• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagan Alir Atau Flowchart Pemberian Kredit Dengan Jaminan Perjanjian Fidusia Di BMT Alfa Dinar Perjanjian Fidusia Di BMT Alfa Dinar

Dalam dokumen NURVIANTO ADHI NUGROHO F3308161 (Halaman 72-83)

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan Umum Jaminan 1.Tinjauan Umum Jaminan

3. Bagan Alir Atau Flowchart Pemberian Kredit Dengan Jaminan Perjanjian Fidusia Di BMT Alfa Dinar Perjanjian Fidusia Di BMT Alfa Dinar

Agar proses pemberian kredit dengan jaminan perjanjian fidusia ini lebih jelas, penulis lampirkan bagan alir (flowchart) sistem pemberian kredit dengan jaminan perjanjian fidusia di BMT Alfa Dinar.

commit to user Gambar II.1

Tahap Permohonan dan Tahap Akad Perjanjian

Bagian Marketing Finance

Mulai

Nasabah

N

Keterangan :

FPP : Formulir Permohonan Pembiayaan

Dok. syarat : Dokumen Syarat

STTA : Surat Tanda Terima Agunan

commit to user Gambar II.2

Tahap Penilaian, Ferifikasi dan Analisis Pembiayaan

Bagian Marketing Funding

N

Keterangan :

APBP : Analisis Perhitungan Besar Pinjaman

commit to user Gambar II.3

Tahap Persetujuan Permohonan dan Realisasi Pembiayaan

Manager

Nasabah

N

commit to user Gambar II.4

Tahap Persetujuan Permohonan dan Realisasi Pembiayaan (Lanjutan)

Bagian Accounting

Selesai

N Keterangan : KP : Kartu Pembiayaan

Bk. Angsuran : Buku Angsuran

commit to user Gambar II.5 Tahap Pencairan Bagian Teller N Nasabah Keterangan :

commit to user BAB III TEMUAN

A. KELEBIHAN

Dalam prakteknya pemberian kredit dengan jaminan fidusia mempunyai kelebihan, baik bagi debitur sang penerima kredit maupun kreditur sang pemberi kredit.

1. Bagi debitur :

Selain mendapat kredit, debitur juga tetap menguasai barang-barang jaminan sehingga kelancaran usahanya terjamin. Karena benda sepenuhnya dikuasai oleh debitur, kreditur hanya membawa hak atas benda yang dijaminkan.

2. Bagi kreditur :

Karena kreditur tidak membawa barang jaminan, maka kreditur tidak perlu mengeluarkan biaya untuk perawatan barang jaminan dan biaya-biaya lain seperti biaya-biaya penyimpanan barang jaminan.

B. KELEMAHAN

Dalam pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan perjanjian fidusia mempunyai beberapa kelemahan, antara lain :

1. Karena tidak ada keharusan segera mendaftarkan jaminan Fidusia ke

Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia dan juga tidak ada sanksinya, pendaftaran fidusia tersebut banyak disalahgunakan, yaitu pada umumnya

commit to user

jaminan fidusia didaftarkan apabila telah terjadi masalah dimana debitur sudah ada tanda-tanda tidak akan mampu untuk melunasi kreditnya.

Sehingga apabila benda sebagai obyek jaminan fidusia tersebut tidak terdaftar kemudian dijaminkan lagi kepada pihak lain dan pihak lain tersebut segera mendaftarkan jaminan Fidusia ke Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia, maka jaminan fidusia yang diakui adalah jaminan fidusia yang terdaftar di Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia.

Pihak kreditur tidak mempunyai kekuatan hukum yang kuat untuk mengeksekusi barang yang dijadikan jaminan, walaupun pihak kreditur memegang ataupun mempunyai surat kuasa menjual yang disetujui ataupun ditandatangani oleh pihak debitur dan kreditur. Apabila pihak kreditur belum mendaftarkan jaminan Fidusia ke Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia.

2. Debitur terkadang menggunakan bukti kepemilikan barang orang lain,

dimana pihak kreditur tidak mengetahuinya, dengan kata lain debitur tidak menguasai barang yang dijaminkan dan barang tersebut dikuasai oleh pemilik barang, dimana pemilik barang dapat memindahkan barang yang dijadikan jaminan kepada orang lain tanpa sepengetahuan debitur maupun kreditur, sehingga pada saat debitur wanprestasi, pihak kreditur akan kesulitan menyita barang karena barang yang dijaminkan sudah berpindah tangan.

commit to user BAB IV PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan mengenai pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan perjanjian fidusia di BMT Alfa Dinar Surakarta, dapat ditarik kesimpulan antara lain:

Tahapan-tahapan yang terjadi dalam permohonan kredit dengan jaminan fidusia di BMT Alfa Dinar Surakarta:

1. Tahap Permohonan

Pengisian formulir pembiayaan yang telah disediakan beserta melampirkan syarat-syarat yang telah ditentukan.

2. Tahap Penilaian dan Ferifikasi

Calon debitur menunggu konfirmasi dari pihak kreditur, setelah pihak kreditur melakukan penilaian dan ferifikasi serta melakukan rapat.

3. Tahap Analisis Pembiayaan

Pihak kreditur melakukan analisis terhadap calon debitur, apakah layak untuk diberikan kredit. Hal ini melibatkan beberapa bagian yaitu,bagian keuangan, bagian marketing dan bagian accounting.

4. Tahap Persetujuan Permohonan dan Realisasi Pembiayaan

Tahap persetujuan permohonan dan realisasi pembiayan adalah tahap paling akhir apakah permohonan tersebut layak atau tidak bila dilakukan pembiayaan.

commit to user

5. Tahap Akad atau Perjanjian dan Penyerahan Barang Jaminan

Yaitu tahap dimana dilakukan perjanjian antara kreditur dengan debitur. Disertai calon debitur membawa benda yang akan dijadikan jaminan. Apabila kedua belah pihak menyetujui perjanjian tersebut maka kreditur dan debitur akan menandatangani surat tanda terima agunan dan surat kuasa menjual.

6. Tahap Pencairan

Yaitu tahap dimana kreditur memberikan pembiayaan kepada debitur berupa pencairan uang yang besarnya telah disetujui. Tetapi setelah pihak kreditur melakukan pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen untuk yang terakhir kalinya.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pemberian kredit dengan jaminan perjanjian fidusia tersebut, terdapat beberapa kelemahan dalam pelaksanaannya. Penulis mencoba memberikan saran sebagai pertimbangan untuk peningkatan kinerja. Adapaun saran-saran yang mungkin dapat penulis berikan antara lain sebagai berikut:

1. Sebaiknya perusahaan segera melakukan pendaftaran jaminan fidusia ke

Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia. Untuk menanggulangi hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari. Dengan mendaftarkan jaminan fidusia ke Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia maka perusahaan akan mendapatkan kepastian hukum.

commit to user

2. Mengingat terkadang benda yang dijadikan jaminan oleh debitur

merupakan benda kepemilikan orang lain, sebaiknya perusahaan melakukan pengecekan yang lebih teliti mengenai barang yang akan dijadikan sebagai jaminan serta mewajibkan debitur untuk melampirkan syarat-syarat dengan lengkap agar apabila terjadi sesuatu dapat dilakukan konfirmasi dengan mudah.

3. Karena benda jaminan fidusia yang sifatnya berupa benda bergerak, maka

benda tersebut mudah berpindah tangan tanpa sepengetahuan kredit. Walaupun hal tersebut memang sulit dikendalikan secara langsung atau terus-menerus oleh kreditur, tetapi setidaknya masih ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan seperti sesekali untuk melakukan pengecekan terhadap benda yang yang dijadikan jaminan atau dengan mendaftarkan jaminan fidusia ke Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia seperti hal yang diuaraikan di atas. Karena dengan mendaftarkan ke Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia, maka kreditur memperoleh hak prefern, yaitu didahulukan daripada kreditur-kreditur yang lain.

commit to user DAFTAR PUSTAKA

Chidir Ali. (1993). Hukum Pajak Elementer. Bandung: PT. Eresco.

Harahap, M.Yahya. 1986. Segi-segi Hukum Perjanjian. Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti.

Ichsan, Ahmad, Hukum Perdata I B, cetakan 1, Jakarta, Pembimbing Masa, 1967.

J.Satrio, Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996

Mulyadi, 2008. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Saleh, Utrecht. (1983). Pengantar dalam Hukum Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar

Baru.

Sinungan, Muchdarsyah, (2003), Produktivitas, Apa dan Bagaimana, Jakarta:

Bumi Aksara.

Soebekti. Aneka Perjanjian. Jakarta: Intermasa, 1992.

Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata Cet. XXXII. Jakarta: PT Intermasa

Pradnya Paramita, 1986.

Dalam dokumen NURVIANTO ADHI NUGROHO F3308161 (Halaman 72-83)

Dokumen terkait