• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

HASIL PENELITIAN

A. Motivasi AS Melakukan Intervensi ke Kuba 1. Sejarah Singkat Kuba

2. Perjuangan Fidel Castro dalam Revolusi Kuba

Munculnya Kuba sebagai negara sosialis dimulai dari dua sebab utama, yaitu keadaan intern dan dari luar berupa isolasi negara-negara tetangga Kuba sebagai corak pemerintahan Fidel Castro. Seperti halnya dengan negara-negara Amerika Latin lainya Kuba mengalami gejolak-gejolak politik dalam negeri yang mengakibatkan terjadinya instabilitas. Kondisi demikian timbul terutama pada saat menjelang dan semasa perrang Dunia ke-2 (Hidayat Mukmin, 1981: 134).

Kolonel Fulgencio Batista, sebagai hasil dari pemilihan umum kemudian diangkat sebagai presiden Kuba pada tanggal 10 Oktober 1940. Di dalam perang dunia ke-2, Kuba memihak Sekutu melawan negara-negara poros dan memperoleh bantuan dari AS. Sehabis perang, pada tahun 1945 Kuba menandatangani Piagam PBB dan menjadi anggota. Pada tahun 1944-1948 Kuba di pimpin oleh presiden Ramon Grau San Martin, dan sejak Oktober 1948 dipimpin oleh presiden Carlos Prio Socarras (Hidayat Mukmin, 1981:135).

Keadaan dalam negeri yang mengalami instabilitas seperti banyaknya korupsi, gangster, serta kerusuhan sosial membuat alasan bagi Batista untuk melakukan kudeta pada tanggal 10 Maret 1952. Kudeta itu tidak mendapat dukungan dan simpati sehingga menyebabkan para perwira menengah, politisi, serta mahasiswa bergabung untuk menentang kediktatoran Rezim Batista. Pemerintahan diktator Batista yang diktatorial membuat Fidel Castro seorang pengacara muda mengadakan pemberontakan. Ketika pemilihan dibatalkan, Castro dengan cepat mengorganisasikan lebih dari 150 musuh rezim yang marah sebagai upaya untuk menggulingkan rezim tersebut dengan melakukan penyerangan terhadap Kesatuan Tentara di Santiago de Cuba pada tanggal 26 Juli 1953. Upaya penyerangan tersebut gagal dan Castro ditahan pemerintah, dijatuhi hukuman selama 15 tahun, tetapi baru 11 bulan menjalani hukuman ia dibebaskan atas pengampunan dari Batista, kemudian mencari perlindungan ke Meksiko (Hidayat Mukmin, 1981: 136).

Upaya penyerangan di Moncada memang gagal, kegagalan itu diakibatkan karena pasukan Fidel Castro mengalami perpecahan internal. Kegagalan itu disusul pembelaan Castro di ruang sidang di Havana, telah menempatkan Fidel

commit to user

Castro sebagai figur utama terhadap perjuangan revolusi Kuba. Dalam persembunyianya di Kuba, Castro berupaya kembali menghimpun kekuatan kembali untuk menyerang Kuba. Fidel Castro dengan Pasukan yang sangat kecil menggunakan kapal Granma untuk mendarat di Pantai Propinsi Oriente. Pasukan ini dapat dihancurkan oleh pasukan Batista dan hanya tersisa 12 orang. Dengan sisa pasukan ini Castro kembali melakukan gerilya di Sierra Maestra (Hidayat Mukmin,1981: 136).

Pada tanggal 17 Maret 1958, Castro mengumumkan perang total terhadap Rezim Batista. Gerakan Castro makin mendapat simpati dan dukungan secara luas, juga dikalangan orang AS sendiri. Sebaliknya, tidak ada satu pun dari negara Komunis membantu upaya Castro. Pemilihan presiden tahun 1958 dimenangkan oleh Andres Rivero, dengan dukungan Batista. Tetapi sebelum presiden terpilih dapat dilantik, pemerintahan Batista telah jatuh. Hakim Manuel Urrutia diangkat sebagai persiden sementara, namun Castro telah berhasil merebut Havana pada tanggal 8 Januari 1959. Sejak saat itu Castro menjadi pemimpin negara Kuba (Hidayat Mukmin, 1981: 137).

Kepribadian Castro yang keras dan tegas menjadi ciri khas dalam gaya kepemimpinanya. Sejak dalam perjuangan revolusi, ia selalu menyuarakan kata hati melalui pidato dengan ucapan yang tegas. Castro tidak pernah melihat siapa yang menjadi lawan politiknya apakah seorang pemimpin negara ataukah negara pemimpin. Hal ini pula yang telah dikatakanya dalam pidato pembelaan di depan pengadilan Havana tahun 1953. Pidato yang berjudul ”sejarah akan membebeaskan saya” mengungkapkan kritik dari Castro terhadap kondisi Kuba di

bawah kekuasaan rezim Batista dan pengaruh AS

(www.wikipedia.org/fidel/castro, diunduh tanggal 2 Agustus 2010)

Fidel Castro menunjukan gaya kepemimpinan yang melihat pada kemampuan dan kekuatan sendiri (self ability). Castro selalu berusaha meyakinkan pengikutnya dan rakyat Kuba bahwa ”kita akan mengambil tindakan apapun yang dituntut oleh keadaan”. Bahkan ketika Kuba terancam tindakan quota dan embargo ekonomi AS pada tahun-tahun awal kekuasaanya, Fidel Castro menyatakan kepada The Journal of Commerce bahwa :

commit to user

jika AS mengambil tindakan ekonomi, biarlah mereka

melakukanya, kami pasti akan menemukan solusinya. Biarkan AS mengatakan akan memotong kuota gula kami. Hei, Amerika dengarkan! Rakyat Kuba akan menemukan jalan keluar dari setiap situasi, dan mengorbankan apapun yang diperlukan bagi negara (Cotayo, 191: 12-13). Salah satu pola pemikiran Castro yang paling esensial dalam melihat kepribadian dan gaya kepemimpinanya sampai saat beralih tampuk kekuasaanya adalah pandangan terhadap doktrin Marxisme-Leninisme, yaitu ajaran komunisme yang memadukan antara pandangan Karl Marx dan Lenin. Inti ideologi ini adalah menciptakan suatu perubahan sosial melalui suatu gerakan revolusi, hingga terciptanya suatu bentuk masyarakat tertinggi, yaitu masyarakat yang tanpa kelas. Oleh karena itu, dibutuhkan revolusionis-revolusionis profesional yang mampu melakukan tindakan propaganda infiltrasi, bahkan tindakan kekerasan dalam bentuk apapun untuk mencapai masyarakat komunis (Hidayat Mukmin, 1981: 142).

Dengan melihat falsafah Marxis-Leninisme, Castro memandang bahw kondisi Kuba saat ini adalah karena adanya perbedaan kelas, di mana kelas atas (borjuis) menguasai dan mengeksploitasi kelas bawah (proletar). Selain itu intervensi dan kontrol asing terhadap kedaulatan Kuba akan semakin membuka peluang terciptanya distorsi kehidupan sosial ekonomi rakyat. Oleh sebab itu diperlukan perjuangan kelas melalui suatu revolusi sampai suatu keadaan tanpa kelas dapat terwujud. Dampak panjang dari pandangan Lenin adalah penguasaan di segala bidnag kehidupan masyarakat tidak lagi terletak pada kemampuan rakyat itu sendiri, melainkan terpusat pada kekuasaan pemimpin yang mengatasnamakan Partai Komunis (www.wikipedia.org/fidel/castro, diunduh tanggal 2 Agustus 2010).

Sikap dan perjuangan Fidel Castro untuk menciptakan kuba yang berbeda dengan berusaha menggulingkan kediktatoran Batista bukan saja mampu menarik perhatian rakyat Kuba, tetapi ia juga mampu mengubah opini publik AS. Kegagalan serangan di barak Moncada menjadi kegagalan bagi Castro untuk mengubah strategi dan taktik perjuangan. Dari Meksiko, Castro bersama adiknya Raul Castro dan seorang dokter berkebangsan Argentina, Ernesto ”Che” Guevara

commit to user

dengan pasukan kecil yang berhasil mendarat di pantai Provinsi Oriente namun pasukan ini dapat dihancurkan oleh tentara Batista, kemudian Castro melakukan gerilya dengan sisa pasukan dan berhasil merebut wilayah pegunungan Sierra Maestra (Hidayat Mukmin, 1981: 135).

Castro berupaya mengungkapkan kepada masyarakat Kuba dan AS mengenai perjuanganya serta penyelewengan-penyelewengan Batista terhadap rakyat Kuba. Hal ini kemudian banyak mengubah opini AS yang semula mendukung pemerintahan Batista berbalik mengecam dan mereka bersimpati terhadap perjuangan kaum muda di bawah kendali Fidel Castro.

Kegigihan Castro dalam memperjuangkan ide-ide perdamaian, demokrasi, dan kemanusiaan mendapat dukungan dari rakyat Kuba. Pasukanya menjadi 800-an or800-ang, d800-an dalam waktu singkat berkemb800-ang menjadi puluh800-an ribu. Untuk menumpas gerakan Castro, pada 24 Mei 1958 Batista menggelar ”Operacion

Veran” dengan mengerahkan 17 batalyon pasukan. Kekuatan Batista terus saja

terdesak, bahkan dari kalangan militer tertentu mulai berbalik mendukung perjuangan Castro. Berakhir pada tanggal 28 Desember 1958, Jendral Fulgencio Batista meninggalkan Kuba. Fidel Castro dan gerakan revolusionernya kemudian memasuki Havana pada 1 Januari 1959, dan lima hari kemudian, Castro memasuki Istana Presiden dan mengumumkan bahwa keadaan telah terkendali di bawah gerakan revolusioner (Sovia, 2004: 34).

Fidel Castro adalah pribadi yang unik karena ia identik dengan Kuba. Ia menjadi orang kuat di Kuba dan seperti karakter para pemimpin Amerika Latin pada umumnya, Castro bertindak sebagai kepala keluarga dan pemiimpin utama bagi rakyatnya. Sebagai pemimpin Kuba, walau cenderung menjadi penguasa yang otoriter ia menunjukan kejeniusan dalam pergaulan internasional. Castro mempunyai kemampuan membangkitkan nasionalisme bukan saja bagi rakyat Kuba tetapi juga bagi negara Dunia Ketiga dalam menghadapi tekanan negara-negara besar (Gonzales, 1996: 36).

commit to user

Dokumen terkait