• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tulisan Refleksi 4 Bagian

Dalam dokumen DARI MEJA REDAKSI. Redaksi (Halaman 104-109)

Apa yang difirmankan Tuhan atas ke lalaian bangsa Israel? “Aku tidak akan menghalau orang-orang itu da ri depanmu, tetapi mereka akan men jadi musuhmu dan segala allah me reka akan menjadi jerat bagimu.” Orang Israel meremehkan ke-kuatan yang Tuhan berikan. Mereka mau kekuatan-Nya tapi tidak mau me naati-Nya. Manusia punya rasa ke manusiaan, bukan? Perang yang su dah dimenangkan tidak perlu di lanjutkan dengan pembantaian, bu kan? Tapi orang Israel lupa bahwa me reka tidak pernah memenangkan pe rang. Semua peperangan itu di-me nangkan oleh Tuhan. Semua pe musnahan dan pembantaian itu dilakukan oleh Tuhan dengan mak sud yang sangat spesifik ­ agar me re ka tidak menjadi musuh dan allah me-re ka jangan menjadi jerat bagi Israel. Ketika orang-orang Israel me-ma suki tanah Kanaan, kehidupan me reka berubah. Selama di padang gu run Tuhan menurunkan manna se bagai makanan mereka. Orang Is rael tidak perlu menanam, tidak per lu berternak, tidak perlu berburu. Te tapi ketika mereka memasuki area yang subur itu, mereka harus mulai me ngerjakan tanah mereka sendiri. Itu adalah tanah yang luas, sedangkan jum lah orang Israel belum cukup ba-nyak.

Setelah perang berakhir, tan ta ng-an kehidupng-an menjadi nyata: orng-ang Is rael harus bekerja. Kini, mereka men jadi petani. Harus berkeringat meng garap tanah seluas itu dari hari ke hari. Waktu pun berlalu, Yosua me ninggal, tua-tua Israel meninggal,

ma ka muncullah angkatan baru yang tidak mengalami sendiri ke-dahsyatan kuasa Tuhan di atas mu ka bumi. Angkatan muda yang ha nya mendengar segala tentang Tu han sebagai cerita sejarah bangsa. Ang-katan muda yang berkeringat di ba-wah teriknya matahari.

Apa hubungannya cerita sejarah bang sa dengan tantangan kehidupan yang ada di depan mata? Tidak ada musuh yang harus dibunuh, se-baliknya ada tanah pertanian yang luas, yang harus digarap. Air yang harus dialirkan. Tanah yang ha rus digemburkan. Biji yang harus di -tanam, dipelihara dan akhirnya di-panen. Kegagalan karena hama, atau ke keringan. Itulah yang mengisi hari orang Israel. Sementara itu, ibadah ke pada Tuhan berpusat pada Hukum Mu sa dan sepuluh Perintah Allah... Ja ngan ada padamu allah lain di ha-dapan-Ku ...

Ini adalah pertanian, bagaimana se puluh perintah Allah menjadi se-suatu yang signifikan di antara hidup pa ra petani? Bagaimana perintah Al-lah justru menjadi ... beban. Menjadi tam bahan berat kehidupan, yang su dah terasa berat.

Orang Israel mulai memperhatikan ke hidupan bangsa-bangsa asli Kanaan yang selama ini bekerja sebagai budak me reka turun temurun. Mereka ten-tunya tidak menyembah TUHAN, Allah nya Abraham, Ishak dan Yakub. Me reka menyembah dewa dewi me-re ka sendiri. Dan terlihat asyik. Orang Kanaan mengenal Dewa Baal yang mendatangkan hujan dan embun, dewa kesuburan, juga

me-nge nal Dewi Asytoret. Istilah “Baal” ju ga berarti “tuan” yang menguasai la ngit dan memberikan kehidupan. Dalam hikayatnya, Baal adalah anak dari Dagan - dewa Dagan atau Da gon yang mengajarkan pertanian ke pada manusia. Dagon adalah de-wa orang Filistin, sedangkan Baal di percaya menjadi raja di atas segala de wa. Baal mempunyai banyak ben-tuk, sesuai dengan alam dan tujuan ma nusia menyembahnya, maka ka-dang-kadang disebut juga dengan Ba alim. Baal dipercaya sedang ber-perang melawan dewa Mot, yaitu de wa kematian dan kemandulan. Ji ka Baal menang, maka ada tujuh ta hun kesuburan dan kelimpahan. Ta pi jika Mot mengalahkan Baal, ma ka ada tujuh tahun kekeringan dan kemelaratan. Bisa ditebak, ini ada lah pengertian yang muncul se telah manusia mengalami tujuh ta hun kelimpahan dan tujuh tahun ke keringan pada masa Yusuf di Mesir, ber abad-abad sebelumnya.

Selain Baal, dewi Asytoret (Ash-toreth) menjadi dewi kesuburan - bi-sa ditebak: dewi seksualitas. Bagi pa ra petani yang membutuhkan ba nyak tenaga manusia untuk me-ng olah tanah, seksualitas dan ke-su buran adalah hal yang sangat di harapkan. Banyak anak, banyak re jeki! Maka, orang sejak jaman da hulu telah memuja seksualitas hing ga menjadikannya sebagai ri-tual dari penyembahan kepada de-wi kesuburan. Lagipula manusia me ngalami kenikmatan hubungan in tim yang mendorong orang untuk ber usaha lebih keras - tidak jarang,

pa ra prajurit yang hendak pergi ke medan perang dijanjikan para pe-rawan sekembalinya nanti. Itu ada-lah motivasi yang sangat kuat un tuk meraih kemenangan melawan mu-suh!

Orang Israel melihat bangsa Ka-na an menyembah Baal dan Asytoret, me lihat bahwa semuanya sesuai de ngan harapan, cocok dengan ke-adaan. Mereka melihat apa yang ingin me reka lihat dan mendengar hanya apa yang ingin mereka percayai. Apa kah mereka mempedulikan apa yang benar dan apa yang salah? Bagi pa r a petani, menyembah Baal dan Asy toret itu sangat masuk akal, sesuai de ngan tantangan kehidupan yang di hadapi.

Bangsa Israel melupakan sepuluh pe rintah Allah. Mengapa tidak boleh ada Allah seperti Baal dan Asytoret, yang asyik dan sesuai dan keren ka-re na seks bebasnya? Cerita masa lalu da ri nenek moyang - ah itu terlalu me ng ada-ada. Laut terbelah? Sungai ter belah? Terlalu luar biasa untuk di-percaya. Terlalu tidak masuk akal. Apa yang Tuhan lakukan di tengah ma nusia, di dalam sejarah, memang sung guh tidak masuk akal. Terlalu su-kar untuk dipercaya, bagaimana hal itu harus diulang-ulang tanpa henti? La gipula, penyembahan kepada Baal men jadi populer, menyebar ke mana-ma na. Filsafat dan cara hidup yang ter dengar bagus dan bisa diterima, mem buat agama penyembahan Ba al tersebar. Baal diterima oleh pen duduk Mesir. Baal diserap oleh pen duduk Babel, menjadi dewa Bel Mar duk. Ajaran ini diterima oleh

orang Yunani menjadi dewa Belos atau Belus, yang terus dihubungkan de ngan raja dewa Zeus, sebagai Zeus Be los atau versi Romawi Jupiter Belus. Pada prinsipnya, para penyembah Ba al mengakui bahwa ada satu ke-kuatan ilahi di luar manusia, yang men jadi tuan atas kehidupan mereka, dan akan memberikan berkat-berkat, re jeki dan segala kelimpahan, kalau ma nusia memberikan diri melayani dan memenuhi keinginan Baal. Pada da sarnya, ini adalah manusia yang meng hambakan diri dijajah oleh sang Baal, semua meninggalkan ke-bebasan serta membuta tuli demi me layani sang “tuan” atau Baal ini, en tah untuk urusan perang, entah un tuk urusan bertani. Atau urusan bi kin anak.

Mengapa orang-orang mau menyembah Baal dengan mengor-ban kan kebebasan dan kehidupan? Ka rena orang tidak percaya bahwa me reka mampu mengatasi segala se suatu, terlalu berat menghadapi tan tangan hidup. Mereka berharap bi sa mendapatkan jalan keluar de-ngan cara menyerahkan diri dalam ke-percayaan kepada Baal, sambil mem-be rikan semua persembahan kepada pa ra pendeta Baal yang menari-nari de mi menyampaikan permohonan me reka.

Ini adalah pemberontakan ter ha-dap teokrasi, terhaha-dap pe me rin tahan atas nama TUHAN, Allah semesta alam. Bagaimana orang tidak lagi per caya kepada Tuhan, yang jelas te-lah melakukan perbuatan besar dan ajaib, malah mengikuti tuan seperti Ba al yang hanya manis dan enak di-de ngar?

Demikianlah bangsa Israel ter-pe rosok dalam lubang yang gelap dan dalam. Maka bangkitlah murka TU HAN terhadap orang Israel. Ia me-ny e rahkan mereka ke dalam tangan pe rampok dan menjual mereka ke pada musuh di sekeliling mereka se hingga mereka tidak sanggup lagi men g hadapi musuh mereka.

Ini kenyataan hidup. Apa yang bisa di lakukan oleh Baal? Tidak ada! Orang bisa memilih untuk ber -agama. Dalam banyak hal, ber-agama itu seperti menyembah Ba al: melakukan sesuatu demi men da-patkan kemudahan hidup dari yang di sembah. Mengerjakan hal-hal baik agar mendapat ‘keringanan’, seperti men dapatkan hujan atau mendapat anak atau rejeki lain. Tapi esensinya ma sih tetap sama: beragama supaya men dapat keringanan, supaya mem-per oleh kemudahan.

Esensi kemudahan adalah ke per-ca yaan dari manusia yang perper-caya bah wa kemudahan akan diberikan. Me reka ingin percaya bahwa kalau ada Baal, maka segala sesuatu terus men jadi lebih mudah. Itu juga berarti le bih bebas memenuhi keinginan ha ti: bebas untuk membunuh dan ber perang, bebas untuk mendustai orang, bebas untuk berhubungan seks dengan siapa saja - tidak usah bahas per zinahan. Bebas untuk merampas mi lik sesama. Menjadi mudah, karena be bas. Kalau tidak punya, curi saja, ko rupsi saja. Gampang, kan?

Tuhan Allah melakukan persis se baliknya: kehidupan menjadi lebih be rat, hingga orang Israel tidak sang gup lagi menghadapi musuh me reka. Kalau orang Israel berpikir

bah wa mereka ingin bebas, Tuhan mem berikan orang-orang yang bebas un tuk melakukan apa saja terhadap orang Israel: perampok, pemerkosa, pen curi. Orang-orang yang bebas me lakukan apa saja terhadap orang Is rael, menjadi musuh yang berat dan me nekan.

Jalan keluar diberikan Tuhan de-ngan membangkitkan Hakim-Ha kim di tengah bangsa Israel. Di ma na ada Hakim, ada kemenangan me lawan musuh. Ketika sang Hakim ma ti, bangsa Israel kembali berlaku ja hat, lebih jahat dari nenek moyang me-reka, dengan mengikuti allah lain, ber ibadah kepadanya dan sujud me-nyem bah kepadanya.

Dalam hal apapun mereka tidak ber henti dengan perbuatan dan ke lakuan mereka yang tegar itu. Se mentara mereka mengutuk para pe rampok yang menyusahkan hidup, diam-diam mereka sendiri ingin men-ja di seperti para perampok . Untuk itu, me reka memilih beribadah kepada Baal, yang memberi kebebasan un-tuk melakukan apa yang mereka inginkan. Bukankah para perampok itu juga berdoa kepada Baal?

Mereka lupa bahwa TUHAN da -hulu telah menetapkan untuk me le-nyapkan semua orang Kanaan, ta pi tidak ditaati orang Israel. Kini, me reka ingin menjadi seperti orang Ka naan, yang seharusnya lenyap. Me reka tidak bisa melihat bahwa orang-orang Kanaan adalah jahat di ma ta

Tuhan, yang telah membawa orang Israel masuk ke dalam Tanah Per-janjian. Kini orang Israel ingin men jadi seperti orang yang jahat itu. Mereka beragama menyembah Baal. Mereka mempelajari filsafatnya, mem pe la­ jari kebajikannya. Mengagumi “ke-bijaksanaan” yang diajarkan agama Ba al. Menyetujui cara pikir yang di-berikan.

Beragama memang adalah pilihan ma nusia dan itu mengubah manusia men jadi apa yang dipercayainya. Te tapi sementara manusia merasa baik dan oke dengan segala tata ca ra ritual, dengan mantra-mantra dan ba hasa misterius dalam pe nyem bah-an kepada Baal dbah-an Asytoret, de ngbah-an cara berpakaian, cara makan - mereka se dang membuat diri menjadi jahat di mata TUHAN. Kebebasan pilihan aga ma manusia tidak meniadakan ke putusan cara TUHAN menilai ma-nu sia.

TUHAN tetap hadir, dengan kua sa-Nya yang nyata melalui para Ha kim. Ini adalah bukti tentang TU HAN yang menyertai manusia dan masih bekerja dalam bangsa pi lihan-Nya. Agama tidak dapat mem buat TUHAN mundur, bahkan ke tika hanya sedikit orang yang ter sisa, yang masih menyembah-Nya. Keberadaan TUHAN di antara ma nusia bukan pilihan manusia, me lainkan ketetapan TUHAN. Itulah ar tinya TUHAN beserta kita: TUHAN ju ga akan memukul kita.

Seratus Empat Puluh

Dalam dokumen DARI MEJA REDAKSI. Redaksi (Halaman 104-109)