• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

2. Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Tindak

Trafficking

Hakim memiliki kebebasan dalam menjatuhkan putusan terhadap setiap perkara yang diperiksa dan diadilinya. Seorang pelaku tindak pidana, dia dikatakan melakukan suatu tindak pidana jika semua unsur-unsur yang

commit to user

didakwakan kepadanya terbukti melalui fakta-fakta dalam persidangan dan hakim telah memiliki keyakinan bahwa terdakwa benar-benar telah melakukan tindak pidana tersebut. Jika unsur-unsur yang didakwakan tersebut tidak terpenuhi, maka terdakwa akan mendapatkan putusan bebas. Hal-hal yang harus dipertimbangkan hakim dalam menjatuhkan putusan antara lain :

a. Pertimbangan mengenai peristiwanya, ialah apakah terdakwa telah melakukan perbuatan yang dituduhkan kepadanya.

b. Pertimbangan mengenai hukumnya, ialah apakah perbuatan yang dilakukan terdakwa bersalah dan dapat dipidana.

c. Pertimbangan mengenai pidananya, apabila terdakwa memang dapat dipidana.

Seorang terdakwa yang telah dinyatakan bersalah oleh hakim karena telah terbukti bersalah dan telah terpenuhinya unsur-unsur yang didakwakan kepadanya, maka hakim juga memiliki kebebasan untuk menetapkan jenis pidana, cara pelaksanaan pidana dan tinggi rendahnya pidana. Meski demikian, hakim dalam menjalankan kebebasannya tersebut tetap harus bersikap obyektif agar pemidanaan yang dilakukan dapat memberikan keadilan bagi semua pihak dan dapat memperbaiki keadaan agar tindak pidana tersebut tidak terulang dikemudian hari.

Dalam penulisan hukum ini, penulis melakukan penelitian mengenai dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara Tindak Pidana Trafficking dengan cara menganalisis putusan yang dijatuhkan kepada pelaku tindak pidana Trafficking. Adapun modus operandinya adalah dengan sengaja melakukan tipu muslihat dan membujuk anak untuk melakukan persetubuhan dengan orang lain yang dilakukan beberapa kali”.

Menimbang, bahwa untuk memenuhi kriteria elemen pasal 65 ayat (1) KUHP haruslah terdapat suatu fakta bahwa perbuatan terdakwa harus ditunjukan dan dilakukan terhadap beberapa orang yang artinya korbannya harus lebih dari satu orang, sehingga dengan demikian tidak perlu dipersoalkan berapa jumlah korban sesungguhnya atau tidak perlu dipersoalkan berapa kali terdakwa melakukan perbuatan terhadap orang lain,

commit to user

yang dalam perkara ini tidak perlu dipersoalkan benar tidaknya terdakwa telah merugikan korban yang lainnya, melainkan cukup terdapat korban lebih dari satu orang.

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan tersebut, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur: “ Melakukan beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri sehingga merupakan beberapa kejahatan “, telah terbukti secara sah dan meyakinkan dan terpenuhi dalam perbuatan terdakwa.

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan tersebut diatas, maka semua unsur-unsur pasal yang didakwakan kepada terdakwa telah terpenuhi dengan perbuatan terdakwa maka terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan ditambah keyakinan Majelis Hakim bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana kejahatan: “DENGAN SENGAJA MELAKUKAN TIPU MUSLIHAT DAN MEMBUJUK ANAK UNTUK MELAKUKAN PERSETUBUHAN DENGAN ORANG LAIN YANG DILAKUKAN BEBERAPA KALI”, sehingga oleh karena itu terdakwa harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana.

Menimbang, bahwa sepanjang pemeriksaan di persidangan tidak terbukti adanya faktor-faktor yang dapat menghapuskan kesalahan terdakwa yaitu berupa alasan pemaaf atau alasan pembenar, dan tidak pula terdapat faktor-faktor yang menghapus sifat melawan hukum perbuatan terdakwa, sehingga terdakwa harus bertanggung jawab atas perbuatannya atau terdakwa harus dijatuhi pidana.

Menimbang, bahwa oleh karena selama dalam pemeriksaan perkara ini Terdakwa berada dalam tahanan, maka lamanya masa penahanan yang telah dijalankan oleh Terdakwa akan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

Menimbang, bahwa selama pemeriksaan dipersidangan Terdakwa dikenakan penahanan dan karena pidana yang akan dijatuhkan kepada Terdakwa lebih lama dari masa penahanan yang telah dijalaninya, maka

commit to user

kepada Terdakwa harus diperintahkan untuk tetap berada dalam tahanan, lagi pula Majelis Hakim tidak menemukan alasan untuk mengalihkan atau menangguhkan penahanan Terdakwa sebagaimana ditentukan dalam Pasal 21 ayat (4) KUHAP.

Menimbang, bahwa tentang nota pembelaan dari Penasehat Hukum Terdakwa yang pada pokoknya sependapat dengan pendapat Penuntut Umum dalam Surat Tuntutannya bahwa terdakwa Ny. Suyanti Binti Mardi Suwarno terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang sebagai dakwaan alternative kedua, bahwa selanjutnya selaku Penasehat Hukum terdakwa melihat adanya perubahan pada diri terdakwa yang pada awal persidangan menunjukan sikap yang kurang kooperatif yang cenderung mengingkari perbuatan yang didakwakan kepadanya, dan pada sidang-sidang berikutnya sikap terdakwa berubah pada kecenderungan telah tumbuhnya pengertian bahwa perbuatan tersebut adalah salah dan meresahkan banyak orang serta merusak masa depan anak-anak dan terdakwa sangat menyesali perbuatannya dan menyatakan telah bertobat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan tidak akan melakukan perbuatan pidana lagi. Berdasarkan hal tersebut Penasehat Hukum terdakwa mohon kepada Majelis Hakim berkenan memutuskan perkara dengan seadil-adilnya yang bermanfaat bagi terdakwa.

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim mempelajari dan memperhatikan serta menelaah Nota Pembelaan dari Penasehat Hukum Terdakwa dan Permohonan Keringanan Hukuman dari terdakwa, Majelis Hakim berpendapat ternyata Nota Pembelaan dari Penasehat Hukum Terdakwa dan Permohonan Keringanan Hukuman dari terdakwa tersebut tidak dapat melunakan (melemahkan) unsur-unsur yang terpenuhi oleh perbuatan terdakwa seperti apa yang telah dipertimbangkan oleh Majelis Hakim sebagaimana terurai diatas, sehingga dengan demikian Nota Pembelaan dari Penasehat Hukum Terdakwa dan Permohonan Keringanan Hukuman dari

commit to user

terdakwa, tersebut tidak dapat melemahkan atau menggugurkan unsur-unsur yang telah terbukti secara sah dan meyakinkan tersebut.

Menimbang, bahwa selain adanya kewajiban untuk menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat, dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, Hakim wajib memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa (Pasal 8 ayat (2) Undang-undang Nomor. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman).

Menimbang, bahwa untuk itu sebelum menjatuhkan pidana terhadap diri terdakwa, Majelis Hakim terlebih dahulu akan mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan maupun yang meringankan terdakwa harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Hal-hal yang memberatkan :

- Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat.

- Perbuatan terdakwa tersebut mengakibatkan saksi korban NUR YULISTINA WIDYANINGRUM, DEWI SURYANI, FIFI

AYU SETYANINGSIH, DERSY NACTA PUTRI

CHRISWIARSANTI, dan AMIK MAISYAROH menjadi tereksploitasi seksual sehingga nama baiknya menjadi tercemar dan sering diejek oleh teman-temannya.

- Terdakwa melakukan perbuatannya tersebut terhadap anak yang seharusnya ia lindungi.

- Terdakwa mendapatkan keuntungan berupa uang sebagai imbalan jasa dalam perantara memperdagangkan anak perempuan.

Hal-Hal yang meringankan : - Terdakwa belum pernah dihukum.

- Terdakwa sopan dipersidangan dan mengakui terus terang sehingga memperlancar jalannya sidang.

commit to user

- Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi.

Menimbang, bahwa selanjutnya untuk memberikan takaran yang tepat mengenai pidana yang akan dijatuhkan terhadap diri terdakwa, Majelis Hakim berpendapat bahwa perlu dipertimbangkan variabel-variabel yang melingkupi penjatuhan pidana dengan menengok dimensi sosio-yuridis, agar sebuah putusan pemidanaan tidak kurang dan jauh dari nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan, mengingat hukum adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya manusia untuk hukum, pula mengingat eksistensi hukum itu tidak berada di alam hampa nilai tanpa makna hakiki. Variabel-variabel pertimbangan itu menurut Majelis Hakim antara lain sebagai berikut :

- Bahwa merupakan prinsip dalam penjatuhan pidana harus sebanding dengan bobot kesalahan terdakwa. Sebuah hukuman tidak boleh mencerminkan kesewenang-wenangan tanpa menengok fungsi dan arti dari hukuman itu sendiri. Hukuman harus mempertimbangkan segi manfaat dan kerusakan terhadap diri (jiwa raga) terdakwa;

- Bahwa hakikat penghukuman itu harus merefleksikan tujuan pembinaan dan pengajaran bagi diri terdakwa, yang pada gilirannya terdakwa bisa merenungi apa yang telah diperbuatnya. Dari sanalah diharapkan pula akan timbul perasaan jera pada diri terdakwa, yang pada gilirannya bisa mencegah orang lain pula agar tidak melakukan kesalahan serupa;

- Bahwa terdakwa telah menyatakan penyesalannya dan berjanji tidak akan mengulagi perbuatan serupa dikemudian hari, karena alasan itu terdakwa memohon keringanan pidana;

Menimbang, bahwa karena terdakwa dinyatakan terbukti bersalah dan dijatuhi pidana maka terdakwa harus pula dibebani membayar biaya perkara.

commit to user

52

BAB IV. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis yuridis putusan hakim dalam tindak pidana trafficking Nomor 100/Pid.B/2010/PN. Klt dan yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan tindak pidana trafficking maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Analisis Yuridis Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Trafficking

Nomor 100/Pid.B/2010/PN. Klt

Dengan mengetahui secara umum pengaturan Tindak Pidana Trafficking dalam peraturan perundang-undangan, maka penuntut umum dapat menjadikannya sebagai acuan dalam menentukan ketentuan hukum mana yang tepat untuk menjerat terdakwa dalam melakukan Tindak Pidana trafficking. Kemudian berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dari hasil pemeriksaan penyidikan dan oleh karena penuntut umum membuat surat dakwaan dalam bentuk dakwaan kombinasi, hakim memilih dakwaan yang paling benar dan terbukti yaitu melanggar Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak jo. Pasal 65 (1) KUHP.

Setiap orang atau subyek hukum baik perseorangan (persoonlijke) atau Badan Hukum (rechtpersoon) sebagai pendukung hak dan kewajiban yang melakukan perbuatan pidana dan mampu bertanggung jawab yang identitasnya sebagaimana dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum. Berdasarkan keterangan dari terdakwa, saksi-saksi di persidangan serta dihubungkan dengan barang bukti yang diajukan dimuka persidangan terbukti bahwa identitas terdakwa tidak disangkal kebenarannya sehingga tidak terjadi error in persona bahwa terdakwalah tersangka dalam penyidikan yang diduga telah melakukan tindak pidana yang menjadi dasar dakwaan Jaksa Penuntut Umum.

commit to user

Dari fakta-fakta hukum tersebut telah terbukti bahwa terdakwa dengan tipu muslihat dan membujuk/merayu telah mengajak saksi korban yakni Nur Yulistina Widyaningrum, Dewi Suryani, Dersy Nacta Putri, Amik Maisyaroh dan Fifi Ayu Setyaningsih untuk mau disetubuhi oleh laki-laki untuk mendapatkan imbalan sejumlah uang, dan terdakwa telah membawa saksi Nur Yulistina Widyaningrum, Dewi Suryani, Dersy Nacta Putri, Amik Maisyaroh dan Fifi Ayu Setyaningsih untuk dipertemukan dengan laki-laki yang akan menyetubuhinya dalam hal dengan saksi Widiyono.

Terdakwa disini melanggar Pasal 81 ayat (2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak jo. Pasal 65 (1) KUHP. Terdakwa di pidana penjara selama : 6 (enam) tahun dan pidana

denda sebesar Rp. 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) dengan ketentuan

apabila denda tersebut tidak dibayar, akan diganti dengan pidana kurungan

selama : 3 (tiga) bulan. Menetapkan lamanya terdakwa ditahan dikurangkan

seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Karena terdakwa dinyatakan terbukti bersalah dan dijatuhi pidana maka terdakwa harus pula dibebani membayar biaya perkara.

2. Hal Yang Menjadi Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Tindak Pidana Trafficking

Dalam hal menjatuhkan putusan, Hakim harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Pertimbangan mengenai peristiwanya, ialah apakah terdakwa telah melakukan perbuatan yang dituduhkan kepadanya

2. Pertimbangan mengenai hukumnya, ialah apakah perbuatan yang dilakukan terdakwa bersalah dan dapat dipidana

3. Pertimbangan mengenai pidananya, apabila terdakwa memang dapat dipidana.

commit to user

Dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara Tindak Pidana Trafficking dengan cara menganalisis putusan yang dijatuhkan kepada pelaku tindak pidana Trafficking. Adapun modus operandinya adalah “dengan sengaja melakukan tipu muslihat dan membujuk anak untuk melakukan persetubuhan dengan orang lain yang dilakukan beberapa kali”.

Menimbang, bahwa selama pemeriksaan dipersidangan Terdakwa dikenakan penahanan dan karena pidana yang akan dijatuhkan kepada Terdakwa lebih lama dari masa penahanan yang telah dijalaninya, maka kepada Terdakwa harus diperintahkan untuk tetap berada dalam tahanan, lagi pula Majelis Hakim tidak menemukan alasan untuk mengalihkan atau menangguhkan penahanan Terdakwa sebagaimana ditentukan dalam (Pasal 21 (4) KUHAP).

Menimbang, bahwa selain adanya kewajiban untuk menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat, dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, Hakim wajib memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa Pasal (8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman).

Menimbang, bahwa untuk itu sebelum menjatuhkan pidana terhadap diri terdakwa, Majelis Hakim terlebih dahulu akan mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan maupun yang meringankan terdakwa harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Hal-hal yang memberatkan :

- Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat.

- Perbuatan terdakwa tersebut mengakibatkan saksi korban NUR YULISTINA WIDYANINGRUM, DEWI SURYANI, FIFI

AYU SETYANINGSIH, DERSY NACTA PUTRI

CHRISWIARSANTI, dan AMIK MAISYAROH menjadi tereksploitasi seksual sehingga nama baiknya menjadi tercemar dan sering diejek oleh teman-temannya ;

commit to user

- Terdakwa melakukan perbuatannya terhadap anak yang seharusnya ia lindungi;

- Terdakwa mendapatkan keuntungan berupa uang sebagai imbalan jasa dalam memperdagangkan perempuan.

Hal-Hal yang meringankan : - Terdakwa belum pernah dihukum.

- Terdakwa sopan dipersidangan dan mengakui terus terang sehingga memperlancar jalannya sidang .

- Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi

Menimbang, bahwa karena terdakwa dinyatakan terbukti bersalah dan dijatuhi pidana maka terdakwa harus pula dibebani membayar biaya perkara;

commit to user

B. Saran

1. Memperhatikan prinsip kehati-hatian dan kecermatan Penuntut Umum dalam merumuskan bentuk surat dakwaan. Peristiwa tindak pidana trafficking yang dilakukan oleh terdakwa diperlukan kecermatan menyusun rumusan dan bentuk surat dakwaan kaitannya dengan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan tindak pidana trafficking, sistem penjatuhan hukuman yang ditentukan dalam Pasal-Pasal pidana yang bersangkutan. Kekeliruan penyusunan rumusan dan bentuk surat dakwaan dalam tindak pidana trafficking, bisa mengakibatkan penerapan hukum yang fatal bagi pengadilan dalam menjatuhkan hukuman yang hendak dikenakan kepada terdakwa tindak pidana trafficking.

2. Hakim menjatuhkan hukuman 6 (enam) tahun penjara kepada terdakwa dan denda sebesar Rp.60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) lebih ringan dari tuntuan jaksa yaitu selama 7 (tujuh) tahun penjara kepada terdakwa dan denda sebesar Rp.120.000.000,00. Menurut peneliti hukuman yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak sebanding dengan perbuatan tindak yang dilakukan oleh terdakwa yaitu mengiggat para korban masih anak-anak dan masih mempunyai masa depan yang panjang secara tidak langsung terdakwa menghancurkan masa depan para korban.

3. Perlunya pelaksanaan Undang-Undang tentang trafficking yang dirasa belum maksimal, dimana Hakim harus mempertimbangkan penggunaan Undang- Undang tentang Trafficking secara lebih maksimal. Dimana seorang anak juga membutuhkan perlindungan hukum.

commit to user

DAFTAR PUSTAKA Dari buku

Adami Chazawi. 2002. Kemahiran dan Keterampilan Praktik Hukum Pidana. Malang: Bayu Media.

Johnny Ibrahim. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang: Bayumedia Publishing.

Lilik Mulyadi. 2007. Tindak Pidana Korupsi di Indonesia. Bandung :Penerbit Alumni.

Martiman Prodjohamidjojo 1982. Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia I. Jakarta : Pradnya Paramita.

Muladi, Barda Nawawi Arief. 1998. Teori-Teori dan Kebijakan Pidana. Bandung :. Penerbit Alumni.

Moeljatno. 1982. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta : PT Rineka Cipta.

M. Yahya Harahap. 2000. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Jakarta: Sinar Grafika.

Peter Mahmud Marzuki. 2006. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana. Purnianti.1998. Kenakalan Anak Dalam Pendekatan Sosiologis. Jakarta :Mitra Citra Aditya

R. Soesilo. 1995. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Sukabumi: Politeia. Bogor

Sudikno Mertokusumo. 1981. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta: Liberty.

Sudarto. 1990. Hukum Pidana I. Semarang : Yayasan Sudarto Wirjono Prodjodikoro. 1986. Tindak-tindak Pidana Tertentu di

commit to user

Dari Undang-Undang

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana(KUHAP).

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Dokumen terkait