• Tidak ada hasil yang ditemukan

FINANCIAL RISK MANAGEMENT OBJECTIVES AND POLICIES (continued)

RISIKO KEUANGAN

35. FINANCIAL RISK MANAGEMENT OBJECTIVES AND POLICIES (continued)

Risiko mata uang asing (lanjutan) Foreign currency risk (continued)

Kelompok Usaha tidak mempunyai kebijakan lindung nilai yang formal untuk laju pertukaran mata uang asing. Bagaimanapun, terkait dengan hal-hal yang telah didiskusikan pada paragraf sebelumnya, fluktuasi nilai tukar antara Rupiah dan Dolar AS menghasilkan lindung nilai natural untuk laju nilai tukar Kelompok Usaha.

The Group does not have any formal hedging policy for foreign exchange exposure. However, in relation to the matters discussed in the preceding paragraph, the fluctuations in the exchange rates between the Rupiah and US Dollar provide some degree of natural hedge for the Group’s foreign exchange exposure.

Pada tanggal 30 September 2012, jika nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah/menguat sebanyak 10% dengan semua variabel konstan, laba sebelum pajak penghasilan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2012 akan lebih rendah/tinggi sebesar Rp171.656, terutama sebagai akibat kerugian/keuntungan translasi kas dan setara kas, piutang usaha, utang usaha dan, utang dan pinjaman yang dikenakan bunga dalam Dolar AS.

As at September 30, 2012, had the exchange rate of Rupiah against US Dollar depreciated /appreciated by 10% with all other variables held constant, income before income tax for the period ended September 30, 2012 would have been Rp171,656 lower/higher, mainly as a result of foreign exchange losses/gains on the translation of cash and cash equivalents, accounts receivable - trade , interest-bearing loans and borrowings and accounts payable - trade denominated in US Dollar.

Risiko kredit Credit risk

Risiko kredit yang dihadapi oleh Kelompok Usaha berasal dari kredit yang diberikan kepada pelanggan dan petani plasma. Kelompok Usaha menerapkan kebijakan untuk memastikan penjualan produk hanya dilakukan kepada pelanggan yang dapat dipercaya dan terbukti mempunyai sejarah kredit yang baik. Kelompok Usaha mengharuskan semua pelanggan yang akan melakukan pembelian secara kredit melalui prosedur verifikasi kredit. Untuk penjualan ekspor, Kelompok Usaha mengharuskan pembayaran pada saat penyerahan dokumen kepemilikan.

The Group is exposed to credit risk arising from the credit granted to its customers and plasma farmers. The Group implements policies to ensure that sales of products are made only to creditworthy customers with proven track record or good credit history. Group requires that all customers who wish to trade on credit are subject to credit verification procedures. For export sales, the Group requires payment upon the presentation of title documents.

Untuk penjualan dalam negeri, Kelompok Usaha memberikan jangka waktu kredit sampai dengan 30 - 45 hari dari faktur yang diterbitkan. Kelompok Usaha menerapkan kebijakan batas kredit untuk pelanggan tertentu, seperti mengharuskan sub- distributor untuk memberikan jaminan bank. Sebagai tambahan, saldo piutang dipantau secara terus menerus untuk mengurangi kemungkinan piutang yang tidak tertagih.

For domestic sales, the Group grants its customers credit terms up to 30 - 45 days from the issuance of invoice. The Group has policies that limit the amount of credit exposure to any particular customer, such as requiring sub-distributors to provide bank guarantees. In addition, receivable balances are monitored on an ongoing basis to reduce the Group's exposure to bad debts.

Kecuali Dinyatakan Lain) Unless Otherwise Stated)

35. TUJUAN DAN KEBIJAKAN MANAJEMEN

RISIKO KEUANGAN (lanjutan)

35. FINANCIAL RISK MANAGEMENT OBJECTIVES AND POLICIES (continued)

Risiko kredit (lanjutan) Credit risk (continued)

Ketika pelanggan tidak mampu melakukan pembayaran dalam jangka waktu yang telah diberikan, Kelompok Usaha akan menghubungi pelanggan untuk menindaklanjuti piutang yang telah lewat jatuh tempo. Jika pelanggan tidak melunasi piutang yang telah jatuh tempo dalam jangka waktu yang telah ditentukan, Kelompok Usaha akan menindaklanjuti melalui jalur hukum. Tergantung pada penilaian Kelompok Usaha, penyisihan khusus mungkin dibuat jika piutang dianggap tidak tertagih. Untuk meringankan risiko kredit, Kelompok Usaha akan menghentikan penyaluran semua produk kepada pelanggan sebagai akibat gagal bayar.

When a customer fails to make payment within the credit term given, the Group will contact the customer to act on the overdue receivables. If the customer does not settle the overdue receivable within a reasonable time, the Group will proceed to commence legal proceedings. Depending on the Group's assessment, specific provisions may be made if the receivable is deemed uncollectible. To mitigate credit risk, the Group will cease the supply of all products to the customer in the event of late payment and/or default.

Piutang plasma merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan perkebunan plasma yang meliputi pengeluaran yang dibiayai oleh bank dan yang sementara dibiayai sendiri oleh Entitas Anak menunggu pendanaan dari bank.

Plasma receivables represent costs incurred for plasma plantation development which include costs for plasma plantations funded by the banks and temporarily self-funded by the Subsidiaries awaiting banks’ funding.

Piutang plasma juga mencakup pinjaman talangan kredit, pinjaman pupuk serta sarana produksi pertanian lainnya kepada petani plasma. Biaya- biaya ini akan ditagihkan kembali ke petani plasma dan jaminan berupa bukti kepemilikan tanah perkebunan plasma akan dikembalikan kepada petani plasma setelah piutang plasma dilunasi sepenuhnya.

Plasma receivables also include advances to plasma farmers for topping up loan installment to the banks, advances for fertilizers and other agriculture supplies. These advances shall be reimbursed by the plasma farmers and the collateral in form of titles of ownership of the plasma plantations will be handed over to the plasma farmers once the plasma receivables have been fully repaid.

Kelompok Usaha melalui pola kemitraan juga memberikan bantuan teknis kepada petani plasma untuk mempertahankan produktivitas perkebunan plasma yang merupakan bagian dari strategi Kelompok Usaha untuk mempererat hubungan dengan petani plasma yang diharapkan akan dapat memperlancar pelunasan piutang plasma.

The Group through partnership scheme also provides technical assistance to the plasma farmers to maintain the productivity of plasma plantations as part of the Group’s strategy to strengthen relationship with plasma farmers which is expected to improve the repayments of plasma receivables.

Pada tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian, eksposur maksimum Kelompok Usaha terhadap resiko kredit adalah sebesar nilai tercatat masing-masing kategori dari aset

At the consolidated statements of financial position date, the Group’s maximum exposure to credit risk is represented by the carrying amount of each class of financial assets presented in the

Kecuali Dinyatakan Lain) Unless Otherwise Stated)

35. TUJUAN DAN KEBIJAKAN MANAJEMEN

RISIKO KEUANGAN (lanjutan)

35. FINANCIAL RISK MANAGEMENT OBJECTIVES AND POLICIES (continued)

Risiko likuiditas Liquidity risk

Kelompok Usaha menghadapi risiko likuiditas karena mungkin akan menemui kesulitan dalam memenuhi kewajiban dan komitmen kontraktualnya.

The Group faces liquidity risk because it may encounter difficulty in meeting its contractual obligations and commitments.

Kelompok Usaha mengelola profil likuiditasnya untuk membiayai belanja modal dan melunasi utang yang jatuh tempo dengan cara menjaga tingkat kas dan setara kas dan ketersediaan pendanaan melalui jumlah komitmen fasilitas kredit yang memadai.

The Group manages its liquidity profile to be able to finance its capital expenditure and service its maturing debts by maintaining sufficient cash and cash equivalents, and the availability of funding through an adequate amount of committed credit facilities.

Kelompok Usaha secara rutin mengevaluasi informasi arus kas proyeksi dan arus kas aktual dan terus menerus memantau kondisi pasar keuangan untuk mengidentifikasi kesempatan melakukan penggalangan dana yang mencakup utang dan pinjaman bank, dan penerbitan ekuitas pasar modal.

The Group regularly evaluates its projected and actual cash flow information and continuously assesses conditions in the financial markets for opportunities to pursue fund-raising initiatives, including bank loans and borrowings, and equity market issues.

Tabel di bawah ini merangkum profil jatuh tempo liabilitas keuangan Kelompok Usaha, berdasarkan arus kas kontraktual yang tidak terdiskonto.

The table below summarizes the maturity profile of the Group’s financial liabilities, based on undiscounted contractual cashflow.

Jumlah/ Total Dalam waktu 1 tahun/ Within 1 year Dalam waktu 1 sampai dengan 5 tahun/ Within1- 5 years Lebih dari 5 tahun/ More than 5 years

Pada tanggal 30 September 2012 As of September 30, 2012

Utang bank jangka pendek dan

cerukan 2.217.373 2.217.373 - -

Short-term bank loans and overdraft

Utang trust receipts 3.166.491 3.166.491 - - Trust receipts payable

Utang usaha 2.393.212 2.393.212 - - Accounts payable - trade

Utang bukan usaha 1.292.182 1.292.182 - - Accounts payable - non-trade

Biaya masih harus dibayar 1.564.427 1.564.427 - - Accrued expenses

Utang bank jangka panjang yang

jatuh tempo dalam waktu satu tahun 938.977 938.977 - -

Current maturities of long-term bank loans

Kecuali Dinyatakan Lain) Unless Otherwise Stated)

35. TUJUAN DAN KEBIJAKAN MANAJEMEN

RISIKO KEUANGAN (lanjutan)

35. FINANCIAL RISK MANAGEMENT OBJECTIVES AND POLICIES (continued)

Risiko harga komoditas Commodity price risk

Kelompok Usaha terkena dampak risiko harga komoditas akibat beberapa faktor, antara lain cuaca, kebijakan pemerintah, tingkat permintaan dan penawaran pasar dan lingkungan ekonomi global. Dampak tersebut terutama timbul dari pembelian MKS, di mana marjin laba atas penjualan barang jadi dapat terpengaruh jika harga MKS (yang merupakan bahan baku utama yang digunakan dalam pabrik penyulingan untuk memproduksi minyak dan lemak nabati) meningkat dan Kelompok Usaha tidak dapat mengalihkannya kepada pelanggannya. Selain itu, Kelompok Usaha juga terkena dampak dari fluktuasi harga jual produk MK dan harga beli kopra (yang merupakan bahan baku dalam produksi MK).

The Group is exposed to commodity price risk due to certain factors, such as weather, government policies, level of demand and supply in the market and the global economic environment. Such exposure mainly arises from its purchases of CPO where the profit margin on sales of its finished products may be affected if the cost of CPO (which is the main raw materials used in the refinery factories to produce edible oil and fats products) increases and the Group is unable to pass such cost increases to its customers. In addition, the Group is also exposed to fluctuations in the selling price of its processed CNO and the purchase price of copra (being the raw material used in the production of CNO).

Kelompok Usaha mempunyai kontrak komoditas berjangka dengan beberapa entitas asing, yang terutama bertujuan untuk mengelola risiko kerugian yang timbul dari fluktuasi harga komoditas yang diproduksi dan dijual oleh Kelompok Usaha.

The Group has future commodity contracts with several foreign entities, the purpose of which are primarily to manage its exposures on risks of losses arising from the fluctuations in the prices of the commodities that are produced and traded by the Group.

Kebijakan Kelompok Usaha adalah untuk meningkatkan swasembada MKS dalam proses penyulingan untuk mengurangi risiko biaya bahan baku terhadap fluktuasi harga komoditas. Jika Kelompok Usaha tidak dapat melakukannya, Kelompok Usaha dapat meminimalisasi risiko tersebut melalui kontrak berjangka (forward contract). Namun, Kelompok Usaha dapat juga terkena dampak dari risiko harga komoditas karena perubahan nilai wajar kontrak komoditas berjangka diakui secara langsung dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.

The Group’s policy is to minimize the risks arising from the fluctuations in the commodity prices by increasing its self-sufficiency in the supply of CPO for the refinery operation. To the extent the Group is unable to do so, the Group may minimize such risks through forward contracts. However, the Group may also be exposed to commodity price risk as changes in fair value of future commodity contracts are recognized directly in the consolidated statements of comprehensive income.

Kecuali Dinyatakan Lain) Unless Otherwise Stated)

35. TUJUAN DAN KEBIJAKAN MANAJEMEN

RISIKO KEUANGAN (lanjutan)

35. FINANCIAL RISK MANAGEMENT OBJECTIVES AND POLICIES (continued)

Risiko harga komoditas (lanjutan) Commodity price risk (continued)

Pada tanggal 30 September 2012, berdasarkan simulasi yang rasional, jika harga komoditas lebih tinggi/lebih rendah sebesar 10% atas kontrak komoditas berjangka yang masih berlaku (semua dalam posisi “jual”), dengan seluruh variabel- variabel lain tidak berubah, maka laba sebelum pajak penghasilan untuk sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2012 akan lebih rendah/lebih tinggi sebesar Rp6.002 terutama akibat harga kuotasi pasar atas kontrak komoditas berjangka yang masih berlaku yang lebih tinggi/lebih rendah.

At September 30, 2012, based on a sensible simulation, had the commodity prices been 10% higher/lower from the outstanding/open contracts (all at “sell” position), with all other variables held constant, income before income tax for the nine months ended September 30, 2012 would have been lower/higher by Rp6,002, mainly as a result of higher/lower quoted market prices of the open position future commodity contracts.

Untuk sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2012 dan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, kebijakan Kelompok Usaha adalah untuk tidak melakukan lindung nilai atas instrumen keuangannya.

For the nine months ended September 30, 2012 and the year ended December 31, 2011, the Group’s policy is that no hedging in financial instruments shall be undertaken.

36. PIUTANG PLASMA 36. PLASMA RECEIVABLES

Kebijakan pemerintah Indonesia mewajibkan pemilik perkebunan untuk membangun area perkebunan inti rakyat (“Petani Plasma”). Sehubungan dengan kebijakan tersebut, LSIP, MISP, GS, CNIS, KGP, RAP, CKS, MSA, JS dan MPI (secara bersama-sama disebut sebagai “Perusahaan Inti”), memiliki komitmen dengan beberapa KUD yang mewadahi petani plasma untuk mengembangkan perkebunan plasma. Pembiayaan atas pengembangan perkebunan plasma ini diperoleh melalui pinjaman dari bank maupun pembiayaan langsung oleh Perusahaan Inti. Beberapa Perusahaan Inti, yaitu LSIP, GS, CNIS, KGP, RAP, MSA, CKS, JS dan MPI memberikan jaminan perusahaan (corporate guarantee) untuk pelunasan pinjaman atas pembiayaan yang diperoleh dari bank.

The Indonesian government policy requires the owner of palm oil plantations to develop plasma plantations (perkebunan inti rakyat or the ”Plasma Farmers”). Relative to this, LSIP, MISP, GS, CNIS, KGP, RAP, CKS, MSA, JS and MPI (collectively referred to as the “Nucleus Companies”), have commitments with several KUD representing the plasma farmers to develop plantations under the plasma scheme. The financing of these plasma plantations are provided by the banks or Nucleus Companies. Several Nucleus Companies, namely LSIP, GS, CNIS, KGP, RAP, MSA, CKS, JS and MPI provide corporate guarantees to the related credit facilities provided by the bank.

Pada saat perkebunan plasma telah menghasilkan, Petani Plasma berkewajiban untuk menjual seluruh hasil perkebunan tersebut kepada Perusahaan Inti, dan melunasi angsuran atas fasilitas pinjaman

When the plasma plantations start to mature, the Plasma Farmers are obliged to sell all their harvests to the respective Nucleus Companies, and shall repay the installments for the credit

Kecuali Dinyatakan Lain) Unless Otherwise Stated)

36. PIUTANG PLASMA (lanjutan) 36. PLASMA RECEIVABLES (continued)

Perusahaan Inti juga memberikan pinjaman sementara kepada Petani Plasma untuk dana pengembangan kebun dan untuk membayar angsuran pinjaman dan beban bunga yang timbul dari pinjaman di atas kepada masing-masing bank, karena hasil penjualan TBS dari perkebunan plasma terkait belum mencukupi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran tersebut diatas. Pinjaman sementara tersebut akan dilunasi oleh masing-masing Petani Plasma saat hasil penjualan TBS mereka sudah menghasilkan arus kas yang positif.

Nucleus Companies also provide temporary funding to the respective Plasma Farmers to develop the plasma plantations and to repay loans installment and the related interests expenses to the respective banks since the deductions from the proceeds from FFB sales are not yet sufficient to cover the above-mentioned expenditures. These loans will be repaid by the respective Plasma Farmers once the plantations become mature (ready to be harvested) and are already providing positive net cash flows.

Berdasarkan penelaahan atas piutang plasma dari tiap-tiap proyek, manajemen berkeyakinan bahwa penyisihan piutang plasma tak tertagih dapat menutup kemungkinan kerugian piutang plasma yang tak tertagih.

Based on the review of the plasma receivables of each project, management believes that the provision for uncollectible plasma receivables is sufficient to cover losses from the uncollectible plasma receivables.

Pada tanggal 30 September 2012, pengembangan plasma oleh Kelompok Usaha telah mencapai penanaman seluas 86.047 hektar (31 Desember 2011: 85.719 hektar) (tidak diaudit), dengan penanaman sebanyak 46.488 hektar (31 Desember 2011: 44.390 hektar) (tidak diaudit) telah dikonversi dan diserahterimakan kepada masing-masing Petani Plasma.

As of September 30, 2012, the Group’s plasma development comprises 86,047 hectares (December 31, 2011: 85,719 hectares) (unaudited), of which a total of 46,488 hectares (December 31, 2011: 44,390 hectares) (unaudited) have been converted and handed over to the respective Plasma Farmers.

Konversi diatas sudah termasuk serah terima perkebunan plasma GS sampai dengan September 2012 seluas 2.309 hektar yang menggunakan pembiayaan dari BRI. Pada tanggal 30 September 2012, total pinjaman yang telah dikonversikan sebesar Rp75.619. Selisih antara biaya pengembangan atas perkebunan plasma dan pinjaman maksimum dari BRI sebesar Rp22.742 telah dihapuskan dari penyisihan yang telah dibukukan oleh GS pada tanggal 30 September 2012.

The above conversion includes the handover of GS’ plasma plantation until September 2012 for 2,309 hectares funded by BRI. As of September 30, 2012, the outstanding loans handed over is totaling to Rp75,619. The difference between the development costs of such plasma plantations and the related maximum loans from BRI of Rp22,742 was written off from the allowance provided by GS as of September 30, 2012.

Pada tanggal 30 September 2012, Kelompok Usaha telah membukukan penyisihan atas kerugian penurunan nilai piutang plasma sebesar Rp161.348 (31 Desember 2011: Rp131.104). Berdasarkan penelaahan atas piutang plasma dari tiap-tiap proyek pada tanggal 30 September 2012,

As of September 30, 2012, the Group has provided allowance for impairment of plasma receivables amounting to Rp161,348 (December 31, 2011: Rp131,104). Based on a review of the plasma receivables of each project as of September 30, 2012, management believes that the said

Kecuali Dinyatakan Lain) Unless Otherwise Stated)

36. PIUTANG PLASMA (lanjutan) 36. PLASMA RECEIVABLES (continued)

Fasilitas pinjaman Petani Plasma kepada bank di atas dijamin dengan piutang para Petani Plasma yang timbul dari penjualan TBS, perkebunan plasma terkait dan jaminan perusahaan dari masing-masing Perusahaan Inti sebagai berikut, sesuai dengan jumlah fasilitas pinjaman yang telah digunakan:

The Farmers’ loan facilities from the banks are secured by receivables of the farmers arising from sales of FFB, the above-mentioned plasma plantations and corporate guarantees from the respective Nucleus Companies as follows, in accordance with the utilized amounts of the facilities:

• jaminan dari CNIS dan KGP sampai dengan

Rp344.238 pada tanggal 30 September 2012 (31 Desember 2011: Rp374.239);

• jaminan dari RAP, CKS dan JS sampai dengan

Rp261.615 pada tanggal 30 September 2012 (31 Desember 2011: Rp263.803);

• jaminan dari LSIP sampai dengan Rp12.865

pada tanggal 30 September 2012 (31 Desember 2011: Rp13.765);

guarantees from CNIS and KGP up to

Rp344,238 as at September 30, 2012 (December 31, 2011: Rp374,239);

guarantees from RAP, CKS and JS up to

Rp261,615 as at September 30, 2012 (December 31, 2011: Rp263,803);

guarantees from LSIP up to Rp12,865 as at

September 30, 2012 (December 31, 2011: Rp13,765);

• jaminan dari MSA sampai dengan Rp142.899

pada tanggal 30 September 2012 (31 Desember 2011: Rp120.059);

• jaminan dari MPI sampai dengan Rp72.677

pada tanggal 30 September 2012 (31 Desember 2011: Rp43.144);

• jaminan dari LPI sampai dengan Rp26.868

pada tanggal 30 September 2012 (31 Desember 2011: nihil); dan

• jaminan dari GS sampai dengan Rp75.619

pada tanggal 30 September 2012 (31Desember 2011: nihil).

guarantees from MSA up to Rp142,899 as at

September 30, 2012 (December 31, 2011: Rp120,059);

guarantees from MPI up to Rp72,677 as at

September 30, 2012 (December 31, 2011: Rp43,144);

guarantees from LPI up to Rp26,868 as at

September 30, 2012 (December 31, 2011: nil); and

guarantees from GS up to Rp75,619 as at

Kecuali Dinyatakan Lain) Unless Otherwise Stated)

37. INFORMASI SEGMEN 37. SEGMENT INFORMATION

Informasi segmen di bawah ini dilaporkan berdasarkan informasi yang digunakan oleh manajemen untuk mengevaluasi kinerja setiap segmen usaha dan di dalam mengalokasikan sumber daya.

The following segment information is reported based on the information used by management in evaluating the performance of each business segment and in determining the resources allocation.

Segmen Operasi Operating Segments

Kelompok Usaha mengklasifikasikan kegiatan usahanya menjadi empat (4) segmen usaha yang terbagi dalam empat (4) kelompok usaha-usaha strategis, yaitu:

The Group primarily classifies its business activities into four (4) operating business segments, which are grouped into four (4) strategic business groups, namely:

• Kelompok Usaha Produk Konsumen

Bermerek

Consumer Branded Products Business

Group

• Kelompok Usaha Bogasari • Kelompok Usaha Agribisnis • Kelompok Usaha Distribusi

Bogasari Business GroupAgribusiness GroupDistribution Business Group

Manajemen memantau hasil operasi dari unit usahanya secara terpisah guna keperluan pengambilan keputusan mengenai alokasi sumber

Dokumen terkait