• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kartini dalam Bingkai Sejarah 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kartini dalam Bingkai Sejarah 1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Kartini dalam Bingkai Sejarah1 Oleh: Exsan Ali Setyonugroho2

”Bagi saya hanya ada dua macam keningratan : keningratan pikiran dan keningratan budi. Tidak ada yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya daripada melihat orang yang membanggakan asal keturunannya…” (Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899).

Dalam politik etis yang merupakan sebab awal dan cikal bakal pergerakan nasional, ada tiga macam hal yang disoroti, yakni irigasi; transmigrasi dan edukasi. Adanya politik demikian tak lepas dari peran seorang Belanda bernama Eduard Dowes Dekker yang mengarang sebuah roman berjudul Max Havellar dengan nama pena Multatuli yang artinya “aku yang menderita”, ia merupakan orang sumber inspirasi bagi tokoh-tokoh Indonesia selanjutnya semisal Pramoedya Ananta Toer sampai WS Rendra dan tak terkecuali Kartini.

Namun kesemuanya dari politik etis tersebut hanya dimanfaatkan oleh pihak kolonial untuk kepentingannya sendiri. Semisal transmigrasi hanya dipakai untuk memindahkan orang ketempat perkebunan yang kekurangan buruh. Irigasi hanya untuk mengairi sawah-sawah atau perkebunan milik kolonial. Akan tetapi edukasi berkata lain, banyak dari sini putra-putri bangsa terbaik lahir dan belajar pendidikan, yang kemudian dijadikan bekal oleh mereka berjuang merebut kemerdekaan.

Akan tetapi dalam hal edukasi (pendidikan), masih ada diskriminasi dari pemerintah. Terutama dalam hal penyaringan peserta didik yang masuk. Kebanyakan yang masuk adalah golongan bangsawan dan priyayi, oleh sebab itu rakyat kecil buruh nelayan dan sebagainya tidak dapat masuk sekolah. Dengan keadaan yang demikan masih terjadi kesenjangan sosial. Adalah Kartini satu diantara banyak wanita yang memperjuangan hak-hak dari golongan tersebut untuk belajar yang terutama adalah wanita. Ia mendirikan sekolah di Jepara hingga Rembang.

Kartini, sosok perempuan yang masih relevan hingga sekarang. Tulisan-tulisannya banyak dikaji oleh banyak pihak, untuk kebergunaan sekarang. Perempuan yang lahir 21 April 1879 ini jika ditelisik melalui garis sejarahnya memang merupakan sosok yang layak jadi panutan. Jelas tulisan dan tindakannya masih relevan hingga sekarang. Maka dari itu perlu adanya kajian untuk melanjutkan perjuangan-perjuangan dari Kartini, tanpa merendahkan bahkan menghilangkan para pahlawan lain.3

1 . didiskusikan untuk Sekolah Tan Malaka, pada 11 April 2014 di Rumah Buku Simpul Semarang (RBSS)

2. Mahasiswa sejarah Unnes, Pegiat sejarah Pergerakan

(2)

Kartini adalah pelopor dari gerakan relovusi Indonesia sejak awal, setelah itu baru munculah banyak tokoh pergerakan mulai Ki Hajar Dewantara, HOS Cokroaminoto hingga Soekarno.4 Ia lahir dari ayah seorang bupati Jepara bernama R.M. Sosroningrat dari istri selir (garwa ampil) yang dipisahkan oleh sitem feodal dikemudian. Kartini tumbuh menjadi gadis dengan peka sosial dan jiwa kesatria. Sikap dari ayahnya yang mendukung aktivitas anak-anaknya-pun juga termasuk yang melatarbelakangi munculnya sifat kartini tersebut. Setalah itu, kartini sosok perempuan cerdas sering membaca karya Eduard Dowes Dekker yang berjudul Max Havelar, berisi tentang kritikan-kritikan terhadap kolonialisme yang memeras habis tenaga dan menyita kemerdekaan rakyat Hindia Belanda dahulu. Ayahnya juga sering mengajak anak-anaknya termasuk kartini untuk melihat berbagai keadaan yang menimpa rakyat. Seperti ungkapan adik kartini bernama kardinah berikut; “Setelah sudah agak besar, kami (anak-anak R.M. Sosroningrat) sering disuruh oleh rama (bapak) untuk ikut meninjau tempat-tempat penderitaan rakyat. Maksud rama supaya kami melihat sendiri dari dekat bencana-bencana yang menimpa rakyat itu dan mendapat kesan bagaimana susahnya hidup mereka yang melarat dan hina itu,” tulis Kardinah dalam suratnya tanggal 25 Maret 1964 kepada Sitisoemandari Soeroto, penulis Kartini Sebuah Biografi. Sering juga kartini dan adik-adiknya setelah dewasa banyak blusukan ketempat-tempat yang jauh dan bahkan tak sepengetahuan ayahnya. Untuk sekedar mengetahui dan tak jarang juga membantu bagi orang-orang kecil yang masih terus dihisap dalam sitem politik kolonial di masa tanam paksa. Ia bahkan sempat menjadi donatur bagi setiap orang yang datang ke pendopo kabupaten Jepara.

Perlu diketahui bahwa Kartini bukanlah satu-satunya anak dari bupati R.M. Sosroningrat yang memiliki sikap yang peka akan sosial. Ini jarang ditemui di kalangan bangsawan lain bahwa anak-anaknya memiliki sikap demikian, yang umum adalah anak-anak bangsawan itu tidak pernah atau jarang bersinggungan dengan kehidupan luar yang keras, budaya bangsawan adalah anak perempuan tidak boleh keluar setiap saat. Maka dari itu timbulah sikap individual dan terkadang mengeklusifkan dirinya sendiri. Ini lain dengan

sastrawan seperti penyair Chairil Anwar yang juga menangkap semangat 45 pada waktu itu.Dalam sajaknya “Persetujuannya dengan bung karno”, Chairil menulis: Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu, tetapi di sajak “Kerawang Bekasi” dia juga menulis: Kenang, kenanglah kami/ Teruskan, teruskan jiwa kami/ Menjaga Bung Karno menjaga Bung Hatta menjaga Bung Sjahrir. Revolusi nasional milik semua, termasuk semua rakyat miskin pula yang angkat bambu runcing. Bukan hanya itu, “17 Agustus” juga merupakan simbol hasil dari proses yang sudah berlangsung lama. Mungkin bisa diperdebatkan kapan titik awal bangkitnya revolusi nasional Indonesia. Saya kira, saya sendiri sependapat atau sejiwa dengan pandangan Pramoedya Ananta Toer bahwa semuanya dimulai oleh Kartini. Kartini menolak total kedudukannya sebagai seorang kawula yang nasibnya akan ditentukan oleh kekuatan “semi-gaib” (feodal dan kolonial). Dia sangat terobsesi dengan pendidikan, pengetahuan dan kebebasan adalah pemikir pembebas pertama dalam proses awal revolusi nasional. Sesudah Kartini, mulai muncul tokoh-tokoh lainnya: Tirto Adhisuryo, Ki Hajar Dewantara; Tjokroaminoto, Haji Misbach, Semaun, dan banyak lagi.

(3)

keluarga Kartini, Kakak dan adiknya pun memiliki sikap yang serupa, bahkan kardinah sendiri adik Kartini adalah pejuang pendidikan di daerah Tegal. Setelah menikah dengan Patih Soejitno, anak Bupati Tegal Ario Reksonegoro, pada 24 Januari 1902, Kardinah mulai mewujudkan cita-cita Het Klaverblad (daun semanggi) atau “Tiga Saudara” –julukan yang Nyonya Ovink-Soer, istri asisten residen Jepara, berikan kepada Kartini, Rukmini, dan Kardinah.5 Setelah Kartini wafat, Kardinah melanjutkan cita-cita Kartini dengan mendirikan sekolah bernama Wismo Pranowo (WP) di tegal pada 1 Maret 1916, yang biaaya operasioanlnya ditanggung masyarakat yang mampu atau dari keluarga.

Kartini pada saat remaja telah disekolahkan oleh ayahnya yang berpikiran maju itu kedalam sekolah umum, pada saat itu ia masuk Europese Lagere School (ELS) dari tahun 1885-1892. Kartini adalah satu-satunya perempuan pribumi yang ada disana, teman perempuan Kartini hanya anak-anak menir Belanda, jadi tak heran bahwa kartini sering bercengkrama dengan temannya belanda, karena memang anak perempuan pribumi tidak ada. Ini terjadi karena penyaringan yang dilakukan oleh belanda, hanya diprioritaskan untuk kaum laki-lakidan juga kaum priyayi. Karena keuntungan yang diperoleh kemudian akan lebih jika Belanda menerima anak laki-laki yang jam kerja dan staminanya lebih bisa bertahan lama jika dipekerjakan di kantor-kantor menjadi pegawai negeri yang masih terikat oleh pemerintah. Oleh sebab itu, kartini juga banyak mengirim surat kepada sahabat-sahabat perempuannya sampai menteri pendidikan Belanda pada saat itu Abendanon. Bisa analisis bahwa ada kaitannya surat-surat kartini dengan penetapan politik etis yang salah satunya berorientasi kepada pendidikan.

Selain itu, ada anggapan bahwa sekolah itu adalah tempat untuk meningkatkan derajat kehidupan. Dengan sekolah, maka anak terseut kemudian akan bekerja lebih baik atau mapan daripada ayah atau keturunannya. Pada saat itu, anak perempuan adalah tabu untuk sekolah. Ini disebabkan karena pandangan anak perempuan tidak memerlukan kepandaian apapun didalam hidupnya, mengingat kewajibannya dalam rumah tangga bukan sebagai pencari nafkah. Adalah tidak patut bagi perempuan bangsawan banyak keluar rumah dan bergaul dengan anak laki-laki.6 Akan tetapi ini tidak untuk bupati jepara Sosroningrat yang berpikiran maju dan progresif, yang hampir kesemua anaknya adalah para aktivis atau pejuang yang peka akan sosial.

Perlu diketahui, bahwa sebelum umur 20 tahun, kartini telah membaca karangan-karangan yang pada saat itu dianggap mempengaruhi sikap-sikap kartini selanjutnya. Diantara buku yang dibaca adalah; Max Havellar dan surat-surat cinta karangan Multatuli telah dibacanya 2 kali. Kemudian De Stille Kraacht ( kekuatan gaib) karya Louis Coperus.

5 . M.F. Mukthi, Kardinah di Bawah Bayangan Kartini

(4)

Kemudian karya van Eeden, karya Augusta de Witt sampai roman feminis karya Nyonya Goekoop de Jong Van Beek dan roman anti kekerasan/ perang karangan Berta Von Sutter yang kesemuanya adalah berbahasa belanda.7 Inilah yang kebanyakan mempengaruhi jalan pikiran dari kartini yang dianggap terlalu maju bagi masyarakatnya dulu. Kebanyakan ia membaca ketika ia sedang dipingit. Pernah kartini berontak ketika dipingit, akan tetapi ia mulai sadar bahwa tindakan itu hanya sia-sia. Maka ia putuskan untuk menikamati masa pingitan dengan membaca dan menulis. Sama halnya dengan Pramoedya Ananta Toer, Tan Malaka yang dalam pengasingan dan di penjara mereka berhasil menelurkan banyak pemikiran dan karya monumental.

Kartini setelah itu ingin bercita-cita melanjutkan sekolah keperguruan tinggi di Belanda. akan tetapi dengan ia meninggalkan Indonesia, maka sekolah yang baru dirintisnya itu akan terbengkalai, karena memang sebelumnya ia telah merintis sebuah sekolah di Jepara. Dan dengan sedikit rasa kecewa ia mengurungkan niatnya untuk belajar ke Belanda. Ia mulai saat itu memfokuskan diri ke sekolah yang didirikannya. Sekolah Kartini didirikan tanpa adanya subsidi dari pemerintah, jadi model konsep dan pelaksanaanya penuh dengan rasa kemanusiaan dan sesuai dengan prinsip among tanpa adanya tekanan atas konsep yang diberlakukan pemerintah kolonial.

Kartini telah marasa bahagia ketika sekolah yang dirintisnya itu maju pesat. Kemudian ada hal yang membuatnya sedikit tergoncang pada saat itu. Adalah dirinya telah dijodohkan oleh ayahnya dengan Bupati Rembang R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat yang telah beristri tiga pada 1903. Oleh kartini, penjodohan tersebut adalah hal yang sangat menekan hatinya. Ia sebelumnya telah menolak ajaran feodal dan beranggap itu tidak akan memajukan bangsanya. Meskipun ia telah diajak berunding oleh ayahnya dan akhirnya ia setuju akan tetapi ia tetap merasa terpaksa dan mencoba untuk menguatkan hatinya.

Ayah Kartini yang juga bupati jepara Sosroningrat yang terkenal dengan tindakan yang progresif dan maju itu ternyata juga terjebak dengan kebiasaan lama dari kalangan raja dan bangsawan jawa yang menjodohkan anaknya dengan kalangan yang setingkat. Kartini mengiyakan. Bahwa wanita seperti Kartini-pun akhirnya tak berdaya juga untuk menentang adat kebiasaan bangsa dan keluarga yang sudah sekian lama berlaku serta dipertahankan. Menurut analis bisa digaris bawahi, bahwa kartini bisa menerima pinangan Bupati Rembang adalah sikap yang manusiawi saja dan diperhitungkan bahwa Kartini jika menjadi istri bupati, maka ia akan lebih leluasa untuk mewujudkan cita-citanya dikemuain hari, daripada ia masih sebagai anak bupati. Selain itu, ia tidak mau memalukan keluarganya yang telah penuh kasih sayang membesarkan dan menyekolahkannya sebagai murid satu-satunya perempuan saat itu

(5)

dipribumi yang tumbuh hanya sebagai “perawan tua”. Mungkin hanya kartini yang bisa menjawab dengan pasti.

Benar jika kita menggunakan alasan yang pertama. bahwa semenjak di Rembang, cita-cita kartini untuk mendirikan sekolah demi sekolah terpenuhi. Suamainya yang juga berfikiran maju itu menyetujui bahwa ia mendirikan sekolah di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor Bupati Rembang. Sekolah kartini kemudian berkembang pesat, banyak siswa-siswa yang belajar di sekolahnya yang tanpa subsidi dari pemerintah itu.

Akan tetapi perjuangan kartini mencapai diujung. Kartini meninggal dunia setelah 5 hari melahirkan anak pertamanya Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada 13 September 1904. Kartini meninggal dalam usia 25 tahun. Ia dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang. Setelah itu bukan lantas cita-cita kartini dipendam juga dalam kuburnya, melainkan banyak diteruskan oleh adik-adiknya bahkan keuarga Van Deventer seorang tokoh Politik Etis. Mereka mendirikan yayasan kartini, pada 1912 di berbagai tempat mereka kemudian mendirikan sekolah-sekolah yang berlandaskan cita-cita kartini semasa masih hidup. misalnya; Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon.

Kartini dan pendidikan

Jika kita membaca surat-surat kartini yang ditujukan kepada Ny. Abandenon kebanyakan adalah berisi kritikan dan solusi dari seorang kartini untuk kemajuan bangsanya. Pada tahun segitu, ia sudah mampu menelurkan gagasan-gagasan yang maju, bahkan terlalu maju bagi jamannya di Hindia Balanda saat itu untuk bandingan kaum pribumi. Sehingga sering disebut bahwa Kartini dengan gagasan-gagasannya adalah suatu ramalan tentang masa depan.

Dengan diukur oleh jamannya gagasan-gagasan kartini termasuk revolusioner. Ia ingin menghanguskan budaya-budaya feodal yang menghambat kemajuan bangsanya. Ini layaknya Tan Malaka ketika menulis Madilog yang berisi tentang penolakan terhadap logika mistik yang dipakai kabanyakan orang Indonesia dan diganti dengan pemikiran rasional, ini merupakan pengaruh dari seorang tokoh yang pendidikannya sering bersinggungan dengan pendidikan Belanda ataupun masuk didalamnya.8 Cita-citanya kepada nusa dan bangsa menjadikannya seorang nasioanalis yang berjiwa kerakyatan. Kartini ingin mengangkat derajat dan martabat bangsanya agar tidak semena-mena terus dijajah oleh banga asing. Ia menginginkan agar bangsa Indonesia mengurusi dan mengatur dirinya sendiri tanpa adanya

(6)

urusan asing di negeri sendiri.9 Inilah termasuk relasi antara kartini dan Soekarno yang menelurkan konsep berdikari.

Suka belajar dan gemar membaca telah membawanya kearah gerbang kemajuan. Buku-buku dan surat-menuratnya telah berhasil menembus dinding kabupaten, menerobos keluar membentangkan cakrawala yang luas. Budaya pingitan yang diberlakukan kepadanya bahkan membuat dia semakin semangat dalam membaca dan menulis.

Bila kita menelaah periodisasi perjuangan kartini, maka politik praktis belum berkembang disana. Maka wajar jika ia berjuang dalam bidang pendidikan, tetapi hal ini justru merupakan awal munculnya gerakan perjuangan dikemudian hari. Dengan bukti, setelah pkiran dan gagasan Kartini berkembang di masyarakat, maka baru munculah organisasi Budi Utomo dln. Pandangan kartini tentang kependidikan sama halnya dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang intinya mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kartini di Jepara telah mendirikan sekolah, setelah ia diperistri oleh Bupati Rembang-pun cita-cita mengajarnya tak menurun, ia diberi ruang oleh suaminya untuk mengajar anak-anak disekitarnya. Sekolahnya semakin maju karena pendekatan yang dipakai olehnya sangat persuasif tanpa kekerasan dan bahkan kasih sayang. Pandangan kartini tentang pendidikan yang awal adalah dari ibu dan keluarga. itu kemudian telah dicerna oleh bapak pendidikan kita yakni Ki Hajar Dewantara. Kartini menulis:

“sebagai seorang ibu, wanita merupan seorang pengajar dan pendidik yang pertama. Dalam pengakuannyalah seorang anak pertama-tama belajar merasa, berfikir dan berbicara; dan dalam banyak hal penididkan pertama ini mempunyai arti yang besar bagi seluruh hidup anak...”

“hanya sekolah saja tidak dapat memajukan masyarakat . lingkungan keluarga (orangtua) harus membantu juga. Malahan lebih-lebih dari lingkungan keluargalah yang seharusnya datang kekuatan mendidik. Ingatlah! Keluarga (orangtua) dapat memberi pengaruhnya siang-malam, sedang sekolah hanya beberapa jam saja..”10

inilah yang bisa kita anggap sebagai salah satu relasi antara orientasi pendidikan kartini dengan Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Sendiri mengatakan ada tiga hal orientasi pendidikannya, yakni; lingkungan keluarga; perguruan dan juga masyarakat. Menurut Edi Subkhan, konsep pendidikan dan aktivitas yang dikemukakan oleh Ki Hajar dengan istilah jawa momong, among dan ngemong menunjukan orientasi gagasan dan praksis pendidikan yang berorientasi keluarga. Hal tersebut karena memang aktivitas momong, among dan

9 . Ki soeratman, dalam Satu Abad Kartini “kartini dan pendidikan” ,1979

(7)

ngemong dalam alam budaya masayarakt jawa dilakukan oleh keluarga, yaitu bapak dan ibu. Jadi, memang mirip aktivitas yang dilakukan oleh dukun bayi, mulai dari merawat, mengasuh, mendampingi, mengajari, dengan cinta dan kasih sayang.11

Dalam perkembangannya, kartini secara tidak langsung telah melakukan akulturasi pendidikan yang dilakukannya. Ia melakukan sikap selektif dan adaptatif, artinya kartini tetap malakukan seleksi terhadap unsur-unsur kebudayaan asing. Ia memilih nilai-nilai yang dapat memperindah, memperhalus dan memperkaya kebudayaan pribumi. Setelah itu ia sesuaikan dengan situasi, kondisi dan pasikologi rakyat, agar supaya kebudayaan asing tersebut dapat diterima dengan tanpa paksaan untuk mamperkaya kazhanah kebudayaan kita dan semakin indah dan elok guna peganggan generasi yang akan datang.

Kartini dan agama

Pernah disuatu ketika, Kartini mengusulkan kepada Kiai kabupaten untuk menerjemahkan Al-Qur’an, karena pemikirannya bisa dikatakan liberal, ia beranggapan agar maksud dari kitab itu bisa dicerna oleh segenap masyarakat. Ia beranggapan sangat percuma jika masyarakat tidak maksud apa pesan yang ditulis dalam Al-Qur’an jika itu tidak diterjemahkan dalam bahasa jawa dan dibaca setiap harinya. Pendapat Kartini itu lantas ditolak oleh sang Kiai. Kartini mengusulkan demikian, karena pada saat ia temui pengasuhnya di kabupaten saat membaca Al-Qur’an. Ia bertanya kepadanya “Yu, apa arti Al-Fatihah sebenarnya?” kemudian perempuan setengah baya itupun menjawab “Saya hanya pandai membacanya tapi tidak pandai menulisnya Raden Ayu”. Bahkan kartini pernah menulis surat kepada kawannya, dengan inti; “Kau lebih bahagia ketimbang aku, engkau telah memiliki agama dengan bahasa yang kau mengerti, saya juga memiliki agama tapi saya tidak mengerti bahasa agama saya”12 dalam hal ini, memang jiwa muda yang ditunjukan

Kartini nyata jelas adanya, akan tetapi pemikiran barat yang leberal dan terbuka, telah mengubah cara pandang kartini bahkan tentang agamanya. Akan tetapi Kartini dalam hatinya sendiri ingin menyelaraskan antara agama islam dengan pandangannya itu. Ia menulis: “Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai”13

Adalah seorang Snouck Hurgronje, yang berada dibalik kedekatan kartini dengan para orang barat yang berusaha untuk memberikan porsi kartini untuk belajar barat dan feminisme serta membuat kartini merasa bingung akan islam dan tidak takhlid begitu saja. Snouck adalah penasihat pemerintah Hindia Belanda, ia adalah orang cerdik yang behasil menakhlukan umat islam dalam perjuangnnya di aceh. Oleh sebab itu, ia dipercaya oleh

11 .Edi Subkhan, dalam “Pengajaran Nasional (5)” didiskusikan di RBSS pada 7 april 2014

12 . Surat- surat Kartini pnenerjemah Sulatrin Sutrisno

(8)

pemerintah Kolonial Belanda untuk menjadi arsitek dibalik melemahnya perlawanan dari penduduk Indonesia. Oleh sebab itu melalui relasi antara Snouck Hurgronje dengan teman surat menyurat Kartini di belanda, kartini selalu mendapatkan buku baru dari teman korespondensinya yang telah berhubungan dengan Snouck. Tak salah kemudian kalau Kartini berpikir begitu progresif, menyampingkan kebudayaan Jawa-nya. Snouck menginginkan agar Kartini menjadi tokoh perempuan yang tercerahkan lewat pemikiran Barat, bukan dari akar budayanya sendiri.14 Dengan begitu, maka Belanda seolah berjasa dalam pembentukan nalar anak bangsa. Ini wajar karena saat itu Belanda sedang menjalankan program politik etis.

Yang pasti, Snocuk memang mengagendakan untuk "menjebak" Kartini untuk menenggelamkan tokoh perempuan Indonesia yang lain, seperti Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Dewi Sartika, dan Rohana Kudus. Tapi sejatinya Kartini ingin bersama-sama kaum perempuan Indonesia berjuang memberdayakan kaum hawa, tetapi Snouck tak ingin gemuruh gerakan perempuan membuat Belanda panik dengan kekuasaannya.15

Oleh sebab itu, benar adanya bahwa kartini adalah orang yang hanya ingin menyelaraskan pemikiran barat dan ditungkannya kedalam kebudayaan jawa khususnya. Akan tetapi hal ini banyak disalah artikan. Ada yang mengtakan Kartini itu kafir, sesat dan lain sebagainya. Akan tetapi sejatinya kartini adalah sosok pejuang yang merupakan satu dari sebagian besar pejuang yang ikut menuntaskan dahaga kemerdekaan. Kita belajar sejarah bukan hanya meneladani satu atau dua tokoh pahlawan saja, melainkan beribu-ribu pahlawan yang rela berkorban harta, tenaga bahkan nyawa sekalipun. Pelajarilah pahlawan demi pahlawan dengan mencontoh kebiakannya guna memperindah tindakan kita dikemudian hari. Pelajari juga kekurangan mereka agar nanti kita tidak terjebak dalam situasi yang demkikian dan tidak salah untuk melangkah.

14 . strategi ini sebenarnya tidaklah baru bagi pemerintah kolonial. Sempat ada pemesanan naskah babad atau serat yang bernama Serat Gatoloco dan Serat Darmogandul yang berisi tentang cerita sejarah yang tidak benar. Atau juga tentang cerita perang bubad yang dijadikan sebagai alat belanda untuk memecah belah antara rakyat jawa barat dengan jawa timur.

Referensi

Dokumen terkait

Questions should relate to contemporary India and not duplicate issues covered by the examination syllabus or topics already used on Paper 3 in previous years. Does

Dalam wawancara selalu dihadapkan kepada dua hal yaitu pertama harus secara nyata mengadakan interaksi dengan responden. Kedua menghadapi kenyataan dan bagaimana

Pada tabel data member pelanggan, praktikan menggunakan 6 kolom yang terdiri dari id anggota, nama, TTL, no.. Kemudian klik Go sehingga tampil kolom Field, Type,

Hasil pengujian turbin Francis menunjukkan kondisi maksimum pada frekuensi 50 Hz dengan putaran turbin 1086 rpm didapat daya turbin teoritis 210,608 watt, daya listrik 0,08 watt,

Pada parameter pengamatan model pola tanam dikedua umur pengamatan sama-sama membeikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah malai per rumpun yang dihasilkan tanaman

Selanjut nya pesert a seleksi dapat menyampaikan sanggahan t ert ulis kepada Panit ia Pengadaan Barang Dinas Kesehat an Kabupat en Pamekasan Tahun 2013 Jl. Jokot ole

Berdasarkan perumusan masalah, kajian teori, dan kerangka berpikir, maka peneliti dapat mengambil hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan bahan ajar CD interaktif

keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Kompetensi pedagogis ini terkait dengan cara mengajar yang baik dan tepat, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan