• Tidak ada hasil yang ditemukan

FINANCIAL RISK MANAGEMENT OBJECTIVES AND POLICIES

RISIKO KEUANGAN

37. FINANCIAL RISK MANAGEMENT OBJECTIVES AND POLICIES

Risiko mata uang asing Foreign currency risk

Mata uang pelaporan Kelompok Usaha adalah Rupiah. Kelompok Usaha menghadapi risiko nilai tukar mata uang asing karena pinjaman, penjualan ekspor dan biaya beberapa pembelian utamanya dalam mata uang Dolar Amerika Serikat atau harga yang secara signifikan dipengaruhi oleh tolak ukur perubahan harganya dalam mata uang asing (terutama Dolar AS) seperti yang dikutip dari pasar internasional. Apabila pendapatan dan pembelian Kelompok Usaha di dalam mata uang selain Rupiah, dan tidak seimbang dalam hal nilai dan/atau pemilihan waktu, Kelompok Usaha harus menghadapi risiko mata uang asing.

The Group’s functional currency is the Rupiah. The Group faces foreign exchange risk as its borrowings, export sales and the costs of certain key purchases are either denominated in the United States Dollar or whose price is significantly influenced by their benchmark price movements in foreign currencies (mainly US Dollar) as quoted in the international markets. If the revenue and purchases of the Group are denominated in currencies other than Rupiah, and are not evenly matched in terms of quantum and/or timing, the Group has exposure to foreign currency risk.

Risiko mata uang asing (lanjutan) Foreign currency risk (continued) Entitas Anak mengadakan transaksi derivatif,

khususnya pertukaran mata uang (cross-currency swaps) untuk mengelola dampak risiko mata uang karena utang dalam mata uang asing. Transaksi derivatif tersebut ditetapkan oleh Kelompok Usaha sebagai bagian dari akuntansi lindung nilai arus kas. Lebih lanjut, terkait dengan yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, fluktuasi kurs tukar antara Rupiah dan Dolar AS memberikan ruang lindung nilai alami (natural hedge) terhadap dampak kurs tukar dalam Kelompok Usaha. Bagaimanapun, terkait dengan hal-hal yang telah didiskusikan pada paragraf sebelumnya, fluktuasi nilai tukar antara Rupiah dan Dolar AS menghasilkan lindung nilai natural untuk laju nilai tukar Kelompok Usaha.

Subsidiary entered into derivative transactions, specifically cross-currency swaps to manage currency risk exposures related to its foreign currency-denominated debt. This derivative transaction was designated by the Group under cash flow hedge accounting. Further, in relation to the matters discussed in the preceding paragraph, the fluctuations in the exchange rates between the Rupiah and US Dollar provide some degree of natural hedge for the Group’s foreign exchange exposure. However, in relation to the matters discussed in the preceding paragraph, the fluctuations in the exchange rates between the Rupiah and US Dollar provide some degree of natural hedge for the Group’s foreign exchange exposure.

Pada tanggal 31 Maret 2014, jika nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah/menguat sebanyak 10% dengan semua variabel konstan, laba sebelum beban pajak penghasilan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2014 akan lebih rendah/tinggi sebesar Rp657.776, terutama sebagai akibat kerugian/keuntungan translasi kas dan setara kas, deposito berjangka, piutang usaha, utang dan pinjaman yang dikenakan bunga dan utang usaha dan lain-lain dalam Dolar AS.

As of March 31, 2014, had the exchange rate of Rupiah against US Dollar depreciated/appreciated by 10% with all other variables held constant, income before income tax expense for the year ended March 31, 2014 would have been Rp657,776 lower/higher, mainly as a result of foreign exchange losses/gains on the translation of cash and cash equivalents, time deposits, trade receivable, interest-bearing loans and borrowings and trade and other payables denominated in US Dollar.

Risiko kredit Credit risk

Risiko kredit yang dihadapi oleh Kelompok Usaha berasal dari kredit yang diberikan kepada pelanggan dan petani plasma dan penempatan rekening koran dan deposito pada bank. Kelompok Usaha menerapkan kebijakan untuk memastikan penjualan produk hanya dilakukan kepada pelanggan yang dapat dipercaya dan terbukti mempunyai sejarah kredit yang baik. Kelompok Usaha mengharuskan semua pelanggan yang akan melakukan pembelian secara kredit melalui prosedur verifikasi kredit. Untuk penjualan ekspor, Kelompok Usaha mengharuskan pembayaran pada saat penyerahan dokumen kepemilikan.

The Group is exposed to credit risk arising from the credit granted to its customers and plasma farmers and placement of current accounts and deposits in the banks. The Group implements policies to ensure that sales of products are made only to creditworthy customers with proven track record or good credit history. The Group requires that all customers who wish to trade on credit are subject to credit verification procedures. For export sales, the Group requires payment upon the presentation of title documents.

Risiko kredit atas penempatan rekening koran dan deposito dikelola oleh manajemen sesuai dengan kebijakan Kelompok Usaha. Investasi atas kelebihan dana dibatasi untuk tiap-tiap bank dan kebijakan ini dievaluasi setiap tahun oleh direksi.

Credit risk arising from placements of current accounts and deposits is managed in accordance with the Group’s policy. Investments of surplus funds are limited for each bank and reviewed annually by the directors. Such limits are set to

Risiko kredit (lanjutan) Credit risk (continued) Untuk penjualan dalam negeri, Kelompok Usaha

memberikan jangka waktu kredit sampai dengan 30 – 45 hari dari faktur yang diterbitkan. Kelompok Usaha menerapkan kebijakan batas kredit untuk pelanggan tertentu, seperti mengharuskan sub- distributor untuk memberikan jaminan bank. Sebagai tambahan, saldo piutang dipantau secara terus menerus untuk mengurangi kemungkinan piutang yang tidak tertagih.

For domestic sales, the Group grants its customers credit terms of 30 – 45 days from the issuance of invoice. The Group has policies that limit the amount of credit exposure to any particular customer, such as requiring sub-distributors to provide bank guarantees. In addition, receivable balances are monitored on an ongoing basis to reduce the Group’s exposure to bad debts. Ketika pelanggan tidak mampu melakukan

pembayaran dalam jangka waktu yang telah diberikan, Kelompok Usaha akan menghubungi pelanggan untuk menindaklanjuti piutang yang telah lewat jatuh tempo. Jika pelanggan tidak melunasi piutang yang telah jatuh tempo dalam jangka waktu yang telah ditentukan, Kelompok Usaha akan menindaklanjuti melalui jalur hukum Tergantung pada penilaian Kelompok Usaha, penyisihan khusus mungkin dibuat jika piutang dianggap tidak tertagih. Untuk meringankan risiko kredit, Kelompok Usaha akan menghentikan penyaluran semua produk kepada pelanggan sebagai akibat terlambat dan/atau gagal bayar.

When a customer fails to make payment within the credit term given, the Group will contact the customer to act on the overdue receivables. If the customer does not settle the overdue receivable within a reasonable time, the Group will proceed to commence legal proceedings. Depending on the Group’s assessment, specific provisions may be made if the receivable is deemed uncollectible. To mitigate credit risk, the Group will cease the supply of all products to the customer in the event of late payment and/or default.

Piutang plasma merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan perkebunan plasma yang meliputi pengeluaran yang dibiayai oleh bank dan yang sementara dibiayai sendiri oleh Entitas Anak menunggu pendanaan dari bank.

Plasma receivables represent costs incurred for plasma plantation development which include costs for plasma plantations funded by the banks and temporarily self-funded by the Subsidiaries awaiting banks’ funding.

Piutang plasma juga mencakup pinjaman talangan kredit, pinjaman pupuk serta sarana produksi pertanian lainnya kepada petani plasma. Biaya- biaya ini akan ditagihkan kembali ke petani plasma dan jaminan berupa bukti kepemilikan tanah perkebunan plasma akan dikembalikan kepada petani plasma setelah piutang plasma dilunasi sepenuhnya.

Plasma receivables also include advances to plasma farmers for topping up loan installment to the banks, advances for fertilizers and other agricultural supplies. These advances shall be reimbursed by the plasma farmers and the collateral in the form of titles of ownership of the plasma plantations will be handed over to the plasma farmers once the plasma receivables have been fully repaid.

Risiko kredit (lanjutan) Credit risk (continued) Kelompok Usaha melalui pola kemitraan juga

memberikan bantuan teknis kepada petani plasma untuk mempertahankan produktivitas perkebunan plasma yang merupakan bagian dari strategi Kelompok Usaha untuk mempererat hubungan dengan petani plasma yang diharapkan akan dapat memperlancar pelunasan piutang plasma.

The Group through partnership scheme also provides technical assistance to the plasma farmers to maintain the productivity of plasma plantations as part of the Group’s strategy to strengthen relationship with plasma farmers which is expected to improve the repayments of plasma receivables.

Pada tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian, eksposur maksimum Kelompok Usaha terhadap risiko kredit adalah sebesar nilai tercatat masing-masing kategori dari aset keuangan yang disajikan pada laporan posisi keuangan konsolidasian.

As at the reporting date, the Group’s maximum exposure to credit risk is represented by the carrying amount of each class of financial assets presented in the consolidated statement of financial position.

Kelompok Usaha tidak memiliki konsentrasi risiko kredit karena piutang usaha berasal dari banyak pelanggan.

The Group has no concentration of credit risk as its trade receivables relate to large number of ultimate customers.

Tabel di bawah ini menunjukkan analisa umur aset keuangan Kelompok Usaha pada tanggal-tanggal pelaporan.

The tables below present the aging analysis of the Group’s financial assets as at reporting dates.

Risiko kredit (lanjutan) Credit risk (continued) 31 Maret 2014/March 31, 2014 Lancar dan Tidak Mengalami Penurunan Nilai/

Telah Jatuh Tempo Namun Tidak Mengalami Penurunan

Nilai/ Past Due but Not Impaired

Telah Jatuh Tempo Dan/Atau Mengalami Penurunan Total/Total Neither past Due nor Impaired 1 – 30 hari/

1 – 30 days 31 – 60 days31 – 60 hari/ 61 – 90 days61 – 90 hari/

Lebih Dari 90 hari/More than 90 Days Nilai/Past Due and/or Impaired

Pinjaman yang diberikan

dan piutang/Loans and

receivables

Kas dan setara kas/Cash

and cash equivalents 14.576.791 14.576.791 - - - - -

Deposito berjangka lebih dari tiga bulan/ Time deposits more than

three months 4.395.426 4.395.426 - - - - -

Piutang /Accounts

receivable

Usaha/Trade :

Pihak ketiga/third

parties 3.727.913 2.962.632 569.662 68.728 31.319 25.529 70.043

Pihak berelasi/related

parties 568.426 568.426 - - - - -

Bukan usaha/non-

trade:

Pihak ketiga/third

parties 344.770 344.770 - - - - -

Pihak berelasi/related

parties 188.616 188.616 - - - - -

Aset tidak lancar lainnya – Piutang jangka panjang/

Other non-current assets – Long-term

receivables 64.712 64.712 - - - - -

Aset keuangan tersedia

untuk dijual/AFS financial

assets

Investasi jangka pendek/

short-term investments 713.982 713.982 - - - - -

Risiko kredit (lanjutan) Credit risk (continued) 31 Desember 2013/December 31, 2013 Lancar dan Tidak Mengalami Penurunan Nilai/

Telah Jatuh Tempo Namun Tidak Mengalami Penurunan

Nilai/ Past Due but Not Impaired

Telah Jatuh Tempo Dan/Atau Mengalami Penurunan Total/Total Neither past Due nor Impaired 1 – 30 hari/

1 – 30 days 31 – 60 days31 – 60 hari/ 61 – 90 days61 – 90 hari/

Lebih Dari 90 hari/More than 90 Days Nilai/Past Due and/or Impaired

Pinjaman yang diberikan

dan piutang/Loans and

receivables

Kas dan setara kas/Cash

and cash equivalents 13.666.194 13.666.194 - - - - -

Deposito berjangka lebih dari tiga bulan/ Time deposits more than

three months 3.398.300 3.398.300 - - - - -

Piutang /Accounts

receivable

Usaha/Trade :

Pihak ketiga/third

parties 4.125.713 3.115.686 796.352 71.906 26.857 42.499 72.413

Pihak berelasi/related

parties 375.733 375.733 - - - - -

Bukan usaha/non-

trade:

Pihak ketiga/third

parties 322.114 322.114 - - - - -

Pihak berelasi/related

parties 208.269 208.269 - - - - -

Aset tidak lancar lainnya – Piutang jangka panjang/

Other non-current assets – Long-term

receivables 55.589 55.589 - - - - -

Aset keuangan tersedia

untuk dijual/AFS financial

assets

Investasi jangka pendek/

short-term investments 692.832 692.832 - - - - -

Total 22.844.744 21.834.717 796.352 71.906 26.857 42.499 72.413

Risiko likuiditas Liquidity risk

Kelompok Usaha menghadapi risiko likuiditas karena mungkin akan menemui kesulitan dalam memenuhi kewajiban dan komitmen kontraktualnya.

The Group faces liquidity risk because it may encounter difficulty in meeting its contractual obligations and commitments.

Kelompok Usaha mengelola profil likuiditasnya

RISIKO KEUANGAN (lanjutan) AND POLICIES (continued)

Risiko likuiditas (lanjutan) Liquidity risk (continued)

Kelompok Usaha secara rutin mengevaluasi informasi arus kas proyeksi dan arus kas aktual dan terus menerus memantau kondisi pasar keuangan untuk mengidentifikasi kesempatan melakukan penggalangan dana yang mencakup utang dan pinjaman bank, dan penerbitan ekuitas pasar modal.

The Group regularly evaluates its projected and actual cash flow information and continuously assesses conditions in the financial markets for opportunities to pursue fund-raising initiatives, including bank loans and borrowings, and equity market issues.

Risiko harga komoditas Commodity price risk

Kelompok Usaha terkena dampak risiko harga komoditas akibat beberapa faktor, antara lain cuaca, kebijakan pemerintah, tingkat permintaan dan penawaran pasar dan lingkungan ekonomi global. Dampak tersebut terutama timbul dari pembelian MKS, di mana marjin laba atas penjualan barang jadi dapat terpengaruh jika harga MKS (yang merupakan bahan baku utama yang digunakan dalam pabrik penyulingan untuk memproduksi minyak dan lemak nabati) meningkat dan Kelompok Usaha tidak dapat mengalihkannya kepada pelanggannya. Selain itu, Kelompok Usaha juga terkena dampak dari fluktuasi harga jual produk MK dan harga beli kopra (yang merupakan bahan baku dalam produksi MK).

The Group is exposed to commodity price risk due to certain factors, such as weather, government policies, level of demand and supply in the market and the global economic environment. Such exposure mainly arises from its purchases of CPO where the profit margin on sales of its finished products may be affected if the cost of CPO (which is the main raw material used in the refinery factories to produce edible oil and fats products) increases and the Group is unable to pass such cost increases to its customers. In addition, the Group is also exposed to fluctuations in the selling price of its processed CNO and the purchase price of copra (being the raw material used in the production of CNO).

Kelompok Usaha mempunyai kontrak komoditas berjangka dengan beberapa entitas asing, yang terutama bertujuan untuk mengelola risiko kerugian yang timbul dari fluktuasi harga komoditas yang diproduksi dan dijual oleh Kelompok Usaha.

The Group has future commodity contracts with several foreign entities, the purpose of which is primarily to manage its exposures on risk of losses arising from the fluctuations in the prices of the commodities that are produced and traded by the Group.

Kebijakan Kelompok Usaha adalah untuk meningkatkan swasembada MKS dalam proses penyulingan untuk mengurangi risiko biaya bahan baku terhadap fluktuasi harga komoditas. Jika Kelompok Usaha tidak dapat melakukannya, Kelompok Usaha dapat meminimalisasi risiko tersebut melalui kontrak berjangka (forward contracts). Namun, Kelompok Usaha dapat juga terkena dampak dari risiko harga komoditas karena perubahan nilai wajar kontrak komoditas berjangka diakui secara langsung dalam laporan laba rugi.

The Group’s policy is to minimize the risks arising from the fluctuations in the commodity prices by increasing its self-sufficiency in the supply of CPO for the refinery operation. To the extent the Group is unable to do so, the Group may minimize such risks through forward contracts. However, the Group may also be exposed to commodity price risk as changes in fair value of future commodity contracts are recognized directly in profit or loss.

Untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2014 dan tahun yang berakhir 31 Desember 2013, kebijakan Kelompok Usaha adalah untuk tidak melakukan lindung nilai atas risiko harga komoditas.

For the three months ended March 31, 2014 and for the year ended December 31, 2013, the Group’s policy is that no hedging in the said commodity price risk shall be undertaken.

Kebijakan pemerintah Indonesia mewajibkan pemilik perkebunan untuk membangun area perkebunan inti rakyat (Petani Plasma). Sehubungan dengan kebijakan tersebut, LSIP, MISP, GS, CNIS, KGP, RAP, CKS, MSA, JS dan MPI (secara bersama-sama disebut sebagai “Perusahaan Inti”) memiliki komitmen dengan beberapa KUD yang mewadahi petani plasma untuk mengembangkan perkebunan plasma. Pembiayaan atas pengembangan perkebunan plasma ini diperoleh melalui pinjaman dari bank maupun pembiayaan langsung oleh Perusahaan Inti. Beberapa Perusahaan Inti, yaitu LSIP, GS, CNIS, KGP, RAP, MSA, CKS, JS dan MPI memberikan jaminan perusahaan (corporate guarantee) untuk pelunasan pinjaman atas pembiayaan yang diperoleh dari bank.

The Indonesian government policy requires the owner of palm oil plantations to develop plasma plantations (perkebunan inti rakyat or the Plasma Farmers). Relative to this, LSIP, MISP, GS, CNIS, KGP, RAP, CKS, MSA, JS and MPI (collectively referred to as the “Nucleus Companies”) have commitments with several KUD representing the plasma farmers to develop plantations under the plasma scheme. The financing of these plasma plantations are provided by the banks or Nucleus Companies. Several Nucleus Companies, namely LSIP, GS, CNIS, KGP, RAP, MSA, CKS, JS and MPI provide corporate guarantees to the related credit facilities provided by the bank.

Pada saat perkebunan plasma telah menghasilkan, Petani Plasma berkewajiban untuk menjual seluruh hasil perkebunan tersebut kepada Perusahaan Inti, dan melunasi angsuran atas fasilitas pinjaman yang diberikan oleh bank atau Perusahaan Inti sesuai skema pembiayaan tiap-tiap proyek dengan menggunakan dana yang dipotong dari hasil penjualan hasil perkebunan plasma tersebut.

When the plasma plantations start to mature, the Plasma Farmers are obliged to sell all their harvests to the respective Nucleus Companies, and shall repay the installments for the credit investment facilities obtained from the bank or the Nucleus Companies in accordance with the scheme of the plasma plantations development using funds deducted from the proceeds of the said sales of plasma plantations’ harvests.

Perusahaan Inti juga memberikan pinjaman sementara kepada Petani Plasma untuk dana pengembangan kebun dan untuk membayar angsuran pinjaman dan beban bunga yang timbul dari pinjaman di atas kepada masing-masing bank, karena hasil penjualan TBS dari perkebunan plasma terkait belum mencukupi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran tersebut diatas. Pinjaman sementara tersebut akan dilunasi oleh masing-masing Petani Plasma saat hasil penjualan TBS mereka sudah menghasilkan arus kas neto yang positif.

Nucleus Companies also provide temporary funding to the respective Plasma Farmers to develop the plasma plantations and to repay loans installment and the related interests expenses to the respective banks since the deductions from the proceeds from FFB sales are not yet sufficient to cover the above-mentioned expenditures. These loans will be repaid by the respective Plasma Farmers once the plantations of FFB become mature (ready to be harvested) and are already providing positive net cash flows.

Berdasarkan penelaahan atas piutang plasma dari tiap-tiap proyek, manajemen berkeyakinan bahwa penyisihan piutang plasma tak tertagih dapat menutup kemungkinan kerugian piutang plasma yang tak tertagih.

Based on the review of the plasma receivables of each project, management believes that the provision for uncollectible plasma receivables is sufficient to cover losses from the uncollectible plasma receivables.

Pada tanggal 31 Maret 2014, pengembangan plasma oleh Kelompok Usaha telah mencapai penanaman seluas 90.558 hektar (31 Desember 2013: 90.214 hektar) (tidak diaudit), di mana area perkebunan seluas 48.307 hektar (31 Desember 2013: 47.737 hektar) (tidak diaudit) telah dikonversi dan diserahterimakan kepada masing-masing Petani Plasma.

As of March 31, 2014, the Group’s plasma development comprises 90,558 hectares (December 31, 2013: 90,214 hectares) (unaudited), of which a total of 48,307 hectares (December 31, 2013: 47,737 hectares) (unaudited) have been converted and handed over to the respective Plasma Farmers.

Konversi di atas sudah termasuk serah terima perkebunan plasma GS sampai dengan tanggal 31 Maret 2014 seluas 4.120 hektar (31 Desember 2013: 4.120 hektar) yang menggunakan pembiayaan dari BRI (Catatan 17). Pada tanggal 31 Maret 2014, total pinjaman yang telah dikonversikan sebesar Rp134.779 (31 Desember 2013: Rp134.779). Selisih antara biaya pengembangan atas perkebunan plasma dan pinjaman maksimum dari BRI sebesar Rp35.827 (31 Desember 2013: Rp35.827) telah dihapuskan dari penyisihan yang telah dibukukan oleh GS pada tanggal 31 Maret 2014.

The above conversion includes the handover of GS’ plasma plantation until March 31,2014 for 4,120 hectares (December 31, 2013: 4,120 hectares) funded by BRI (Note 17). As of March 31, 2014, the outstanding loans handed over amounted to Rp134,779 (December 31, 2013: Rp134,779). The difference between the development costs of such plasma plantations and the related maximum loans from BRI of Rp35,827 (December 31, 2013: Rp35,827) was written off from the allowance provided by GS as of March 31, 2014.

Pada tanggal 31 Maret 2014, Kelompok Usaha telah membukukan penyisihan atas penurunan nilai piutang plasma sebesar Rp170.356 (31 Desember

Dokumen terkait