• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengambilan Keputusan dalam keluarga minangkabau (9)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengambilan Keputusan dalam keluarga minangkabau (9)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Dosen Pengampu:

i

Disusun oleh:

Asep Sakban Solikhin

NIM : 14913120

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER STUDI ISLAM

KONSENTRASI SUPERVISI PENDIDIKAN ISLAM

F A K U L T A S I L M U A G A M A I S L A M

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

(2)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI

PENDAHULUAN

Setiap persoalan yang dihadapi manusia baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan pemecahan masalah. Untuk memecahkan macam-macam permasalahan hidup yang dihadapi setiap hari, terutama masalah yang rumit, manusia selalu diharuskan melakukan pilihan dari sekian banyak alternatif.1 Untuk itu dibutuhkan kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan yang terbaik agar permasalahan yang dihadapi dapat dipecahkan dengan tepat sesuai dengan kebutuhan. Untuk sampai pada satu keputusan, manusia menggunakan enam cara, yaitu:

1. Memohon petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Kuasa

2. Memohon restu dan petunjuk dari orang-orang bijaksana (semakin tua penasihat tersebut, makin baik atau makin arif petuah-petuahnya) 3. Mendasarkan diri pada filsafat dan intuisi sendiri

4. Menggunakan akal sehat atau common sense

5. Melandaskan diri pada daya pikir yang logis (logika)

6. Menggunakan cara-cara penyelesaian ilmiah. (yaitu disertai penelitian, data factual, analisis, verifikasi, bukti-bukti).2

Dalam sebuah organisasi, terkait dengan posisi dan kedudukan seseorang, di dalamnya senantiasa dihadapkan pada permasalahan berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya. Terutama dalam menyikapi kebijakan-kebijakan yang ada agar jalannya roda organisasi dapat berjalan dengan lancar.

Membuat keputusan dalam rangka pemecahan masalah merupakan salah satu peranan yang harus dimainkan setiap leader dan manajer. Oleh karena itu seorang leader atau manajer hendaklah menjadi orang yang benar-benar mengatahui permasalahan yang dihadapi organisasi yang dikelolanya. Karena

1 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan Cetakan kedelapan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1998), hlm. 129

(3)

organisasi hanya akan berfungsi , jika para pemimpin memiliki kemampuan mengambil keputusan, dan memerintahkan pelaksanaannya kepada anggota organisasi sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawabnya.3 Semua fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, motivasi, kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, pengawasan, dan pengendalian memerlukan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.4

Begitu pentingnya peran leader atau manajer dalam pengambilan keputusan, maka sangatlah wajar jika seorang pemimpin harus mengetahui model dan sistem pengambilan keputusan dalam organisasi yang dipimpinnya. Herbet A. Simon dalam Engkoswara menyimpulkan bahwa inti kepemimpinan administrasi terletak pada bagaimana cara pengambilan keputusan.5 Berdasarkan uraian diatas, makalah ini mencoba menguraikan tentang masalah dan pengambilan keputusan.

PEMBAHASAN

1. Masalah dan Pemecahannya

Masalah adalah setiap situasi dimana apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Semakin besar perbedaan tersebut, semakin besar pula masalahnya.6 Husain Usman mengatakan bahwa masalah adalah perbedaan das sein dengan das sollen.7 Yaitu perbedaan antara keadaan

sekarang (das sein) dengan keadaan yang akan datang yang diharapkan (das sollen). Pada umumnya setiap masalah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Kesukaran yang sedang dihadapi

2. Kesukaran yang akan terjadi

3. Situasi kompleks yang membutuhkan tindakan penyelesaian

4. Peristiwa yang menyimpang dari yang seharusnya atau yang diharapkan

3 Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam, (Surabaya: Erlangga), hlm. 292

4 Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm. 321

5 Engkoswara, dkk, Administrasi Pendidikan, Cetakan kedua, (Bandung: CV Alfabeta, 2011), hlm. 104

6 Ibid, hlm. 105

(4)

5. Pilihan yang sulit.8

Dalam suatu organisasi atau lembaga, permasalahan seperti halnya ciri-ciri diatas akan selalu ada, baik itu terkait dengan situasi yang dihadapi, individu-individu yang berbeda, maupun kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan organisasi atau lembaga. Seringkali masalah dalam organisasi bersifat mendasar dan kompleks yang menuntut pemecahan masalah dengan berbagai kemungkinan jawaban dan adakalanya memerlukan penelitian atau eksperimen untuk mendapatkan jawabannya.9 Pemecahan masalah merupakan upaya mencari jawab atas apa yang dirasakan sebagai masalah atau beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul.10

Kemampuan pimpinan mengenali masalah yang dihadapi menentukan arah kebijakan yang akan dibuat. Setiap permasalahan tentunya harus dirumuskan, akan tetapi permasalahan harus diidentifikasi terlebih dahulu karena identifikasi masalah merupakan langkah awal dalam perumusan masalah. Tanpa melakukan identifikasi masalah secara teliti, tidak akan ditemukan masalah yang sebenarnya sedang dihadapi.11 Mengidentifikasi dan merumuskan masalah penting dilakukan karena akan mempermudah dalam mencari jalan keluar atau pemecahan masalahnya.

2. Pengambilan Keputusan

Dalam kondisi ketidakpastian dengan banyak perubahan yang mendadak, maka aktivitas pengambilan keputusan merupakan unsur yang paling sulit dalam manajemen, namun juga merupakan usaha yang paling penting bagi pemimpin. Dalam pengambilan keputusan tersebut tercakup kemahiran menyeleksi dan menentukan keputusan yang paling tepat dari sekian banyak alternatif jawaban atau pemecahan masalah. Pengambilan

8 U. Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam Cetakan I, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hlm. 307

(5)

keputusan terasa sangat sulit di tengah masyarakat pluralitas yang memiliki macam-macam ideology, kemauan dan interest sendiri-sendiri. Sebab dalam masyarakat sedemikian pasti banyak keranekaragaman, rivalitas, dan konflik/pertentangan.12

Salah satu kegiatan manajemen yang penting adalah memahami sistem sepenuhnya untuk mengambil keputusan-keputusan yang tepat yang akan dapat memperbaiki hasil sistem keseluruhan dalam batas-batas tertentu.13 Ngalim Purwanto dalam Saefullah menjelaskan bahwa pengambilan keputusan merupakan kegiatan dalam aktivitas kepemimpinan. Cara pengambilan keputusan yang dilakukan seorang pemimpin menunjukkan gaya kepemimpinannya. Dan kualitas keputusan yang diambil para manajer adalah tolok ukur keefektifan mereka.14 Dengan demikian, pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang turut menentukan proses dan tingkat keberhasilan kepemimpinan itu sendiri.15 Sementara Engkoswara menyatakan bahwa Pengambilan keputusan ialah proses pemecahan masalah dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif untuk menetapkan suatu tindakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.16

Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya sebegai berikut17:

a. G.R.Terry: pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin. b. Claude S. George, Jr: pengambilan keputusan dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian, dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.

12 Kartini Kartono, Pemimpin, hlm. 128

13 Sri Dewi Anggadini, Analisis Sistem Informasi Manajemen Berbasis Komputer Dalam Proses Pengambilan Keputusan, Majalah Ilmiah Unikom, Vol 11 No 2, hlm. 180-181

14 John M. Ivancevich, Organizzation, Behavior And Management, Seventh Edition, alih bahasa Dharma Yuwono, (Jakarta: PT Erlangga, 2006), hlm. 158

(6)

c. Harold dan Cyriil O’Donnell: pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternative mengenai suatu cara bertindak, yaitu inti perencanaan. Rencana dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat. d. P. Siagian: pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis

terhadap masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan.

Dari beberapa pengertian tentang pengambilan keputusan diatas dapat diambil pengertian bahwa pengambilan keputusan adalah suatu kegiatan dalam rangka memecahkan permasalahan dengan memilih alternatif terbaik dari beberapa alternatif pilihan solusi yang telah dirumuskan sebelumnya. Dasar dalam pengambilan keputusan tersebut dapat bermacam-macam tergantung dari permasalahan yang dihadapi, atau bahkan tergantung pada individu yang membuat keputusan itu sendiri. Berdasarkan hal ini, Ibnu Syamsi menyebutkan beberapa dasar pengambilan keputusan, yaitu: (1) pengambilan keputusan berdasarkan intuisi, (2) pengambilan keputusan berdasarkan rasional, (3) pengambilan keputusan berdasarkan fakta, (4) pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman, dan (5) pengambilan keputusan berdasarkan wewenang.18

Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa seorang pemimpin memiliki peran yang sangat strategis dalam mengambil keputusan. Untuk itu, suatu keputusan harus diambil dengan tegas. Ketegasan sangat diperlukan agar permasalahan yang dihadapi tidak mengambang dan tak tentu arah. Ketegasan dalam mengambil keputusan mampu meredam kebimbangan dan mewujudkan kepastian sikap yang harus dijalani19. Namun demikian, dalam mengambil keputusan seorang pemimpin juga harus sangat hati-hati, karena “keputusan

18 Ibnu Syamsi, Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 16-17

(7)

merupakan permulaan dari suatu tindakan”20. Jika pemulaannya baik maka pekerjaan yang dihasilkan juga akan baik.

Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin diharapkan menghasilkan suatu kebijakan yang tepat yang akan membawa kebaikan bagi semua pihak. Hal itu dapat terwujud apabila sebelum mengambil keputusan seorang pemimpin hendaklah berusaha untuk mengumpulkan fakta secara lengkap, mau mendengarkan pendapat, suara-suara dari berbagai elemen. Dengan begitu seorang pemimpin diharapkan mampu membuat suatu formula, strategi pemecahan masalah yang berfokus pada tujuan dan visi yang telah ditentukan sebelumnya. Memformulasikan strategi, mensyaratkan kemampuan untuk mengintegrasikan pengetahuan tentang lingkungan, visi dan misi dengan kompetensi yang dimiliki bersama.21

Dalam konteks praktik kehidupan Muslim, pengambilan keputusan hendaklah ditetapkan atas dasar musyawarah mufakat. Karena Musyawarah sangat diperlukan sebagai bahan pertimbangan dan tanggungjawab bersama pada setiap proses pengambilan keputusan, sehingga setiap keputusan yang dikeluarkan akan menjadi tanggung jawab bersama.22 Hal ini senada dengan firman Allah swt dalam Al Qur’an Surat Ali Imran ayat 159:













Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,

20 Litdia Diana, Persepsi Pegawai dalam Pengambilan Keputusan Oleh Pimpinan Pada Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Agam, Volume 1 Nomor 1 Oktober 2013, Bahana Manajemen Pendidikan, Jurnal Administrasi Pendidikan, hlm. 102-461

21 Fuad Nashori, dkk, Psikologi Kepemimpinan, (Yogyakarta: Pustaka Fahima, 2009), hlm. 33

22 Ahmad Sabri, Kebijakan dan Pengambilan Keputusan Dalam Pendidikan Islam,

(8)

Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.23

Dalam mengambil keputusan yang efektif seorang pemimpin harus memperhatikan beberapa hal yang dapat mempengaruhi hasil keputusannya. Hal tersebut dapat mencakup masalah dasar yang digunakan dalam mengambil keputusan, jenis keputusan yang diambil, proses pengambilan keputusan, para pengambil keputusan, keterlibatan orang-orang (bawahan) dalam mengambil keputusan, bentuk pengambilan keputusan, dan efektivitas pengambilan keputusan oleh pimpinan.24

Sementara itu Asnawir mengemukakan beberapa faktor yang dapat memepengaruhi dalam pengambilan keputusan antara lain (1) sistem nilai yang berlaku dalam hubungan antara individu dan masyarakat, (2) persepsi atau pandangan seseorang terhadap suatu masalah. Persepsi ini juga dipengaruhi oleh sistem nilai yang berlaku dan pengalaman yang dimiliki/dialami, (3) keterbatasan manusiawi antara lain ketidakmampuan mengumpulkan informasi secara langsung, (4) perilaku politik, kekuasaan dan kekuatan yang terjadi. Banyak keputusan yang diambil tidak maksimal, tetapi hanya merumuskan perilaku politik tertentu, (5) keterbatasan waktu, kesibukan waktu, mengakibatkan informasi-informasi yang diperoleh sangat terbatas pula untuk digunakan dalam pengambilan keputusan dan (6) gaya kepemimpinan yang dimiliki seseorang juga akan mewarnai corak keputusan yang diambil.25

Melihat uraian tentang teori pengambilan keputusan diatas, maka dapat dipahami bahwa pembuatan keputusan dalam organisasi menempati posisi strategis. Proses dan teknik pembuatan keputusan yang benar akan mengarahkan organisasi pada jalur yang tepat dalam mencapai tujuannya. Akan tetapi, pembuatan keputusan juga harus memperhatikan dimensi hubungan manusiawi. Pembuatan keputusan berhubungan dengan masalah.

23 Lajnah Pentashihan Mushaf Al Qur’an Kementerian Agama RI, Alqur’an dan terjemahnya, (Bandung: CV. Jabal Roudhotu Jannah, 2010), hlm. 30

24 Litdia Diana, Persepsi, hlm. 102-461

(9)

Suatu masalah muncul karena keadaan sebenarnya berbeda dengan yang diharapkan. Dalam banyak hal, masalah mungkin adalah peluang yang tersembunyi. Proses penemuan masalah sering kali informal dan intuitif.

3. Proses Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan adalah suatu usaha yang rasional dari administrator untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan pada bagian awal dari fungsi perencanaan.26 H.A Simon dalam bukunya “Administrasi

Behaviour” seperti yang dikutip oleh Kartini Kartono mengemukakan tiga proses dalam pengambilan keputusan, yaitu:

1. Intelegence activity, yaitu proses penelitian situasi dan kondisi dengan wawasan yang intelegent.

2. Design activity, yaitu proses menemukan masalah, mengembangkan pemahaman dan menganalisa kemungkinan pemecahan masalah serta tindakan lebih lanjut; jadi ada perencanaan pola kegiatan.

3. Choise activity, yaitu memilih salah satu tindakan dari sekian banyak alternatif atau kemungkinan pemecahan.27

Sementara proses pengambilan keputusan menurut G.R. Terry dalam Saefullah adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan problem yang dihadapi; b. Menganalisis problem tersebut; c. Menetapkan sejumlah alternatif; d. Mengevaluasi alternatif;

e. Memilih alternatif keputusan yang akan dilaksanakan.28

Dari beberapa pendapat diatas bila diperhatikan maka dapat dipahami bahwa proses pengambilan keputusan adalah sebuah proses pemilihan

26 Herson Anwar, Proses Pengambilan Keputusan untuk Mengembangkan Mutu Madrasah, Nadwa, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 8, Nomor 1, April 2014, hlm. 45

(10)

alternatif pemecahan masalah untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang membutuhkan keterampilan dan pengetahuan. Proses ini tentunya membutuhkan waktu yang relatif lama dan tidak dapat dilakukan secara instan. Untuk itu, pengambilan keputusan membutuhkan proses dan ini mengindikasikan bahwa pengambilan keputusan tidak bisa dilakukan secara kebetulan.

Hal ini senada dengan pendapat Nurs yang dikutip Herson Anwar yang mengemukakan bahwa dalam mengambil sebuah keputusan, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan; 2) pengambilan keputusan dilakukan secara sistemik, yaitu: tersedianya sumber-sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil, kualifikasi tenaga kerja yang tersedia, falsafah yang dianut organisasi, situasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi administrasi dan manajemen di dalam organisasi; 3) masalah harus diketahui dengan jelas; 4) pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis; 5) keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang telah dianalisa secara matang.29

Hendayat Soetopo menyatakan bahwa pembuatan keputusan harus dilakukan dengan memperhatikan lima hal berikut:

1. Proses pembuatan keputusan dilakukan dengan kesengajaan.

2. Pembuatan keputusan menggunakan pendekatan sistematik, dalam arti tidak asal jadi.

3. Pembuatan keputusan pada hakikatnya merupakan pemecahan masalah dengan sebaik-baiknya.

4. Pemecahan masalah dalam pembuatan keputusan harus didasarkan atas fakta yang diolah, bukan atas dasar mereka-reka.

5. Keputusan yang baik adalah hasil pemilihan berbagai alternatif, setelah dianalisis dengan matang.30

29 Herson Anwar, Proses, hlm. 46

30 Hendyat Soetopo, Perilaku Organisasi Teori dan Praktik Dalam Bidang Pendidikan,

(11)

Penyelidikan

Pemilihan Perancangan

Jika demikian, agar dihasilkan keputusan yang baik hal-hal diatas harus benar-benar diperhatikan. Karena hasil dari pengambilan keputusan adalah sebuah kebijakan yang akan mempengaruhi jalannya roda organisasi. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui dalam proses pengambilan keputusan agar keputusan yang diambil sesuai dengan diharapkan. Menurut Herbart A. Simon (dalam Asnawir, 2006), menyatakan bahwa:

“setidaknya ada tiga tahap yang ditempuh dalam pengambilan keputusan, yaitu: (1) Tahap penyelidikan; tahap ini dilakukan dengan mempelajari lingkungan atas kondisi yang memerlukan keputusan. Pada tahap ini data mentah yang diperoleh, diolah dan diuji dan dijadikan petunjuk untuk mengetahui atau mengenal persoalan, (2) Tahap perancangan; pada tahap ini dilakukan pendaftaran, pengembangan, penganalisaan arah tindakan yang mungkin dilakukan, dan (3) Tahap pemilihan; pada tahap ini dilakukan kegiatan pemilihan arah tindakan dari semua yang ada.”31

Ketiga tahapan pengambilan keputusan yang ditawarkan oleh Herbart A. Simon diatas dapat digambarkan sebagai berikut:

Lebih jauh Hendayat Soetopo mengemukakan bahwa pembuatan keputusan dapat dilakukan melalui hasil keputusan proses sebagai berikut:

1. Pengenalan dan perumusan masalah yang dihadapi dan hendak dipecahkan;

2. Pengumpulan data pendahuluan.

3. Penetapan kebijaksanaan umum untuk pemecahan masalah;

4. Perkiraan serta telaah staf; kegiatan ini meliputi lima aspek, yaitu: (1) Pengembangan alternative-alternatif; (2) Penilaian atas setiap alternative; (3) Pembandingan antar konsekuensi; (4) Pemilihan

(12)

Pengamatan Situasi

Mengevaluasi alternatif dan memilih yang terbaik Evaluasi alternatif

Pilih alternatif terbaik Implementasikan keputusan dan monitor hasil

Rencanakan implementasi Implementasikan rencana

Monitor implementasi dan buat penyesuaian yang baru

alternative yang dampaknya terbaik; (5) Analisis cara bertindak yang berlawanan;

5. Pengajuan saran;

6. Pertimbangan atas saran; 7. Pemilihan atas saran 8. Implementasi keputusan.32

Lebih jelas lagi Engkoswara mengutip skema yang dibuat oleh Stoner

(1996:248) yang menggambarkan proses pengambilan keputusan sebagai berikut33:

4. Tipe-tipe Keputusan

Keputusan yang diambil oleh pemimpin suatu organisasi atau lembaga sangat penting, karena keputusan itulah yang nantinya akan menghasilkan program-program yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Dalam pembuatan keputusan, seorang pemimpin harus memperhatikan prinsip-prinsip yang mendasari keputusan itu dibuat. Karena suatu keputusan merupakan asas dasar atas suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar berfikir, bertindak dan sebagainya. Beberapa prinsip pembuatan keputusan yang harus diperhatikan adalah:

(13)

a. Keputusan berada dalam kekuasaan. Keputusan tidaklah sah apabila dibuat bukan oleh orang yang memiliki kekuasaan. Keputusan organisasi sepenuhnya dibuat di bawah tindakan pembuat keputusan. b. Mempertimbangkan semua hal yang relevan dan membuang jauh-jauh

hal yang tidak relevan.

c. Pembuat keputusan tidak boleh membuat keputusan untuk perbuatan tidak jujur dan untuk tujuan yang salah.

d. Pembuat keputusan harus menjamin bahwa kegiatan didasarkan pada bukti.

e. Keputusan harus masuk akal.

f. Orang yang mungkin terkait dengan keputusan harus disetujui dengan prosedur yang adil yang merupakan prinsip-prinsip keadilan.

g. Mempertimbangkan kebijakan pemerintahan.

h. Pembuat keputusan tidak mendasarkan keputusannya hanya atas petunjuk orang lain atau seseorang.34

Dengan memperhatikan prinsip-prinsip diatas diharapkan keputusan yang dihasilkan akan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan tidak berbenturan dengan peraturan atau kebijakan pemerintah. Karena masalah yang berbeda membutuhkan tipe pembuatan keputusan yang berbeda pula.35 Berkaitan dengan ini, Mujamil Qomar menyatakan bahwa keputusan dapat dibedakan atas dua tipe, yaitu terprogram (structured) dan tidak terprogram

(unstructured). Keputusan terprogram ialah keputusan yang selalu diulang kembali, sedangkan keputusan tidak terprogram ialah keputusan yang diambil untuk menghadapi situasi rumit dan/atau baru.36

Sebuah keputusan disebut keputusan terprogram jika bersifat berulang, rutin, dan memiliki prosedur penanganan yang baku.37 Sedangkan sebuah keputusan disebut keputusan tidak terprogram ketika benar-benar baru dan belum terstruktur. Tidak ada prosedur yang pasti dalam menangani masalah tersebut, baik karena belum pernah ditemukan situasi yang sama sebelumnya, atau karena bersifat sangat kompleks atau sangat penting.38 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Keputusan terprogram Keputusan tidak terprogram

34 Engkoswara, dkk, Administrasi, hlm. 110 35 Ibid

(14)

Jenis masalah Sering, repetitive, adanya kepastian dalam hubungan sebab akibat intuisi, toleransi terhadap

ambiguitas, pemecahan

masalah kreatif

Contoh  Perusahaan: pengaturan

inventaris secara periodic

5. Pengambilan Keputusan dalam Perspektif Islam

Dalam Islam dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses pilihan yang diambil oleh seorang pemimpin dari berbagai alternatif untuk memecahkan permasalahan yang berdasarkan nilai-nilai Islami yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Berdasarkan pemahaman tersebut dapat kita pahami bahwa menurut Islam yang menjadi barometer dalam pengambilan keputusan adalah nilai-nilai Islam yakni Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Apabila ada hal-hal yang dianggap melanggar Islam maka dapat dikatakan bahwa keputusan tersebut kurang baik. Hal ini bukan berarti Islam sangat eksklusif dan tertutup terhadap hal-hal yang bukan berasal dari Islam, harus kita pahami bahwa Islam sangat menjujung tinggi nilai-nilai yang dapat menunjang kehidupan manusia sendiri, seperti demokrasi, hak asasi manusia dan sebagainya.

(15)

SWT dan Hadits Rasullah SAW. Menurut Hadari Nawawi proses pengambilan keputusan dalam Islam berlangsung sebagai berikut:39

1. Menghimpun dan melakukan pencatatan serta pengembangan data, yang jika perlu dilakukan melalui kegiatan penelitian, sesuai dengan bidang yang akan di tetapkan keputusannya.

2. Menghimpun firman-firman Allah SWT dan Hadist Rasullah SAW sebagai acuan utama, sesuai dengan bidang yang akan di tetapkan keputusannya. 3. Melakukan analisis data dengan merujuk pada firman-firman Allah SWT

dan Hadits Rasullah SAW, untuk memisahkan dan memilih yang relevan dan tidak relevan untuk di rangkai menjadi kebulatan.

4. Memantapkan keputusan yang ditetapkan, setelah meyakini tidak bertentangan dengan kehendak Allah SWT berdasarkan firman-firaman-Nya dan Hadits Rasullah SAW.

5. Melaksanakan keputusan secara operasional dalam bentuk kegiatan-kegiatan kongkrit oleh para pelaksana.

6. Menghimpun data operasional sebagai data baru, baik yang mendukung ataupun yang menolak keputusan yang telah ditetapkan. Data tersebut dapat di pergunakan langsung untuk memperbaiki keputusan sebagai umpan balik (feedback), apabila ternyata terdapat kekeliruan.

6. Kondisi di Indonesia (bidang pendidikan)

Perkembangan bidang pendidikan di Indonesia dewasa ini, memandang bahwa pendidikan dan lembaga sekolah sebagai suatu sistem organisasi yang membutuhkan manajemen yang andal. Aspek penting dalam organisasi dan manajemen pendidikan adalah soal kepemimpinan pendidikan. Dari aspek perilaku organisasi pendidikan, pengambilan keputusan menjadi hal yang dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan proses pendidikan di sekolah. Kompetensi pemimpin sekolah dalam hal mengambil keputusan menjadi unsur yang menentukan kinerja dan keberhasilan penyelenggaraan

(16)

sekolah sebagai lembaga pendidikan. Dilihat dari fungsi kepala sekolah sebagai manajer atau pemimpin sekolah, maka salah satu fungsi yang harus dilakukan adalah sebagai pengambil keputusan.

7. Kesimpulan

Dalam organisasi atau lembaga, seorang pemimpin memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan dalam rangka memecahkan masalah. Masalah adalah suatu keadaan yang dihadapi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan dan pengetahuan yang memadai tentang hal ini adalah mutlak dikuasai oleh seorang pemimpin. Karena inti dari kepemimpinan adalah pengambilan keputusan. Keputusan yang dihasilkan mempengaruhi jalannya roda organisasi yang dipimpinnya. Setiap pemimpin dalam organisasi bahkan setiap orang harus mengetahui bagaimana cara mengambil keputusan yang baik dan tidak berselisih paham dengan pihak lain atau tidak merugikan pihak lain

Pengambilan keputusan menurut Islam sebenarkan tidak betentangan dengan pengambilan keputusan menurut ahli barat, hanya saja pengambilan keputusan menurut Islam lebih menekankan kepada hukum-hukum yang telah di tuliskan di dalam Al-Qur’an dan Hadist. Sehingga hal tersebut lebih terlihat sempurna karena ada batasan-batasan tertentu yang bertujuan untuk kebaikan bersama, bukan hanya kebaikan bagi beberapa orang ataupun kelompok semata.

Atas kesimpulan ini ada beberapa rekomendasi yang dapat diajukan:

a. Dalam rekrutmen para pemimpin suatu lembaga atau organisasi hendaknya dipertimbangkan kompetensi dalam pembuatan keputusan sebagai kriteria utama, karena hal ini akan sangat berpengaruh pada kualitas kebijakan yang akan dihasilkan.

(17)
(18)

DAFTAR PUSTAKA

Anggadini, Sri Dewi. “Analisis Sistem Informasi Manajemen Berbasis Komputer Dalam Proses Pengambilan Keputusan”, Majalah Ilmiah Unikom, Vol 11 No 2

Anwar, Herson. 2014. “Proses Pengambilan Keputusan untuk Mengembangkan Mutu Madrasah”, Nadwa, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 8, Nomor 1, April 2014

Asnawir, 2006. Manajemen Pendidikan, Padang: IAIN IB Press

Diana, Litdia. 2013. “Persepsi Pegawai dalam Pengambilan Keputusan Oleh Pimpinan Pada Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Agam”, Bahana Manajemen Pendidikan, Volume 1 Nomor 1 Oktober 2013, Jurnal Administrasi Pendidikan

Engkoswara, dkk. 2011. Administrasi Pendidikan, Cetakan kedua, Bandung: CV Alfabeta

Ivancevich, John M. 2006. Organizzation, Behavior And Management, Seventh Edition, alih bahasa Dharma Yuwono, Jakarta: PT Erlangga

Kartono, Kartini. 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Lajnah Pentashihan Mushaf Al Qur’an Kementerian Agama RI, 2010. Alqur’an dan terjemahnya, Bandung: CV. Jabal Roudhotul Jannah

Nashori, Fuad, dkk. 2009. Psikologi Kepemimpinan, Yogyakarta: Pustaka Fahima Nawawi, Hadari, 1993, Kepemimpinan menurut Islam, Yogyakarta : Gajah Mada

University Press

Qomar, Mujamil. Manajemen Pendidikan Islam, Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam, Surabaya: Erlangga

Sabri, Ahmad. 2013. “Kebijakan dan Pengambilan Keputusan Dalam Pendidikan Islam”, Jurnal Al Ta’lim, Jilid 1 Nomor 5 Juli 2013

Saefullah, U. 2012. Manajemen Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia Soetopo, Hendyat. 2010. Perilaku Organisasi Teori dan Praktik Dalam Bidang

(19)

Syamsi, Ibnu. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi, Jakarta: Bumi Aksara

Referensi

Dokumen terkait

Pengajaran terbimbing dilaksanakan pada tanggal 1 September - 20 Oktober 2012 merupakan kegiatan pengajaran praktikan dengan bimbingan guru pamong, dalam artian

Adalah garam yang terbentuk dari basa kuat dengan asam lemah. Garam ini bersifat basa dan mempunyai pH

63 Stanislav Andreski, Max Weber on Capitalism, Bureaucracy and Religion , terj. Lihat pada bagian politics as vocation dan science as vocation.. menarik perhatian kita

arsitektur perilaku adalah sebuah fasilitas bagi anak-anak usia 0-12 tahun pada khususnya dengan menerapkan konsep edutainment yakni bermain sambil belajar ( fun learning ) yang

Komplikasi malaria disebabkan umumnya disebabkan oleh malaria falcifarum dan sering di sebut pernicious manifestation, sering terjadi mendadak tanpa gejala gejala sebelumnya

penitikberatan pada kesopanan yang kaku dan penyembunyian perasaan serta penghindaran diri dari rangsangan luar yang kuat; pementingan batin; pandangan mengenai agama

Kebutuhan cairan untuk pemeliharaan fungsi tubuh harus disuplai ketika pasien tidak dapat atau tidak akan meminum air yang cukup untuk mengganti kehilangan cairan secara

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang