• Tidak ada hasil yang ditemukan

Focal Infeksi

Dalam dokumen Makalah Ilmu Penyakit Gigi Dan Mulut (Halaman 131-140)

Pengertian

Gigi dan rongga mulut dapat menjadi fokus infeksi yang kemudian mempengaruhi kondisi sistemik seseorang. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah penjalaran atau penyebarannya ke organ lain. Hal ini menjadi sangat penting untuk dipelajari karena seorang dokter diharuskan menatalaksana pasien secara holistik, di mana di dalamnya termasuk eradikasi sumber infeksi, menghentikan penyebaran infeksi, dan mengatasi infeksi yang telah timbul. Oleh karena itu, proses penyebaran infeksi dari satu fokus ke organ lain perlu untuk dipelajari. Rongga mulut memiliki berbagai macam organisme yang berkembang.Oleh karena itu, kemungkinan rongga mulut menjadi fokus infeksi cukup besar apalagi bila terdapat ketidakseimbangan antara faktor host, agen, dan lingkungan.

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa infeksi rongga mulut, terutama periodontitis marginalis dan apikalis, merupakan faktor risiko bagi berkembangnya penyakit

sistemik.Gigi manusia mengandung 1011 mikroorganisme per miligram plak gigi.Selain itu, infeksi periodontal dihubungkan dengan mikroflora kompleks yang mencapai 200 spesies pada periodontitis apikalis dan 500 spesies pada periodontitis

marginalis.Mikroorganisme tersebut sebagian besar bersifat anaerob dan gram negatif.Oleh karena mikroorganisme pada rongga mulut memiliki kemudahan akses menuju pembuluh

darah, bakteremia dan penyebaran toksin bakteri dapat terjadi sebagai akibat fokus infeksi pada rongga mulut.Oleh karena itu, penting untuk menyadari dan menatalaksana fokus infeksi pada penyakit sistemik dan pada keadaan pasien yang berisiko

tinggi.

Infeksi odontogenik adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut, yaitu bakteri dalam plak, dalam sulcus gingival, dan mukosa mulut.Etiologi tersering adalah bakteri kokus aerob gram positif, kokus anaerob gram positif, dan batang anaerob gram

negative.Bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan karies, gingivitis, dan periodonititis. Jika bakteri mencapai jaringan yang lebih dalam melalui nekrosis pulpa dan pocket periodontal dalam, maka akan terjadi infeksi odontogenik.

Penyebaran infeksi dari fokus primer ke tempat lain dapat berlangsung melalui beberapa cara, yaitu transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen), transmisi melalui aliran limfatik (limfogen), perluasan langsung infeksi dalam jaringan, dan penyebaran dari traktus gastrointestinal dan pernapasan akibat tertelannya atau teraspirasinya materi infektif.

1. Transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen)

Gingiva, gigi, tulang penyangga, dan stroma jaringan lunak di sekitarnya merupakan area yang kaya dengan suplai

darah.Hal ini meningkatkan kemungkinan masuknya organisme dan toksin dari daerah yang terinfeksi ke dalam sirkulasi darah. Di lain pihak, infeksi dan inflamasi juga akan semakin

semakin banyaknya organisme dan toksin masuk ke dalam pembuluh darah. Vena-vena yang berasal dari rongga mulut dan sekitarnya mengalir ke pleksus vena pterigoid yang menghubungkan sinus kavernosus dengan pleksus vena faringeal dan vena maksilaris interna melalui vena emisaria. Karena perubahan tekanan dan edema menyebabkan

penyempitan pembuluh vena dan karena vena pada daerah ini tidak berkatup, maka aliran darah di dalamnya dapat

berlangsung dua arah, memungkinkan penyebaran infeksi langsung dari fokus di dalam mulut ke kepala atau faring sebelum tubuh mampu membentuk respon perlawanan

terhadap infeksi tersebut. Material septik (infektif) yang mengalir melalui vena jugularis internal dan eksternal dan kemudian ke jantung dapat membuat sedikit kerusakan.Namun, saat berada di dalam darah, organisme yang mampu bertahan dapat

menyerang organ manapun yang kurang resisten akibat faktor-faktor predisposisi tertentu.

2. Transmisi melalui aliran limfatik (limfogen)

Seperti halnya suplai darah, gingiva dan jaringan lunak pada mulut kaya dengan aliran limfatik, sehingga infeksi pada rongga mulut dapat dengan mudah menjalar ke kelenjar limfe regional.Pada rahang bawah, terdapat anastomosis pembuluh darah dari kedua sisi melalui pembuluh limfe bibir.Akan tetapi anastomosis tersebut tidak ditemukan pada rahang bawah.

Kelenjar getah bening regional yang terkena adalah sebagai berikut:

Sumber infeksi KGB regional

Gingiva bawah Submaksila

Jaringan subkutan bibir bawah

Submaksila, submental, servikal profunda

Jaringan submukosa bibir atas dan bawah

Submaksila

Gingiva dan palatum atas Servikal profunda Pipi bagian anterior Parotis

Pipi bagian posterior Submaksila, fasial

Banyaknya hubungan antara berbagai kelenjar getah bening memfasilitasi penyebaran infeksi sepanjang rute ini dan infeksi dapat mengenai kepala atau leher atau melalui duktus torasikus dan vena subklavia ke bagian tubuh lainnya.

3. Perluasan langsung infeksi dalam jaringan

Perluasan langsung infeksi dapat terjadi melalui penjalaran material septik atau organisme ke dalam tulang atau sepanjang bidang fasial dan jaringan penyambung di daerah yang paling rentan.Tipe terakhir tersebut merupakan selulitis sejati, di mana pus terakumulasi di jaringan dan merusak jaringan ikat longgar, membentuk ruang (spaces), menghasilkan tekanan, dan

meluas terus hingga terhenti oleh barier anatomik.Ruang tersebut bukanlah ruang anatomik, tetapi merupakan ruang potensial yang normalnya teriis oleh jaringan ikat longgar.Ketika

terjadi infeksi, jaringan areolar hancur, membentuk ruang sejati, dan menyebabkan infeksi berpenetrasi sepanjang bidang

tersebut, karena fasia yang meliputi ruang tersebut relatif padat.

Perluasan langsung infeksi terjadi melalui tiga cara, yaitu: * Perluasan di dalam tulang tanpa pointing

Area yang terkena terbatas hanya di dalam tulang, menyebabkan osteomyelitis.Kondisi ini terjadi pada rahang atas atau yang lebih sering pada rahang bawah.Di rahang atas, letak yang saling berdekatan antara sinus maksila dan dasar hidung menyebabkan mudahnya ketelibatan mereka dalam penyebaran infeksi melalui tulang.

* Perluasan di dalam tulang dengan pointing

Ini merupakan tipe infeksi yang serupa dengan tipe di atas, tetapi perluasan tidak terlokalisis melainkan melewati tulang menuju jaringan lunak dan kemudian membentuk abses. Di rahang atas proses ini membentuk abses bukal, palatal, atau infraorbital. Selanjutnya, abses infraorbital dapat mengenai mata dan menyebabkan edema di mata.Di rahang bawah, pointing dari infeksi menyebabkan abses bukal.Apabila pointing terarah menuju lingual, dasar mulut dapat ikut terlibat atau pusa terdorong ke posterior

* Perluasan sepanjang bidang fasial

Menurut HJ Burman, fasia memegang peranan penting karena fungsinya yang membungkus berbagai otot,

kelenjar, pembuluh darah, dan saraf, serta karena adanya ruang interfasial yang terisi oleh jaringan ikat longgar, sehingga infeksi dapat menurun.

Di bawah ini adalah beberapa fasia dan area yang penting, sesuai dengan klasifikasi dari Burman:

 Lapisan superfisial dari fasia servikal profunda  Regio submandibula

 Ruang (space) sublingual  Ruang submaksila

 Ruang parafaringeal

Penting untuk diingat bahwa kepala, leher, dan

mediastinum dihubungkan oleh fasia, sehingga infeksi dari kepala dapat menyebar hingga ke dada.Infeksi menyebar sepanjang bidang fasia karena mereka resisten dan meliputi pus di area ini.Pada regio infraorbita, edema dapat sampai mendekati mata.Tipe penyebaran ini paling sering melibatkan rahang bawah karena lokasinya yang berdekatan dengan fasia.

4. Penyebaran dari traktus gastrointestinal dan pernapasan Bakteri yang tertelan dan produk-produk septik yang tertelan dapat menimbulkan tonsilitis, faringitis, dan berbagai kelainan pada lambung.Aspirasi produk septik dapat

pneumonia.Absorbsi limfogenik dari fokus infeksi dapat menyebabkan adenitis akut dan selulitis dengan abses dan septikemia.Penyebaran hematogen terbukti sering

menimbulkan infeksi lokal di tempat yang jauh.

Infeksi oral dapat menimbulkan sensitisasi membran mukosa saluiran napas atas dan menyebabkan berbagai

gangguan, misalnya asma.Infeksi oral juga dapat memperburuk kelainan sistemik yang sudah ada, misalnya tuberkulosis dan diabetes melitus.Infeksi gigi dapat terjadi pada seseorang tanpa kerusakan yang jelas walaupun pasien memiliki sistem imun yang normal.Pneumonia dapat disebabkan oleh aspirasi material infeksi, terutama pada kelainan periodontal yang lanjut.Tuberkel basil dapat memasuki tubuh melalui oral, yaitu pocket periodontal dan flap gingiva yang terinfeksi yang meliputi molar ketiga.Infeksi oral, selain dapat memperburuk TB paru yang sudah ada, juga dapat menghambat respon tubuh dalam melawan efek kaheksia dari penyakit TB tersebut.

Kondisi mulut yang patologis yang sering menjadi sumber infeksi adalah:

 Pulpa terdegenasi yang masih vital, infeksi periapikal dengan gigi yang sudah tanpa pulpa, dan gigi nonvital

 Kista

 Infeksi residual setelah ekstraksi

 Gigi impaksi atau gigi yang tererupsi sedemikian dan terjadilah periocoronitits

 Gingivitis, stomatitis, dan gingivitis nekrotikans ulsertafif  Pocket periodontal, terutama ketika supurasi

 Furred dan fissured tongue  Tonsil lingua terinfeksi

Keadaan yang dapat meyebabkan sumber infeksi : Gigi yang nekrose

Gigi yang ada pada akarnya terdapat granuloma Penyakit periodontal

Penyakit – penyakit infeksi lokal : a. Nephritis ( peradangan pada ginjal )

Berupa :

Glomerulonephritis

Biasa disebabkan oleh berbagai macam sebab dan pathogenesis yang mengakibatkan kesalahan fungsi ginjal

Disebabkan oleh infeksi bakteri ke dalam ginjal, paling banyak karena E. colli

 Gejala – gejala : demam mengigil mual muntah

warna urine keruh kecokelatan bak sakit

terasa panas saat bak hipertensi

b. Endokarditis Gejala :

nyeri yang sangat dan mendadak di dada tetapi biasanya substernal, menjalar ke punggung kiri, lengan, atau gerakan bawah

tekanan darah menurun sehingga terjadi shock. Pada serangan lebih parah terjadi dypnose dan sianosis c. Dermatitis

Penyebab : Infeksi gigi

alergi terhadap obat dan makanan Gejala klinik :

kulit berbintik merah

DAFTAR PUSTAKA

1. Mc. Donald, R.E. and Every, D.R., 1994, Dentistry for the child and adolescent, 6 th ED, Mosby Year Book Inc, St. Louis.

2. Finn, S.B., 2003, Clinical Pedodontics, 4th Ed, W.B Saunders. Co., Philadelphia.

3. Welbury,R.R.,2001 Paediatric Dentistry,2nd ED., Oxford University Press, 4. Anderson, T. "Dental treatment in Medieval England", British Dental Journal,

2004, 197.

5. Ash & Nelson, "Wheeler's Dental Anatomy, Physiology, and Occlusion." 8th edition. Saunders, 2003. I

6. Sidabutar, R.P; Raharjo, J.P; Markum, M.S; Rusliyanto, H. 1992. Penyakit Ginjal dan Hipertensi Berkaitan Dengan Perawatan Gigi dan Mulut. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 33.

7. Kapita Selekta jilid I

8. http://grants.nih.gov/grants/guide/pa-files/PA-92-082.html 9. http://www.lpch.org/DiseaseHealthInfo/HealthLibrary/dental/teething.html 10. www.nature.com/cgi-taf/DynePage.taf?file=/bdj/journal/v191/n1/full/4801098a.html 11. http://www.homeandhealthfamilynetwork.com 12. http://www.zila.com/page/mouthcare_babyteething.shtml 13. http://www.healthsquare.com/mc/fgmc0303.htm 14. http://www.homeandhealthfamilynetwork.com

Dalam dokumen Makalah Ilmu Penyakit Gigi Dan Mulut (Halaman 131-140)

Dokumen terkait