• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fenomena Seks dalam Karya Para Pengarang Pe rem puan

Dalam dokumen kritik Sastra Feminis (Halaman 158-165)

SEKS DALAM NOVEL-NOVEL INDONESIA MUTAKHIR

3. Fenomena Seks dalam Karya Para Pengarang Pe rem puan

Berdasarkan pembacaan dan pengamatan ter hadap sejumlah novel yang ditulis pengarang pe rempuan tampak bahwa femonema seks yang di gam barkan dalam novel-novel tersebut berhu bung an dengan homoseksual, hubungan seks di luar nikah, perselingkuhan, hubungan seks dengan pela cur, hu bungan suami istri, dan inses.

Fenomena homoseksual secara intents terda pat dalam enam buah judul novel, yaitu Garis­Tepi­Seorang­Lesbian,­Tabularasa, Dadaisme, Maha dewa­mahadewi, Saman, dan Larung.­Da lam Garis­Tepi­Seorang­Lisbian homoseksual, khusus nya les bi an, menja- di tema dan problem sentral to koh. Da lam novel tersebut digam- barkan bagai mana tokoh Asmora Paria yang memiliki hubungan lesbi dengan Rie Shiva Ash va gosha. Oleh keluarga Rie hubungan tersebut dipi sahkan karena Rie dipaksa menikah dengan laki-laki pilihan keluarganya, Renne. Sejak perpisahan tersebut keduanya idak pernah dapat bertemu, sehingga me nim bulkan penderitaan yang sangat dalam pada diri Paria. Penderitaan Paria pun semakin

bertambah berat keika Paria pun oleh orang tuanya dipaksa menikah dengan Mas Wiryo. Di tengah frustasi dan kegalau annya antara tetap mempertahankan diri sebagai seo rang lesbian atau- kah harus mengikui tuntutan keluar ganya, Paria sempat berpura- pura menja lin hubungan cinta dengan seorang laki-laki, Mahendra. Pada akhir nya, Paria meninggalkan Mahen dra, yang hampir dini- kahi nya, setelah mendapatkan surat dari Rie yang berada di Prancis dan telah mengakhiri hu bung an nya dengan Renne.

Dalam Garis­Tepi­Seorang­Lesbian hubungan homoseks antara Paria de ngan Rie, misalnya tampak pada paparan berikut:

Deik-seik menjadi sangat cepat. Menggapai se suatu yang tergapai dalam saat. Aku mera cau. Pedih dalam damai.

Pengingkaran cinta atas namanya. Tu han sekali ini maakanlah aku…Sampai aku mengenal Rie Shiva Ashvagosha, saat…Tak ta hu bagaimana prosesnya, iba-iba aku su dah tenang berada dalam dekapan da danya. Me rasakan getaran hebat. Pertama kali sepan jang hidupku….Tanpa berkata apa- apa aku sangat per caya akan cintanya. Entah bagaima na, tapi ada semacam pohon, pohon yang me narikku untuk lebih erat memeluk tubuh yang menim bulkan andrenalinku orgasme....

(Herlinaiens, 2000: 91–92).

Pada kuipan tersebut tampak bagaimana ke dua orang perempuan (Paria dan Rie) merasakan kenikmatan hubungan seks sesama jenis. Setelah pe ngalaman perta ma tersebut, berlanjut dengan hu bung an selanjutnya. Meskipun idak menjadi tema sentral seperi dalam Garis­ Tepi­ Seorang­ Lesbian.­ Hubungan homoseks antara Ra ras dengan Violet dalam novel Tabularasa

menye babkan hu bung an cinta heteroseks antara Galih de ngan Raras berakhir, karena Raras memendam has rat cinta dengan Vi, teman perempuannya. Kepu tusan Raras untuk meninggalkan Galih, yang telah menjadi kekasih dan menghamilinya juga diperkuat oleh kebera nian sahabat Raras, seorang gay yang me- mutuskan menikahi pa sangan gaynya (Raih, 2003: 80) .

Dalam Larung, adegan seks antara kedua orang pe rem puan dilakukan oleh tokoh Shakuntala dengan Laila (Utami, 2003: 132, 152–153). Dalam novel tersebut Laila, yang sangat mencintai Sihar meng alami frus tasi kare na ren cana kencan dengan Sihar yang sudah ditunggu-tunggu dan dipersiapkan dengan penuh gairah gagal dilaksa nakan karena ternyata Sihar da tang ke Amerika dengan diikui istrinya. Hubung an homoseksual dalam Dadaisme dila kukan antara tokoh Jing dengan Ken. Dalam hal ini, sebelum mengenal Jing, Ken sedang menunggu hari perni kahannya dengan kekasihnya (Sarika, 2003: 205, 207). Hu bungan homoseksual dalam Mahadewa­Mahadewi, dilakukan antara tokoh Gangga dengan Prasetyo (Yusuf, 2003: 60). Dalam Saman diceritakan

sepasang laki-laki homo, Dhimas dan Ruben sedang terlibat dalam proyek bersama menulis sebuah novel (Utami, 1998: 2, 8).

Dari enam buah novel yang menggabarkan hu bungan homoseksual, iga buah memiliki kecen de rungan memandang homoseksual sebagai hal yang pening untuk diakui eksistensinya, Garis­ Tepi­ Seorang­ Lesbian,­ Taularasa, dan ­ Larung. Garis Tepi

Seorang­Lesbian­ dan­Larung­ dapat dikatakan mendukung ga gasan les bi anisme, sementara Tabularasa mendukung les bi anisme mau pun gay. Wa laupun ­ Mahadewa-Mahadewi,­ Dadaisme, dan

keber adaannya idak ideologis, apalagi kedua novel tersebut dapat dikatakan lebih banyak menggambar kan hu bung an seks heteroseksual.

Digambarkannya hubungan homoseksual da lam Garis

Tepi­ Seorang­ Lesbian,­ Tabularasa, dan­ Larung dapat diang gap mere leksikan pan dangan feminisme radikal. Feminisme radi- kal mendasarkan pada suatu tesis bahwa penin dasan terhadap perempuan berakar pada ideologi patriarkat sebagai tata nilai dan otoritas utama yang mengatur hubungan laki-laki dan perempuan secara umum, yang menjadi akar penindasan perempuan. Perhai- an utama aliran ini adalah kampanye me nentang “kekerasan seksual” eksploitasi perempuan secara seksual dari dalam pornograi. Di samping itu, aliran ini juga mengan jurkan gaya hidup lesbian karena dengan cara ini perempuan dapat terlepas dari penindasan kaum laki-laki (Dzuhayain, 1998: 16–17).

Keberadaan kaum homoseksual di Indonesia idak dapat dilepaskan dengan adanya organisasi (paguyuban) yang menghimpun kaum lesbian dan gay di Indonesia. Seperi diuraikan oleh Dede Oetomo (2003: 46), salah seorang pendiri paguyuban gay Indo nesia pertama, Lambda Indonesia (LI), dan sekarang menjadi anggota Dewan Pembina yayasan Gaya Nusantara, paguyuban gay pertama kali didirikan 1 Maret 1982 dengan nama Lambda Indonesia (LI) dengan buleinnya­ G:­ Gaya­ Hidup­ Ceria,­ yang terbit hingga akhir 1984. Selanjutnya, awal 1985 di Yogyakarta muncul Persaudaraan Gay Yogyakarta (PYG), yang memiliki bulein Jaka, yang khusus untuk laki-laki. Pada tahun 1988 bubar dan memperluas ruang lingkupnya secara nasional de ngan nama

Kerja Lesbian dan Gay Nu santara (KKLGN) yang menerbitkan buku

Gaya Nusan tara. Seba gai orga nisasi dengan anggota komu nitas

tertentu, eksistensi mereka didukung oleh ke terlibatan kaum gay dan lesbian dalam mengikui dan menyelenggarakan kon ferensi dan kongres gay dan lesbian dalam lingkup nasional maupun trans nasional, seperi Konferensi Re gional Asia ILGA II di Tokyo 19–20 November 1988, Kongres Lesbian dan Gay Indonesia (KLGI) I (1983), LGI II (1985), KLGI III (1997) (Oetomo, 2003: 283). Di samping itu, terbitnya buku ­Mamberi­Suara­pada­yang­Bisu­(2001 dan me ngalami cetak ulang 2003) karya Dede Oetomo, yang memuat sejumlah arikel dan hasil kajiannya tentang kehidupan homoseksual menunjukkan fenomena dan eksistensi kaum homoseksual Indonesia yang idak dapat dipandang dengan sebelah mata.

Hubungan seks antartokoh di luar nikah da lam novel yang dikaji menduduki urutan kedua. Ada lima judul novel yang menggambarkan hu bungan seks tokoh di luar pernikahan, yaitu Tabularasa,­Mahadewa-Mahadewi,­IP,­Saman,­dan Larung. Tokoh- tokoh utama dalam kelima novel tersebut me rupakan para lajang. Walaupun mereka berstatus la jang, tetapi sebagian besar dari mereka telah me lakukan hubungan seks dengan lawan jenis.

Akivitas seks bebas, terutama yang terjadi di kota-kota besar seperi Jakarta pada saat ini dapat dikatakan cukup memprihainkan. Seperi pernah di ke mukakan oleh Moamar Emka dalam bukunya Jakar­ta­Undercover­Sex’n­the­City (2002, 2004) bahwa kehi dupan malam di kota metropolitan Jakarta di war nai dengan aneka warna kesenangan hidup yang dapat ditemukan di sejumlah tempat hiburan yang berhu bungan dengan kegiatan seks bebas. Di Jakar-

ta, seperi dikemukakan Emka (2004) dapat ditemu kan sejumlah klub, kafe, salon, dan komunitas yang memiliki akivitas di seputar sex-industry.Untuk selanjutnya pembaca dipersilakan membaca Moamar Emka, Jakarta­Undercover­Sex’n­the­City. Buku tersebut mengungkap kehidupan dunia malam di sejumlah tempat hiburan di Jakarta. Beberapa tulisan di buku tersebut ditulis keika penulis menjadi seorang wartawan. Walaupun sejumlah nama dan tempat disamarkan, tetapi data-data yang dikemukakan dapat dikatakan bersifat faktual.

Perselingkuhan adalah hubungan yang terjadi keika salah satu atau kedua-duanya dari pasangan selingkuh tersebut telah terikat hubungan perni kahan dengan orang lain. Hubungan tersebut di- katakan sebagai perselingkuhan karena pada umum nya pa sangan resmi nya idak menetahui hal terse but. Dalam novel yang ditelii hubungan perseling kuhan digam barkan dalam empat buah novel yaitu JJ,­ Dadaisme,­ Saman,­dan ­ Larung.­Dalam JJ perseling-

kuhan terjadi an tara June dengan Dean, sahabat suaminya, juga June dengan Dani, teman kerjanya. Dalam­ Dadaisme perse ling- kuhan terjadi anta ra Tresna de ngan mantan pacar nya, juga antara Isabela dengan mantan pacar nya (Asril). Sementara dalam Saman

dan Larung, perseling kuhan terjadi antara Sihar dengan Laila, juga Yasmin dengan Saman.

Dalam JJ June berselingkuh dengan Dean dan Dani karena suaminya, Jigme terlalu sibuk be ker ja, sehingga June kesepian. Pada saat seperi itu June sering bertemu dengan Dean. Sementara hu bungan dengan Dani terjadi keika keduanya sedang meliput acara di Bali. Lingkungan Bali yang ber nuansa seks bebas mendorong keduanya untuk ber selingkuh.

Perselingkuhan yang dilakukan oleh Tresna dan Isabela dalam Dadaisme, dapat dikatakan untuk me ngriik hubungan perkawinan yang idak dilan dasi cinta. Isabela yang sudah memiliki kekasih Asril oleh orang tuanya dipaksa menikah dengan Rendi, se men- tara Tresna yang merupakan istri kedua Asril idak dapat memiliki anak dengan suaminya, maka kembalilah dia menjalin hubungan dengan mantan ke kasihnya.

Perselingkuhan antara Sihar dengan Laila dan Yasmin dengan Saman dapat dikatakan untuk me nun jukkan rentannya hubungan perkawinan. Sihar yang sudah menikah, tetapi belum memiliki anak, dengan mudah dapat jatuh cinta kembali pada seorang pe- rempuan yang mencintainya. Sementara hubungan antara Yasmin, seorang pengacara yang sudah ber suami, dengan Saman, yang waktu itu masih seorang pastor muda, dalam kasus tersebut dapat dipahami sebagai “kekurangajaran penga rang” untuk mengriik insitusi kepastoran yang menganut hidup selibat.

Kasus perselingkuhan yang digambarkan da lam novel dan realitas yang banyak terjadi dalam masyarakat idak dapat dipisahkan dengan kasus sebelumnya, seks bebas (di luar pernikahan), yang sama-sama memper tanyakan kembali lembaga per ka winan, yang sering kali idak dapat dinikmai oleh mereka yang terikat dalam lembaga tersebut.

Dalam Saman digambarkan seorang tokoh pela cur, Diva. Di

samping menjadi pelacur dengan pe lang gan orang-orang kaya dan berpendidikan, Di va juga seorang peragawai dan konsultan psiko logi di sebuah situs internet. Dalam Saman digambarkan hu-

bung an seks antara Diva dengan seorang pengu saha, Nanda dan seorang guru besar, Margo.

Dari perspekif feminisme, meskipun seorang pelacur Diva memunjukkan otoritas dan eksisten sinya sebagai perempuan. Meskipun Nanda dan Margo mem bayar untuk dapat berkencan dengan Diva, tetapi keduanya idak dapat memperlakukan Diva sebagai objek seks. Keduanya, malah menun jukkan kelema hannya. Nanda merasa bersalah, se mentara Margo impoten (Utami,1998: 47, 49).

Berkebalikan dengan hubungan seks di luar nikah dan perselingkuhan yang cukup dominan pada novel yang ditelii, hubungan seks antarsuami istri idak ba nyak digambarkan. Hanya dua buah novel yang menggambarkannya, Dadaisme dan Ip. Dalam­ Dadaisme dan Ip digam barkan hubungan seks antara Isabela dengan suaminya, Rendi, sementara dalam Ip antara Gradina dengan suaminya Fadillah.

Hubungan inces digambarkan dalam novel Dadaisme, terjadi antara Aleda dengan kakaknya, Magnos. Hu bungan tersebut melahirkan anak laki-laki yang bernama Jing. Dalam masa dewasanya, Jing berniat membunuh ibunya (balas dendam) dan menjadi seorang homoseks.

Dalam dokumen kritik Sastra Feminis (Halaman 158-165)