• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERKAWINAN DALAM ADAT MINANGKABAU

C. Tradisi lompat pagar

4. Filosofi

Penindakan Lompat Pagar dilaksanakan oleh pemangku adat Nagari Salo dengan maksud ingin menjaga keturunan dan tidak bercampurnya masyarakat Salo dengan masyarakat pendatang. Sanksi yang dibebenkan terhadap keluarga mempelai merupakan hal yang harus ditaati karena adat atau tradisi menjadi hukum bagi masyarakatnya.

Adat minang memiliki empat tingkatan pada ketentuan adat.42

a. Adat nan sabana adat

Adat nan sabana adat (adat yang benar- benar adat) merupakan peraturan

yang pokok yang mendasari kehidupan suku Minang yang berlaku turun-temurun tanpa dapat dipengaruhi oleh apapun. Sebagai contoh

(1) silsilah keturunan menurut garis Ibu yang disebut sebagai garis matrialneal.

(2) harta pusaka tinggi yang turun- temurun menurut garis ibu dan menjadi milik bersama yang tidak boleh diperjual belikan kecuali punah.

41

Wawancara Pribadi dengan Zulhidayat. Salo, 6 Mei 2016.

42

43

b. Adat nan diadatkan

Adat nan diadatkan (adat yang diadatkan) peraturan setempat yang telah

diambil dengan kata mufakat (kata sepakat) ataupun kebiasaan yang sudah berlaku umum dalam suatu Nagari. yang termasuk dalam adat nan diadatkan ini adalah pengangkatan penghulu, tata cara serta upacara perakawinan yang berlaku dalam tiap-tiap nagari.43

c. Adat nan teradat

Adat nan teradat (adat yang teradat) merupakan kebiasaan seseorang

dalam kehidupan masyarakat yang dapat dilakukan atau ditinggalkan, adat istiadat adalah kelaziman dalam suatu nagari yang mengikuti tingkah laku masyarakat.

Adat nan teradat ini dengan sendirinya menyangkut pengaturan tingkah laku dan

kebiasaan pribadi orang perorangan. Seperti tata cara berpakaian, makan minum.

d. Adat istiadat

Adat istiadat adalah aneka kelaziman dalam setiap nagari yang mengikuti pasang naik dan pasang surut masyarakat nagari.

Perkawinan Lompat pagar ini termasuk adat yang dilaksanakan berdasarkan mufakat (kata sepakat) karena pada awalnya tradisi ini ada karena kesepakatan antara masyarakat nagari dengan tetua adat dan tetau kampung. Sanksi yang diberlakukan pada Lompat pagar ini diberikan terhadap keluarga pengantin dengan kata sepakat dan juga keluarga pengantin yang melaksanakan

43

diwajibkan untuk mematuhi dari hasil kesepakatan.44 Kesepakatan yang dimaksaud didapat pada rapat warga kampung pada saat acara perkawinan dan warga kampung dan tetua adat yang memutuskan sanksi.

Sanksi Lompat pagar diberlakukan pada keluarga marakpulai

(pengantin).45 Bagi keluarga pengantin yang tidak melaksanakan sanksi, tidak ada

sanksi pidana atau perdata yang akan didapat tetapi merupakan sanksi sosial. Sanksi sosial ini langsung dijatuhkan kepada keluarga pengantin. Sanksi sosial diberikan oleh warga kampung dan Nagari dengan cara mengucilkan keluarga

pengantin ini dari kegiatan kampung dan kegiatan nagari.46

Dari Uraian Bab ini penulis mengambil kesimpulan bahwa Nagari Salo merupakan daerah administratif dari Kabupaten Agam Kecamatan Baso. Nagari Salo merupakan daerah di Sumatera Barat yang menerapkan tradisi Lompat Pagar. Lompat pagar ini merupakan larangan perkawinan bagi anak Nagari Salo dengan anak Nagari lain. bagi yang melaksanakan perkawinan ini maka akan dikenakan sanksi berupa denda uang sebanyak dua emas atau dua juta rupiah.

44

Wawancara pribadi dengan Syafalmart. Baso, 11 Mei 2016.

45

Wawancara pribadi dengan Datuak Sipado. Salo, 6 Mei 2016.

45 BAB IV

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI LOMPAT PAGAR

A. Persamaan Tradisi Lompat Pagar dengan Hukum Islam

Tradisi adalah kebiasaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat secara

terus menerus dan menjadi hal yang patut ditaati.1 Tradisi yang sudah dilakukan

terus-menerus akan menjadi hukum adat. Tradisi Lompat Pagar merupakan tradisi yang hanya berlaku di Nagari Salo Kabupaten Agam Sumatera Barat. Sebelum tahun 1980 Tradisi perkawinan Lompat Pagar ini merupakan tradisi perkawinan yang ditaati oleh masyarakat Nagari Salo. akan tetapi pada tahun 1990 setidaknya ada pergeseran prilaku masyarakat Nagari Salo yang menganggap tradisi ini tidak penting lagi. Karena pemuda Nagari Salo sendiri sudah banyak yang meratau dan

berkenalan dengan orang lain di rantau.2

Adat Minang pada dasarnya tradisi yang mengikuti aturan-aturan syariat Islam. Hal ini tergambarkan pada pepatah Minang yaitu Adat Basandi Syarak

syarak Basandi Kitabullah yang artinya Adat Minang bedasarkan syariat Islam

dan berlandaskan pada Al Qur’an Karena dalam tradisi perkawinan Adat Minang memenuhi persyaratan yang diatur seperti pada syariat Islam.

Perkawinan lompat pagar sebagai salah satu bentuk perkawinan Adat Minang khususnya Nagari Salo juga memenuhi Rukun dan syarat dalam

1

wawancara pribadi dengan Anwar St Kayo. Salo, 4 Mei 2016.

2

perkawinan Islam. Pada perkawinan Minang terdapat beberapa proses perkawinan yang sesuai syariat Islam sebelum terlaksananya perkawinan yaitu

1. Maresek

Maresek (meninjau) adalah pengenalan yang dilakukan antara keluarga

calon mempelai laki-laki dan perempuan.3 Maresek juga dapat dikatakan

pengenalan awal antar mempelai. Islam menganjurkan untuk saling mengenal sebelum menikah berdasarkan

ﹺﻦﺑ ﺓﲑﻐﻤﹾﻟﺍ ﹺﻦﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﺪﺒﻋ ﹺﻦﺑ ﹺﺮﹾﻜﺑ ﻦﻋ ﻢﺻﺎﻋ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﹶﺔﻳﹺﻭﺎﻌﻣ ﻮﺑﹶﺃ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ

ﺮﹸﻈﻧﺎﹶﻓ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﺎﹶﻟ ﺖﹾﻠﹸﻗ ﺎﻬﻴﹶﻟﹺﺇ ﺕﺮﹶﻈﻧﹶﺃ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﻲﻟ ﹶﻝﺎﹶﻘﹶﻓ ﹰﺓﹶﺃﺮﻣﺍ ﺖﺒﹶﻄﺧ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹶﺔﺒﻌﺷ

4

ﻢﹸﻜﻨﻴﺑ ﻡﺩﺆﻳ ﹾﻥﹶﺃ ﻯﺮﺣﹶﺃ ﻪﻧﹺﺈﹶﻓ ﺎﻬﻴﹶﻟﹺﺇ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah telah menceritakan kepada kami Ashim dari Bakr bin Abdullah dari Al Mughirah bin Syu’bah ia berkata, saya meminang seorang wanita, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bertanya kepadaku apakah kamu telah melihatnya? Saya menjawab: belum. Rasullullah bersabda: Lihatlah ia karena itu akan lebih memantapkan kalian berdua. HR Ahmad

Maksud dari hadist diatas adalah jika ingin mengenal seorang perempuan dan lalu ingin menikahinya maka terlebih dahulu laki-laki harus mengenal perempuan yang ingin dipinang. Mengenal dalam arti tahu namanya, rupanya, dan keluarganya.

3

Fiony Sukmasari, Perkawinan Adat Minangkabau (Jakarta: kencana, 2003), h. 25.

4

Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Ash-Shaibani, Musnad Imam Ahmad

47

2. Maminang

Maminang, maminang adalah proses melamar yang dilakukan oleh

keluarga mempelai perempuan yang mendatangi keluarga mempelai laki-laki. Dalam Islam peminangan atau Khitbah merupakan penyampain kehendak untuk

melangsungkan ikatan perkawinan.5

ﺰﻣﺮﻫ ﹺﻦﺑ ﹺﻢﻠﺴﻣ ﹺﻦﺑ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﺪﺒﻋ ﻦﻋ ﹶﻞﻴﻌﻤﺳﹺﺇ ﻦﺑ ﻢﺗﺎﺣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﻲﺨﹾﻠﺒﹾﻟﺍ ﻕﺍﻮﺴﻟﺍ ﻭﹴﺮﻤﻋ ﻦﺑ ﺪﻤﺤﻣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ

ﺍﹶﺫﹺﺇ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻲﹺﻧﺰﻤﹾﻟﺍ ﹴﻢﺗﺎﺣ ﻲﹺﺑﹶﺃ ﻦﻋ ﺪﻴﺒﻋ ﻲﻨﺑﺍ ﺪﻴﻌﺳﻭ ﺪﻤﺤﻣ ﻦﻋ

ﹶﻝﻮﺳﺭ ﺎﻳ ﺍﻮﹸﻟﺎﹶﻗ ﺩﺎﺴﹶﻓﻭ ﹺﺽﺭﹶﺄﹾﻟﺍ ﻲﻓ ﹲﺔﻨﺘﻓ ﻦﹸﻜﺗ ﺍﻮﹸﻠﻌﹾﻔﺗ ﺎﱠﻟﹺﺇ ﻩﻮﺤﻜﻧﹶﺄﹶﻓ ﻪﹶﻘﹸﻠﺧﻭ ﻪﻨﻳﺩ ﹶﻥﻮﺿﺮﺗ ﻦﻣ ﻢﹸﻛَﺀﺎﺟ

ﻰﺴﻴﻋ ﻮﺑﹶﺃ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﺕﺍﺮﻣ ﹶﺙﺎﹶﻠﹶﺛ ﻩﻮﺤﻜﻧﹶﺄﹶﻓ ﻪﹶﻘﹸﻠﺧﻭ ﻪﻨﻳﺩ ﹶﻥﻮﺿﺮﺗ ﻦﻣ ﻢﹸﻛَﺀﺎﺟ ﺍﹶﺫﹺﺇ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻪﻴﻓ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﹾﻥﹺﺇﻭ ﻪﱠﻠﻟﺍ

ﻪﻴﹶﻠﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻲﹺﺒﻨﻟﺍ ﻦﻋ ﻪﹶﻟ ﻑﹺﺮﻌﻧ ﺎﹶﻟﻭ ﹲﺔﺒﺤﺻ ﻪﹶﻟ ﻲﹺﻧﺰﻤﹾﻟﺍ ﹴﻢﺗﺎﺣ ﻮﺑﹶﺃﻭ ﺐﻳﹺﺮﹶﻏ ﻦﺴﺣ ﹲﺚﻳﺪﺣ ﺍﹶﺬﻫ

6

ﺚﻳﺪﺤﹾﻟﺍ ﺍﹶﺬﻫ ﺮﻴﹶﻏ ﻢﱠﻠﺳﻭ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Amr bin As Sawwaq Al Balkhi, telah menceritakan kepada kami Hatim bin Isma'il dari Abdullah bin Muslim bin Hurmuz dari Muhammad dan Sa'id anak laki-laki 'Ubaid, dari Abu Hatim Al Muzani berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika seseorang datang melamar anak perempuan dan kerabat kalian, sedang kalian ridha pada agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Jika tidak kalian lakukan, niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan." Para shahabat bertanya; "Meskipun dia tidak kaya." Beliau bersabda: "Jika seseorang datang melamar anak perempuan kalian, kalian ridha pada agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia." Beliau mengatakannya tiga kali. Abu Isa berkata; "Ini merupakan hadits gharib. Abu Hatim Al Muzani adalah seorang sahabat, namun tidak kami ketahui dia meriwayatkan hadits dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam selain hadits ini." HR Tirmizi

Maksud dari hadits di atas jika datang seorang pemuda yang dengan niatnya ingin meminang anak perempuan, maka izinkan- lah. Pemberian izin ini harus dilandasi dengan alasan kuat untuk memilih laki-laki tersebut. Adapun

5

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Prenada Media: Jakarta, 2007), h. 49.

alasan yang dapat dibenarkan menurut hadits diatas adalah agamanya dan akhlaknya jika dua hal itu sudah terpenuhi nikahkan.

3. Maantaan Siriah

Maantaan siriah merupakan pemberitahuan kepada orang satu nagari.

pemberitahuan ini dilakukan dengan cara lisan. Pemberitahuan nikah ini sekaligus meminta restu terhadap nunsanak nan jauah (Keluarga yang jauh) dan nunsanak

nan dakek (Keluarga yang dekat).

ﺍﻮﻨﻠﻋﹶﺃ ) : ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﱠﻠﻟﹶﺍ ﹶﻝﻮﺳﺭ ﱠﻥﹶﺃ ; ﻪﻴﹺﺑﹶﺃ ﻦﻋ , ﹺﺮﻴﺑﺰﻟﹶﺍ ﹺﻦﺑ ﻪﱠﻠﻟﹶﺍ ﺪﺒﻋ ﹺﻦﺑ ﹺﺮﻣﺎﻋ ﻦﻋﻭ

7

ﻢﻛﺎﺤﹾﻟﹶﺍ ﻪﺤﺤﺻﻭ , ﺪﻤﺣﹶﺃ ﻩﺍﻭﺭ ( ﺡﺎﹶﻜﻨﻟﹶﺍ

Artinya: Dari Amir Ibnu Abdullah Ibnu al-Zubair, dari ayahnya Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sebarkanlah berita pernikahan." Riwayat Ahmad. Hadits shahih menurut Hakim. HR Ahmad

Maksud dari hadist di atas adalah menganjurkan memberitahukan kabar gembira perkawinan. kabar perkawinan ini jika dikaitkan dengan Adat perkawinan Minang Maantaan Siriah merupakan kesamaan antara Adat Minang yang mengajurkan adanya pemberitahuan kepada kerabat dan juga saudara dekat tentang perkawinan. Hadist diatas menganjurkan melaksanakan walimah dari perkawinan dengan cara sederhana. Walimah ini juga bermaksud untuk memberi tahu kerabat dan keluarga tentang perkawinan yang telah dilaksanakan.

7

Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Ash-Shaibani, Musnad Imam Ahmad

49

4. Akad Nikah

Akad nikah, akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua

pihak yang malaksanakan perkawinan dalam bentuk ijab dan qabul.8 Ijab adalah

penyerahan dari pihak mempelai perempuan terhadap mempelai laki-laki, sedangkan qabul penerimaan dari mempelai laki-laki. Dalam hukum Islam akad perkawinan itu bukanlah sekedar perjanjian biasa yang hanya perjajian perdata, tetapi merupakan ikatan atau perjanjian yang mitsakon gholizan (yang tidak dapat dilepaskan).9

5. Baralek

Baralek merupakan acara jamuan makan si alek kepada tamu undangan. Baralek dilakukan setelah rangkaian akad nikah dan japuik bajangkau selesai. Baralek memiliki kesamaan dengan ajaran Islam yang menjelaskan resepsi atau

pesta perkawinan setelah akad nikah. Adapun hadits yang menyatakan yaitu:

ﹺﻦﺑ ﹺﻦﻤﺣﺮﻟﹶﺍ ﺪﺒﻋ ﻰﹶﻠﻋ ﻯﹶﺃﺭ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ ﻲﹺﺒﻨﻟﹶﺍ ﱠﻥﹶﺃ ) ﻪﻨﻋ ﷲﺍ ﻲﺿﺭ ﻚﻟﺎﻣ ﹺﻦﺑ ﹺﺲﻧﹶﺃ ﻦﻋ

ﻦﻣ ﺓﺍﻮﻧ ﻥﺯﻭ ﻰﹶﻠﻋ ﹰﺓﹶﺃﺮﻣﺍ ﺖﺟﻭﺰﺗ ﻲﻧﹺﺇ ﻪﱠﻠﻟﹶﺍ ﹶﻝﻮﺳﺭ ﺎﻳ : ﹶﻝﺎﹶﻗ , ﺍﹶﺬﻫ ﺎﻣ : ﹶﻝﺎﹶﻗ , ﺓﺮﹾﻔﺻ ﺮﹶﺛﹶﺃ ﻑﻮﻋ

10

ﹴﻢﻠﺴﻤﻟ ﹸﻆﹾﻔﱠﻠﻟﺍﻭ , ﻪﻴﹶﻠﻋ ﻖﹶﻔﺘﻣ ( ﺓﺎﺸﹺﺑ ﻮﹶﻟﻭ ﻢﻟﻭﹶﺃ , ﻚﹶﻟ ﻪﱠﻠﻟﹶﺍ ﻙﺭﺎﺒﹶﻓ : ﹶﻝﺎﹶﻘﹶﻓ .ﹴﺐﻫﹶﺫ

Artinya: Dari Anas ibnu Malik Radliyallahu ‘anhu bahwa nabi Shallaahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat bekas kekuningan pada Abdurrahman Ibnu Auf. Lalu beliau bersabda menayakan apa ini? Abdurrahman berkata : wahai Rasullullah, sesungguhnya aku telah menikahi seorang perempuan dengan maskawin satu biji emas. Nabi bersabda: semoga Allah memberkahimu, selenggarakanlah walimah walaupun hanya dengan seekor kambing. HR Ibn Majah

8

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Prenada Media: Jakarta, 2007), h. 61.

9 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, h. 62.

10

B. Perbedaan tradisi Lompat Pagar dengan Hukum Islam

Berdasarkan bab sebelumnya penulis membahas tentang perkawinan lompat pagar dan juga tahapan-tahapan pada perkawinan Adat Minang, saat ini penulis akan membahas perbedaan perkawinan lompat pagar dengan hukum Islam. Tahapan- tahapan pada perkawinan adat minang yang tidak sesuai dengan hukum Islam yaitu:

1. Malam Bainai

Malam bainai merupakan malam yang keesokan harinya akan

dilaksanakan perkawinan. Pada malam ini masing-masing pihak mempersiapkan diri untuk keesokan harinya seperti pihak laki-laki bersiap untuk merapikan

pakainanya karena keesokan harinya ia akan dijemput oleh pihak perempuan.11

Sedangkan Malam bainai pada pihak perempuan merupakan aktifitas yang dilakukan oleh keluarga calon mempelai perempuan untuk mewarnai kuku dari calon mempelai perempuan. tindakan ini merupakan restu yang diberikan

keluarga dan mamak dari mempelai perempuan.12

Malam bainai merupakan rangkaian dari Adat perkawinan Minang.

Malam bainai berbeda, dalam arti tidak diatur dalam syariat Islam akan tetapi tidak ada larangan terhadap proses malam bainai. Sebagai contoh mewarnai kuku bagi mempelai perempuan. Islam hanya mengatur perkawinan sederhana yang cukup dengan Rukun dan syarat perkawinan terpenuhi maka perkawinan sah.

11

wawancara pribadi dengan Anwar St Kayo. Salo, 4 Mei 2016.

12

Perpustakaan digital Budaya Indonesia diakses pada 12 Juni 2016 pada budaya-Indonesia.org.

51

2. Japuik Bajangkau

Japuik bajangkau (menjemput pengantin) atau dapat disebut juga Manjapuik Marakpulai dilakukan setelah upacara keagamaan ijab-qabul atau

akad nikah dilaksanakan.13 Japuik bajangkau merupakan proses pada perkawinan

Minang yang mengharuskan keluarga mempelai melakukan penjemputan terlebih dahulu ke rumah mempelai lainnya. Proses perkawinan Minang ini berbeda, dalam arti tidak diatur dalam syariat Islam tetapi proses ini tidak dilarang untuk dilaksanakan.

3. Perkawinan lompat pagar

Penulis berpendapat bahwa larangan perkawinan lompat pagar tidak sejalan dengan syariat Islam. Sesuai dengan uraian pada Bab sebelumnya, Perkawinan lompat pagar adalah perkawinan antara anak Nagari Salo dengan anak Nagari lain. dalam Adat Nagari Salo perkawinan ini dilarang. larangan perkawinan lompat pagar ini diberlakukan di Nagari Salo demi menjaga

keturunan masyarakat Salo agar tidak bercampur dengan masyarakat pendatang.14

Pelanggaran bagi lompat pagar ini dikenakan sanksi yang dibayarkan ke Balai Adat. Larangan perkawinan lompat pagar memiliki sanksi bagi pelanggarnya yaitu pembayaran uang denda yang diserahkan kepada balai adat.

13

Amir M.S, Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang (Jakarta: Citra Harta Prima,2011), h. 16.

14

Dalam Islam perkawinan yang dilarang merupakan perkawinan terhadap orang-orang yang disebut dalam Al Qur’an dan Hadits sebagai berikut: QS An Nisaa’ (4): 23















































































































) ءﺎﺳﻧﻟا (23: 4/

Artinya: “diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Maksud dari ayat di atas adalah Islam melarang perkawinan dengan Ibu kandung, anak perempuan dari keturunan sendri, saudara perempuan kandung, saudara bapak, saudara ibu, anak dari saudara laki-laki (keponakan), anak dari saudara perempuan, Ibu-ibu yang menyusui, saudara perempuan sepersusuan, ibu Isteri (mertua), anak isteri yang telah dicampuri (anak tiri), tidak berdosa

53

mengawini anak dari isteri yang belum dicampuri, diharamkan menikahi isteri anak (menantu), dan juga mengawini dua permpuan yang bersaudara dalam waktu yang bersamaan. Dari ayat diatas ada pendapat ulama yang terdapat pada Tafsir Al Mishbah mengatakan bahwa pernikahan antara keluarga dekat, dapat

melahirkan anak cucu yang lemah jasmani dan ruhani.15

Di samping itu terdapat sabda Nabi SAW Riwayah Imam Al Bukhari

ﻲﺿﺭ ﹶﺓﺮﻳﺮﻫ ﻲﹺﺑﹶﺃ ﻦﻋ ﹺﺝﺮﻋﹶﺄﹾﻟﺍ ﻦﻋ ﺩﺎﻧﺰﻟﺍ ﻲﹺﺑﹶﺃ ﻦﻋ ﻚﻟﺎﻣ ﺎﻧﺮﺒﺧﹶﺃ ﻒﺳﻮﻳ ﻦﺑ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﺪﺒﻋ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ

ﻪﻨﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ

ﻦﻴﺑ ﻊﻤﺠﻳ ﺎﹶﻟ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﹶﻝﻮﺳﺭ ﱠﻥﹶﺃ

ﺎﻬﺘﹶﻟﺎﺧﻭ ﺓﹶﺃﺮﻤﹾﻟﺍ ﻦﻴﺑ ﺎﹶﻟﻭ ﺎﻬﺘﻤﻋﻭ ﺓﹶﺃﺮﻤﹾﻟﺍ

16

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf Telah mengabarkan kepada kami Malik dari Abu Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Seorang wanita tidak boleh dimadu dengan bibinya baik dari jalur ibu atau ayah HR Bukhari

Maksud dari Hadits di atas adalah larangan memadu (poligami) seorang wanita dengan bibinya(saudara ayahnya atau ibuya) dalam waktu yag bersamaan. Imam Syafi’i beranggapan apabila seorang laki-laki menikahi bibi (dari pihak bapak atau ibu) dan seorang wanita. sebelum menikahi wanita itu dan lalu bibi atau sebaliknya, lalu laki laki mengumpulkan kedua wanita ini dalam ikatan pernikahan pada masa yang sama, maka yang pertama dinikahi dari keduanya

dianggap sah sedangkan yang terakhir dinyatakan batal.17

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa larangan perkawinan lompat pagar sebagaimana yang terdapat di Nagari Salo tidak sejalan dengan

15

M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah Volume 2, Cet. X (Tanggerang: Lentera Hati, 2007), h.392.

16

Al Bukhari, Shahih Bukhari (t.t,tp,t.th), h. 2290.

anjuran Islam. Tetapi pada beberapa proses perkawinannya memiliki kesamaan dengan syariat Islam.

55 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari seluruh uraian yang telah dkemukakan pada bab-bab terdahulu maka hasil penelitian memeberi kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada Proses perkawinan Lompat Pagar terdapat kesamaan dengan perkawinan Adat Minangkabau yang sduah terlampir pada Bab sebelumnya seperti maresek, maminang,

maantaan siriah, malam bainai, akad nikah, japuik bajangkau dan baralek.

2. Pada perkawinan Lompat Pagar bila dikaitkan dan di lihat oleh perspektif Hukum Islam terdapat perbedaan yaitu: Larangan terhadap perkawinan lompat pagar adalah larangan melakukan perkawinan di luar nagari Salo tidak sejalan dengan syariat Islam karena larangan perkawinan dalam Islam telah diatur secara terperinci sebagaimana terdapat dalam Al Qur’an Surah An-Nisaa’ dan hadits Al Bukhari sebagaimana dikutip sebelumnya.

B. Saran

1. Alangkah baiknya jika perkawinan Lompat Pagar dan perkawinan Minang yang ada di Nagari Salo dibedakan antara pelaksanaan dengan prosesnya.

2. Sebaiknya Mengenai tradisi lompat pagar sebaiknya dihapus karena tidak sesuai dengan syariat Islam.

56

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. Adat and Islam: an Examination of Conflict in Minangkabau. Jurnal,t.th.

Ali, Zainudin. Hukum perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2012. Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Bulughul Maram. Penerjemah Harun Zen, dkk.

Bandung: Jabal,2014.

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.

Arianto, Okto. Pelanggaran Hukum Adat Minangkabau Dalam kabaAngku

Kapalo Sitalang. Jurnal Ilmu Sosial dan Politik, 2010.

Arifin, Zainal. Dualitas praktik perkawinan Minangkabau. Jurnal, 2009. Asyik, M Nur. Nikah Menurut Islam. Jakarta: Rakan Offset, 1985.

Ghozali, Abdul Rahman. Fiqh Munakahat cet.v. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2012.

Graves, Elizabeth E. Asal-Usul Elite Minangkabau Modern. Penerjemah Novi Andri, dkk. Jakarta: Yayasan Obor, 2007.

Hadikusuma, Hilman. Hukum Perkawinan Adat. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1990.

Hidayat, Hari. Perjodohan dalam naskah Randai “puti manih talongsong” karya

Wisran Hadi: Tinjauan sosiologi sastra,” Jurnal, 2012.

Iffah. Hukum Islam dan perjanjian adat Dampak Pemahaman Masyarakat

Sumatera Barat tentang Inses Terhadap Adat Perkawinan. Skripsi S1

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Muara Bulian Jambi, 2015.

MS, Amir. Adat Minangkabau Pola dan tujuan hidup orang Minang. Jakarta: Citra harta Prima, 2011.

Nasikh, Abdullah. perkawinan masalah orang muda,orang tua dan negara. Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

Perpustakaan digital budaya Indonesia diakses pada 12 Juni 2016 dari budaya-Indonesia.org.

Salim, Peter. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press, 1995.

57

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al Mishbah Cet. X. Tanggerang: Lentera Hati, 2007. Sopyan, Yayan. Pengantar Metode Penelitian. Ciputat: tp, t.th.

Soraya, Adini. Pemberian sanksi adat terhadap perkawinan sesuku dalam

kanagarian kasang kabupaten Padang Pariaman. Skripsi S1 Fakultas Hukum,

Universitas Islam Riau Pekanbaru, 2010.

Sudarsono. Hukum Perkawinan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Sukmasari, Fiony. Perkawinan Adat Minangkabau. Jakarta: Kencana, 2003. St kayo, Anwar. Pasambahan Adat Istiadat Minangkabau. Bukittinggi: t.p, t.th. As Syafi’i. Ringkasan Kitab Al Umm. Jakarta: Putaka Azzam, 2004.

Syarifudin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia cet.II. Jakarta: Prenada Media, 2007.

Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqh Islam Wa Adillatuhu cet.X. Depok: Gema Insani, 2007.

Kitab hadits

Al Bukhari. Shahih Bukhari. T.t: t.p, t.th.

Ahmad, Abu Abdullah. Musnad Imam Ahmad bin Hanbal. Arab Saudi: Darussalam, 2012.

Sunan Ibn Majah, Shahih Ibn Majah. Saudi Arabi: tp, t.th. Sunan Tirmidzi, Musnad Imam Tirmidzi. T.t: tp, t.th.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Kompilasi Hukum Islam.

Peraturan Daerah Sumatera Barat nomor 2 tahun 2007 tentang Pokok- pokok

pemerintahan Nagari.

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2005, tentang Wali

Hakim.

Hasil Penelitian

Ilustrasi Wilayah Nagari Salo yang terdapat di kantor Wali Nagari Salo. Data tabel penduduk di kantor Wali Nagari Salo.

Data Sensus Penduduk tahun 2015 Nagari Salo.

Wawancara pribadi dengan Anwar st Kayo. Salo. 4 Mei 2016. Wawncara pribadi dengan Datauk Sipado. Salo. 6 Mei 2016. Wawancara pribadi dengan Martini. Salo. 14 Mei 2016. Wawancara pribadi dengan Syafalmart. Baso. 11 Mei 2016. Wawancara pribadi dengan Zulhidayat. Salo. 6 Mei 2016.

Nama : Syafalmart, S.Ag

Jabatan : Kepala KUA Kecamatan Baso Kabupaten Agam Sumatera Barat

Waktu Wawancara : Rabu,11 Mei 2016

Tempat : Kantor Urusan Agama Kecamatan Baso Kabupaten Agam Sumatera Barat

Pertanyaan

1. Apakah ada perbedaan antara syarat dan tata cara pelaksanaan perkawinan Minangkabau dengan perkwinan biasa?

2. Lalu jika ada perbedaan antara perkawinan minang dengan perkawinan biasa terletak dibagian apa?

3. Apakah bapak tahu tradisi perkawinan Lompat Pagar yang terdapat di Nagari Salo? 4. Bagaimana pelaksanaannya?

Jawaban

1. Ada

2. perbedaanya kalo dari syarat administratif. Sedangkan kalo rukun dan syarat secara Islam tidak ada perbedaanya. Kalau perbedaan administratif ini setiap calon mempelai diwajibkan membuat surat pernyataan kesanggupan dan juga persetujuan dari mamak( paman) atau dapat disebut BUN. Surat ini sebagai pengantar untuk mendapatkan Formulir NA dari kantor Wali Nagari. adapun isi dari surat pernyataan nikah itu ditanda tangani oleh orang tua mempelai, kepala suku, wali jorong (kepala kampung), Wali Nagari dan calon mempelai. Sedangkan perkawinan biasa tidak memakai surat pernyataan seperti itu.

3. Tahu

4. Perkawinan Lompat Pagar merupakan tradisi yang terdapat di Nagari Salo, karena setiap nagari yang terdapat di Minang ini menerapkan adatnya masing-masing. Perkawinan Lompat pagar merupakan hal pemberitahuan keluarga alek (keluarga yang melaksanakan perkawinan) terhadap warga nagari. setiap keluarga yang melaksanakan perkawinan Lompat Pagar diharuskan membayar uang ke adat. Uang

Nama : Datuak Sipado

Jabatan : Ketua KAN Salo

Waktu Wawancara : Jumat,6 Mei 2016

Tempat : Nagari Salo Kecamatan Baso Kabupaten Agam Sumatera Barat

Pertanyaan

1. Bagaimana Sejarah berdirinya nagari Salo?

2. Apakah ada unsur penunjang bagi berdirinya nagari?

3. Apakah bapak mengetahui ragam-ragam adat perkawinana minang? Seperti Maresek. Meminang, maantaan sirih, malam bainai, japuik bajangkau

4. Bagaimana dengan perkawinan Lompat Pagar apakah ada perbedaan antara perkawinan Lompat Pagar dan perbedaannya dengan perkawinan lain?

5. Sejarah berlakunya tradisi Perkawinan Lompat Pagar? 6. Bagaimana dengan pelaksanaan Perkawinan Lompat Pagar? 7. Sanksi apa yang didapat bagi pelaku Lompat Pagar?

8. Kemana sanksi dibayarkan?

Jawaban

1. Sejarah Nagari Salo.

Orang minang menurut asal- usulnya berasal dari Gunung Merapi, mereka turun dari Gunung Merapi dan menempati wilayah- wilayah sekitar kaki Gunung Merapi. Maka dari itu

Dokumen terkait