• Tidak ada hasil yang ditemukan

FINANCIAL RISK MANAGEMENT OBJECTIVES AND POLICIES

Dalam dokumen Elnusa Laporan Keuangan Audit 2010 (Halaman 118-120)

RESTRUCTURING TRANSACTIONS AMONG ENTITIES UNDER COMMON CONTROL

32. FINANCIAL RISK MANAGEMENT OBJECTIVES AND POLICIES

Instrumen keuangan utama Perusahaan dan Anak perusahaan terdiri dari instrumen keuangan aset dan instrumen kewajiban keuangan. Instrumen keuangan aset terdiri atas kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang usaha, piutang sewa pembiayaan, piutang lain-lain - pihak ketiga, piutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan aset lain-lain - kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya. Sedangkan instrumen kewajiban keuangan terdiri atas pinjaman jangka pendek, hutang usaha, hutang lain-lain - pihak ketiga, biaya masih harus dibayar, hutang pihak

yang mempunyai hubungan istimewa dan

kewajiban jangka panjang. Tujuan utama dari instrumen keuangan tersebut adalah untuk mengumpulkan dana untuk kegiatan operasional Perusahaan dan Anak perusahaan.

The Company's and Subsidiaries’ principal financial instruments comprise financial assets and financial liabilities. Financial asset instruments consist of cash and cash equivalents, short-term investments, trade receivables, finance lease receivables, other receivables - third parties, due from related parties and other assets - restricted cash and cash equivalents. Financial liabilities instruments consist of short-term loans, trade payables, other payables - third parties, accrued expenses, due to related parties and long-term debts. The main purpose of these financial instruments is to raise funds for the Company’s and Subsidiaries’ operations.

Telah menjadi kebijakan Perusahaan dan Anak perusahaan bahwa tidak akan ada perdagangan dalam instrumen keuangan yang akan dilakukan.

It is and has been the Company’s and Subsidiaries’ policy that no trading in financial instruments shall be undertaken.

Risiko utama dari instrumen keuangan Perusahaan dan Anak perusahaan adalah risiko tingkat suku bunga, risiko mata uang, risiko kredit dan risiko likuiditas. Penelaahan direktur dan kebijakan yang disetujui untuk mengelola masing-masing risiko ini dijelaskan secara detail sebagai berikut:

The main risks arising from the Company’s and Subsidiaries’ financial instruments are interest rate risk, currency risk, credit risk and liquidity risk. The directors review and approve policies for managing each of these risks, which are described in more detail as follows:

a. Risiko tingkat suku bunga a. Interest rate risk

Risiko tingkat suku bunga Perusahaan dan Anak perusahaan terutama timbul dari pinjaman untuk tujuan modal kerja dan investasi. Pinjaman pada berbagai tingkat

suku bunga variabel menunjukkan

Perusahaan dan Anak perusahaan kepada nilai wajar risiko tingkat suku bunga.

The Company’s and Subsidiaries’ interest rate risk mainly arises from loans for working capital and investment purposes. Loans at variable rates expose the Company and Subsidiaries to fair value interest rate risk.

Analisis sensitivitas untuk risiko tingkat suku bunga

Sensitivity analyisis for interest rate risk

Pada tanggal 31 Desember 2010, jika tingkat suku bunga pinjaman meningkat/menurun sebesar 50 (lima puluh) basis poin dengan semua variabel konstan, laba sebelum pajak untuk tahun yang berakhir pada tanggal

tersebut sebesar Rp4,2 miliar lebih

rendah/tinggi, terutama sebagai akibat

kenaikan/penurunan biaya bunga atas

pinjaman dengan tingkat bunga mengambang.

As of December 31, 2010, had the interest rate of the loans been 50 (fifty) basis points higher/lower with all other variables held constant, income before tax for the year then ended would have been Rp4.2 billion lower/higher, mainly as a result of higher/lower interest expense on loans with floating interest rates.

Untuk modal kerja, hutang dan pinjaman investasi, Perusahaan dan Anak perusahaan berusaha dengan mengurangi risiko tingkat suku bunganya dengan cara mendapatkan

struktur pinjaman dengan suku bunga

kompetitif.

For working capital, investment loans and borrowings, the Company and Subsidiaries may seek to mitigate its interest rate risk by obtaining loans structure with competitive interest rate.

Mata uang pelaporan Perusahaan dan Anak perusahaan adalah Rupiah. Perusahaan dan Anak perusahaan dapat menghadapi risiko nilai tukar mata uang asing karena pinjaman, pendapatan usaha dan biaya beberapa pembelian utamanya dalam mata uang Dolar AS atau harga yang secara signifikan dipengaruhi oleh tolak ukur perubahan harganya dalam mata uang asing (terutama Dolar AS) seperti yang dikutip dari pasar

internasional. Apabila pendapatan dan

pembelian Perusahaan dan Anak perusahaan di dalam mata uang selain Rupiah, dan tidak seimbang dalam hal kuantum dan/atau pemilihan waktu, Perusahaan dan Anak perusahaan harus menghadapi risiko mata uang asing.

The Company’s and Subsidiaries’ reporting currency is the Rupiah. The Company and Subsidiaries faces foreign exchange risk as its borrowings, operating revenue and the costs

of certain key purchases are either

denominated in US Dollar or whose price is significantly influenced by their benchmark price movements in foreign currencies (mainly US Dollar) as quoted in the international markets. To the extent that the revenue and purchases of the Company and Subsidiaries are denominated in currencies other than Rupiah, and are not evenly matched in terms of quantum and/or timing, the Company and

Subsidiaries have exposure to foreign

currency risk.

Perusahaan dan Anak perusahaan tidak mempunyai kebijakan lindung nilai yang formal untuk laju pertukaran mata uang asing. Bagaimanapun, terkait dengan hal-hal yang telah didiskusikan pada paragraf di atas, fluktuasi dalam nilai tukar Rupiah dan Dolar AS menghasilkan lindung nilai natural untuk laju nilai tukar Perusahaan dan Anak perusahaan.

The Company’s and Subsidiaries’ do not have any formal hedging policy for foreign exchange exposure. However, in relation to the matters discussed in the preceding paragraph, the fluctuations in the exchange rates between the Rupiah and US Dollar provide some degree of natural hedge for the

Company’s and Subsidiaries’ foreign

exchange exposure.

Analisis sensitivitas untuk risiko nilai mata uang asing

Sensitivity analysis for foreign currency risk

Pada tanggal 31 Desember 2010, jika nilai

tukar Rupiah terhadap Dolar AS

menurun/meningkat sebanyak 1,00% dengan semua variabel konstan, pendapatan sebelum pajak untuk tahun yang berakhir pada tanggal

tersebut sebesar Rp2,3 miliar lebih

tinggi/rendah, terutama sebagai akibat

keuntungan/kerugian translasi kas dan setara kas, piutang usaha, hutang usaha, biaya masih harus dibayar dan pinjaman yang dikenakan bunga dalam Dolar AS.

As of December 31, 2010, had the exchange rate of the Rupiah against the US Dollar depreciated/appreciated by 1.00% with all other variables held constant, income before tax for the year then ended would have been Rp2.3 billion higher/lower, mainly as a result of foreign exchange gains/losses on the translation of cash and cash equivalents, trade

receivables, trade payables, accrued

expenses and interest-bearing loans

32. TUJUAN DAN KEBIJAKAN MANAJEMEN

Dalam dokumen Elnusa Laporan Keuangan Audit 2010 (Halaman 118-120)