• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Anak Dengan Bronkhitis pdff.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Asuhan Keperawatan Anak Dengan Bronkhitis pdff.pdf"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji syu

Puji syukur penuliskur penulis mengucapkamengucapkan atas n atas kehadirat Tuhakehadirat Tuhan Yang n Yang Maha Esa, Maha Esa, karenakarena rahm

rahmat dan karat dan karunia-Nyunia-Nyaa penupenulislis masimasih diberi keh diberi kesempasempatan untutan untuk menyek menyelesalesaikanikan makamakalahlah yanyangg  berjudul “

 berjudul “Asuhan Keperawatan Anak Dengan BronkhitisAsuhan Keperawatan Anak Dengan Bronkhitis”” dengan baik.dengan baik. Penu

Penulis menglis mengucapucapkan terkan terima kaima kasih kesih kepada Ibpada Ibuu Tri RatnTri Ratna S.Kea S.Kep,Nsp,Ns.,M.K.,M.Keses selaselakuku dose

dosen mata n mata kuliakuliahh Ilmu DaIlmu Dasar Kesar Keperaperawatawatan 1 Sisten 1 Sistem Respm Respirasirasii yanyang telag telah membh membimbingimbing penulis dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat selesai

penulis dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat selesai dengan baik.dengan baik. Penu

Penulislis menymenyadaradari bahwa dai bahwa dalam menlam menulisulis makamakalahlah ini masini masih jauh daih jauh dari kata seri kata sempurnmpurna,a, untuk

untuk ituitu penupenulislis sangsangat at mengmengharapharapkan kan kritik kritik dan dan saran saran yanyang sg sifatnyifatnya mea membanmbangungun untuk untuk  penyempurn

penyempurnaanaan makalah makalah selanjutnya.selanjutnya.

Moj

Mojokeokertorto,, 2929 SepSeptemtember 2016ber 2016

Penulis Penulis

(2)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar belakang ... 1 1.2. Rumusan masalah ... 2 1.3. Tujuan ... 2 BAB II PEMBAHASAN ... 3 2.1. Konsep Dasar ... 3 A. Definisi Bronkhitis ... 3 B. Klasifikasi Bronkhitis ... 3 C. Etiologi Bronkhitis ... 4 D. Komplikasi Bronkhitis ... 5 E. Patofisiologi Bronkhitis ... 5 F. Pathway Bronkhitis ... 6

G. Manifestasi Klinis Bronkhitis ... 7

H. Diagnosa Keperawatan Bronkhitis ... 7

I. Prognosis Bronkhitis ... 7

J. Pemeriksaan Bronkhitis ... 8

K. Penatalaksanaan Umum Bronkhitis ... 10

2.2. Asuhan Keperawatan ... 11

A. Pengkajian ... 11

(3)

2) Riwayat Penyakit ... 11 3) Pemeriksaan Fisik ... 12 4) Pemeriksaan Penunjang ... 13 B. Diagnosa Keperawatan ... 14 C. Intervensi Keperawatan ... 14 D. Implementasi Keperawatan ... 16 E. Evaluasi Keperawatan ... 16 F. Pendidikan Kesehatan ... 17

BAB III PENUTUP ... 18

3.1. Kesimpulan ... 18

3.2. Saran ... 18

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Paru  –  paru merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia yang berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat pertukaran oksigen yang dibutuhkan manusia dan mengeluarkan karbondiksida yang merupakan hasil sisa proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari tubuh, sehingga kebutuhan tubuh akan oksigen terpenuhi. Udara sangat penting bagi manusia, tidak menghirup oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan kematian. Itulah peranan penting paru-paru.

Cabang trakea yang berada dalam paru – paru dinamakan bronkus, yang terdiri dari 2 yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Organ yang terletak di bawah tulang rusuk ini memang mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin tercemarnya udara yang kita hirup serta berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di udara. Ini semua dapat menimbulkan berbagai penyakit paru-paru.

Salah satunya adalah penyakit yang terletak di bronkus yang dinamakan bronchitis. Bronkitis ( Bronkitis inflamasi-Inflamation bronchi) digambarkan sebagai inflamasi dari pembuluh bronkus. Inflamasi menyebabkan bengkak pada permukaannya, mempersempit pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamasi. Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis/pelebaran) bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik.

Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil, sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Hal ini dapat memblok aliran udara ke paru-paru dan dapat merusaknya.

Penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang lingkungannya banyak  polutan, misalnya orang tua yang merokok dirumah, asap kendaraan bermotor, asap hasil pembakaran pada saat masak yang menggunakan bahan bakar kayu. Di Indonesia masih banyak keluarga yang setiap hari menghirup polutan ini, kondisi ini menyebabkan angka kejadian penyakit bronkhitis sangat tinggi (Marni, 2014).

(5)

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi Bronkhitis?

2. Apa sajakah klasifikasi Bronkhitis? 3. Apakah etiologi Bronkhitis?

4. Apa sajakah komplikasi Bronkhitis? 5. Bagaimanakah patofisiologi Bronkhitis? 6. Bagaimanakah pathway Bronkhitis? 7. Apakah manifestasi klinis Bronkhitis? 8. Apa sajakah diagnosa Bronkhitis? 9. Bagaimanakah prognosis Bronkhitis? 10. Bagaimanakah pemeriksaan Bronkhitis?

11. Bagaimanakah penatalaksanaan umum Bronkhitis? 12. Bagaimanakah epidemiologi Bronkhitis?

13. Bagaimanakah riwayat penyakit pasien dengan Bronkhitis? 14. Bagaimanakah pemeriksaan fisik pasien dengan Bronkhitis? 15. Apa sajakah pemeriksaan penunjang pasien dengan Bronkhitis? 16. Bagaimanakah diagnosa keperawatan pasien dengan Bronkhitis? 17. Bagaimanakah intervensi keperawatan pasien dengan Bronkhitis? 18. Bagaimanakah implementasi keperawatan pasien dengan Bronkhitis? 19. Bagaimanakah evaluasi keperawatan pasien dengan Bronkhitis?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit Bronkhitis.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar

A. Definisi Bronkhitis

1) Menurut Sherwood (2014), Bronkitis adalah suatu penyakit peradangan saluran napas bawah jangka panjang, umumnya dipicu oleh pajanan berulang ke asap rokok, polutan udara, atau alergen.

2) Menurut Widagdo (2012), bronkitis ialah inflamasi non spesifik pada bronkus umumnya (90%) disebabkan oleh virus (adenovirus, influenza, parainfluenza, RSV (respiratory syncytial virus), rhinovirus, dan harpes simplex virus) dan 10% oleh bakteri, dengan batuk sebagai gejala yang paling menonjol.

B. Klasifikasi Bronkhitis 1) Bronkhitis Akut

Bronkhitis akut pada bayi dan anak biasanya bersama juga dengan trakheitis, merupakan penyakit infeksi saluran nafas akut (ISNA) bawah yang sering dijumpai. Penyebab utama penyakit ini adalah virus. Batuk merupakan gejala yang menonjol dan arena batuk berhubungan dengan ISNA atas. Berarti bahwa peradangan tersebut meliputi laring, trachea dan bronkus. Gangguan ini sering juga disebut laringotrakeobronkhitis akut atau croup dan sering mengenai anak sampai umur 3 tahun dengan gejala suara serak, stridor, dan nafas berbunyi. Bronkitis akut karena bakteri biasanya dikaitkan dengan  Mycoplasma pneumoniae, Boerdetella pertusis, atau Corynebacterium

diphtheriae.

2) Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang

Penyakit saluran pernapasan yang ditandai dengan batuk kronis berdahak  selama kurang lebih 3 bulan dalam jangka waktu satu tahun. Kedaan klinis yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya (KONIKA, 1981).

(7)

C. Etiologi Bronkhitis 1) Bronkhitis Akut

Penyebab utama penyakit Bronkitis Akut adalah adalah virus. Sebagai contoh Rhinovirus Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus dan Coxsakie Virus. Bronkitis Akut selalu terjadi pada anak yang menderita Morbilli, Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak. Di lingkungan sosio-ekonomi yang baik jarang terdapat infeksi sekunder oleh bakteri. Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut.

2) Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang a. Spesifik 

1. Asma

2. Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).

3. Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.

4. Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis. 5. Sindrom aspirasi

Menghirup mekonium yang tercampur dengan cairan ketuban, baik  ketika bayi masih berada di dalam rahim maupun sesaat setelah dilahirkan. Mekonium adalah tinja janin yang pertama.

6. Penekanan pada saluran napas 7. Benda asing

8. Kelainan jantung bawaan 9. Defisiensi imunologis 10. Alergi

Timbul karena makanan, minuman, udara, cuaca, bulu hewan, dan obat b. Non-spesifik 

1. Asap rokok  2. Polusi udara

(8)

D. Komplikasi

1. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik  2. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi

kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia 3. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi

4. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis 5. Gagal jantung kongestif 

6. Pneumonia

E. Patofisiologi Bronkhitis

Bronchitis terjadi karena Respiratory Syncytial Virus (RSV), Virus Influenza, Virus Para Influenza, Asap Rokok, Polusi Udara yang terhirup selama masa inkubasi virus kurang lebih 5 sampai 8 hari. Unsur-unsur iritan ini menimbulkan inflamasi pada precabangan trakeobronkial, yang menyebabkan peningkatan produksi sekret dan penyempitan atau penyumbatan jalan napas. Seiring berlanjutnya proses inflamasi perubahan pada sel-sel yang membentuk dinding traktus respiratorius akan mengakibatkan resistensi jalan napas yang kecil dan ketidak seimbangan ventilasi-perfusi yang berat sehingga menimbulkan penurunan oksigenasi daerah arteri.

Efek tambahan lainnya meliputi inflamasi yang menyebar luas, penyempitan  jalan napas dan penumpukan mucus di dalam jalan napas. Dinding bronkus mengalami inflamasi dan penebalan akibat edema serta penumpukan sel-sel inflamasi. Selanjutnya efek bronkospasme otot polos akan mempersempit lumen bronkus. Pada awalnya hanya bronkus besar yang terlibat inflamasi ini, tetapi kemudian semua saluran napas turut terkena. Jalan napas menjadi tersumbat dan terjadi penutupan, khususnya pada saat ekspirasi.

Dengan demikian, udara napas akan terperangkap di bagian distal paru. Pada keadaan ini akan terjadi hipoventilasi yang menyebabkan ketidakcocokan dan akibatnya timpul hipoksemia. Hipoksemia dan hiperkapnia terjadi sekunder karena hipoventilasi. Resistensi vaskuler paru meningkat ketika vasokonstriksi yang terjadi karena inflamasi dan konpensasi pada daerah-daerah yang mengalami hipoventilasi membuat arteri pulmonalis menyempit. Inflamasi alveolus menyebabkan sesak napas.

(9)

F. Pathway Bronkhitis

Alergen

Aktivasi IgE

Peningkatan pelepasan histamin

Edema mukosa = sel goblet memproduksi mukus

Batuk kering, setelah 2-3 hari, batuk berdahak dan timbul

lendir.

Dahak berwarna kuning (Infeksi Sekunder)

Frekwensi pernapasan meningkat

Penggunaan otot-otot bantu pernapasan

Nyeri dibagian belakang tulang dada Infeksi sekunder oleh

beberapa penyakit

Virus atau bakteri masuk kedalam tubuh (Bakterimia/viremia) Ketidakefektifan bersihan jalan napas Perubahan pola nafas Radang bronkus Hipertermia

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Gangguan keseimbangan

nutrisi

(10)

G. Manifestasi Klinis Bronkhitis

1. Timbul batuk dan meningkatnya produksi sputum. Intensitas batuk, jumlah dan frekuensi produksi sputum bervariasi dari pasien ke pasien. Dahak  berwarna bening, putih atau hijau-kekuningan. Batuk terjadi selama beberapa minggu. Mengalami batuk berdahak selama paling sedikit tiga bulan selama dua tahun berturut-turut.

2. Dyspnea (sesak napas) secara bertahap meningkat dengan tingkat keparahan penyakit. Orang dengan bronkitis kronik mendapatkan sesak napas saat memulai aktivitas dan mulai batuk. Gejala kelelahan, sakit tenggorokan, nyeri otot, hidung tersumbat, dan sakit kepala.

3. Demam dapat mengindikasikan infeksi paru-paru sekunder virus atau bakteri. 4. Mual muntah saat batuk keras dan memuncak karena anak-anak biasanya tidak 

membuang lendir tetapi menelannya.

5. Terjadi sumbatan pada saluran pernapasan dan terjadi secara kronis, semakin hari akan semakin parah.

6. Mengalami penurunan stamina tubuh.

7. Jika penyakit semakin parah akan menyebabkan pembengkakan pada jantung dan menyebabkan kematian.

H. Diagnosa Keperawatan Bronkhitis

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang b/d sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema trakeal/faringeal.

2. Hipertermi b/d peningkatan laju metabolisme sekunder dari bakterimia/viremia.

3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang b/d peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam. 4. Intoleransi aktivitas yang b/d kelelahan dan kelemahan fisik umum.

5. Cemas yang b/d kondisi sakit, prognosis penyakit yang berat.

6. Kurangnya pemenuhan informasi yang b/d ketidakjelasan sumber informasi. I. Prognosis Bronkhitis

Bila tidak ada komplikasi, prognosis umumnya baik. Pada bronkitis akut yang berulang dan disertai merokok terus-menerus secara teratur cenderung menjadi bronkitis kronis pada waktu dewasa.

(11)

J. Pemeriksaan Bronkhitis 1. Keadaan Umum

Pemeriksaan fisik keadaan umum di mulai dengan pengukuran tanda-tanda vital meliputi nadi, suhu tubuh, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan. Keadaan umum pada klien dengan gangguan sistem pernapasan dapat dilakukan selintas pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh, perlu dinilai secara umum kesadaran klien apakah compos mentis, apatis, somnolen, sopor, soporokoma, atau koma. Pengukuran skala koma Glasgow bila kesadaran klien menurun.

Respons Motorik yang Terbaik

Menurut 6 Terlokalisasi 5 Menghindar 4 Fleksi abnormal 3 Ekstensi 2 Tidakada 1

Respons Verbal yang Terbaik

Orientasi 5

Bingung 4

Kata tidak dimengerti 3

Hanyasuara 2 Tidakada 1 Membuka Mata Spontan 4 Terhadap panggilan 3 Terhadapnyeri 2 Tidakdapat 1 2. B1 (Breathing)

Pemeriksaan dengan cara melihat keadaan umum sistem pernapasan dan nilai adanya tanda-tanda abnormal seperti adanya tanda sianosis, pucat, kelelahan, sesak napas, sifat batuk, penilaian produksi sputum, dan lainnya. Adanya retraksi dan pernapasan cuping hidung, warna kulit dan membrane mukosa

(12)

pucat dan cyanosis, adanya suara serak, stridor dan batuk. Pada anak yang menderita bronchitis biasanya disertai dengan demam ringan, secara bertahap mengalami peningkatan distress pernapasan, dispnea, batuk non produktif  paroksimal, takipnea dengan pernapasan cuping hidung dan retraksi, emfisema.

a. Gejala

1) Takipnea (barat saat aktivitas)

2) Batuk menetap dengan sputum terutama pagi hari

3) Warna sputum dapat hijau, putih, atau kuning dan dapat banyak sekali 4) Riwayat infeksi saluran nafas berulang

5) Riwayat terpajan polusi(rokok dll) b. Tanda

1) Lebih memilih posisi fowler/semi fowler untuk bernafas 2) Penggunaan otot bantu nafas

3) Cuping hidung

4) Bunyi nafas krekel(kasar) 5) Perkusi redup(pekak)

6) Kesulitan bicara kalimat(umumnya hanya kata-kata yang terputus-putus)

7) Warna kulit pucat,normal atau sianosis 8) Clubing finger(jari tabuh)

3. B2 (Blood)

a. Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah

b. Tanda : Peningkatan TD, Takikardi, Distensi vena jugularis, Bunyi  jantung redup(karena cairan di paru-paru), Warna kulit normal atau

sianosis 4. B3 (Brain)

Klien tampak gelisah, peka terhadap rangsang, ketakutan, nyeri dada. 5. B4 (Bladder)

Tidak ditemukan masalah, tidak ditemukan adanya kelainan. 6. B5 (Bowel)

a. Gejala

1) Mual/muntah

(13)

3) Ketidakmampuan makan karena distres pernafasan 4) Penurunan berat badan.

5) Nyeri abdomen b. Tanda

1) Turgor kulit buruk  2) Edema

3) Berkeringat

4) Palpitasi abdomial dapat menunjukkan hepatomegali 7. B6 (Bone)

a. Gejala

1) Keletihan,kelelahan

2) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas karena sulit bernafas 3) Ketidakmampuan untuk tidur, perlu dalam posisi duduk tinggi

4) Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan b. Tanda

1) Keletihan 2) Gelisah 3) Insomnia 8. Rongent

Peningkatan tanda bronkovaskuler 9. Tes fungsi paru

Memperkirakan derajad disfungsi paru 10. GDA

Memperkirakan progresi penyakit(Pa02 menurun dan PaCO2 meningkat atau normal)

11. Sputum

Kultur untuk menentukan adanya infeksi,identifikasi pathogen 12. EKG

Disritmia arterial

K. Penatalaksanaan Umum Bronkhitis 1. Tindakan Perawatan

a. Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lender/secret.

(14)

c. Banyak minum. d. Inhalasi.

e. Nebulizer

f. Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain.

2. Tindakan Medis

a. Jangan beri obat antihistamin berlebih

b. Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial c. Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari d. Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedative

Karena penyebab bronchitis pada umumnya virus maka belum ada obat kausal. Antibiotik tidak berguna. Obat yang diberikan biasanya untuk penurun demam, banyak minum terutama sari buah-buahan. Obat penekan batuk tidak  diberikan pada batuk yang banyak lendir, lebih baik diberi banyak minum. Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka perlu dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotic boleh diberikan, asal sudah disingkirkan adanya asma atau pertusis.

2.2. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian 1) Epidemiologi

(a) Orang

Hasil penelitian mengenai penyakit bronkitis di India, data yang diperoleh untuk usia penderita ( = 60 tahun) sekitar 7,5%, untuk yang berusia (= 30-40 tahun) sekitar 5,7% dan untuk yang berusia (= 15-20 tahun) sekitar 3,6%. Selain itu penderita bronkitis ini juga cenderung kasusnya lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan pada perempuan, hal ini dipicu dengan keaktivitasan merokok yang lebih cenderung banyak dilakukan oleh kaum laki-laki.

(b) Tempat dan Waktu

Penduduk di kota sebagian besar sudah terpajan dengan berbagai zat-zat polutan di udara, seperti asap pabrik, asap kendaraan bermotor, asap pembakaran dan asap rokok, hal ini dapat memberikan dampak terhadap terjadinya bronchitis. Bronkitis lebih sering terjadi di musim dingin pada

(15)

daerah yang beriklim tropis ataupun musim hujan pada daerah yang memiliki dua musim yaitu daerah tropis.

2) Riwayat Penyakit

Keluhan utama pada klien dengan bronkhitis meliputi batuk kering dan produktif dengan sputum purulen, demam dengan suhu tubuh dapat mencapai >40oC, dan sesak napas. Riwayat penyakit bervariasi tingkat keparahan dan lamanya. Bermula dari gejala batuk-batuk saja, hingga penyakit akut dengan manifestasi klinis yang berat. Tanda lainnya pasien sering mengeluh malaise, demam, badan terasa lemah, banyak berkeringat, takikardia, dan takipnea. Sebagai tanda terjadinya iritasi, keluhan yang didapatkan yaitu batuk, peningkatan produksi sekret, dan rasa sakit dibawah sternum.

3) Pemeriksaan Fisik 

(a) Keadaan umum dan Tanda-tanda Vital

Didapatkan adanya peningkatan suhu tubuh lebih dari 40oC, frekuensi napas meningkat dari frekuensi normal, nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, tekanan darah tidak ada masalah.

(b) Pemeriksaan B1-B6 1. B1 (Breathing)

Mengalami peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, biasanya menggunakan otot bantu pernapasan. Mengalami batuk yang produktif  dengan sputum purulen berwarna kuning kehijauan sampai hitam kecoklatan karena bercampur darah. Adanya retraksi dan pernapasan cuping hidung, warna kulit dan membrane mukosa pucat dan cyanosis, adanya suara serak, stridor dan batuk. Pada anak yang menderita bronchitis biasanya disertai dengan demam ringan, secara bertahap mengalami peningkatan distress pernapasan, dispnea, batuk non produktif paroksimal, takipnea dengan pernapasan cuping hidung dan retraksi, emfisema.

2. B2 (Blood)

Adanya kelemahan fisik secara umum. Senyut nadi takikardi. Tekanan darah normal. Bunyi jantung tambahan tidak ada.

(16)

3. B3 (Brain)

Tingkat kesadaran compos mentis jika tidak ada komplikasi penyakit yang serius

4. B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine berhubungan erat dengan intake cairan.

5. B5 (Bowel)

Mengalami mual dan muntah, penurunan napsu makan, dan penurunan berat badan.

6. B6 (Bone)

Kelemahan dan kelelahan fisik, secara umum menyebabkan klien memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.

4) Pemeriksaan Penunjang (a) Pemeriksaan Fungsi Paru

Memperlihatkan penurunan dan kapasitas vital (b) Analisis Gas Darah

Memperlihatkan penurunan oksigen arteri dan peningkatan karbondioksida arteri

(c) Pemeriksaan Sinar X

Membuktikan adanya bronkitis kronis dan fibrosis jaringan paru (d) Tes Fungsi Paru

Untuk menemukan dispnea (e) EKG latihan

Membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru, mengevaluasi keefektifan terapi

(f) Laboratorium

Leukosit > 17.500 dan Hb meningkat (g) Pemeriksaan sputum

Menunjukkan adanya mikroorganisme patogen seperti spesies Streptococcus)

(17)

B. Diagnosa Keperawatan

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret ditandai dengan penurunan suara nafas, kelainan suara nafas (rales,wheezing), produksi sputum, dan perubahan frekuensi dan irama nafas.

2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus ditandai dengan

3) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus C. Intervensi Keperawatan

Dx 1

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 hari bersihan jalan napas pasien kembali normal

Kriteria Hasil :

1. Frekuensi pernapasan dalam batas normal (usia 1-5 th 40x/mnt, usia >5 th 16-20x/mnt)

2. Irama pernapasn normal

3. Kedalaman pernapasan normal

4. Klien mampu mengeluarkan sputum secara efektif  Intervensi :

1. Auskultasi bunyi nafas

Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.

2. Kaji/pantau frekuensi pernafasan.

Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.

3. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir

Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan udara.

4. Observasi karakteristik batuk 

Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahan

5. Tingkatkan masukan cairan sampai 1500-2000 ml/hari

Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran.

(18)

Dx 2

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 hari pertukaran gas pasien kembali normal. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat

dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan. Kriteria Hasil :

1. Mampu batuk efektif 

2. Menunjukkan suara nafas bersih 3. Menunjukkan tidak ada sianosis 4. Tidak terdapat dispnea.

5. Menunjukan jalan nafas yang bersih. Intervensi :

1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.

Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit.

2. Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.

Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan

3. Latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea dan kerja nafas. Auskultasi bunyi nafas.

Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi

4. Awasi tanda vital dan irama jantung

Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

5. Awasi GDA

Rasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil.

6. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.

(19)

Dx 3

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 hari pola pernafasan pasien kembali normal

Kriteria Hasil :

1. Mampu mempertahankan pola napas

2. Mampu mengeluarkan sekret tanpa bantuan Intervensi :

1. Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir

Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik  ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.

2. Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat

Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan.

3. Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika diharuskan Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.

D. Implementasi Keperawatan

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan)

E. Evaluasi Keperawatan

Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap

(20)

evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak  terjadi, intoleransi aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan). F. Pendidikan Kesehatan Untuk Pasien Bronkhitis

1. Membatasi aktivitas anak  2. Hindari menghirup asap rokok 

3. Melakukan vaksin untuk influenza dan Pneumonia

4. Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup lehernya

5. Hindari makanan yang merangsang timbulnya batuk atau demam.

6. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak  dengan air hangat

7. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan 8. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

9. Melakukan terapi uap hangat untuk membantu menghilangkan sumbatan dan mengencerkan dahak 

10. Jangan mengkonsumsi makanan seperti telur ayam, karena bisa menambah produksi lendirnya. Begitu juga minuman bersoda bisa jadi pencetus karena saat diminum maka sodanya akan naik ke hidung dan merangsang daerah saluran pernapasan.

(21)

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Bronkitis merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang menyerang bronkus, yang disebabkan oleh virus dan polutan. Penyakit ini bila tidak segera di tangani akan menyebabkan komplikasi, seperti sinusitis, bronkhietasis, PPOK, gagal napas.

3.2. Saran

Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menjadi referensi bagi para mahasiswa keperawatan maupun pembacanya dalam pembuatan Asuhan Keperawatan tentang penyakit Bronkitis.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda, K. H. (2015).  Aplikasi Asuhan Keperawatan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction Jogja.

Rahajoe, N. N. (2010). Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa; editor, Monica Ester, Edisi 3, Jakarta : EGC

Rahmawati, H. K. (2015).  Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Pernapasan  Bronkitis. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Batuk menetap akibat sekresi cairan, mengi, dyspnea, hemoptisis karena erosi kapiler di jalan napas, sputum meningkat dengan bau tak sedap akibat akumulasi sel yang nekrosis di

Eksaserbasi akut ini dapat ditandai dengan gejala yang khas, seperti sesak napas yang semakin memburuk, batuk produktif dengan perubahan volume atau purulensi sputum atau

Menurut teori Doenges (2000) pada pengkajian pernafasan pasien mengalami batuk disertai sesak, ketidakmampuan untuk bernafas, batuk yang menetap, adanya produksi sputum (hijau,

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret berlebih yang ditandai dengan DS : pasien mengatakan merasa sesak napas , batuk

Klien mengeluh nyeri dada 3 minggu sebelum MRS, timbul terutama saat batuk dan sesak nafas sejak 2 hari sebelum MRS, dan apabila melakukan aktifitas sehari-hari bertambah sesak,

Seorang pria 30 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak kental, disertai sesak napas,nyeri dada, demam tidak jelas sebabnya, keringat malam hari serta

Suara napas tambahan, seperti napas berbunyi, stridor, ronchi pada klien dengan peningkatan produksi sekret, dan kemampuan batuk menurun sering didapatkan pada klien cedera

Eksaserbasi akut ini dapat ditandai dengan gejala yang khas, seperti sesak napas yang semakin memburuk, batuk produktif dengan perubahan volume atau purulensi sputum atau