• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Trafficking (PUTUSAN NOMOR 100/Pid.B/2010/PN. Klt)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Yuridis Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Trafficking (PUTUSAN NOMOR 100/Pid.B/2010/PN. Klt)"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK

PIDANA TRAFFICKING

(PUTUSAN NOMOR 100/Pid.B/2010/PN. Klt)

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

RESTU HARINTO NIM. E 1107205

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK

PIDANA TRAFFICKING

(PUTUSAN NOMOR.100/Pid.B/2010/PN. Klt)

Oleh

RESTU HARINTO

NIM. E 1107205

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, 29 November 2011

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr.HARTIWININGSIH, S.H., M.Hum NIP. 19570203 198503 2 001

(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK

PIDANA TRAFFICKING

( PUTUSAN NOMOR.100/Pid.B/2010/PN.Klt )

Oleh

RESTU HARINTO

NIM. E 1107205

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum ( skripsi ) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari : Jum’at

Tanggal : 13 januari 2012

DEWAN PENGUJI

1. R. Ginting, S.H., M.H :

Ketua

2. Budi Setiyanto, S.H., M.H :

Sekretaris

3. Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum : Anggota

Mengetahui Dekan

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : RESTU HARINTO

NIM : E1107205

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA

TRAFFICKING (PUTUSAN NOMOR.100/Pid.B/2010/PN.Klt)

adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan

hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan

gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 29 November 2011

Yang membuat pernyataan

RESTU HARINTO

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Restu Harinto. E1107205. 2011. ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM

DALAM TINDAK PIDANA TRAFFICKING ( PUTUSAN

NOMOR.100/Pid.B/2010/PN.Klt ) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa analisis yuridis putusan hakim pengadilan negeri klaten dalam memutus perkara tindak pidana trafficking dalam perkara Nomor. 100/Pid.B/2010/PN.Klt. serta hambatan-hambatan hakim Pengadilan Negeri Klaten dalam memutus perkara tindak pidana trafficking dalam Perkara Nomor.100 /Pid.B/2010/PN.Klt.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang bersifat preskriptif, dengan menggunakan pendekatan kasus dan pendekatan Undang-Undang. Jenis bahan hukum yang digunakan adalah sumber bahan hukum primer berupa undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-undang Nomor. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Putusan Pengadilan Nomor :100/Pid.B/2010/PN.Klt. Sumber bahan hukum sekunder berupa buku-buku, karya ilmiah, makalah, artikel, sumber dari internet yang terkait, dan sumber bahan hukum tersier berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus hukum. Teknis analisis bahan hukum adalah dengan menggunakan analisis deduksi yaitu menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum terhadap permasalahan kongkret yang dihadapi.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan, bahwa putusan hakim pada kasus perkara nomor :100/Pid.B/2010/PN.Klt adalah merupakan dakwaan alternatif. Sedangkan requisitor (Tuntutan) penuntut umum didasarkan pada surat dakwaan yang dibuat oleh penuntut umum dengan bentuk alternatif yaitu dengan memilih dakwaan yang dianggap paling benar yaitu dakwaan kedua dengan melanggar pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Akan tetapi di dalam Persidangan semua unsur paling benar dan terbukti yaitu dalam dakwaan pertama yaitu dengan melanggar pasal 81 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Berdasar pada dakwaan berbentuk alternatif akan dapat memberikan pilihan atau kelonggaran kepada penuntut umum dalam hal penuntutan dan hakim dalam hal mengambil putusan untuk menentukan dakwaan mana yang dapat dipertanggung jawabkan kepada terdakwa.

(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Restu Harinto . E1107205. 2011. JURIDICAL DECISION ANALYSIS IN

CRIME JUDGE TRAFFICKING (DECISION NUMBER

.100/Pid.B/2010/PN.Klt)

Faculty of Law of Sebelas Maret University.

This study aims to determine what legal analysis klaten district court judge's decision in deciding upon the crime of trafficking in case Number. 100/Pid.B/2010/PN.Klt. and the obstacles Klaten District Court judge in deciding upon the crime of trafficking in Case Nomor.100/Pid.B/2010/PN.Klt.

This research is a normative legal research that is prescriptive, using the case approach and the approach to the Act. Types of legal material used is a source of primary legal materials in the form of the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945, Law Number. 21 Year 2007 on Combating Trafficking in Persons Judge Criminal, Law Number 23 Year 2002 on Child Protection, the Book of Criminal Justice Act (Penal Code), Judgement of the Court Number: 100/Pid.B/2010/PN.Klt. Secondary sources of legal materials in the form of books, scientific papers, papers, articles, sources from the Internet-related, and tertiary sources of legal materials in the form of Big Indonesian dictionary, legal dictionary. Technical analysis of legal materials is to use deductive analysis which draw conclusions from things that are common to the problems faced concrete.

Based on the results of research and discussion of the resulting conclusion, that the judge's decision in the case of case number: 100/Pid.B/2010/PN.Klt is constitute alternative charges. While requisitor (demand) the prosecution is based on the indictment made by the public prosecutor with an alternative form by selecting the charges that are considered most correct is the second indictment with violating Article 2 of the Law of the Republic of Indonesia Number 21 Year 2007 on Combating the Crime of Trafficking in Persons. However, in the trial of all elements of the right and proved that in the first indictment with violating article 81 paragraph (2) Law of the Republic of Indonesia Number 23 Year 2002 on Child Protection. Based on the indictment will be able to provide an alternative form of options or concessions to the public prosecutor in the prosecution and the judge in this case took the decision to determine which charges can be justified to thedefendant.

(7)

commit to user

vii MOTTO

Apa yang kita perbuat untuk mereka bukan apa yang diperbuat mereka untuk kita Achmi

Ada buku yang harus di nikmati ada yang harus ditelan dan ada beberapa yang mesti di kunyah dan di cerna

Bacon

Hope is good for breakfast but not for lunch Fancis Bochon

Rampaslah pagi, ia miikmu. Dan katakana pada malam, gelapnya tak kan berarti. Ia sudah mati

JRX (Superman is dead)

Jika Anda menginginkan sesuatu yang belum pernah anda miliki, Anda harus bersedia melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan.

Thomas Jefferson

Jangan pernah menangis jika kamu kalah, karena kekalahan mengajarkan bagaimana cara untuk menang

penulis

Pelajaran terbaik adalah ketika kamu kalah, berada di urutan terbawah merasa lemah, namun bukan menjadi pecundang karena kamu terus bangkit berlari

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud syukur, cinta dan terima

kasih kepada:

1. Allah SWT sang penguasa alam atas segala karunia, rahmat dan nikmat yang

telah diberikan-Nya;

2. Nabi Muhammad SAW, sebagai Uswatun Hasanah yang telah memberi suri

tauladan yang baik bagi umatnya;

3. Ayahanda Hardjito, S.H dan ibunda Susilowati yang telah memberikan kasih

sayang yang tiada duanya kepada penulis;

4. Kakakku Rika Agresia Prasanti dan Adikku Restu Rea Erlangga;

5. Sahabat-sahabatku yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini dan juga

untuk kekompakan selama ini;

6. Teman-teman Fakultas Hukum UNS angkatan 2007;

7. My Hero AD 3002 UC dan AD 5700 TD yang selalu setia mengantar penulis

menggapai cita dan insyAllah cinta;

8. Semua pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini;

9. Almamaterku, Fakultas Hukum UNS, yang telah memberi bekal ilmu

pengetahuan dan pengalaman untuk menghadapi kehidupan yang

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berupa

ilmu pengetahuan dan ijin-Nya, akhirnya penulis berhasil menyelesaikan

penulisan hukum dengan judul ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM

DALAM TINDAK PIDANA TRAFFICKING ( PUTUSAN

NOMOR.100/Pid.B/2010/PN.Klt ). Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret. ini tepat sesuai waktu yang telah direncanakan. Penulisan hukum ini

disusun untuk memenuhi dan melengkapi syarat-syarat untuk memperoleh derajat

Sarjana dalam Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.. Tentunya selama penyusunan penulisan hukum ini, maupun selama

penulis menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, tidak

sedikit bantuan yang penulis terima baik berupa materiil maupun imateriil dari

berbagai pihak. Dalam kesempatan ini ijinkan penulis menghaturkan terima kasih

yang setulus-tulusnya kepada :

1. ALLAH SWT yang senantiasa menjaga dan melindungi penulis dalam setiap

langkah dan mencari ridho-Nya.

2. Nabi Muhammad junjungan dan suri tauladan yang baik untuk penulisan dalam

menjalani kehidupan.

3. Ayahanda Hardjito, S.H dan Ibunda Susilowati yang menjadi sumber inspirasi,

kebanggaan dan pengabdian diri penulis. Terima kasih untuk kasih sayang,

do’a dan ridho yang menjadi kekuatan dan bekal dalam menjalankan

kehidupan ini, serta segenap pengertian, dukungan dan kepercayaan yang telah

engkau berikan.

4.Kakakku Rika Agresia Prasanti dan adikku Restu Rea Erlangga yang

memberikan dorongan atau semangat selama penulisan ini.

5.Prof. Dr. Hartiwiningsih. S.H, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada

(10)

commit to user

x

6. Bapak Dr. Hari Purwadi, S.H., M.hum., selaku Pembantu Dekan I yang telah

membantu dalam pemberian ijin dilakukannya penulisan ini.

7. Bapak Muhammad Rustamaji, S.H.,M.H., selaku Pembimbing Akademik

Penulis yang membantu penulis dengan memberikan nasehat-nasehat dan

selalu memberikan arahan dalam kegiatan kuliah.

8. Bapak Rehnalemken Ginting, SH.M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana.

9. Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum., selaku Pembimbing I Penulisan

Hukum penulis. Terima kasih atas kesabaran dalam membimbing dan

mengarahkan sehingga penulisan hukum (skripsi) ini dapat terselesaikan

dengan baik dan tepat waktu.

10.Bapak Budi Setiyanto, S.H.,M.H., selaku Pembimbing II Penulisan Hukum

penulis serta yang telah membantu penulis dalam menyusun judul penulisan

hukum ini. Terima kasih atas kesabaran dalam membimbing dan mengarahkan

sehingga penulisan hukum (skripsi) ini dapat terselesaikan dengan baik dan

tepat waktu.

11. Bapak Harjono, S.H., MH. selaku Ketua Program Nonreguler Fakultas Hukum

UNS.

12. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret atas

segala dedikasinya yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu

pengetahuan selama masa kuliah terhadap seluruh mahasiswa termasuk Penulis

selama Penulis menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

13. Seluruh Pimpinan serta staf Administrasi dan seluruh karyawan Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah banyak membantu segala

kepentingan Penulis selama Penulis menempuh studi di Fakultas Hukum UNS

Surakarta atas semua kemudahan, fasilitas serta kesempatan-kesempatan yang

telah diberikan.

14. Keluarga Besar penulis yang telah memberikan perhatian dan dukungan baik

(11)

commit to user

xi

15.Sahabat-sahabat kontrakanku (Andi, Diki, Nanda, Pras, Rohmat, Richi, Taufiq,

Yudha dll) terima kasih telah menjadi keluarga selama menggapai cita di

Surakarta.

16.Sahabat-sahabatku(Andhy, Aditya, Andika roma, Andri, Andri prima, Angga,

Endri, Nusa gunawan ,Hendy, Herlan, Irvan, cholis, Sinung, Toni,).

Terimakasih atas setiap waktu yang kita habiskan bersama, dan semua pihak

yang membantu dalam penulisan hukum. Terima kasih untuk persahabatan kita

selama ini, terima kasih untuk bantuan, semangat, serta dukungan kalian.

Semoga Persahabatan ini tidak lekang oleh jarak dan waktu.

18.Sahabat-sahabatku (Afan, Anang, Diki, David, Philip, Suryo, Pras)

Terimakasih untuk kebersamaan selama ini. Mari buktikan pada dunia bahwa

kita bisa menggapai cita dan cinta.

Penulis sadari bahwa Penulisan Hukum ini sangat jauh dari sempurna. Oleh sebab

itu penulis sangat terbuka akan segala sumbang saran serta kritik yang bersifat

membangun dalam Penulisan Hukum ini dan kedepannya sangat diperlukan dari

para pembaca akan penulis terima dengan senang hati. Semoga penulisan hukum

ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, terutama untuk penulisan,

(12)

commit to user

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN A... Latar Belakang ... 1

B. ... Rum usan Masalah ... 3

C. ... Tujua n Penelitian ... 3

D... Manf aat Penelitian ... 4

E. ... Meto de Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan Hukum ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori ... 9

1. Tinjauan Tentang Putusan Hakim ... 9

a. Pengertian Hakim ... 9

(13)

commit to user

xiii

c. Jenis Putusan ... 12

d. Isi Putusan ... 14

2. Tinjauan Tentang Pemidanaan ... 16

a. Tujuan Pemidanaan ... 16

b. Teori Pemidanaan ... 17

3. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana ... 18

a. Pengertian Tindak Pidana ... 18

b. Unsur-unsur Tindak Pidana ... 20

c. Macam-macam Tindak Pidana ... 24

d. Pengertian Trafficking……… 26

e. Aturan Hukum……… 26

B. Kerangka Pemikiran ... 29

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 31

1. Kasus Posisi Putusan... 31

a. Dakwaan Penuntut Umum ... 39

b. Tuntutan Penuntut Umum ... 40

c. Putusan hakim ... 41

B. Pembahasan... 43

1. Analisis Yuridis Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Trafficking Nomor 100/Pid.B/2010/PN.Klt. ... 43

2. Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Tindak Pidana Trafficking ... 46

BAB IV PENUTUP A. Simpulan ... 52

B. Saran-Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Dakwaan Penuntut Umum Nomer Reg.Perkara:

(16)

commit to user

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya

manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa,

yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus,

memerlukan pembinaan dan pembinaan dalam rangka menjamin pertumbuhan

dan perkembangan fisik, mental dan sosial secara utuh serasi, selaras dan

seimbang. Untuk melaksanakan pembinaan dan memberikan perlindungan

terhadap anak diperlukan dukungan, baik yang menyangkut kelembagaan

maupun perangkat hukum yang lebih mantap dan memadai, oleh karena itu

ketentuan mengenai penyelenggaraan proses peradilan anak perlu diadakan

secara khusus. Perlindungan hak anak tidak banyak pihak yang turut

memikirkan dan melakukan langkah-langkah kongkrit. Demikian juga upaya

untuk melindungi hak-hak anak yang dilanggar yang dilakukan negara, orang

dewasa atau bahkan orang tuanya sendiri, tidak begitu menaruh perhatian akan

kepentingan masa depan anak.

Sesungguhnya pembangunan anak terdiri dari tiga kegiatan utama : pembinaan, pengembangan, dan perlindungan. Pembinaan anak berusaha untuk memberikan anak yang terbaik bagi pertumbuhannya, sedangkan pengembangan adalah menumbuhkan seluruh kemampuan dan bakat yang terkandung dalam diri anak. Perlindungan anak ditujukan kepada segala kegiatan untuk menjaga agar anak dapat tumbuh dengan wajar, secara lahir dan batin bebas dari segala bentuk ancaman (Purnianti, 1998: 1).

Trafficking adalah segala tindakan yang mengandung salah satu atau lebih tindakan perekrutan, pengangkutan antar daerah dan antar negara, pemindah

tanganan, pemberangkatan, penerimaan dan penampungan sementara di

tempat tujuan, perempuan dan anak. Adanya Trafficking yang sering terjadi di

dunia ini, khususnya di Indonesia menjadikan penegakan tindak pidana

(17)

commit to user

Dari sekian banyak korban tindak pidana trafficking, korban anak-anak

lah yang jumlahnya banyak. tercatat di Pengadilan Negeri Klaten saja pada

tahun 2007 hingga sekarang hampir semua korban tindak pidana trafficking

adalah anak-anak. Bukan suatu yang mengherankan jika angka korban anak

berjumlah lebih besar, sebab anak-anak memang sasaran yang mudah

dibohongi, mudah didapatkan.

Trafficking merupakan salah satu kejahatan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dampak psikologis dan psikis yang dialami korbannya

terutama anak-anak sangat mengkhawatirkan bagi tumbuh kembang anak

dalam meraih masa depan karena trauma yang dirasakannya. Karena dampak

yang sangat serius bagi korban anak-anak inilah pemberantasan tindak pidana

trafficking harus dimaksimalkan. Diantara cara yang dilakukan untuk mengurangi dan memberantas terjadinya tindak pidana trafficking adalah memberikan efek jera kepada para pelakunya melalui pemidanaan atau sanksi

pidana.

Pidana berasal dari kata straf (Belanda), yang adakalanya disebut dengan istilah hukuman. Pidana lebih tepat didefinisikan sebagai “Suatu

penderitaan yang sengaja dijatuhkan atau diberikan oleh negara kepada pelaku

dari pelanggaran akibat telah melanggar larangan hukum pidana” (Adami

Chazawi, 2002 :24).

Pidana yang dijatuhkan kepada pelaku trafficking menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan menurut Undang-Undang tentang

Pemberantasan tindak Pidana Perdagangan Orang memiliki perbedaan.

Undang-Undang tentang Pemberantasan tindak Pidana Perdagangan Orang

memberikan atau menjatuhkan pidana yang lebih berat daripada pidana yang

dijatuhkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana untuk tindak pidana yang

sama seperti tindak pidana trafficking.

Tujuan dari pemidanaan diantaranya adalah untuk memberikan efek

jera bagi pelaku dan memberi rasa takut kepada calon pelaku. Menurut

H.L.Packer, tujuan pemidanaan diantaranya adalah “mencegah terjadinya

(18)

commit to user

penderitaan atau pembalasan kepada si pelanggar” (Muladi, Barda Nawawi

Arief, 1998 :6). Dengan dijatuhkannya atau diberikannya sanksi pidana yang

sesuai kepada pelaku, diharapkan dapat mencegah atau setidaknya mengurangi

angka tindak pidana trafficking khusunya terhadap anak-anak. Semua itu karena dampak psikologis dan psikis yang buruk bagi tumbuh kembang anak

dalam masa depannya, dimana hal ini juga merupakan pelanggaran terhadap

hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan.

Berdasarkan alasan tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul : “ANALISIS YURIDIS PUTUSAN

HAKIM DALAM TINDAK PIDANA TRAFFICKING (PUTUSAN

NOMOR 100/Pid.B/2010/PN. Klt) “.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan apa yang diuraikan dalam latar belakang masalah,diatas

maka penulis dapat merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai

berikut :

1. Apa analisis yuridis putusan hakim dalam tindak pidana trafficking Nomor

100/Pid.B/2010/PN. Klt ?

2. Apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan tindak

pidana trafficking ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam suatu kegiatan penelitian pasti terdapat suatu tujuan yang jelas

dan hendak dicapai. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi arah dalam

melangkah sesuai dengan maksud penelitian. Adapun tujuan yang ingin

dicapai oleh penulis dalam penelitian ini,yaitu sebagai berikut :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui analisis yuridis putusan hakim dalam tindak pidana

Nomor 100/Pid.B/2010/PN. Klt.

b. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan

(19)

commit to user

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memperoleh bahan hukum dan informasi sebagai bahan utama

dalam menyusun karya ilmiah untuk memenuhi persyaratan yang

diwajibkan dalam meraih gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk menambah, memperluas, mengembangkan pengetahuan dan

pengalaman penulis serta pemahaman aspek hukum di dalam teori dan

praktek lapangan hukum yang sangat berarti bagi penulis sendiri

khususnya dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada

umumnya.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan

kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang

didapat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk memberi sumbangan pikiran dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu

hukum pada umumnya dan hukum pidana khususnya.

c. Hasil penelitian ini, dapat dipakai sebagai acuan terhadap

penelitian-penelitian sejenis untuk tahapan berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan jawaban atas permasalahan-permasalahan yang

diteliti oleh penulis yaitu tentang tindak pidana trafficking.

b. Dengan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang hukum sebagai

bekal untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang

(20)

commit to user

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum,

prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum

yang dihadapi. Penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori

atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi

(Peter Mahmud Marzuki, 2006:35).

Dua syarat utama yang harus dipenuhi sebelum mengadakan

penelitian dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan adalah peneliti

harus terlebih dahulu memahami konsep dasar ilmunya dan metodologi

penelitian disiplin ilmunya (Johnny Ibrahim, 2006:26). Didalam penelitian

hukum, konsep ilmu hukum dan metodologi yang digunakan di dalam suatu

penelitian memainkan peran yang sangat signifikan agar ilmu hukum beserta

temuan-temuannya tidak terjebak dalam kemiskinan relevansi dan

aktualitasnya (Johnny Ibrahim, 2006:28). Adapun metode penelitian yang

digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Ditinjau dari sudut penelitian hukum itu sendiri, maka pada

penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian hukum normatif atau

penelitian hukum kepustakaan. Penelitian hukum normatif memiliki

definisi yang sama dengan penelitian doctrinal (doctrinal research) yaitu

penelitian bedasarkan bahan-bahan hukum (library based) yang fokusnya

pada membaca dan mempelajari bahan-bahan hukum primer dan sekunder

(Johnny Ibrahim, 2006: 44).

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian hukum ini tentunya sejalan dengan sifat ilmu

hukum itu sendiri. Ilmu hukum mempunyai sifat sebagai ilmu yang

prespektif. Artinya sebagai ilmu yang bersifat prespektif, Ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma

(21)

commit to user

3. Pendekatan Penelitian

Sehubungan dengan tipe penelitian yang digunakan yaitu penelitian

normatif, maka terdapat beberapa pendekatan penelitian hukum antara lain

pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 93).

Dari kelima pendekatan tersebut, pendekatan yang relevan dengan

penelitian hukum yang penulis angkat adalah pendekatan kasus (case approach) dan pendekatan Undang-Undang (statute approach).

4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum Penelitian

Jenis bahan hukum yang digunakan di dalam penelitian ini adalah

bahan hukum sekunder. Dalam buku Penelitian Hukum karangan Peter

Mahmud Marzuki, mengatakan bahwa pada dasarnya penelitian hukum

tidak mengenal adanya data. Sehingga yang digunakan adalah bahan

hukum, dalam hal ini adalah bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder. Sumber-sumber penelitian hukum ini terdiri dari:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif, artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer

terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah

dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.

(Peter Mahmud Marzuki, 2006:141). Penelitian hukum ini

menggunakan bahan hukum dari Putusan Pengadilan Negeri Klaten

Nomor 100/Pid.B/2010/PN. Klt. Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP), Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor

23 Tahun 2002 dan Undang-Undang Tentang Pemberantasan Tindak

(22)

commit to user

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yang berupa semua publikasi tentang hukum

yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi (Peter Mahmud

Marzuki, 2006:141). Bahan hukum sekunder sebagai pendukung dari

bahan hukum yang akan digunakan di dalam penelitian ini yaitu

buku-buku teks yang ditulis para ahli hukum, jurnal hukum, artikel, internet,

dan sumber lainya yang memiliki korelasi untuk mendukung penelitian

ini.

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Peneliti melakukan penelusuran pustaka (studi pustaka) untuk

mencari bahan-bahan hukum yang relevan dengan isu hukum yang

dihadapi. Peneliti menggunakan teknik studi pustaka dengan

mengumpulkan putusan pengadilan mengenai isu hukum yang dihadapi

yakni Putusan Pengadilan Negeri Klaten Nomor : 100/Pid.B/2010/PN. Klt

yang merupakan tindak pidana Trafficking. Peneliti juga mengumpulkan bahan-bahan hukum sekunder yang berupa buku-buku teks, kamus-kamus

hukum, jurnal-jurnal hukum yang berhubungan dengan permasalahan yang

diteliti.

6. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Menurut Philipus M.Hadjon sebagaimana dikutip oleh Peter

Mahmud metode deduktif sebagaimana silogisme yang diajarkan oleh

aristoteles penggunaan metode deduksi berpangkal dari pengajauan premis

mayor (peryataan bersifat umum). Kemudian diajukan premis minor (bersifat khusus). Dari kedua premis itu kemudian ditarik suatu

(23)

commit to user

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk lebih mempermudah penulisan hukum ini, maka penulis dalam

penelitiannya membagi menjadi empat bab dan tiap-tiap bab dibagi dalam

sub-sub bab yang disesuaikan dengan luas pembahasannya.

Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang : Latar Belakang

Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan Hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini diuraikan tentang kerangka teori dan kerangka pemikiran.

Kerangka teori meliputi tinjauan tentang hakim, tinjauan tentang

pemidanaan , tinjauan tentang tindak pidana trafficking.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini penulis menyajikan tentang hasil penelitian beserta

pembahasan yang meliputi :

Analis yuridis putusan hakim dalam tindak pidana trafficking dan pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Klaten dalam memutus

perkara tindak pidana trafficking pada perkara Nomor:

100/Pid.B/2010/PN. Klt.

BAB IV PENUTUP

Bab ini penulis menguraikan mengenai kesimpulan dan saran yang

berdasarkan pembahasan dan jawaban atas rumusan masalah yang

telah diuraikan.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi sumber-sumber pustaka yang dikutip dalam penulisan hukum

dan dijadikan bahan pemikiran dalam penulisan hukum ini.

LAMPIRAN

(24)

commit to user

9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Putusan Hakim a. Pengertian Hakim

Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh

Undang-Undang untuk mengadili (Pasal 1 butir 8 KUHAP). Adapun

tugas- tugas Hakim diantaranya adalah :

1) Menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara

yang diajukan kepadanya.

2) Memberikan keterangan pertimbangan dan nasehat-nasehat tentang

soal-soal hukum kepada lembaga negara apabila diminta.

3) Sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan

memahami nilai-nilai hukum dalam masyarakat.

Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang hakim adalah :

a) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b) Jujur.

c) Merdeka.

d) Berani mengambil keputusan.

e) Bebas dari pengaruh baik dari luar ataupun dari dalam.

Dalam menjalankan tugasnya, hakim memiliki kemerdekaan

yang dijamin dalam Udang-Undang. Pasal 1 Undang-Undang Nomor

14 Tahun 1970 menyebutkan bahwa “ kekuasaan kehakiman adalah

kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan

guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi

(25)

commit to user

b. Pengertian Putusan Hakim

Putusan hakim pada dasarnya adalah suatu karya menemukan hukum yaitu menetapkan bagaimanakah seharusnya menurut hukum dalam suatu peristiwa yang menyangkut kehidupan dalam suatu negara hukum. Pengertian lain mengenai putusan hakim adalah hasil musyawarah yang bertitik tolak dari surat dakwaan dengan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di sidang pengadilan (M. Yahya Harahap, 2000: 326).

Pada Bab I tentang Ketentuan Umum Pasal 1 angka 11 KUHAP

ditentukan bahwa: ”Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang

diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa

pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal

serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini”.

Sedangkan menurut Lilik Mulyadi, putusan hakim itu merupakan :

“Putusan yang diucapkan oleh hakim karena jabatannya dalam persidangan perkara pidana yang terbuka untuk umum setelah melalui proses dan prosedural hukum acara pidana pada umumnya berisikan amar pemidanaan atau bebas atau pelepasan dari segala tuntutan hukum dibuat dalam bentuk tertulis dengan segala tujuan menyelesaikan perkara “.(Lilik Mulyadi, 2007: 121)

Putusan harus sah untuk dapat dilaksanakan. Syarat sahnya putusan

diatur dalam Pasal 195 KUHAP yakni apabila diucapkan di sidang yang

terbuka untuk umum. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat

mengetahui duduk perkara yang sebenarnya dan juga dapat memantau

apakah jalannya persidangan sesuai dengan ketentuan di dalan KUHAP

atau tidak.

Kemudian, apabila kita melihat dari ketentuan KUHAP, dapat

disimpulkan bahwa putusan hakim itu pada hakikatnya dapat

dikategorisasikan kedalam dua jenis, yaitu putusan akhir dan putusan yang

bukan putusan akhir. Apabila suatu perkara oleh majelis hakim diperiksa

sampai selesai pokok perkaranya, hal ini berdasarkan ketentuan Pasal 182

ayat (3) dan ayat (8), Pasal 197, dan Pasal 199 KUHAP dinamakan dengan

(26)

commit to user

Pada jenis putusan seperti ini prosedural yang harus dilakukan

adalah setelah persidangan dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum,

pemeriksaan identitas terdakwa, dan peringatan agar mendengar dan

memperhatikan segala sesuatu di dalam persidangan, pembacaan surat

dakwaan, keberatan, pemeriksaan alat bukti, replik dan duplik kemudian

re-replik dan re-duplik, pernyataan pemeriksaan ”ditutup”, serta

musyawarah majelis hakim, dan pembacaan ”putusan”.

Adapun mengenai putusan yang bukan putusan akhir dalam praktik

dapat berupa ”penetapan” atau ”putusan sela” yang bersumber pada

ketentuan Pasal 156 ayat (1) KUHAP. Putusan ini secara formal dapat

mengakhiri perkara apabila terdakwa/penasihat hukum dan penuntut

umum telah menerima putusan itu. Akan tetapi, secara materiil perkara

tersebut dapat dibuka kembali apabila salah satu pihak (terdakwa/

penasihat hukum atau penuntut umum) mengajukan perlawanan dan

perlawanan tersebut oleh pengadilan tinggi dibenarkan sehingga

pengadilan tinggi memerintahkan pengadilan negeri melanjutkan

pemeriksaan perkara yang bersangkutan

Sejalan dengan ketentuan tersebut Pasal 196 Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana menyebutkan bahwa:

1) Pengadilan memutus perkara dengan hadirnya terdakwa, kecuali dalam

hal undang-undang ini menentukan lain.

2) Dalam hal lebih dari seorang terdakwa dalam suatu perkara, putusan

dapat diucapkan dengan hadirnya terdakwa yang ada.

Dengan demikian pada saat hakim menjatuhkan putusan, terdakwa

harus hadir dan mendengarkan secara langsung tentang isi putusan

tersebut. Apabila terdakwa tidak hadir, maka penjatuhan putusan tersebut

harus ditunda, kecuali dalam hal terdapat lebih dari satu terdakwa dalam

satu perkara, tidak harus dihadiri oleh seluruh terdakwa. Berdasarkan Pasal

196 ayat (2) KUHAP putusan dapat diucapkan dengan hadirnya terdakwa

(27)

commit to user

setelah diucapkan putusan tersebut berlaku baik bagi terdakwa yang hadir

maupun tidak hadir.

c. Jenis Putusan

Putusan hakim dibagi menjadi tiga macam, yakni:

1) Putusan bebas (Vrjspraak/acquittal)

Di dalam suatu persidangan pengadilan, seorang terdakwa

dibebaskan apabila ternyata perbuatannya yang tersebut dalam surat

dakwaan seluruhnya atau sebagian tidak terbukti, secara sah dan

meyakinkan Pasal 191 ayat (1) KUHAP ketiadaan terbukti ini ada dua

macam:

a) Ketiadaan alat bukti yang oleh undang-undang ditetapkan sebagai

minimum, yaitu adanya hanya pengakuan terdakwa saja, tanpa

dikuatkan oleh alat-alat bukti yang lain.

b) Minimum yang ditetapkan oleh undang-undang telah terpenuhi

yaitu adanya dua orang saksi atau lebih, akan tetapi hakim tidak

yakin akan kesalahan terdakwa (Martiman Prodjohamidjojo, 1982 :

130).

2) Putusan lepas dari segala tuntutan (Van rechtvervolging)

Apabila suatu perbuatan yang dalam surat dakwaan itu terbukti,

tetapi tidak merupakan suatu kejahatan atau pelanggaran maka

terdakwa harus dilepas dari segala tuntutan hukum. Pasal 191 ayat (2)

KUHAP Hal ini akan terjadi jika :

a) Adanya kekeliruan dalam surat dakwaan, yakni apa yang didakwakan

tidak cocok dengan salah satu penyebutannya oleh hukum pidana dari

perbuatan yang diancam dengan hukuman pidana.

b) Adanya hal-hal yang khusus, yang mengakibatkan terdakwa tidak

(28)

commit to user

3) Putusan pemidanaan (Veroldeling)

Putusan Pemidanaan diatur oleh ketentuan Pasal 193 ayat (1)

KUHAP. Apabila dijabarkan lebih detail, terhadap putusan

pemidanaan dapat terjadi jika :

a) Dari hasil pemeriksaan di depan persidangan

b) Majelis hakim berpendapat, bahwa:

(1) Perbuatan terdakwa sebagaimana didakwakan jaksa/penuntut

umum dalam surat dakwaan telah terbukti secara sah dan

meyakinkan menurut hukum;

(2) Perbuatan terdakwa tersebut merupakan ruang lingkup tindak

pidana (kejahatan/misdrijven atau pelanggaran/overtredingen)

(3) Dipenuhinya ketentuan alat-alat bukti dan fakta-fakta di

persidangan Pasal 183, Pasal 184 ayat (1) KUHAP

c) Oleh karena itu majelis hakim lalu menjatuhkan putusan pemidanaan

kepada terdakwa.

Putusan hakim dapat dieksekusi bila putusan tersebut telah

mempunyai kekuatan hukum tetap, yang telah diterima oleh para pihak

yang bersangkutan. Putusan yang berupa penghukuman terdakwa

dapat berupa pidana seperti yang diatur dalam Pasal 10 KUHP, yaitu :

(1) Pidana Pokok

(a) Pidana mati.

(b) Pidana penjara.

(c) Kurungan.

(d) Denda.

(e) Pidana tutupan.

(2) Pidana Tambahan

(1) Pencabutan hak-hak tertentu

(2) Perampasan barang-barang tertentu

(29)

commit to user

d. Isi Putusan

Apabila pemeriksaan sidang dinyatakan selesai seperti apa yang diatur dalam Pasal 182 ayat (1) KUHAP, tahap proses persidangan selanjutnya ialah penuntutan, pembelaan, dan jawaban. Dan kalau tahap proses penuntutan, pembelaan, dan jawaban telah berakhir, tibalah saatnya hakim ketua menyatakan ”pemeriksaan dinyatakan tertutup”. Pernyataan inilah yang mengantar persidangan ke tahap musyawarah hakim, guna menyiapkan putusan yang akan dijatuhkan pengadilan (M. Yahya Harahap, 2000 : 347).

Dalam Pasal 182 ayat (4) Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP) ditentukan bahwa musyawarah yang disebut diatas harus

didasarkan atas surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam

persidangan. Ditentukan selanjutnya dalam Pasal 182 ayat (5) KUHAP

bahwa dalam musyawarah tersebut, hakim ketua majelis mengajukan

pertanyaan dimulai dari hakim yang termuda sampai yang tertua,

sedangkan yang terakhir mengemukakan pendapatnya adalah hakim ketua

majelis dan semua pendapat harus disertai pertimbangan beserta alasanya.

Dalam ayat berikutnya, yakni Pasal 182 ayat (6) KUHAP itu diatur bahwa

sebisa mungkin musyawarah majelis merupakan permufakatan bulat,

kecuali jika hal itu telah diusahakan sungguh-sungguh tidak dapat dicapai,

maka ditempuh dua cara yaitu :

1) Putusan diambil dengan suara terbanyak;

2) Jika yang tersebut pada huruf a tidak dapat diperoleh, maka yang

dipakai ialah pendapat hakim yang menguntungkan bagi terdakwa.

Pasal 197 ayat (1) KUHAP diatur formalitas yang harus dipenuhi

suatu putusan hakim, dan menurut ayat (2) Pasal itu, kalau ketentuan

tersebut tidak dipenuhi kecuali yang tersebut pada angka g dan i putusan

batal demi hukum. Ketentuan tersebut adalah:

a) Kepala putusan yang ditulis berbunyi : ”DEMI KEADILAN

BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

b) Nama lengkap, tempat tanggal lahir, umur dan tanggal lahir, jenis

kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaan terdakwa.

(30)

commit to user

d) Pertimbangan yang disusun secara singkat mengenai fakta dan keadaan

beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang

yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa.

e) Tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan.

f) Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari

putusan disertai keadaan yang memberatkan dan meringankan

terdakwa.

g) Hari dan tanggal diadakanya musyawarah majelis hakim kecuali

perkara oleh hakim tunggal.

h) Peryataan kesalahan terdakwa, peryataan telah terpenuhi semua unsur

dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan

pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan.

i) Ketentuan pada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan

jumlahnya pasti dan ketentuan mengenai barang bukti.

j) Keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan dimana

letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat autentik yang dianggap

palsu.

k) Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau

dibebaskan.

l) Hari dan tanggal putusan, nama Penuntut Umum, nama Hakim yang

memutus dan nama Panitera.

Kemudian, dalam Pasal 200 KUHAP dikatakan bahwa surat

putusan ditandatangani oleh hakim dan panitera seketika setelah putusan

(31)

commit to user

2. Tinjauan Tentang Pemidanaan a. Tujuan Pemidanaan

Tujuan dari pidana dari waktu ke waktu mengalami

perkembangan. Dimulai dari yang paling tua tujuan pidana adalah

pembalasan (revenge). Pidana dijatuhkan atau diberikan untuk tujuan

memuaskan pihak yang dendam baik masyarakat sendiri maupun pihak

yang dirugikan atau yang menjadi korban kejahatan.

Tujuan berikutnya adalah untuk penghapusan dosa (evpiation) atau

retribusi (retribution) yaitu melepaskan pelanggar hukum dari perbuatan

jahat atau menciptakan balasan antara yang hak dan batil. Tujuan yang

dipandang sebagai tujuan yang berlaku sekarang ialah variasi dari bentuk

penjeraan (deterrent), baik ditujukan kepada pelanggar hukum sendiri

maupun kepada mereka yang mempunyai potensi menjadi jahat,

perlindungan kepada masyarakat dari perbuatan jahat.

Tujuan terakhir inilah yang menjadi tujuan paling populer karena

bukan saja bertujuan memperbaiki kondisi penjeraan tetapi juga mencari

alternatif lain yang bukan bersifat pidana dalam membina pelanggar

hukum.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Buku I

tentang aturan umum dikemukakan tujuan pemidanaan adalah :

1) Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma

hukum demi pengayoman masyarakat.

2) Mengadakan koreksi terhadap terpidana dan dengan demikian

menjadikannya orang yang baik dan berguna serta mampu untuk hidup

bermasyarakat.

3) Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana,

memulihkan keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam

masyarakat.

(32)

commit to user

b. Teori Pemidanaan

Tentang maksud penjatuhan pidana terdapat beberapa teori yang

mengemukakan mengapa suatu kejahatan dikenakan suatu pidana antara

lain :

1) Teori Absolut atau Teori Pembalasan

Menurut teori ini pidana dijatuhkan karena seseorang telah

melakukan suatu tindak pidana. Pidana harus ada sebagai suatu

pembalasan kepada orang yang telah melakukan tindak pidana. ”Jadi

dasar pembenaran dari pidana terletak pada adanya atau terjadinya

kejahatan itu sendiri”(Muladi, Barda Nawawi Arief, 1998 :10-11).

2) Teori Relatif

Menurut teori ini pidana dijatuhkan bukan semata-mata untuk

memberikan tuntutan absolut dari keadilan. Menurut teori ini

”pembalasan itu sendiri tidak mempunyai nilai , tetapi hanya sebagai

sarana untuk melindungi kepentingan masyarakat” (Muladi, Barda

Nawawi Arief, 1998 :16). Dasar pembenar adanya pidana menurut

teori ini terletak pada tujuannya. Pidana dijatuhkan bukan karena orang

melakukan kejahatan seperti dalam teori absolut tetapi supaya orang

jangan melakukan kejahatan.

Harus ada tujuan yang lebih jauh daripada hanya menjatuhkan

pidana saja. Dengan demikian, teori ini juga disebut dengan teori

tujuan (doel-theorien). Tujuan ini harus diarahkan untuk mencegah

agar kejahatan yang dilakukan tidak terulang lagi (prevensi). Prevensi

ada dua macam, yaitu prevensi khusus dan prevensi umum. Dalam prevensi umum pidana dijatuhkan agar orang tidak melakukan kejahatan yang sama. Dalam prevensi khusus, pidana dijatuhkan agar

(33)

commit to user

3) Teori Gabungan

Teori ini merupakan gabungan dari kedua teori yaitu teori absolut

dan teori relatif. Teori ini mendasarkan pidana sebagai pembalasan dan

mempertahankan tata tertib dalam masyarakat yang diterapkan dengan

cara pembinaan dengan menitik beratkan pada salah satu unsur, tanpa

menghilangkan unsur lain maupun menitik beratkan pada semua unsur

yang ada.

Dalam teori ini ”mungkin mengenai beratnya pidana terdapat

perselisihan paham, tetapi mengenai kaedah atau perlunya pidana tidak

ada perbedaan pendapat” (Adami Chazawi, 2001 :158). Teori ini tidak

hanya sebagai pembalasan atau prevensi, tetapi juga memperbaiki pelaku kejahatan.

3. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana a. Pengertian Tindak Pidana

Tindak Pidana Dalam KUHP dikenal istilah Strafbaarfeit, atau

yang dalam ilmu pengetahuan hukum disebut delik. Sedangkan pembuat

Undang-Undang dalam merumuskan Undang-undang mempergunakan

istilah peristiwa pidana atau perbuatan pidana atau tindak pidana.

Strafbaarfeit sendiri berarti suatu kelakuan manusia yang diancam pidana

oleh peraturan perundangan, jadi yang diancam pidana adalah manusia,

sehingga banyak ahli hukum yang mengartikan Strafbaarfeit sebagai

tindak pidana.

Pemberian definisi tentang pengertian hukum atau pengertian

dalam ilmu-ilmu sosialnya pastilah terdapat perbedaan-perbedaan

pendapat, maka dalam pemberian pengertian terhadap tindak pidana juga

terdapat bermacam-macam pendapat yang diberikan oleh para sarjana

(34)

commit to user

a. Aliran Monistis

Menurut pendapat Simons (dalam Wirjono

Prodjodikoro,1986:56) “Strafbaarfeit yaitu kelakuan yang diancam

dengan pidana yang bersifat melawan hukum yang berhubungan

dengan kesalahan dan dilakukan oleh orang-orang yang mampu

bertanggung jawab”.

Menurut Van Hammel bahwa “Strafbaarfeit yaitu

kelakuan orang yang dirumuskan dalam wet yang bersifat melawan hukum yang patut dipidana dan dilakukan dengan

kesalahan ”.

Menurut Pompe pengertian Strafbaarfeit dibedakan :

a) Definisi menurut teori memberikan pengertian

“Strafbaarfeit” adalah suatu pelanggaran terhadap norma yang dilakukan karena kesalahan si pelanggar dan diancam

dengan pidana untuk mempertahankan tata hukum dan

menyelamatkan kesejahteraan umum.

b) Definisi menurut hukum positif, merumuskan pengertian “Strafbaarfeit”adalah suatu kejadian (fekt) yang oleh peraturan Undang-Undang dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum. Sedangkan menurut Simons, Strafbaarfeit diartikan sebagai kelakuan yang diancam dengan pidana yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan yang dilakukan orang yang mampu bertanggung jawab.(Sudarto, 1990 :43)

b. Aliran Dualistis

Menurut pendapat Moeljatno bahwa “Perbuatan pidana

yaitu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukun,

larangan mana disertai ancaman atau sanksi yang berupa

pidana tertentu bagi siapa yang melanggar”(Moeljatno,1982:

(35)

commit to user

Wirjono Prodjodikoro berpendapat bahwa ”Tindak

pidana adalah suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan

hukuman dan pelakunya dikatakan sebagai subyek tindak

pidana”( Wirjono Prodjodikoro, 1996: 55).

Pengertian tindak pidana atau Strafbaarfeit yang diberikan oleh beberapa ahli tersebut menimbulkan

konsekuensi bahwa perbuatan pidana atau tindak pidana adalah

perbuatan yang dilarang yaitu melanggar suatu aturan hukum

pidana atau perbuatan yang tidak boleh dilakukan oleh suatu

aturan aturan hukum positif serta perbuatan yang apabila

melanggar diancam dengan pidana oleh karena itu suatu

perbuatan dapat dikatakan sebagai perbuatan pidana atau tindak

pidana apabila ada suatu kenyataan bahwa ada aturan yang

melarang perbuatan tersebut dan ancaman pidana bagi siapa

saja yang melanggar larangan tersebut, dalam larangan dan

ancaman tersebut terdapat hubungan yang erat. Oleh karena itu

antara peristiwa dan orang yang menimbulkan kejadian itu ada

suatu kemungkinan hubungan yang erat dimana satu dengan

yang lain tidak dapat dipisahkan. Guna menyatakan hubungan

yang erat itu maka digunakan perkataan perbuatan yaitu suatu

pengertian abstrak yang menunjukkan kepada dua keadaan

konkrit yaitu:

a. Adanya kejadian yang tertentu, serta

b. Adanya orang yang berbuat, yang menimbulkan kejadian

itu (Moeljatno, 1982 : 39).

b. Unsur-Unsur Tindak Pidana

Suatu perbuatan untuk dapat dikatakan sebagai perbuatan pidana

atau tindak pidana, maka perbuatan tersebut harus memenuhi unsur-unsur

(36)

commit to user

1) Subyek Tindak pidana

Siapa yang bisa menjadi subyek tindak pidana sebagaimana

tercantum dalam KUHP, yaitu seorang manusia sebagai pelaku, hal ini

terdapat dalam perumusan tindak pidana KUHP, sebagaimana

dikemukakan oleh Moeljatno yaitu:

“Yang dapat menjadi subyek tindak pidana sebagaimana tercantum dalam KUHP yaitu seorang manusia sebagai pelaku hal ini terdapat di dalam perumusan tindak pidana KUHP. Daya pikir merupakan syarat bagi subyek tindak pidana, juga pada wujud hukumnya yang tercantum dalam Pasal 2 KUHP yaitu hukuman penjara dan hukuman denda.” (Moeljatno, 1982: 54).

KUHP dalam perumusannya menggunakan kata “Barang

siapa”, hal ini menunjukkan yang menjadi subyek tindak pidana

adalah manusia. Namun dalam perkembangan selanjutnya dalam

pergaulan hidup kemasyarakatan bukan hanya manusia saja yang

terlibat, seperti contoh-nya badan hukum, sehingga yang dapat

memungkinkan melakukan tindak pidana bukan hanya manusia akan

tetapi badan hukum pun juga bisa melakukan tindak pidana karena

pada dasarnya badan hukum juga dapat melakukan perbuatan atau

tindakan yang dilakukan oleh manusia, sehingga bisa termasuk dalam

perumusan tindak pidana. Kemungkinan badan hukum atau

perundang-undangan yang berlaku, hukuman yang dikenakan dapat

berupa denda yang dibayarkan oleh badan hukum yang bersangkutan.

2) Harus Ada Perbuatan Manusia

Untuk menguraikan perbuatan manusia dalam

perkembangannya dapat dilihat dari aktifitasnya. Biasanya perbuatan

yang dilakukan bersifat positif atau aktif tetapi ada pula perbuatan

yang negatif atau pasif yang dapat dikatakan sebagai perbuatan pidana

(37)

commit to user

Contoh perbuatan negatif :

a) Mengetahui adanya permufakatan jahat tetapi tidak dilaporkan

walaupun ada kesempatan untuk melapor pada yang berwajib.

b) Tidak bersedia menjadi saksi

Akibat perbuatan manusia, merupakan syarat mutlak dari

perbuatan atau tindak pidana.

Contoh perbuatan positif :

a) Misal A. Membunuh B dengan alasan bahwa B telah membunuh C kakak

dari A. Memang di daerah yang bersangkutan ada anggapan bahwa

hutang nyawa harus dibayar dengan nyawa.

3) Bersifat Melawan Hukum

Mengenai sifat melawan hukum, merupakan sesuatu hal yang

sangat penting, karena dalam tindak pidana hal-hal yang bersifat tidak

melawan hukum sudah tidak lagi menjadi persoalan hukum pidana.

Pengertian melawan hukum itu sendiri ada dua, yaitu melawan hukum

formil dan melawan hukum materiil, seperti yang dikemukakan oleh

Moeljatno :

a) Melawan hukum formil, yaitu :

Apabila perbuatan telah sesuai dengan larangan Undang-Undang, maka disitu ada kekeliruan letak melawan hukumnya perbuatan sudah nyata, dan sifat melanggarnya ketentuan Undang-Undang kecuali jika termasuk perkecualian yang telah ditentukan oleh Undang-Undang.

b) Melawan hukum materiil, yaitu :

(38)

commit to user

Sifat melawan hukum materiil itu sendiri dibagi menjadi dalam

dua fungsi yaitu fungsi positif dan fungsi negatif, sedangkan di

Indonesia menganut sifat melawan hukum dalam fungsi positif. Disini

akan dijelaskan sifat melawan hukum dalam fungsi positif dan negatif

menurut Sudarto :

a) Sifat melawan hukum yang materiil dalam fungsi yang positif menganggap sesuatu perbuatan tetap sebagai suatu delik, meskipun tidak nyata diancam dengan pidana dalam undang-undang, apabila bertentangan dengan hukum atau ukuran-ukuran lain yang ada diluar undang-undang. Jadi disini diakui hukum yang tak tertulis sebagai sumber hukum yang positif.

b) Sifat melawan hukum yang materiil dalam fungsi negatif mengakui kemungkinan adanya hal-hal yang ada diluar Undang-Undang menghapus sifat melawan hukumnya yang memiliki rumusan Undang-Undang, jadi hal tersebut sebagai alasan penghapus sifat melawan hukum.( Sudarto, 1990 : 82 )

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan melawan hukum formil adalah telah memenuhi

unsur-unsur yang disebutkan dalam rumusan dari dalam

Undang-Undang dan sifat melawan hukumnya harus berdasar Undang-Undang-Undang-Undang.

Sedangkan yang dimaksud dengan melawan hukum materiil adalah

suatu perbuatan itu melawan hukum atau tidak dilihat dari

Undang-Undang dan juga aturan-aturan yang hukum yang tidak tertulis.

4) Kesalahan

(39)

commit to user

Kesalahan dalam arti bentuk kesalahan (schuldvorm) dibagi

menjadi dua yaitu :

a) Kesengajaan (dolus, opzet, vorsatz atau intention )

b) Kealpaan (culpa, onachtzaamheid, nelatigheid,

fahrlassigkeit atau negligence).

c. Macam-Macam Tindak Pidana

Ada berbagai macam tindak pidana menurut para pakar hukum,

tetapi disini hanya akan dibahas beberapa saja yang ada hubungannya

dengan tindak pidana trafficking, yaitu :

1) Materiil dan formil

a) Materiil

Suatu tindak pidana yang dilarang oleh Undang-Undang ialah akibatnya atau tindak pidana yang menitik beratkan pada terjadinya akibat. Misalnya: pembunuhan (Pasal 338 KUHP) yang dirumuskan sebagai suatu perbuatan yang mengakibatkan matinya orang lain.

b) Formil

Suatu tindak pidana yang perumusanya dititik beratkan kepada perbuatan yang dilarang. Perbuatan pidana tersebut telah selesai dilakukanya seperti yang tercantum dalam rumusan undang-undang. Misalnya : (Pasal 362 KUHP) yang dirumuskan sebagai suatu perbuatan mengambil barang milik orang lain secara tidak sah. (Sudarto, 1990: 57).

2) Sederhana dan berkualifikasi

a) Sederhana

Tindak pidana tanpa pemberatan, misal pencurian biasa (Pasal 362

KUHP).

b) Berkualifikasi

Tindak pidana yang diserta dengan pemberatan, misal pencurian

(40)

commit to user

3) Umum dan Khusus

a) Umum

Kejahatan yang dilakuan oleh setiap orang misalnya pencurian

biasa.

b) Khusus

Kejahatan yang hanya dapat dilakukan oleh orang tertentu dengan

jabatan tertentu misal korupsi.

4) Kejahatan dan Pelanggaran

Pembagian tindak pidana menjadi kejahatan dan pelanggaran

terdapat dalam KUHP yaitu Buku II KUHP yang mengatur kejahatan

dan buku III KUHP mengatur mengenai pelanggaran. Dalam KUHP

tidak dijelaskan secara rinci mengenai pembedaan tersebut.

Konsekuensi dari pembedaan tersebut adalah kejahatan diancam

pidana lebih berat, dan di bedakan antara kesengajaan dan kealpaan

serta percobaan dan penyertaan dalam kejahatan dapat dikenai pidana.

Sedangkan pelanggaran diancam pidana ringan, tidak ada pembedaan

sengaja maupun alpa serta dalam pelanggaran percobaan dan penyertaan tidak dapat dipidana.

5) Delik commissionis, delik ommisionis, delik commissionis per

ommissionis commisa

a) Delik commissionis adalah delik yang berupa pelanggaran terhadap

larangan, ialah berbuat sesuatu yang dilarang, misal : pencurian

(Pasal 362 KUHP).

b) Delik ommissionis adalah delik yang berupa pelanggaran terhadap

perintah, ialah tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan atau

diharuskan, misal : tidak menghadap sebagai sasi dimuka

pengadilan (Pasal 522 KUHP), tidak menolong orang yang

(41)

commit to user

c) Delik commisionis per ommissionen commissa adalah delik yang berupa pelanggaran terhadap larangan akan tetapi dapat dilakukan

dengan cara tidak berbuat. Misal: seorang ibu membunuh anaknya

dengan tidak memberi air susu (pasal 338, 340 KUHP).

d. Pengertian Trafficking

Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007

tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang dapat diuraikan

sebagai berikut :

“Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan dan penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan uang atau memberikan bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan ekspolitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.”

Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah setiap tindakan atau

serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang

ditentukan dalam Undang-Undang ini. Korban adalah seseorang yang

mengalami penderitaan psikis, mental, fisik, seksual, ekonomi, dan/atau

sosial, yang diakibatkan tindak pidana perdagangan orang.

e. Aturan Hukum

Definisi trafficking sendiri sebenarnya cukup mudah dipahami oleh

masyarakat yaitu semua tindakan yang mengandung salah satu atau lebih

tindakan perekrutan, pengangkutan antar daerah atau antar negara,

pemindahtanganan, pemberangkatan, penerimaan dan penampungan

sementara disertai ancaman atau penggunaan kekerasan verbal atau phisik,

penculikan, penipuan, tipu muslihat, memanfaatkan posisi kerentanan

(tidak ada pilihan lain, terisolasi, ketergantungan obat, jebakan utang)

(42)

commit to user

dan anak untuk tujuan pelacuran, eksploitasi seksual, buruh imgran legal

maupun ilegal, adopsi anak, pembantu rumah tangga, pengantin pesanan,

industri pornografi, pengedar obat terlarang juga untuk kepentingan

pemindahan organ tubuh.

Dari pengertian di atas menjadikan banyak pihak dan masyarakat

"terbuka mata" menyadari dan mengerti bahwa apa yang terjadi di

lingkungan (keluarga, tetangga, lingkungan sekitar) sekitarnya seperti

definisi diatas adalah trafficking. Dalam kasus trafficking biasanya berkaitan dengan :

a) Kejahatan Terhadap Kesopanan Pasal 281- 303 KUHP di antaranya memudahkan perbuatan cabul (Pasal 295) Pencaharian atau Memudahkan Perbuatan Cabul (Pasal 296) perdagangan perempuan dan anak (Pasal 297, 298) eksploitasi anak di bawah umur 12 Tahun atau Penyalahgunaan Kedudukan/Kekuatan Orang Tua (Pasal 301).

b) Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang, atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetuujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 120.000.000,-(Seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 600.000.000,-(Enam ratus juta rupiah).

(43)

commit to user

(44)

commit to user

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan teori yang telah dipaparkan diatas dapat disusun

kerangka pemikiran sebagai berikut :

Bagan 1. Skematik Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Perkara pidana terjadi karena tindak pidana (delict) atau perbuatan pidana yaitu berupa kejahatan atau pelanggaran. Kasus ini

merupakan tindak pidana trafficking dengan Putusan Nomor :

100/Pid.B/2010/PN. Klt.

Urutan perkara tersebut sebelum menjadi putusan di Pengadilan

Negeri Klaten, berkas diterima Jaksa Penuntut Umum yang dilimpahkan

oleh penyidik. Penuntut Umum memeriksa berkas tersebut apakah sudah TINDAK PIDANA TRAFFICKING

Putusan Nomor : 100/Pid.B/2010/PN. Klt

Undang-Undang Nomor 21 tahun 2007 Tentang Pemnberantasan Tindak Pidana

Perdagangan Orang

PEMBUKTIAN

PERTIMBANGAN HAKIM

PUTUSAN HAKIM HAKIM

(45)

commit to user

lengkap dan benar. Penuntut Umum mengumpulkan pembuktian tindak

pidana yang terjadi berdasarkan alat bukti yaitu keterangan saksi,

keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa dalam

menerapkan pasal yang nantinya digunakan sebagai dasar penuntutan

dengan menerapkan pasal yang sesuai dengan tindak pidana yang

dilakukan. Setelah semua dianggap lengkap dan sesuai Penuntut Umum

dapat menyusun surat dakwaan, selanjutnya Surat Dakwaan dilimpahkan

kepada pihak Pengadilan.

Pertimbangan Hakim sesuai dengan fakta hukum pada perkara

tindak pidana trafficking tersebut di atas. Pertimbangan seorang Hakim sangat penting dilakukan sebelum memutus suatu perkara pidana, dengan

pertimbangan yang dikumpulkan oleh Hakim diharapkan tidak terjadi

kesalah pahaman dalam penegakkan hukum di Indonesia. Pada kasus

tersebut di atas Hakim melakukan pertimbangan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Perdagangan Orang dan KUHP. Setelah semua penilaian upaya hukum

alat bukti dan pemeriksaan saksi dianggap selesai oleh Hakim

berdasarkan pertimbangan Hakim, maka Hakim dapat memutus suatu

perkara tindak pidana sesuai dengan tindak pidana yang dilakukan oleh

terdakwa. Adapun sistem penjatuhan hukuman yang ditentukan dalam

pasal-pasal pidana yang bersangkutan. Yang berhubungan dengan

pertimbangan Hakim dalam menilai upaya hukum dan alat bukti yang

dihadirkan Penuntut Umum dalam memeriksa dan memutus perkara

(46)

commit to user

31

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan telaah terhadap bahan hukum yang peneliti kumpulkan,

berikut merupakan hasil penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Identitas Terdakwa

N a m a : SUYANTI Binti MARDI SUWARNO

Tempat lahir : Klaten

Umur : 39 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Kebangsaan : Indonesia

Tempat tinggal : Dk. Ngaran Rt.01 Rw.01, Ds. Mlese, Kec. Ceper,

Kabupaten Klaten

Pekerjaan : Dagang

Agama : Islam

2. Kasus Posisi

Adapun uraian perkara atau kasus posisi yang selengkapnya adalah

sebagai berikut :

Pada hari dan tanggal yang sudah tidak dapat dingat lagi secara pasti

pada bulan september 2009 sampai dengan bukan Nopember 2009 sekitar

pukul 14.00 wib atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun

2009, Bertempat di Hotel Jonggrang Kec Colomadu, Kab. Karanganyar atau

setidak-tidaknya ditempat-tempat lain yang masih termasuk hukum

Pengadilan Negeri Karanganyar.

Terdakwa Suyanti Binti Mardi Suwarno pada awal bulan september

2009 sekitar jam 14.00 saat terdakwa pulang dari bekerja melihat Diki (Anak

Terdakwa) bersama pacarnya saksi Nur Yulistina Widyaningrum di dalam

kamar sedang bemesraan dengan adanya kejadian tersebut terdakwa

berpikiran kalau perbuatan anak terdakwa dengan saksi sudah melebihi

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran .............................................................
Tabel 1. Dakwaan Penuntut Umum Nomer Reg.Perkara: PDM-
Tabel. Dakwaan Penuntut Umum

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti bisa mencari kausalitas dua fenomena ini dalam suatu lokus kebudayaan tertentu, lalu mengumpulkan secara konstruktivis se- banyak mungkin data dari keyakinan,

Munuais- ja maksaliiton toteutta- man toiminnan kohderyhmänä ovat elinsiirtoa odottavat ja siirron saaneet lapset (6-10 perhettä/vuosi), jos perheillä ei ole oikeutta

Appendiktomy (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan segera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Appendiktomy dapat dilakukan dengan anestesi umum atau

sistem non klasikal (peng belajar dimulai pagi sampai sore yang digunakan adalah B digunakan merujuk pada kelas-kelas, jenjang grad Metode pembelajaran y membosankan dalam

Gambar 4.4 Hasil simulasi untuk kelas stabilitas D dengan model Fluent (kiri) dan dengan Metode Gauss Ganda (Kanan) dengan penampang x,y,z (atas); x,y (tengah) dan x,z (bawah) ...

Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna dari masing-masing formula, pada kekerasan dan kerapuhan tablet ekstrak kulit buah manggis, sedangkan pada waktu

Mencit diberikan ekstrak etanol daun mimba ( Azadirachta indica ) dengan dosis I 0,7 mg/30 gr BB mencit selama 14 hari. Mencit kemudian diinduksikan dengan aspirin dosis toksik

oleh guru dan kepala sekolah untuk membentuk sikap tanggung jawab siswa baik di dalam maupun di luar proses pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) melalui