BAB IV: PENUTUP
B. Saran
Bab IV ini merupakan bab yang terakhir dalam penulisan laporan penelitian, yang berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran.
A. Kesimpulan
BAB II
STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTS PARSONS A. Teori Struktural Fungsional AGIL
Untuk menjelaskan fenomena yang diangkat oleh peneliti yaitu Industri dan
Perubahan Sosial (Studi tentang Perubahan sosial paska pembangunan Flyover di desa
Sumokali kecamatan Candi kabupaten Sidoarjo), maka peneliti menggunakan teori fungsionalisme struktural AGIL.
Teori ini merupakan salah satu teori yang terdapat dalam gugusan paradigm fakta sosial, dimana pandangannya lebih mengutamakan pada peran setiap struktur masyarakat dan pengaruhnya terhadap pola dan system dalam masyarakat. Secara sederhana, asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa setiap bagian atau struktur dalam masyarakat fungsional terhadap struktur yang lain. Artinya tidak ada satu bagian dalam masyarakat yang tidak memiliki fungsi dalam system kehidupan di masyarakat.
Terlepas dari asumsi diatas, Teori ini memandang masyarakat dalam level makro. Sehingga perhatiannya lebih ditekankan pada system masyarakat secara keseluruhan bukan individu dalam masyarakat. Namun tidak berarti mengesampingkan eksistensi individu dalam system dan keberadaannya di masyarakat.
Menurut teori fungsionalis masyarakat adalah suatu sistem sosial yang berdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan.
Perubahan yang terjadi satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian lain.1
Keseimbangan yang dimaksudkan dalam teori ini adalah bahwa masyarakat selalu dalam keadaan yang harmonis tanpa adanya konflik yang terjadi karena segala sesuatunya
1
George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hal 21
dianggap fungsional terhadap yang lain. Dan apabila konflik terjadi maka sistem akan mengembalikan pada posisi semula sebelum terjadinya konflik ataupun bagian tersebut akan tereduksi dan hilang dari system yang berlaku.
Menurut George Ritzer, asumsi dasar teori fungsionalisme struktural adalah “setiap struktur dalam sistem sosial, juga berlaku fungsional terhadap yang lainnya. Sebalikanya kalau tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau hilang dengan sendirinya. Teori ini cenderung melihat sumbangan satu sistem atau peristiwa terhadap sistem lain. Karena itu mengabaikan kemungkinan bahwa suatu peristiwa atau suatu sitem dalam beroperasi menentang fungsi-fungsi lainnya dalam suatu sistem sosial. Secara ekstrim penganut teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi masyarakat.
Talcott Persons telah banyak menghasilkan sebuah karya teoritis. Ada beberapa perbedaan penting antara karya awal dengan karya akhirnya. Pada bagian ini membahas karya akhirnya yaitu Teori Fungsionalisme Struktural. Talcott Persons terkenal dengan empat imperatif fungsional bagi sistem “tindakan” yaitu skema AGIL. AGIL fungsi adalah suatu gagasan aktifitas yang diarahkan untuk memenuhi satu atau beberapa kebutuhan sistem. Menggunakan definisi ini, Parsons percaya bahwa ada empat imperatif fungsional yang
diperlukan atau menjadi ciri seluruh sistem adaptasi (A/adaptation), (Goal
attainment/pencapaian tujuan), (integrasi) dan (latency) atau pemeliharaan pola. Secara bersama-sama keempat imperatif fungsional tersebut disebut dengan skema AGIL. Agar
dapat bertahan hidup maka sistem harus menjalankan keempat fungsi tersebut.2
1. Adaptation. Fungsi ini adalah fungsi yang sangat penting. Pada fungsi ini, sistem harus dapat beradaptasi dengan cara menanggulangi situasi eksternal yang kompleks, dan sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan serta dapat menyesuaikan 2
George Ritzer, Edisi Terbaru Teori Sosiologi, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2004), hal 256
lingkungan untuk kebutuhannya. Fungsi ini merupakan fungsi organism atau sistem organis tingkah laku.
2. Goal attainment. Fungsi ini sangat penting, yaitu sistem harus memiliki, mendefinisikan,
dan mencapai tujuan utamanya.3 Secara estafet ia mengambil hal-hal yang diserap oleh
daya adaptasi, diambil oleh goal untuk dimanage sehingga tujuan dapat tercapai.4
3. Integration. Sebuah sistem harus mampu mengatur dan menjaga hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Selain itu, sistem harus dapat mengatur dan mengelolah ketiga fungsi (AGIL), fungsi integrasi merupakan fungsi sistem sosial.
4. Latentcy. Sistem harus mampu berfungsi sebagai pemelihara pola, sebuah sistem harus memelihara dan memperbaiki motivasi pola-pola individu dan kultur. Fungsi ini
merupakan fungsi cultural (budaya).5
Parsons mendesain skema AGIL agar dapat digunakan pada semua level sistem teoritasnya. Dalam pembahasan ini tentang keempat sistem tindakan maka akan menjabarkan
cara parsons menggunakan AGIL. Organism behavioral adalah sistem tindakan yang
menangani fungsi adaptasi dengan menyesuaikan dan mengubah dunia luar. Sistem kepribadian menjalankan fungsi pencapaian tujuan dengan mendefinisikan tujuan sistem dan memobilitasi sumber daya yang digunakan untuk mencapainya. Sistem sosial menangani fungsi integrasi dan mengontrol bagian-bagian yang menjadi komponennya, akhirnya sistem
kultur menjalankan fungsi latency dengan membekali aktor dan norma dan nilai-nilai yang
memotivasi mereka untuk bertindak.6
3
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal 61
4
Agus Salim, Perubahan Sosial Sketsa: Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2002), hal 103
5
Nanang Martono, SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL PERSPEKTIF Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal 61-62
6
George Ritzer, Edisi Terbaru Teori Sosiologi, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2004), hal 257
Struktur sistem tindakan menurut skema AGIL Gambar 2.1 Struktur Sistem Tindakan
L I
SISTEM KULTURAL SISTEM SOSIAL
ORGANISME PERILAKU SISTEM KEPRIBADIAN
A G
a. Sistem Organisme
Sistem organisme biologis dalam sistem tindakan berhubungan dengan fungsi adaptasi yakni menyesuaikan diri dengan lingkungan sesuai dengan kebutuhan. Sistem organism atau aspek dari manusia. Kesatuan yang paling dasar dalam sistem ini adalah manusia dalam arti biologis, yakni aspek fisik dari manusia. Hal lain yang termasuk ke dalam aspek fisik ialah lingkungan fisik dimana manusia itu hidup. Dimana aktor atau pelaku yang terdiri dari seorang individu atau suatu kolektivitas, dan aktor ini merupakan
untuk mencapai tujuan.7
b. Sistem Sosial
Sistem sosial terdiri dari sejumlah aktor-aktor individual yang saling berinteraksi dalam situasi yang sekurang-kurangnya mempunyai aspek lingkungan atau fisik, aktor-aktor yang mempunyai motivasi dalam arti mempuyai kecenderungan untuk mengoptimalkan kepuasan yangberhubungan dengan situasi mereka didefinisikan dan dimediasi dalam term sistem simbol bersama yang terstruktur secara kultural.
Parsons berkomitmen untuk melihat sistem sosial sebagai sebuah interaksi, namun ia tak menggunakan interaksi sebagai unit fundamental dalam studi tentang sistem sosial. Konsep ini bukan merupakan satu aspek dari aktor atau aspek interaksi, tetapi lebih
7
Bernard Rodo, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka Karya, 2007), hal 54
merupakan komponen struktural dari sistem sosial. Status mengacu pada posisi struktural didalam sistem sosial, dan peran adalah apa yang dilakukan aktor dalam posisinya itu. Aktor tidak dilihat dari sudut pikiran dan tindakan, tetapi dilihat tak lebih dari sebuah kumpulan beberapa status dan peran (sekurang-kurangnya dilihat dari sudut posisi di dalam sistem sosial).
Dalam analisisnya tentang sistem sosial, Parsons terutama tertarik pada komponen-komponen strukturalnya. Memperhatikan komponen sistem sosial berskala luas seperti kolektivitas, norma dan nilai. Dalam analisisnya mengenai sistem sosial ia bukan semata-mata seorang strukturalis, tetapi juga seorang fungsisonalis. Ia menjelaskan
sejumlah persyaratan fungsional dari sistem sosial. Pertama, sistem sosial harus
terstruktur (ditata) sedemikian rupa sehingga bisa beroperasi dalam hubungan yang
harmonis dengan sistem lainnya. Kedua, untuk menjaga kelangsungan hidupnya, sistem
sosial harus mendapat dukungan yang diperlukan dari sistem yang lain. Ketiga, sistem
sosial harus mampu memenuhi kebutuhan para aktornya dalam proporsi yang signifikan.
Keempat, sistem harus mampu melahirkan partisipasi yang memadai dari para
anggotanya. Kelima, sistem social harus mampu mengendalikan perilaku yang berpotensi
mengganggu. Keenam, bila konflik akan menimbulkan kekacauan, itu harus
dikendalikan. Ketujuh, untuk kelangsungan hidupnya, sistem sosial harus memerlukan
bahasa.
Aktor dan Sistem Sosial.Dalam menganalisis sistem sosial, Parsons sama sekali tidak mengabaikan masalah hubungan antara aktor dan struktur sosial. Persyaratan kunci bagi terpeliharanya integrasi pola nilai didalam sistem adalah proses internalisasi dan sosialisasi. Parsons tertarik pada cara mengalihkan norma dan nilai sosial kepada aktor
didalam sistem sosial. Dalam proses sosialisasi yang berhasil, norma dan nilai itu diinternalisasikan artinya norma dan nilai itu menjadi bagian dari “kesadaran” aktor. Akibatnya dalam mengejar kepentingan mereka sendiri, aktor sebenarnya mengabdi kepada kepentingan sistem sebagai satu kesatuan.
Sosialisasi dan kontrol sosial adalah mekanisme utama yang memungkinkan sistem sosial mempertahankan keseimbangannya. Individualitas dan penyimpangan diakomodasi, tetapi bentuk-bentuk yang lebih ekstrem harus ditangani dengan mekanisme penyeimbangan ulang, menurut Parsons, keteraturan sosial sudah tercipta
dalam struktur sistem sosial itu sendiri.8
c. Sistem Kultural
Parsons mendefinisikan kultur menurut hubungannya dengan sistem tindakan yang lain. Jadi, kultur dipandang sebagai sistem simbol yang terpola, teratir, yang menjadi sasaran orientasi aktor, aspek-aspek sistem kepribadian yang sudah terinternalisasikan, dan pola-pola yang sudah terlembagakan di dalam sistem sosial. Karena sebagian besar bersifat subjektif dan simbolik seperti kepercayaan religius,
bahasa, dan nilai.9 Kultur dengan mudah ditularkan dari satu sistem ke sistem yang lain.
Kultur dapat dipindahkan dari satu sistem sosial ke sistem sosial yang lain melalui penyebaran (difusi) dan dipindahkan dari satu sistem kepribadian ke sistem kepribadian lain melalui proses belajar dan sosialisasi. Sifat simbolis (subjektif) kultur juga memberinya sifat lain, yakni kemampuan mengendalikan sistem tindakan yang lain. d. Sistem Kepribadian.
8
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencana, 2007), hal 124-127
9
Bernard Rodo, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka Karya, 2007), hal 55
Sistem kepribadian (personalitas) tak hanya dikontrol oleh sistem kultural., tetapi juga oleh sistem sosial. Menurut Parsons, meskipun kandungan utama struktur kepribadian berasal dari sistem sosial dan kultural melalui proses sosialisasi, namun kepribadian menjadi suatu sistem yang independen melalui hubungannya dengan organism dirinya sendiri dan melalui keunikan pengalaman hidupnya sendiri, kepribadian bukanlah merupakan sebuah epifenomenon semata.
Personalitas didefinisikan sebagai sistem orientasi dan motivasi tindakan aktor individual yang terorganisir. Komponen dasarnya adalah “disposisi kebutuhan”. Parsons dan Shils mendefinisikan disposisi kebutuhan sebagai “unit-unit motivasi tindakan yang paling penting”. Mereka membedakan disposisi kebutuhan dari diringan hati, yang merupakan kecenderungan batiniah “energi fisiologis yang memungkinkan mewujudkan aksi. Dengan kata lain dorongan lebih baik dipandang sebagai bagian dari organism biologis. Disposisi kebutuhan karenanya didefinisikan sebagai kecenderungan yang sama ketika kecenderungan itu bukan bawaan, tetapi diperoleh melalui proses aksi itu sendiri. Dengan kata lain, disposisi kebutuhan adalah dorongan hati yang dibentuk oleh
lingkungan sosial.10
Kedua teori diatas dianggap memiliki relevansi dengan pembahasan tema yang ada karena sesuai dengan keadaan yang ada di masyarakat mengenai bagaimana masyarakat bisa kembali beradaptasi setelah terjadinya perubahan ekonomi yang terjadi
pada masyarakat desa Sumokali yang terkena dampak dari adanya pembangunan flyover.
10
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencana, 2007), hal 130-131
BAB III
FLYOVER DAN PERUBAHAN SOSIAL
1) Deskripsi Umum Desa dan Penduduk Desa Sumokali
Desa Sumokali merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Desa Sumokali terletak dibagian utara kecamatan Candi, kabupaten Sidoarjo. Luas wilayah desa ini adalah ±112,585 ha. Dengan peruntukan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Luas Wilayah
No Jenis Penggunaan Tanah Luas (ha)
1. Pemukiman 58,585 ha
2. Persawahan 54 ha
Total luas 112,585 ha
Desa Sumokali dibagi dalam 2 dusun, yaitu Sumokali dan Nyamplung. Dusun Sumokali terletak sebelah Timur, sedangkan desa Nyamplung terletak disebelah Barat wilayah Sumokali. Kondisi umum Sumokali adalah pemukiman penduduk dengan sejumlah besar pemukiman padat penduduk, bahkan berdiri perumahan yaitu perumahan Sidokare asri untuk RW III, dan yang sebagian besar perumahan berdiri di wilayah kelurahan Sidokare. Diwilayah Sumokali juga berdiri perumahan istana megah asri untuk RW I, dan yang sebagian perumahan berdiri di wilayah desa Tenggulunan. Selain itu berdiri beberapa pertokoan di dusun Sumokali karena letaknya strategis dan mudah di jangkau oleh warga Sumokali dan sekitarnya.
Desa Sumokali berjarak ±3,5 km dari pusat pemerintahan kabupaten Sidoarjo, dan berjarak ± 35 km dari ibu kota propinsi Jawa Timur.
Batas Wilayah Desa Sumokali
No Letak Batas Wilayah
1 Sebelah utara Desa Sepande
2 Sebelah selatan Desa Sugihwaras
3 Sebelah barat Desa Sidodadi
4 Sebelah timur Desa Tenggulunan
Sumber Dari: Data Monografi Desa Sumokali tahun 2014
Berdasarkan data yang kami peroleh dari monografi Desa Sumokali tahun 2014, Desa Sumokali terdiri dari 9 rukun warga dan 20 rukun tetangga dengan jumlah penduduk 2492 jiwa dengan pembagian laki-laki 1232 jiwa dan perempuan 1260 jiwa.
Letak Desa Sumokali sangatlah strategis. Disamping terdapat pertigaan yang menjadi jalan penghubung utama menuju kecamatan maupun kabupaten, jalan di Desa Sumokali juga menjadi penghubung menuju pasar Larangan yang merupakan daerah yang banyak dikunjungi untuk melakukan transaksi jual beli sehingga menjadikan Desa Sumokali juga ramai dilewati maupun dikunjungi orang.
Tabel 3.3
Nama-nama dusun yang ada di Desa Sumokali
No Dusun Desa Kecamatan
1 Sumokali Sumokali Candi
2 Nyamplung Sumokali Candi
Sumber Dari: Data Monografi Desa Sumokali tahun 2014
Di desa ini terjadi perubahan sosial dalam bidang ekonomi yang cukup signifikan sekitar 5 tahun yang lalu yaitu di tahun 2010. Desa Sumokali merupakan sebuah desa
yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai pedagang toko dan galangan.1
Kehidupan masyarakat disana sangat bergantung kepada aspek perdagangan. Hal ini
1
Galangan merupakan istilah warga sekitar yang berarti toko bangunan.
terjadi karena letak desa ini yang strategis yaitu berada pada jalur utama jalan ke pusat kota Sidoarjo dan berdekatan dengan pasar Larangan.
Jalan yang selalu ramai mampu meningkatkan pendapatan ekonomi penduduk sekitar, sehingga berdagang menjadi pekerjaan utama mereka. Namun pada awal tahun 2010 banyak diantara para pemilik usaha dagang di desa tersebut mengalami kemrosotan
karena adanya pembangunan Flyover.
2) Deskripsi Data Penelitian
Dalam pembahasan ini peneliti akan memberikan gambaran mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan di tempat penelitian mengenai perubahan sosial pada bidang ekonomi di Desa Sumokali Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.
Salah satu yang menarik dari persoalan ini adalah membahas tentang perubahan pekerjaan warga Desa Sumokali. Sebelumnya warga Desa Sumokali bermata pencaharian utama sebagai pedagang akan tetapi saat ini banyak dari warga sekitar yang sudah
menutup usahanya karena di depan lahan yang mereka gunakan telah dibangun flyover.
Peneliti melakukan wawancara dengan mendatangi warga yang memiliki usaha dan warga sekitar yang tidak memiliki usaha, dari penggalian data ini peneliti ingin mengetahuai bentuk dari perubahan sosial yang dirasakan oleh masyarakat terutama
dalam bidang ekonomi, dan dampak dari adanya pembangunan flyover bagi kehidupan
masyarakat sekitar di desa Sumokali.
A. Bentuk Perubahan Sosial Ekonomi Bagi Masyarakat Desa Sumokali
Dalam pembahasan ini peneliti akan memberikan gambaran mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan ditempat penelitian mengenai bentuk-bentuk perubahan sosial di Desa Sumokali Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Warga Desa Sumokali.
Mengalami sebuah perubahan setelah adanya pembangunan Flyover Sebelumnya warga
Desa Sumokali bermata pencaharian utama sebagai pedagang.
1. Perubahan dalam Bidang Ekonomi
Beberapa informan telah memaparkan mengenai perubahan dalam bidang ekonomi yang terjadi di Desa Sumokali, bahwasannya perubahan ekonomi menjadi
perubahan yang paling utama semenjak berdirinya Fly over. Mayoritas warga yang pada
awalnya berprofesi sebagai pedagang kini harus menelan getir karena banyak yang harus
menutup usahanya akibat pembangunan jalan flyover. Seperti yang dituturkan oleh kepala
desa setempat yakni bapak Jamal, beliau menuturkan bahwa:
Limang tahunan bien, mayoritas wong-wong kene pekerjaanne dadi pedagang mas. Soale Mbiyen penak, nak kene dalan iki akeh seng ngeliwati, wong arep nak pasar liwat kene wong arep mangkat kerjo yo liwat kene. Dadi pas banget nek di gae bukak usaha koyok warung ngunu, soale wong pabrikan iku nek istirahat podo mrene ngopi ambek golek mangan. Sakjoke onok jembatan iki, usaha e wong-wong harus pindah nang tempat liyo”.2
Lima tahun yang lalu warga sini mayoritas pekerjaannya adalah pedagang, dahulu disini enak karena jalan ini banyak yang melewati. Orang mau ke pasar dan orang-orang yang mau bekerja juga lewat sini. Jadi sangat pas kalau dibuat buka usaha terutama usaha warung makan, karena banyak orang-orang pekerja pabrik yang biasanya waktu istirahat kesini untuk sekedar minum kopi dan makan. Tapi semenjak ada jembatan ini banyak usaha nya orang-orang sini yang harus pindah tempat.
Dari informan yang pertama menyebutkan bahwa lima tahun lalu, warga desa Sumokali banyak yang berprofesi sebagai pedagang, Dahulu memang tempat ini sangat cocok untuk membuka usaha warung karena memang ini jalannya selalu ramai akan tetapi saat ini banyak usaha warga sekitar yang harus tutup karena jalan yang biasanya dilewati banyak orang yang ke pasar dan pergi bekerja. Telah ditutup.
2
Wawancara dengan bapak Jamal, (41 tahun) , 31 Maret 2016 pukul 10.00 WIB
Hal ini juga dibenarkan oleh pendapat ibu Sukriyah seorang penjual nasi dan
pemilik warung. Beliau adalah salah satu warga yang terkena dampak paska adanya
Flyover yang dulunya membuka usaha sekarang harus bekerja di tempat lain. Dan banyak dari warga yang pindah untuk membuka sebuah lahan perdagangan baru, selain itu mereka sedikit banyaak nya juga masih menerima pembesan tanah dengan digantikan
rugi berupa uang. Informan ini memaparkan bahwa “perubahan sing paling ketok nag
kene yo mergo enek flyover iku mas, dadi akeh pedagang seng saiki akeh pindah nek tempat lain, amergane nek tempat iki wes gai iso digawe dagang,tapi masih Al-hamdulillah sebagian warga yang berdagang disini diganti rugi duwek.dadine iso bukak usaha baru (Perubahan yang paling menonjol di Desa Sumokali adalah dari faktor ekonomi karena semenjak adanya Flyover berdiri, disitu profesi masyarakat yang asalnya
pedagang menjadi pekerja serabutan dengan beradaptasi dengan lahan yang baru).3
Hal yang sama juga disampaikan oleh abah faizin seorang pemilik toko bangunan
disekitar wilayah flyover. Beliau mengatakan “aku nduwe usaha mas, yo ngeniki jualan
perlengkapan bangunan. semenjak flyover iki aku kudu pindah tempat dodolan nang pangon liyone. Alhamdulillah kepala desa karo pimpinan pemborong flyover gelem delekno lahan baru seng cocok digawe pangon dodolan anyar”.4
Beliau adalah salah satu informan yang memiliki usaha di sekitar flyover, beliau
menjelaskan bahwa semenjak adanya pembangunan jalan itu usahanya harus pindah ditempat lain. Karena lahan usaha yang lama tidak lagi produktif. Pak Faizin berusaha Adaptasi dengan adanya perubahan Flyover dengan mencari lahan baru yang produktif dan lebih menguntungkan. Para pemimpin juga memberikan bantuan dengan mencarikan lahan yang baru untuk Pak Faizin supaya prekonomian keluarga masih bisa terpenuhi dan
3
Wawancara dengan Ibu Sukriyah, 31 Maret 2016 Pukul 15.00 WIB
4
Wawancara dengan Abah Faizin , 31 Maret 2016 pukul 16.00 WIB
tidak terjadi penurunan bahkan terjadinya pengangguran pada masyarakat sekitar Flyover.
Perubahan sosial dalam aspek ekonomi sangat terlihat pada masyarakat Sumokali, khusus nya para pedangang kaki lima yang banyak kehilangan pelanggan karena jalan
dibawah flyover sudah tidak dibuka lagi dan mereka harus mencari pelangan yang lain di
tempat barunya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh ibu Muslikah , beliau mengatakan
“aku juga salah satu pedagang toko peracangan dulu mas, tapi semenjak adanya pembangunan ini usaha saya Pindah ditempat lain dan alhamdulliah menguntungkan”.5
Perubahan ini lebih mengacu pada perubahan prekonomian pada warga masyarakat sekitar. Dari mereka sebagian banyak ada yang merasa sangat diuntungkan, seperti yang dipaparkan oleh seorang pemilik toko dealer Motor yakni Bapak Hari, beliau menjelaskan bahwa:
Aku buka dealer iki wis sue mas ket urung nduwe anak, lha saiki anak-anak ku wis gede wis podo lulus SMA, yo kiro-kiro aku buka usaha iki wis enek 20 tahunan.. Mergo enek flyover iki aku dibukakno usaha nek tempat liyo.emang awal e aku ngeroso tempat seng anyar sepi mas, tapi suwe-suwe tempat iki ruame mas, kadang sedino aku gak dolok-dolok. Al-hamdulillah sak iki aku iso nambah karyawan.6
Saya usaha dealer ini sudah lama mas, dari saya belum punya anak, dan sekarang anak-anak saya sudah lulus SMA. Kira-kira usaha ini usia nya sudah 20 tahun. Karena adanya Flyover saya dicarikan tempat usaha di tempat lain. Awal nya saya merasa tempat ini sepi karena tidak bvanyak pengunjung yang lewat di tempat ini. Tetapi seiring berjalannya waktu tempat usaha yang baru ini mulai ramai dengan banyaknya pengunjung. Al-Hamdulliah saya sekarang bisa nambah karyawan.
Bentuk-bentuk perubahan diatas juga dibenarkan dan diperkuat oleh pendapat dari pemuda karang taruna bahwasannya semenjak adanya pembangunan flyover di Desa 5
Wawancara dengan ibu Muslikah , 02 April 2016 pukul 10.00 WIB
6
Wawncara dengan bapak Hari, pada 03 April 2016 Pukul 09.00 WIB