commit to user
i
ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK
PIDANA TRAFFICKING
(PUTUSAN NOMOR 100/Pid.B/2010/PN. Klt)
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
RESTU HARINTO NIM. E 1107205
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi)
ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK
PIDANA TRAFFICKING
(PUTUSAN NOMOR.100/Pid.B/2010/PN. Klt)
Oleh
RESTU HARINTO
NIM. E 1107205
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum
(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, 29 November 2011
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Prof. Dr.HARTIWININGSIH, S.H., M.Hum NIP. 19570203 198503 2 001
commit to user
iii
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum (Skripsi)
ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK
PIDANA TRAFFICKING
( PUTUSAN NOMOR.100/Pid.B/2010/PN.Klt )
Oleh
RESTU HARINTO
NIM. E 1107205
Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum ( skripsi ) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada :
Hari : Jum’at
Tanggal : 13 januari 2012
DEWAN PENGUJI
1. R. Ginting, S.H., M.H :
Ketua
2. Budi Setiyanto, S.H., M.H :
Sekretaris
3. Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum : Anggota
Mengetahui Dekan
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : RESTU HARINTO
NIM : E1107205
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:
ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA
TRAFFICKING (PUTUSAN NOMOR.100/Pid.B/2010/PN.Klt)
adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan
hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan
gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, 29 November 2011
Yang membuat pernyataan
RESTU HARINTO
commit to user
v ABSTRAK
Restu Harinto. E1107205. 2011. ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM
DALAM TINDAK PIDANA TRAFFICKING ( PUTUSAN
NOMOR.100/Pid.B/2010/PN.Klt ) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa analisis yuridis putusan hakim pengadilan negeri klaten dalam memutus perkara tindak pidana trafficking dalam perkara Nomor. 100/Pid.B/2010/PN.Klt. serta hambatan-hambatan hakim Pengadilan Negeri Klaten dalam memutus perkara tindak pidana trafficking dalam Perkara Nomor.100 /Pid.B/2010/PN.Klt.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang bersifat preskriptif, dengan menggunakan pendekatan kasus dan pendekatan Undang-Undang. Jenis bahan hukum yang digunakan adalah sumber bahan hukum primer berupa undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-undang Nomor. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Putusan Pengadilan Nomor :100/Pid.B/2010/PN.Klt. Sumber bahan hukum sekunder berupa buku-buku, karya ilmiah, makalah, artikel, sumber dari internet yang terkait, dan sumber bahan hukum tersier berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus hukum. Teknis analisis bahan hukum adalah dengan menggunakan analisis deduksi yaitu menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum terhadap permasalahan kongkret yang dihadapi.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan, bahwa putusan hakim pada kasus perkara nomor :100/Pid.B/2010/PN.Klt adalah merupakan dakwaan alternatif. Sedangkan requisitor (Tuntutan) penuntut umum didasarkan pada surat dakwaan yang dibuat oleh penuntut umum dengan bentuk alternatif yaitu dengan memilih dakwaan yang dianggap paling benar yaitu dakwaan kedua dengan melanggar pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Akan tetapi di dalam Persidangan semua unsur paling benar dan terbukti yaitu dalam dakwaan pertama yaitu dengan melanggar pasal 81 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Berdasar pada dakwaan berbentuk alternatif akan dapat memberikan pilihan atau kelonggaran kepada penuntut umum dalam hal penuntutan dan hakim dalam hal mengambil putusan untuk menentukan dakwaan mana yang dapat dipertanggung jawabkan kepada terdakwa.
commit to user
vi ABSTRACT
Restu Harinto . E1107205. 2011. JURIDICAL DECISION ANALYSIS IN
CRIME JUDGE TRAFFICKING (DECISION NUMBER
.100/Pid.B/2010/PN.Klt)
Faculty of Law of Sebelas Maret University.
This study aims to determine what legal analysis klaten district court judge's decision in deciding upon the crime of trafficking in case Number. 100/Pid.B/2010/PN.Klt. and the obstacles Klaten District Court judge in deciding upon the crime of trafficking in Case Nomor.100/Pid.B/2010/PN.Klt.
This research is a normative legal research that is prescriptive, using the case approach and the approach to the Act. Types of legal material used is a source of primary legal materials in the form of the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945, Law Number. 21 Year 2007 on Combating Trafficking in Persons Judge Criminal, Law Number 23 Year 2002 on Child Protection, the Book of Criminal Justice Act (Penal Code), Judgement of the Court Number: 100/Pid.B/2010/PN.Klt. Secondary sources of legal materials in the form of books, scientific papers, papers, articles, sources from the Internet-related, and tertiary sources of legal materials in the form of Big Indonesian dictionary, legal dictionary. Technical analysis of legal materials is to use deductive analysis which draw conclusions from things that are common to the problems faced concrete.
Based on the results of research and discussion of the resulting conclusion, that the judge's decision in the case of case number: 100/Pid.B/2010/PN.Klt is constitute alternative charges. While requisitor (demand) the prosecution is based on the indictment made by the public prosecutor with an alternative form by selecting the charges that are considered most correct is the second indictment with violating Article 2 of the Law of the Republic of Indonesia Number 21 Year 2007 on Combating the Crime of Trafficking in Persons. However, in the trial of all elements of the right and proved that in the first indictment with violating article 81 paragraph (2) Law of the Republic of Indonesia Number 23 Year 2002 on Child Protection. Based on the indictment will be able to provide an alternative form of options or concessions to the public prosecutor in the prosecution and the judge in this case took the decision to determine which charges can be justified to thedefendant.
commit to user
vii MOTTO
Apa yang kita perbuat untuk mereka bukan apa yang diperbuat mereka untuk kita Achmi
Ada buku yang harus di nikmati ada yang harus ditelan dan ada beberapa yang mesti di kunyah dan di cerna
Bacon
Hope is good for breakfast but not for lunch Fancis Bochon
Rampaslah pagi, ia miikmu. Dan katakana pada malam, gelapnya tak kan berarti. Ia sudah mati
JRX (Superman is dead)
Jika Anda menginginkan sesuatu yang belum pernah anda miliki, Anda harus bersedia melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan.
Thomas Jefferson
Jangan pernah menangis jika kamu kalah, karena kekalahan mengajarkan bagaimana cara untuk menang
penulis
Pelajaran terbaik adalah ketika kamu kalah, berada di urutan terbawah merasa lemah, namun bukan menjadi pecundang karena kamu terus bangkit berlari
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud syukur, cinta dan terima
kasih kepada:
1. Allah SWT sang penguasa alam atas segala karunia, rahmat dan nikmat yang
telah diberikan-Nya;
2. Nabi Muhammad SAW, sebagai Uswatun Hasanah yang telah memberi suri
tauladan yang baik bagi umatnya;
3. Ayahanda Hardjito, S.H dan ibunda Susilowati yang telah memberikan kasih
sayang yang tiada duanya kepada penulis;
4. Kakakku Rika Agresia Prasanti dan Adikku Restu Rea Erlangga;
5. Sahabat-sahabatku yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini dan juga
untuk kekompakan selama ini;
6. Teman-teman Fakultas Hukum UNS angkatan 2007;
7. My Hero AD 3002 UC dan AD 5700 TD yang selalu setia mengantar penulis
menggapai cita dan insyAllah cinta;
8. Semua pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini;
9. Almamaterku, Fakultas Hukum UNS, yang telah memberi bekal ilmu
pengetahuan dan pengalaman untuk menghadapi kehidupan yang
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berupa
ilmu pengetahuan dan ijin-Nya, akhirnya penulis berhasil menyelesaikan
penulisan hukum dengan judul ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM
DALAM TINDAK PIDANA TRAFFICKING ( PUTUSAN
NOMOR.100/Pid.B/2010/PN.Klt ). Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret. ini tepat sesuai waktu yang telah direncanakan. Penulisan hukum ini
disusun untuk memenuhi dan melengkapi syarat-syarat untuk memperoleh derajat
Sarjana dalam Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.. Tentunya selama penyusunan penulisan hukum ini, maupun selama
penulis menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, tidak
sedikit bantuan yang penulis terima baik berupa materiil maupun imateriil dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini ijinkan penulis menghaturkan terima kasih
yang setulus-tulusnya kepada :
1. ALLAH SWT yang senantiasa menjaga dan melindungi penulis dalam setiap
langkah dan mencari ridho-Nya.
2. Nabi Muhammad junjungan dan suri tauladan yang baik untuk penulisan dalam
menjalani kehidupan.
3. Ayahanda Hardjito, S.H dan Ibunda Susilowati yang menjadi sumber inspirasi,
kebanggaan dan pengabdian diri penulis. Terima kasih untuk kasih sayang,
do’a dan ridho yang menjadi kekuatan dan bekal dalam menjalankan
kehidupan ini, serta segenap pengertian, dukungan dan kepercayaan yang telah
engkau berikan.
4.Kakakku Rika Agresia Prasanti dan adikku Restu Rea Erlangga yang
memberikan dorongan atau semangat selama penulisan ini.
5.Prof. Dr. Hartiwiningsih. S.H, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada
commit to user
x
6. Bapak Dr. Hari Purwadi, S.H., M.hum., selaku Pembantu Dekan I yang telah
membantu dalam pemberian ijin dilakukannya penulisan ini.
7. Bapak Muhammad Rustamaji, S.H.,M.H., selaku Pembimbing Akademik
Penulis yang membantu penulis dengan memberikan nasehat-nasehat dan
selalu memberikan arahan dalam kegiatan kuliah.
8. Bapak Rehnalemken Ginting, SH.M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana.
9. Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum., selaku Pembimbing I Penulisan
Hukum penulis. Terima kasih atas kesabaran dalam membimbing dan
mengarahkan sehingga penulisan hukum (skripsi) ini dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.
10.Bapak Budi Setiyanto, S.H.,M.H., selaku Pembimbing II Penulisan Hukum
penulis serta yang telah membantu penulis dalam menyusun judul penulisan
hukum ini. Terima kasih atas kesabaran dalam membimbing dan mengarahkan
sehingga penulisan hukum (skripsi) ini dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat waktu.
11. Bapak Harjono, S.H., MH. selaku Ketua Program Nonreguler Fakultas Hukum
UNS.
12. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret atas
segala dedikasinya yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu
pengetahuan selama masa kuliah terhadap seluruh mahasiswa termasuk Penulis
selama Penulis menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
13. Seluruh Pimpinan serta staf Administrasi dan seluruh karyawan Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah banyak membantu segala
kepentingan Penulis selama Penulis menempuh studi di Fakultas Hukum UNS
Surakarta atas semua kemudahan, fasilitas serta kesempatan-kesempatan yang
telah diberikan.
14. Keluarga Besar penulis yang telah memberikan perhatian dan dukungan baik
commit to user
xi
15.Sahabat-sahabat kontrakanku (Andi, Diki, Nanda, Pras, Rohmat, Richi, Taufiq,
Yudha dll) terima kasih telah menjadi keluarga selama menggapai cita di
Surakarta.
16.Sahabat-sahabatku(Andhy, Aditya, Andika roma, Andri, Andri prima, Angga,
Endri, Nusa gunawan ,Hendy, Herlan, Irvan, cholis, Sinung, Toni,).
Terimakasih atas setiap waktu yang kita habiskan bersama, dan semua pihak
yang membantu dalam penulisan hukum. Terima kasih untuk persahabatan kita
selama ini, terima kasih untuk bantuan, semangat, serta dukungan kalian.
Semoga Persahabatan ini tidak lekang oleh jarak dan waktu.
18.Sahabat-sahabatku (Afan, Anang, Diki, David, Philip, Suryo, Pras)
Terimakasih untuk kebersamaan selama ini. Mari buktikan pada dunia bahwa
kita bisa menggapai cita dan cinta.
Penulis sadari bahwa Penulisan Hukum ini sangat jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu penulis sangat terbuka akan segala sumbang saran serta kritik yang bersifat
membangun dalam Penulisan Hukum ini dan kedepannya sangat diperlukan dari
para pembaca akan penulis terima dengan senang hati. Semoga penulisan hukum
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, terutama untuk penulisan,
commit to user
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
BAB I PENDAHULUAN A... Latar Belakang ... 1
B. ... Rum usan Masalah ... 3
C. ... Tujua n Penelitian ... 3
D... Manf aat Penelitian ... 4
E. ... Meto de Penelitian ... 5
F. Sistematika Penulisan Hukum ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori ... 9
1. Tinjauan Tentang Putusan Hakim ... 9
a. Pengertian Hakim ... 9
commit to user
xiii
c. Jenis Putusan ... 12
d. Isi Putusan ... 14
2. Tinjauan Tentang Pemidanaan ... 16
a. Tujuan Pemidanaan ... 16
b. Teori Pemidanaan ... 17
3. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana ... 18
a. Pengertian Tindak Pidana ... 18
b. Unsur-unsur Tindak Pidana ... 20
c. Macam-macam Tindak Pidana ... 24
d. Pengertian Trafficking……… 26
e. Aturan Hukum……… 26
B. Kerangka Pemikiran ... 29
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 31
1. Kasus Posisi Putusan... 31
a. Dakwaan Penuntut Umum ... 39
b. Tuntutan Penuntut Umum ... 40
c. Putusan hakim ... 41
B. Pembahasan... 43
1. Analisis Yuridis Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Trafficking Nomor 100/Pid.B/2010/PN.Klt. ... 43
2. Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Tindak Pidana Trafficking ... 46
BAB IV PENUTUP A. Simpulan ... 52
B. Saran-Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Dakwaan Penuntut Umum Nomer Reg.Perkara:
commit to user
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya
manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa,
yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus,
memerlukan pembinaan dan pembinaan dalam rangka menjamin pertumbuhan
dan perkembangan fisik, mental dan sosial secara utuh serasi, selaras dan
seimbang. Untuk melaksanakan pembinaan dan memberikan perlindungan
terhadap anak diperlukan dukungan, baik yang menyangkut kelembagaan
maupun perangkat hukum yang lebih mantap dan memadai, oleh karena itu
ketentuan mengenai penyelenggaraan proses peradilan anak perlu diadakan
secara khusus. Perlindungan hak anak tidak banyak pihak yang turut
memikirkan dan melakukan langkah-langkah kongkrit. Demikian juga upaya
untuk melindungi hak-hak anak yang dilanggar yang dilakukan negara, orang
dewasa atau bahkan orang tuanya sendiri, tidak begitu menaruh perhatian akan
kepentingan masa depan anak.
Sesungguhnya pembangunan anak terdiri dari tiga kegiatan utama : pembinaan, pengembangan, dan perlindungan. Pembinaan anak berusaha untuk memberikan anak yang terbaik bagi pertumbuhannya, sedangkan pengembangan adalah menumbuhkan seluruh kemampuan dan bakat yang terkandung dalam diri anak. Perlindungan anak ditujukan kepada segala kegiatan untuk menjaga agar anak dapat tumbuh dengan wajar, secara lahir dan batin bebas dari segala bentuk ancaman (Purnianti, 1998: 1).
Trafficking adalah segala tindakan yang mengandung salah satu atau lebih tindakan perekrutan, pengangkutan antar daerah dan antar negara, pemindah
tanganan, pemberangkatan, penerimaan dan penampungan sementara di
tempat tujuan, perempuan dan anak. Adanya Trafficking yang sering terjadi di
dunia ini, khususnya di Indonesia menjadikan penegakan tindak pidana
commit to user
Dari sekian banyak korban tindak pidana trafficking, korban anak-anak
lah yang jumlahnya banyak. tercatat di Pengadilan Negeri Klaten saja pada
tahun 2007 hingga sekarang hampir semua korban tindak pidana trafficking
adalah anak-anak. Bukan suatu yang mengherankan jika angka korban anak
berjumlah lebih besar, sebab anak-anak memang sasaran yang mudah
dibohongi, mudah didapatkan.
Trafficking merupakan salah satu kejahatan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dampak psikologis dan psikis yang dialami korbannya
terutama anak-anak sangat mengkhawatirkan bagi tumbuh kembang anak
dalam meraih masa depan karena trauma yang dirasakannya. Karena dampak
yang sangat serius bagi korban anak-anak inilah pemberantasan tindak pidana
trafficking harus dimaksimalkan. Diantara cara yang dilakukan untuk mengurangi dan memberantas terjadinya tindak pidana trafficking adalah memberikan efek jera kepada para pelakunya melalui pemidanaan atau sanksi
pidana.
Pidana berasal dari kata straf (Belanda), yang adakalanya disebut dengan istilah hukuman. Pidana lebih tepat didefinisikan sebagai “Suatu
penderitaan yang sengaja dijatuhkan atau diberikan oleh negara kepada pelaku
dari pelanggaran akibat telah melanggar larangan hukum pidana” (Adami
Chazawi, 2002 :24).
Pidana yang dijatuhkan kepada pelaku trafficking menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan menurut Undang-Undang tentang
Pemberantasan tindak Pidana Perdagangan Orang memiliki perbedaan.
Undang-Undang tentang Pemberantasan tindak Pidana Perdagangan Orang
memberikan atau menjatuhkan pidana yang lebih berat daripada pidana yang
dijatuhkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana untuk tindak pidana yang
sama seperti tindak pidana trafficking.
Tujuan dari pemidanaan diantaranya adalah untuk memberikan efek
jera bagi pelaku dan memberi rasa takut kepada calon pelaku. Menurut
H.L.Packer, tujuan pemidanaan diantaranya adalah “mencegah terjadinya
commit to user
penderitaan atau pembalasan kepada si pelanggar” (Muladi, Barda Nawawi
Arief, 1998 :6). Dengan dijatuhkannya atau diberikannya sanksi pidana yang
sesuai kepada pelaku, diharapkan dapat mencegah atau setidaknya mengurangi
angka tindak pidana trafficking khusunya terhadap anak-anak. Semua itu karena dampak psikologis dan psikis yang buruk bagi tumbuh kembang anak
dalam masa depannya, dimana hal ini juga merupakan pelanggaran terhadap
hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan.
Berdasarkan alasan tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul : “ANALISIS YURIDIS PUTUSAN
HAKIM DALAM TINDAK PIDANA TRAFFICKING (PUTUSAN
NOMOR 100/Pid.B/2010/PN. Klt) “.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan apa yang diuraikan dalam latar belakang masalah,diatas
maka penulis dapat merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1. Apa analisis yuridis putusan hakim dalam tindak pidana trafficking Nomor
100/Pid.B/2010/PN. Klt ?
2. Apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan tindak
pidana trafficking ?
C. Tujuan Penelitian
Dalam suatu kegiatan penelitian pasti terdapat suatu tujuan yang jelas
dan hendak dicapai. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi arah dalam
melangkah sesuai dengan maksud penelitian. Adapun tujuan yang ingin
dicapai oleh penulis dalam penelitian ini,yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui analisis yuridis putusan hakim dalam tindak pidana
Nomor 100/Pid.B/2010/PN. Klt.
b. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan
commit to user
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk memperoleh bahan hukum dan informasi sebagai bahan utama
dalam menyusun karya ilmiah untuk memenuhi persyaratan yang
diwajibkan dalam meraih gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Untuk menambah, memperluas, mengembangkan pengetahuan dan
pengalaman penulis serta pemahaman aspek hukum di dalam teori dan
praktek lapangan hukum yang sangat berarti bagi penulis sendiri
khususnya dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada
umumnya.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan
kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang
didapat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memberi sumbangan pikiran dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu
hukum pada umumnya dan hukum pidana khususnya.
c. Hasil penelitian ini, dapat dipakai sebagai acuan terhadap
penelitian-penelitian sejenis untuk tahapan berikutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk memberikan jawaban atas permasalahan-permasalahan yang
diteliti oleh penulis yaitu tentang tindak pidana trafficking.
b. Dengan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang hukum sebagai
bekal untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang
commit to user
E. Metode Penelitian
Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum,
prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum
yang dihadapi. Penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori
atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi
(Peter Mahmud Marzuki, 2006:35).
Dua syarat utama yang harus dipenuhi sebelum mengadakan
penelitian dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan adalah peneliti
harus terlebih dahulu memahami konsep dasar ilmunya dan metodologi
penelitian disiplin ilmunya (Johnny Ibrahim, 2006:26). Didalam penelitian
hukum, konsep ilmu hukum dan metodologi yang digunakan di dalam suatu
penelitian memainkan peran yang sangat signifikan agar ilmu hukum beserta
temuan-temuannya tidak terjebak dalam kemiskinan relevansi dan
aktualitasnya (Johnny Ibrahim, 2006:28). Adapun metode penelitian yang
digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Ditinjau dari sudut penelitian hukum itu sendiri, maka pada
penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian hukum normatif atau
penelitian hukum kepustakaan. Penelitian hukum normatif memiliki
definisi yang sama dengan penelitian doctrinal (doctrinal research) yaitu
penelitian bedasarkan bahan-bahan hukum (library based) yang fokusnya
pada membaca dan mempelajari bahan-bahan hukum primer dan sekunder
(Johnny Ibrahim, 2006: 44).
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian hukum ini tentunya sejalan dengan sifat ilmu
hukum itu sendiri. Ilmu hukum mempunyai sifat sebagai ilmu yang
prespektif. Artinya sebagai ilmu yang bersifat prespektif, Ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma
commit to user
3. Pendekatan Penelitian
Sehubungan dengan tipe penelitian yang digunakan yaitu penelitian
normatif, maka terdapat beberapa pendekatan penelitian hukum antara lain
pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 93).
Dari kelima pendekatan tersebut, pendekatan yang relevan dengan
penelitian hukum yang penulis angkat adalah pendekatan kasus (case approach) dan pendekatan Undang-Undang (statute approach).
4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum Penelitian
Jenis bahan hukum yang digunakan di dalam penelitian ini adalah
bahan hukum sekunder. Dalam buku Penelitian Hukum karangan Peter
Mahmud Marzuki, mengatakan bahwa pada dasarnya penelitian hukum
tidak mengenal adanya data. Sehingga yang digunakan adalah bahan
hukum, dalam hal ini adalah bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder. Sumber-sumber penelitian hukum ini terdiri dari:
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat
autoritatif, artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer
terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah
dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.
(Peter Mahmud Marzuki, 2006:141). Penelitian hukum ini
menggunakan bahan hukum dari Putusan Pengadilan Negeri Klaten
Nomor 100/Pid.B/2010/PN. Klt. Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP), Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor
23 Tahun 2002 dan Undang-Undang Tentang Pemberantasan Tindak
commit to user
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yang berupa semua publikasi tentang hukum
yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi (Peter Mahmud
Marzuki, 2006:141). Bahan hukum sekunder sebagai pendukung dari
bahan hukum yang akan digunakan di dalam penelitian ini yaitu
buku-buku teks yang ditulis para ahli hukum, jurnal hukum, artikel, internet,
dan sumber lainya yang memiliki korelasi untuk mendukung penelitian
ini.
5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Peneliti melakukan penelusuran pustaka (studi pustaka) untuk
mencari bahan-bahan hukum yang relevan dengan isu hukum yang
dihadapi. Peneliti menggunakan teknik studi pustaka dengan
mengumpulkan putusan pengadilan mengenai isu hukum yang dihadapi
yakni Putusan Pengadilan Negeri Klaten Nomor : 100/Pid.B/2010/PN. Klt
yang merupakan tindak pidana Trafficking. Peneliti juga mengumpulkan bahan-bahan hukum sekunder yang berupa buku-buku teks, kamus-kamus
hukum, jurnal-jurnal hukum yang berhubungan dengan permasalahan yang
diteliti.
6. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum
Menurut Philipus M.Hadjon sebagaimana dikutip oleh Peter
Mahmud metode deduktif sebagaimana silogisme yang diajarkan oleh
aristoteles penggunaan metode deduksi berpangkal dari pengajauan premis
mayor (peryataan bersifat umum). Kemudian diajukan premis minor (bersifat khusus). Dari kedua premis itu kemudian ditarik suatu
commit to user
F. Sistematika Penulisan Hukum
Untuk lebih mempermudah penulisan hukum ini, maka penulis dalam
penelitiannya membagi menjadi empat bab dan tiap-tiap bab dibagi dalam
sub-sub bab yang disesuaikan dengan luas pembahasannya.
Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang : Latar Belakang
Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan Hukum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini diuraikan tentang kerangka teori dan kerangka pemikiran.
Kerangka teori meliputi tinjauan tentang hakim, tinjauan tentang
pemidanaan , tinjauan tentang tindak pidana trafficking.
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini penulis menyajikan tentang hasil penelitian beserta
pembahasan yang meliputi :
Analis yuridis putusan hakim dalam tindak pidana trafficking dan pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Klaten dalam memutus
perkara tindak pidana trafficking pada perkara Nomor:
100/Pid.B/2010/PN. Klt.
BAB IV PENUTUP
Bab ini penulis menguraikan mengenai kesimpulan dan saran yang
berdasarkan pembahasan dan jawaban atas rumusan masalah yang
telah diuraikan.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi sumber-sumber pustaka yang dikutip dalam penulisan hukum
dan dijadikan bahan pemikiran dalam penulisan hukum ini.
LAMPIRAN
commit to user
9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Putusan Hakim a. Pengertian Hakim
Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh
Undang-Undang untuk mengadili (Pasal 1 butir 8 KUHAP). Adapun
tugas- tugas Hakim diantaranya adalah :
1) Menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara
yang diajukan kepadanya.
2) Memberikan keterangan pertimbangan dan nasehat-nasehat tentang
soal-soal hukum kepada lembaga negara apabila diminta.
3) Sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan
memahami nilai-nilai hukum dalam masyarakat.
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang hakim adalah :
a) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b) Jujur.
c) Merdeka.
d) Berani mengambil keputusan.
e) Bebas dari pengaruh baik dari luar ataupun dari dalam.
Dalam menjalankan tugasnya, hakim memiliki kemerdekaan
yang dijamin dalam Udang-Undang. Pasal 1 Undang-Undang Nomor
14 Tahun 1970 menyebutkan bahwa “ kekuasaan kehakiman adalah
kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi
commit to user
b. Pengertian Putusan Hakim
Putusan hakim pada dasarnya adalah suatu karya menemukan hukum yaitu menetapkan bagaimanakah seharusnya menurut hukum dalam suatu peristiwa yang menyangkut kehidupan dalam suatu negara hukum. Pengertian lain mengenai putusan hakim adalah hasil musyawarah yang bertitik tolak dari surat dakwaan dengan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di sidang pengadilan (M. Yahya Harahap, 2000: 326).
Pada Bab I tentang Ketentuan Umum Pasal 1 angka 11 KUHAP
ditentukan bahwa: ”Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang
diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa
pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal
serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini”.
Sedangkan menurut Lilik Mulyadi, putusan hakim itu merupakan :
“Putusan yang diucapkan oleh hakim karena jabatannya dalam persidangan perkara pidana yang terbuka untuk umum setelah melalui proses dan prosedural hukum acara pidana pada umumnya berisikan amar pemidanaan atau bebas atau pelepasan dari segala tuntutan hukum dibuat dalam bentuk tertulis dengan segala tujuan menyelesaikan perkara “.(Lilik Mulyadi, 2007: 121)
Putusan harus sah untuk dapat dilaksanakan. Syarat sahnya putusan
diatur dalam Pasal 195 KUHAP yakni apabila diucapkan di sidang yang
terbuka untuk umum. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat
mengetahui duduk perkara yang sebenarnya dan juga dapat memantau
apakah jalannya persidangan sesuai dengan ketentuan di dalan KUHAP
atau tidak.
Kemudian, apabila kita melihat dari ketentuan KUHAP, dapat
disimpulkan bahwa putusan hakim itu pada hakikatnya dapat
dikategorisasikan kedalam dua jenis, yaitu putusan akhir dan putusan yang
bukan putusan akhir. Apabila suatu perkara oleh majelis hakim diperiksa
sampai selesai pokok perkaranya, hal ini berdasarkan ketentuan Pasal 182
ayat (3) dan ayat (8), Pasal 197, dan Pasal 199 KUHAP dinamakan dengan
commit to user
Pada jenis putusan seperti ini prosedural yang harus dilakukan
adalah setelah persidangan dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum,
pemeriksaan identitas terdakwa, dan peringatan agar mendengar dan
memperhatikan segala sesuatu di dalam persidangan, pembacaan surat
dakwaan, keberatan, pemeriksaan alat bukti, replik dan duplik kemudian
re-replik dan re-duplik, pernyataan pemeriksaan ”ditutup”, serta
musyawarah majelis hakim, dan pembacaan ”putusan”.
Adapun mengenai putusan yang bukan putusan akhir dalam praktik
dapat berupa ”penetapan” atau ”putusan sela” yang bersumber pada
ketentuan Pasal 156 ayat (1) KUHAP. Putusan ini secara formal dapat
mengakhiri perkara apabila terdakwa/penasihat hukum dan penuntut
umum telah menerima putusan itu. Akan tetapi, secara materiil perkara
tersebut dapat dibuka kembali apabila salah satu pihak (terdakwa/
penasihat hukum atau penuntut umum) mengajukan perlawanan dan
perlawanan tersebut oleh pengadilan tinggi dibenarkan sehingga
pengadilan tinggi memerintahkan pengadilan negeri melanjutkan
pemeriksaan perkara yang bersangkutan
Sejalan dengan ketentuan tersebut Pasal 196 Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana menyebutkan bahwa:
1) Pengadilan memutus perkara dengan hadirnya terdakwa, kecuali dalam
hal undang-undang ini menentukan lain.
2) Dalam hal lebih dari seorang terdakwa dalam suatu perkara, putusan
dapat diucapkan dengan hadirnya terdakwa yang ada.
Dengan demikian pada saat hakim menjatuhkan putusan, terdakwa
harus hadir dan mendengarkan secara langsung tentang isi putusan
tersebut. Apabila terdakwa tidak hadir, maka penjatuhan putusan tersebut
harus ditunda, kecuali dalam hal terdapat lebih dari satu terdakwa dalam
satu perkara, tidak harus dihadiri oleh seluruh terdakwa. Berdasarkan Pasal
196 ayat (2) KUHAP putusan dapat diucapkan dengan hadirnya terdakwa
commit to user
setelah diucapkan putusan tersebut berlaku baik bagi terdakwa yang hadir
maupun tidak hadir.
c. Jenis Putusan
Putusan hakim dibagi menjadi tiga macam, yakni:
1) Putusan bebas (Vrjspraak/acquittal)
Di dalam suatu persidangan pengadilan, seorang terdakwa
dibebaskan apabila ternyata perbuatannya yang tersebut dalam surat
dakwaan seluruhnya atau sebagian tidak terbukti, secara sah dan
meyakinkan Pasal 191 ayat (1) KUHAP ketiadaan terbukti ini ada dua
macam:
a) Ketiadaan alat bukti yang oleh undang-undang ditetapkan sebagai
minimum, yaitu adanya hanya pengakuan terdakwa saja, tanpa
dikuatkan oleh alat-alat bukti yang lain.
b) Minimum yang ditetapkan oleh undang-undang telah terpenuhi
yaitu adanya dua orang saksi atau lebih, akan tetapi hakim tidak
yakin akan kesalahan terdakwa (Martiman Prodjohamidjojo, 1982 :
130).
2) Putusan lepas dari segala tuntutan (Van rechtvervolging)
Apabila suatu perbuatan yang dalam surat dakwaan itu terbukti,
tetapi tidak merupakan suatu kejahatan atau pelanggaran maka
terdakwa harus dilepas dari segala tuntutan hukum. Pasal 191 ayat (2)
KUHAP Hal ini akan terjadi jika :
a) Adanya kekeliruan dalam surat dakwaan, yakni apa yang didakwakan
tidak cocok dengan salah satu penyebutannya oleh hukum pidana dari
perbuatan yang diancam dengan hukuman pidana.
b) Adanya hal-hal yang khusus, yang mengakibatkan terdakwa tidak
commit to user
3) Putusan pemidanaan (Veroldeling)
Putusan Pemidanaan diatur oleh ketentuan Pasal 193 ayat (1)
KUHAP. Apabila dijabarkan lebih detail, terhadap putusan
pemidanaan dapat terjadi jika :
a) Dari hasil pemeriksaan di depan persidangan
b) Majelis hakim berpendapat, bahwa:
(1) Perbuatan terdakwa sebagaimana didakwakan jaksa/penuntut
umum dalam surat dakwaan telah terbukti secara sah dan
meyakinkan menurut hukum;
(2) Perbuatan terdakwa tersebut merupakan ruang lingkup tindak
pidana (kejahatan/misdrijven atau pelanggaran/overtredingen)
(3) Dipenuhinya ketentuan alat-alat bukti dan fakta-fakta di
persidangan Pasal 183, Pasal 184 ayat (1) KUHAP
c) Oleh karena itu majelis hakim lalu menjatuhkan putusan pemidanaan
kepada terdakwa.
Putusan hakim dapat dieksekusi bila putusan tersebut telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, yang telah diterima oleh para pihak
yang bersangkutan. Putusan yang berupa penghukuman terdakwa
dapat berupa pidana seperti yang diatur dalam Pasal 10 KUHP, yaitu :
(1) Pidana Pokok
(a) Pidana mati.
(b) Pidana penjara.
(c) Kurungan.
(d) Denda.
(e) Pidana tutupan.
(2) Pidana Tambahan
(1) Pencabutan hak-hak tertentu
(2) Perampasan barang-barang tertentu
commit to user
d. Isi Putusan
Apabila pemeriksaan sidang dinyatakan selesai seperti apa yang diatur dalam Pasal 182 ayat (1) KUHAP, tahap proses persidangan selanjutnya ialah penuntutan, pembelaan, dan jawaban. Dan kalau tahap proses penuntutan, pembelaan, dan jawaban telah berakhir, tibalah saatnya hakim ketua menyatakan ”pemeriksaan dinyatakan tertutup”. Pernyataan inilah yang mengantar persidangan ke tahap musyawarah hakim, guna menyiapkan putusan yang akan dijatuhkan pengadilan (M. Yahya Harahap, 2000 : 347).
Dalam Pasal 182 ayat (4) Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) ditentukan bahwa musyawarah yang disebut diatas harus
didasarkan atas surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam
persidangan. Ditentukan selanjutnya dalam Pasal 182 ayat (5) KUHAP
bahwa dalam musyawarah tersebut, hakim ketua majelis mengajukan
pertanyaan dimulai dari hakim yang termuda sampai yang tertua,
sedangkan yang terakhir mengemukakan pendapatnya adalah hakim ketua
majelis dan semua pendapat harus disertai pertimbangan beserta alasanya.
Dalam ayat berikutnya, yakni Pasal 182 ayat (6) KUHAP itu diatur bahwa
sebisa mungkin musyawarah majelis merupakan permufakatan bulat,
kecuali jika hal itu telah diusahakan sungguh-sungguh tidak dapat dicapai,
maka ditempuh dua cara yaitu :
1) Putusan diambil dengan suara terbanyak;
2) Jika yang tersebut pada huruf a tidak dapat diperoleh, maka yang
dipakai ialah pendapat hakim yang menguntungkan bagi terdakwa.
Pasal 197 ayat (1) KUHAP diatur formalitas yang harus dipenuhi
suatu putusan hakim, dan menurut ayat (2) Pasal itu, kalau ketentuan
tersebut tidak dipenuhi kecuali yang tersebut pada angka g dan i putusan
batal demi hukum. Ketentuan tersebut adalah:
a) Kepala putusan yang ditulis berbunyi : ”DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”
b) Nama lengkap, tempat tanggal lahir, umur dan tanggal lahir, jenis
kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaan terdakwa.
commit to user
d) Pertimbangan yang disusun secara singkat mengenai fakta dan keadaan
beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang
yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa.
e) Tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan.
f) Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari
putusan disertai keadaan yang memberatkan dan meringankan
terdakwa.
g) Hari dan tanggal diadakanya musyawarah majelis hakim kecuali
perkara oleh hakim tunggal.
h) Peryataan kesalahan terdakwa, peryataan telah terpenuhi semua unsur
dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan
pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan.
i) Ketentuan pada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan
jumlahnya pasti dan ketentuan mengenai barang bukti.
j) Keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan dimana
letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat autentik yang dianggap
palsu.
k) Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau
dibebaskan.
l) Hari dan tanggal putusan, nama Penuntut Umum, nama Hakim yang
memutus dan nama Panitera.
Kemudian, dalam Pasal 200 KUHAP dikatakan bahwa surat
putusan ditandatangani oleh hakim dan panitera seketika setelah putusan
commit to user
2. Tinjauan Tentang Pemidanaan a. Tujuan Pemidanaan
Tujuan dari pidana dari waktu ke waktu mengalami
perkembangan. Dimulai dari yang paling tua tujuan pidana adalah
pembalasan (revenge). Pidana dijatuhkan atau diberikan untuk tujuan
memuaskan pihak yang dendam baik masyarakat sendiri maupun pihak
yang dirugikan atau yang menjadi korban kejahatan.
Tujuan berikutnya adalah untuk penghapusan dosa (evpiation) atau
retribusi (retribution) yaitu melepaskan pelanggar hukum dari perbuatan
jahat atau menciptakan balasan antara yang hak dan batil. Tujuan yang
dipandang sebagai tujuan yang berlaku sekarang ialah variasi dari bentuk
penjeraan (deterrent), baik ditujukan kepada pelanggar hukum sendiri
maupun kepada mereka yang mempunyai potensi menjadi jahat,
perlindungan kepada masyarakat dari perbuatan jahat.
Tujuan terakhir inilah yang menjadi tujuan paling populer karena
bukan saja bertujuan memperbaiki kondisi penjeraan tetapi juga mencari
alternatif lain yang bukan bersifat pidana dalam membina pelanggar
hukum.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Buku I
tentang aturan umum dikemukakan tujuan pemidanaan adalah :
1) Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma
hukum demi pengayoman masyarakat.
2) Mengadakan koreksi terhadap terpidana dan dengan demikian
menjadikannya orang yang baik dan berguna serta mampu untuk hidup
bermasyarakat.
3) Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana,
memulihkan keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam
masyarakat.
commit to user
b. Teori Pemidanaan
Tentang maksud penjatuhan pidana terdapat beberapa teori yang
mengemukakan mengapa suatu kejahatan dikenakan suatu pidana antara
lain :
1) Teori Absolut atau Teori Pembalasan
Menurut teori ini pidana dijatuhkan karena seseorang telah
melakukan suatu tindak pidana. Pidana harus ada sebagai suatu
pembalasan kepada orang yang telah melakukan tindak pidana. ”Jadi
dasar pembenaran dari pidana terletak pada adanya atau terjadinya
kejahatan itu sendiri”(Muladi, Barda Nawawi Arief, 1998 :10-11).
2) Teori Relatif
Menurut teori ini pidana dijatuhkan bukan semata-mata untuk
memberikan tuntutan absolut dari keadilan. Menurut teori ini
”pembalasan itu sendiri tidak mempunyai nilai , tetapi hanya sebagai
sarana untuk melindungi kepentingan masyarakat” (Muladi, Barda
Nawawi Arief, 1998 :16). Dasar pembenar adanya pidana menurut
teori ini terletak pada tujuannya. Pidana dijatuhkan bukan karena orang
melakukan kejahatan seperti dalam teori absolut tetapi supaya orang
jangan melakukan kejahatan.
Harus ada tujuan yang lebih jauh daripada hanya menjatuhkan
pidana saja. Dengan demikian, teori ini juga disebut dengan teori
tujuan (doel-theorien). Tujuan ini harus diarahkan untuk mencegah
agar kejahatan yang dilakukan tidak terulang lagi (prevensi). Prevensi
ada dua macam, yaitu prevensi khusus dan prevensi umum. Dalam prevensi umum pidana dijatuhkan agar orang tidak melakukan kejahatan yang sama. Dalam prevensi khusus, pidana dijatuhkan agar
commit to user
3) Teori Gabungan
Teori ini merupakan gabungan dari kedua teori yaitu teori absolut
dan teori relatif. Teori ini mendasarkan pidana sebagai pembalasan dan
mempertahankan tata tertib dalam masyarakat yang diterapkan dengan
cara pembinaan dengan menitik beratkan pada salah satu unsur, tanpa
menghilangkan unsur lain maupun menitik beratkan pada semua unsur
yang ada.
Dalam teori ini ”mungkin mengenai beratnya pidana terdapat
perselisihan paham, tetapi mengenai kaedah atau perlunya pidana tidak
ada perbedaan pendapat” (Adami Chazawi, 2001 :158). Teori ini tidak
hanya sebagai pembalasan atau prevensi, tetapi juga memperbaiki pelaku kejahatan.
3. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana a. Pengertian Tindak Pidana
Tindak Pidana Dalam KUHP dikenal istilah Strafbaarfeit, atau
yang dalam ilmu pengetahuan hukum disebut delik. Sedangkan pembuat
Undang-Undang dalam merumuskan Undang-undang mempergunakan
istilah peristiwa pidana atau perbuatan pidana atau tindak pidana.
Strafbaarfeit sendiri berarti suatu kelakuan manusia yang diancam pidana
oleh peraturan perundangan, jadi yang diancam pidana adalah manusia,
sehingga banyak ahli hukum yang mengartikan Strafbaarfeit sebagai
tindak pidana.
Pemberian definisi tentang pengertian hukum atau pengertian
dalam ilmu-ilmu sosialnya pastilah terdapat perbedaan-perbedaan
pendapat, maka dalam pemberian pengertian terhadap tindak pidana juga
terdapat bermacam-macam pendapat yang diberikan oleh para sarjana
commit to user
a. Aliran Monistis
Menurut pendapat Simons (dalam Wirjono
Prodjodikoro,1986:56) “Strafbaarfeit yaitu kelakuan yang diancam
dengan pidana yang bersifat melawan hukum yang berhubungan
dengan kesalahan dan dilakukan oleh orang-orang yang mampu
bertanggung jawab”.
Menurut Van Hammel bahwa “Strafbaarfeit yaitu
kelakuan orang yang dirumuskan dalam wet yang bersifat melawan hukum yang patut dipidana dan dilakukan dengan
kesalahan ”.
Menurut Pompe pengertian Strafbaarfeit dibedakan :
a) Definisi menurut teori memberikan pengertian
“Strafbaarfeit” adalah suatu pelanggaran terhadap norma yang dilakukan karena kesalahan si pelanggar dan diancam
dengan pidana untuk mempertahankan tata hukum dan
menyelamatkan kesejahteraan umum.
b) Definisi menurut hukum positif, merumuskan pengertian “Strafbaarfeit”adalah suatu kejadian (fekt) yang oleh peraturan Undang-Undang dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum. Sedangkan menurut Simons, Strafbaarfeit diartikan sebagai kelakuan yang diancam dengan pidana yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan yang dilakukan orang yang mampu bertanggung jawab.(Sudarto, 1990 :43)
b. Aliran Dualistis
Menurut pendapat Moeljatno bahwa “Perbuatan pidana
yaitu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukun,
larangan mana disertai ancaman atau sanksi yang berupa
pidana tertentu bagi siapa yang melanggar”(Moeljatno,1982:
commit to user
Wirjono Prodjodikoro berpendapat bahwa ”Tindak
pidana adalah suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan
hukuman dan pelakunya dikatakan sebagai subyek tindak
pidana”( Wirjono Prodjodikoro, 1996: 55).
Pengertian tindak pidana atau Strafbaarfeit yang diberikan oleh beberapa ahli tersebut menimbulkan
konsekuensi bahwa perbuatan pidana atau tindak pidana adalah
perbuatan yang dilarang yaitu melanggar suatu aturan hukum
pidana atau perbuatan yang tidak boleh dilakukan oleh suatu
aturan aturan hukum positif serta perbuatan yang apabila
melanggar diancam dengan pidana oleh karena itu suatu
perbuatan dapat dikatakan sebagai perbuatan pidana atau tindak
pidana apabila ada suatu kenyataan bahwa ada aturan yang
melarang perbuatan tersebut dan ancaman pidana bagi siapa
saja yang melanggar larangan tersebut, dalam larangan dan
ancaman tersebut terdapat hubungan yang erat. Oleh karena itu
antara peristiwa dan orang yang menimbulkan kejadian itu ada
suatu kemungkinan hubungan yang erat dimana satu dengan
yang lain tidak dapat dipisahkan. Guna menyatakan hubungan
yang erat itu maka digunakan perkataan perbuatan yaitu suatu
pengertian abstrak yang menunjukkan kepada dua keadaan
konkrit yaitu:
a. Adanya kejadian yang tertentu, serta
b. Adanya orang yang berbuat, yang menimbulkan kejadian
itu (Moeljatno, 1982 : 39).
b. Unsur-Unsur Tindak Pidana
Suatu perbuatan untuk dapat dikatakan sebagai perbuatan pidana
atau tindak pidana, maka perbuatan tersebut harus memenuhi unsur-unsur
commit to user
1) Subyek Tindak pidana
Siapa yang bisa menjadi subyek tindak pidana sebagaimana
tercantum dalam KUHP, yaitu seorang manusia sebagai pelaku, hal ini
terdapat dalam perumusan tindak pidana KUHP, sebagaimana
dikemukakan oleh Moeljatno yaitu:
“Yang dapat menjadi subyek tindak pidana sebagaimana tercantum dalam KUHP yaitu seorang manusia sebagai pelaku hal ini terdapat di dalam perumusan tindak pidana KUHP. Daya pikir merupakan syarat bagi subyek tindak pidana, juga pada wujud hukumnya yang tercantum dalam Pasal 2 KUHP yaitu hukuman penjara dan hukuman denda.” (Moeljatno, 1982: 54).
KUHP dalam perumusannya menggunakan kata “Barang
siapa”, hal ini menunjukkan yang menjadi subyek tindak pidana
adalah manusia. Namun dalam perkembangan selanjutnya dalam
pergaulan hidup kemasyarakatan bukan hanya manusia saja yang
terlibat, seperti contoh-nya badan hukum, sehingga yang dapat
memungkinkan melakukan tindak pidana bukan hanya manusia akan
tetapi badan hukum pun juga bisa melakukan tindak pidana karena
pada dasarnya badan hukum juga dapat melakukan perbuatan atau
tindakan yang dilakukan oleh manusia, sehingga bisa termasuk dalam
perumusan tindak pidana. Kemungkinan badan hukum atau
perundang-undangan yang berlaku, hukuman yang dikenakan dapat
berupa denda yang dibayarkan oleh badan hukum yang bersangkutan.
2) Harus Ada Perbuatan Manusia
Untuk menguraikan perbuatan manusia dalam
perkembangannya dapat dilihat dari aktifitasnya. Biasanya perbuatan
yang dilakukan bersifat positif atau aktif tetapi ada pula perbuatan
yang negatif atau pasif yang dapat dikatakan sebagai perbuatan pidana
commit to user
Contoh perbuatan negatif :
a) Mengetahui adanya permufakatan jahat tetapi tidak dilaporkan
walaupun ada kesempatan untuk melapor pada yang berwajib.
b) Tidak bersedia menjadi saksi
Akibat perbuatan manusia, merupakan syarat mutlak dari
perbuatan atau tindak pidana.
Contoh perbuatan positif :
a) Misal A. Membunuh B dengan alasan bahwa B telah membunuh C kakak
dari A. Memang di daerah yang bersangkutan ada anggapan bahwa
hutang nyawa harus dibayar dengan nyawa.
3) Bersifat Melawan Hukum
Mengenai sifat melawan hukum, merupakan sesuatu hal yang
sangat penting, karena dalam tindak pidana hal-hal yang bersifat tidak
melawan hukum sudah tidak lagi menjadi persoalan hukum pidana.
Pengertian melawan hukum itu sendiri ada dua, yaitu melawan hukum
formil dan melawan hukum materiil, seperti yang dikemukakan oleh
Moeljatno :
a) Melawan hukum formil, yaitu :
Apabila perbuatan telah sesuai dengan larangan Undang-Undang, maka disitu ada kekeliruan letak melawan hukumnya perbuatan sudah nyata, dan sifat melanggarnya ketentuan Undang-Undang kecuali jika termasuk perkecualian yang telah ditentukan oleh Undang-Undang.
b) Melawan hukum materiil, yaitu :
commit to user
Sifat melawan hukum materiil itu sendiri dibagi menjadi dalam
dua fungsi yaitu fungsi positif dan fungsi negatif, sedangkan di
Indonesia menganut sifat melawan hukum dalam fungsi positif. Disini
akan dijelaskan sifat melawan hukum dalam fungsi positif dan negatif
menurut Sudarto :
a) Sifat melawan hukum yang materiil dalam fungsi yang positif menganggap sesuatu perbuatan tetap sebagai suatu delik, meskipun tidak nyata diancam dengan pidana dalam undang-undang, apabila bertentangan dengan hukum atau ukuran-ukuran lain yang ada diluar undang-undang. Jadi disini diakui hukum yang tak tertulis sebagai sumber hukum yang positif.
b) Sifat melawan hukum yang materiil dalam fungsi negatif mengakui kemungkinan adanya hal-hal yang ada diluar Undang-Undang menghapus sifat melawan hukumnya yang memiliki rumusan Undang-Undang, jadi hal tersebut sebagai alasan penghapus sifat melawan hukum.( Sudarto, 1990 : 82 )
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan melawan hukum formil adalah telah memenuhi
unsur-unsur yang disebutkan dalam rumusan dari dalam
Undang-Undang dan sifat melawan hukumnya harus berdasar Undang-Undang-Undang-Undang.
Sedangkan yang dimaksud dengan melawan hukum materiil adalah
suatu perbuatan itu melawan hukum atau tidak dilihat dari
Undang-Undang dan juga aturan-aturan yang hukum yang tidak tertulis.
4) Kesalahan
commit to user
Kesalahan dalam arti bentuk kesalahan (schuldvorm) dibagi
menjadi dua yaitu :
a) Kesengajaan (dolus, opzet, vorsatz atau intention )
b) Kealpaan (culpa, onachtzaamheid, nelatigheid,
fahrlassigkeit atau negligence).
c. Macam-Macam Tindak Pidana
Ada berbagai macam tindak pidana menurut para pakar hukum,
tetapi disini hanya akan dibahas beberapa saja yang ada hubungannya
dengan tindak pidana trafficking, yaitu :
1) Materiil dan formil
a) Materiil
Suatu tindak pidana yang dilarang oleh Undang-Undang ialah akibatnya atau tindak pidana yang menitik beratkan pada terjadinya akibat. Misalnya: pembunuhan (Pasal 338 KUHP) yang dirumuskan sebagai suatu perbuatan yang mengakibatkan matinya orang lain.
b) Formil
Suatu tindak pidana yang perumusanya dititik beratkan kepada perbuatan yang dilarang. Perbuatan pidana tersebut telah selesai dilakukanya seperti yang tercantum dalam rumusan undang-undang. Misalnya : (Pasal 362 KUHP) yang dirumuskan sebagai suatu perbuatan mengambil barang milik orang lain secara tidak sah. (Sudarto, 1990: 57).
2) Sederhana dan berkualifikasi
a) Sederhana
Tindak pidana tanpa pemberatan, misal pencurian biasa (Pasal 362
KUHP).
b) Berkualifikasi
Tindak pidana yang diserta dengan pemberatan, misal pencurian
commit to user
3) Umum dan Khusus
a) Umum
Kejahatan yang dilakuan oleh setiap orang misalnya pencurian
biasa.
b) Khusus
Kejahatan yang hanya dapat dilakukan oleh orang tertentu dengan
jabatan tertentu misal korupsi.
4) Kejahatan dan Pelanggaran
Pembagian tindak pidana menjadi kejahatan dan pelanggaran
terdapat dalam KUHP yaitu Buku II KUHP yang mengatur kejahatan
dan buku III KUHP mengatur mengenai pelanggaran. Dalam KUHP
tidak dijelaskan secara rinci mengenai pembedaan tersebut.
Konsekuensi dari pembedaan tersebut adalah kejahatan diancam
pidana lebih berat, dan di bedakan antara kesengajaan dan kealpaan
serta percobaan dan penyertaan dalam kejahatan dapat dikenai pidana.
Sedangkan pelanggaran diancam pidana ringan, tidak ada pembedaan
sengaja maupun alpa serta dalam pelanggaran percobaan dan penyertaan tidak dapat dipidana.
5) Delik commissionis, delik ommisionis, delik commissionis per
ommissionis commisa
a) Delik commissionis adalah delik yang berupa pelanggaran terhadap
larangan, ialah berbuat sesuatu yang dilarang, misal : pencurian
(Pasal 362 KUHP).
b) Delik ommissionis adalah delik yang berupa pelanggaran terhadap
perintah, ialah tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan atau
diharuskan, misal : tidak menghadap sebagai sasi dimuka
pengadilan (Pasal 522 KUHP), tidak menolong orang yang
commit to user
c) Delik commisionis per ommissionen commissa adalah delik yang berupa pelanggaran terhadap larangan akan tetapi dapat dilakukan
dengan cara tidak berbuat. Misal: seorang ibu membunuh anaknya
dengan tidak memberi air susu (pasal 338, 340 KUHP).
d. Pengertian Trafficking
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007
tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang dapat diuraikan
sebagai berikut :
“Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan dan penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan uang atau memberikan bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan ekspolitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.”
Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah setiap tindakan atau
serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang
ditentukan dalam Undang-Undang ini. Korban adalah seseorang yang
mengalami penderitaan psikis, mental, fisik, seksual, ekonomi, dan/atau
sosial, yang diakibatkan tindak pidana perdagangan orang.
e. Aturan Hukum
Definisi trafficking sendiri sebenarnya cukup mudah dipahami oleh
masyarakat yaitu semua tindakan yang mengandung salah satu atau lebih
tindakan perekrutan, pengangkutan antar daerah atau antar negara,
pemindahtanganan, pemberangkatan, penerimaan dan penampungan
sementara disertai ancaman atau penggunaan kekerasan verbal atau phisik,
penculikan, penipuan, tipu muslihat, memanfaatkan posisi kerentanan
(tidak ada pilihan lain, terisolasi, ketergantungan obat, jebakan utang)
commit to user
dan anak untuk tujuan pelacuran, eksploitasi seksual, buruh imgran legal
maupun ilegal, adopsi anak, pembantu rumah tangga, pengantin pesanan,
industri pornografi, pengedar obat terlarang juga untuk kepentingan
pemindahan organ tubuh.
Dari pengertian di atas menjadikan banyak pihak dan masyarakat
"terbuka mata" menyadari dan mengerti bahwa apa yang terjadi di
lingkungan (keluarga, tetangga, lingkungan sekitar) sekitarnya seperti
definisi diatas adalah trafficking. Dalam kasus trafficking biasanya berkaitan dengan :
a) Kejahatan Terhadap Kesopanan Pasal 281- 303 KUHP di antaranya memudahkan perbuatan cabul (Pasal 295) Pencaharian atau Memudahkan Perbuatan Cabul (Pasal 296) perdagangan perempuan dan anak (Pasal 297, 298) eksploitasi anak di bawah umur 12 Tahun atau Penyalahgunaan Kedudukan/Kekuatan Orang Tua (Pasal 301).
b) Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang, atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetuujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 120.000.000,-(Seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 600.000.000,-(Enam ratus juta rupiah).
commit to user
commit to user
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan diatas dapat disusun
kerangka pemikiran sebagai berikut :
Bagan 1. Skematik Kerangka Pemikiran
Keterangan :
Perkara pidana terjadi karena tindak pidana (delict) atau perbuatan pidana yaitu berupa kejahatan atau pelanggaran. Kasus ini
merupakan tindak pidana trafficking dengan Putusan Nomor :
100/Pid.B/2010/PN. Klt.
Urutan perkara tersebut sebelum menjadi putusan di Pengadilan
Negeri Klaten, berkas diterima Jaksa Penuntut Umum yang dilimpahkan
oleh penyidik. Penuntut Umum memeriksa berkas tersebut apakah sudah TINDAK PIDANA TRAFFICKING
Putusan Nomor : 100/Pid.B/2010/PN. Klt
Undang-Undang Nomor 21 tahun 2007 Tentang Pemnberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang
PEMBUKTIAN
PERTIMBANGAN HAKIM
PUTUSAN HAKIM HAKIM
commit to user
lengkap dan benar. Penuntut Umum mengumpulkan pembuktian tindak
pidana yang terjadi berdasarkan alat bukti yaitu keterangan saksi,
keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa dalam
menerapkan pasal yang nantinya digunakan sebagai dasar penuntutan
dengan menerapkan pasal yang sesuai dengan tindak pidana yang
dilakukan. Setelah semua dianggap lengkap dan sesuai Penuntut Umum
dapat menyusun surat dakwaan, selanjutnya Surat Dakwaan dilimpahkan
kepada pihak Pengadilan.
Pertimbangan Hakim sesuai dengan fakta hukum pada perkara
tindak pidana trafficking tersebut di atas. Pertimbangan seorang Hakim sangat penting dilakukan sebelum memutus suatu perkara pidana, dengan
pertimbangan yang dikumpulkan oleh Hakim diharapkan tidak terjadi
kesalah pahaman dalam penegakkan hukum di Indonesia. Pada kasus
tersebut di atas Hakim melakukan pertimbangan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang dan KUHP. Setelah semua penilaian upaya hukum
alat bukti dan pemeriksaan saksi dianggap selesai oleh Hakim
berdasarkan pertimbangan Hakim, maka Hakim dapat memutus suatu
perkara tindak pidana sesuai dengan tindak pidana yang dilakukan oleh
terdakwa. Adapun sistem penjatuhan hukuman yang ditentukan dalam
pasal-pasal pidana yang bersangkutan. Yang berhubungan dengan
pertimbangan Hakim dalam menilai upaya hukum dan alat bukti yang
dihadirkan Penuntut Umum dalam memeriksa dan memutus perkara
commit to user
31
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan telaah terhadap bahan hukum yang peneliti kumpulkan,
berikut merupakan hasil penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Identitas Terdakwa
N a m a : SUYANTI Binti MARDI SUWARNO
Tempat lahir : Klaten
Umur : 39 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Kebangsaan : Indonesia
Tempat tinggal : Dk. Ngaran Rt.01 Rw.01, Ds. Mlese, Kec. Ceper,
Kabupaten Klaten
Pekerjaan : Dagang
Agama : Islam
2. Kasus Posisi
Adapun uraian perkara atau kasus posisi yang selengkapnya adalah
sebagai berikut :
Pada hari dan tanggal yang sudah tidak dapat dingat lagi secara pasti
pada bulan september 2009 sampai dengan bukan Nopember 2009 sekitar
pukul 14.00 wib atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun
2009, Bertempat di Hotel Jonggrang Kec Colomadu, Kab. Karanganyar atau
setidak-tidaknya ditempat-tempat lain yang masih termasuk hukum
Pengadilan Negeri Karanganyar.
Terdakwa Suyanti Binti Mardi Suwarno pada awal bulan september
2009 sekitar jam 14.00 saat terdakwa pulang dari bekerja melihat Diki (Anak
Terdakwa) bersama pacarnya saksi Nur Yulistina Widyaningrum di dalam
kamar sedang bemesraan dengan adanya kejadian tersebut terdakwa
berpikiran kalau perbuatan anak terdakwa dengan saksi sudah melebihi