• Tidak ada hasil yang ditemukan

Frame

Perjuangan Hamid dalam menunaikan ibadah Haji.

Framing Devices (perangkat framing)

Reasoning Devices (perangkat penalaran) Methapors

1. “Selama perjalanan panjang menuju Mekkah, kau memang tak hadir secara kasat mata didekatku, tapi aku tak perlu mata untuk merasakan kehadiranmu didekatku.” (isi surat Hamid untuk Zainab). 2. “Hamid, jika dunia ini terlalu

sempit untuk kita, biarlah Allah membukakan pintu lain untuk kita. Ketempat dimana segala sesuatu menjadi abadi.” Ungkap Zainab.

3. “Tak ada seutas tali pun tempat aku bergantung selain tali-Mu, ya

Roots

1. Hamid bersujud penuh kagum melihat Ka’bah dihadapannya. Ia sangat bersyukur bahwa impiannya terwujud.

2. “Maka disinilah aku berada, Zainab. Di negeri dimana impian kita berpusat. Ku bawa jiwamu, cintamu, dan cinta-Nya bersamaku.” Dialog Hamid ketika kembali ke sisi Allah.

90

Allah. Tak ada pintu yang ku ketuk selain pintu-Mu.” Doa Hamid di bawah pintu Ka’bah. Catchphrases

1. “Setiap pagi aku terbangun dengan air mata. Bukan karena aku menderita dicinta, bukan juga karena hidup yang tak berpihak pada kita, tapi karena rasa syukur bahwa Dia masih memberiku nafas untuk kembali menunggumu.” (isi surat Zainab untuk Hamid).

Appeals to principle

1. Zainab mengaji dan tidak pernah berhenti untuk berdoa pada Allah agar cintanya selalu diridhoi oleh Allah, meskipun ia harus berjauhan dengan cintanya, Hamid. 2. Selama di kota Mekkah,

Hamid mengisi hari-harinya dengan beribadah pada Allah meskipun kondisi fisiknya mulai melemah tetapi jiwa dan bathinnya tetap kuat berserah diri pada Allah. 3. Didetik-detik terakhir ketika

Hamid hendak mengambil Haji didepan Ka’bah, ia semakin lemah dengan keyakinan cinta sucinya dan kebesaran Allah, Hamid

91

bangkit kembali untuk menyelesaikan ibadah Hajinya.

Exemplar

Dengan kondisi kesehatan yang kurang baik, Hamid tetap yakin dan percaya bahwa Allah akan selalu menjaganya dan memberikan kekuatan padanya untuk menjalankan rukun Islam yang kelima. Dalam adegan ini didukung oleh alunan musik religius.

Consequences

Pertemuan Zainab dan Hamid dialam yang berbeda di kota Mekkah. Cinta suci mereka untuk Allah akhirnya kembali kepada Allah dan dipertemukan oleh Allah di alam yang abadi.

Depiction

1. “Dan semoga ketika dunia tidak merestui cinta kita, kita punya Allah yang akan merestuinya.” Kata Zainab.

2. “Tuhan memberiku kekuatan untuk terus mencintai, bahkan disaat-saat aku kalah, cintaku tak dibiarkan-Nya lekang dan hilang.” Kata Hamid bersyukur.

92

Visual Images

1. Tampak Hamid dengan kondisi lemah dalam perjalanan menuju Ka’bah.

2. Hamid bersujud kagum melihat Ka’bah dihadapannya.

3. Tampak Hamid berdoa di bawah lindungan Ka’bah.

93

4.2.4.1 Framing Devices (Perangkat Framing)

Metafora menjadi bagian dari perangkat framing yang pertama. Perumpamaan dapat memaknai suatu isu dalam bingkai. Ada tiga metafora pada plot keempat, yang pertama ialah penggalan isi surat Hamid untuk Zainab :

“Selama perjalanan panjang menuju Mekkah, kau memang tak hadir secara kasat mata didekatku, tapi aku tak perlu mata untuk merasakan kehadiranmu didekatku.”

Makna penggalan surat diatas yaitu Zainab memang tidak terlihat langsung dihadapan Hamid, tetapi Hamid sudah bisa merasakan kehadiran Zainab disisinya melalui hati yang selalu mencintai Zainab. Kalimat diatas merupakan gambaran perasaan Hamid yang selalu merindukan Zainab dan terus memikirkan cintanya itu. Bahkan, amanat Zainab mengenai doa Zainab yang dititipkan oleh Hamid tetap dibawa Hamid dan dijaganya sepanjang perjalanan menuju Mekkah.

Selanjutnya yang termasuk metafora kedua adalah dialog Zainab ketika Zainab dan Hamid telah pergi meninggalkan dunia ini.

“Hamid, jika dunia ini terlalu sempit untuk kita, biarlah Allah membukakan pintu lain untuk kita. Ketempat dimana segala sesuatu menjadi abadi.”

Kalimat diatas memaknai bahwa alam semesta ini memiliki dunia lain yang lebih luas dan abadi. Hanya Allah yang Maha kuasa dan pemilik dari alam semesta, dunia dan se-isinya. Tempat yang dimaksud abadi merupakan alam akhirat, dimana segala sesuatu kekal. Zainab meyakini bahwa Allah memiliki tempat yang jauh lebih indah dan terbaik bagi cintanya dengan Hamid. Dan ia tidak pernah menyesali cinta yang telah Allah berikan kepadanya.

94

Metafora ketiga yang terdapat dalam plot terakhir ini adalah dialog Hamid ketika berdoa dibawah pintu Ka’bah.

“Tak ada seutas tali pun tempat aku bergantung selain tali-Mu, ya Allah. Tak ada pintu yang ku ketuk selain pintu-Mu.”

Makna “tali” yang dimaksud merupakan keyakinan Hamid pada Allah dan agama Islam. sedangkan “pintu” yang dimaksud adalah tempat mengadu dan berlindung yaitu berdoa kepada Allah. Melalui penggalan doa Hamid, kita diingatkan kembali bahwa hanya Allah lah satu-satunya Tuhan semesta alam tempat berlindung dan kembali.

Perangkat selanjutnya yaitu catchphrases yang terdapat dalam penggalan isi surat Zainab :

“Setiap pagi aku terbangun dengan air mata. Bukan karena aku menderita dicinta, bukan juga karena hidup yang tak berpihak pada kita, tapi karena rasa syukur bahwa Dia masih memberiku nafas untuk kembali menunggumu.”

Frase kontras tampak pada penggalan surat Zainab yang menyatakan bahwa air matanya bukan kesedihan, namun rasa syukur pada Sang Pencipta bahwa ia masih diberikan kehidupan untuk menanti Hamid kembali pada Zainab. Rasa syukur Zainab kepada Allah merupakan salah satu ajaran Islam untuk selalu mensykuri segala nikmat yang telah Allah berikan. Dan hanya Allah yang dapat memberikan kehidupan bagi seluruh umat manusia.

95

Exemplar yaitu mengingatkan bingkai dengan contoh atau uraian yang memperjelas bingkai, dapat berupa teori atau perbandingan. Yang termasuk exemplar adalah alunan musik religius yang mengiringi Hamid dalam perjalanan menuju Ka’bah dengan kondisi kesehatan yang kurang baik, Hamid tetap yakin dan percaya bahwa Allah akan selalu menjaganya dan memberikan kekuatan padanya untuk menjalankan rukun Islam yang kelima.

Dalam adegan ini kita bisa melihat perjuangan seorang muslim untuk menyempurnakan rukun Islamnya, dengan sisa kekuatan dan tenaganya Allah tetap membantunya dan melindunginya untuk menyelesaikan ibadahnya. Disini ditunjukkan kekuasaan Allah agar umat Islam menyadari kebesaran Allah.

Perangkat selanjutnya adalah depiction. Ada dua yang termasuk depiction dalam plot keempat, yang pertama yaitu dialog Zainab :

“Dan semoga ketika dunia tidak merestui cinta kita, kita punya Allah yang akan merestuinya.”

Kalimat diatas menggambarkan bahwa keadaan dan status sosial Zainab dan Hamid, tidak mendukung cinta mereka. Tetapi mereka tidak peduli karena Zainab yakin bahwa Allah Maha tahu dan akan menyatukan cinta mereka kelak. Disini menunjukkan bahwa Zainab tidak dibutakan oleh cinta, namun mensucikan cintanya dengan mendekatkan diri pada Allah dan percaya bahwa Allah akan menjaga dan menyatukan cintanya dengan Hamid.

96

Depiction yang kedua adalah dialog Hamid ketika pergi meninggalkan dunia untuk selamanya :

“Tuhan memberiku kekuatan untuk terus mencintai, bahkan disaat-saat aku kalah, cintaku tak dibiarkan-Nya lekang dan hilang.”

Dialog Hamid merupakan gambaran rasa syukur yang ia panjatkan untuk Allah karena Allah telah menjaga dan memberinya kekuatan untuk tetap mencintai Zainab. Rasa cinta yang dimiliki Hamid adalah salah satu nikmat yang diberikan Allah. Karena Allah, kita harus mensyukuri nikmat yang telah diberikan-Nya kepada umat manusia.

Gambar yang mendukung bingkai secara keseluruhan tentang dakwah Islam dalam plot ke empat ini yaitu sebagai berikut :

Gambar 4.4 Gambar 4.5

Hamid mencium Hajar Aswad Kota Makkah tampak dari atas

Gambar 4.4 tampak Hamid berhasil mencium Hajar Aswad ditengah kerumunan jema’ah lain yang berdesakan. Mencium Hajar Aswad bukan

97

termasuk rukun atau syarat Haji, tetapi hanya sunnah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Sedangkan gambar 4.5 memperlihatkan kekuasaan Allah SWT. Foto yang mengambil seluruh keadaan di Masjid Al-Haraam dengan Ka’bah ditengahnya menunjukkan kebesaran Allah yang sangat nyata. Keindahan yang alami dari Masjid dan Ka’bah didalamnya semakin membuat umat Islam terpesona dan takjub akan kebesaran-Nya.

4.2.4.2 Reasoning Devices (Perangkat Penalaran)

Penalaran didalam plot ke empat yakni doa yang diiringi usaha dapat terwujud, dan sesuatu yang mustahil bagi manusia tidak ada yang mustahil bagi Allah. Pemuda miskin seperti Hamid memiliki impian atau dimulai dari doanya ingin pergi Haji hingga ia terus berusaha memperdalam agama dan Allah pun mewujudkan impiannya. Di bagian akhir cerita Allah menunjukkan kuasa-Nya dengan keindahan Baitullah (Rumah-Nya) serta cinta suci yang dipertemukan atas kehendak Allah.

Roots pertama yaitu

Adegan Hamid bersujud penuh kagum melihat Ka’bah dihadapannya. Ia sangat bersyukur bahwa impiannya terwujud.

Ini menunjukkan wujud rasa syukur atas nikmat yang luar biasa diberikan oleh Allah untuk Hamid. Perwujudan rasa syukur bisa dilakukan dengan cara bersujud didepan Ka’bah sambil berdoa dan atau melakukan shalat mutlak

98

dihadapan Ka’bah. Hal tersebut merupakan bentuk dakwah yang disampaikan melalui adegan dalam plot keempat dengan perangkat penalaran.

Roots kedua adalah dialog ketika Hamid kembali ke sisi Allah.

“Maka disinilah aku berada, Zainab. Di negeri dimana impian kita berpusat. Ku bawa jiwamu, cintamu, dan cinta-Nya bersamaku.”

Kata-kata Hamid menunjukkan bahwa ia telah mewujudkan impiannya dan impian Zainab juga menyampaikan amanat Zainab yang berupa doa serta membawa cinta suci mereka kembali kepada Sang Pemilik, yakni Allah ketempat yang abadi.

Perangkat penalaran yang kedua, appleals to principles, yang pertama adalah

Ketika Zainab mengaji dan tidak pernh berhenti untuk berdoa pada Allah agar cintanya selalu diridhoi oleh Allah, meskipun ia harus berjauhan dengan cintanya, Hamid.

Nilai moral yang dapat diambil adalah sikap Zainab dalam menghadapi segala cobaan dan ujian dengan cara mendekatkan diri kepada Allah merupakan hal positif yang harus ditiru oleh umat Islam.

Yang termasuk appeals to principles berikutnya yaitu

Ketika Hamid berada di kota Mekkah. Hamid mengisi hari-harinya dengan beribadah pada Allah meskipun kondisi fisiknya mulai melemah tetapi jiwa dan bathinnya tetap kuat berserah diri pada Allah.

99

Premis dasar dalam adegan ini adalah kesungguhan seorang muslim dalam menjalankan ibadahnya. Hamid tidak ingin menyia-nyiakan waktunya selama berada di Mekkah. Ia selalu fokus untuk mengisi waktunya dengan mendekatkan diri kepada Allah seperti mengaji, berdzikir, shalat, dan sebagainya.

Appeals to principle yang ketiga adalah

Adegan didetik-detik terakhir ketika Hamid hendak mengambil Haji didepan Ka’bah, ia semakin lemah dengan keyakinan cinta sucinya dan kebesaran Allah, Hamid bangkit kembali untuk menyelesaikan ibadah Hajinya.

Hal tersebut menunjukkan keyakinan Hamid yang begitu kuat akan kebesaran Allah. Dari adegan Hamid diatas kita bisa mengambil pelajaran bahwa apapun yang kita lakukan dengan keyakinan yang kuat dan bersungguh-sungguh pasti keinginan kita akan tercapai.

Perangkat terakhir adalah consequences,

Adegan pertemuan Zainab dan Hamid dialam yang berbeda di kota Mekkah. Cinta suci mereka untuk Allah akhirnya kembali kepada Allah dan dipertemukan oleh Allah di alam yang abadi.

Kesabaran yang mereka jalani untuk cinta suci mereka membuahkan hasil yang indah. Meskipun mereka tidak bisa bersatu didunia, tetapi pada akhirnya dipertemukan Allah ditempat yang lebih abadi untuk keduanya. Inilah hasil dari perjuangan cinta mereka, kesabaran, keikhlasan, serta tawakkal kepada Allah telah menyatukan segalanya.

100

4.3 Pembahasan

Media merupakan pembentuk definisi realitas sosial. Tetapi, realitas yang disampaikan media adalah realitas yang sudah diseleksi, yakni realitas tangan kedua. Konstruksi realitas sosial adalah suatu proses dialek dimana manusia bertindak sebagai pencitpa maupun produk dari dunia sosialnya. Film Di Bawah Lindungan Ka’bah merupakan salah satu hasil konstruksi media dalam menyampaikan dakwah Islam. Film yang bersubgenre religi ini ingin menyampaikan pesan-pesan agama gambaran realitas akan makna cinta dalam ajaran Islam. Isi cerita dari novel Buya Hamka ini memiliki kepentingan sendiri dalam membangun atau mengkonstruksi pesan didalamnya. Seperti yang disebutkan Berger dan Luckman bahwa realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Konstruksi sosial tidak berlangsung dalam ruang hampa, namun sarat dengan kepentingan-kepentingan.50 Sebagai tokoh besar Islam, Buya Hamka menciptakan novel dengan kemasan kisah percintaan yang memiliki kepentingan untuk menyebarkan ajaran agama Islam melalui makna cinta yang dikonstruksinya.

Dengan beragam konflik di dalamnya, peneliti membagi empat plot untuk menganalisis realita yang disampaikan oleh media film Di Bawah Lindungan Ka’bah. Setiap plotnya memiliki latar yang berbeda, tetapi membentuk satu kesatuan masalah yang sama, yaitu hubungan cinta antar manusia dan hubungan cinta manusia kepada Tuhannya.

50

101

Kisah percintaan menjadi problema utama yang digambarkan dalam media film, penggambaran tersebut meskipun diawali oleh impian seorang pemuda miskin yaitu Hamid, untuk dapat beribadah haji melengkapi rukun Islam. Pada dasarnya film ini mengandung nilai dakwah yang mencitrakan cinta kepada Tuhan dengan menjalankan perintah-perintah agama dan menjauhi larangannya. Tetapi pola pengemasan atau konstruksi yang dibangun media ini terlalu lekat pada kisah percintaan dua manusia, yaitu Hamid dan Zainab (Divisualisasikan dalam plot pertama).

Realitas buruk bisa kembali menjadi halus dengan pemakaian kata-kata dan praktik pemakaian bahasa yang sudah ditelaah hal ini membuat khalayak tidak melihat kenyataan yang sebenarnya.51 Penggambaran dalam visualisasi film tersebut menceritakan kisah cinta Zainab dan Hamid yang terhalang oleh status ekonomi tidak membuat mereka lupa dan meninggalkan Tuhannya, Allah, dalam melewati ujian. Sutradara mengkonstruksi cinta kasih dua tokoh ini justru lebih dilekatkan pada pembuktikan bahwa cinta keduanya merupakan wujud cinta yang begitu besar kepada Allah.

Adapun penggambaran kostruksi dakwah Islam yang ditampilkan, sutradara mengemas berupa kasih sayang orang tua kepada anaknya dan perwujudan anak soleh yang berbakti pada orang tua. Hal ini terlihat dalam adegan dan dialog Emak Hamid kepada anaknya, Hamid, memaknai pesan betapa besar kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Contoh anak soleh yang diperankan Hamid dengan mendoakan kedua orang tuanya juga merupakan pesan

51

Deddy Mulyana, Teori Liberasi dan Media Massa, diterbitkan oleh Majalah Pantau Edisi 06/Oktober-November, 1999.

102

ajaran agama Islam tentang amal jariyah yang tidak akan pernah putus. Seperti yang terdapat dalam hadist, “Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga perkara : Sedekah Jariyah, Ilmu yang bermanfaat, dan Anak Soleh yang mendoakannya.”52

Konstruksi realita yang dibangun dalam film Di Bawah Lindugan Ka’bah juga memberikan motivasi bagai umat muslim untuk menjalankan rukun Islam yang kelima. Penggambaran tentang seorang anak miskin yang memiliki impian tinggi untuk bisa pergi Haji merupakan suatu ajakan untuk kaum muslim lainnya agar tidak berputus asa dan segala sesuatunya tidak mustahil bagi Allah apabila kita meminta kepada-Nya dengan bersungguh-sungguh.

Kebesaran Allah yang ditunjukkan dalam film ini mengingatkan umat Islam agar tidak pernah meninggalkan kewajibannya dan selalu mengingat Allah serta hanya berdo’a kepada-Nya. Seperti perintah Allah dalam surat al-Baqarah, “Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi perintah-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.”53

Pesan dakwah Islam lainnya yang dikonstruksi dalam film Di Bawah Lindungan Ka’bah ini yaitu hubungan silaturahmi antar umat muslim dalam kehidupan sehari-hari maupun ketika hari raya Idul Fitri datang. Namun, kelemahan yang tampil sebagai realita media yaitu mengenai perbedaan status

52

Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis Ayat Al-Qur’an dan Hadits Jilid 3 : HR. Muslim, Widya Cahaya, 2009

53

Ustadz Nanang Solihin, Al-Qur’anKu : Surat Al-Baqarah ayat 186, Lautan Lestari, Jakarta, 2010

103

sosial ekonomi yang ditonjolkan didalamnya. Pencampuran adat, budaya, dan agama membuat pemikiran baru para penontonnya bahwa ajaran Islam juga memiliki perbedaan dalam tingkat sosial ekonomi. Penerapan shalat berjama’ah di surau yang sudah menjadi tradisi kampung juga salah satu dakwah Islam yang mengajak umat muslim lainnya mempererat hubungan antar manusia dan hubungan manusia kepada Allah. Serta kegiatan posistif lain seperti debat agama untuk para pemuda kampung yang diadakan di surau, kemudian musyawarah dalam mendapatkan mufakat untuk suatu permasalahan, hal demikian merupakan kegiatan positif yang diajarkan oleh agama Islam.

Dakwah Islam yang dikonstruksi memang tidak sebagian besar dari film ini, konflik yang ditimbulkan Hamid ketika menolong Zainab merupakan suatu kelemahan dalam membagun cerita. Ketidaksingkronan pada masa 1920-an dengan penggambaran Hamid yang menyelamatkan Zainab dari sungai melalui nafas buatan adalah hal yang tidak logis, terlebih melihat sisi kepribadian Hamid yang begitu sopan dan agamis.

Melalui analisis yang sudah dilakukan oleh peneliti, menghasilkan gambaran dakwah Islam tentang rasa cinta, kasih sayang, dan perintah Allah untuk melaksanakan seluruh rukun Islam serta aktivitas keagamaan yang dikonstruksi media dalam film Di Bawah Lindungan Ka’bah ini. Pesan didalamnya memang bukan keseluruhan dari penggambaran kisah untuk membangun citra religi yang dibentuk oleh media, kesan religi terasa kurang menonjol akibat tidak diperkuat dengan kutipan al-Qu’an dan al-Hadist yang dikonstruksi media.

Dokumen terkait