commit to user
i
INTERVENSI AS KE KUBA
(Studi Tentang Embargo Ekonomi AS dan Implikasi Politik Terhadap Pemerintahan Fidel Castro)
SKRIPSI Oleh: Fitriyanto K 4406023
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
INTERVENSI AS KE KUBA
(Studi Tentang Embargo Ekonomi AS dan Implikasi Politik Terhadap Pemerintahan Fidel Castro)
Oleh : Fitriyanto K 4406023
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, 6 Januari 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Sutiyah M. Pd. M. Hum. NIP. 195907081986012001
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Senin
Tanggal : 10 Januari 2011
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Djono, M. Pd. ………
Sekretaris : Dra. Sri Wahyuni, M. Pd. ………
Anggota I : Dra. Sutiyah, M. Pd. M. Hum ………
Anggota II : Drs. Saiful Bachri, M.Pd ………
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
commit to user
v
ABSTRACT
Fitriyanto. U.S. INTERVENTION TO CUBA (Study About U.S. Economic Embargo Against Government and Political Implications of Fidel Castro). Skripsi, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, December 2010. and magazines that are relevant to the research problem. Technique of collecting data used is book study, using the card system / catalog or computer and use the Internet. while technique of Analysis used is historical analysis, which analyzes the priority sharpness and sensitivity in interpreting the historical data approach the theoretical framework derived from the history of science with science approach of Politics and Sociology. The procedure through four stages of research with activities that are heuristic, criticism, interpretation, and historiography.
commit to user
vi
ABSTRAK
Fitriyanto. INTERVENSI AS KE KUBA (Studi Tentang Embargo Ekonomi AS dan Implikasi Politik Terhadap Pemerintahan Fidel Castro). Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Desember 2010.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan: (1) Latar belakang dan motivasi Amerika Serikat (AS) melakukan intervensi ke Kuba, (2) Realisasi intervensi AS ke Kuba, (3) Dampak intervensi terhadap politik dan perekonomian Kuba.
Penelitian ini menggunakan metode historis. Sumber data yang digunakan adalah sumber tertulis primer dan sumber tertulis sekunder yang berupa buku-buku, surat kabar dan majalah yang relevan dengan masalah penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik studi pustaka, dengan menggunakan sistem kartu/katalog atau komputer dan memanfaatkan internet. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis historis, yaitu analisis yang mengutamakan ketajaman dan kepekaan dalam menginterpretasi data sejarah dengan pendekatan kerangka teoritik yang berasal dari ilmu sejarah dengan pendekatan Politik dan Sosiologi. Prosedur penelitian dengan melalui empat tahap kegiatan yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.
commit to user
vii
MOTTO
Ø
Patria o Muerte (tanah air atau mati). Che Guevara
Ø
Berusaha bukan untuk menjadi pemenang namun berusaha untuk tidak
kalah (Sieze The Day)
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
1. Ayah dan ibu tercinta
2. Adikku Rini dan Yuni tersayang
3. Seluruh keluarga besarku
4. Jakamnia Solo Raya
5. Bang U dan Edwin atas saran dan
motivasinya
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk
memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan
Hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini telah hilang berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak
akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui
atas permohonan skripsi ini.
3. Ketua Program Pendidikan Sejarah yang telah memberikan pengarahan dan
ijin atas penyusunan skripsi ini.
4. Dra. Sutiyah, M. Pd. M. Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. Saiful Bachri, M. Pd. selaku dosen Pembimbing II yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Drs. Herimanto, M. Pd. M. Si. selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan perkuliahan.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial yang secara tulus memberikan ilmu kepada penulis selama ini, mohon
maaf atas segala tindakan dan perkataan yang tidak berkenan di hati.
commit to user
x
Semoga Allah SWT membalas amal baik kepada semua pihak yang telah
membantu di dalam menyelesaikan skripsi ini dengan mendapatkan pahala yang
setimpal.
Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan
skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan perkembangan Ilmu Pengetahuan pada umumnya.
Surakarta, Januari 2011
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
ABSTRACT ….. ... v
ABSTRAK... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... ... xi
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ………. . xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 7
1. Hakekat Intervensi ... 7
2. Hakekat Hubungan Internasional … ... 10
3. Hakekat Kekuasaan ... 16
B. Kerangka Berfikir ... 23
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25
B. Metode Penelitian ... 26
C. Sumber Sejarah ... ... 27
D. Teknik Pengumpulan Data ... 29
commit to user
xii
F. Prosedur Penelitian ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Motivasi AS Melakukan Intervensi ke Kuba ... 34
1. Sejarah Singkat Kuba ... 34
2. Perjuangan Fidel Castro dalam Revolusi Kuba ... 47
3. Kuba di bawah Fidel Castro ... 42
B. Realisasi Intervensi AS ke Kuba ... 46
1. ... Kuba Pasca Revolusi... ... 46
2. ... Sanksi Ekonomi... ... 51
C. Implikasi Terhadap Politik dan ekonomi Kuba ... 59
1. ... Dampa k Bidang Ekonomi... ... 59
2. ... Dampa k Bidang Politik... ... 62
3. ... Kebija kan Castro Menghadapi Embargo Ekonomi AS... ... 63
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79
B. Implikasi... 80
1. Teoritis ... 80
2. Praktis ... 81
3. Metodologis ... 81
C. Saran... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 83
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel Pertumbuhan Ekonomi Kuba Tahun 1962-1980... 56
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Teluk Babi... 88
Lampiran 2. Gambar Fidel Castro Presiden Kuba... 89
Lampiran 3. Gambar Presiden AS John F Kennedy... 90
Lampiran 4 Gambar Ronald Reagan Presiden AS... 91
Lampiran 5. GDP perkapita Kuba... 92
Lampiran 6 Cuban Liberty and Democratic Solidarity Act of 1995... 93
Lampiran 7. Jurnal Ines Handayani “Berdikari Cara Kuba”... 119
Lampiran 8. Castro, Tak Tumbang di Guncang Amerika... 121
Lampiran 9. Surat Permohonan Ijin Research / Try Out... 122
Lampiran 10. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi... 123
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setelah mengalami penjajahan bangsa Eropa selama tiga abad membuat
hasrat daerah jajahan di Amerika Latin untuk mencapai kemerdekaan. Perjuangan
kemerdekaan di Amerika Latin tidak terjadi secara serentak, tetapi secara sendiri –
sendiri oleh rakyat masing – masing jajahan tanpa ada koordinasi perjuangan
dengan bangsa lain. Secara umum motivasi untuk melepaskan dari belenggu
penjajahan asing dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu intern dan ekstern. Faktor
intern berasal dari dalam negeri, yaitu terjadinya diskriminasi serta adanya
pemerasan demi kepentingan merkantilisme ekonomi. Faktor ekstern berasal dari
luar, komunikasi rakyat di berbagai daerah jajahan dengan dunia luar baik secara
langsung maupun tidak langsung merupakan inspirasi terbesar bagi munculnya
gagasan – gagasan baru dalam menemukan cara – cara memperjuangkan
kemerdekaan.
Kuba merupakan negara di kawasan Amerika Latin yang menjadi jajahan
Spanyol. Pada waktu negara – negara jajahan Spanyol dan Portugal di Amerika
Latin telah berhasil merebut kemerdekaan, Kuba masih berada dalam jajahan
Spanyol. Ini tidak berarti kejadian – kejadian revolusioner Amerika Latin tidak
mempengaruhi hasrat Kuba untuk mendapatkan kemerdekaan. Upaya untuk
menggulingkan pemerintahan penjajah timbul antara tahun 1826 – 1868, tetapi
upaya tersebut selalu gagal. Baik melalui gerakan bawah tanah maupun perang
terbuka dengan penjajah Spanyol.
Pada tahun 1895 muncul revolusi besar – besaran dan terorganisasi
melawan Spanyol dengan tokoh Jose Martii. Perang ini berakhir dengan kematian
Jose Martii yang kemudian menjadi simbol perjuangan rayat Kuba. Revolusi ini
menyebabkan intervensi secara langsung dari Amerika Serikat (AS) terhadap
penjajahan Spanyol di Kuba, karena banyak penduduk AS yang meninggal dan
commit to user
Keterlibatan AS dalam perang Spanyol – AS 1899 karena terjadi
peledakan terhadap kapal perang AS “Maine” yang mengangkut pengungsi warga
AS dari Kuba di pelabuhan Havana. Peledakan ini mendapat reaksi keras dari AS
dengan mengatakan rakyat Kuba berhak merdeka. Dengan reaksi ini mulai pecah
perang antara Spanyol dan AS secara resmi dan berakhir dengan pendudukan
Kuba oleh AS pada tanggal 1 Januari 1899, sebagai akibat dari kekalahan
Spanyol. Kekalahan ini juga membawa dampak lepasnya Puerto Rico, Filipina,
dan Guam dari tangan Spanyol ke AS.
Kemenangan AS dalam perang antara AS dengan Spanyol tidak membuat
Kuba mendapatkan kemerdekaan sejati, yang terjadi hanya sebuah transisi
pengaruh dari Spanyol ke tangan AS. Kuba mendapatkan kemerdekaan secara
resmi pada tahun 1902 dengan Estrada Palma sebagai presiden, namun Kuba
mendapat kemerdekaan setelah menerima Plat Amandemen sebagai konstitusi
baru bagi Kuba. Plat Amandemen itu membuat Kuba menjadi suatu jajahan AS.
Plat Amandemen itu menjadikan AS dapat menerapkan sebuah tekanan yang
besar terhadap Kuba atas dasar hak istimewa yang dimiliki AS.
Keterlibatan AS ini merupakan intervensi asing yang timbul sebagai akibat
dari campur tangan AS terhadap Kuba. Intervensi asing merupakan sebuah era
baru neokolonialisme penjajahan asing. Sebagai alasan adalah untuk melindungi
jiwa dan harta yang dimiliki warga negara yang berada di luar negeri atau dengan
menyatakan ikut bertanggung jawab membina perdamaian kawasan. Intervensi itu
digunakan untuk menangkal kekhawatiran pengaruh asing yang timbul setelah
perang kemerdekaan berakhir. Saat AS dan Inggris memperluas perdagangan,
muncul suatu kekhawatiran bangsa – bangsa di Amerika Latin terhadap pengaruh
asing, baik dalam bidang ekonomi, perdagangan, investasi modal asing dalam
sektor industri, serta lebih luas lagi kepada pengaruh dari nilai – nilai kebudayaan
asing. Di Kuba terjadi serangkaian pemberontakan, kudeta, dan perjuangan intern
pada tahun 1910 yang melahirkan sebuah pemerintahan diktator di bawah Gerardo
Machado Y. Morales. Pemerintahan diktator Machado kemudian berhasil
commit to user
juga menerapkan pemerintahan diktator mulai tahun 1934 dan mendapatkan
dukungan penuh dari AS (Widyadara, 1989: 242).
Selama masa pemerintahan diktator Batista membuat kesengsaraan bagi
rakyat Kuba. Selain itu juga terjadi penjualan aset – aset negara kepada swasta
yang sebagian besar dijual kepada orang – orang AS. Keadaan ini semakin
membuat Kuba terlilit masalah ekonomi dan semakin menggantungkan diri pada
AS. Selama pemerintahan Batista pengaruh kapitalisme Kuba cukup kuat, selain
dari status kepemilikan aset negara dikuasai swasta juga dalam sistem
pemerintahan sendiri dengan adanya orang AS mendapatkan jabatan penting
dalam pemerintahan.
Kondisi ini menjadi alasan bagi Fidel Castro melakukan perlawanan
terhadap pemerintahan Batista dengan melakukan penyerangan terhadap kesatuan
Tentara di Santiago de Cuba. Upaya penyerangan pertama itu gagal dan Fidel
Castro dijatuhi hukuman 15 tahun, namun baru 11 bulan menjalani hukuman
Castro mendapat pengampunan dari Batista dan dibebaskan.
Sejak bebas dari penjara perjuangan Castro kembali dimulai. Berawal dari
pendaratan pasukan kecil di pantai Provinsi Oriente, pasukan ini berhasil
dihancurkan oleh tentara Batista dan hanya tersisa 12 orang. Dengan 12 orang
inilah Castro mulai melakukan gerilya di Sierra Mastra. Keadaan pemerintahan
Batista semakin memburuk dengan adanya demonstrasi dan pemogokan secara
massal. Pada 17 Maret 1958 Castro secara terbuka mengumumkan perang
terhadap Batista. Gerakan Castro makin memperoleh simpati dan dukungan dari
rakyat Kuba, bahkan dari kalangan AS. Sebaliknya tidak ada satupun adari negara
komunis memnbantu. Perjuangan ini ditutup dengan merebut kekuasaan Batista
tanpa bantuan Uni Sovyet dan dari negara Komunis lain. Hal ini merupakan
kebanggan Castro yang semula bukan orang komunis, tetapi lebih merupakan
Ultranasionalis yang revolusioner. Babak selanjutnya adalah konsolidasi
kemenangan, dengan mengadakan perubahan besar dalam pemerintahan mulai
Januari 1959. Pembersihan dari sisa – sisa kekuatan Batista, penahanan dan
pembunuhan yang mengejutkan dunia. Pada tanggal 27 Januari 1959 misi militer
commit to user
menunjukkan golongan militer lebih dominan karena golongan militer merupakan
faktor dinamisasi pendobrak dalam perjuangan kemerdekaan melawan AS.
Dalam pemerintahan Castro cenderung anti AS dan menandai permusuhan
antara Castro dengan AS. Fase awal permusuhan ditandai dengan adanya program
nasionalisasi asset dan landreform. Dengan kebijakan itu membuat AS merasa
dilecehkan. Kemarahan AS semakin menjadi ketika Castro melancarkan agresi
retoris yang anti – AS. Upaya ini semakin membuat Castro semakin kuat dengan
komunisme yang menjadikan AS semakin geram, karena maksud intervensi AS
terhadap Kuba adalah untuk melindungi negara – negara Amerika Latin terhadap
paham komunisme Uni Sovyet. (Andrik Purwasito, 1981: 71). Semakin kuatnya
Castro dengan komunisme menandakan kegagalan AS dalam melindungi negara –
negara Amerika Latin dari pengaruh komunisme.
Sebagai balasan dari tindakan Castro, AS memperkecil jumlah kuota
pembelian gula dari Kuba. Hal ini membuat Uni Sovyet mendekati Kuba, melalui
wakil Perdana Menteri Anastas Mikoyan, Uni Sovyet menyanggupi membeli gula
dari Kuba. Keadaan ini membuat AS memutuskan hubungan diplomatik dengan
Kuba dan mengumumkan embargo setiap bahan ke Kuba kecuali beberapa bahan
makanan dan obat – obatan pada tanggal 19 Oktober 1960. Tindakan ini
kemudian membuat Castro menasionalisasi semua perusahaan AS tanpa ganti rugi
yang membuat AS menderita kerugian sekitar US $ 1,5 billion (Hidayat Mukmin,
1981: 138).
Hubungan AS – Kuba semakin memburuk, sehingga Kuba semakin
mendekatkan diri dengan Uni Sovyet, membuat Castro secara lantang menyatakan
diri sebagai Marxis – Leninis selamanya. Pada tahun 1961 AS melakukan
penyerbuan di Teluk Babi. (Widyadara, 1989: 224). Penyerangan Teluk Babi
mengalami kegagalan, serta menurunkan citra AS dimata internasional. Bagi
Kennedy kegagalan ini merupakan aib, untuk menutupi langkah menyerbu Kuba
AS meluncurkan Proyek Kuba. Perkembangan Kuba dengan AS semakin
memburuk ketika dengan bantuan Uni Sovyet, Kuba membangun pangkalan rudal
commit to user
Laut dan Korps Marinir untuk memblokade dan dalam keadaan siap tempur,
meskipun akhirnya tidak terjadi perang terbuka (Hidayat Mukmin, 1981: 140).
Perjuangan mengisolasi Kuba pindah ke arena politik melalui negara OAS
(Organitation of American State). Awalnya AS mengajak negara – negara
Amerika Latin secara individual memutuskan hubungan diplomatik dengan Kuba.
Di bawah Rezim Fidel Castro, Kuba tidak hanya bertahan dalam mengalami
tekanan isolasi, tetapi sedikit demi sedikit tumbuh menjadi negara sosialis,,
namun sosialisme ini belum sepenuhnya melembaga di Kuba (Hidayat Mukkmin,
1981: 247).
Pada pemerintahan Castro, Kuba melakukan perubahan mendasar dalam
berbagai bidang dan berusaha melepaskan diri dari belenggu kapitalisme di
bawah kendali AS. Saat ini Kuba merupakan salah satu negara di Amerika Latin
yang bebas dari belenggu ekonomi dan politik AS, meskipun masih terkena
embargo ekonomi yang dikenakan AS sejak tahun 1960. Pasca embargo di tahun
1960 – an, Kuba praktis hanya mendapatkan bantuan ekonomi dari Uni Sovyet
dan negara – negara Eropa Timur. Meski hingga kini Kuba masih terkena sanksi
embargo oleh AS, tetapi rakyat Kuba mampu menyediakan bahan pangan yang
memadai serta mengalami kemajuan di bidang pendidikan dan kesehatan.
Pendidikan dan kesehatan gratis untuk rakyat yang diterapkan Kuba, telah
memajukan banyak aspek kehidupan mereka. Kemajuan pada pengembangan
teknologi pertanian telah berhasil menyamai sistem pertanian termaju di AS.
Dari uraian masalah tersebut perlu kiranya dikaji lebih jauh tentang Kuba,
dibawah judul skripsi “Intervensi Amerika Serikat ke Kuba ( Studi Tentang
Embargo Ekonomi AS dan Implikasi Politik Terhadap Pemerintahan Fidel Castro)”. Dalam pembahasan ini penulis melakukan pembatasan masalah yaitu
sejak Fidel Castro berkuasa di Kuba sampai masa Castro meletakan jabatanya,
yaitu dri tshun 1960 - 2006. Hal ini dikarenakan terjadi kebijakan – kebijakan
politik yang diambil oleh Castro dalam mengatasi embargo yang dilakukan AS,
dimana kebijakan politik tersebut akan menjadikan pertentangan antara AS
commit to user
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat dijadikan
rumusan masalah sebagai berikut :
1) Apa motivasi AS mengadakan intervensi ke Kuba ?
2) Bagaimana realisasi intervensi AS ke Kuba ?
3) Bagaimana dampak intervensi AS terhadap perekonomian dan
politik Kuba ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah :
1) Untuk mengetahui sebab dan motivasi AS mengadakan intervensi
ke Kuba.
2) Untuk mengetahui realisasi pelaksanaan intervensi AS ke Kuba.
3) Untuk mengetahui penggaruh dari intervensi AS terhadap politik
dan perekonomian Kuba.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
a) Menambah kajian tentang strategi negara – negara besar
(superpower) terhadap saingan politik.
b) Dapat menambah wawasan pembaca khususnya mahasiswa
intervensi AS ke Kuba sehingga diharapkan nantinya ada studi
lebih lanjut mengenai intervensi AS ke negara – negara lain.
2. Manfaat Praktis
a) Menambah perbendaharaan referensi di Perpustakaan Program
Sejarah FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b) Merupakan sumber referensi bagi mahasiswa Program Sejarah
FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang akan meneliti
lebih lanjut mengenai intervensi AS ke Kuba.
c) Mencoba memberi sumbangan pemikiran bagi masyarakat
commit to user
7
BAB II KAJIAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Hakekat Intervensi
a. Pengertian Intervensi
Soepono (1950: 161) mengatakan bahwa intervensi merupakan istilah
dalam politik internasional yang berarti “ikut campur tangan suatu negara dalam
soal – soal negara lain.”
Dalam Encyclopedia Americana (1990: 322) diuraikan bahwa:
“ Intervention in international law means the dictatorial interference by a state in internal affairs of another state or in relations between two other state.”
Intervensi yang dilakukan negara asing (khsusnya negara besar)
merupakan tindakan yang sangat dramatik, karena diorganisasikan dengan amat
baik. Intervensi merupakan semua tindakan yang mempunyai dampak tertentu
secara langsung atau lambat laun pada politik dalam negeri suatu negara lain,
termasuk di dalamnya semua bentuk bujukan dan program diplomatik, ekonomi
serta militer (K.J. Holtsi, 1988: 9).
James Rosenau yang dikutip K.J. Holtsi (1988: 9) mengemukakan bahwa
intervensi dapat dibedakan dari bentuk – bentuk lain tindakan negara, karena
intervensi (a) merupakan pemutusan tajam dari bentuk-bentuk intervensi
konvensional dalam hubungan suatu negara, (b) dengan sadar diarahkan untuk
mengubah atau mempertahankan struktur penguasa politik di negara sasaran.
Dengan demikian program-program bantuan asing walaupun mungkin
mempunyai konsekuensi langsung atas penguasa politik dalam suatu masyarakat,
tidak akan dianggap sebagai intervensi, karena tidak merupakan pemutusan
radikal dari suatu hubungan konvensional.
Dari beberapa pendapat bentuk intervensi diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa intervensi adalah bagian dari politik luar negeri lain dengan cara
melakukan campur tangan terhadap masalah dalam negeri negara lain sebagai
commit to user
berbagai kegiatan dibidang politik, ekonmi, maupun militer. Intervensi merupakan
suatu akibat dari kemelut, kemudian pengiriman pasukan dengan cepat, sering
juga dengan menangkap pemimpin rezim sasaran.
b. Hal Pendorong Intervensi
Ada 3 hal yang menyebabkan berlansungnya intervensi terhadap suatu
negara yaitu :
1) Banyak pemerintahan yang menyatakan bahwa mereka terpaksa melakukan
intervensi militer ke negara lain karena adanya upaya destabilisasi pihak lain.
2) Intervensi sebagai awal dari sebuah revolusi melawan imperialisme dan
kolonialisme.
3) Adanya perselisihan domestik yang mengancam kepentingan ekonomi
negara-negara asing tertentu (Walter S. Jones, 1993: 201).
K.J.Holtsi (1988: 4) menguraikan situasi modern yang dapat mendorong
munculnya intervensi antara lain :
1) Semua negara besar dan juga beberapa negara yang lebih kecil telah
menambahkan pada teknik-teknik perundingan diplomatik tradisional mereka
sebuah program bantuan militer dan ekonomi. Hal ini akan mempengaruhi
perkembangan politik, ekonomi dan sosial dalam negeri negara penerima.
2) Terdapat banyak ketidaksesuaian antara batas wilayah negara di satu pihak,
dan batas wilayah suku, keagamaan, dan kebahasaan di lain pihak. Jika ada
perpecahan sosial di dalam dan beberapa kelompok masyarakat merasa
tertindas, maka kemungkinan kekacauan sipil meningkat. Jika kelompok –
kelompok minoritas ini merumuskan suatu strategi yang membutuhkan
tindakan politik yang diorganisasi dengan sangat baik, mereka akan condong
memerlukan dukungan dari luar.
3) Loyalitas politik yang secara tradisional telah meluas ke lembaga-lembaga
politik atau para penguasa terkadang justru diarahkan ke badan-badan atau
ideology politik luar negeri. Hal ini akan membuka peluang bagi negara –
negara asing yang melambangkan ideologi trans nasional ini, untuk menjadi
commit to user
4) Terdapatnya jalan buntu terhadap penyelesaian masalah nuklir. Ini membuat
para musuh utama perang dingin masuk ke sektor peperangan dan subversi
yang tidak teratur, di mana kemungkinan peningkatan militer yang tidak
terkendali kecil sekali.
5) Dengan tujuan revolusioner pemerintah cenderung menggunakan untuk tujuan
luar negeri jenis-jenis teknik yang sama degan teknik yang sudah berhasil
digunakan pemimpin mereka dalam memperoleh kekuasaan dalam negeri.
Intervensi Amerika Serikat (AS) ke Kuba dilatar belakangi oleh adanya upaya
perlindungan terhadap warga negara AS yang berada di Kuba. Selain itu
intervensi ini juga dimaksudkan untuk melindungi kawasan Amerika Latin dalam
hal ini Kuba dari serangan negara – negara Eropa.
c. Bentuk Intervensi
Bentuk intervensi dibedakan menjadi 5 kelompok yaitu :
1) Berbagai tindakan politik rahasia, yaitu adanya penyuapan penyebaran
propaganda tersendiri.
2) Demonstrasi kekuatan, yaitu memperlihatkan atau mengancam untuk
menggunakan kekuatan baik untuk membantu maupun menghalangi
pemberontakan dalam negeri dalam sebuah negara asing.
3) Subversi, yaitu merupakan kegiatan pemberontakan yang diatur, didukung
atau diarahkan oleh kekuatan asing dengan menggunakan berbagai unsur yang
tidak puas dalam suatu masyarakat bagi tujuanya sendiri.
4) Perang gerilya, yaitu jenis kegiatan yang menggabungkan teror dengan terang
– terangan dan gerilya yang berpindah- pindah.
5) Intervensi militer, yaitu pengiriman sejumlah pasukan baik untuk
memantapkan suatu rezim terhadap para pemberontak atau membantu para
pemberontak untuk menggulingkan suatu perangkat penguasa yang telah
mapan (K.J.Holtsi, 1988: 9).
Pelaksanaan intervensi AS ke Kuba diawali dengan adanya penggunaan Plat
Amandemen sebagai konstitusi baru Kuba. Plat Amandemen ini membuat AS
commit to user
politik dengan mendukung pemerintahan Batista serta mampu menguasai lebih
dari 70% aset negara Kuba.
2. Hakekat Hubungan Internasional
a. Pengertian Hubungan Internasional
Hubungan Internasional adalah cabang dari ilmu politik merupakan suatu
studi tentang persoalan-persoalan luar negeri dan isu-isu global di antara
negara-negara dalam sistem internasional, termasuk peran negara-negara-negara-negara,
organisasi-organisasi antarpemerintah, organisasi-organisasi-organisasi-organisasi nonpemerintah atau lembaga
swadaya masyarakat, dan perusahaan-perusahaan multinasional. Hubungan
Internasional adalah suatu bidang akademis dan kebijakan publik dan dapat
bersifat positif atau normatif karena hubungan internasional berusaha
menganalisis serta merumuskan kebijakan luar negeri negara-negara tertentu (K.J
Holtsi, 1988: 286).
Hubungan internasional dapat dikatakan suatu kerjasama antar negara
yang satu dengan yang lain. Istilah hubungan internasional dapat mengacu pada
semua bentuk interaksi antara masyarakat yang berbeda. Sebagaimana manusia
tidak dapat lepas dari pergaulan dengan sesama manusia, begitupun negara tidak
lepas dari hubungan dengan sesama negara. Hubungan internasional dapat
diartikan secara mendasar sebagai usaha – usaha negara – negara di dunia untuk
saling berhubungan dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan dari kepentingan
negara masing – masing (Leo Agung, 1992: 28). Adanya ketergantungan dengan
negara lain inilah yang menyebabkan tumbuhnya hubungan internasional. Dengan
demikian hubungan internasional maing – masing negara bertujuan untuk
mencapai kebutuhan negara, sehingga terbentuk suatu kerjasama dalam berbagai
bidang baik dalam bidang politik, ekonomi, kebudayaan, ideology, dan lain – lain.
K.J. Holtsi ( 1988: 21) mengatakan bahwa “studi hubungan internasional
mencakup analisis kebijaksanaan luar negeri atau proses antara bangsa – bangsa
commit to user
internasional, transportasi, komunikasi dan perkembangan nilai dan etika
internasional.”
Hubungan internasional merupakan studi tentang interaksi antara jenis
kesatuan – kesatuan sosial tertentu, termasuk studi tentang keadaan – keadaan
relevan yang mengelilingi interaksi (Mc. Clelland, 1986: 27). Dalam hubungan
internasional hubungan antara seseorang dengan orang yang lain merupakan arti
utama. Pola hubungan atau interaksi ini dapat berupa kerjasama (Cooperation),
persaingan (Competition), dan pertentangan (Conflict) (May Rudy, 2003: 2). Hal
yang diharapkan dari suatu hubungan atau interaksi berupa kerjasama. Di dalam
hubungan internasional tidak dapat terhindar dari adanya persaingan dan konflik
(pertentangan).
Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa hubungan internasional adalah
hubungan antara satu negara dengan negara lain untuk mencapai tujuan dan dalam
rangka memenuhi tuntutan serta kepentingan negara sendiri.
b. Jenis Hubungan Internasional
1). Hubungan Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu unsure yang memperkuat suatu
negara. Hubungan internasional dibidang ekonomi sudah ada sejak dahulu.
Suatu bangsa merupakan perkembangan dari ekonomi dunia (Fernandes:
1988: 32). Dalam menjamin hubungan ekonomi dapat terjadi konflik,
sehingga untuk menghindari hal tersebut dibentuklah organisasi –
organisasi yang berhubungan dengan ekonomi seperti ILO (International
Labour Organitation). FAO (Food And Agriculture Organitation), IMF
(International Monetery Found).
2). Hubungan Hukum
Hukum internasional merupakan suatu sistem norma yang merinci
hak dan kewajiban, serta mengatur perilaku negara (Jones, 1993: 328).
Schwareenberger yang dikutip Frans S. Fernandes (1988: 30)
mengemukakan tiga prinsip utama dalam pembentukan hukum
commit to user
undang – undang yang fungsinya terbatas, (b) Diakui bangsa – bangsa
beradab, (c) Disusun oleh tokoh – tokoh bangsa beradab dan dapat
dibuktikan sebagai prinsip hukum dunia. Hukum internasional bersumber
pada : (a) Konvensi internasional, (b) Kebiasaan internasional, (c) Prinsip
– prinsip umum hukum intenasional (Jones, 1993: 331).
3). Hubungan Diplomatik
Hubungan internasional berkaitan dengan hubungan beberapa
negara. Hubungan intenasional dilaksanakan berdasarkan persamaan dan
saling menghormati keanekaragaman atau perbedaan seperti kebudayaan,
adapt istiadat, dan suku bangsa yang dimiliki masing – masing negara.
Hubungan internasional ditandai dengan saling menempatkan
seorang diplomat. Seorang diplomat menjalankan tugas dalam bidang
politik di bawah Menteri Luar Negeri. Hubungan antar negara akan
berjalan dengan baik apabila diplomat mampu menjalankan tugas secara
professional.
Diplomat menjalankan fungsi sebagai wakil kepala negara atau
raja. Dua fungsi utama yang dilakukan duta mencakup : (a)
Menginformasikan tentang situasi dan kondisi pemerintah di mana
ditugaskan, (b) Melaksanakan misi politik luar negeri terutama
mengadakan perundingan dengan negara tempat dia bertugas (Fernandes,
1988: 28).
Diplomasi merupakan suatu proses yang menggunakan
kebijaksanaan serta penuh taktik dalam menjalankan hubungan resmi antar
negara. Seorang diplomat harus bijaksana dalam menjalankan tugas dan
penuh perhitungan dalam menolak hal – hal yang tidak sesuai dengan
tujuan negara.
4). Hubungan pendidikan dan kebudayaan
UNESCO (Organisasi Pendidikan dan Kebudayaan Perserikatan
Bangsa – Bangsa) merupakan bentuk kerjasama di bidang pendidikan dan
kebudayaan. UNESCO memprioritaskan tercapainya pendidikan dasar
commit to user
mengembangkan pendidikan tinggi. Melalui komite nasional UNESCO,
tiap negara dianjurkan untuk memajukan kerjasama antar negara dalam
bidang pendidikan, pengetahuan, dan kebudayaan dengan harapan bahwa
kerjasama akan membawa perdamaian (Saifril Djamain, 1993: 25).
c. Perangkat Hubungan Internasional
1) Diplomasi adalah praktik komunikasi dan negosiasi antara pelbagai
perwakilan negara-negara. Pada suatu tingkat, semua perangkat hubungan
internasional yang lain dapat dianggap sebagai kegagalan diplomasi. Perlu
diingat, penggunaan alat-alat yang lain merupakan bagian dari komunikasi
dan negosiasi yang tak terpisahkan di dalam negosiasi. Pemberian sanksi,
penggunaan kekuatan, dan penyesuaian aturan perdagangan, walau bukan
merupakan bagian dari diplomasi yang biasa dipertimbangkan, merupakan
perangkat-perangkat yang berharga untuk mempermudah serta
mempermulus proses negosiasi.
2) Pemberian sanksi biasanya merupakan tindakan pertama yang diambil
setelah gagalnya diplomasi dan merupakan salah satu perangkat utama
yang digunakan untuk menegakkan pelbagai perjanjian (treaties). Sanksi
dapat berbentuk sanksi diplomatik atau ekonomi dan pemutusan hubungan
dan penerapan batasan-batasan terhadap komunikasi atau perdagangan.
3) Mobilisasi tindakan mempermalukan secara internasional juga dapat
dianggap sebagai alat dalam Hubungan Internasional. Hal ini adalah untuk
mengubah tindakan negara-negara lewat “menyebut dan mempermalukan”
pada level internasional. Penggunaan yang terkemuka dalam hal ini adalah
prosedur Komisi PBB untuk Hak-hak Asasi Manusia 1235, yang secara
publik memaparkan negara-negara yang melakukan pelanggaran terhadap
hak asasi manusia.
4) Pemberian keuntungan-keuntungan ekonomi dan/atau diplomatik. Salah
satu contohnya adalah kebijakan memperbanyak keanggotaan Uni Eropa.
Negara-negara kandidat diperbolehkan menjadi anggota Uni Eropa setelah
commit to user
5) Faktor-faktor psikologis dalam Hubungan Internasional berupa
pengevaluasian faktor-faktor psikologis dalam hubungan internasional
berasal dari pemahaman bahwa negara bukan merupakan kotak hitam
seperti yang dikemukakan oleh Realisme bahwa terdapat
pengaruh-pengaruh lain terhadap keputusan-keputusan kebijakan luar negeri.
Meneliti peran pelbagai kepribadian dalam proses pembuatan keputusan
dapat memiliki suatu daya penjelas, seperti halnya peran mispersepsi di
antara pelbagai aktor. Contoh yang menonjol dalam faktor-faktor level
sub-unit dalam hubungan internasional adalah konsep
pemikiran-kelompok (Groupthink), aplikasi lain yang menonjol adalah
kecenderungan para pembuat kebijakan untuk berpikir berkaitan dengan
pelbagai analogi-analogi.
6) Politik birokrat mengamati peran birokrasi dalam pembuatan keputusan,
dan menganggap berbagai keputusan sebagai hasil pertarungan internal
birokratis (bureaucratic in-fighting), dan sebagai dibentuk oleh pelbagai
kendala.
7) Kelompok-kelompok keagamaan, etnis, dan yang menarik diri. Mengamati
aspek-aspek ini dalam level sub-unit memiliki daya penjelas berkaitan
dengan konflik-konflik etnis, perang-perang keagamaan, dan aktor-aktor
lain yang tidak menganggap diri mereka cocok dengan batas-batas negara
yang pasti. Hal ini terutama bermanfaat dalam konteks dunia
negara-negara lemah pra-modern.
8) Ilmu dan teknologi, bagaimana ilmu dan teknologi berdampak pada
perkembangan, teknologi, lingkungan, bisnis, dan kesehatan dunia yang
akan menjadikan jaringan antar wilayah dunia semakin mudah dilakukan.
d. Faktor Pendorong Hubungan Internasional
1) Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi sangat besar doronganya terhadap suatu negara untuk
melakukan hubungan internasional. Abad sekarang ini sulit bagi suatu
commit to user
dari segi ekonomi demi memenuhi kebutuhan negara. Kebutuhan negara
teraebut mengharuskan mereka untuk berhubungan dengan negara lain (Leo
Agung, 1992: 5). Indonesia mengadakan hubungan dengan negara industri
untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat diproduksi sendiri. Jepang
berhubungan dengan nengara agraris dan penghasil bahan baku untuk
kepentingan produksi industri.
2) Faktor Budaya
Faktor budaya dan peranan sejrah masa lampau juga berperan dalam
mendorong suatu negara berhubungan dengan negara lain. Hubungan
kebudayaan antar negara merupakan hubungan intelek, atau merupakan
proses psikologi (Fernandes, 1988: 34). Di dalam zaman modern hubungan
antar budaya berbentuk misi kesenian, dan pertukaran pelajar. Tujuan dari
kegiatan ini untuk menciptakan citra suatu bangsa di negara lain. Lebih
lanjut dapat memberikan dampak dalam menumbuhkan saling pengertian
sihingga menciptakan iklim baru dalam dunia internasional.
3) Faktor Pendidikan
Negara – negara berkembang membuthkan ilmu dan teknologi untuk
mengejar ketertinggalan dari negara lain. Untuk itu mereka membutuhkan
pertukaran informasi ilmiah dan meminta bantuan dari negara maju untuk
membantu mereka mengembangkan ilmu teknologi di negara mereka (Leo
Agung, 1992: 5). Bidang pendidikan merupakan salah satu cara untuk
mengakses perkembangan teknologi negara lain.
e) Faktor Penghambat Hubungan Internasional
Kata terorisme saat ini gencar dibicarakanm isu terorisme
menimbulkan kecurigaan yang mengakibatkan ketegangan hubungan antar
negara. Definisi terorisme dikemukakan Pertahanan Amerika Serikat yang
dikutip Ridwan Al – Makassary (2003: 10) yaitu “penggunaan kekuatan atau
kekerasan yang tidak berdasarkan hukum atau mengancam menghancurkan
individu dan harta benda untuk memaksa mengintimidasi pemerintah dan
masyarakat, seringkali untuk mencapai tujuan – tujuan politik, agama, atau
commit to user
Salah satu korban dari isu terorisme adalah Afghanistan, negara ini
telah di serang demi mencari tokoh Osama bin Laden. Tokoh yang diduga
sebagai dalang teroris dunia. Indonesia tidak luput dari sasaran aksi
terorisme yang memperburuk citra Indonesia dalam dunia internasional. Isu
terorisme merupakan salah satu pengahambat dalam menjalin hubungan
dengan negara lain di kawasan internasional.
3. Hakekat Kekuasaan
a. Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan untuk bertindak atau memerintah sehingga
dapat menyebabkan orang lain bertindak, pengertian disini harus meliputi
kemampuan untuk membuat keputusan mempngaruhi orang lain dan mengatasi
pelaksanaan keputusan itu. Biasanya dibedakan antara kekuasaan yang berarti
dalam kemampuan untuk mempengaruhi orang lain sehingga dapat menyebabkan
orang lain tersebut bertindak dan wewenang yang berarti hak untuk memerintah
orang lain.
Pengertian kekuasaan secara umum adalah ‘’kemampuan pelaku untuk
mempengaruhi tingkah laku pelaku lain sedemikian rupa, sehingga tingkah laku
pelaku terakhir menjadi sesuai dengan keinginan dari pelaku yang mempunyai
kekuasaan’’ (Harold D. Laswell, 1984:9). Sejalan dengan itu, dinyatakan Robert
A. Dahl (1978:29) bahwa ‘’kekuasaan merujuk pada adanya kemampuan untuk
mempengaruhi dari seseorang kepada orang lain, atau dari satu pihak kepada
pihak lain’’.
Kekuasaan merupakan kemampuan seseorang atau sekelompok orang
untuk mempengaruhi pikiran atau tingkah laku orang atau kelompok orang lain,
sehingga orang yang dipengaruhi itu mau melakukan sesuatu yang sebetulnya
orang itu enggan melakukannya. Bagian penting dari pengertian kekuasaan adalah
syarat adanya keterpaksaan, yakni keterpaksaan pihak yang dipengaruhi untuk
mengikuti pemikiran ataupun tingkah laku pihak yang mempengaruhi (Mochtar
commit to user
bahwa kekuasaan merupakan suatu kemampuan menggunakan sumber-sumber
pengaruh yang dimiliki untuk mempengaruhi perilaku pihak lain, sehingga pihak
lain berperilaku sesuai dengan kehendak pihak yang mempengaruhi. Dalam
pengertian yang lebih sempit, kekuasaan dapat dirumuskan sebagai kemampuan
menggunakan sumber-sumber pengaruh untuk mempengaruhi proses pembuatan
dan pelaksanaan keputusan, sehingga keputusan itu menguntungkan dirinya,
kelompoknya dan masyarakat pada umumnya.
‘’Kekuasaan merupakan penggunaan sejumlah besar sumber daya (aset,
kemampuan) untuk mendapat kepatuhan dan tingkah laku menyesuaikan dari
orang lain’’ (Charles F. Andrain, 1992:130).
Menurut Miriam Budiarjo (1982:35) kekuasaan adalah ‘’kemampuan
seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah laku
seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku orang ltu
menjadi sesuai dengan keinginn dan tujuan dari orang yang mempunyai
kekuasaan’’.
Menurut Walter S. Jones (1993:3) kekuasaan dapat didefinisikan sebagai
berikut :
(1) Kekuasaan adalah alat aktor-aktor internasional untuk berhubungan satu dengan lainnya. Itu berarti kepemilikan, atau lebih tepat koleksi kepemilikan untuk menciptakan suatu kepemimpinan; (2) Kekuasaan bukanlah atribut politik alamiah melainkan produk sumber daya material (berwujud) dan tingkah laku (yang tidak berwujud) yang masing-masing menduduki posisi khusus dalam keseluruhan kekuasaan seluruh aktor; (3) Kekuasaan adalah salah satu sarana untuk menancapkan pengaruh atas aktor-aktor lainnya yang bersaing menggapai hasil yang paling sesuai dengan tujuan masing-masing; dan (4) Penggunaan kekuasaan secara rasional merupakan upaya untuk membentuk hasil dari peristiwa internasional untuk dapat mempertahankan atau menyempurnakan kepuasan aktor dalam lingkungan politik internasional.
Lebih lanjut Walter S. Jones (1993:6) menyatakan unsur-unsur potensi
kekuasaan adalah :
commit to user
suatu bangsa yang mempunyai arti penting bagi kekuasaan, seperti halnya citra, sikap, dan harapan penduduk. Yang paling penting adalah citra diri bangsa, yang sangat mempengaruhi konsep peran yang harus dimainkan bangsa itu; dan (3) Unsur-unsur sintetik dari kekuasaan ketrampilan penggunaan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain dalam rangka mengkoordinir, mengembangkan, menyiagakan kekuasaan negara yang paling penting adalah kapasitas industri dan kesiagaan.
Menurut Benedict Anderson (1972:48) kekuasaan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu konsep pemikiran barat dan konsep pemikiran Jawa.
Menurutnya kekuasaan dalam konsep pemikiran Barat adalah abstrak, bersifat
homogen, tidak ada batasnya, dan dapat dipersoalkan keabsahannya. Sedangkan
kekuasaan menurut konsep Jawa adalah konkrit, bersifat homogen, jumlahnya
terbatas atau tetap dan tidak mempersoalkan keabsahan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kekuasaan sangat penting
kedudukannya dalam masyarakat, yang mana dengan kekuasaan suatu kelompok
dapat melakukan apa saja yang diinginkan dan dapat mempengaruhi
perbuatan-perbuatan kelompok lain agar taat dan patuh terhadap pemegang kekuasaan.
b. Tipe Kekuasaan
Walter S. Jones (1993: 15) mengidentifikasi ada lima bentuk kekuasaan
yang dirasakan mungkin dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu :
1) Kekuasaan ganjaran (Reward Power)
Merupakan suatu kekuasan yang diadasarkan atas pemberian harapan,
pujian, penghargan atau pendapatan bagi terpenuhinya permintaan
seseorang pemimpin terhadap bawahannya.
2) Kekuasaan paksaan (Coercive Power)
Yaitu suatu kekuasaan yang didasarkan atas rasa takut, seorang pengikut
merasa bahwa kegagalan memenuhi permintaan seorang pemimpin dapat
menyebabkan dijatuhkannya sesuatu bentuk hukuman.
3) Kekuasaan legal (Legitimate Power)
Yaitu suatu kekuasaan yang diperoleh secara sah karena posisi seseorang
commit to user
4) Kekuasaan keahlian (Expert Power)
Yaitu kekuasasan yang didasarkan atas ketrampilan khusus, keahlian atau
pengetahuan yang dimiliki oleh pemimpin dimana para pengikutnya
menganggap bahwa orang itu mempunyai keahlian yang relevan dan yakin
keahliannya itu melebihi keahlian mereka sendiri.
5) Kekuasaan acuan (Referent Power)
Yaitu suatu kekuasaan yang diasarkan atas daya tarik seseorang, seorang
pemimpin dikagumi oleh pra pengikutnya karena memiliki suatu ciri khas,
bentuk kekuasaan ini secara populer dinamakan kharisma. Pemimpin yang
memiliki daya kharisma yang tinggi dapat meningkatkan semangat dan
menarik pengikutnya untuk melakukan sesuatu, pemimpin yang demikian
tidak hanya diterima secara mutlak namun diikuti sepenuhnya.
c. Cara Memperoleh Kekuasaan
Menurut Haryanto (2005:22) kekuasaan dapat diperoleh dengan beberapa
cara, yaitu :
1) Dari kedudukan
Kedudukan dapat memberikan kekuasaan kepada seseorang atau
sekelompok orang karena yang bersangkutan menduduki posisi tadi. Semakin
tinggi kedudukan maka akan semakin besar pula kekuasaan yang berada pada
genggaman orang yang menduduki posisi tersebut.
2) Dari kekayaan
Atas dasar kekayaan yang dimilikinya, seseorang atau sekelompok
orang dapat sedikit banyak memaksakan keinginannya kepada pihak-pihak lain
agar bersedia mengikuti kehendaknya. Kekayaan yang digunakan untuk
memperoleh kekuasaan biasanya dikaitkan dengan pemilikan sumber-sumber
ekonomi. Semakin besar kepemilikan terhadap sumber-sumber ekonomi, apalagi
kalau sumber-sumber ekonomi itu merupakan sumber yang langka dan merupakan
kebutuhan primer, maka akan semakin besar pula kekuatan pemilik
sumber-sumber ekonomi untuk memaksakan keinginannya kepada pihak-pihak lain.
commit to user
lebih terasa besar pengaruhnya apabila berlangsung di masyarakat yang relatif
kurang sejahtera, dan sekaligus juga merupakan masyarakat dengan tingkat
kesejahteraan yang tidak merata.
3) Dari kepercayaan
Seseorang atau sekelompok orang dapat memiliki kekuasaan karena
yang bersangkutan memang dipercaya untuk memilikinya atas dasar kepercayaan
yang dianut masyarakat. Kekuasaan yang bersumber dari kepercayaan hanya
muncul di masyarakat di mana anggota-anggotanya mempunyai kepercayaan yang
dimiliki pemegang kekuasaan.
Menurut Miriam Budiardjo (1982:36) kekuasaan bisa diperoleh dari
kekerasan fisik (misalnya, seorang Polisi dapat memaksa penjahat untuk
mengakui kejahatannya karena dari segi persenjataan polisi lebih kuat); pada
kedudukan (misalnya, seorang komandan terhadap bawahannya, seorang atasan
dapat memecat pegawainya); pada kekayaan (misalnya seorang pengusaha kaya
dapat mempengaruhi seorang politikus melalui kekayaannya); atau pada
kepercayaan (misalnya, seorang pendeta terhadap umatnya).
d. Cara Mempertahankan Kekuasaan
Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang, sekelompok orang atau suatu
negara terhadap terhadap pihak lain, dapat membuat penguasa tersebut berupaya
untuk mencapai apa yang menjadi keinginan dan tujuannya. Untuk itu, penguasa
berkeinginan mempertahankan kekuasaannya. Cara untuk mempertahankan
kekuasaan dapat dilakukan dengan cara damai, antara lain dengan demokrasi dan
mencari dukungan pihak lain, atau dengan kekerasan, antara lain dengan
penindasan dan memerangi pihak yang menentang kekuasaannya.
Menurut Haryanto (2005:57) tindakan penguasa untuk mempertahankan
kekuasaannya berbeda-beda. Dalam masyarakat yang demokrasis, penguasa
mencari dukungan warga masyarakat secara konseptual dan memperbesar
kepercayaan warga terhadap penguasa. Sedang dalam masyarakat yang tidak
demokratis, penguasa mempertahankan kekuasaannya dengan paksaan. Di
commit to user
terlalu jauh dalam mengatur kehidupan dan kepercayaan serta pribadi warganya
sesuai dengan keinginan penguasa. Dengan paksaan, warga digiring untuk patuh
pada penguasa.
Di antara banyak bentuk kekuasaan, kekuasaan politik merupakan hal
yang paling penting untuk dipertahankan, karena dengan kekuasaan politik,
penguasa dapat mempengaruhi kebijakan umum (pemerintah) baik terbentuknya
maupun akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan.
Kekuasaan politik tidak hanya mencakup kekuasaan untuk mendapat ketaatan
warga masyarakat, tetapi juga menyangkut pengendalian orang lain dengan tujuan
untuk mempengaruhi tindakan dan aktivitas penguasa di bidang administratif,
legislatif dan yudikatif (Miriam Budiardjo,1982:37).
Ibnu Khaldun dalam Rahman Zainudin (1992:125) menjelaskan kekuasaan
itu mempunyai dinamika dan prosesnya sendiri, yang dilaluinya mulai dari
kelahirannya sampai kehancurannya. Penguasa atau kelompok yang berkuasa
harus mempertahankan hubungan secara moralitas dan sifat-sifat kebaikan.
Sifat-sifat terpuji itulah yang menunjukkan adanya kekuasaan. Selama Sifat-sifat-Sifat-sifat seperti
itu ada, maka kekuasaan masih tetap ada. Dinyatakan Robert M. Macluer dalam
Miriam Budiardjo (1982:36) bahwa untuk mempertahankan kekuasaan, penguasa
harus meluaskan pengaruhnya untuk meningkatkan kepercayaan dan ketaatan dari
masyarakat atau warga di mana penguasa itu berkuasa.
Jadi meskipun dalam mempertahankan kekuasaan ada berbagai macam
cara, tetapi ada beberapa persamaannya yaitu pihak satu ingin selalu memerintah
pihak lain, ingin lebih tinggi dari pihak lain dan menginginkan ketaatan pihak
lain.
Fidel Castro dalam upaya mempertahankan kekuasaanya dari pengaruh
intervensi AS dengan cara menggandeng Uni Sovyet serta mengedepankan
commit to user
e. Faktor Runtuhnya Kekuasaan
Dalam pemikiran Ibnu Khaldun yang dikutip A. Rahman Zainuddin (1992
: 233) ada beberapa tahapan proses jatuhnya kekuasaan, yaitu :
1) Kekuasaan yang sentralistik, dimana pemusatan kekuasaan dan kemegahan
berada pada seorang atau sekelompok penguasa.
2) Kekuasaan yang mempunyai tata cara dan kebiasaan hidup dalam
kemegahan.
3) Kekuasaan yang memiliki pertahanan lemah, tidak mempunyai kekuatan
legitimasi.
Hancurnya kekuasaan tidak hanya disebabkan oleh factor internal dalam
kekuasaan itu sendiri, akan tetapi bias dari factor eksternal, antara lain karena
peperangan yang melibatkan dua negara atau lebih, konflik dan perang saudara,
kudeta (penggulingan kekuasaan) baik oleh militer maupun sipil dan aksi-aksi
demonstrasi yang memungkinkan pergantian kekuasaan (Rahman Zainudin,
commit to user
B. KERANGKA BERPIKIR
Keterangan :
Langkah Kuba melepaskan diri dari penjajahan Spanyol memperoleh hasil
karena bantuan dari Amerika Serikat (AS). Hal ini menjadikan Kuba mempunyai
ketergantungan yang sangat besar terhadap AS. Berawal dari pemerintahan
diktator Kuba di bawah pimpinan Fulgencio Batista setelah menyingkirkan
Morales. Pemerintahan Batista ini mendapat dukungan penuh dari AS. Pada masa
ini penduduk AS memiliki hamper 70% dari aset negara Kuba. Akibat dari
pendudukan ini maka pada tahun 1959 terjadi kudeta dari kaum revolusioner di Pemerintahan
Diktator Batista
Kolonial AS
Revolusi Kuba Paham
Komunisme
Pemerintahan Fidel Castro
Kuba Negara Komunis
Embargo Ekonomi
Dampak Intervensi Intervensi AS
commit to user
bawah pipinan Fidel Castro serta berhasil menggulingkan kedektatoran Batista.
Masa inilah yang menjadi babak utama dalam persaingan pandangan politik Kuba
dan AS. Secara berani Castro mengatakan bahwa dia adalah seorang komunis. AS
yang merupakan negara liberal merasa terancam dengan tampilnya Castro sebagai
pemimpin Kuba, lebih-lebih dengan adanya nasionalisasi aset serta landreform
sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan negara. Hal ini mendorong AS
melakukan isolasi terhadap Kuba berupa embargo dengan menjatuhkan semua
sektor riil perekonomian Kuba. Isolai ini membuat Kuba mau tidak mau
menggandeng Uni Sovyet untuk mengatasi masalah perekonomian dan membuat
Kuba menjadikan komunisme sebagai haluan negara karena hanya itulah yang
commit to user
Dalam penelitian yang berjudul Intervensi Amerika Serikat ke Kuba (Studi
Tentang Embargo Ekonomi dan Implikasi Politik Terhadap Pemerintahan Fidel
Castro), penulis melakukan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka.
Adapun perpustakaan yang digunakan sebagai berikut:
a. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b.Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
c. Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
d.Perpustakaan Monumen Pers Surakarta.
e. Perpustakaan Universitas Gajah Mada Yogyakarta
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan untuk penelitian ini direncanakan mulai dari bulan
Maret 2010, sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini yaitu pada bulan
Desember 2010. Perencanaan pelaksanaan adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Kegiatan Penelitian
Kegiatan 2010
commit to user
B. Metode Penelitian
Dalam setiap penelitian ilmiah selalu diperlukan suatu metode tertentu
yang berkaitan dengan obyek atau pemasalahan yang akan diteliti. Menurut
Koentjaraningrat (1986 : 7) kata metode berasal dari bahasa Yunani, methodos
yang berarti cara atau jalan. Sehubungan dengan karya ilmiah, maka metode
menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk memahami obyek yang
menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Menurut Dudung Abdurahman (1999 : 43) metode adalah suatu cara,
jalan, atau petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis. Sedangkan menurut Helius
Sjamsuddin (2007 : 13) metode ada hubungannya dengan prosedur, proses, atau
teknik yang sistematis dalam penyelidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk
mendapatkan obyek yang diteliti.
Penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha merekonstruksikan,
mendiskripsikan dan memaparkan Intervensi Amerika Serikat ke Kuba (Studi
Tentang Embargo Ekonomi dan Implikasi Politik terhadap Pemerintahan Fidel
Castro). Peristiwa yang menjadi pokok penelitian tersebut adalah peristiwa masa
lampau, sehingga metode yang digunakan adalah metode historis atau sejarah.
Dengan metode sejarah penulis mencoba merekonstruksi kembali suatu peristiwa
di masa lampau sehingga dapat menghasilkan historiografi sejarah yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Louis Gottschalk (1975 : 32) mengemukakan bahwa metode sejarah
adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan
masa lampau. Sedangkan Nugroho Notosusanto (1971 : 17) menyatakan bahwa
metode penelitian sejarah merupakan proses pengumpulan, menguji, menganalisis
secara kritis rekaman-rekaman dan penggalian-penggalian masa lampau menjadi
kisah sejarah yang dapat dipercaya, metode ini merupakan proses merekonstruksi
peristiwa-peristiwa masa lampau, sehingga menjadi kisah yang nyata.
Gilbert J Garraghan yang dikutip Dudung Abdurahman (1999 : 43-44)
mengemukakan bahwa metode penelitian sejarah adalah seperangkat aturan dan
prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif,
commit to user
dalam bentuk tertulis. Menurut Louis Gottschalk (1975 : 32) metode sejarah
adalah proses menguji serta menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan
masa lampau berdasarkan data yang diperoleh guna menentukan proses
historiografi.
Metode sejarah adalah rekontruksi imajinatif gambaran masa lampau
peristiwa-peristiwa sejarah secara kritis dan analitis berdasarkan bukti-bukti dan
data peninggalan masa lampau yang disebut sumber sejarah. Dalam penulisan
kisah masa lampau berdasarkan bukti-bukti yang ditinggalkan, sejarawan
diharuskan memiliki prosedur kerja. Prosedur kerja inilah yang disebut metode
sejarah, antara lain mencari jejak-jejak masa lampau, meneliti secara kritis,
menggambarkan masa lampau berdasarkan informasi yang diperoleh dari
jejak-jejak dan imajinasi ilmiah (Helius Sjamsuddin & Ismaun, 1994 : 19-24).
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian sejarah adalah kegiatan mengumpulkan, menguji dan menganalisis
secara kritis data peninggalan masa lampau dan menyajikannya sebagai hasil
karya melalui historiografi. Oleh karena metode penelitian yang digunakan adalah
metode historis, maka dilakukan langkah-langkah metode historis yang meliputi
pengumpulan sumber-sumber sejarah, menguji validitas dan reliabilitas data
sejarah tersebut kemudian menganalisis secara kritis untuk menghasilkan tulisan
atau cerita sejarah yang menarik dan dapat dipercaya.
C. Sumber Sejarah
Setiap peristiwa sosial selalu mempunyai sejarah yang mendahuluinya
yaitu berupa satu bentuk data sejarah yang di ketahui sekarang. Data sejarah itu
memberi keterangan tentang kondisi penyebab sampai berakhirnya suatu peristiwa
yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk memahami implikasinya lebih luas.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
sejarah. Sumber data sejarah sering disebut juga data sejarah. Menurut
Kuntowijoyo kata “data” merupakan bentuk jamak dari kata tunggal datum
commit to user
Menurut Nugroho Notosusanto (1971 : 19) sumber sejarah terdiri atas
sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber yang
keterangannnya diperoleh secara langsung dari seseorang yang menyaksikan suatu
peristiwa dengan mata kepala sendiri, sedangkan sumber sekunder adalah sumber
yang keterangannya diperoleh oleh pengarangnya dari orang lain atau sumber lain.
Klasifikasi sumber sejarah dapat dibedakan menurut bahannya,
asal-usulnya atau urutan penyampaiannya dan tujuan sumber itu dibuat. Sumber
menurut bahannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumber tertulis dan sumber
tidak tertulis. Menurut urutan penyampaiannya sumber-sumber dapat dibedakan
menjadi sumber primer dan sumber sekunder sedangkan menurut tujuannya
sumber-sumber dapat dibagi atas sumber formal dan informal (Dudung
Abdurahman, 1999 : 31).
Pada penelitian ini penulis digunakan sumber data tertulis sebagai sumber
primer dan sekunder. Sebagai sumber primer digunakan surat – surat kabar antara
tahun 1960 – 1990, antara lain dari surat kabar Kompas tahun 1980, surat kabar
Republika tahun 1990, sebagai pembanding juga menggunakan surat kabar luar
negeri yaitu News terbitan tahun 1980 – 1990. Selain dari surat kabar juga
digunakan artikel – artikel serta buku – buku yang relevan dengan penelitian
sebagai sumber sekunder antara lain buku ”Pergolakan di Amerika Latin dalam
Dasawarsa Ini” karangan Hidayat Mukmin terbitan tahun 1988, karya David
Deutschmann yang telah di alih bahasakan oleh Sovia Veronika Purba yang
berjudul ”Che Guevara dan Revolusi Kuba” terbitan tahun 2004, jurnal CSIS
terbitan tahun 1980, karya Hugh S Thomas dkk. ”The Cuban Revolution 25 Years
Later” terbitan tahun 1992, karya Philip Brener “From Confrontation to
Negoitation, terbitan tahun 1988. Sumber data yang telah diperoleh kemudian
dikaji, diklasifikasikan dan selanjutnya dibandingkan antara sumber yang satu
dengan yang lainnya serta dianalisis data tersebut sehingga diperoleh data sejarah
yang akurat yang dapat digunakan untuk menyusun cerita sejarah yang menarik
dan dapat dipertanggungjawabkan.
commit to user
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan cara teknik studi pustaka.
Teknik studi pustaka adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis
terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori,
dalil atau hukum-hukum dan yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.
Dalam melakukan studi pustaka diperlukan pengetahuan tentang perpustakaan
sebagai sumber literatur yang diperlukan dalam mencari materi yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti dari literatur yang tersedia (Hadari Nawawi, 1993 :
133). Studi pustaka merupakan sebuah penelitian di perpustakaan yang bertujuan
mengumpulkan data dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di
ruang perpustakaan, misalnya : buku, surat kabar, majalah dan dokumen. Data
tersebut berfungsi sebagai wahana informasi terhadap materi yang akan dibahas
dalam penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi maka peneliti juga bisa
memenfaatkan internet dalam rangka studi pustaka untuk mengumpulkan
data-data yang berkaitan dengan tema penelitian.
Studi pustaka ini dilakukan sistem kartu/katalog atau menggunakan
komputer dengan cara mencatat beberapa sumber tertentu yang berkaitan dengan
penelitian dengan mencantumkan keterangan mengenai nama pengarang, judul
buku maupun subyek yang dicari.. Oleh karena itu perlu mengingat kata kunci
yang terdapat dalam subyek yang dibahasnya, sehingga menemukan buku dan
artikel yang dimaksudkan dalam katalog atau komputer. Buku-buku dan artikel
yang telah ditemukan di perpustakaan dibaca dan dipahami, kemudian mencatat
hal-hal yang dianggap penting dan relevan dengan permasalahan yang akan
diteliti. Dengan demikian diperoleh data yang akan digunakan dalam penulisan
skipsi ini.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah teknik
analisis historis. Analisa data adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan,
memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca
commit to user
Menurut Sartono Kartodirjo (1993 : 88) bahan utama yang digunakan
sejarawan menyusun suatu cerita atau analisis sejarah adalah fakta, dan fakta itu
pada hakikatnya adalah konstruk yang dibuat oleh sejarawan, sehingga
interpretasi, baik analisis maupun sintesis orang bisa berbicara pendapat.
Perbedaan pendapat itu sah meskipun datanya sama. Dari sinilah interpretasi
sering disebut juga sebagai penyebab subyektivitas.
Sementara itu Sidi Gazalba (1981 : 38) mendefinisikan fakta sebagai usaha
pikiran manusia untuk merumuskan kenyataan itu sendiri dari bahan-bahan yang
diwarisi. Untuk menganalisa suatu karya sejarah diperlukan adanya kritik ektern
dan kritik intern. Hal ini dilakukan karena setiap peneliti cenderung memiliki
unsur subyektivitas terutama dalam abstraksi fakta. Untuk mengurangi
kecenderungan tersebut, seorang peneliti harus mempunyai kerangka teoritis dan
metodologi yang kuat, sehingga fakta-fakta sejarah yang telah dianalisa, dikritik
dan diinterpretasikan akan menjadi suatu penelitian sejarah yang dapat diakui
kebenarannya
Pengkajian fakta-fakta oleh sejarawan memang tidak bisa lepas dari
subyektivitas, karena itulah diperlukan alat-alat analisis seperti konsep-konsep dan
teori-teori sebagai penyeleksi fakta, interpretasi dan kesimpulan yang cenderung
memiliki subyektivitas terutama dalam abtraksi fakta, maka untuk menguranginya
seseorang peneliti harus mempunyai kerangka berpikir teroritik dan metodologi
yang kuat, setelah diadakan analisis, kritik sumber dan interpretasi, maka fakta
sejarah dapat menjadi suatu cerita yang dapat dipercaya kebenarannya.
Dalam hal ini menggunakan teori – teori intervensi, hubungan
internasional, dan kekuasaan untuk menganalisis dan mendapatkan fakta sejarah
mengenai 1) Motivasi AS melakukan intervensi terhadap Kuba, 2) Realisasi
pelaksanaan intervensi AS terhadap Kuba, 3) Implikasi intervensi terhadap politik