2.1. Gambaran Geografi dan Administratif Wilayah 2.1.1. Letak Geografis
Letak Geografis Kabupaten Pidie Jaya terletak antara 9603’16,62” sampai dengan 96020’40,5” Bujur Timur dan 5018’6,607” sampai dengan4056’42,1” LintangUtara.
Terdiri dari 8 kecamatan, 34 Mukim, dan 222 Gampong. Batas-batas wilayah sebagai berikut:
• Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka, Kabupaten Pidie (Kecamatan
Kembang Tanjong)
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen,
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pidie (Kecamatan Tangse, Kecamatan
Geumpang dan Kecamatan Mane),
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie (Kecamatan Geuleumpang Tiga, Kecamatan Geuleumpang Baro, dan Kecamatan Keumbang Tanjong).
2.1.2. Administrasi
Kabupaten Pidie Jaya adalah salah satu kabupaten yang baru terbentuk berada dalam
wilayah provinsi Aceh, dengan ibukota Kabupaten adalah Kota Meureudu. Kabupaten ini
dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 pada tanggal 2 Januari 2007,
dengan didasari Surat Bakosurtanal Nomor SV.03.01/596E-PD/V/2008 perihal koreksi luas
wilayah Kabupaten Pidie Jaya, bahwa total wilayah Pidie Jaya adalah 1.162,84 km2 yang
yang terdiri dari luas wilayah darat 952,0 km2 (95.210,99 Ha berdasarkan GIS) dan luas
wilayah laut 210,84 km2.
Tabel 2.1
Luas Wilayah Darat Kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya
No Kecamatan Luas
Wilayah(Km)
Jumlah Gampong
Jumlah Kemukiman
1 Bandar Baru 281,24 43 8
2 Panteraja 40,04 10 2
3 Trienggadeng 128,00 27 5
4 Meureudu 156,74 30 4
5 Meurah Dua 292,20 19 3
6 Ulim 60,73 30 5
7 Jangka Buya 29,63 18 2
8 Bandar Dua 174,26 45 5
Total 1.162,84 222 34
Gambar 2.1
Gambar 2.2
2.2. Gambaran Demografi
2.2.1. Jumlah Penduduk secara keseluruhan
Jumlah penduduk Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2013 yaitu 157.383 jiwa. dibandingkan
dari tahun sebelumnya, penduduk Pidie Jaya mengalami kenaikan jumlah. Tabel di bawah
memperlihatkan jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Bandar Baru, yaitu
36.480 jiwa, sedangkan Kecamatan Pante Raja adalah kecamatan yang memiliki jumlah
penduduk terkecil yaitu dengan jumlah penduduk 9.063 jiwa.
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2014
No Kecamatan Jumlah Penduduk
(jiwa/km2) Th 2013
1. Bandar Baru 36.480
2. Pante Raja 9.063
3. Trienggadeng 24.049
4. Meureudu 23.117
5. Meurah Dua 12.043
6. Ulim 15.969
7. Jangka Buya 9.845
8. Bandar Dua 26.817
Jumlah 157.383
Sumber : Dinas Kependudukan Pencatatan Sipil Pidie Jaya Tahun 2015
2.2.2. Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin
Struktur penduduk di Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2013 berdasarkan jenis
kelamin memiliki proporsi yang hampir seimbang. Pada tahun 2013 terdapat 77.367 jiwa
bila dibandingkan dengan keadaan akhir tahun 2014. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2014
Lk Pr
1 Bandar Baru 18,047 18,433 10,216
2 Panteraja 4,552 4,511 2,580
3 Trienggadeng 11,776 12,273 7,272
4 Meureudu 11,378 11,739 6,807
5 Meurah Dua 5,992 6,051 3,424
6 Ulim 8,081 7,888 4,369
7 Jangka Buya 4,965 4,880 2,683
8 Bandar Dua 13,314 13,503 7,380
Jumlah 78,105 79,278 44,731
No Ke camatan
Jumlah Pe nduduk
Be rdasarkan Je nis Ke lamin Jumlah KK
Sumber : Dinas Kependudukan Pencatatan Sipil Pidie Jaya Tahun 2015
2.2.3 Laju Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk Kabupaten Pidie Jaya tidak selalu memperlihatkan jumlah
yang terus meningkat, beberapa faktor turut mempengaruhi. Selain sebagai kabupaten
baru, mobilitas penduduk yang terus terjadi memberi kesulitan bagi dinas terkait untuk
dapat memaparkan jumlah yang signifikan.
Berdasarkan karakteristik perkembangan laju pertumbuhan penduduknya, maka
dapat diperkirakan kecenderungan (trend) pola perkembangan penduduknya yang cenderung berbentuklinier,dan ataueksponensial.
Jika dilihat, pada tahun-tahun sebelumnya jumlah penduduk Pidie Jaya mengalami
peningkatan yang terus menerus, namun pada tahun 2010 jumlah penduduk Pidie Jaya
Kepadatan dan distribusi penduduk pada masa yang akan datang memberikan
informasi terhadap kemampuan lahan/ketersediaan atas jumlah penduduk. Kondisi
kepadatan pada tiap kecamatan tidak mengalami perubahan besar dari kepadatan pada
tahun-tahun proyeksi, jika dibandingkan antara kepadatan tahun sebelumnya, hanya saja
terlihat bahwa kepadatan penduduk di kecamatan-kecamatan meningkat.
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie Jaya 2010 - 2014
No Kecamatan Jumlah (Jiwa/tahun)
Kepadatan (jiwa/km2) Th 2013
2009 2010 2011 2012 2013
1. Bandar Baru 34.188 34.747 35.088 35.612 36.480 129.82
2. Pante Raja 7.886 8.177 8.544 8.898 9.063 226.58
3. Trienggadeng 21.785 22.548 23.082 23.418 24.049 187.88
4. Meureudu 21.402 22.196 22.468 22.710 23.117 148.19
5. Meurah Dua 11.146 11.371 11.733 11.694 12.043 41.24
6. Ulim 14.443 14.859 15.475 15.542 15.969 266.15
7. Jangka Buya 4.242 9.456 4.417 9.585 9.845 339.48
8. Bandar Dua 25.360 25.776 25.572 26.124 26.817 154.12
Jumlah 140.452 149.217 151.379 153.583 157.383 135.44
Sumber : Dinas Kependudukan Pencatatan Sipil Pidie Jaya Tahun 2015
2.2.4 Proyeksi Jumlah Penduduk
Proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Pidie Jaya sampai akhir tahun perencanaan
2031 dilakukan dengan memproyeksikan jumlah penduduk setiap kecamatan agar
diperoleh hasil yang lebih akurat. Dasar pertimbangannya adalah bahwa setiap kecamatan
memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda dan terdapat faktor-faktor
konsekuensi bertambahnya penduduk.
Dengan menggunakan pertumbuhan penduduk Kabupaten Pidie Jaya sebesar 2,85%
pertahun, maka pada akhir tahun perencanaan jumlah penduduk Kabupaten Pidie Jaya
berjumlah 267.125 jiwa. Jumlah penduduk hasil proyeksi pada tahun-tahun perencanaan
akan menjadi dasar dalam penentuan jumlah sarana dan utilitas wilayah perencanaan,
sehingga pemenuhan sarana-sarana akan menjadi lebih efesien dan efektif.
Tabel 2.5
Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Sampai Tahun 2031 Dengan Menggunakan Metoda Proyeksi Polinomial (Jiwa)
Kecamatan Proyeksi Penduduk
2016 2021 2026 2031
Bandar Baru 41.224 47.443 54.600 61.096
Pante Raja 9.875 11.365 13.079 15.052
Trienggadeng 26.859 30.911 35.574 40.941
Meureudu 26.135 30.078 34.615 39.837
Meurah Dua 13.650 15.709 18.079 20.806
U l i m 18.024 20.744 23.873 27.475
Jangka Buya 11.011 12.681 14.594 16.795
Bandar Dua 29.603 34.069 39.208 45.123
JUMLAH 176.381 203.000 233.622 267.125
Sumber: Hasil Analisis, 2012
2.2.5. Jumlah Penduduk Miskin
Kondisi umum kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya dilihat dari besarnya persentase
tingkat kemiskinan, besarnya jumlah penduduk miskin, kedalaman kemiskinan serta
keparahan kemiskinan.
A. Persentase Penduduk Miskin
Berdasarkan data dari BPS, tingkat kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya pada
Tahun 2014 sebesar 22,70 persen. Kondisi ini berada masih jauh diatas capaian rata-rata
Gambar 2.3
Posisi Relatif Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pidie Jaya terhadap Propinsi dan Nasional Tahun 2014
Sumber : Badan Pusat Statistik
Dilihat dari capaian Kabupaten/Kota lainnya tingkat kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya
berada pada posisi terbesar ketiga setelah Kabupaten Bener Meriah (23,47%) dan Aceh
Barat (23,70%). Masih besar angka yang harus dicapai agar tingkat kemiskinan berada
jauh lebih baik dari beberapa Kabupaten/Kota lainnya bahkan untuk dapat menyamai
posisi rata-rata Propinsi dan Nasional. Capaian perkembangan antar waktu tingkat
kemiskinan Kabupaten Pidie Jaya seperti terlihat pada Gambar 2.4 berikut.
Gambar 2.4
Dengan melihat pencapaian antar waktu, tingkat kemiskinan di Kabupaten Pidie
Jaya mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Dimana penurunan yang sangat cepat
terjadi pada rentang tahun 2007-2009 yaitu rata-rata diatas 3 persen. Penurunan yang
lumayan besar untuk capaian angka kemiskinan di tahun 2012 dari 24,35% menuju tahun
2013 yaitu 22,70%, namun di tahun 2010 sampai 2012 laju penurunan sedikit lambat
rata dibawah 1 persen, hanya pada tahun 2013 kembali turun diatas 1 persen. Secara
rata-rata penurunan angka kemiskinan dari tahun 2007 sampai tahun 2013 sebesar 2,05 persen,
dimana penurunan angka kemiskinan dari tahun 2007-2013 dapat dikatakan melambat.
Tahun 2007-2009 efektivitas program sangat efektif terlihat dari laju penurunan yg
sangat besar, tetapi penurunan laju yang kecil pada tahun 2010-2012 dapat dikatakan
efektivitas program terhadap pengurangan angka kemiskinan tidak begitu efektif
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. walaupun secara riil angka penurunan membaik
dan dapat dikatakan efektifitas program membaik. Efektivitas intervensi kebijakan
terhadap pengurangan tingkat kemiskinan menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun. Hal
ini seperti terlihat pada Gambar 2.5 berikut.
Gambar 2.5
Efektivitas Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pidie Jaya
tinggi dibandingkan dengan Provinsi dan Nasional. Grafik relevansi tingkat kemiksinan
Kabupaten Pidie Jaya terhadap Propinsi dan Nasional seperti terlihat pada Gambar 2.6
berikut.
Gambar 2.6
Relevansi Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pidie Jaya terhadap Propinsi dan Nasional Tahun 2007-2013
2.2.6 Jumlah Penduduk Miskin
Jumlah penduduk miskin berdasarkan data BPS di Kabupaten Pidie Jaya Tahun
2013 sebesar 32.600 jiwa. Dibandingkan dengan jumlah penduduk di kabupaten lainnya,
Pidie Jaya masih berada lebih sedikit dari kabupaten/kota lainnya. Posisi relatif jumlah
penduduk miskin Kabupaten Pidie Jaya disajikan pada Gambar 2.7 berikut.
Gambar 2.7
Penurunan antar waktu menunjukkan penurunan jumlah penduduk miskindari tahun
2007-2013 dan sama halnya dengan tren pada persrntase tingkat kemiskinan, dapat
dikatakan penurunan jumlah penduduk miskin dari tahun ke tahun cenderung melambat.
seperti terlihat pada grafik berikut ini.
Gambar 2.8
Perkembangan Antar Waktu Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Pidie Jaya
2.3. Gambaran Topografi
Kabupaten Pidie Jaya memiliki klasifikasi kelerengan < 8%, 8-15%, 16-25%,
26-40%, dan >40%. Berdasarkan kelompok kelerengan tersebut dominan berkelerengan
8% - 15% di Kecamatan Meurah Dua dengan luasan 11.574,70 Ha atau sebesar 12%
dari total luas wilayah kabupaten. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.9 dan table
Tabel 2.6
Kondisi Kelerengan Kabupaten Pidie Jaya
No Kecamatan Klasifikasi Lereng Kelas Lereng Luas
1 Ulim
< 8% Datar 3.680,5
8% - 15% Landai 278,4
16% - 25% Agak Curam 208,5
2 Trienggadeng < 8% Datar 7.899,0
8% - 15% Landai 29,2
3 Pante Raja < 8% Datar 1.453,8
4 Meureudu
< 8% Datar 4.416,2
8% - 15% Landai 2.872,9
16% - 25% Agak Curam 4.469,9
26% - 40% Curam 202,1
>40% Sangat Curam 511,1
5 Meurah Dua
< 8% Datar 10.203,0
8% - 15% Landai 11.574,7
16% - 25% Agak Curam 6.170,1
26% - 40% Curam 339,1
>40% Sangat Curam 414,9
6 Jangka buya < 8% Datar 927,4
8% - 15% Landai 0,1
7 Bandar Dua
< 8% Datar 6.539,3
8% - 15% Landai 3.691,9
16% - 25% Agak Curam 6.422,2
26% - 40% Curam 325,5
>40% Sangat Curam 553,3
8 Bandar Baru
< 8% Datar 10.670,6
8% - 15% Landai 6.005,1
16% - 25% Agak Curam 4.724,2
26% - 40% Curam 627,9
Jumlah 95.210,9
Sumber: Bappeda Provinsi Aceh
Kondisi ketinggian Kabupaten Pidie Jaya dibedakan menjadi 2.000 – 2.500 Dpl, <2.000
Berdasarkan kelompok ketinggian tersebut dominan memiliki ketinggian <2.000 dpl atau
sebesar 29% dari total luas wilayah kabupaten berada di Kecamatan Meurah Dua. Untuk
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Tabel 2.7
Kondisi Ketinggian Kabupaten Pidie Jaya
Kecamatan Klasifikasi
Ketinggian Luas (Ha) Persentase
Ulim ketinggian < 2000 4.167,42 4%
Trienggadeng ketinggian < 2000 7.928,21 8%
Pante Raja ketinggian < 2000 1544,51 2%
Meureudu ketinggian < 2000 12.472,33 13%
Meurah Dua
ketinggian < 2000 27961,301 29%
Ketinggian 2000
-2500 740,624733 1%
Jangka buya ketinggian < 2000 927,47441 1%
Bandar Dua ketinggian < 2000 17.439,61 18%
Bandar Baru ketinggian < 2000 22.029,48 23%
Jumlah 95.210,96 100%
Sumber: Bappeda Provinsi Aceh
2.4. Gambaran Geohidrologi
1. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Arah dan pola aliran sungai yang terdapat dan melintasi wilayah Aceh dapat
Beberapa Daerah Aliran Sungai dikelompokkan menjadi satu Wilayah Sungai berdasarkan
wilayah strategis nasional dan lintas kabupaten. Pengelompokan ini didasari oleh Permen
PU No. 11 A/PRT/M/2006 tanggal 26 Juni 2006 tentang pembagian Wilayah Sungai di
Indonesia.
DAS yang terdapat di Kabupaten Pidie Jaya, meliputi: Kr. Samalanga, Kr. Babah Awi, Kr.
Bubon dan Kr. Peusangan. Untuk lebih jelasnyalihat gambar 4.11.
2. Wilayah Sungai (WS)
Di wilayah Aceh terdapat 408 Daerah Aliran Sungai (DAS) besar sampai kecil.
Pengelolaan sungai sebagai sumber daya air ditetapkan 11 Wilayah Sungai (WS) yang
terdapat di Aceh, berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.11A/PRT/M/2006.
Klasifikasi WS yang ada di Pidie Jaya, yaitu: WS Strategis Nasional (A3) WS Meureudu–
Baro.
3. Cekungan Air Tanah (CAT)
Berdasarkan Peta hidrogeologi Indonesia dapat diidentifikasikan jenis litologi batuan
(lithological rock types) serta potensi dan prospek air tanah (groundwater potential and
prospects). Pada Peta Hidrogeologi Indonesia ditunjukkan adanya indikasi sesar/patahan
yang relatif memanjang mengikuti pola pegunungan yang ada di wilayah Aceh (relatif
berarah barat laut – tenggara). Terkait dengan aspek hidrogeologi di atas, selanjutnya
dikemukakan juga mengenai cekungan air tanah (CAT) yang ada di wilayah Pidie Jaya.
Dengan mengacu kepada Atlas Cekungan Air Tanah Indonesia yang diterbitkan
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2009, pada halaman lembar Aceh,
dapat diidentifikasikan ada 1 (satu) Cekungan Air Tanah (CAT) di wilayah Pidie Jaya,
Tabel 2.8
Potensi Cekungan Air Tanah di Kabupaten Pidie Jaya
No Kecamatan Cekungan Luas
1
Bandar Baru Sigli 4.566,18
2
Bandar Dua Jeunib 3.992,11
3 Jangka Buya Jeunib 926,15
4
Meurah Dua Kemiki 3.471,55
5
Meurah Dua Jeunib 1.704,11
6
Meureudu Jeunib 2.260,97
7
Pante Raja Sigli 1.236,61
8 Trienggadeng Jeunib 426,36
9 Trienggadeng Sigli 551,32
10
Ulim Jeunib 3.244,94
Jumlah 22.380,30
Gambar 2.11
Gambar 2.12
Gambar 2.13
2.5. Gambaran Geologi
Jenis Geologi yang menyusun Wilayah Kabupaten Pidie Jaya terdiri dari batuan
sedimen kuarter dan tersier yang berada pada bagian Utara Kabupaten Pidie Jaya serta batuan
sedimen pra tersier yang umumnya berada dibagian selatan Kabupaten Pidie Jaya. Peta
Geologi Kabupaten Pidie Jaya dapat di lihat pada Gambar 2.15.
2.6. Gambaran Klimatologi
A. Curah Hujan
Tingkat curah hujan di Kabupaten Pidie Jaya tertinggi terjadi pada bulan Desember mencapai
629 mm. Curah hujan terendah pada umumnya terjadi pada bulan Juni dan Juli mencapai 1
mm. Rata – rata curah hujan di Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2010 sebesar 1847 mm.
Untuk lebih jelasnya mengenai curah hujan dan hari hujan di Kabupaten Pidie Jaya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.9
Jumlah Curah Hujan dan Bulan Hujan di Stasiun SMPK BPM Meureudu 2013
No Bulan Curah Hujan
(mm)
Jumlah Hujan (hari)
1 Januari 423 13
2 Februari 208 10
3 Maret 7 3
4 April 284 11
5 Mei 209 6
6 Juni 28 4
7 Juli 57 4
8 Agustus 57 4
9 September 57 6
10 Oktober 20 3
11 November 226 13
12 Desember 132 11
Jumlah Total 1.708 88
Tahun 2012 1.785 167
Gambar 2.15
Gambar 2.16
Tabel 2.10
Data Curah Hujan dan Hari Hujan Station SMPK BPN Meureudu Selama Kurun Waktu 10 Tahun
No Bulan
Tahun
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH
1 Januari 72 2 243 8 157 2 161 9 167 8 341 11 241 5 276 7 316 6 259 11
2 Februari 193 6 351 11 153 10 179 9 149 6 370 12 211 6 117 2 61 7 83 7
3 Maret 224 10 51 3 158 5 95 9 195 9 141 6 115 7 258 8 175 6 373 7
4 April 23 2 62 8 183 7 26 3 140 6 202 8 325 8 193 5 14 2 225 12
5 Mei 155 8 126 8 166 7 121 5 196 10 60 6 175 5 98 5 80 14 72 2
6 Juni 73 2 7 2 380 9 13 1 74 5 165 6 131 7 27 3 46 3 16 5
7 Juli 6 1 63 2 109 8 18 3 98 7 189 10 31 3 220 9 17 7 122 4
8 Angustus 61 3 92 3 98 5 22 3 163 7 134 11 74 5 319 12 112 12 17 3
9 September 167 6 30 4 142 12 35 4 96 8 29 2 166 8 21 4 103 9 168 16
10 Oktober 131 10 84 6 100 11 107 5 230 10 231 9 211 912 5 15 124 8 85 9
11 November 258 15 220 13 402 17 311 12 531 15 143 10 251 11 438 18 156 10 176 16
12 Desember 128 11 229 6 629 14 187 9 169 4 358 13 296 10 507 15 251 13
Jumlah 1491 76 1558 74 2677 107 1275 72 2208 95 2363 104 2227 84 2599 103 1204 84 1847 105
2.7. Kondisi Sosial dan Ekonomi
Berbagai indikator penting guna melihat tingkat kesejahteraan dan pemerataan
ekonomi diantaranya seperti Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Laju
Inflasi, PDRB per Kapita, Indeks Gini, dan tingkat kemiskinan.
a. Pertumbuhan PDRB
Sejalan dengan pertambahan usia Kabupaten Pidie Jaya yang telah memasuki tahun
ke-8, perkembangan pembangunan khususnya pada bidang ekonomi telah menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat terlihat dalam pertumbuhan PDRB
kabupaten setiap tahunnya, baik dihitung berdasarkan Harga Konstan (Hk) ataupun dengan
Harga Berlaku (Hb). Pertumbuhan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.10 sebagai berikut:
Tabel 2.11
PDRB Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2010 s.d 2013 Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha
(Juta Rupiah)
No Sektor
2010 2011 2012 2013
(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %
1 Pertanian 359.200,54 55,1 372.255,43 54,2 384.873,81 53,0 398.149,40 52,8
2 Pertambangan &
Penggalian 4.508,16 0,7 4.719,03 0,7 4.898,09 0,7 5.131,56 0,7
3 Industri Pengolahan 25.378,78 3,9 25.660,98 3,8 26.118,39 3,6 26.559,04 3,5
4 Listrik, Gas & Air Bersih 2.998,78 0,5 3.379,46 0,5 3.790,65 0,5 3.900,29 0,5
5 Konstruksi 26.856,74 4,1 29.138,90 4,2 32.045,45 4,4 34.193,66 4,5
6 Perdagangan, Hotel, &
Restoran 81.782,02 12,5 90.524,39 13,2 99.844,11 13,7 105.926,92 14,0
7 Pengangkutan &
Komunikasi 24.837,66 3,8 26.051,57 3,8 27.770,29 3,8 28.422,70 3,8
8 Keuangan, Sewa, & Jasa
Perusahaan 7.732,12 1,2 8.129,47 1,2 8.907,96 1,2 9.395,67 1,3
9 Jasa-Jasa 119.030,39 18,3 127.383,74 18,5 137.677,87 18,9 142.134,94 18,9
tersebut mengalami peningkatan sebesar 3,84% jika dibandingkan dengan tahun 2012 yang
tercatat sebesar 725.948,61 (Juta Rupiah). Bila dilihat per sektor maka penyumbang terbesar
PDRB kabupaten ada pada sektor pertanian yang menjadi keunggulan daerah yaitu sebesar
398.149,40 (Juta Rupiah) atau sebesar 52,8% dari total PDRB tahun 2013. Urutan ke dua
diikuti sektor jasa-jasa sebesar 142.134,94 atau 18,9% dan pada urutan ketiga sektor
perdagangan, hotel, & restoran sebesar 105.926,92 (Juta Rupiah) atau 14,1%.
Hasil analisis, Tahun 2013 pertumbuhan PDRB tertinggi terjadi pada sektor Kontruksi
yaitu sebesar 6,7%. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran menempati urutan kedua yaitu
6,1%. Urutan ketiga yaitu sektor Keuangan Sewa, dan Jasa Perusahaan yaitu 5,5%.
Sedangkan pada sektor-sektor lain rata-rata meningkat antara 1–3%.
Lebih lanjut PDRB Kabupaten Pidie Jaya tahun 2013 yang dihitung berdasarkan harga
berlaku (PDRB Nominal) dapat dilihat pada Tabel 4.11 sebagai berikut:
Tabel 2.12
PDRB Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2010 s.d 2013 Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Sumber: BPS Kabupaten Pidie Jaya 2015. No Sektor
2011 2012 2013 2014
(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %
1 Pertanian 744.722,8 60,2 818.503,8 59,5 890.284,3 58,5 953.777,3 58,2
2 Pertambangan &
Penggalian 8.068,9 0,7 8.959,9 0,7 9.634,3 0,6 10.145,1 0,6
3 Industri Pengolahan 43.675,6 3,5 46.632,5 3,4 49.933,3 3,3 52.987,9 3,2
4 Listrik, Gas & Air
Bersih 5.433,3 0,4 5.910,6 0,4 6.294,6 0,4 6.773,64 0,4
5 Konstruksi 63.352,7 5,1 74.910,7 5,5 89.166,6 5,9 101.032,9 6,2
6 Perdagangan, Hotel, &Restoran 122.596,7 9,91 141.531,1 10,3 162.209,0 10,7 176.075,2 10,8
7 Pengangkutan &
Komunikasi 71.034,0 5,7 75.764,9 5,5 83.652,5 5,5 87.105,9 5,3
8 Keuangan, Sewa, & Jasa
Perusahaan 20.335,8 1,6 23.385,2 1,7 27.845,3 1,8 31.751,9 1,9
9 Jasa-Jasa 157.680,6 12,8 179.015,6 13,0 204.255,1 13,4 219.455,8 13,4
PDRB Kabupaten Pidie Jaya yang dihitung berdasarkan Harga Berlaku (PDRB
Nominal) tahun 2014 dimana jumlahnya mengalami peningkatan sebesar 1.639.105,50 (Juta
Rupiah) atau meningkat sebesar 7,6% dari tahun 2013 yang berjumlah 1.523.274,00 (Juta
Rupiah). Sektor yang paling menonjol kontribusinya terhadap PDRB masih didominasi oleh
sektor pertanian yang berjumlah 953.777,28 (Juta Rupiah) atau 58,2% dari total PDRB
kabupaten tahun 2014. Selanjutnya diikuti oleh sektor jasa-jasa dan perdagangan, hotel, &
restoran dimana masing-masing memberi kontribusi 13,4% dan 10,7%. Distribusi PDRB atas
dasar harga berlaku dapat dilihat pada Gambar 2.17 sebagai berikut:
Gambar 2.17
Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2014
Perkembangan kontribusi sektor dalam PDRB tahun 2011 s.d 2014 kombinasi Atas
Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kabupaten Pidie Jaya
dapat dilihat pada Tabel 2.13 sebagai berikut:
58.2
0.6 3.2 0.4
6.2 10.8 5.3
1.9 13.4
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Sewa, & Jasa Perusahaan
Tabel 2.13
Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2011 s.d 2014 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk)
Kabupaten Pidie Jaya
Sumber: BPS Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2014.
Tabel 2.14
Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Pidie Jaya Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk)
Tahun 2014
No Sektor
2010 2011 2012 2013
Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk
% % % % % % % %
1 Pertanian 60,2 55,1 59,5 54,2 58,5 53,0 58,2 52,8
2 Pertambangan & Penggalian
0,7 0,7 0,7 0,7 0,6 0,7 0,6 0,7
3 Industri Pengolahan 3,5 3,9 3,4 3,8 3,3 3,6 3,2 3,5
4 Listrik, Gas & Air Bersih
0,4 0,5 0,4 0,5 0,4 0,5 0,4 0,5
5 Konstruksi 5,1 4,1 5,5 4,2 5,9 4,4 6,2 4,5
6 Perdagangan, Hotel, & Restoran
9,91 12,5 10,3 13,2 10,7 13,7 10,8 14,0
7 Pengangkutan & Komunikasi
5,7 3,8 5,5 3,8 5,5 3,8 5,3 3,8
8 Keuangan, Sewa, & Jasa Perusahaan
1,6 1,2 1,7 1,2 1,8 1,2 1,9 1,3
9 Jasa-Jasa 12,8 18,3 13,0 18,5 13,4 18,9 13,4 18,9
PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100
No Sektor
Pertumbuhan
Hb Hk
% %
1 Pertanian 7,1 3,5
2 Pertambangan & Penggalian 5,3 4,8
3 Industri Pengolahan 6,1 1,7
4 Listrik, Gas & Air Bersih 7,6 2,9
5 Konstruksi 13,3 6,7
6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 8,6 6,1
7 Pengangkutan & Komunikasi 4,1 2,4
8 Keuangan, Sewa, & Jasa Perusahaan 14,0 5,5
9 Jasa-Jasa 7,4 3,2
Pertumbuhan ekonomi ditunjukkan oleh PDRB Atas Dasar Harga Konstan, secara
umum pertumbuhan ekonomi Pidie Jaya tahun 2013 mengalami pertumbuhan positif sebesar
3,84% namun trendnya cendrung menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada
tahun 2012 PDRB Atas Dasar Harga Konstan adalah 5,63%. Kondisi ini menunjukkan
kondisi ekonomi masyarakat Pidie Jaya mengalami fluktuatif dan cendrung melemah.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kabupaten Pidie
Jaya Tahun 2009 s.d 2013 dalam prosentase dapat dilihat pada Gambar 2.18 sebagai berikut:
Gambar 2.18
Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000, Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009- 2013 (%)
Sumber: BPS Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2014
b. Laju Inflasi
Tingkat inflasi Kabupaten Pidie Jaya saat ini mengikuti laju inflasi kota Banda Aceh
dan kota Lhokseumawe. Prediksi laju inflasi Kabupaten Pidie Jaya diperkirakan berkisar
8,18% (antara 7,83-8,53) pada tahun 2015. Inflasi Aceh (year to year) mencapai 8,02%, secara umum penyebab utama inflasi Aceh berada pada kelompok transportasi, komunikasi,
dan jasa keuangan sebesar 5,21%. Sedangkan bahan makanan menduduki urutan ke dua
yaitu 4,37% dan disusul dengan kelompok perumahan, air, listrik dan kelompok bahan bakar
lainnya sejumlah 0,64%. Umumnya perngaruh naiknya harga beberapa kelompok komoditi
disebabkan tidak stabilnya harga bahan bakar minyak (BBM) dan cendrung terus naik,
mengakibatkan beberapa komoditi ikut naik.
Tabel 2.15 berikut merupakan laju inflasi Kota Banda Aceh dan Kota Lhokseumawe
5.32 5.38 5.35
5.63
3.84
2009 2010 2011 2012 2013
Tabel 2.15
Nilai Inflasi Rata-rata Tahun 2010 s.d 2014
Kota Lhokseumawe, Kota Banda Aceh dan Kabupaten Pidie Jaya
Sumber: BPS Aceh dan Bappeda Kab. Pidie JayaTahun 2015. (Data diolah) * Angka prediksi antara
c. Indikator Kesejahteraan dan Tingkat Kemiskinan
Indikator kesejahteraan dan pemerataan ekonomi lainnya dapat ditunjukkan dengan
perkiraan Indeks Gini Kabupaten Pidie Jaya yang diperkirakan berkisar pada 0,3 pada tahun
2013. Ini menunjukkan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat di Kabupaten
Pidie Jaya masih tergolong baik karena berada di bawah 0,5.
Kabupaten Pidie Jaya termasuk salah satu kategori daerah tertinggal di Indonesia. Hal
ini disebabkan karena tingginya angka kemiskinan dan fasilitas infrastruktur dasar masyarakat
yang belum terpenuhi. Ada beberapa indikator utama yang menjadi dasar penilaian tingginya
angka kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya oleh BPS diantaranya adalah pendapatan
masyarakat yang masih rendah (< 10.000 ℎ ), banyaknya rumah yang tidak layak
huni, serta sarana dan prasarana pendukung lainnya yang masih minim.
Berdasarkan data BPS Tahun 2014, Angka kemiskinan Kabupaten Pidie Jaya berada
pada 24,35%. Pada Tahun 2014 angka kemiskinan turun menjadi 22,70%. Meskipun dari
tahun ke tahun mengalami penurunan, namun Angka kemiskinan Pidie Jaya masih tinggi di
atas rata-rata Provinsi Aceh yaitu sebesar 17,72% dan Nasional sebesar 10,50%.
Penurunan tingkat kemiskinan Kabupaten Pidie Jaya secara umum relevan dengan
pencapaian penurunan angka kemiskinan pada tingkat Propinsi Aceh dan Nasional. Grafik
tingkat kemiskinan Kabupaten Pidie Jaya terhadap Propinsi Aceh dan Nasional seperti terlihat
pada Gambar 2.19 sebagai berikut:
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 Rerata Pertumbuhan
(2013-2014)
Kota Banda Aceh 4,64 3,32 2,17 6,39 7,83 1,44
Kota Lhokseumawe 7,19 3,55 3,37 8,27 8,53 0,26
Gambar 2.19
Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pidie Jaya terhadap Propinsi dan Nasional
Sumber: BPS Aceh Tahun 2014
d. Fokus Kesejahteraan Sosial
Capaian pembangunan yang menyangkut kesejahteraan sosial masyarakat sangat
tergantung pada indikator-indikator seperti Angka Melek Huruf, Angka Rata-rata Lama
Sekolah, Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Pendidikan Yang Ditamatkan, Angka
Partisipasi Murni (APM), Angka Kelangsungan Hidup Bayi, Angka Usia Harapan Hidup,
Persentase Penduduk yang Memiliki Lahan, dan Rasio Penduduk yang Bekerja.
Berdasarkan capaian kinerja yang harus terfokus terhadap pembangunan kesejahteraan
sosial maka Kabupaten Pidie Jaya telah berupaya menyusun program dan kegiatan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini terlihat dari beberapa indikator capaian pada
tahun 2013 yang dikeluarkan oleh BPS Kabupaten Pidie Jaya diantaranya seperti Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pidie Jaya mencapai 73,69 dan diperkirakan akan
meningkat hingga 73,90 pada tahun 2014. Pada Tahun 2013, Angka Melek Huruf 95,54 dan
Angka Rata-Rata Lama Sekolah 8,75 tahun. Angka Usia Harapan Hidup 69,76 tahun dan
Angka Kelangsungan Hidup Bayi 98,55.
Beberapa indikator di atas diperlukan untuk mengukur sejauhmana keberhasilan
pemerintah daerah dalam upaya mensejahterakan rakyatnya sebagai tujuan utama pemerintah
dengan memanfaatkan potensi sumberdaya yang dimiliki seperti potensi alam, potensi
keuangan, dan sebagainya.
15.42 14.45 13.22 12.36 11.66 10.5
23.55 21.61 19.95 19.48
18.58 17.72
30.26 27.97 26.07
25.43
24.35 22.7
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Prosentase
Gambar 2.20
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2009 s.d 2013 Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh dan Nasional
Sumber: BPS Kab. Pidie Jaya Tahun 2014
Gambar 2.20 menjelaskan bahwa Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pidie Jaya
Tahun 2010 s.d 2014 sudah baik jika dibandingkan dengan rata-rata Provinsi dan Nasional.
e. Angka Melek Huruf
Pembangunan Sumber Daya Manusia Kabupaten Pidie Jaya diukur dengan tingkat
capaian IPM. Tiga indikator utama yang harus dilihat yaitu kesehatan, pendidikan, daya beli
atau pendapatan masyarakat. Capaian di bidang pendidikan dapat diukur dengan Angka
Melek Huruf (AMH) dan Angka Rata-Rata Lama Sekolah (RLS). Sejauh mana peran
pemerintah membuka akses kepada masyarakat untuk medapatkan pendidikan, membangun
sarana dan prasarana pendidikan dan tingkat kemampuan ekonomi masyarakat untuk
memperoleh pendidikan. Hal tersebut dapat membantu untuk meningkatkan capaian indikator
utama di bidang pendidikan. Tabel 2.16 merupakan perkembangan Angka Melek Huruf
Kabupaten Pidie Jaya adalah sebagai berikut:
Tabel 2.16
Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2011 s.d 2014
71.71 72.38 72.82 73.13 73.69 71.31 71.7 72.16 72.51 73.05 71.76 72.27 72.77 73.29 73.55
0 50 100 150 200 250
Nasional
Provinsi Aceh
Kabupaten
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
2009 2010 2011 2012 2013
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
1 Jumlah penduduk usia di atas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis
f. Angka Rata-Rata Lama Sekolah
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten Pidie Jaya tahun 2013 dimana penduduk
menghabiskan waktu untuk bersekolah berkisar 8,75 tahun, lebih baik dari tahun 2012 yaitu
8,69 tahun. Angka tahun 2013 tersebut masih dibawah RLS Provinsi Aceh yaitu 9,02 tahun.
Sedangkan untuk RLS Nasional berada pada 8,56 tahun. Pada tahun 2014 diperkirakan RLS
Pidie Jaya terus mengalami peningkatan dari tahun sebelumnnya dengan target 8,87 tahun.
Tabel 2.17 merupakan perbandingan Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Pidie Jaya,
Provinsi Aceh, dan Nasional Tahun 2009-2013 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.17
Rata-Rata Lama Sekolah Tahun 2009 s.d 2013 Kabupaten Pidie Jaya
No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
1 Kabupaten 8,38 8,64 8,68 8,69 8,75 2 Provinsi Aceh 8,63 8,81 8,92 8,93 9,02 3 Nasional 7,72 7,92 8,12 8,36 8,56
Sumber: Badan Pusat Statistik Aceh Tahun 2014.
Secara Nasional, Provinsi, dan Kabupaten rata-rata lama sekolah sejak 4 (empat) tahun
terakhir terus menunjukkan peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari Gambar 2.21 sebagai
berikut:
Gambar 2.21
Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 2009 s.d 2013 Kabupaten Pidie Jaya
8.38 8.64 8.68 8.69 8.75
8.63 8.81 8.92 8.93 9.02
7.72 7.92 8.12 8.36 8.56
0 5 10 15 20 25 30
3 Nasional
2 Provinsi
1 Kabupaten
Rata-Rata Lama Sekolah
2.8 Fokus Layanan Urusan Wajib
Sektor pendidikan dan kesehatan merupakan bagian penting dari layanan urusan wajib
pembangunan guna mewujudkan sumber daya manusia yang memiliki daya saing, berkreasi,
sehat dan berprestasi. Beberapa indikator yang dapat mengukur sejauh mana pembangunan
pada layanan urusan wajib dapat dilihat sebagai berikut:
2.8.1 Pendidikan
a. Angka Partisipasi Sekolah
Angka Partisipasi Sekolah (APS), indikator ini menunjukkan seberapa besar anak usia
menurut tingkat pendidikan tertentu berada dalam lingkungan pendidikan dan penyerapan
dunia pendidikan formal terhadap penduduk usia sekolah. APS dihitung bedasarkan jumlah
murid kelompok usia pendidikan yang masih menempuh pendidikan dasar per 1.000 jumlah
penduduk usia pendidikan dasar. Untuk Kabupaten Pidie Jaya dapat dilihat pada Tabel 2.18
berikut:
Tabel 2.18
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Tahun 2010 s.d 2014 Kabupaten Pidie Jaya
No Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 2013 2014
1 SD/MI
1.1 Jumlah murid usia 7-12 tahun 16.411 16.667 16.803 16.911 17.013
1.2 Jumlah penduduk kelompok usia
7-12 tahun 16.872 17.092 17.155 17.370 17.445
1.3 APS SD/MI (%) 97,28 97,53 97,65 97,36 97,52
2 SMP/MTs
2.1 Jumlah murid usia 13-15 tahun 7.008 7.092 7.112 7.493 7.723
2.2 Jumlah penduduk kelompok usia
13-15 tahun 8.292 8.315 8.390 8.412 8.441
2.3 APS SMP/MTs (%) 84,51 85,29 90,66 89.07 91,49
3 SMA/SMK
3.1 Jumlah murid usia 16-18 tahun - - 4.821 4.913 5.121
3.2 Jumlah penduduk kelompok usia
16-18 tahun - - 8.290 8.409 8.567
Tabel 2.18 dapat dijelaskan bahwa APS Kabupaten Pidie Jaya pada kelompok usia
pendidikan dasar dan menengah (SD/MI dan SMP/MTs) tahun 2014 rata-rata meningkat untuk tingkat SD/MI. Hal serupa diikuti untuk tingkat SMP/MTs. Untuk APM SD/MI 77,55% dan
APK 93,31%. Untuk APM SMP/MTs rata-rata 54,50% dan APK sebesar 81,60%. Pada
tingkat pendidikan menengah atas (SMA/SMK), APM tahun 2013 yaitu 55,56% sedangkan APK 77,55%.
b. Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah
Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah, indikator ini menunjukan bahwa
bagaimana rasio jumlah sekolah berdasarkan tingkat pendidikan per 10.000 jumlah penduduk
usia sekolah. Rasio ini dimaksud untuk mengindentifikasikan kemampuan untuk menampung
semua penduduk usia sekolah. Untuk Kabupaten Pidie Jaya dapat dilihat pada Tabel 2.19
berikut:
Tabel 2.19
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2011 s.d 2015 Kabupaten Pidie Jaya
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2015
No Jenjang Pendidikan 2011 2012 2013 2014 2015
1 SD/MI
1.1 Jumlah sekolah 114 114 114 114 114
1.2 Jumlah penduduk kelompok usia 7-12
tahun 16.872 17.092 17.155 17.370 17.445
1.3 Rasio 1 : 148 1 : 150 1 : 150 1 : 152 1 : 153
2 SMP/MTs
2.1 Jumlah sekolah 33 33 33 33 33
2.2 Jumlah penduduk kelompok usia 13-15
tahun 8.292 8.315 8.390 8.412 8.441
2.3 Rasio 1 : 251 1 : 252 1 : 254 1 : 255 1 : 256
2 SMA/MA/SMK
2.1 Jumlah sekolah 18 18 20 21 21
2.2 Jumlah penduduk kelompok usia 16-18
tahun - - 8.290 8.409 8.567
mengidentifikasikan ketersediaan tenaga pengajar juga mengukur jumlah ideal murid untuk 1
(satu) guru agar tercapai mutu pengajaran.
Berdasarkan rasio perbandingan yang telah dikeluarkan oleh dinas pendidikan
Kabupaten Pidie Jaya rasio guru dan murid sudah cukup baik terutama sekali pada tingkat
SD/MI dan SMP/MTs dengan rata-rata 1 : 17. Malahan ada beberapa sekolah yang kelibahan
guru. Untuk Kabupaten Pidie Jaya dapat dilihat pada Tabel 2.20 sebagai berikut:
Tabel 2.20
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2011 s.d 2015 Kabupaten Pidie Jaya
Sumber: Dinas Pendidikan Kab. Pidie Jaya Tahun 2016.
Jumlah guru yang (TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA) hingga tahun 2015 berjumlah 4.877 guru. Dari jumlah tersebut sebanyak 3.312 guru atau 67,91% memiliki
kualifikasi S1, sedangkan guru PNS yang sudah bersertifikasi sebanyak 1.603 guru atau
34,54%.
2.8.2 Kesehatan
Sebagai daerah yang sedang mengejar ketertinggalannya dengan kabupaten-kabupaten
lain di Aceh, Pidie Jaya sangat berkeinginan memiliki rumah sakit rujukan yang bertipe. Guna
mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah telah membangun beberapa infrastruktur dasar
sesuai dengan master plan pembangunan rumah sakit bertipe, seperti ruang rawat inap, ruang
radiologi, ruang operasi, IGD, dan fasilitas pendukung lainnya.
Kondisi sarana dan prasarana pelayanan kesahatan mayarakat Pidie Jaya tahun 2013
No Jenjang Pendidikan 2011 2012 2013 2014 2015
1 SD/MI
1.1 Jumlah guru 1.210 1.223 1.223 1.223 1.239
1.2 Jumlah murid 17.111 19.671 19.850 19.988 20.163
1.3 Rasio 1 : 14 1 : 16 1 : 16 1 : 16 1 : 16
2 SMP/MTs
2.1 Jumlah guru 769 772 772 772 785
2.2 Jumlah murid 8.152 12.352 13.421 13.579 13.704
tenaga kesehatan yang ditempatkan di Puskemas dan Poskesdes berjumlah 656 orang. Lebih
jelas jumlah sarana dan tenaga kesehatan dapat di lihat pada Tabel 2.21 sebagai berikut:
Tabel 2.21
Indikator Kesehatan Masyarakat Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2014
No Kecamatan Jumlah
Puskesmas
1 Bandar Baru 2 44 20.693 2.214 797 111
2 Pante Raja 1 10 4.952 633 191 47
3 Trienggadeng 1 27 12.871 1.974 506 92
4 Meureudu 1 30 10.241 2.398 467 89
5 Meurah Dua 1 19 6.251 1.036 256 72
6 Ulim 1 30 8.047 1.516 339 56
7 Jangka Buya 1 18 4.386 929 221 43
8 Bandar Dua 3 48 14.680 2.461 601 122
9 RSU - - - 111
10 Dinkes - - - 58
Jumlah 11 226 82.121 13.061 3.378 801
Sumber: Dinas kesehatan Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2015
Untuk mencapai Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan dan MDG’s,
Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya telah menganggarkan dana melalui berbagai sumber
pendanaan. Kemajuan pembangunan bidang kesehatan dan pelayanan di Kabupaten Pidie Jaya
dapat diukur dengan beberapa indikator kunci pada 2.22 sebagai berikut:
Tabel 2.22
Indikator Kesehatan Masyarakat Tahun 2012 s.d 2015 Kabupaten Pidie Jaya
No Indikator 2012 2013 2014 2015
1 Angka kelangsungan hidup bayi 98,21 98,55 98,56 98,56
2 Angka kematian bayi 1,05 2 2 3
3 Angka usia harapan hidup 69,25 69,35 69,36 69,76
4 Persentase balita gizi buruk (per
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pidie Jaya Tahun 2016. SPM Dinas Kesehatan Kab. Pidie Jaya 2015.
2.8.3. Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur Kabupaten Pidie Jaya meningkat pesat sejak tahun 2009.
No Indikator 2012 2013 2014 2015
SPM Kesehatan
1 Kunjungan ibu hamil 97 % 100 % 91 % 92 %
2 Cakupan ibu hamil dengan
komplikasi yang ditangani 100 % 100 % 27 % 30 %
3
Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
80 % 95 % 99 % 99 %
4 Cakupan pelayanan ibu nifas 80 % 95 % 100 % 100 %
5 Cakupan neonatal dengan
Komplikasi yang ditangani 11 % 25 % 8,76 % 8,76 %
6 Cakupan kunjungan bayi 14 % 40 % 74 % 72 %
7 Cakupan desa/kelurahan Universitas
Child Immunization (UCI) 45,49 % 55 % 51 % 55 %
8 Cakupan pelayanan anak balita 39 % 62 % 39 % 40 %
9
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin
97 % 100 % 100 % 100 %
10 Cakupan balita gizi buruk mendapat
perawatan 92 % 100 % 100 % 100 %
11 Cakupan penjaringan kesehatan
siswa SD dan setingkat 64 % 83 % 86,8 % 90 %
12 Cakupan peserta KB aktif 83,62 % 94 % 51 % 55 %
13 Cakupan penemuan dan penanganan
penderita penyakit 100 % 100 % 100 % 100 %
14 Cakupan pelayanan kesehatan dasar
masyarakat miskin 66 % 76 % 86 % 90 %
15 Cakupan pelayanan kesehatan
rujukan pasien masyarakat miskin 1,1 % 5 % 3,7 % 5 %
16
Cakupan Desa/Kelurahan
mengalami KLB yang dilakukan penyidikan epidemiologi <24 jam
100 % 100 % 100 % 100 %
mengungkit perekonomian rakyat khususnya di pedesaan. Pembangunan jalan dan jembatan
terutama sekali bertujuan untuk arus transportasi barang dan jasa agar dapat berjalan dengan
lancar.
Pada Tahun 2015, pembangunan Infrastruktur irigasi panjang mencapai 138,2 km
dengan luasan areal yang dialiri untuk persawahan sebesar 9.344,1 Ha. Sekitar 60 persen
irigasi dalam kondisi baik dan sisanya senyak 40 persen harus direhabilitasi. Ada beberapa
irigasi yang menjadi kewenangan Nasional seperti daerah Irigasi Baro Raya dan menjadi
kewenangan Provinsi seperti daerah irigasi Samalanga, Irigasi Meureudu, dan Irigasi Cubo.
Disamping itu pembangunan Infrastruktur pemukiman dan perumahan pada tahun
2015 telah dilakukan pembangunan sebayak 157 unit rumah sehat sederhana untuk fakir
miskin serta fasilitas air bersih di delapan kecamatan. Berikut ada beberapa indikator penting
infrastruktur Pidie Jaya terlihat pada tabel 2.23 berikut:
Tabel 2.23 Indikator Infrastruktur Tahun 2015 Kabupaten Pidie Jaya
No. Aspek/Fokus/Bidang Urusan/Indikator Kinerja
Pembangunan Daerah Satuan
Kondisi Kinerja Pada Awal Periode
RPJM
1. Pekerjaan Umum
1.1 Proporsi Panjang Jaringan Jalan dalam Kondisi
Baik Km 240,0
1.2 Rasio Jaringan Irigasi % 40,00
1.3 Rasio Tempat Ibadah Persatuan Penduduk %
-1.4 Persentase Rumah tinggal bersanitasi % 56,10
1.5 Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per
Satuan Penduduk % 20,00
1.6 Rumah Layak Huni Unit 15.820
1.7 Permukiman Layak Huni % 47,57
1.8 Panjang Jalan Kabupaten Km 483,29
1.9 Jumlah Jembatan Unit 122
1.10
Jalan Penghubung dari Ibukota Kecamatan ke
No. Aspek/Fokus/Bidang Urusan/Indikator
Kinerja Pembangunan Daerah Satuan
Kondisi Kinerja Pada Awal Periode
RPJM
1.12 Drainase dalam kondisi baik/Pembuangan Aliran
Air Tidak Tersumbat % 58,00
1.13 Luas Irigasi Kabupaten dalam Kondisi Baik % 60,00
1.14 Lingkungan Permukiman % 12,50
2. Perumahan
2.1 Rumah Tangga Pengguna Air Bersih % 16,94
2.2 Rumah Tangga Pengguna Listrik % 99,16
3.3 Rumah Tangga Bersanitasi % 56,10
3.4 Lingkungan Permukiman Kumuh Ha 985,92
3.5 Rumah Layak Huni % 55,73
3. Penataan Ruang
3.1 Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Ha 95,20
3.2 Luas Wilayah ber HPL/HGB Ha 152,17
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2015
2.9. Fokus Layanan Urusan Pilihan
Fokus terhadap layanan urusan pilihan dilakukan terhadap indikator-indikator kinerja
Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya terhadap penyelenggaraan urusan pilihan pemerintahan
seperti halnya bidang urusan pertanian, kehutanan, perkebunan, kelautan, perikanan,
perdagangan, industri dan transmigrasi.
2.9.1 Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor unggulan daerah sebagai salah satu sektor yang
memiliki kontribusi besar terhadap PDRB kabupaten di mana pada tahun mencapai 58,19%.
Sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja sebesar 19.185 jiwa atau 11,92% dari total
penduduk Kabupaten Pidie Jaya. Oleh karena itu pembangunan selalu di arahkan kepada
Sedangkan 1.686 Ha sawah masih bergantung pada sistem tadah hujan. Tabel 2.24
menjelelaskan tentang luas sawah yang dialiri irigasi menurut kecamatan:
Tabel 2.24
Luas Baku Sawah Yang Diairi dengan Sistem Irigasi Menurut Kecamatan
NO KECAMATAN
Teknis Sederhana Non PU
T. Hujan
1 Bandar Baru 1.455 835 219 - - 401 1.455
2 Panteraja 332 106 - - - 226 332
3 Trienggadeng 1.079 315 - - - 764 1.079
4 Meureudu 1.160 1.116 - - - 44 1.160
Sumber: Distannak Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2015
Beberapa indikator utama capaian sektor pertanian Kabupaten Pidie Jaya dapat dilihat
pada Tabel 2.24 berikut ini:
Tabel 2.24
Indikator Penting Bidang Pertanian Tahun 2010 s.d 2014 Kabupaten Pidie Jaya
Sumber: Dinas Pertanian Kab. Pidie Jaya Tahun 2015.
No Indikator 2010 2011 2012 2013 2014
1 Produksi padi rata-rata (ton) 79.014 87.784 88.81
7 103.504
113.61 8 2 Produktivitas Padi (ton/Ha) 6,28 6,32 7,14 7,99 8,35 3 Pembangunan jalan usaha tani (km) 2.995 5.735 9.951 9.776 10.342
4 Pembangunan jalan usaha tani ternak
(km) 1.134 987 931 445 1.556
5 Pembangunan jaringan saluran
tersier (km) 2.279 8.330
21.03
peningkatan rata-rata produksi padi, tingkat produktifitas petani dan pembangunan
infrastruktur pendukung pertanian.
2.9.2. Peternakan
Masyarakat Pidie Jaya khususnya di pedesaan pada umumnya selain bertani dan
berkebun juga beternak baik sapi, kerbau, kambing, domba ayam, itik dll. Populasi ternak
yang termasuk dalam kelompok ternak ruminansia besar seperti sapi berjumlah 18.505 ekor
dan kerbau 2.275 ekor. Sedangkan untuk ternak ruminasia kecil seperti Kambing berjumlah
14.135 ekor dan domba 1.316 ekor. Tabel 2.25 dan 2.26 merupakan perkembangan populasi
ternak dikabupaten Pidie Jaya adalah sebagai berikut:
Tabel 2.25
Jumlah Populasi Ternak Ruminasia Besar Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2015
NO KECAMATAN
Sapi
Jumlah
Kerbau
Jumlah Kuda
Jantan Betina Jantan Betina
1 Bandar Baru
1.409 2.820 4.229 158 372 530 0
2 Panteraja
259 514 773 46 104 150 0
3 Trienggadeng
1.132 2.266 3.398 186 331 517 0
4 Meureudu
1.019 2.039 3.058 96 217 313 0
5 Meurah Dua
348 697 1.045 14 16 30 0
6 Ulim
475 951 1.426 46 92 138 0
7 Bandar Dua
1.151 2.302 3.453 132 294 426 0
8 Jangka Buya
374 749 1.123 34 137 171 0
J U M L A H 6.167 12.338 18.505 712 1.563 2.275 0
Tabel 2.26
Jumlah Populasi Ternak Ruminansia Kecil Kabupaten Pidie Jaya tahun 2015
NO KECAMATAN KAMBING DOMBA
1 Bandar Baru 3.396 215
2 Panteraja 1.453 96
3 Trienggadeng 4.386 258
4 Meureudu 1.258 130
5 Meurah Dua 1.468 74
6 Ulim 278 236
7 Bandar Dua 1.113 189
8 Jangka Buya 783 118
J U M L A H 14.135 1.316
Sumber: Distannak Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2015
Tabel 2.27
Hewan Ternak Unggulan Tiap Kecamatan Di Kabupaten Pidie Jaya
No Kecamatan Jenis Ternak
1 Bandar Baru Sapi, Kambing, Domba dan Ayam Boiler
2 Pante Raja Sapi,Kerbau, Kambing, Domba dan Ayam Boiler dan Itik
3 Trienggadeng Kambing, Ayam Buras, dan Itik
4 Meureudu Ayam Buras
5 Meurah Dua Ayam Buras
6 Ulim Sapi, Kerbau, dan Kambing
7 Bandar Dua Sapi, Kerbau, Kambing, dan Itik
8 Jangka Buya Sapi, Kerbau, dan Itik
Gambar 2.22
Peternakan Kerbau Dan Sapi di Pidie Jaya
Sumber: Profil Kabupaten Pidie Jaya
Sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya telah memberikan kontribusi besar terhadap
PDRB Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2013 yaitu 17,75% atau 290.953,50. Sub sektor
peternakan ini selain berperan sebagai penyedia pangan juga berperan dalam upaya
pengentasan kemiskinan melalui penyediaan lapangan pekerjaan dan perbaikan pendapatan
masyarakat. Sub sektor peternakan juga selain berkontribusi secara langsung, juga memiliki
kontribusi secara tidak langsung berupa efek pengganda (multiplier effect), yaitu keterkaitan
input-output antar industri, konsumsi dan investasi. Sehingga sangat berperan dalam
pembangunan ekonomi daerah.
Dalam rangka peningkatan produksi peternakan dan hasil-hasilnya, pemerintah Pidie
Jaya juga memfasilitasi masyarakat dengan pengembangan lahan hijau untuk pengembalaan
ternak. Upaya ini dilakukan agar terjamin ketertiban dalam pengelolaan ternak masyarakat.
Tabel 2.28
Potensi Lahan Hijauan Makanan Ternak (HMT) dan Padang Pengembalaan Kabupaten Pidie Jaya tahun 2015
No KECAMATAN
LUAS (Ha)
Kebun Rumput (MHT) Padang Pengembalaan
1 Bandar Baru 44 327,83
No KECAMATAN
LUAS (Ha)
Kebun Rumput (MHT) Padang Pengembalaan
6 Ulim 46 98,98
7 Jangka Buya 8
-8 Bandar Dua 46 99,37
J U M L A H 309 1.271,55
Sumber: Distannak Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2015
Tabel 2.28 menunjukkan bahwa Pidie Jaya memiliki lahan hijau untuk makanan ternak
(HMT) dan padang pengembalaan seluas 1.271,55 Ha dan padang pengembalaan seluas 309
Ha. Namum demikian masih banyak masyarakat yang melepaskan ternaknya bebas
berkeliaran sehingga merusak tanaman pertanian dan tanaman pekarangan masyarakat
lainnya. Pemerintah Pidie Jaya terus mengupayakan solusi untuk memecahkan permasalahan
tersebut.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan melakukan penertiban
ternak melalui penerapan Qanun Nomor 3 Tahun 2013 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan. Penyuluhan tentang cara beternak yang baik dan modern dimana ternak diupayakan
selalu berada dikandang dan petani ternak harus menyuplai kebutuhan pakan dan nutrisi yang
dibutuhkan ternak seperti sistem cut and carry bukan dengan cara konvensional seperti ternak dilepas bebas. Selain itu pemerintah juga mengupayakan peningkatan kemampuan dan
ketrampilan peternak dalam hal pemanfaatan limbah pertanian yang dapat dijadikan pakan
alternatif untuk ternak diantaranya seperti fermentasi jerami, pemanfaatan kulit buah coklat.
Pemanfaatan limbah ternak sendiri sebagai bioenergi seperti pembangunan biogas dan
Tabel 2.29
Jumlah Populasi Ternak Unggas Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2015
NO Kecamatan
Ayam Itik
Merpati Buras
Ras
Itik
Itik Manila (entok)
Pedaging Petelur
1 Bandar Baru 3.902 25.000 1.252 2.966 3.800 95
2 Panteraja 3.042 6.000 - 2.289 2.290 70
3 Trienggadeng 7.613 27.000 519 4.019 1.055 95
4 Meureudu 6.765 28.800 800 5.462 3.260 106
5 Meurah Dua 7.582 18.000 - 6.882 3.500 126
6 Ulim 7.044 10.800 2.500 5.934 842 215
7 Bandar Dua 10.911 36.000 2.350 10.267 3.200 197
8 Jangka Buya 5.564 5.400 200 2.323 926 55
J U M L A H 52.423 157.000 7.621 40.142 18.873 59.015
Sumber: Distannak Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2015
Komoditi ternak unggas (Itik, Ayam Potong dan Petelur) merupakan komoditas
penghasil daging dan telur yang sangat laku keras di pasaran lokal. Saat ini belum banyak
peternak atau investor yang bergerak dalam bidang budidaya ternak itik, ayam potong dan
petelur yang dikelola secara modern/intensif. Meningkatnya permintaan daging itik, ayam
potong dan telur ayam ras untuk keperluan rumah tangga dan restoran, menjadikan Kabupaten
Pidie Jaya pengimpor daging ayam dan telur yang cukup besar. Ayam potong dan petelur
merupakan komoditas yang memiliki prospek investasi yang cukup cerah di Kabupaten Pidie
Jaya.
Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya sudah mulai mengupayakan untuk penggiatan usaha
peternakan unggas seperti yang ada di Kecamatan Bandar Baru dan Ulim dimana pemerintah
daerah sudah memberikan bantuan kandang dan ternak ayam petelur sebanyak 4.000 ekor
kepada masyarkat.
dengan tahun 2013. Pada tahun 2009, luas area tanaman kakao mencapai 8.272 ha dan terus
berkembang menjadi 13.304 ha pada tahun 2013. Sedangkan komoditi lainnya seperti sektor
tanaman perkebunan kelapa dalam, juga mengalami peningkatan dari 2.886 ha pada tahun
2009 menjadi 3.273 ha sampai tahun 2013. Untuk area lahan komoditi pinang meningkat dari
1.502 ha pada tahun 2009 menjadi 1.515 ha sampai tahun 2013. Untuk tanaman kelapa sawit,
pada tahun 2009 terus mengalami peningkatan area tanam dari 26 ha menjadi 680 ha pada
tahun 2013.
Tabel 2.30
Perkembangan Luas Komoditas Perkebunan 2011–2015
No Komoditi Jumlah Luas Komoditas (ha) / Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Kakao 8.272,00 10.432,80 10.432,80 12.645,00 13.304,00 2 Kelapa Dalam 2.886,00 3.272,00 3.272,00 3.272,00 3.273,00 3 Pinang 1.502,00 1.515,00 1.515,00 1.515,00 1.515,00 4 Kelapa Sawit 426,00 1.059,50 1.080,00 680,00 680,00
5 Karet 18,00 8,00 3,00 3,00 443,00
6 Pala - 23,00 18,00 18,00 17,00
Sumber: Dishutbun Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2015
Adapun hasil produksi perkebunan tanaman kakao terjadi peningkatan yang signifikan
dari tahun 2011 sampai 2015 sekitar 45,35%. Tahun 2011 sampai 2012 meningkat sekitar
45,69%. Hal yang sama terjadi pada komoditi kelapa sawit meningkat tajam hingga 263,41%
hingga tahun 2013. Komoditi pinang terjadi peningkatan setiap tahun, jika dilihat secara
rata-rata pertumbuhan produksi pinang setiap tahun berkisar 27,37%, namun terjadi penurunan
pada tahun 2011 sampai 2012 sekitar 0,50%.
Dilihat dari kondisi komoditi pada sektor perkebunan sebagai salah satu sektor
unggulan daerah maka kakao, kelapa sawit dan kelapa dapat dikembangkan secara lebih
intensif dan berkelanjutan sehingga mampu menopang dan meningkatkan nilai tambah
2.9.4. Kelautan dan Perikanan
Sebagai salah satu sektor unggulan daerah, perikanan juga memberikan kontribusi
yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Perkembangan sektor ini
ditunjukkan oleh dua sub-sektor perikanan yaitu perikanan budidaya dan perikanan tangkap.
Berdasarkan data, luas area perikanan budidaya mencapai 2.094,61 ha pada tahun 2011 dan
menurun menjadi 2.078,23 ha pada tahun 2015. Adapun jenis perikanan budidaya adalah
bandeng, udang, lele, nila, bawal dan lain-lain.
Giografis Kabupaten Pidie Jaya yang umumnya adalah perbukitan dan pesisir maka
penduduknya umumnya bermata pencarian pertanian dan perikanan ataupun nelayanan
tangkap. Sekitar 2.303 orang penduduk bermatapencarian sebagai nelayan yang paling
dominan terdapat dikecamatan Panteraja dan Jangka Buya.
Tabel 2.31
Jumlah Nelayan di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2011-2015
Kategori Nelayan Tahun
(Orang) 2011 2012 2013 2014 2015
Nelayan Tetap 1.739 1.651 2.043 2.005 1.878
Nelayan Sambilan 754 622 477 465 425
TOTAL 2.493 2.273 2.520 2.470 2.303
Sumber: DKP Kab. Pidie Jaya 2015
Sub-sektor perikanan tangkap, wilayah perikanannya mencapai daerah zona ekonomi
ekslusif. Adapun jenis-jenis perikanan tangkap adalah Tuna, Tongkol, Kembung, Tenggiri,
Cakalang, Dencis, Teri, Kuwe, Turisi, Peperek, Karapu Batu, dan Layur. Produksi perikanan
tangkap pada tahun 2015 mencapai 10.681 ton, merupakan produksi tertinggi. Sedangkan
Tabel 2.32
Produksi Perikanan Tangkap di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009-2013
No Komoditas Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Teri 1.420 1.665 1.825 1.512 2.175
2 Dencis 1.550 1.675 1.740 1.495 1.953
3 Tongkol 575 605 685 735 1.643
4 Peperek 320 305 206 173 118
5 Tuna 1.965 1.975 1.950 1.970 2.159
6 Kerapu 20 40 40 -
-7 Cakalang 605 620 480 386 1.438
8 Tenggiri 128 118 129 136 154
9 Layur 145 170 54 34 32
10 Turisi 95 120 130 123 132
11 Kuwe 172 177 177 174 203
12 Kembung 410 460 460 372 393
13 Lamadang 85 85 85 90 126
14 Kakap Batu 75 75 75 75 117
15 Udang 10 45 39 11 38
TOTAL 7.575 8.135 8.075 7.286 10.681
Sumber: DKP Kab. Pidie Jaya 2014
Jika dilihat dari berbagai jenis perikanan tangkap tahun 2014, produksi terbesar berada
pada Ikan Tuna. Produksi Tuna rata-rata dapat mencapai 2.159 ton pertahun. Ikan Teri
produksi rata-rata mencapai 2.175 ton pertahun, Dencis sebanyak 1.953,00 ton rata-rata
pertahun. Sedangkan untuk ikan Tongkol rata-rata pertahunnya hanya mencapai sebesar
1.643 ton. Ikan Cakalang sebesar 1.438 ton dan Kembung sebesar 393 ton.
Sektor perikanan di Kabupaten Pidie Jaya diharapkan menjadi komoditi unggulan bagi
pertumbuhan ekonomi baik dari sektor perikanan tangkap/laut maupun dari sektor perikanan
darat/tambak, mengingat posisi geografis Kabupaten Pidie Jaya yang memiliki wilayah
perairan laut yang cukup luas.
Perikanan darat merupakan kegiatan yang memanfaatkan lahan tambak sebagai tempat
budidaya ikan tersebut. Budidayanya juga dibedakan atas budidaya air payau dan budidaya air
tawar. Di Kabupaten Pidie Jaya seluruh kecamatan memiliki tambak, hal ini karena seluruh
Gambar 2.23
Gambar Lokasi Perikanan Kabupaten Pidie Jaya
Sumber: Profil Kabupaten Pidie Jaya
2.9.5 Perdagangan, Industri dan UMKM
Upaya percepatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan nilai tambah masyarakat
yaitu melalui pemberdayaan dan pengembangan sektor perdagangan, industri, UMKM dan
Koperasi. Selama ini sektor ini belum mendapat perhatian yang lebih disebabkan karena
masih lemahnya sumberdaya manusia yang memahami terhadap efektifitas percepatan
pertumbuhan ekonomi sektor riil. Berdasarkan data, sektor riil telah berkembang cukup
signifikan, akan tetapi sentuhan efektif pemerintah belum berjalan maksimal.
Sektor perdagangan telah mampu menyerap tenaga kerja 7.542 orang dan memberikan
kontribusi terbesar ke tiga setelah sektor pertanian dan jasa-jasa terhadap PDRB Kabupaten
Pidie Jaya yaitu 10,5% atau 162.209,04 pada tahun 2014. Sektor perdagangan juga mampu
memberikan kontribusi terhadap penerimaan PAD. Pemerintah terus mengembangkan sektor
ini dengan program pengembangan pasar dan pusat perdagangan antar kecamatan.
Tabel 2.33
Data Sektor Perdagangan Per Kecamatan dalam Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013
No. Kecamatan Pasar
Tradisonal
Pasar Lokal
Pertokoan/ Warung/
Kios
Jumlah Pedagang
Tenaga Kerja
1. Bandar Baru 2 - 515 495 1.454
2. Panteraja 1 1 162 152 381
No. Kecamatan Pasar Tradisonal
Pasar Lokal
Pertokoan/ Warung/
Kios
Jumlah Pedagang
Tenaga Kerja
7. Jangka Buya 1 2 180 170 424
8. Bandar Dua 1 2 711 681 1.642
Jumlah 9 12 2.975 2.847 7.532
Sumber : Disperindagkop Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2015
Bidang industri yang umumnya merupakan industri masyarakat, paling berkembang
seperti industri rumah tangga yang meliputi Anyaman Tikar Pandan, Anyaman Rotan, Bordir,
Pandai Besi, Garam, Kue Tradisional, Pengasinan Ikan, Batu Bata, Tahu/Tempe dan lain-lain.
Semua Jenis industri tersebut dilakukan oleh individu dan kelompok. Berdasarkan data
menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan terhadap industri tersebut setiap tahunnya.
Kelompok industri yang paling tinggi pertumbuhannya adalah kelompok Anyaman Tikar
Pandan. Pada tahun 2009 hanya 54 kelompok dan meningkat menjadi 371 kelompok hingga
tahun 2013. Selanjutnya kelompok pembuat garam dari 120 kelompok pada tahun 2010
meningkat menjadi 260 kelompok hingga tahun 2013. Namun yang paling memprihatinkan
adalah usaha industri batu bata yang pada tahun 2010 mencapai 115 kelompok dan turun
drastis hingga tersisa 7 kelompok saja pada tahun 2014. Beberapa industri lainnya juga terjadi
penurunan.
Perkembangan jumlah UMKM dan Koperasi dari tahun 2010 sampai 2014
menunjukkan bahwa pertumbuhan UMKM cukup signifikan, dimana pada tahun 2010
jumlahnya hanya 210 UMKM, bertambah menjadi 2.057 UMKM pada tahun 2014.
Pertumbuhan terbesar terjadi di Kecamatan Bandar Baru dan Kecamatan Ulim. Sedangkan
untuk Koperasi, pada tahun 2010 hanya 184 koperasi, hanya meningkat menjadi 225 Koperasi
pada tahun 2014.
Berdasarkan pertumbuhan tersebut, Pemerintah harus mampu mengambil perannya
untuk mengungkit peran serta sektor Industri, UMKM dan Koperasi dalam menumbuh
kembangkan roda ekonomi daerah, dimana ketiga jenis usaha tersebut telah member andil
kepariwisataan Indonesia. Apalagi pemerintah sudah mencanangkan bahwa pariwisata harus
menjadi andalan pembangunan Indonesia.
Melihat peluang nilai ekonomis yang sangat tinggi dari pembangunan di sektor
pariwisata ini, maka Kabupaten Pidie Jaya sebagai kabupaten baru memiliki cukup banyak
potensi pariwisata meliputi pariwisata pantai, pegunungan, sejarah kebudayaan, dan wisata
religi. Dari semua potensi tersebut diatas, Pidie Jaya akan memprioritaskan pembangunan
pariwisata berbasis pantai karena sebagian besar wilayah Pidie Jaya memiliki kawasan pantai
yang sangat indah.
Tabel 2.34
Potensi Obyek Wisata Kabupaten Pidie Jaya
No Kecamatan Lokasi dan Jenis Obyek Wisata
Jarak Tempuh
(Km)
1 Meureudu a Air terjun Meureudu 46
b Bendungan Beuracan 6
c Mesjid Guci Keuramat 3
d Sungai Bate le Blang Awe 2,5
e
Benteng Sultan Iskandar
Muda 3
f Pantai Meureudu 2,5
2 Bandar Dua a. Bukit berbatu Ule Glee 58
3 Ulim a. Kuta Batee 50
4 Trienggadeng/Panteraja a Pantai Raja/Tripa 35 5 Bandar Baru a. Bendungan Irigasi Cubo 21
b.
Pantai Lancang Paru Lueng
Putu 7,5
Sumber : Profil Kabupaten Pidie Jaya, Tahun 2011
2.9.7. Potensi Tambang dan Mineral
Sumber daya mineral yang ada sangat ini, masih berupa bahan galian C. Tetapi jumlah bahan
galian ini cukup banyak, hal ini dapat dilihat dari keberadaan sungai dan ketinggian daratan
yang bervariasi (tebing). Berdasarkan pengamatan kegiatan penambangan bahan galian C,
umumnya merupakan dipergunakan sebagai bahan bangunan dilakukan masih menggunakan