• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

HASIL PENELITIAN

A. Motivasi AS Melakukan Intervensi ke Kuba 1. Sejarah Singkat Kuba

2. Sanksi Ekonomi

Sanksi merupakan suatu tindakan hukuman di bidang dplomatik, ekonomi, atau miter melalui sistem keamanan kolektif yang dikenakan terhadap negara pelanggar hukum internasonal. Sistem keamanan PBB menyebutkan bahwa bila Dewan Keamanan menetapkan telah terjadi ancaman perdamaian, pelanggaran perdamaian, atau tindakan agresi maka Dewan Keamanan dapat meminta secara sukarela atau menjatuhkan sangsi mengikat terhadap negara pelanggar hukum. Piagam PBB merinci bahwa Dewan Keamanan dibantu oleh Komite Staf Militer dapat meminta negara anggota untuk melakukan tindakan yang bisa meliputi unjuk rasa, blokade, serta operasi militer dengan kekuatan darat, laut, dan udara. Sedangakan sanksi non militer mencakup penghentian secara penuh atau sebagian hubungan ekonomi dan jalur perhubungan darat, laut, udara, pos, telegraf, dan sarana komunikasi lain, dan pemutusan hubungan diplomatik (Plano dan Olton, 1990: 281).

commit to user

Berdasarkan Uniting for Peace Recsolution 1950, Majelis Umum dapat memberi wewenang kepada negara anggota 2/3 suara untuk melakukan tindakan terhadap negara agresor, jika Dewan Keamanan tidak dapat melakukan indakan yang disebabkan adanya veto. Untuk memudahkan pelaksanaan sanksi, Piagam PBB pasal 43 mencantumkan bahwa negara anggota harus membuat ikatan khusus dengan Dewan Keamanan untuk meungkinkan tindakan persenjataan yang dilakukan dalam rangka memelihara keamanan dan perdamaian. Selain itu sanksi juga bisa diterapkan oleh organisasi regional seperti yang dilakukan oleh Uni Eropa terhadap Yugoslavia, atau juga bisa dilakukan secara unilateral oleh suatu negara terhadap negara lain, seperti embargo perdagangan yang diterapkan AS terhadap pemerintahan Fidel Castro di Kuba (Plano dan Olton, 1990: 282).

Berakhirnya perang dingin dan runtuhnya kekuatan blok komunis, maka AS menjadi satu negara adidaya dan tidak lagi berhadapan dengan Uni Sovyet, melainkan berhadapan dengan negara-negara yang dikategorikan tidak dapat dikendalikan secara pennuh oleh AS. Pada intinya, AS akan menekan negara-negara yang dianggap merintangi upaya untuk menciptakan tatanan dunia dengan sistem uni polar dibawah kekuasaan AS. Salah satu negara tersebut adalah Kuba yang telah dianggap menganggu keberadaan AS secara geostrategis dan geopolitik di benua Amerika, khususnya untuk kawasan Amerika Latin dan Karibia.

Untuk menghadapi negara-negara tersebut, AS tidak segan untuk menjatuhkan sanksi baik dibidang ekonomi, politik, maupun militer. Bakhan AS sering terkesan represif terhadap negara-negara lain terutama yang berkaitan dengan sanksi perdagangan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya negara yang terkena sanksi perdagangan oleh pemerintah AS melaui USTR (United States

Trade Representative) dengan klasifikasi pelanggaran yang

berbeda-beda.(www.Republika.co.id, diunduh tanggal 28 Juli 2010).

USTR adalah lembaga pemerintah dibawah Executive Office of the

President, yang ditugasi presiden untuk melakukan investigasi terhadap

negara-negara mitra dagang AS yang dianggap melakukan pelanggaran. USTR setiap tahun sejak tahun 1985 melakukan review dengan membuat National Trade

commit to user

kepada presiden, Finance Committe of the Senate, dan Approciate Committe of the

House (DPR). Langkah ini bertujuan menginventarisasi semua hambatan yang

dianggap sesuai dengan national agrrement. Informasi yang sampai ke tangan USTR didapat dari berbagai lembaga pemrintah AS, terutama dari perwakilan di

luar negeri, serta laporan dan petisi-petisi dari swasta yang

berkepentingan.(www.Republika.co.id, diunduh tanggal 28 Juli 2010).

Dalam hubungan dengan Kuba, AS telah melakukan sanksi ekonomi berupa embargo perdagangan sejak tahun 1961. Mulai 1961, AS memberlakukan pembatasan kuota impor gula Kuba hingga mencapai 7.000.000 ton per tahun yang menyebabkan Kuba semakin condong kepada Uni Sovyet. Uni Sovyet membantu perekonomian Kuba sebesar US $ 1,5 juta setiap hari. Pada tahun 1960 Kuba dihadapkan pada awal pemutusan huungan Kuba-AS sebagai tindak lanjut dari kebijakan Castro melakukan nasonalisasi aset. Pada tahun 1970 perekeonomian Kuba mengalami penurunan akibat gagal panen tebu sebesar 10.000.000 ton ditambah dengan semakin kuatnya blokade ekonomi AS. Keadaan perekonomian Kuba pada dekade 1980 dihadapkan pada tantangan besar dari tekanan embargo AS, sehingga kondisi perekonomian menunjukan stagnasi. Keadaan embargo perdagangan tetap dilakukan AS sampai mencapai klimaks pada tahun 1990 ketika terjadi perang dingin yang berakhir dengan runtuhnya komunisme Uni Sovyet yang membuat Kuba harus mulai melakukan alternatif untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri Kuba. Pada tahun 2000 embargo perdagangan AS tetap dilanjutkan dibawah kendali Goerge W. Bush (Hidayat Mukmin, 1981: 142).

Kebijakan AS yang masih mempertahankan embargo perdagangan mendapat kecaman dari mantan Presiden AS Jimmy Carter untuk mencabut embargo perdagangan AS terhadap Kuba. AS ekan mencabut embargo perdagangan jika Kuba mengubah sistem politik dan pemerintahan dengan menjalankan suatu pemerintahan yang demokratis, berdasarkan hukum, dan menghormati HAM. Bagi AS kebijakan Kuba saat ini hanya akan memperkaya Fidel Castro serta para kroni semata, serta memperkuat kekuasaan dan

commit to user

kediktatoran tanpa memperdulikan nasib dan aspirasi rakyat Kuba (Brener, 1988: 53).

AS kemudian melakukan kebijakan baru pada masa George W. Bush untuk memperketat sanksi ekonomi terhadap Kuba, yaitu dengan adanya larangan perdagangan, kunjungan, pertukaran ilmu pengetahuan dan kebudayaan, serta pembatasan pengiriman uang kontan dan parcel dari imigran Kuba di AS kepada keluarga di Kuba.

a. Larangan Perdagangan

Hubungan perdagangan Kuba – AS sudah berakhir sejak embargo ekonomi telah dilakukan pada tahun 1962. Larangan perdagangan AS ini bertujuan untuk melemahkan dan mengakhiri kekuasaan Fidel Castro di Kuba yang membuat kebijakan revolusioner dengan menasionalisasi perusahaan-perusahaan AS di Kuba dan menjadi sekutu Uni Sovyet dengan menganut paham sosialisme-komunisme.

Larangan hubungan perdagangan AS dengan Kuba mulai dilakukan pada saat pembatasan kuota impor gula Kuba oleh AS 1960 sebagai balasan bagi gerakan Castro. Pembatasan kuota impor gula kemudian membawa Uni Sovyet mendekat ke Kuba dengan menyanggupi membeli gula Kuba, sehingga membuat Kuba masih melakukan program nasionalisasi perusahaan AS. Keadaan yang demikian membuat AS menjadi geram, kemudian AS mengumumkan embargo setiap bahan ke Kuba kecuali beberapa bahan makanan dan obat – obatan sejak 19 Oktober 1960. Tindakan AS itu dibalas oleh Castro dengan menasionalisasi perusahaan AS tanpa ganti rugi yang menyebabkan AS mengalami kerugian hingga mencapai US $ 1,5 billion (Hidayat Mukmin, 1981: 138).

Sebelum tahun 1961, AS mengimpor 3,3 juta ton gula dari Kuba lebih dari 1/3 konsumsi dalam negeri AS setiap tahun. Selain itu juga AS juga mengimpor tembakau 30,5 juta pounds dan cerutu 23,5 juta batang setiap tahun. Sebaliknya Kuba mengimpor dari AS melalui Florida barang-barang kebutuhan sehari-hari sebesar US $ 500 juta. Peranan ini kemudian diganti oleh Uni Sovyet ketika AS melakukan embargo ekonomi ke Kuba. Walau Uni Sovyet merupakan negara

commit to user

penghasil gula terbesar ke-2, namun tetap mengimpor gula dari Kuba untuk kemudian disalurkan ke kawasan Eropa Timur. Dari Uni Sovyet diimpor bahan baku minyak bumi dan barang – barang keperluan industri (Hidayat Mukmin, 1981: 142).

Sejak diberlakukan embargo ekonomi AS, Kuba harus mencari upaya alternatif untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri di samping bantuan dari Uni Sovyet. Cara yang dilakukan adalah perluasan pemasaran hasil produksi Kuba dan diverifikasi dalam perdagangan yang dilakukan oleh Uni Sovyet. Perluasan daerah pemasaran hingga mencakup Eropa Barat dan Jepang. Dalam tahun 1973 ditengah adnaya perlakuan embargo AS, Kuba masih sanggup mengekspor US $ 1.302 juta barang, dan mengimpor seharga US $ 1.497 juta. Sejak tahun 1974 mulai ditembuslah blokade ekonomi terhadap Kuba (Hidayat Mukmin, 1981: 142).

Di awal tahun 1970-an, ekonomi Kuba diperhadapkan dengan semakin kuatnya blokade Amerika Serikat dan gagalnya panen tebu sebesar 10 juta ton. Kondisi ini mengharuskan Kuba untuk menjalin kerjasama dengan Uni Soviet, dan ikut serta dalam COMECON (blok ekonomi negara-negara Eropa Timur) pada tahun 1972. COMECON adalah kontributor vital bagi Kuba lewat investasi dan bantuan- bantuan material sementara, juga teknologi untuk pembangunan secara umum maupun pada proyek-poyek yang penting. Integrasi ekonomi menghasilkan pasar yang stabil dan spesialisasi produksi. Sebanyak 85% perdagangan Kuba—81% ekspor dan 88% impor--adalah dengan COMECON. Sebanyak 95% persen minyak Kuba diimpor dari Uni Soviet. Pasar utama gula dan buah sitrus Kuba, adalah Uni Soviet dan negeri-negeri Eropa Timur. Hubugan perdagangan didasarkan kepada pemberian prioritas kepada Kuba dengan pertimbangan negeri yang masih sedikit terbangun. Hubungan di bawah ini

COMECON mendukung hubungan yang relatif stabil dan sanling

menguntungkan. Dari tahun 1971 hingga tahun 1989, ekonomi tumbuh rata-rata 6 persen setiap tahunnya. Pertumbuhan rata-rata negeri Amerika Latin pada periode tersebut adalah 3,6%. Dalam rentang waktu 1980-an, Kuba memiliki tingkat kualitas pembangunan yang lebih tinggi dibanding negeri manapun di Karibia. Sebenarnya, dalam periode ini dibandingkan dengan keseluruhan negeri yang

commit to user

terdapat di regional, penampilan ekonomi Kuba adalah sebuah negeri yang sehat dan stabil. Bertentangan dengan hubungan ekonomi negeri berkembang lainnya dengan Barat, hubungan ekonomi Kuba dengan COMECON dapat memperoleh kontrol yang makin penting terhadap pembangunan ekonomi dan otonomi yang lebih efektif. Jadi, apa saja yang mungkin menjadi motiv intrinsik Uni Soviet, struktur dan cara bantuan yang diberikan di dalam Kasus Kuba lebih banyak membantu daripada menghambat jalannya revololusi. Maka, jika Kuba menjadi terngantung kepada Uni Soviet, hubungan ini secara kualitas berbeda dengan hubungan negeri-negeri berkembang lainnya khususnya di Amerika Latin dan Karibia yang melakukan hubungan dengan Barat ( Isaac Saney,2003: 47).

Secara rinci pertumbuhan ekonomi Kuba dari tahun 1962 sampai 1980 tampak pada tabel 1 di bawah :

Tabel 1. Pertumbuhan ekonomi Kuba tahun 1962-1980

No Tahun GMP (Juta Pesso) GSP (Juta Pesso) Prosentase Rata-rata

1 1962 6.082,1 3.698,2 - 2 1963 6.013,2 3.736,7 1,0 % 3 1964 6.454,5 4.078,4 9,0 % 4 1965 6.770,9 4.137,5 1,5 % 5 1966 6.709,3 3.985,5 -3,7 % 6 1967 7.221,6 4.081,0 2,4 % 7 1968 7.330,9 4.352,6 6,7 % 8 1969 7.236,1 4.180,6 -4,0 % 9 1970 8.335,6 4.203,9 0,6 % 10 1971 8.936,4 4.818,2 14,6 % 11 1972 10.349,2 6.026,9 25,1 % 12 1973 11.910,3 6.710,4 11,3 % 13 1974 13.423,5 7.414,1 10,5 % 14 1975 15.779,3 8.886,3 19,8 % 15 1976 15.860,5 8.881,8 -0,1 % 16 1977 16.510,8 9.246,0 4,1 % 17 1978 18.062,8 10.115,2 9,4 % 18 1979 18.830,5 10.545,1 4,3 % 19 1980 19.395,4 10.61,4 3,0 %

commit to user

Pada periode 1980-1990 kondisi ekonomi Kuba semakin mencapai klimaks kehancuran. Hal ini ditandai dengan faktor runtuhnya Uni Sovyet sebagai penopang sektor perekonomian Kuba. Keadaan ini membawa akibat yaitu hancurnya fondasi perekonomian Kuba seiring dengan pelaksanaan embargo yang tetap dilakukan AS. Tantangan bagi Kuba sebagai implikasi runtuhnya Uni Sovyet sebagai sandaran ekonomi adalah bagimana upaya Kuba untuk bertahan dibalik belenggu embargo AS sambil tetap menjaga prinsip revolusi (Isac Saney, 2003: 49).

Pada periode tahun 2000 larangan perdaganga AS terhadap Kuba semakin ditingkatkan dengan dikeluarkan kebijakan baru terhadap Kuba, yaitu :

1) Larangan ekspor – impor dari dan menuju Kuba

Larangan ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari embargo ekonomi yang ditetapkan oleh John F. Kennedy, yaitu larangan untuk mengekspor barang – barang buatan AS ke Kuba, serta larangn mengimpor barang – barang dari Kuba baik yang merupakan produk asli Kuba maupun yang datang dari dan melalui Kuba. Namun sejak tanggal 1 Juli 2000 pemerintah AS menyetujui Rancangan Undang – Undang proposal pelonggaran embargo AS mengenai penjualan makanan dan obat – obatan ke Kuba. Dengan demikian, pemerintah AS akan melakukan ekspor – impor makanan dan obat – obatan ke Kuba dengan batasan tertentu, yaitu dana untuk penjualan makanan dan obat - obatan tersebut tidak boleh menggunakan pinjaman dari bank swasta atau bank pemerintah AS. Kuba harus membayar secara tunai atau meminta pinjaman dari negara ketiga.

2) Larangan terhadap kapal asing yang berlabuh di Kuba untuk tidak berlabuh di AS selama 6 bulan.

Kebijakan ini bertujuan untuk menekan negara-negara lain agar tidak berdagang dengan Kuba, karena apabila kapal mereka berlabuh di Kuba, maka untuk 6 bulan kedepan kapal tersebut tidak boleh berlabuh di AS. Hal ini akan menjadi kerugian bagi pemilik kapal karena tidak dapat mengangkut atau mengirim barang ke pasar AS.

commit to user

3) Larangan transaksi komersial antara cabang- cabang atau anak perusahaan AS diluar negeri dengan Kuba.

Kebijakan ini bertujuan untuk menghadapi perusahaan-perusahaan multinasional AS yang berani melakukan trasaksi perdagangan dengan Kuba melalui anak perusahaan diluar negeri.

4) Larangan pemberian merk dagang oleh perusahaan Kuba melaui hasil nasionalisasi Fidel Castro tanpa ijin dari pemilik asli sebelum dinasionalisasi.

Kebijakan ini diambil menyusul sengketa yang terjadi selama tahun 2001,

yaitu European Comission (EC) menginformasikan bahwa Dewan Arbitrase WTO

(World Trade Organitation) membatalkan keputusan pengadilan AS berupa

Appropriation Act tahun 1998 dan mengharuskan pemerintah Washington

memberikan peluang penaftaran merk dagang rum Havana Club di AS (www.cs.indiana.edu/gasser/PFC/cuba-forum204.ppt, diunduh tanggal 28 Juli 2010).

Keadaan demikian membuat Kuba semakin tertinggal dalam

pembangunan. Selain itu hutang negara Kuba mngalami peningkatan akibat biaya impor yang terlalu jauh. Jumlah devisa negara Kuba juga mengalami penurunan yang signifikan akibat diberlakukanya larangan perdagangan.

b. Larangan Kunjungan

Kebijakan pemerintah AS untuk melarang warga AS berkunjung ke Kuba bertujuan untuk mengurangi pendapatan nasional Kuba dari sektor pariwisata yang merupakan salah satu sumber utama penghasilan Kuba. Pemerintah AS menyadari bahwa kunjungan turis AS dan warga keturunan ke Kuba akan mendatangkan banyak pemasukan bagi Kuba. Dengan adanya larangan bagi warga AS berkunjung ke Kuba, pemerintah AS berharap dapat menghancurkan bisnis pariwisata Kuba. Kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah AS antara lain: 1) larangan kunjungan warga AS ke Kuba, termasuk bagi program-program pendidikan dan perjalanan yang berhubungan dengan Kuba; 2) pemerintah AS akan menangkap dan menghukum bagi warga yang melanggar peraturan larangan kunjungan termasuk bagi agen-agen perjalanan; 3) penolakan

commit to user

AS untuk memberikan visa pelajar, seniman, musisi, dan pejabat Kuba yang ingin berkunjung ke Kuba; 4) pembatasan kunjungan warga keturunan Kuba ke keluarga di Kuba (www.cs.indiana.edu/gasser/PFC/cuba-forum204.ppt, diakses tanggal 28 Juli 2010).

c. Pembatasan pengiriman Uang Kontan dan Parcel dari Imigran Kuba di AS ke Kuba.

Pembatasan pengiriman uang kontan dan parcel dari imigran Kuba di AS mulai dilakukan pada periode tahun 2000. Langkah ini dilakukan untuk menekan dan menghancurkan perekonomian Kuba. Hal ini menjadi suatu pukulan bagi Kuba karena selama ini pengiriman uang kontan dari imigran Kuba di AS merupakan salah satu sumber utama penghasilan Kuba. Menurut AS, sebelum Castro lengser atau meninggal bersama dengan ideologinya yang sudah ketinggalan jaman, baik itu karena mati dengan alami atau lengser karena tuntutan keadilan, maka tidak akan ada uang yang mengalir dari AS ke Kuba (www.cs.indiana.edu/gasser/PFC/cuba-forum204.ppt, diakses tanggal 28 Juli 2010)

Sedangkan pembatasan pengiriman parcel ditetapkan, karena selama ini pengiriman parcel justru akan mengurangi tekanan AS pada pemerintah Kuba. Pengiriman pacel ini juga akan memberikan kebutuhan dasar terhadap penduduk Kuba, sehingga memungkinkan Kuba mencurahkan lebih banyak sumber untuk

memperkuat perangkat represifnya

(www.cs.indiana.edu/gasser/PFC/cuba-forum204.ppt, diunduh tanggal 28 Juli 2010)

C. Implikasi terhadap pemerintahan Fidel Castro. 1. Dampak Embargo Ekonomi AS terhadap Kuba

Dalam bidang ekonomi, Fidel Castro menerapkan sistem ekonomi sentralisatis yang dikendalikan oleh pemerintah pusat. Dalam sistem ini tidak ada sistem pasar dan pengusaha. Sumber utama pendapatan Kuba melalui sektor gula, pariwisata, dan dari imigran Kuba di AS baik yang berkunjung ke Kuba atau mengirim uang kepada keluarga di Kuba. Pemerintah Kuba juga gencar

commit to user

meningkatkan pemasukan devisa dari bidang medis, farmasi, dan bioteknologi dengan cara meningkatkan promosi dan penjualan produk dan jasa, serta kerjasama dibidang tersebut dengan negara–negara lain. dari bidang medis Kuba mulai mengirimkan dokter dan tenaga perawat ke negara – negara kawasan Amerika Latin, dalam bidang farmasi Kuba membuat obat-obatan kemudian memasarkan baik dalam lingkup dalam negeri maupun Luar negeri. dalam bidang bioteknologi Kuba mulai bekerjasama dengan negara lain untuk mendapatkan suatu teknologi yang lebih maju. (www.cs.indiana.edu/gasser/PFC/cuba-forum204.ppt, diunduh tanggal 28 Juli 2010).

Meski kinerja ekonomi relatif lebih baik dibanding dengan Chili, Meksiko, dan Kosta Rica, Kuba banyak mengalami masalah ekonomi terutama disebabkan oleh embargo ekonomi AS yang telah berlangsung selama lebih dari 40 tahun. Pemerintah Kuba mengecam AS yang selalu mengabaikan keinginan masyarakat internasional agar mencabut embargo ekonomi terhadap Kuba. Pemerintah AS bahkan selalu meningkatkan tekanan terhadap Kuba dengan menerapkan Cuban

Democracy Act pada tahun1992, kemudian Helms Burton Act pada tahun 1996

serta masih ditambah dengan kebijakan agresif dari George W. Bush yang berkuasa sejak tahun 2001 (www.cs.indiana.edu/gasser/PFC/cuba-forum204.ppt, diunduh tanggal 28 Juli 2010).

Menurut pemerintah Kuba, blokade ekonomi dan perdagangn AS telah menyebabkan ketertinggalan pembangunan dalam negeri selama 15 tahun, yang nilainya setara dengan 4 kali GDP Kuba, dan 1,5 kali jumlah hutang luar negeri Kuba pada tahun 2000. Pemerintah Kuba harus membayar lebih dari 38 juta dollar AS untuk membeli bahan makanan dari Asia san Eropa, yang seharusnya lebih murah jika dibeli dari benua Amerika. Selain iru setiap tahun biaya impor makanan mencapai 50 juta dollar AS, dengan kerugian sektor industri gula sebesar 155 juta dollar AS (lihat lampiran 2).

Larangan penjualan cerutu dan produk tembakau Kuba ke AS, mengakibatkan Kuba menderita kerugian yang cukup merugikan Kuba. Kemudian larangan wisatawan AS ke Kuba menyebabkan Kuba menderita penurunan devisa melalui sektor pariwisata. Dalam sektor pelayaran laut, Kuba mengalami kerugian

commit to user

dalam melakukan ekspor, karena harus membayar biaya tambahan untuk pengangkutan barang. Pembekuan uang simpanan Pemerintah Kuba di bank AS dari perusahaan telepon, menyebabkan kerugian yang besar per tahun. Kemudian pembatasan kunjungan dan pengiriman uang kontan dari imigran Kuba di AS kepada keluarga di Kuba menyebabkan Kuba kehilangan salah satu sumber utama penghasilan dari biaya jasa pengiriman(www.republika.co.id, diunduh tanggal 29 Juli 2010).

Secara rinci kerugian rata – rata pendapatan Kuba per tahun dapat dilihat pada tabel di bawah :

tabel 2. Daftar rata-rata kerugian perekonomian Kuba per tahun

No Sektor Jumlah

1 Perdagangan Tembakau 69,7 juta dollas AS

2 Pariwisata 900 juta dollar AS

3 Pelayaran 12 juta dollar AS

4 Pembekuan uang 137 juta dollar AS

5 Pembatasan Pengiriman Uang Kontan 1,2 milyar dollar AS

sumber : www.cs.indiana.edu/gasser/PFC/cuba-forum204.ppt

Dampak embargo ekonomi AS, juga dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari rakyat Kuba, diantaranya kurangnya angkutan umum yang dapat disediakan oleh pemerintah karena pemerintah berada dalam tagihan utang yang sangat besar sebagai akibat embargo ekonomi AS. sejak diberlakukanya embargo sektor perekonomian menurn tajam, selama lebih dari 15 tahun Kuba kehilangan 181 milyar dollar AS. Hal ini berdampak pada keadaan produksi alam negeri yang menurun hampir 6% per tahun. Akibatnya setiap hari banyak orang-orang yang hendak berangkat dan pulang dari sekolah atau kerja akan beerdiri dipinggir jalan untuk mendapatkan tumpangan dari kendaraan yang lewat. Sedangkan warga yang tidak mau merepotkan oran lain, memilih menggunakan sepeda sebagai alat transportasi (www.republika.co.id, diunduh tanggal 29 Juli 2010).

Gaji pegawai negeri dan BUMN sangat kecil, yang tidak lebih dari 2/3 dari hasil pendapatan tiap bulan yaitu 498 peso. Hal ini membuat dokter, guru, dan profesional lain harus mencari penghasilan tambahan menjadi sopir, pemandu

commit to user

wisata, menyewakan kamar yang tersisa, atau terlibat dalam bisnis atau terlibat dalam bisnis prostitusi. Sedangkan pegawai perusahaan asing, kedutaan besar, dan perusahaan swasta yang bergaji dollar tidak bisa menerima gajinya karena mereka dibayar melalui badan pemerintah urusan konversi gaji dari dollar ke pesso (www.republika.co.id, diunduh tanggal 29 Juli 2010).

Embargo ekonomi AS, juga membuat kegiatan perdagangan makin kompleks dan berbiaya tinggi. Produsen peralatan medis tidak bisa memasukan produk ke Kuba, apabila mengandung komponen asal AS. Selain itu, Kuba juga terisolasidari pasar modal internasional, karena dikeluarkan dari IMF dan badan-badan pemberi kredit lain (www.republika.co.id, diunduh tanggal 29 Juli 2010).

Dengan segala kesulitan ekonomi tersebut, Fidel Castro masih tetap berkuasa dan tetap menjalankan sistem pemerintahan sosialisme-komunisme, serta menolak kemauan AS yang menginginkan adanya demokrasi, kebebasan, dan sistem pasar bebas di Kuba. Bahkan, saat Fidel Castro menyerahkan tahta pemerintahan kepada sang adik Raul Castro, Raul Castro tetap menjalankan pemerintahan seperti yang dilakukan oleh Fidel Castro.

2. Kebijakan Fidel Castro dalam Menghadapi Embargo Ekonomi AS

Dokumen terkait