• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

1. Analisis Yuridis Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana

Nomor 100/Pid.B/2010/PN. Klt

Mencermati paparan kasus posisi, surat dakwaan, tuntutan, keterangan saksi, dan hal-hal yang menjadi pertimbangan hakim selanjutnya peneliti akan menguraikan pembahasan sebagai berikut. Menguasai hukum materiil secara baik, termasuk juga mengenai dasar hukum yang tepat untuk menjerat perbuatan terdakwa.

Kemudian berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dari hasil pemeriksaan penyidikan dan oleh karena penuntut umum membuat surat dakwaan dalam bentuk dakwaan kombinasi. Dengan alasan pembuktian mengenai unsur Pasal tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :

1. Unsur “Setiap Orang”

Unsur Setiap Orang adalah setiap orang atau subyek hukum baik perseorangan (persoonlijke) atau Badan Hukum (rechtpersoon) sebagai pendukung hak dan kewajiban yang melakukan perbuatan pidana dan mampu bertanggung jawab yang identitasnya sebagaimana dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum. Berdasarkan keterangan dari terdakwa, saksi-saksi

commit to user

di persidangan serta dihubungkan dengan barang bukti yang diajukan dimuka persidangan terbukti bahwa identitas terdakwa tidak disangkal kebenarannya sehingga tidak terjadi error in persona bahwa terdakwalah tersangka dalam penyidikan yang diduga telah melakukan tindak pidana yang menjadi dasar dakwaan Jaksa Penuntut Umum.

Menurut penulis bahwa unsur “Setiap Orang” telah dapat dibuktikan secara sah dan meyakinkan dan telah terpenuhi;

2. Unsur “Dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian

kebohongan, atau membujuk anak untuk bersetubuh dengannya atau dengan orang lain”

Unsur ini terdapat alternatif kwalifikasi tindak pidana, yaitu : melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan dan membujuk akan menguraikan pengertian dari masing-masing kwalifikasi tindak pidana tersebut.

pengertian “Tipu Muslihat” adalah terjemahan dari perkataan “listige kunstgrepen”, yaitu: tindakan-tindakan yang sedemikian rupa sehingga menimbulkan kepercayaan atau memberikan kesan kepada orang yang digerakkan seolah-olah keadaannya adalah sesuai dengan kebenaran. Dalam hal ini tidaklah perlu bahwa tipu muslihat itu harus terdiri dari beberapa perbuatan, melainkan dengan satu perbuatan tunggal pun sudah cukup untuk mengatakan bahwa disitu telah dipakai suatu tipu muslihat.

Sedangkan pengertian “serangkaian kebohongan” adalah terjemahan dari perkataan “samenweefsel van verdichtsels”, yaitu: dimana perbuatan seseorang dalam hal ini haruslah terdiri dari “pembicaraan” yang tidak sesuai dengan kebenaran dan bukannya terdiri dari tindakan- tindakan dimana susunan kata-kata yang dipergunakan itu haruslah terjalin sedemikian rupa, sehingga kata-kata itu mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lain dan menimbulkan kesan seolah-olah kata-kata yang satu itu membenarkan kata-kata yang lain.

commit to user

Pengertian “membujuk” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah berusaha meyakinkan seseorang dengan kata-kata manis dan sebagainya bahwa yang dikatakan benar (untuk mengikat, menipu, dan sebagainya), merayu.

Menurut penulis kualifikasi tindak pidana yang terbukti sesuai dengan fakta yang terungkap di persidangan sebagaimana pengertian dari masing-masing kwalifikasi yang telah diuraikan diatas. Dari fakta-fakta hukum tersebut telah terbukti bahwa terdakwa dengan tipu muslihat dan membujuk/merayu telah mengajak saksi korban yakni Nur Yulistina Widyaningrum, Dewi Suryani, Dersy Nacta Putri, Amik Maisyaroh dan Fifi Ayu Setyaningsih untuk mau disetubuhi oleh laki-laki untuk mendapatkan imbalan sejumlah uang, dan terdakwa telah membawa saksi Nur Yulistina Widyaningrum, Dewi Suryani, Dersy Nacta Putri, Amik Maisyaroh dan Fifi Ayu Setyaningsih untuk dipertemukan dengan laki-laki yang akan menyetubuhinya dalam hal dengan saksi Widiyono.

3. Unsur “Melakukan beberapa perbuatan yang harus dipandang

sebagai perbuatan yang berdiri sendiri sehingga merupakan beberapa kejahatan”

Untuk memenuhi kriteria elemen Pasal 65 ayat (1) KUHP haruslah terdapat suatu fakta bahwa perbuatan terdakwa harus ditujukan dan dilakukan terhadap beberapa orang yang artinya korbannya harus lebih dari satu orang, sehingga dengan demikian tidak perlu dipersoalkan berapa jumlah korban sesungguhnya atau tidak perlu dipersoalkan berapa kali terdakwa melakukan perbuatan terhadap orang lain, yang dalam perkara ini tidak perlu dipersoalkan benar tidaknya terdakwa telah merugikan korban yang lainnya, melainkan cukup terdapat korban lebih dari satu orang, fakta yang terungkap selama pemeriksaan persidangan berdasarkan keterangan saksi Fifi Ayu Setyaningsih, saksi Dercy Nacta Putri, saksi Nur Yulistina Widyaningrum, saksi Ny. Ariyanti Budi Rochayati, saksi Ny. Christiani Budi Anastuti, saksi Tugito, saksi Dewi Suryanti, saksi Amik

commit to user

Maisyaroh, saksi Kasimin, saksi Ny. Sukarni, saksi Widiyono dan keterangan terdakwa Ny. Suyanti. Serta dihubungkan dengan adanya barang bukti sebagaimana yang diajukan di muka persidangan dan hasil Visum Et Repertum dari masing-masing saksi korban.

Menurut penulis bahwa unsur: “Melakukan beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri sehingga merupakan beberapa kejahatan“, telah terbukti secara sah dan meyakinkan dan terpenuhi dalam perbuatan terdakwa. Sebagaimana dalam ketentuan Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak selain dikenakan pidana penjara kepada Terdakwa juga dikenakan pidana denda yang besarnya ditentukan di dalam putusan.

Melihat dari hasil putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klaten Nomor 100/Pid.B/2010/PN. Klt, sangat disayangkan bahwa Hakim lemah dalam memberikan sanksi pidana kepada terdakwa Suyanti Binti Mardi Suwarno. Padahal, apabila dilihat dari akibat perbuatan tindak pidana yang dilakukan terdakwa terhadap anak menyebabkan derita psikis serta psikologis yang dialami korban, yang seharusnya ia lindungi dan terdakwa mendapatkan keuntungan berupa uang sebagai imbalan jasa dalam perantara memperdagangkan anak perempuan yang masih dibawah umur. Maka tindak pidana ini tidak bisa digolongkan sebagai tindak pidana yang ringan. Tetapi pidana yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klaten disini tidak sebanding dengan akibat dari perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa terhadap tumbuh kembang masa depan para korban yang masih dibawah umur.

Dokumen terkait