• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERLINDUNGAN

A. Kerangka Konseptual

2. Fintech Peer To Peer Lending

Diantara jenis-jenis fintech yang telah dijelaskan oleh peneliti di atas, peneliti akan melakukan kajian mendalam tentang Fintech P2PLending berdasarkan fokus utama penelitian terkait layanan pinjam meminjam uang berbasis Fintech Technology.

a. Pengertian Peer To Peer Lending

Fintech Peer To Peer Lending merupakan layanan pembiayaan

berbasis utang berupa platform yang disediakan oleh perusahaan

Fintech P2Plending, dimana pinjaman pribadi dilakukan antar

peminjam, antar individu yang melakukan pinjaman antar peminjam.

Fintech P2Plending menyediakan wadah bagi masyarakat yang ingin

meminjam uang dari orang yang belum pernah bertemu. Demikian pula kreditor atau pemberi pinjaman dapat memberikan pinjaman kepada orang yang tidak dikenal, dan informasi yang diketahui hanya dapat didasarkan pada riwayat kredit pinjaman.

Layanan pinjam meminjam P2PLending berbeda dengan layanan pinjaman meminjam uang yang diatur dalam pasal 1754 KUHPerdata. Dalam perjanjian pinjam meminjam yang diatur pada Pasal 1754 KUHPerdata, pihak yang terlibat adalah pemberi pinjaman dan

penerima pinjaman, dan penerima pinjaman wajib untuk memberikan jumlah yang sama dengan jenis dan ketentuan yang sama kepada pihak lain. Dalam layanan P2Plending, pemberi pinjaman tidak secara langsung bertemu dengan penerima pinjaman. Bahkan diantara para pihak tidak saling mengenal, karena ada pihak lain dalam sistem

P2PLending, yaitu platform atau penyelenggara P2PLending yang

menghubungkan kepentingan antara pihak ini.5

Dengan berkembangnya teknologi internet, praktik P2PLending lebih umum dilakukan secara online, atau biasa dikenal dengan Fintech. Perusahaan yang bergerak di Fintech P2PLending berbeda dengan bank atau institusi keuangan konvensional lainya. Di sini, perusahaan atau penyelenggara Fintech P2PLending hanya menjamin hubungan antara peminjam (debitur) dan pemberi pinjaman (kreditur).

Penyelenggara Fintech P2PLending setidaknya harus melakukan beberapa hal, di antaranya memastikan bahwa peminjam memenuhi syarat untuk mengajukan kredit, membantu kreditur menemukan orang yang membutuhkan pinjaman, membantu prosedur administrasi, mengatur aliran dana antara peminjam dan pemberi pinjaman, serta melakukan proses penagihan ketika terjadi gagal atau telat bayar.

b. Pihak yang Terlibat di dalam Fintech Peer To Peer Lending

Semua pihak yang terlibat dalam Layanan Fintech P2PLending atau Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi melibatkan pihak-pihak yaitu:6

a. Pihak Penyelenggara Layanan Fintech P2PLending

Pasal 1 angka 6 POJK Nomor 77/POJK.01/2016 mengatur bagi penyelenggara layanan pinjam meminjam berbasis teknologi informasi dalam ketentuan tersebut adalah badan hukum Indonesia yang menyediakan, mengelola, dan mengoperasikan layanan pinjam

5 Ratna H. Juliyani PR, Hubungan Hukum Para Pihak Dalam Peer To Peer Lending, (Jurnal

Hukum IUS QUIA IUSTUM, Universitas Islam Indonesia, 2018) h., 322

6 Ratna H., Juliyani PR, Hubungan Para Pihak Dalam Peer To Peer Lending, (Yogyakarta:

meminjam uang berbasis teknologi informasi. Menurut Pasal 2 Ayat (2) bentuk badan hukum penyelenggara dapat berupa perseroan terbatas atau koperasi.

b. Pihak Penerima Pinjaman (Debitur)

Penerima pinjaman atau debitur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 7 POJK Nomor 77/POJK.01/2016 adalah orang dan/atau badan hukum yang mempunyai utang karena perjanjian layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi. c. Pihak Pemberi Pinjaman (Kreditur)

Pemberi pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 8 POJK Nomor 77/POJK.01/2016 adalah orang, badan hukum, dan/atau badan usaha yang mempunyai piutang karena perjanjian layanan pinjaman meminjam uang berbasis teknologi informasi. Pemberi pinjaman dapat berasal dari dalam dan/atau luar negeri.

d. Bank

Pasal 24 POJK Nomor 77/POJK.01/2016 Tentang Layanan Pinjaman Meminjam Berbasis Teknologi Informasi menentukan bahwa penyelenggara wajib menggunakan escrow account dan

virtual account untuk layanan pinjam meminjam uang berbasis

teknologi informasi. Selain itu, penyelenggara perlu menyediakan

virtual account bagi setiap pemberi pinjaman dan dalam rangka

pelunasan pinjaman, penerima pinjaman melakukan pembayaran melalui escrow account penyelenggara untuk diteruskan ke virtual

account pemberi pinjaman.

Escrow account adalah rekening yang dibuka secara khusus

untuk tujuan tertentu menampung dana yang dipercayakan kepada Bank Indonesia berdasarkan persyaratan tertentu sesuai dengan perjanjian tertulis.7

7 Penjelasan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/11/PBI/2001 Tentang Perubahan Atas

Virtual account adalah nomor identifikasi pelanggan

perusahaan (end user) yang dibuat oleh Bank yang kemudian diberikan oleh perusahaan kepada pelanggannya (perorangan maupun non perorangan) sebagai identifikasi penerimaan (collection).8

Dalam hal ini, tujuan penggunaan virtual account dan escrow

account adalah untuk melarang penyelenggara dalam melakukan

penghimpunan dana masyarakat melalui rekening penyelenggara. Guna mendukung virtual account dan escrow account tersebut maka penyelenggara harus bekerjasama dengan bank.

e. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

OJK adalah lembaga yang independen. Sesuai dengan Undang Nomor 21 Tahuun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, OJK mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, penyidikan. Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang yang menyatakan bahwa OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.

Pasal 6 menyatakan bahwa OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap: (a) kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan; (b) kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; (c) kegiatan jasa keuangan disektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainya.

Terkait pada kedua pasal tersebut, OJK adalah instansi yang melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap tumbuh kembangnya Fintech, salah satunya Fintech P2PLending yang merupakan bagian industri keuangan Non-Bank (INKB) yang

Indonesia dengan Pihak Ekstern, Tambahan Lembara Negara Republik Indonesia Nomor 4108

8 Mandiri Virtual Account diterima dari https://www.bankmandiri.co.id/virtual-account diakses pada 10 Januari 2020

diawasi oleh OJK.9

Dalam sistem penyelenggara Fintech P2PLending, OJK berperan sebagai pemberi persetujuan atas pendaftaran dan perizinan penyelenggaraan sistem, serta sebagai pihak yang harus menerima laporan pelaksanaan atas penyelenggaraan sistem pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi.

c. Mekanisme Fintech Peer To Peer Lending

Faktanya, sistem Fintech P2P Lending ini sangat mirip dengan

marketplace yang menyediakan tempat pertemuan antara pembeli dengan

penjual. Sistem P2P Lending menghubungkan pemberi pinjaman dengan pencari pinjaman yang dilakukan secara online.

Gambar 1. Cara Kerja Fintech P2PLending

9 Ernasari,dkk. Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Financial Technology

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77/POJK.01/2016. Diponegoro law Journal

Terdapat 4 langkah pendanaan pada Fintech Peer to Peer Lending:10 1. Pendaftaran Anggota

Pengguna baik pemberi pinjaman (kreditur/lender) maupun penerima pinjaman (debitur/borrower) dapat mendaftar secara online di halaman website atau aplikasi penyelenggara Fintech P2P Lending di komputer atau smartphone.

2. Pengajuan Pinjaman

Debitur mengajukan pinjaman dari penyelenggara Fintech P2P Lending secara online melalui halaman website maupun aplikasi, kemudian penyelenggara Fintech P2P Lending menawarkan kepada kreditur untuk memilih dan memberikan pinjaman kepada debitur yang diinginkan berdasarkan pertimbangan risiko.

3. Pelaksanaan Pinjaman

Debitur dan kreditur menandatangani perjanjian pinjam meminjam atau sepakat menyetujui perjanjian yang dikelola oleh penyelenggara

Fintech P2P Lending, dan dana kreditur pemberi pinjaman di teruskan

ke peminjam yang menerima pinjaman melalui virtual account penyelenggara Fintech P2P Lending.

4. Pembayaran Pinjaman

Debitur atau penerima pinjaman membayar beserta biaya dan bunga yang disepakati dalam perjanjian melalui virtual account.

5. Debitur atau penerima pinjaman membayar pinjaman beserta biaya dan bunga yang disepakati dalam perjanjian melalui virtual account bank penyelenggara Fintech P2P Lending,dan kemudian penyelenggara meneruskan pembayaran dan hasil yang diterima kepada kreditur pemberi pinjaman.

Dalam penyelenggara Fintech P2P Lending yang terdiri dari Pihak

borrower atau penerima pinjaman (debitur) dan pihak lender atau

10 Muhammad Yusuf, “Perlindungan Hukum Terhadap Debitur Layanan Pinjam Meminjam

Uang Berbasis Teknologi Financial Technology”, (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum,

pemberi pinjaman (kreditur) terdapat beberapa hal yang dilakukan kedua belah pihak ketika menggunakan layanan Fintech P2P Lending.11 a. Pihak Penerima Pinjaman (Debitur)

Sebagai debitur penerima pinjaman, yang perlu dilakukan debitur saat mengajukan pinjaman melalui platform Fintech P2P Lending diantaranya adalah melakukan registrasi akun di aplikasi penyedia layanan, kemudian mengisi dan melengkapi semua dokumen yang diperlukan, biasanya terdiri dari data pribadi, NIK, laporan keuangan serta mengunggah foto KTP dan foto debitur dengan memegang KTP untuk keperluan verifikasi data, kemudian debitur mengisi pengajuan pinjaman berupa nominal beserta jangka waktu pinjaman.

b. Pihak Pemberi Pinjaman ( Kreditur)

Sebagai kreditur pemberi pinjaman, setelah registrasi pendaftaran akun pada Platform Fintech P2P Lending, nantinya akan ,mencari data pengajuan pinjaman di dashboard yang disediakan. Kreditur akan melakukan pertimbangan relevansi data dari setiap pengajuan pinjaman, termasuk kebenaran data pribadi, kontak darurat yang dapat dihubungi, jumlah pendapatan, riwayat keuangan, serta tujuan peminjaman.

Dokumen terkait