• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fear of Missing Out

Dalam dokumen DARI MEJA REDAKSI. Redaksi (Halaman 84-87)

ring kali terbawa menjadi generasi yang instan dengan menuliskan HBD, HWA dan sebagainya. Kitapun ter bawa untuk menjadi generasi ins tan mengungkapkan pendapat ber dasarkan berita yang didapatkan da ri media sosial tanpa mengetahui ke benarannya. Kebenaran yang ki ta tahu hanyalah mendapat pesan be-rantai dari salah satu kenalan yang di kenal dan dipercaya. Akhirnya, ber bagai insformasi menjadi meng-gu lung seperti bola salju yang terus ber gulir secara berantai.

Sejalan dengan hal tersebut, ber bagai fenomena turut mengikuti per kembangan dan perubahan yang ter jadi. Sebut saja, dengan mudahnya men dapat akses informasi membuat ki ta senang hal-hal yang instan, cepat dan ada kalanya membuat kita kurang sa bar dalam menghadapi berbagai si-tuasi. Terbiasa untuk mengerjakan hal-hal secara multitasking pun turut ter jadi untuk menghadapi cepatnya ak ses informasi. Namun yang juga tu rut disayangkan, kemudahan men-dapat informasi tidak sejalan de ngan kemauan untuk mencari in formasi yang akurat. Suatu hari saya per nah berjumpa dengan seorang ca lon karyawan. Saat saya bertanya me-nge nai informasi apa yang ia tahu ten tang pekerjaan yang ia lamar, ia menjelaskan dengan panjang le-bar tapi kurang memahami hal-hal yang ia sebutkan. Kemudian saya ter tarik untuk bertanya sumber in-for masi yang menjadi acuan. Yang be r sangkutan mengatakan bahwa Tik tok adalah referensi baginya untuk men cari berbagai informasi.

FOMO dan Dampaknya

Tidak hanya dalam dunia pe-ker jaan, relasi sosial pun menjadi sa lah satu aspek yang mengalami im basnya. Dengan akses online yang cu kup dimudahkan, kita diarahkan juga untuk berinteraksi secara online me lalui media sosial. Rata-rata peng-gunaan dan kepemilikan media sosial ada lah 2-6 akun yang aktif. Berbagai ak tivitas di media sosial memiliki ba-nyak fungsi seperti bekerja (men jadi akun bisnis), interaksi sosial, me me-nu hi rasa ingin tahu (apakah men-ja di stalker atau mencari informasi), me miliki networking dan komunitas atau menjadi konsumen (berbelanja). Na mun yang paling sering digunakan ada lah untuk berinteraksi atau me-miliki jejaring (networking) dengan orang lain.

Hal positif yang bisa didapat da ri media sosial adalah kita dapat men jangkau relasi dengan orang-orang yang keberadaannya jauh. Ki ta bisa tetap terkoneksi dan tidak ter kungkung oleh ruang dan waktu. Na mun jika tidak dapat mengontrol peng gunaan media sosial, kita dapat di arahkan pada adiksi media sosial. Ber bagai penelitian menyebutkan bah wa media sosial berkontribusi ter hadap tingkat adiksi yang dialami ma sya rakat. Namun yang perlu ju ga dicermati adalah penggunaan me dia sosial sangat bergantung pada kon-trol pemilik akun itu sendiri.

Dampak yang sering terjadi dalam peng gunaan media sosial adalah fe-no mena FOMO (fear of missing out). FO MO berawal dari keinginan yang be sar untuk selalu terkoneksi secara

so sial, hasrat untuk mengetahui apa yang dilakukan orang lain, dan men jadi bagian dari pengalaman se seorang seakan menjadi reward ter sendiri. Untuk itu FOMO dapat meng gambarkan adanya ketakutan da lam diri seseorang bahwa orang lain mungkin memilki pengalaman yang berharga saat ia tidak ada dan ada nya hasrat untuk tetap terkoneksi de ngan apa yang dilakukan orang lain (Przybylski et al., 2013, p.1). FOMO pun dapat menggambarkan suatu ke adaan psikologis individu yang me rasa cemas karena menghayati in dividu lain dalam lingkungan so-sialnya memiliki kehidupan yang le-bih menarik (Przybylski, Murayama, DeHaan, Gladwell, 2013).

Dari penjelasan di atas dapat di-ke tahui bahwa individu melakukan pe nge cekan berulang terhadap me-dia sosial yang dimilikinya di dasari adanya kecemasan ia tidak me nge-tahui hal-hal yang terjadi dalam ling-kungan sosial networking-nya, dan men jadi semakin cemas saat melihat ke hidupan orang lain. Individu yang me miliki derajat FOMO yang tinggi da pat merasa sangat terdorong un tuk mengecek media sosial mereka le bih sering sehingga membuat me reka tetap update dengan aktivitas te-man di media sosial. Semakin se ring mengecek media sosial, akan se ma-kin meningkatkan derajat FOMO. La lu apakah ada dampak jika terus me nerus mengecek media sosial? Situasi yang dapat terjadi juga ada lah individu pun dapat melihat ke hidupan sosial di luar sosial net­

work ing-nya karena hal tersebut

mun-cul di timeline media sosialnya dan mung kin dapat semakin menambah ke cemasan yang dimiliki. Awalnya ti dak terpikir untuk mengobservasi ke luarga, membeli suatu barang atau me ngikuti suatu kegiatan. Namun hal ini berubah saat ia melakukan pe ngecekan berulang di media so-sial nya. Salahkah hal tersebut? Ada ka lanya hal ini diperlukan untuk me nambah wawasan, namun jika di lakukan terus menerus dan tanpa kon trol (artinya kurang disadari), hal ini dapat menambah kecemasan in di-vidu mengenai hal-hal yang dianggap be lum dimilikinya.

Saat Anda sedang bekerja, apakah An da menyadari Anda terus-menerus me ngecek media sosial, Anda akan mengulang beberapa bagian yang sama sehingga Anda perlu ber kon-sentrasi kembali untuk dapat me-lanjutkan pekerjaan? Atau apakah An da dapat menyadari dengan penuh ke sadaran apa yang Anda lakukan, apa yang sedang dikatakan lawan bi cara, hal-hal yang sedang terjadi di sekitar Anda? Yang saya maksud ada lah menyadari dengan penuh ke sadaran (mindful) bukan sekedar me nyadari apa yang dilihat dan apa yang didengar. Atau situasi lain yang da pat terjadi saat melakukan FOMO ada lah melakukan pekerjaan secara

multitasking sehingga membuat kita

ku rang menyadari secara mendalam hal inti yang sebetulnya perlu kita la-ku kan.

Apa yang dapat dilakukan?

Jika disimpulkan, dampak FO-MO dapat bervariasi ke dalam

ber-bagai aspek kehidupan Anda. Me-ngurangi konsentrasi dalam be-kerja, meningkatkan kecemasan dan mengurangi kesadaran akan hal-hal yang terjadi di sekitar kita. Da lam berbagai jurnal penelitian ju ga disinggung dampak FOMO ter hadap keadaan depresi seseorang me ng-ingat FOMO lebih mengarahkan se-seorang menghayati emosi negatif di bandingkan emosi yang positif. Jadi, apa kah yang dapat dilakukan untuk me ngatasi FOMO?

Checking

• Mengecek berapa kali dalam satu jam Anda melakukan pengecekan di media sosial (bukan untuk urusan pekerjaan). Jika dilakukan lebih dari lima kali, Anda perlu berusaha mengontrol hal tersebut.

• Mengecek berapa jam dalam satu hari Anda melakukan akses internet di luar urusan pekerjaan. Nah, dapat dicek termasuk dalam kategori apakah Anda

1. light user (mereka yang akses internet < 1 jam sehari), 2. medium user (mereka yang akses internet 1-3 jam sehari), 3. heavy user (mereka yang akses internet 4-6 jam sehari),

4. addicted user (mereka yang mengakses internet > 7 jam sehari).

Self control

Hasil dari checking yang Anda la kukan dapat menjadi titik awal ke-sadaran untuk melakukan kontrol da-lam menggunakan media sosial. Kon-trol dapat dilakukan salah satunya de ngan memiliki aktivitas/kegiatan yang produktif. Untuk itu penting ber-usaha melakukan pengembangan di ri melalui aktivitas yang dilakukan se-bagai upaya mengurangi perilaku me-ngecek media sosial terus menerus dan FOMO.

Akhir kata, kebutuhan untuk eksis dan terkoneksi dengan orang lain ada lah salah satu kebutuhan dasar se bagai manusia. Hal tersebut dapat men jadi tidak wajar jika berdampak ne gatif dan dilakukan secara ber-le bihan. Penting untuk dapat me-nya dari TUJUAN dari checking yang di lakukan. Jika Anda merasakan ba-nyak dampak yang negatif dan tidak mem buat bahagia, Anda perlu belajar me ngendalikannya.

Ellen Theresia

The reason we struggle with

Dalam dokumen DARI MEJA REDAKSI. Redaksi (Halaman 84-87)