• Tidak ada hasil yang ditemukan

UKS Jumlah % jumlah %

15 Mempergunakan toilet sekolah untuk buang

5.2 Fasilitas Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) .1Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

Berdasarkan hasil observasi di dapatkan fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun

(CTPS) di sekolah dasar yang mempunyai UKS belum terpenuhi,dari 8 fasilitas

fasilitas CTPS merupakan fasilitas yang paling sedikit dipenuhi oleh ketiga

sekolah . Sekolah yang mempunyai UKS ini tidak ada yang memenuhi semua

kriteria penilaian untuk CTPS seperti air yang mengalir, sabun dan lap tangan atau

tisu. Hanya 1 kriteria yang terpenuhi yaitu air bersih yang mengalir. Bahkan

terdapat 1 sekolah yang tidak memenuhi 3 kriteria tersebut.

Hasil observasi observasi pada sekolah yang tidak mempunyai UKS juga

mendapatkan hasil yang sama, CTPS merupakan fasilitas yang paling sedikit

dipenuhi oleh pihak sekolah. Bahkan masih ada sekolah yang belum mempunyai

fasilitas CTPS seperti air bersih yang mengalir, sabun dan lap tangan.

Dapat dilihat dari sekolah yang mempunyai dan tidak mempunyai UKS

sama-sama belum memiliki fasilitas CTPS yang memadai, karena sekolah tidak

mempunyai anggaran dana untuk pembuatan fasilitas CTPS dan pihak sekolah

mengganggap bahwa murid-muridnya dapat mencuci tangan di toilet atau WC

yang tersedia.

Pihak sekolah diharapkan segera mengatasi hal tersebut karena cuci tangan

pakai sabun sangat penting untuk mencegah berbagai penyakit terutama

kecacingan dan diare. Terutama sekolah yang sudah mempunyai UKS seharusnya

pakai sabun dapat mendukung murid untuk melaksanakan PHBS. Pihak sekolah

dapat mengatasi hal tersebut seperti membuat tempat air mengalir dari galon air

minum yang tidak digunakan lagi, seperti yang dilakukan oleh salah satu sekolah

yang tidak mempunyai UKS. Pihak sekolah membuat inovasi dengan

memanfaatkan galon air minum yang dipasang keran untuk pengganti fasilitas

CTPS.

Menurut DepKes RI ( 2008), seluruh anggota masyarakat( murid, guru,

staf sekolah) harus mencuci tangan sebelum makan, sesudah buang air kecil/besar,

sesudah beraktifitas atau setiap kali tangan kotor dengan memakai sabun dan air

yang mengalir. Air bersih yang mengalir akan membuang kuman-kuman yang ada

pada tangan yang kotor, sedangkan sabun selain membersihkan kotoran juga

dapat membunuh kuman yang ada di tangan sehingga menjadi bersih dan bebas

dari kuman serta dapat mencegah terajadinya penularan penyakit diare, demam

tifoid, kecacingan, dan lain-lain.

5.2.2 Kantin Sekolah

Fasilitas kantin sehat pada sekolah yang mempunyai UKS sudah

memenuhi syarat kantin sehat, hal ini dapat dilihat dengan tingginya kriteria

observasi yang dipenuhi oleh pihak sekolah, bahkan ada satu SD yang memenuhi

semua kriteria observasi tentang kantin. Tetapi masih ada sekolah yang hanya

memenuhi 5 dari 10 kriteria kantin sehat. Kriteria penilaian yang tidak terpenuhi

yaitu tidak terdapat tempat cuci tangan, tidak terdapat tempat sampah yang

(penjepit). Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan pihak pengelola kantin

tentang kantin sehat dan kurangnya perhatian pihak sekolah untuk memberikan

pengetahuan mengenai kantin yang sehat.

Sekolah yang tidak mempunyai UKS terdapat 4 atau 5 kriteria observasi

yang tidak terpenuhi, salah satunya lokasi kantin yang tidak strategis dan sempit.

Lokasi kantin pada sekolah tersebut dekat dari tempat penampungan sampah yang

tidak tertutup dan kamar mandi/ toilet dengan jarak yang kurang dari 10 meter.

Hal ini disebabkan kurangnya lahan di sekolah untuk mendirikan kantin, sehingga

kantin menjadi tidak sehat karena dekat dengan tempat pembuangan sampah yang

dapat menjadi sarang vektor pembawa penyakit seperti lalat yang bisa mencemari

makanan yang dihinggapinya.

Salah satu syarat kantin sehat yaitu lokasi kantin tidak berhadapan

langsung dengan toilet atau WC, terlindung dan cukup jauh dari sumber

pencemaran atau tempat pembuangan sampah (KKP Wonogiri, 2014).

5.2.3 Kamar mandi/WC/ Jamban

Pada sekolah yang mempunyai UKS dari 8 kriteria penilaian jamban sehat

rata-rata sekolah hampir memenuhi semua kriteria, jamban atau toilet terletak jauh

dari ruang belajar dan ruang uks sehingga bau dari toliet atau jamban tidak

tercium oleh murid yang sedang belajar di ruang kelas, dan lantai tidak terdapat

genangan air, masing-masing sekolah hanya memiliki 2 wc/ jamban. Jamban yang

hanya berjumlah dua buah dianggap mampu mencukupi kebutuhan murid, hal ini

dan kelas siang. Jamban dalam keadaan bersih hal ini dikarenakan air bersih yang

tersedia cukup dan sekolah memiliki petugas kebersihan yang membersihkan

jamban setiap harinya.

Sedangkan pada sekolah yang tidak mempunyai UKS lantai toilet/WC

tidak digenangi air, bak penampungan air tidak menjadi tempat perindukan

nyamuk karena sekolah mempunyai petugas yang membersihkan toilet/WC, ada

air bersih yang mengalir dan ada satu sekolah yang tidak memiliki air yang

mengalir karena pada siang hari sumber air bersih yaitu PDAM pada siang hari

sering tidak mengalir/mati, toilet ada yang bersih ada yang berbau tetapi tidak

mengganggu karena jauh dari ruang belajar. Jamban hanya berjumlah dua buah

dirasakan telah mencukupi oleh sekolah karena tidak adanya antrian panjang

murid di depan jamban dan seluruh murid juga tidak masuk sekolah dalam waktu

bersamaan.

Secara keseluruhan toilet atau jamban di sekolah yang mempunyai UKS

dan tidak mempunyai UKS adalah baik.

5.2.4 Sarana atau Tempat Olahraga yang Memadai

Sekolah yang mempunyai dan tidak mempunyai UKS memiliki tempat

olahraga yang bersih dan tidak becek serta luas, sehingga memungkinkan bagi

murid sekolah untuk berolahraga dan beraktivitas sesering mungkin. Hal ini dapat

mendukung salah satu indikator PHBS di tatanan sekolah yaitu berolahraga secara

teratur.

murid sehingga murid tidak mudah jatuh sakit. Olahraga yang teratur dan terukur

dapat dilakukan dilingkungan sekolah (Evayanti, 2012).

5.2.5 Pengendalian Jentik

Pada sekolah yang mempunyai dan tidak mempunyai UKS bebas dari

jentik nyamuk. Hal ini dapat dilihat dengan tidak terdapat genangan air di

lingkungan sekolah, bak mandi bersih sehingga tidak menjadi tempat perindukan

nyamuk karena sekolah memiliki petugas yang membersihkan bak mandi setiap

harinya dan adanya kegiatan yang dilakukan sekolah yaitu kerja bakti

membersihkan lingkungan sekolah dan pemberantasan jentik nyamuk.

Menurut Evayanti (2012), kegiatan memberantas jentik nyamuk dilakukan

untuk memberantas penyakit yang disebabkan oleh penularan nyamuk seperti

penyakit demam berdarah. Memberantas jentik nyamuk di lingkungan sekolah

dilakukan dengan gerakan 3M (menguras, menutup, mengubur) tempat-tempat

penampungan air (bak mandi, drum, ban bekas, tempat air minum dan lain-lain)

minimal seminggu sekali.

5.2.6 Ketentuan dilarang merokok di sekolah

Dua dari tiga sekolah yang mempunyai UKS dan satu dari dua sekolah

yang tidak mempunyai UKS mempunyai peraturan tertulis berupa poster dilarang

merokok yang tertempel di dinding sekolah, sedangkan sekolah yang tidak

memiliki peraturan tertulis tentang larangan merokok di lingkungan sekolah

Akibat dari tidak adanya peraturan tertulis mengenai sanksi dan larangan merokok

sehingga masih terdapat pegawai dan guru masih merokok di lingkungan sekolah.

Menurut Notoadmodjo (2007) ketersediaan fasilitas merupakan pemicu

terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau tindakan terlaksana

(enambling factor / faktor pemungkin) .

5.2.7 Alat penimbang berat badan dan pengukur tinggi badan

Dua dari tiga sekolah yang mempunyai UKS mempunyai alat penimbang

berat badan dan pengukur tinggi badan. Satu sekolah tidak mempunyai alat

pengukur tinggi badan, ini terjadi karena kurangnya perhatian sekolah terhadap

UKS sehingga kebutuhan UKS salah satunya alat pengukur tinggi badan tidak

tersedia.

Sedangkan sekolah yang tidak mempunyai UKS, tidak memiliki alat

penimbang berat dan pengukur tinggi badan karena sekolah tidak memfasilitasi

fasilitas tersebut akibat tidak adanya UKS di sekolah.

Kegiatan menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan pada murid

dilakukan dengan tujuan untuk mengamati tingkat pertumbuhan pada siswa. Hasil

pengukuran dan penimbangan berat badan pada murid tersebut dibandingkan

dengan standar berat badan dan tinggi badan yang telah ditetapkan sehingga guru

mengetahui pertumbuhan muridnya normal atau tidak normal (Evayanti, 2012).

Hal ini tentu dapat dilakukan jika fasilitas alat penimbang berat badan dan

pengukur tinggi badan tersedia

Sarana pembuangan sampah pada sekolah yang mempunyai UKS hanya

memenuhi 3 dari 4 kriteria kecuali tersedia tempat sampah yang tertutup pada

setiap ruang kelas. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran warga sekolah

untuk menjaga fasilitas yang disediakan sekolah seperti merusak tutup tempat

sampah.

Sarana pembuangan sampah pada sekolah yang tidak mempunyai UKS

yaitu satu dari dua sekolah memenuhi 4 komponen penilaian terdapat tempat

sampah disetiap ruangan dan mempunyai tutup, adanya tempat sampah sementara,

tersedia tempat sampah tertutup dan terpisah di lingkungan sekolah, tersedia

tempat pengelolaan sampah dan adanya poster tentang membuang sampah pada

tempatnya. Hal ini terjadi karena tingginya kesadaran warga sekolah terhadap

pentingnya fasilitas tempat sampah yang lengkap agar lingkungan sekolah

menjadi sehat dan bersih.

Satu sekolah dari dua sekolah yang tidak mempunyai UKS hanya

memenuhi 1 dari 4 komponen penilaian fasilitas karena masih terdapat sampah

yang berserakan di dalam kelas serta kurangnya fasilitas tempat sampah di

sekolah tersebut. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran warga sekolah dan

tidak adanya UKS yang mendukung program mengenai kebersihan lingkungan

sekolah khususnya pengetahuan mengenai tempat sampah yang baik.

Berdasarkan Keputusan Kementrian Kesehatan Nomor 1429/ Menkes/ SK/

tutup, tersedia tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) dari seluruh ruangan

untuk memudahkan pengangkutan atau pemusnahan sampah, peletakan tempat

pembuangan/ pengumpulan sampah sementara dengan ruang kelas berjarak

minimal 10 meter.

5.3 Pengetahuan , Sikap dan Tindakan Responden tentang PHBS

Dokumen terkait