• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

H. Underpricing

I. Financial Leverage

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ...iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…..………1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Kerangka Konseptual... 8

D. Hipotesis ... 11

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1. Tujuan Penelitian ... 11

2. Manfaat Penelitian ... 11

F. Metode Penelitian ... 12

1. Batasan Operasional... 12

2. Definisi Operasional ... 12

3. Populasi dan Sampel………... 14

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

5. Jenis dan Sumber Data ... 18

6. Teknik Pengumpulan Data ... 19

7. Metode Analisis Data ... 19

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 25

B. Pasar Modal…..………. ... 26

C. Proses Go Public………. ... 29

D. Initial Public Offering (IPO)……...……… . 31

E. Pengertian Saham……….... ... 33

F. Jenis-Jenis Saham Berdasarkan Kinerja………..………..34

G. Keuntungan dan Resiko Saham………..……… ..35

H. Underpricing... ...37

I. Financial Leverage... ...39

J. Return On Equity (ROE)……… …………...40

K. Ukuran Perusahaan (Firm Size)……….……...………41

L. Umur Perusahaan (Firm Age)….………..42

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia...43

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Deskriptif Variabel Yang Mempengaruhi

Underpricing ... 49

B. Metode Regresi Linier Berganda ... 65

1. Uji Normalitas…….. ... 65

2. Uji Asumsi Klasik. ... 68

3. Pengujian Kelayakan Model ... 73

C. Pengujian Hipotesis ... 74

1. Uji F ... 74

2. Uji t ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Jumlah Underpricing Saham Perusahaan yang

Melakukan IPO Periode 2001-2009...4

Tabel 1.2 Jumlah Sampel Berdasarkan Seleksi Kriteria Sampel...14

Tabel 1.3 Sampel penelitian……… 15

Tabel 1.4 Kriteria Pengambilan Keputusan DW Test ………….…………....…20

Tabel 3.1 Gambaran Umum Perusahaan…...45

Tabel 4.1 Financial Leverage pada Perusahaan yang Melakukan IPO Periode 2001 - 2009... 49

Tabel 4.2 Return on Equity (ROE) pada Perusahaan yang Melakukan IPO Periode 2001- 2009... 52

Tabel 4.3 Ukuran Perusahaan pada Perusahaan yang Melakukan IPO Periode 2001-2009... 56

Tabel 4.4 Umur Perusahaan pada Perusahaan yang Melakukan IPO Periode 2001-2009…... 59

Tabel 4.5 Underpricing pada Perusahaan yang Melakukan IPO Periode 2001-2009... 62

Tabel 4.6 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov... 67

Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi…... 68

Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas... 69

Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi …..…...72

Tabel 4.10 Tabel Hubungan Antarvariabel …... 72

Tabel 4.11 Hasil Uji F...73

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual...10

Gambar 4.1 Histogram...66

Gambar 4.2 Normal P-P Plot...66

ABSTRAK

Beatrik Yosephine Sitorus (2010). Pengaruh Financial Leverage, Return on

Equity (ROE), Ukuran Dan Umur Perusahaan Terhadap Tingkat Underpricing Pada Perusahaan Yang Melakukan IPO Di Bursa Efek

Indonesia (BEI). Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA selaku Dosen Penguji I. Bapak Drs. H. Nakman Harahap, M.Si selaku Dosen Penguji II dan Ibu Dra. Nisrul Irawaty SE, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh Financial Leverage,

Return On Equity (ROE), ukuran dan umur perusahaan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia

(BEI). Penulis menarik hipotesis bahwa Financial Leverage tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing, Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing, ukuran perusahaan berpengaruh secara negatif terhadap tingkat underpricing, dan umur perusahaan tidak berpengaruh tingkat

usnderpricing pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia

(BEI) Periode 2001-2009.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan data penelitian berjumlah 104 perusahaan yang melakukan IPO pada periode 2001-2009. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji t, dengan tingkat signifikansi (α) 5%. Penganalisaan data menggunakan

software pengolahan data statistik yaitu SPSS 16.00 for windows.

Hasil uji F menunjukkan bahwa pada perusahaan yang melakukan IPO, variabel Financial Leverage, Return on Equity (ROE), Ukuran dan Umur Perusahaan dapat mengestimasi variabel Tingkat Underpricing dalam model analisis. Hasil uji t (secara individual) menunjukkan bahwa pada perusahaan yang melakukan IPO, variabel Financial Leverage, Return on Equity (ROE) dan umur perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat

Underpricing sedangkan variabel Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap Tingkat Underpricing.

Kata Kunci: Financial Leverage, Return on Equity (ROE), Ukuran

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan perkembangan perekonomian banyak perusahaan dalam rangka mengembangkan usahanya melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan modal. Kebutuhan modal akan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan perusahaan, hal ini mengharuskan pihak manajemen untuk memperoleh tambahan dana yang baru diantaranya dengan cara hutang atau dengan menambah jumlah kepemilikan saham dengan penerbitan saham baru.

Penambahan jumlah kepemilikan saham perusahaan dapat dilakukan dengan menjual kepada pemegang saham yang sudah ada, menambah saham melalui deviden yang tidak dapat dibagi, menjual langsung kepada pemilik tunggal secara privat (private placement), menjual kepada karyawan melalui ESOP (Employee Stock Ownership Plan) atau dengan melakukan penawaran sahamnya ke masyarakat umum. Proses penawaran sebagian saham kepada masyarakat melalui bursa efek disebut go public (Brigham, 1993:85).

Perusahaan yang melakukan go public ini disebut perusahaan publik. Perusahaan publik ada yang dikategorikan tercatat dan ada yang tidak tercatat. Perusahaan publik yang tercatat adalah perusahaan yang sahamnya dicatatkan di Bursa Efek, sedangkan perusahaan publik yang tidak tercatat meskipun menjual sahamnya ke masyarakat luas tetapi tidak dicatatkan di Bursa Efek contohnya

saham PT. Abdi Bangsa yang dijual kepada masyarakat luas guna membiayai pembangunan pesawat CN 250 (Widoatmodjo, 2009:52).

Transaksi penawaran umum penjualan saham perdana atau yang disebut IPO (Initial Public Offering) untuk pertama kalinya terjadi di pasar perdana (primary market) kemudian saham dapat diperjualbelikan di bursa efek, yang disebut sebagai pasar sekunder (secondary market). Pasar perdana merupakan sarana bagi perusahaan yang untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi kepada masyarakat umum (Samsul, 2006:48).

IPO (Initial Public Offering) adalah kegiatan perusahaan menawarkan sebahagian sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal. Sebelum perusahaan menawarkan sahamnya di pasar sekunder (secondary market), perusahaan harus melalui tahap penawaran saham pada pasar perdana (primary

market). Dalam melakukan IPO, perusahaan harus menerbitkan prospektus

sebelum melakukan listing di BEI. Prospektus adalah dokumen yang berisikan informasi tentang perusahaan penerbit sekuritas dan informasi lainnya yang berkaitan dengan sekuritas yang ditawarkan. Perusahaan akan melakukan go

public apabila dengan melakukan go public perusahaan akan memperoleh

keuntungan dan harga yang ditawarkan pada pasar perdana (IPO) belum memiliki harga pasar sekunder.

Harga saham yang dijual di pasar perdana (IPO) telah ditentukan terlebih dahulu melalui kesepakatan yang dilakukan oleh perusahaan (emiten) dengan penjamin emisi efek (underwriter), sedangkan harga di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar yaitu penawaran dan permintaan (Samsul, 2006:48). Dalam

dua mekanisme ini penentuan harga tersebut sering terjadi perbedaan harga terhadap saham yang sama antara di pasar perdana dan di pasar sekunder. Apabila penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder pada hari pertama, maka terjadi apa yang disebut dengan underpricing. Para pemilik perusahaan menginginkan agar dapat meminimalisasi underpricing karena terjadinya underpricing akan menyebabkan transfer kemakmuran (wealth) dari pemilik kepada para investor.

Apabila harga pada saat IPO secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder pada hari pertama, gejala ini disebut dengan overpricing. Maka investor akan merugi karena mereka tidak menerima

initial return. IR (Initial Return) adalah keuntungan yang diperoleh pemegang

saham saat IPO dengan menjualnya pada hari pertama.

Fenomena underpricing di dalam IPO ini dikenal hampir diseluruh dunia. Mc.Guiness (1992) dalam Jogiyanto dan Ali (2003:42) meneliti tentang fenomena

underpricing terhadap 80 IPO periode 1980–1990 di Hongkong. Dengan hasil

yang menunjukkan adanya return yang positif pada hari pertama perdagangan di pasar sekunder dan kemudian mulai menghilang sesudah hari pertama. Hanafi (2001) dalam Jogiyanto dan Ali (2003:44) mengemukakan adanya underpricing sebesar 15% pada saat pertama kali saham diperdagangkan pada hampir semua emisi saham perdana selama tahun 1989-1994 di Bursa Efek Jakarta. Jumlah perusahaan yang sahamnya mengalami underpricing pada tahun 2001-2009 dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1

Jumlah Underpricing Saham Perusahaan Yang Melakukan IPO Periode 2001-2009 Tahun Emiten Yang Melakukan IPO Emiten Yang Mengalami Underpricing Harga Penawaran Perdana (Rata-rata) Harga Penutupan (Rata-rata) Initial Return (%) 2001 31 31 225,32 359,52 59,56 2002 17 15 275 348 26,55 2003 5 5 780 860 10,25 2004 12 12 320,6 373,5 16,50 2005 8 7 535 621,43 16,15 2006 12 12 242,08 315,41 30,29 2007 24 22 1128,18 1495,27 32,54 2008 17 14 767,14 911,29 18,79 2009 13 13 513,46 628,07 22,32 Sumber:

Data Tabel 1.1 menjelaskan bahwa terjadi underpricing pada sebagian besar penawaran perdana yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2001-2009. Tahun 2001 jumlah perusahaan yang melakukan IPO adalah 31 perusahaan dan seluruh perusahaan tersebut mengalami underpricing dengan rata-rata initial return positif sebesar 59,56%. Namun, pada tahun 2002 hingga 2006 terjadi penurunan yang cukup signifikan terhadap jumlah perusahaan yang melakukan IPO dan juga mempengaruhi jumlah initial return yang diperoleh meskipun masih bernilai positif. Pada tahun 2007, jumlah perusahaan yang melakukan IPO kembali mengalami peningkatan yaitu sebanyak 24 perusahaan dengan total perusahaan yang mengalami underpricing sebanyak 22 perusahaan, keadaan ini juga mempengaruhi peningkatan terhadap rata-rata initial return yaitu sebesar 32,54%. Tahun 2008 hingga 2009 jumlah perusahaan yang melakukan IPO terus menurun, namun dapat dilihat 90% perusahaan mengalami underpricing dan masih tetap

menghasilkan initial return positif. Hal ini mengidentifikasikan bahwa sebagian besar saham perusahaan-perusahaan yang melakukan penawaran perdana pada periode 2001-2009 mengalami underpricing.

Sunariyah (2004:75) mengungkapkan bahwa secara mendasar

underpricing disebabkan oleh kepentingan dari pihak-pihak yang terkait dalam

penawaran saham perdana. Harga saham yang dijual di pasar perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara penjamin emisi (underwriter) dan emiten (issuers), sedangkan harga dipasar sekunder ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran pasar. Penjamin emisi (underwriter) berperan aktif dalam menentukan harga jual di pasar perdana saat IPO dengan menggunakan laporan keuangan sebagai informasi yang akan diberikan kepada investor tentang perusahaan.

Menurut Nasirwan (2002) informasi tersebut yaitu informasi akuntansi dan non akuntansi yang berasal dari laporan keuangan, dan yang tidak terdapat dalam laporan keuangan perusahaan. Informasi akuntansi meliputi financial leverage,

Return On Aset (ROA), Return On Equity (ROE), dan ukuran perusahaan (firm size), sedangkan informasi non akuntansi yaitu meliputi reputasi underwriter,

reputasi auditor dan umur perusahaan.

Financial leverage menggambarkan seberapa baik perusahaan tersebut

dalam mengelola aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang. Apabila

financial leverage suatu perusahaan tinggi maka tinggi pulalah resiko perusahaan.

Berdasarkan pada penelitian Imam Ghozali (2002) dalam Rizky (2006:105) mengemukakan apabila tingkat hutang emiten semakin besar, maka tingkat

underpricing semakin kecil sehingga financial leverage berhubungan negatif

dengan tingkat underpricing. Hal ini menunjukkan bahwa investor pasar modal Indonesia, khususnya yang membeli saham di pasar perdana adalah investor jangka pendek bukan investor jangka panjang.

Return On Equity (ROE) merupakan faktor yang dapat memberikan

pengaruh terhadap underpricing pada saat perusahaan melakukan IPO. ROE merupakan rasio yang memberikan informasi kepada investor tentang seberapa besar tingkat pengembalian modal dari perusahaan yang berasal dari kinerja perusahaan. Semakin besar nilai ROE maka tingkat pengembalian investor akan semakin besar pula. Syahputra (2008:98) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa variabel Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap underpricing saham pada perusahaan yang IPO di BEI.

Ukuran perusahaan ditunjukkan melalui total asset yang dimiliki perusahaan, semakin besar asset perusahaan maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Asset perusahaan yang besar akan memberikan indikasi bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek. Nasirwan (2002:89) tidak menemukan hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan dengan tingkat

underpricing. Ukuran perusahaan (size) dapat digunakan sebagai proksi

ketidakpastian (uncertainty ex-ante) terhadap keadaan perusahaan dimasa yang akan datang. Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total aktiva perusahaan pada periode terakhir sebelum melakukan penawaran perdana. Seperti peneliti lain, Schmalensee (1989) dalam Kusuma (2005:82) menggunakan total aktiva (asset) sebagai proksi ukuran (size) perusahaan, dan pengukur tingkat

keuntungan akuntansi diwakili oleh profit margin dan return on asset. Akan tetapi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Schmalensee (1987) dalam Kusuma (2005:82) menunjukan bahwa ukuran perusahaan (firm size) dan profitabilitas tidak berhubungan secara signifikan bila perusahaan-perusahaan dalam suatu industri dikelompokkan ke dalam sub industri. Dengan demikian peneliti yang sama menghasilkan temuan yang berbeda.

Umur perusahaan merupakan hal yang dipertimbangkan investor dalam menanamkan modalnya. Umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan eksistensi dirinya di dalam persaingan bisnis. Beatty (1989) dalam Rachmawati (2007:104) menunjukkan hubungan yang signifikan positif terhadap initial return.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji fenomena tersebut lebih lanjut dalam penelitian mengenai “Pengaruh Financial Leverage, Return On Equity (ROE), Ukuran dan Umur Perusahaan Terhadap Tingkat Underpricing pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek

Indonesia (BEI)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah financial leverage,

Return On Equity (ROE), ukuran dan umur perusahaan mempunyai pengaruh

signifikan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

C. Kerangka Konseptual

Fenomena underpricing yang banyak terjadi pada penawaran saham perdana dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa penelitian telah dilakukan dan menunjukkan hasil yang beragam. Faktor-faktor yang diduga kuat dapat mempengaruhi tingkat underpricing antara lain financial leverage, Return on

Equity (ROE), ukuran dan umur perusahaan.

Financial leverage biasanya dipergunakan untuk menggambarkan

kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi pemilik saham (Syahyunan, 2004:110). Perusahaan yang memiliki financial leverage tinggi cenderung menggunakan dana hasil IPO-nya untuk membayar hutangnya daripada untuk kegiatan investasi guna melakukan ekspansi baru yang dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi akan menyebabkan underpricing yang tinggi.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Return On

Equity (ROE) merupakan salah satu bagian dari rasio profitabilitas yang berfungsi

untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan (Sartono, 2001:124). Semakin besar ROE, maka investor akan tertarik membeli atau mencari saham perusahaan IPO karena berharap dikemudian hari akan mendapatkan pengembalian yang besar atas penyertaannya. Hal ini akan menyebabkan naiknya harga penawaran saham saat

diperdagangankan di pasar sekunder yang disebabkan permintaan akan saham tersebut meningkat.

Dianingsih (2003) dalam Rachmawati (2007:97) menyatakan bahwa ukuran perusahaan (size) dapat digunakan sebagai proksi ketidakpastian terhadap keadaan perusahaan di masa yang akan datang karena perusahaan yang berskala besar umumnya lebih dikenal oleh masyarakat daripada perusahaan yang berskal kecil. Ukuran perusahaan dapat diketahui dari besarnya total aktiva perusahaan pada periode terakhir sebelum perusahaan melakukan IPO perusahaan-perusahaan besar lebih profitable dibandingkan dengan perusahaan kecil dalam industri yang sama.

Umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dapat bertahan hidup dan menjalankan operasionalnya. Dalam kondisi normal, perusahaan yang telah lama berdiri akan mempunyai publikasi perusahaan yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang masih baru. Dengan demikian, calon investor tidak perlu mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk memperoleh informasi tentang perusahaan yang melakukan IPO. Beatty (1989) dalam Rodoni dan Othman (2002:102) menyatakan bahwa perusahaan yang sudah lama berdiri, kemungkinan sudah banyak pengalaman yang diperoleh. Semakin lama umur perusahaan, semakin banyak informasi yang telah diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan, maka model kerangka konseptual dapat digambarkan pada Gambar 1.1

Financial Leverage (X1) Ukuran Perusahaan (X3) Return on Equity (ROE) (X2) Umur Perusahaan (X4)

Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual.

Sumber : Syahyunan (2004), Sartono (2001), Dianingsih (2003) dan Othman Yong (2002) dimodifikasi.

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Terdapat pengaruh financial leverage, Return On Equity (ROE), ukuran dan umur perusahaan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI).

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel-variabel seperti

financial leverage, Return on Equity (ROE), ukuran dan umur perusahaan

saat IPO terhadap tingkat underpricing.

Underpricing

2. Manfaat Penelitian a. Bagi Praktisi

Penelitian ini diharapkan bermanfaat memberikan referensi atau pengetahuan tentang salah satu gejala yang ada di pasar modal Indonesia.

b. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan bermanfaat menjadi bahan referensi tambahan dalam penelitian yang berkaitan dengan pasar modal dan khususnya yang berhubungan dengan IPO.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat dalam penambahan wawasan dan pengetahuan mengenai pasar modal terkhususnya mengenai IPO.

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional

Penulis menetapkan batasan operasional penelitian, yaitu:

a. Objek penelitian yang penulis tetapkan adalah semua perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia selama periode 2001-2009 dan yang mengalami underpricing.

b. Variabel yang digunakan dalam penelitian ada dua, yaitu:

1. Variabel dependen (variabel terikat) adalah tingkat underpricing. 2. Variabel independen (variabel bebas) adalah:

X2 : Return On Equity (ROE) X3 : Ukuran perusahaan X4 : Umur perusahaan

2. Definisi Operasional

Variabel adalah segala sesuatu yang diteliti dan mempunyai variasi rasio dimana dalam penelitian ini penulis menggunakan 4 (empat) variabel sebagai objek yaitu:

a. Variabel Dependen (Variabel Y)

Besarnya kecenderungan underpricing dinilai dengan initial return yang merupakan return awal yang diterima oleh investor.

Underpricing menggunakan rumus Kuntz Aggrawal dalam

Rachmawati (2007) yaitu persentase selisih antara harga penutupan hari pertama di pasar sekunder (P1) dan harga penawaran perdana (offering price) (P0) dibagi harga penawaran perdana.

Closing Price (P1) – Offering Price (P0)

Underpricing = X 100 %

Offering Price (P0)

b. Variabel Independen (Variabel X)

Variabel Independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain.

1. Financial leverage adalah perbandingan antara total hutang

(liabilities) dengan total asset pada tahun terakhir sebelum IPO (Helen, 2005). Dapat dirumuskan dengan:

Liabilities

Financial Leverage = X 100 % Total Assets

2. Return On Equity (ROE) untuk mengukur kemampuan perusahaan

memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan (Sartono, 2001:124). Dapat dirumuskan dengan:

Laba Bersih

Return On Equity (ROE ) = X 100 %

Ekuitas

3. Ukuran perusahaan berfungsi untuk menginformasikan besaran perusahaan dengan nilai aset yang dimilikinya. Ukuran perusahaan diproksikan dengan menggunakan nilai total aktiva perusahaan pada periode terakhir sebelum perusahaan melakukan IPO (Sumarso, 2003:92). Schmalensee (1989) dalam Kusuma (2005:82) menggunakan total aktiva (asset) sebagai proksi ukuran (size) perusahaan, dan pengukur tingkat keuntungan akuntansi diwakili oleh profit margin dan Return on Asset.

4. Umur perusahaan adalah lamanya perusahaan berdiri, berdasarkan akta pendirian sampai dengan perusahaan tersebut melakukan penawaran saham (Ernyan dan Husnan, 2002). Dapat dirumuskan dengan:

Umur = Tahun Perusahaan Berdiri – Tahun Perusahaan IPO

3. Populasi dan Sampel

Populasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode

2001-2009 dan yang mengalami underpricing saja. Penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan kriteria bahwa pada saat IPO perusahaan tersebut mengalami underpricing, dan tidak memiliki Initial

Return (IR) yang nol atau negatif. Tabel 1.2

Jumlah Sampel Berdasarkan Seleksi Kriteria Sampel

NO. Kriteria Sampel Jumlah

1. Perusahaan yang melakukan IPO di BEI selama

tahun 2001-2009 138

2. Sampel dikeluarkan karena overpricing dan tetap (8) 3. Sampel dikeluarkan karena initial returnnya nol dan

negatif (16)

4. Sampel dikeluarkan karena data tidak lengkap (10) Jumlah populasi yang masuk kriteria sampel 104 Sumber :

Dari periode pengamatan yang dilakukan dari tahun 2001 – 2009 diperoleh sebanyak 138 sampel perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana, 8 sampel dikeluarkan karena mengalami overpricing dan tetap, 16 perusahaan dikeluarkan karena mengalami initial return nol dan negatif, serta 10 sampel dikeluarkan karena data tidak lengkap. Sehingga total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 104 perusahaan yang mengalami underpricing pada penawaran saham perdana (IPO).

Adapun daftar nama-nama dari perusahaan yang menjadi sampel, sebagai berikut:

Tabel 1.3 Sampel Penelitian

NO. Tahun

IPO KODE Nama Perusahaan

1 2001 LMAS Limas Centric Indonesia Tbk 2 2001 CLPI Colorpak Indonesia Tbk 3 2001 IATG Infoasia Teknologi Global Tbk 4 2001 CNKO Central Korporindo Int l Tbk 5 2001 CENT Centrin Online Tbk.

6 2001 RODA Roda Panggon Harapan Tbk. 7 2001 RYAN Ryane Adibusana Tbk 8 2001 PYFA Pyridam Farma Tbk

9 2001 PANR Panorama Sentrawisata Tbk

10 2001 KARK Dayaindo Resources International Tbk 11 2001 AIMS Akbar Indo Makmur Stimec Tbk 12 2001 BTON Betonjaya Manunggal Tbk 13 2001 META Nusantara Infrastructure Tbk 14 2001 LAPD Lapindo International Tbk 15 2001 ARNA Arwana Citramulia Tbk 16 2001 LAMI Lamicitra Nusantara Tbk 17 2001 AKSI Asia Kapitalindo Securities Tb 18 2001 BEKS Bank Eksekutif International T 19 2001 DEFI Danasupra Erapacific Tbk 20 2001 KAEF Kimia Farma Tbk

21 2001 WAPO Wahana Phonix Mandiri Tbk 22 2001 BCAP Bhakti Capital Indonesia Tbk 23 2001 KOPI Korpora Persada Investama Tbk 24 2001 IDSR Indosiar Visual Mandiri Tbk 25 2001 PLAS Palm Asia Corpora Tbk

26 2001 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 27 2001 TMPO Tempo Inti Media Tbk

28 2002 IIKP Inti Kapuas Arowana Tbk 29 2002 SCMA Surya Citra Media Tbk

30 2002 BABP Bank Bumiputera Indonesia Tbk 31 2002 SUGI Sugi Samapersada Tbk

32 2002 BSWD Bank Swadesi Tbk

33 2002 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk 34 2002 JTPE Jasuindo Tiga Perkasa Tbk 35 2002 ABBA Abdi Bangsa Tbk

36 2002 FPNI Fatrapolindo Nusa Industri Tbk 37 2002 CITA Cita Mineral Investindo Tbk

NO. Tahun

IPO KODE Nama Perusahaan

38 2002 FISH FKS Multi Agro Tbk

39 2002 ANTA Anta Express Tour & Travel 40 2002 FORU Fortune Indonesia Tbk 41 2003 ASJT Asuransi Jasa Tania Tbk 42 2003 PGAS Perusahaan Gas Negara Tbk 43 2003 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 44 2003 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 45 2004 WOMF Wahana Ottomitra Multiartha Tb 46 2004 YULE Yulie Sekurindo Tbk

47 2004 MAPI Mitra Adiperkasa Tbk

48 2004 AKKU Aneka Kemasindo Utama Tbk 49 2004 IDKM Indosiar Karya Media Tbk 50 2004 SQMI Sanex Qianjiang Motor Intl Tbk 51 2004 ENRG Energi Mega Persada Tbk 52 2004 BTEK Bumi Teknokultura Unggul Tbk 53 2004 HADE Hortus Danavest Tbk

54 2004 ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk 55 2005 AMAG Asuransi Multi Artha Guna Tbk 56 2005 MICE Multi Indocitra Tbk

57 2005 EXCL Excelcomindo Pratama Tbk 58 2005 RELI Reliance Securities Tbk 59 2005 PEGE Panca Global Securities Tbk 60 2005 APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk 61 2005 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk 62 2006 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 63 2006 CPRO Central Proteinaprima Tbk

64 2006 FREN Mobile-8 Telecom Tbk

Dokumen terkait