan dalam Purchase Order (PO), maka akan dibuat laporan return barang dan tindakan koreksi yang