• Tidak ada hasil yang ditemukan

asuhan keperawatan mers cov

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "asuhan keperawatan mers cov"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1

MERS-CoV

A. Definisi

MERS-CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus. Virus ini merupakan jenis baru dari kelompok Coronavirus. Virus ini pertama kali dilaporkan pada bulan Maret 2012 di Arab Saudi. (Depkes RI, 2013)

MERS-CoV

B. Etiologi

Middle East Respiratory Syndrome atau disingkat MERS adalah penyakit virus pada pernapasan yang disebabkan oleh corona virus yang disebut MERS-Cov. Virus ini pertama kali dilaporkan mewabah di Arab Saudi pada tahun 2012. MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome-Coronavirus) adalah virus yang termasuk dalam spesies coronavirus dan terletak dalam sub-family yang sama dengan SARS-coronavirus.

Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Secara genetik kerabat paling dekat dari MERS-CoV yang telah ditemukan sampai saat ini merupakan coronavirus yang berasal dari kelelawar, sehingga menimbulkan kecurigaan bahwa MERS-CoV juga berasal dari kelelawar. Ada juga bukti-bukti yang mengarahkan bahwa virus MERS-CoV ditransmisikan melalui kontak dengan unta atau kambing, namun sampai sekarang belum ada data pasti yang mendukung teori tersebut.

(2)

peringatan sejak Mei lalu untuk mewaspadai ancaman penyebarannya. Arab Saudi adalah sumber penularan pertama, dengan jumlah kasus mencapai 378 dan 107 kematian. Tetapi sedikitnya ada 14 negara yang juga melaporkan kasus penyakit ini, antara lain Mesir, Jordania, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Tunisia, Malaysia, Oman, Perancis, Yunani, Italia, Inggris, Filipina, dan kini Amerika Serikat. Sampai saat ini, masih terus dilakukan investigasi mengenai pola penularan MERSCov, karena telah ditemukan adanya penularan dari manusia ke manusia yang saling kontak dekat dengan penderita.

Unta hampir dipastikan menjadi sumber virus korona MERS di Timur Tengah. Hasil penelitian di negara tersebut menunjukkan kebanyakan unta, meski tidak semua, terinfeksi jenis virus yang secara genetik hampir identik dengan virus yang menginfeksi manusia. Mekanisme penyebaran virus Corona dari hewan ke manusia masih diteliti sampai saat ini, meskipun ada dugaan bahwa manusia pertama yang terinfeksi mungkin pernah secara tidak sengaja menghirup debu kotoran kering Kelelawar yang terinfeksi. Saat ini, para peneliti masih menyelidiki kemungkinan hewan lain yang menjadi mediator penularan virus Corona guna menangani meluasnya penyebaran penyakit ini, mengingat bahwa jenis virus ini dikatakan lebih mudah menular antar-manusia dengan dampak yang lebih mematikan dibandingkan SARS.

C. Manifestasi Klinis

Kebanyakan orang yang terinfeksi dengan MERS-COV mengalami penyakit pernapasan akut parah dengan gejala demam, batuk, sesak napas. Beberapa orang juga memiliki gejala gastriintestinal seperti diare, mual, atau muntah. Bagi banyak orang dengan MERS, komplikasi yang lebih parah diikuti seperti pneumonia dan gagal ginjal. Sekitar 30% dari orang dengan MERS meninggal.

Symtomps of middle east repiratory syndrome in saudi cases (assri, 2013) :  Fever with chills/rigors

 Cough  Hemoptysis

 Shortness og breath  Chest pain

(3)

3  Runny nose

 Abdominal pain  Nause

 Vomiting  Diarrhea  Myalgia  Headache

D. Patofisiologi

Coronavirus (CoVs) virus RNA yang menginfeksi burung dan berbagai mamalia, termasuk manusia. Virus ini terdiri dari protein struktural beberapa yang memegang relative panjang (sekitar 30 kb) positif-terdampar genom. Mereka terjadi di seluruh dunia dan dapat menyebabkan penyakit signifikansi medis dan kedokteran hewan. Umumnya, infeksi terlokalisasi pada pernapasan, dan/ atau sistem saraf. Saat ini, terdapat jenis CoVs yang dapat menginfeksi manusia antara lain:

a. Human CoVs HKU1, b. NL63,

c. 229E dan d. OC43

Virus ini dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan ringan, ditandai dengan penyakit saluran pernapasan atas yang mencakup: coryza, batuk dan sakit tenggorokan. Virus ini hanya sesekali menginduksi penyakit saluran pernapasan bawah, seperti: bronkitis, bronkiolitis dan pneumonia.

Selain sebagai penyebab penyakit MERS, virus ini juga dapat menyebabkan penyakit SARS di Negara China tahun 2002. Sejauh ini, laporan yang menjelaskan otopsi fatal MERSCoV kasus belum banyak dipublikasikan. Oleh karena itu, pada tahap satu ini hanya bisa berspekulasi tentang patologi dari Mers-CoV pada manusia.

(4)

terjadi di rumah sakit, yang mana penularan dari orang ke orang ini banyak terjadi di unit hemodialisis, unit perawatan intensif atau di-pasien unit, di mana pasien terinfeksi Mers-CoV dari clade monofiletik tunggal menularkan ke tenaga kesehatan disana karena kepadatan penduduk dan langkah-langkah pengendalian infeksi yang tidak memadai. Hal ini masih belum jelas apakah transmisi melalui orang-ke-orang ini terjadi melalui pernapasan besar, tetesan, karena batuk dan bersin, seperti dalam SARS, atau melalui fomites. Juga, episode penularan tidak jelas tetapi dilaporkan berlangsung selama kedua gejala dan fase inkubasi.

Dikarenakan etiologi dari penyakit MERS dan SARS adalah sama memungkinkan bahwa histologi dari penyakitnya juga sama, yaitu fase eksudatif, proliferatif sebuah fase dan fase fibrosis.

a. Fase eksudatif adalah terlihat pada pasien di awal 10 hari dari penyakit, dan ditandai dengan nekrosis alveolar, bronchiolar dan sel epitel bronkus, edema intraluminal, fibrin eksudasi, pembentukan membran hialin, perdarahan dan infiltrasi sel-sel inflamasi, seperti monosit atau makrofag, limfosit dan neutrofil, ke dinding alveolar dan lumina.

b. Fase proliferasi, setelah 10-14 hari, menunjukkan interstitial dan fibrosis alveolar, obliterans bronchiolitis mengorganisir pneumonia (Boop), regenerasi dengan tipe II Pneumosit hiperplasia dan sel raksasa berinti.

(5)

5 E. Pathway

Virus MERS-CoV

Langsung: melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batu katau bersin

Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.

Infeksi saluran nafas bawah Parenkim Paru

Koloni Organisme Patogen Antigen Respon hormonal

Antigen patogen berikatan dengan antibodi

Antigen-antibodi berikatan dengan molekul komplemen Pengaktifan kaskode komplemen

Kemotaksis netrofil dan makrofag

Aktifasi proses fagositosis oleh netrofil dan makrofag

Penumpukan fibrin, eksudat, ritrosit dan leukosit

Aktifasi Sel Mast dan Basofil Pelepasan histamine aktifasi bradikinin

Menembus sawar otak Merangsang saraf vagus

Sinyal mencapai sistem saraf pusat

Pembentukan prostaglandin otak

Edema ruang kapiler alveoli

(6)

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Spesimen Klinis Rutin

Kultur mikroorganisme sputum dan darah pada pasien dengan pneumonia

2. Spesimen dari saluran napas atas dan bawah

Dilakukan pemeriksaan Virus Influenza A dan B, virus influenza A subtype H1 dan H3 dan H5, dan H5N1

3. Pemeriksaan Spesimen Corona Virus Baru ( Pemeriksaan Untuk Konfirmasi Diagnosa)

Dilakukan dengan menggunakan Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)

Bahan Pemeriksaan :

 Spesimen dari saluran napas atas (hidung/nasofaring/dan atau swab

tenggorokan

 Spesimen saluran nafas bawah ( Sputum , aspirat endotracheal, kurasan

bronkoalveolar)

 Tempat Pemeriksaan : Laboratorium Badan Litbangkes RI Jakarta

 Pengambilan specimen serial dari beberapa tempat dalam waktu beberapa

hari (setiap 2-3 hari) untuk melihat Viral Sheeding

Hasil laboratorium inkonklusif

Adalah apabila di dapatkan :

 Hasil positif pada pemeriksaan skrining yang tidak diikuti dengan

pemeriksaan konfirmasi molekuler.

 Hasil pemeriksaan serologis dinyatakan positif pada pemeriksaan

laboratorium

 Harus mendapat pemeriksaan virologis dan serologis tambahan untuk

dapat menetapkan konfirmasi kasus MERS-CoV:

(7)

7 - Jika kasus tidak memiliki gejala atau tanda infeksi saluran napas bawah dan tidak tersedia spesimen dari saluran napas bawah, maka harus diambil spesimen nasofaring dan orofaring.

 Jika pada pemeriksaan usap nasofaring hasilnya negative sementara kasus

diduga kuat mengidap MERS-CoV, maka kasus harus menjalani pemeriksaan ulang dengan menggunakan spesimen

- Saluran napas bawah

- Nasofaring ditambah orofaring - Serologis (fase akut dan konvalesen)

Konfirmasi laboratorium

Saat ini diperlukan pemeriksaan diagnostik molekuler yang mencakup satu hasil PCR positif dengan target 2 genom spesifik, atau satu target positif dengan sequensing pada yang kedua. Akan tetapi, rekomendasi interim untuk pemeriksaan laboratoris untuk MERS-CoV harus merujuk pada standar konfirmasi laboratoris terkini

G. Penatalaksanaan

Sampai saat ini belum ada pengobatan yang bersifat spesifik, pengobatan hanya bersifat suportif tergantung kondisi/ gejala yang timbul pada pasien, seperti demam, batuk, hingga sesak. WHO tidak merekomendasikan pemberian steroid dosis tinggi. Belum ada vaksin tersedia untuk MERS-CoV.

Pengendalian Infeksi:

Transmisi penularan virus MERS-CoV belum jelas, dapat terjadi melalui :

 Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batuk atau bersin.  Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.

Langkah pencegahan infeksi MERS-CoV sama dengan pencegahan infeksi pada penyakit flu burung dan infeksi saluran nafas lainnya.

(8)

 Tindakan pencegahan transmisi droplet.

 Tindakan pencegahan standar diterapkan pada setiap pasien yang diketahui atau

dicurigai memiliki infeksi pernafasan akut, termasuk pasien dengan dicurigai, probable atau terkonfirmasi MERS-CoV.

 Pencegahan infeksi dan tindakan pengendalian harus dimulai ketika pasien

masuk triase dengan gejala infeksi pernapasan akut yang disertai demam.

 Pengaturan ruangan dan pemisahan tempat tidur minimal 1 meter antara setiap

pasien ISPA dan pasien lainnya yang tidak menggunakan APD.  Pastikan triase dan ruang tunggu berventilasi cukup.

 Terapkan etika batuk.

PERAWATAN DI RUMAH BAGI PASIEN MERS-COV DENGAN GEJALA RINGAN

Pengetahuan tentang penyakit MERS-CoV dan transmisinya saat ini sangat terbatas sehingga diperlukan ruang isolasi untuk merawat di RS kasus-kasus probabel dan konfirmasi infeksi MERS-CoV. Hal ini akan menjamin kualitas dan keamanan perawatan maupun perlindungan kesehatan masyarakat. Namun demikian karena beberapa alasan termasuk situasi dimana perawatan rawat jalan tidak tersedia atau kurang aman atau ada penolakan untuk di rawat di RS maka perlu dipertimbangkan untuk memberikan alternatif perawatan. Tergantung pada situasi dan ketersediaan sumber daya setempat, kontak-kontak dengan simptom gejala yang ringan dan tidak memiliki kondisi kesehatan tertentu yang meningkatkan risiko komplikasi, dapat diberikan perawatan dirumah. Prinsip perawat di rumah yang serupa juga diterapkan kepada pasien-pasien yang tidak perlu (lagi) dirawat di RS.

(9)

9 - Sedapat mungkin membatasi kontak dengan orang yang sakit. Anggota

keluarga sebaiknya tinggal di ruangan yang berbeda dengan pasien atau jika tidak memungkinkan jagalah jarak paling tidak 1 meter dari pasien (tidur di tempat tidur yang berbeda) Pastikan bahwa setiap orang yang berisiko sakit berat tidak merawat atau mendekat pada pasien. Kelompok yang saaat ini berisiko tinggi untuk infeksi MERS-CoV adalah mereka yang mengidap sakit jantung, ginjal, dan saluran pernapasan kronis, serta usia lanjut. Jika kontak dengan pasien tidak dapat dihinddari oleh mereka maka pertimbangkan untuk mencari alternatif tempat tinggal bagi mereka.

- Melakukan higiene tangan setelah melakukan kontak dengan pasien atau lingkungan sekitar pasien. Hal ini juga harus dilakukan sebelum dan sesudah menyiapkan makanan, sebelum makan, setelah menggunakan toilet, dan ketika tangan tampak kotor. Membersihkan tangan dengan menggunakan air dan sabun. Jika tangan tidak tampak kotor pembersihan dapat dilakukan dengan menggunakan hand rubberbahan dasar alkohol. Membantu pasien melakukan higiene tangan dapat diberikan bila diperlukan. Lebih disukai mengeringkan tangan dengan kertas tissu tapi jika tidak ada dapat memakai handuk dan segera ganti bila sudah terasa basah.

- Semua orang terutama pasien harus melakukan higiene pernapasan. Termasuk dalam higiene pernapasan antara lain, menutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersin dengan menggunakan masker medis/bedah, masker kain, kertas tissue atau sisi dalam lengan atas untuk kemudian diikuti dengan membersihkan tangan. Membuang material -material yang habis digunakan untuk menutup mulut dan hidung atau bersihkan dengan benar setelah digunakan (mencuci sapu tangan menggunakan air dan sabun biasa / detergen).

- Petugas yang merawat harus menggunakan masker medis dengan benar ketika berada didalam ruangan yang sama dengan pasien. Jangan menyentuh bagian luar masker selama pemakaian. Masker segera diganti bila telah basah atau kotor. Buang masker dan lakukan kebersihan tangan segera setelah melepas masker.

- Pastikan bahwa ruangan – ruangan di rumah dan kamar pasien mempunyai ventilasi yang baik (jendela yang dapat dibuka).

(10)

bagian mulut dan hidung serta ketika menangani tinja dan urin pasien. Lakukan kebersihan tangan segera setelah melepas sarung tangan.

- Sarung tangan, tissue, masker dan limbah lain yang berasal pasien atau perawatan pasien harus dimasukkan dalam kantongan (ditempatkan dalam kontainer yang ada di kamar pasien) sebelum dibuang ke tempat sampah. - Hindari bentuk – bentuk pajanan lain dengan pasien sakit atau bahan

terkontaminasi dilingkungan pasien sakit. Contoh, hindari penggunaan bersama alat-alat makan dan minum, handuk, waslap dsb. Alat makan harus dicuci menggunakan air dan sabun segera setelah digunakan. Permukaan –permukaan yang disentuh oleh pasien, seperti meja disamping tempat tidur, tempat tidur, dan furnitur kamar tidur lain, harus lebih sering dibersihkan dengan menggunakan pembersih rumah tangga atau larutan pemutih (perbandingan 1 bagian pemutih dengan 9 bagian air).

- Bersihkan bak mandi dan toilet setiap hari dengan menggunakan pembersih rumah tanggan atau larutan pemutih Pakaian, seprei, handuk tangan dan mandi, dll milik pasien dapat dibersihkan dengan menggunakan air dan sabun biasa serta dikeringkan dengan baik. Letakkan kain yang terkontaminasi kedalam kantong laundry. Cucian yang kotor sebaiknya tidak di kucek-kucek dan sebaiknya hindari pakaian yang terkontaminasi material yang berasal dari pasien sakit.

- Pertimbangkan untuk menggunakan sarung tangan dan pelindung pakaian (apron plastik) ketika membersihkan atau menangani permukaan mebeler, pakain atau kain yang kotor akibat cairan tubuh pasien. Segera mencuci tangan setelah melepas sarung tangan.

- Sesorang yang mengalami gejala harus tetap berada dirumah sampai terjadi perbaikan gejala yang memuaskan. Keputusan untuk memindah pasien dari penmantauan di rumah harus dibuat berdasarkan temuan-temuan klinis atau laboratoris atau keduanya.

(11)

11 Penatalaksanaan kasus

Sampai saat ini belum ada pengobatan yang bersifat spesifik, pengobatan hanya bersifat suportif tergantung kondisi keadaan pasien. WHO tidak merekomendasikan pemberian steroid dosis tinggi. Belum ada vaksin tersedia untuk MERS-CoV.

H. Komplikasi

(12)

Intravascular Coagulopathy (DIC) dan perikarditis. Beberapa kasus juga memiliki gejala gangguan gastrointestinal seperti diare. Dari seluruh kasus konfirmasi, separuh diantaranya meninggal dunia.

Sedangkan menurut dinkes ponorogo tahun 2014 komplikasi mers adalah pneumonia berat dengan gagal napas yg membutuhkan alat bantu invasive dan Noninvasive,acute respiratory distress syndrome (ARDs) dengan kegagalan multiorgan yaitu gagal ginjal, Disseminated intravascular coagulopathy(DIC) dan perikarditis

Komplikasi MERS Menurut Kemenkes RI tahun 2013 :

1. Pneumonia berat dengan gagal napas yang membutuhkan alat bantu napas non invasive atau invasive

2. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dengan kegagalan multi organ yaitu gagal ginjal, Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC)

3. Perikarditis

I. Asuhan Kepeawatan 1. Pengkajian

a. Anamnesa  Nama  Umur

 Jenis Kelamin  Agama  Suku Bangsa  Pendidikan  Pekerjaan b. Keluhan Utama

c. Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan utama masuk RS, faktor pencetus, lamanya keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat, upaya yang dilakukan untuk mengatasi, dan diagnosis medik.

(13)

13 Penyakit yang pernah dialami, riwayat alergi, imunisasi, kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan alkohol

e. Riwayat kesehatan keluarga f. Pemeriksaan umum

g. Pemeriksaan Fisik

Untuk pasien denganMERS, pemeriksaan fisik dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke arah pengkajian sistem imun dan hematologi

Pengkajian ROS 1. B1 (BREATH) 2. B2 (BLOOD) 3. B3 (BRAIN) 4. B4 (BLADDER) 5. B5 (BOWEL) 6. B6 (BONE)

h. Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati, hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai dan kepercayaan dan tingkat perkembangan.

i. Pemeriksaan Penunjang

2. Diagnosa Keperawatan

1. Ketididakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan O2 dalam udara inspirasi.

3. Hipertermi berhubungan dengan perubahan pada regulasi temperatur. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidaksembangan

antara suplai dan kebutuhan O2

(14)

3. Intervensi

Diagnosa Keperawatan

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Berhubungan dengan:

- Infeksi, disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma, trauma - Obstruksi jalan nafas : spasme

jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.

Batasan Karakteristik :

- Tidak ada batuk - Suara napas tambahan

- Perubahan frekuensi pernapasan - Sianosis

NOC:

Respiratory status : Ventilation Respiratory status : Airway patency Aspiration Control

kriteria hasil :

 Mendemonstrasikan batuk efektif dan

suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

 Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien

tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)  Mampu mengidentifikasikan dan

mencegah faktor yang penyebab.

Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.

 Berikan O2 ……l/mnt, metode………

Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Kolaborasi pemberikan bronkodilator :

Monitor status hemodinamik

Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab Kolaborasi pemberian antibiotik

Atur intake untuk cairan mengoptimalkan

keseimbangan.

Monitor respirasi dan status O2

Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk

(15)

15 - Kesulitan berbicara atau

mengeluarkan suara - Penurunan bunyi napas - Dispnea

- Batuk yang tidak efektif

 Saturasi O2 dalam batas normal  Foto thorak dalam batas normal

Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang

(16)

Diagnosa Keperawatan

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Gangguan Pertukaran gas

- Ph darah arteri abnormal - Pernapasan abnormal

Respiratory Status : Gas exchange Keseimbangan asam Basa, Elektrolit Respiratory Status : ventilation Vital Sign Status

Kriteria hasi:

 Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi

dan oksigenasi yang adekuat

 Memelihara kebersihan paru paru dan

bebas dari tanda tanda distress pernafasan  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara

nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

 Tanda tanda vital dalam rentang normal  AGD dalam batas normal

NIC :

 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi  Pasang mayo bila perlu

 Lakukan fisioterapi dada jika perlu

 Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan

keseimbangan.

 Monitor respirasi dan status O2

 Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,

penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal

 Monitor suara nafas, seperti dengkur

 Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,

kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot

(17)

17  Status neurologis dalam batas normal adanya ventilasi dan suara tambahan

 Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental  Observasi sianosis khususnya membran mukosa  Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang

persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2, Suction, Inhalasi)

(18)

Diagnosa Keperawatan

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Hipertermia

Berhubungan dengan : - penyakit/ trauma

- peningkatan metabolisme - aktivitas yang berlebih - dehidrasi

Batasan Karakteristik

- konvulsi

- kulit kemerahan

- peningkatan suhu tubuh diatas suhu normal

- kejang - takikardi - takipnea

- kulit terasa hangat

NOC:

Thermoregulasi

Kreiteria hasil:

 Suhu 36 – 37C

 Nadi dan RR dalam rentang normal  Tidak ada perubahan warna kulit dan

tidak ada pusing, merasa nyaman

NIC :

 Monitor suhu sesering mungkin  Monitor warna dan suhu kulit  Monitor tekanan darah, nadi dan RR  Monitor penurunan tingkat kesadaran  Monitor WBC, Hb, dan Hct

 Monitor intake dan output  Berikan anti piretik:  Selimuti pasien

 Berikan cairan intravena

 Kompres pasien pada lipat paha dan aksila  Tingkatkan sirkulasi udara

 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR  Catat adanya fluktuasi tekanan darah

 Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban

(19)

19

Diagnosa Keperawatan

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Intoleransi aktivitas

Berhubungan dengan :

 Tirah Baring atau imobilisasi  Kelemahan menyeluruh

 Ketidakseimbangan antara suplei

oksigen dengan kebutuhan  Gaya hidup monoton

Batasan Karakteristik :

 Respon tekanan darah abnormal

terhadap aktivitas

 Respon frekuensi jantung abnormal

terhadap aktivitas

 Dispnea setelah beraktivitas  Menyatakan merasa letih

NOC :

 Self Care : ADLs  Toleransi aktivitas  Konservasi eneergi

Kriteria Hasil :

 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa

disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

 Mampu melakukan aktivitas sehari hari

(ADLs) secara mandiri

 Keseimbangan aktivitas dan istirahat  Tanda-tanda vital kembali normal

NIC :

 Observasi adanya pembatasan klien dalam

melakukan aktivitas

 Kaji adanya faktor yang menyebabkan

kelelahan

 Monitor nutrisi dan sumber energi yang

adekuat

 Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan

 Monitor respon kardivaskuler terhadap

aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat

pasien

 Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi

Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.

(20)

yang mampu dilakukan

 Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang

sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial

 Bantu untuk mengidentifikasi dan

mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

 Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas

seperti kursi roda, krek

 Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang

disukai

 Bantu klien untuk membuat jadwal latihan

diwaktu luang

 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi

kekurangan dalam beraktivitas

 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif

beraktivitas

 Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi

diri dan penguatan

(21)

21

Diagnosa Keperawatan

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Ketidakefektifan perfusi Jaringan Perifer

Berhubungan dengan : - Hipoksia Jaringan

- Penurunan Saturasi oksigen

Batasan Karakteristik : - Tidak ada nadi

- Perubahan fungsi motorik

- Perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, kuku, sensasi, suhu)

- Perubahan tekanan darah di ekstremitas

- Kelambatan penyembuhan luka perifer

- Penurunan nadi - Edema

NOC

 Circulation Status

 Tisue Perfusion : Cerebral

Kriteria Hasil :

 Tekanan sistol dan diastol dalam rentang

yang diharapkan

 Tidak ada tanda-tanda peningkatan

tekanan intrakranial

NIC :

 Monitor adanya daerah tertentu yang hanya

peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul  Monitor adanya paretese

 Batasi gerakan kepala, leher dan punggung  Monitor kemampuan BAB

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC NOC . Yogyakarta : Mediaction

Judith MA van den Brand, Saskia L Smits and Bart L Haagmans, oktober 2014 “Pathogenesis of Middle East respiratory syndrome coronavirus”, J Pathol 2015; 235: 175–184, Wiley Online Library, Department of Viroscience, Erasmus Medical Centre, Rotterdam, The Netherlands

WHO. Infection prevention and control during health care for probable or confirmed cases of novel coronavirus (nCoV) infection - Interim Guidance. 2013. Available online: http://www.depkes.go.id/resources/download/puskes-haji/5-pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-mers-cov.PDF

WHO. Rapid advice note on home care for patients with Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV) infection presenting with mild symptoms and management of contacts. 2013. Available online.

http://www.siloamhospitals.com/sites/default/files/MERS%20Co-V%20IND.PDF

KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA. // NO. 109/PEN/V/2014

Tentang: Himbauan Kewaspadaan Terkait Penyebaran Virus Corona Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus” (Mers-CoV) Di Yaman

Pedoman TataLaksana Klinis Infeksi Saluran Pernafasan Akut Berat Suspek Middle East Respiratory

Syndrome – Corona Virus (MERS-CoV)

http://www.depkes.go.id/downloads/merscov/Manajemen%20Klinis%20Mers_A5_Final120214-1.pdf

www.depkes.go.id/download.php?file=download/puskes...mers..

Referensi

Dokumen terkait

motivasi belajar yang tertinggi ada pada kategori sedang, maka siswa kelas.. VI di MI Darussalam Kolomayan

Kegiatan ini mencakup seluruh aktivitas santri selama 24 jam di luar jam belajar di kelas, yang meliputi aktivitas ubudiah, keorganisasian dan kepemimpinan, kesenian,

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap seluruh jawaban peserta didik diperoleh hasil bahwa sejumlah 2 peserta didik dari kelompok atas 2 peserta didik dari

Pengembangan indikator 4 C’s yang selaras dengan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran matematika SMP/MTs kelas VIII semester 1 ini dikembangkan berdasarkan model Plomp yang

Pipa bawah laut telah terbukti efisien dan efektif karena pelaksaan tranportasinya tidak tergantung oleh cuaca, namun proses instalasi pipa bawah laut sangat bergantung

Dengan demikian dapat disimpulkan berdasarkan hasil perhitungan maka pengaruh komunikasi terhadap kualitas pelayanan surat pengantar pembuatan izin mendirikan bangunan di

jabatan Notaris telah memberikan suatu prosedur khusus dalam penegakan hukum terhadap Notaris perlindungan hukum terhadap Notaris dituangkan dalam Pasal 66 Undang-Undang Jabatan

Kompetensi Guru Agama adalah kewenangan untuk menentukan pendidikan agama yang akan diajarkan pada jenjang tertentu di sekolah tempat guru itu mengajar, dan sebagai seorang