• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

2 Fasilitas Kesehatan Puskesmas

Posyandu 13 Toko Obat 1 Rumah Bersalin 1 3 Fasilitas Olahraga

Lapangan Sepak Bola 1

Lapangan Bulu Tangkis 3

Lapangan Volley 7 4 Fasilitas Peribadatan Masjid 13 Surau/Langgar/Mushola 7 5 Fasilitas Lainnya Pos Kamling 13 MCK Umum 39

Warung/Kedai Makanan Minuman 98

Toko/Warung Kelontong 96

Restoran/Rumah Makan 10

Sumber: Profil Desa Patengan (2014)

Tabel 23 Akomodasi penginapan Desa Patengan

No Jenis Penginapan Jumlah (unit)

1 Hotel 2

2 Home Stay 40

3 Penginapan Lainnya (Wisma,Losmen,Motel,dsb) 5

Total 47

Sumber: Profil Desa Patengan (2014)

Transportasi masyarakat di Desa Patengan sebagian besar menggunakan kendaraan bermotor roda dua, dikarenakan jumlah kendaraan bermotor roda dua lebih banyak dibandingkan kendaraan bermotor roda empat. Kendaraan bermotor roda dua (ojek) lebih sering digunakan didalam Desa Patengan, sedangkan untuk sistem transportasi dari dalam desa menuju luar desa ataupun sebaliknya lebih sering menggunakan jasa angkutan umum, seperti angkutan kota. Namun, untuk angkutan kota hanya beroperasi mulai dari pukul 06:00 sampai pukul 17:00 waktu sekitar, sedangkan untuk ojek beroperasi mulai dari pagi hari sampai malam hari untuk kejelasan waktunya tidak dapat dipastikan. Kondisi jalan yang ada pada Desa Patengan terbagi dua, yaitu jalan aspal kondisi baik sepanjang 50 Km dan kondisi rusak 2 Km serta jalan diperkeras kondisi baik sepanjang 20 Km dan kondisi rusak 1 Km.

Aksesibilitas

Akses menuju Desa Patengan dapat dilalui lewat jalur darat dengan kondisi jalan utama baik, yaitu lebar dan beraspal. Kondisi dekitar jalan utama ini dikelilingi oleh hamparan kebun teh dengan jalur menurun yang berkelok-kelok. Namun, untuk penerangan jalan utama terutama pada malam hari kondisinya tidak terlalu baik karena jarak antara lampu jalan yang satu dengan yang lainnya cukup berjauhan. Bahkan, ada pula beberapa spot-spot jalan tertentu yang tidak terlihat adanya lampu jalan dan itu sangat membahayakan bagi para wisatawan serta masyarakat sekitar apabila dilalui pada saat malam hari.

Para wisatawan yang ingin datang ke Desa Patengan dari Ibukota Kabupaten Bandung, harus menempuh jarak 27 Km dengan waktu tempuh kurang lebih selama 1.5 jam dengan menggunakan kendaraan bermotor. Sedangkan, para wisatawan dari Ibukota Provinsi Jawa Barat, harus menempuh jarak 55 Km dengan waktu tempuh kurang lebih selama 2.5 jam dengan menggunakan kendaraan bermotor dan itupun apabila kondisi jalanan lancar tanpa macet. Bagi para wisatawan atau wisatawan dari Ibukota Kecamatan Rancabali hanya perlu menempuh jarak sejauh 300 m dengan waktu tempuh kurang lebih selama 2 menit menggunakan kendaraan bermotor, ataupun hanya memerlukan waktu selama kurang lebih 10 menit dengan berjalan kaki.

Gambar 7 Jalan lebar beraspal (kiri) dan jalan berkelok (kanan)

Jalan sekunder atau jalan menuju beberapa perkampungan di Desa Patengan ini tidak dalam kondisi yang baik seperti jalan utamanya. Salah satunya jalan terdapat di Kampung Patengan Baru yang masih berupa jalan berbatu dan sedikit tanah, seperti yang terlihat pada Gambar 9. Walaupun untuk jalan menuju perkampungan tersebut sudah beraspal, namun kondisi dari jalan aspalnya sudah tidak baik dan berbatu pada bagian tepian jalan. Kondisi jalan sekunder yang terdapat pada perkampungan-perkampungan lainnya hampir sama dengan kondisi jalan yang terdapat pada Kampung Patengan Baru, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 9 Jalan di dalam dan menuju salah satu perkampungan

Analisis dan Sintesis Analisis Kepekaan Fisik Erosi

Analisis kepekaan fisik erosi dianalisis mengacu pada metode penilaian lahan kritis berdasarkan S.K. Menteri Pertanian No.837/Kpts/Um/11/1980 yang menggunakan data kemiringan lahan, jenis tanah dan curah hujan sebagai bahan pendekatan penilaian. Hasil penilaian analisis dari tiga aspek analisis tersebut akan didapatkan nilai dari kepekaan fisik erosi. Selanjutnya, dengan menggunakan rumus yang telah dipaparkan sebelumnya kepekaan fisik erosi akan terbagi dalam tiga kategori, yaitu kepekaan fisik erosi rendah, sedang dan tinggi, seperti yang terlihat pada Tabel 24. Hasil analisis ini menjadi dasar bahan pertimbangan dalam pengembangan kawasan dan perencanaan penggunaan tapak selanjutnya demi faktor keamanan para wisatawan.

Tabel 24 Kategori kepekaan fisik erosi

No Kategori Kepekaan Fisik Erosi Skor

1 Kepekaan Fisik Rendah 45 sampai 105

2 Kepekaan Fisik Sedang 106 sampai 165

3 Kepekaan Fisik Tinggi 166 sampai 225

Mengacu pada data Kabupaten Bandung dalam angka tahun 2008, analisis untuk data aspek kemiringan lahan melihat pada peta topografi, seperti yang terlihat pada Gambar 10. Kemiringan lahan yang terdapat pada Desa Patengan, didominasi dengan lahan yang memiliki kemiringan 25 sampai 45 persen yang

berarti bersifat curam dengan persentase sebesar 30.68 persen dari luas wilayah Desa Patengan, seperti yang terlihat pada Gambar 11.

Analisis data aspek jenis tanah didapatkan angka sebesar 77.46 persen jenis tanah yang terdapat pada Desa Patengan adalah jenis tanah andosol dan sebesar 14.04 persen berjenis tanah podsolik merah kuning, seperti yang terlihat pada Gambar 12. Berdasarkan S.K. Menteri Pertanian No.837/Kpts/Um/11/1980, tanah yang berjenis andosol dan podsolik memiliki sifat peka terhadap erosi dan ini berarti bahwa 91.50 persen wilayah Desa Patengan dengan jenis tanah tersebut peka terhadap erosi.

Analisis untuk data aspek curah hujan menunjukan bahwa Desa Patengan memiliki curah hujan sebesar 28 mm per hari dengan rata-rata 989 mm per tahunnya. Hal ini berarti bahwa curah hujan Desa Patengan bersifat tinggi (Gambar 13) dan memiliki sifat yang tinggi terhadap kepekaan erosi, karena semakin tinggi curah hujan maka menandakan bahwa intensitas hujan yang terjadi sangat lama dan ini mengakibatkan kepekaan erosi yang tinggi.

Hasil Analisis Kepekaan Fisik Erosi

Berdasarkan hasil overlay dari setiap aspek yang telah dianalisis didapatkan peta kepekaan fisik erosi yang menunjukan tingkat kerawanan untuk melakukan pengembangan pada kawasan tersebut, seperti yang terlihat pada Gambar 14. Sementara untuk hasil perhitungan analisis dari ketiga aspek yang telah dianalisis didapatkan luasan dari masing-masing kategori kepekaan fisik erosi yang dapat dilihat Tabel 25.

Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat dikatakan bahwa Desa Patengan didominasi oleh kawasan dengan kepekaan fisik erosi yang tinggi. Hal ini berarti bahwa kawasan yang memiliki kepekaan fisik erosi tinggi sangat rawan bila dikembangkan menjadi kawasan wisata, namun dapat dimanfaatkan menjadi sebuah kawasan konservasi atau kawasan lindung. Lalu untuk objek dan daya tarik wisata (ODTW) yang telah ada pada kawasan ini lebih memperhatikan keamanan terutama dalam hal pencegahan erosi. Kawasan dengan kepekaan fisik sedang dapat dimanfaatkan menjadi kawasan penyangga dan kawasan dengan kepekaan fisik rendah akan difokuskan atau dikembangkan untuk menjadi kawasan wisata.

Tabel 25 Kategori kepekaan fisik erosi

No Kategori Kepekaan Fisik Erosi Luasan (ha) Persentase (%) 1 Kepekaan Fisik Erosi Rendah 582.13 12.54 2 Kepekaan Fisik Erosi Sedang 1 139.67 24.56 3 Kepekaan Fisik Erosi Tinggi 2 918.87 62.90

29 Gambar 11 Peta kemiringan lahan Desa Patengan

31 Gambar 13 Peta curah hujan Desa Patengan

Analisis Daya Tarik ODTW (Objek dan Daya Tarik Wisata)

Desa Patengan memiliki berbagai macam objek dan daya tarik wisata untuk menunjang kegiatan pariwisata di Kecamatan Rancabali dan menjadi sebuah nilai tambah bagi masyarakat sekitar. Menurut pengamatan dari Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Bandung tahun 2013, Desa Patengan memiliki beberapa objek dan atraksi wisata yang beragam, seperti yang terlihat pada Gambar 16. Objek dan daya tarik wisata yang ada dapat menjadi daya tarik bagi kawasan Desa Patengan dan menjadi nilai tambah bagi penduduk sekitar. Objek dan daya tarik wisata yang terdapat pada Desa Patengan dapat dilihat pada Tabel 26.

Kawasan Desa Patengan memiliki potensi yang beragam untuk dijadikan sebagai objek atau atraksi wisata, namun untuk melakukan hal tersebut diperlukan penilaian terhadap potensi-potensi yang ada dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan oleh Pedoman Penilaian Daya Tarik Wisata (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 2007). Aspek yang dinilai ialah aspek daya tarik kawasan, aspek aksesibilitas, aspek akomodasi, aspek sosial dan ekonomi serta aspek sarana dan prasarana penunjang. Penilaian pada aspek-aspek tersebut dapat dilihat pada Tabel 27, Tabel 28, Tabel 29, Tabel 30 dan Tabel 31.

Tabel 26 Objek dan daya tarik wisata Desa Patengan

No Objek Daya Tarik

1 Taman Wisata Alam Cimanggu - Pemandangan alam hutan dan danau yang indah

- Menikmati hangatnya air hangat disuasana alam yang dingin 2 Kawah Rengganis - Pemandangan yang masih alami

- Ekosistem yang masih terjaga

3 Situ Patengan - Pemandangan danau/situ dengan latar hutan yang masih alami

- Nilai mitos yang ada di dalam objek 4 Taman Air Rancaupas - Panorama hutan yang masih alami

- Keanekaragaman hayati yang beragam 5 Situ Lembang - Menikmati keindahan dan kesegaran air

terjun

- Wahana pemancingan menambah kegiatan berwisata

6 Kolam Renang Walini - Menikmati hangatnya kolam renang didinginnya udara

- Berlatarkan pemandangan perkebunan Sumber: Dinas Pemuda Olaharaga dan Pariwisata Kabupaten Bandung (2013)

Gambar 17 Panorama objek dan daya tarik wisata

Aspek daya tarik wisata dinilai berdasarkan cara menghitung jumlah objek dan daya tarik wisata yang terdapat pada Desa Patengan, dengan melihat keunikan sumber daya alamnya, banyaknya potensi sumber daya alam yang menonjol, tempat yang dapat dijadikan sebagai kegiatan wisata sampai melihat kenyamanan dan keamanan yang terdapat pada kawasan Desa Patengan (Tabel 27).

Tabel 27 Penilaian aspek daya tarik wisata

No Unsur/Sub unsur Jumlah dan Nilai

1 Keunikan Sumber daya alam > 4 3 2 1 Tidak ada

30 25 20 15 10 Air Terjun • Flora • Fauna • Sungai • Kesenian Tradisional • Peninggalan Sejarah • Upacara Adat • Kebudayaan Masyarakat • Rata-rata 25

2 Banyaknya potensi sumber daya alam > 4 3 2 1 Tidak ada

yang menonjol 30 25 20 15 10 Batuan • Flora • Fauna • Air Terjun • Gejala Alam • Rata-rata 24

3 Spot kegiatan wisata yang dapat > 5 4 3 2 1

dilakukan 30 25 20 15 10

Menikmati Keindahan Alam •

Melihat Flora dan Fauna yang Ada •

Memancing •

Trekking •

Mandi / Berenang •

Penelitian dan Pendidikan •

Berkemah •

Perahu •

Tabel 27 Penilaian aspek wisata (lanjutan)

No Unsur/Sub unsur Jumlah dan Nilai

4 Jumlah Faktor yang Mempengaruhi > 4 3 2 1 Tidak Ada

Kebersihan 10 15 20 25 30

Industri •

Jalan Ramai dan Kendaraan Bermotor •

Pemukiman Penduduk • Sampah • Vandalisme • Binatang • Pencemaran Lainnya • Rata-rata 27.14 5 Kenyamanan > 5 4 3 2 1 30 25 20 15 10

Udara bersih dan Sejuk •

Bebas dari bau yang mengganggu •

Bebas dari Kebisingan •

Pelayanan yang memuaskan •

Rata-rata 30

6 Keamanan > 5 4 3 2 1

30 25 20 15 10

Tidak ada arus yang berbahaya •

Tidak ada pencurian •

Tidak ada perambahan liar •

Tidak ada kepercayaan yang mengganggu • Tidak ada penyakit yang berbahaya •

Rata-rata 30

*Keterangan: total nilai aspek daya tarik wisata 159.89 x 6 = 959.34

Aspek aksesibilitas ini dinilai berdasarkan melihat seberapa mudah kawasan tersebut dapat ditempuh dari pusat Kabupaten Bandung, dengan melihat kondisi jalan yang ada, jarak kawasan dari pusat Kabupaten Bandung, tipe jalan yang ada serta waktu tempuh untuk sampai menuju kawasan tersebut (Tabel 28).

Tabel 28 Penilaian aspek aksesibilitas

No Unsur/Sub Unsur Kriteria dan Nilai Skor

30 25 20 15

1 Kondisi Jalan Baik Cukup Sedang Buruk 30

2 Jarak dari Pusat Kabupaten

< 5 km 5-10 km 10-15 km

15-20 km 15

3 Tipe Jalan Jalan

Aspal

Jalan

Aspal Jalan

Batu Jalan Tanah

30 Lebar

> 3m

Lebar 2-3m 4 Waktu tempuh dari

pusat Kabupaten 1 jam 2-3 jam 3-4 jam > 4 jam

25

Total Keseluruhan 100

Aspek akomodasi ini dinilai berdasarkan jumlah sarana akomodasi yang terdapat pada kawasan Desa Patengan, dengan melihat jumlah kamar serta waktu edar kendaran umum yang dapat menampung wisatawan selama wisatawan melakukan kegiatan wisata di kawasan Desa Patengan. Penilaian aspek dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29 Penilaian aspek akomodasi

No Unsur/Sub Unsur Kriteria dan Nilai Skor

30 25 20 15 10 1 Jumlah Kamar (buah) > 100 75- 100 30- 75 < 30 Tidak ada 30 2 Waktu Edar Kendaraan umum ke Pusat Kabupaten /hari > 12 jam 8-12 jam 4-8 jam 1-4 jam Tidak ada 25 Total Keseluruhan 55

*Keterangan: total nilai aspek akomodasi 55 x 3 = 165

Aspek sosial dan ekonomi ini dinilai berdasarkan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Desa Patengan untuk pertimbangan pengembangan masyarakat terhadap kegiatan pariwisata. Hal yang dipertimbangkan berupa kondisi tata ruang wilayah, status lahan, mata pencaharian dan pendidikan (Tabel 30).

Tabel 30 Penilaian aspek sosial dan ekonomi

No Unsur/Sub Unsur Kriteria dan Nilai Skor

30 25 20 15 1 Tata Ruang Wilayah Objek Ada dan Sesuai Ada dan Tidak Sesuai Dalam proses penyusunan Tidak Ada 30 2

Status Lahan Milik

Negara

Lahan

Adat Hutan Hak

Tanah Milik 30 3 Mata Pencaharian Dominan Pemilik Lahan Industri Rumah Tangga Petani dan Nelayan Buruh Tani 20 4 Pendidikan Terakhir SMA SMP SD Tidak Lulus SD 30 Total Keseluruhan 110

*Keterangan: total nilai aspek sosial dan ekonomi 110 x 5 = 550

Aspek sarana dan prasarana penunjang ini dinilai berdasarkan jumlah yang dapat memberikan kemudahan kepada wisatawan di dalam kawasan Desa Patengan selama melakukan kegiatan wisata. Sarana dan prasarana penunjang tersebut, seperti kantor pos, klinik, rumah makan, transportasi, tempat peribadatan, jaringan listrik, pasar dan lain-lain. Kriteria dan nilai dari aspek sarana dan prasarana penunjang dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31 Penilaian aspek sarana dan prasarana penunjang

No Unsur/Sub Unsur Kriteria dan Nilai

1 Prasarana > 4 3 2 1 Tidak Ada

30 25 20 15 10 Kantor Pos • Jaringan Telpon • Klinik • Wartel • Warnet • Jaringan Listrik •

Jaringan Air Minum •

Surat Kabar •

Rata-rata 18.13

2 Sarana Penunjang >4 3 2 1 Tidak Ada

Rumah Makan •

Pasar •

Bank / Money Changer

Toko Cinderamata •

Tempat Peribadatan •

Toilet Umum •

Transportasi •

Rata-rata 23.57

*Keterangan: total nilai aspek sarana dan prasarana penunjang 41.7 x 2 = 83.4

Hasil Analisis Daya Tarik ODTW (Objek dan Daya Tarik Wisata)

Berdasarkan analisis daya tarik ODTW (Objek dan Daya Tarik Wisata), dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan oleh Pedoman Penilaian Daya Tarik Wisata (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 2007), didapatkan hasil dari setiap aspek-aspek yang dinilai. Kemudian nilai-nilai tersebut dijumlahkan dan didapatkan hasil yang menunjukan bahwa Desa Patengan memiliki nilai daya tarik wisata sebesar 2 257.74. Mengacu kepada pedoman perhitungan penilaian daya tarik wisata yang telah disusun oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2007, didapatkan rentang kelas penilaian objek dan daya tarik wisata untuk menentukan derajat perlakuan, dan berdasarkan hasil perhitungan menunjukan bahwa Desa Patengan mendapatkan derajat perlakuan baik, seperti yang terlihat pada Tabel 32. Hal ini menandakan bahwa objek dan daya tarik wisata yang terdapat di dalam kawasan Desa Patengan berada pada kondisi baik dan dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata.

Tabel 32 Hasil analisis kondisi wisata Desa Patengan

Derajat Perlakuan Interval

Sangat Baik 2 328 - 2 640

Baik 2 016 - 2 327

Sedang 1 704 - 2 015

Buruk 1 392 - 1 703

Analisis Preferensi dan Akseptibilitas

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa masyarakat Desa Patengan, tidak ditemukan adanya keluhan atau pun protes warga apabila Desa Patengan dijadikan sebagai kawasan wisata, karena masyarakat menyadari potensi dari sumber daya alam yang dapat mengundang wisatawan untuk berkunjung dan dapat menambah pendapatan bagi masyarakat itu sendiri. Namun, dari hasil wawancara itu pun ditemukan beberapa kekurangan apabila kawasan ini ingin dijadikan sebagai kawasan wisata. Beberapa kekurangan yang disampaikan masyarakat ialah sarana dan prasarana serta jam operasional kendaraan umum, mengingat bahwa masih ada beberapa sarana dan prasaran yang kurang menunjang dan terbatasnya jam operasional kendaraan umum akan membuat terbatasnya waktu wisatawan yang menggunakan kendaraan umum untuk menikmati kegiatan dan aktivitas wisata yang ada.

Hasil wawancara dengan kepala kecamatan dari Kecamatan Rancabali, beliau memaparkan bahwa akan adanya sebuah rencana jangka penjang pada Kecamatan Rancabali dan salah satunya ialah membuat desa wisata di Kecamatan Rancabali, yaitu Desa Alamendah dan Desa Patengan. Rencana menjadikan sebuah kawasan desa wisata yang salah satunya berlokasi di Desa Patengan, dilakukan karena melihat potensi-potensi yang ada dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata dan juga banyaknya objek-objek wisata yang ada pada Desa Patengan itu sendiri.

Menurut pemaparan Bapak Asep Kurniadi selaku Kepala Desa Patengan menyebutkan bahwa adanya rencana untuk menjadikan Desa Patengan sebagai kawasan wisata. Beliau pun telah memiliki rencana-rencana yang briliant untuk menjadikan melakukan pengembangan wisata. Menurut pemaparan beliau untuk beberapa tahun kedepan akan dilakukan pengembangan wisata yaitu, mengembangkan Kampung Wisata yang berlokasi di Kampung Patengan Baru dengan daya tarik rumah-rumah yang masih berarsitektural tradisional, pekarangan yang dimanfaatkan untuk berkebun seperti kol dan strawberry dan kebudayaan tradisional yang masih melekat pada kampung ini. Selain itu, ada pula rencana untuk memperbaiki sarana dan prasarana serta jalur menuju Kawah Rengganis yang berlokasi di Kampung Cibuni, untuk menambah nilai keamanan dan kenyamanan wisatawan yang datang berkunjung.

Hasil Analisis Preferensi dan Akseptibilitas

Berdasarkan analisis preferensi dan akseptibilatas, didapatkan hasil bahwa Kawasan Desa Patengan dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata karena melihat dari hasil wawancara dengan masyarakat sekitar yang tidak berkeberatan bila kawasan ini dikembangkan sebagai kawasan wisata. Lalu, dari pihak pemerintah desa yaitu Bapak Kepala Desa Asep Kurniadi mendukung apabila kawasan ini dijadikan sebagai kawasan wisata dengan tambahan adanya rekomendasi salah satu kampung yaitu Kampung Patengan Baru dijadikan sebagai sebagai Kampung Wisata. Serta pihak kecamatan yaitu, Bapak Kecamatan Rancabali sendiri sudah merencanakan sebelumnya pada Rencana Kerja Jangka Panjang (RKJP) bahwa Desa Patengan akan dijadikan sebagai desa wisata. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kawasan Desa Patengan dapat dikembangkan sebagai kawasan pariwisata karena telah mendapat dukungan dari pihak desa dan

kecamatan serta masyarakat sekitar yang tidak merasa keberatan bila kawasannya dikembangkan menjadi kawasan wisata.

Analisis Wisata Pendukung

Objek dan daya tarik wisata pada Desa Patengan dapat dikatakan cukup banyak dan beragam, namun tidak seluruhnya dapat dijadikan sebagai wisata pendukung area Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali. Sehingga, diperlukan analisis penilaian objek wisata pada kawasan Desa Patengan melalui kriteria analisis wisata pendukung menurut Inskeep (1991) dalam Rosmalia (1998) yang telah dimodifikasi agar dapat disesuaikan dengan keterkaitan antara masing- masing objek wisata yang ada dengan Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali. Hasil penilaian dari setiap parameter dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33 Hasil penilaian wisata pendukung

No. Objek Wisata Parameter Total

1 2 3 4

Dokumen terkait