BAB I
Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut Pengertian
Oral patologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai penyakit, kelainan yang terjadi di rongga mulut, tanda atau gejalanya, penyebabnya serta perawatannya.
Oral diagnosis ialah cara-cara pemeriksaan untuk menentukan suatu diagnosa dari penyakit, dengan jalan :
Menanyakan Memeriksa
Serta menyatukan gambaran penyakit
Prognosis ialah ramalan yang akan terjadi dari setiap penyakit dan secara nyata dipengaruhi oleh terapi yang diberikan.
Gejala atau symptom ialah gejala yang dikeluhkan oleh pasien
Tanda atau sign ialah kondisi yang ditemukan oleh operator melalui berbagai tes.
Macam-macam diagnosis dalam pemeriksaan gigi : Early diagnosis
Clinical diagnosis
Rontgenologis diagnosis Differential diagnosis Final diagnosis
Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan subjektif ialah pemeriksaan yang dilakukan dengan Tanya jawab antara pasien dan dokter giginya.
Macam – macam pemeriksaan subjektif : Auto anamnesa
Anamnesa yang dilakukan pada pasien sendiri Allo anamnesa
Anamnesa dibantu orang lain, missal pada keadaan pasien tidak sadar, pada anak-anak, pada lansia, dan lainnya.
Kerangka anamnesa : Keluhan Utama
Alasan permintaan perawatan : - Motivasi
- Jenis kasus
- Efek gangguan : Estetika dan Fungsi Keluhan Tambahan :
Bagian-bagian lain yang perlu dirawat Riwayat Kesehatan
Penyakit yang pernah diderita :
1. Penyakit yang mengganggu pertumbuhan dan perkembang dentofasial
- Kurang gizi
- Kurang protein dan energi (Marasmus kwashiokor)
2. Penyakit yang menghambat perawatan ortodentik - Hipertensi - Diabetes Melitus - Thalasemia - Alergi - Epilepsi
3. Penyakit yang dapat menulari operator - Hepatitis
- HIV/AIDS - TBC - Lepra
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan gigi 1. Periode gigi desidui
- Susunan gigi - Trauma - Perawatan
2. Periode gigi bercampur - Pergantian gigi - Pencabutan - Persistensi
- Prematur ekstrasi 3. Periode gigi permanen
- Susunan gigi - Caries
- Gigi hilang - Trauma - Perawatan
Kebiasaan Jelek ( Bad Habit )
Kebiasaan yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi dan rahang, sebagai etiologi terjadinya maloklusi.
Macam, durasi, frekuensi,intensitas dan keterangan : posisi dan keadaan sekarang.
Contoh :
- Menghisap ibu jari
- Menggigit bibir, kuku, pensil, tusuk gigi - Bernafas melalui mulut
- Tidur mengorok - Topang dagu
Riwayat Keluarga
- Identifikasi faktor herediter sebagai etiologi - Wapadai sifat penurunan :
1. Monogenik 2. PoligeniK
- Keadaan gigi geligi :
1. Orang tua : bapak dan ibu 2. Saudara-saudara kandung
Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan Objektif adalah Pemeriksaan yang berdasarkan keaktifan dari operator.
Umum / general 1. Keadaan jasmani 2. Keadaan mental 3. Status gizi : - Tinggi badan - Berat badan
- Indeks masa tubuh
Khusus / Lokal 1. Ekstra oral
Bentuk kepala > indeks kepala Dolikosefali, mesosefali, brakisefali
Klasifikasi indeks kepala : � Hipo Dolikosepali :< 70,0
� Dolikosepali (kepala panjang sempit) : 70,0 – 74,9 � Mesosepali (kepala sedang ) : 75,0 – 79,9
� Brahisepali (kepala lebar persegi) : 80,0 – 84,9 � Hiper Brahisepali :> 84,9
Bentuk tipe muka > indeks muka
Hipereuriprosop, euriprosop, mesoprosop, leptoprosop, hiperleptoprosop
Indeks muka = [Tinggi muka ( A) (Jarak N – Gn) x 100] DIBAGI [Lebar muka (B) (Jarak bizigomatik)]
Klasifikasi indeks muka : � Hipo Euriprosop :< 80,0
� Euriprosop ( muka pendek, lebar) : 80,0 – 84,9 � Mesoprosop (muka sedang ) : 85,0 – 89,9
� Leptoprosop (muka tinggi, sempit) : 90,0 – 94,9 Indeks kepala = [Lbr kepala (B) (jrk bizigomatik supra mastoideus) x 100]dibagi [Panjang kepala (A) (Jarak Gl –Oc)]
� Hiper Leptoprosop :> 94,9
Pengukuran muka dan kepala
Lebar Muka (jarak Bizigomatik
Panjang Kepala (J\jarak Gl –Oc) Profil muka :
a. GI-Ulc dan Pog-lic
b. Cembung, lurus, cekung
Posisi rahang terhadap bidang orbital ( garis simon)
oMaksila : Normal Protusif Retrotusif
oMandibula : Normal Protusif Retrotusif
Sendi temporo mandibular :
Gerakan asimetris, dislokasi, presipitasi, krepitasi, kondilitis
Tonus otot mastikal (m.masseter) : Normal, hipertonus, hipotonus
Tonus otot bibir (m.orbikularis oris) : Normal, hipertonus, hipotonus
Bibir posisi istirahat : Normal, tebal, tipis Terbuka atau tertutup Free way space :
Jarak Sn-pog pada posisi istirahat – oklusi sentrik Normal : 2 - 4 mm
2. Intra oral
Hiegene mulut > OHI Baik, sedang, jelek Pola atrisi
Normal dan abnormal, disertai keterangan Lingua
Besar, kecil, normal Palatum
Tinngi, sedang, rendah Lebar, sedang, sempit Ginggiva
Normal dan abnormal
Pemeriksaan intra oral :
Mukosa
Normal atau abnormal disertai keterangan Frenullum :
Labii superior
Labii inferior > normal / abnormal disertai keterangan
Tonsil
BAB II
Anatomi dan Struktur gigi Pengertian
Anatomi gigi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur dan konfigurasi gigi.
Rongga mulut, terdiri dari : a. Gigi geligi
Gigi adalah salah satu bagian didalam rongga mulut yang mempunyai fungsi sangat penting.
Gigi tetap atau permanen :
Normalnya kita mempunyai 32 gigi tetap yang susunannya 16 gigi rahang atas yaitu :
8 gigi di kanan 8 gigi di kiri
16 rahang bawah yaitu : 8 gigi di kanan
Permukaan – permukaan gigi :
- sisi mesial adalah sisi yang menghadap garis median tubuh.
- sisi distal adalah sisi yang bertolak belakang dengan garis median
- sisi bukal adalah sisi yang menhadap ke pipi
Macam – macam gigi :
- Menurut susunan gigi geligi
o Homodontal adalah gigi geligi yang mempunyai bentuk yang sama, misalnya pada ikan dan burung. o Heterodontal adalah bentuk gigi geligi yang
mempunyai berbagai bentuk dan fungsi, misalnya pada anjing, kucing, kera, dan manusia.
- Menurut berapa kali erupsinya
o Diphyodont, yaitu gigi geligi yang mengalami 2 kali erupsi.
a. gigi permanen b. gigi susu
o Monophyodont, yaitu gigi geligi yang yang hanya mengalami erupsi 1 kali, biasanya terjadi pada bianatang.
o Polyphyodont, gigi geligi yang mengalami erupsi beberapa kali, umumnya terjadi pada binatang.
Fungsi gigi, antara lain :
1. memotong dan memperkecil bahan makanan pada saat pengunyahan
2. mempertahankan jaringan penyanggah 3. Memproduksi dan mempertahankan suara 4. Estetika
5. Melindungi jaringan penanamnya
Struktur bagian gigi :
1. Secara Makroskopis, terdiri atas : - Mahkota atau korona
ialah bagian gigi yang dapat dilihat dan menonjol diatas gingiva serta diselubungi oleh lapisan email - akar atau radiks
ialah bagian gigi yang tertanam didalam gingiva Macam-macam akar :
akar tunggal pada gigi anterior akar ganda pada gigi posterior - Cemento Enamel junction
ialah pembatas antra mahkota dan akar gigi - Apeks
- Tepi Incisal - Cusp
Oklusi
Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada Maksila dan mandibula, yang terjadi selama pergerakan Mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara Dental system, Skeletal systemdan iluscular system. Oklusi gigi geligi bukanlah merupakan keadaan yang statis selama mandibula bergerak, sehingga ada bermacam-macam bentuk oklusi, misalnya : centrik, excentrik, habitual, supra-infra, mesial, distal,lingual dsb.
Dikenal dua macam istilah oklusi yaitu :
• Oklusi ideal : Adalah merupakan suatu konsep teoritis oklusi yang sukar atau bahkan tidak mungkin terjadi pada manusia.
• Oklusi normal : Adalah suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi geligi pada rahang yang sama dan rahang yang berlawanan, apabila gigi –geligi dikontakkan dan condylus berada dalam fossa glenoidea.
Selain itu astilah maloklusi, yaitu yang menyangkut hal –hal diluar oklusi normal.Pada oklusi normal masih memungkinkan adanya beberap variasi dari oklusi ideal yang secara fungsi maupun estetik masih dapat diterima/ memuaskan.
Ada dua tahap oklusi pada manusia : 1. Perkembangan gigi geligi susu
Perkembangan gigi –geligi susu
Seluruh gigi geligi susu akan lengkap erupsi pada anak berumur lebih kurang 2,5 tahun. Pada periode ini lengkung gigi pada umumnya berbentuk oval dengan gigitan dalam ( Deep bite ) pada overbite dan overjet dan dijumpai adanya “ generalized interdental spacing ( celah –celah diantara gigi- geligi ). Hal ini terjadi karena adanya pertumbuhan tulang rahang kearah transversal untuk mempersiapkan tempat gigi –gigi permanen yang kan tumbuh celah yang terdapat dimenssial cainus atas dan disebelah distal caninus bawah disebut “primate space “ . Primate space ini diperlukan pada “ early mesial shift “.
Adanya celah –celah ini memberi kemungkinan gigi-gigi permanen yang akan erupsi mempunyai cukup tempat, sebaiknya bila tidak ada memberi indikasi kemungkinan terjadi gigi berjejal ( crowding ).
Hubungan molar kedua dalam arah sagital dapat : 1. Berakhir pada satu garis terminal ( flush terminal plane ), yang merupakan garis vertikal disebelah distal molar kedua.
2. Molar kedua mandibula letaknya lebih kedistal dari molar kedua maksila (distal step ) .
3. Molar kedua mandibula lebih kearah mesial molar kedua maksila ( mesial step ) .
Perkembangan Oklusi gigi- geligi permanen. Foster ( 1982 ) membagi dalam tiga tahap perkembangan :
1. Tahap erupsi molar pertama dan incisivi permanen. TAHAP 1 ( TERJADI PADA UMUR ANTARA 6 – 8 TAHUN )
Terjadi penggantian gigi inncisivi dan penambahan molar pertama permanen . Pada umur 6,5 tahun ketika incisivus sentral atas erupsi akan terlihat space pada garis median prosesus alveolaris sehingga dapat menyebabkan kesalahan diagnosis sebagai suatu keadaan frenulum yang abnormal, keadaan ini disebut dengan istilah “ Ugly duckling stage “.
Kadang –kadang incisivi permanen terlihat croding pada saat erupsi dan incisivi
Lateral berhimpitan ( overlap ) dengan gigi caninus susu. Keadaan ini bisa diatasi bila terdapat leeway space. Leeway space adalah perbedaan ruangan antara lebar mesiodistal gigi caninus, molar pertama dan kedua susu dengan caninus premolar pertama dan kedua permanen.
Hubungan distal molar kedua susu atas dan bawah mempengaruhi hubungan molar pertama permanen, molar pertama permanen penting peranannya pada tinggi vertikal rahang selama periode penggantian gigi susu menjadi gigi permanen .Pada umur 8 tahun incisivi dan molar pertama permanen telah erupsi. Apabila incivisi atas lebih dulu erupsi dari yang bawah, dapat menyebabkan terjadinya gigitan dalam ( deep overbite ). Dengan adanya pertumbuhan gigitan dalam yang terjadi
dapat terkoreksi dengan occlusal adjustment yang terjadi kemudian.
2. Tahap erupsi caninus, premolar dan molar kedua. TAHAP 2 ( TERJADI PADA UMUR ANTARA 10 – 13 TAHUN )
Pada tahap ini bila molar susu bawah sudah diganti oleh premolar permanen, sedangkan molar susu atas belum, maka akan terdapat penambahan besar overbite dan bila sebaiknya maka kontak gigi terlihat edge.
3. Tahap erupsi molar ketiga.
TAHAP 3 ( TAHAP ERUPSINYA MOLAR KETIGA ) Penyesuaian oklusi ( occusal adjustment )
Menurut Salzmann ( 1966 ) terdapat 3 mekanisme yang berbeda pada penyesuaian oklusi normal gigi susu keperiode gigi bercampur sampai tercapai stabilisasi pada periode gigi permanen :
• Jika bidang vertikal dari permukaan distal molar kedua susu atas terletak distal molar kedua susu bawah maka molar prtama permanen akan menempati sesuai dengan oklusi pada gigi susu.
• Jika terdapat primate space dan bidang vertikal molar kedua susu segaris, maka terjadi oklusi normal pada molar pertama permanen, karena adanya pergeseran molar susu kemesial sehingga ruangan tersebut tertutup.
• Jika bidang vertikal sama dan molar pertama permanen hubungannya cusp, maka oklusi normal terjadi
karena adanya pergeseran kemesial yang terjadi kemudian setelah molar kedua susu tanggal.
Periode diantara periode gigi susu dan gigi –gigi permanen disebut periode gigi –gigi bercampur. Menurut Moyers ( 1974 ) adalah merupakan periode dimana gigi susu dan permanen berada bersama-sama didalam mulut.
Gigi- geligi tetap yang ada dibagi atas dua kelompok : • Successional Teeth, gigi permanen yang menggantikan gigi susu.
• Accesssional Teeth, gigi tetap yang erupsi diposterior dari gigi susu.
Dua aspek penting pada periode gigi – geligi bercampur adalah :
• Penggunaan dental arch perimeter.
• Penyesuaian perubahan oklusi yang terjadi selama pergantian gigi.
2. Secara mikroskopis : - Jaringan keras : enamel
ialah lapisan proteksi pada mahkota gigi yang tahan terhadap tekanan kunyah. Fungsinya melindungi gigi dari kerusakan, berasal dari jaringan ectoderm. dentin
ialah jaringan paling keras gigi, yang terletak di bawah enamel. berfungsi mendukung enamel. Berasal dari jaringan mesoderm, dapat regenerasi
sementum
ialah lapisan terluar pada akar membatasi gigi dengan jaringan pendukungnya. Fungsi sementum, antra lain :
1. melekatkan gigi dengan jaringan penyangganya 2. memperbaiki akar
3. melindungi dentin
4. mempengaruhi pembentukan tulang alveolar 5. memungkinkan erupsi gigi
6. mengatur lebarnya jaringan pendukung gigi
- Jaringan lunak : Pulpa
ialah struktur gigi terdalam atau terletak dibawah dentin berupa rongga yang berisikan jaringan pulpa, sel syaraf, jaringan ikat, pembuluh darah dan lymfe
Fungsi pulpa : formatif nutrisi detensi reparative sensoris
- Rongga pulpa, terdiri dari : 1. Ruang pulpa 2. Tanduk pulpa 3. Saluran pulpa 4. Foramen apical 5. supplementary canal 6. orifice
b. Rahang atas dan rahang bawah
c. Palatum
- palatum durum - palatum
e. jaringan mukosa lain
Erupsi gigi
Erupsi gigi merupakan proses bergeraknya gigi menembus gusi untuk tumbuh ke dalam tulang rahang ke posisinya dalam rongga mulut. Erupsi gigi pada bayi dimulai dari gigi depan rahang bawah dan disusul gigi depan rahang atas sampai keduapuluh gigi anak muncul.1-3 Erupsi gigi biasanya dimulai antara usia 4-7 bulan, tetapi beberapa anak ada yang sudah memiliki gigi ketika ia lahir dan ada juga yang belum tumbuh gigi sampai usia 12 bulan.
Pertumbuhan gigi sudah banyak dibicarakan oleh para ahli sejarah dan mereka menyatakan bahwa erupsi gigi memegang peranan penting dalam mempengaruhi keadaan umum anak.
Erupsi gigi dapat mengubah mood dan tingkah laku anak, dari yang baik menjadi lebih rewel.Pengetahuan yang dimiliki orangtua terhadap perubahan tingkah laku anak tersebut membuat orangtua mengambil suatu sikap atau tindakan yang dapat membantu anak dalam menangani masalah erupsi gigi tersebut.
Secara umum diketahui bahwa erupsi gigi dapat menimbulkan tanda dan gejala yang bervariasi.Pada kebanyakan kasus, erupsi gigi susu tidak menyebabkan anak maupun orangtua merasa panik, sehingga keadaan ini sering dianggap remeh, meskipun secara signifikan keadaan ini mempengaruhi anak dan orangtua karena terkadang proses ini dapat menyebabkan iritasi, baik secara lokal maupun sistemik. Kebanyakan orangtua berpendapat bahwa erupsi gigi sangat mempengaruhi keadaan umum anak sehingga dapat menyebabkan anak demam, batuk, flu, kurang nafsu makan, gelisah dan gangguan tidur.Namun ada juga yang berpendapat bahwa erupsi gigi merupakan pengalaman biasa yang dialami oleh setiap anak, erupsi gigi dapat disertai gejala-gejala sehingga mempengaruhi keadaan umum anak atau tanpa gejala.
Pada abad ke-4 SM, para ahli sejarah (Hipocrates, Thomas Phaire dan Marshall Hall) dan orangtua-orangtua dulu juga mempercayai adanya penyakit yang muncul bersamaan dengan erupsi gigi.Hal ini hanyalah suatu mitos atau kepercayaan kuno yang diyakini harus terjadi pada setiap anak sehingga hal ini dianggap sebagai suatu kewajaran bagi pertumbuhan anak.
Penelitian Barlow, dkk (2002) menyatakan ada lima gejala teratas yang dipercayai orang tua yang menyertai erupsi gigi anaknya, gejala itu adalah inflamasi gusi (100%), iritabilitas (100%), pembengkakan gusi (91%), susah tidur (87,6%), dan banyak mengeluarkan liur (87,6%).7 Pada penelitian Wake, dkk. (2000) mengenai survey kepercayaan dan pengalaman ibu tentang gejala yang menyertai teething dijumpai bahwa pipi merah (76% orang tua percaya dan mengalami), iritabilitas (71%), gangguan tidur (71%), sakit (67%), berliur (57%) berhubungan
dengan erupsi gigi. Wake, dkk juga mengadakan penelitian observasi langsung terhadap gejala-gejala yang berhubungan dengan erupsi terhadap 21 orang anak usia antara 6,8-22,5 bulan dengan rata-rata 14,4 + 4,9 bulan, didapat bahwa tidak ada hubungan yang erat antara erupsi gigi dengan beberapa gejala seperti demam, diare, gangguan suasana hati, sakit, gangguan tidur, berliur, diare, pipi merah/ruam pada wajah/tubuh.
Sementara Macknin ber-pendapat bahwa erupsi gigi menim-bulkan gejala-gejala ringan seperti suka menggigit, berliur dan menggosok-gosok gusi, iritabilitas dan suka menghisap.
Carpenter melaporkan bahwa ketika bayi mengalami erupsi gigi maka akan terjadi gangguan sistemik seperti diare, rhinorea, dan iritabilitas.
Sedangkan Hulland mengatakan bahwa ketika gigi bayi tumbuh, gejala-gejala yang muncul merupakan gangguan lokal seperti pembengkakan pada gusi dengan derajat yang ringan.
Menurut Situmorang N (2002), dalam praktek kesehatan ibu pemeli-haraan kesehatan gigi anak dipengaruhi faktor sosiodemografi antara lain pendidikan ibu. Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir ibu ternyata persentase kepercayaan dan pengalaman ibu terhadap gejala-gejala yang menyertai erupsi gigi tidak jauh berbeda pada masing-masing tingkat pendidikan, secara statistik tingkat pendidikan tidak mempengaruhi kepercayaan dan pengalaman terhadap gejala yang menyertai erupsi gigi (p>0,05).
Demikian juga dengan persentase kepercayaan dan pengalaman ibu mengenai gejala yang menyertai erupsi gigi anaknya secara statistik tidak berbeda antara anak laki-laki dan perempua, hal ini sesuai dengan pendapat Wake dkk (2000).
Menurut Macknin gejala erupsi gigi lebih sering terlihat jelas muncul pada saat gigi belakang tumbuh daripada gigi depan, hal ini disebabkan karena ukuran gigi belakang yang lebih besar daripada gigi depan, namun persentase gejala erupsi lebih banyak pada gigi depan dibandingkan dengan gigi belakang. Pada umumnya teething dapat sebagai penyebab gangguan sistemik pada bayi terutama pada masa erupsi gigi insisivus desidui (usia 6-12 bulan), hal ini mungkin menyebabkan ibu lebih ingat timbulnya gejala erupsi gigi pada gigi depan anaknya.
Gejala sistemik seperti diare (59,35%) muncul pada saat gigi tumbuh, namun ada sebagian ibu (40,65%) yang tidak meyakini hal tersebut sebagai salah satu gejala yang berhubungan dengan erupsi gigi, hal ini mungkin karena anak suka memasukkan tangan atau benda yang tidak bersih ke mulutnya sehingga anak terkena diare. Penelitian Wake dkk yang mengobservasi langsung gejala erupsi pada 21 orang anak mendapatkan hasil tidak ada hubungan yang kuat antara demam dengan erupsinya gigi, sedangkan demam termasuk dalam salah satu gejala erupsi terbanyak.
Pengobatan terhadap gejala erupsi gigi kebanyakan dilakukan sendiri oleh ibu yaitu dengan pengobatan farmakologis/obat sistemik (memberikan obat parasetamol) dan nonfarmakologis (teething toys, teething food).Tindakan ibu-ibu ini sebagian besar sudah benar, namun perlu diperhatikan dosis obatnya. Begitu juga pemberian teething toys (contoh: teething rings) dan teething food (roti/biskuit untuk bayi, pisang/wortel yang dibekukan), merupakan tindakan yang sudah benar apabila timbul gejala teething pada anak. Pemberian teething toys dan teething food dimaksudkan untuk memuaskan kecenderungan alamiah anak untuk menggigit dan menghisap sehingga rasa sakit yang
dirasakan bayi dapat berkurang melalui tekanan pada saat menggigit benda yang keras dan dingin.
Dokter gigi juga dapat memberikan obat-obat sistemik/analgetik dan anti-piretik yang bebas gula maupun obat secara lokal/topikal untuk mengurangi rasa sakit pada gusi anak.Pemberian bahan topikal yang dingin dalam bentuk gel seperti Anbesol Teething Gel® (berisi lignocaine), Bonjela® (berisi choline salicylate) dapat dioleskan pada membran mukosa yang sakit. Anestesi topikal ini akan segera meresap pada membran mukosa sehingga dapat mengurangi rasa sakit.
Erupsi gigi desidui :
kode atas Bawah
Incisivus 1 i1 7 - 8 bulan 6 - 7 bulan Incisivus 2 i2 8 - 9 bulan 8 - 9 bulan Caninus c 16 - 18 bulan 14 - 16 bulan
Molar 1 m1 12 - 14 bulan 12 - 14 bulan Molar 2 m2 20 - 30 bulan 20 - 30 bulan
Erupsi gigi permanen :
kode atas bawah
incisivus 1 i1 7 – 8 tahun 6 – 7 tahun
incisivus 2 i2 8 – 9 tahun 7 – 8 tahun
caninus c 11 – 12 tahun 9 – 10 tahun
premolar 1 p1 10 – 11 tahun 10 – 12 tahun
premolar 2 p2 10 – 12 tahun 11 – 12 tahun
molar 1 m1 6 – 7 tahun 6 – 7 tahun
molar 2 m2 12 – 13 tahun 11 – 13 tahun
BAB III
Jaringan Periodontium dan Kelainannya
Pengertian
The periodontium is defined as the investicy and supporting tissue of the tooth, namely, the periodontal membrane, the gingival, cementum and alveolar bone. (Glickman)
Bagian-bagian jaringan penyanggah : 1. Ginggiva
adalah bagian selaput lender mulut yang meliputi alveolar dan mengelilingi cerviks gigi. Dalam keadaan normal dan sehat gingiva berwarna merah muda, tepinya seperti pisau dan scallop agar sesuai dengan countour gigi.Tetapi ini bervariasi, tergantung juga dari ras dan pigmentasi, juga tebal keratinisasi dan blod supply menentukan warna gingiva.
Fungsi gingiva adalah melindungi jaringan dibawah perlekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut.
Tanda gingiva sehat : - berwarna merah muda
- interdental papil mengisi ruang interproksimal - margin tipis dan tidak bengkak
- permukaan gingiva tidak rata dan stippled - melekat erat pada gigi dan procesus alveolaris - sulkus gingiva tidak dalam
- tidak ada eksudat - tidak mudah berdarah
4 karakteristik gingiva sehat : 1. Warna
Normalnya berwarna coral pink, warna lain seperti merah, putih, dan biru adanya peradangan. Warna ini tergantung pada pigmentasi rasial.
2. Kontur
Normalnya halus dan bergelombang, menempati ruang interdental papil, bentuknya meruncing seperti ujung pisau. 3. Tekstur
Normalnya padat, tahan pergerakan, seperti kulit jeruk.Abnormalnya bengkak dan seperti busa.
4. Reaksi terhadap gangguan
Normalnya tidak ada, abnormalitas terjadi adanya eksudat dan mudah perdarahan pada saat dilakukan probing.
Pembagian gingiva secara anatomi : a. Marginal gingiva
marginal gingiva adalah bagian dari gingiva yan terdapat pada bagian labial, bukal dan ligual. Marginal gingiva terdiri atas :
- Free gingiva
adalah bagian marginal gingiva yang mengelilingi gigi tetapi tidak melekat pada permukaan gigi.
- Free gingiva groove
adalah lekukan yang terletak antara free gingiva dan attached gingiva.
b. Attached ginggival
c. Interdental papil
Adalah bagian dari marginal gingiva yang memenuhi interproksimal space.
d. Muko ginggival junction
Adalah Pemisah antara attached ginggival dan alveolar mukosa. e. Alveolar mukosa
f. Epithelial attachment
Adalah bagian dasar dari sulkus gingiva yang melekat pada gigi. g. Sulkus gingiva
Adalah ruangan antara free gingiva dan gigi yang ada pada orang normal yang mempunyai kedalaman < 2mm.
Kelainan pada sulkus gingiva : Pocket
Adalah kedalaman sulkus gingiva yang melebihi 2mm tetapi disebabkan oleh kerusakan tulang alveolar.
Pseudopocket
Adalah kedalaman sulkus gingiva yang melebihi 2mm tetapi disebabkan oleh karena pembesaran gingiva.
Real pocket dibagi 3 tipe yaitu :
Tipe I : Dasar sulkus gingiva masih terletak diatas tulang alveolar Tipe II : Dasarsulkus gingiva masih terletak sejajar tulang alveolar Tipe III : Dasar sulkus gingiva masih terletak dibawah tulang alveolar
2. Sementum
Adalah jaringan ikat klasifikasi yang menyelubungi dentin akar dan tempat berinsersinya bundel serabut kolagen. Guna sementum antara lain :
- melindungi permukaan akar
- Memegang ujung-ujung serat periodontal yang melekat pada gigi
Macam – macam tipe sementum : a. Sementum seluler
o mengandung sementosit
o pada lacuna seperti osteosit pada tulang
o saling berhubungan satu sama lain melalui anyaman kanalikuli
b. Sementum aseluler
o membentuk lapisan permukaan yang tipis o terbatas pada serviks akar
o tidak mengandung sementosit o sementoblas terletak di permukaan 3. Periodontal membrane
Adalah suatu struktur dari jaringan ikat yang mengelilingi akar gigi dan menghubungkan gigi dengan tulang alveolar. Lebar periodontal ini umumnya 0,10 – 0,25 mm dan lebar tersebut tergantung pada keadaan dibawah ini :
a. Keadaaan fisiologis, dimana bagian mesial lebih sempit dari bagian distal karena daya gerak gigi ke arah mesial
b. Fungsi gigi, makin besar fungsi gigi maka periodontal makin lebar
Periodontal membrane terdiri dari : - serabut sharpey’s
- sel jaringan ikat
- sisa epitel pembentuk gigi - pembuluh darah
- syaraf - lymfe Fungsinya :
- meneruskan daya kunyah ke tulang alveolar - perlekatan gigi ke tulang
- menjaga jaringan gingiva pada tempat yang normal - menahan tekanan dari luar
- mencegah rusaknya pembuluh darah dan syaraf karena kekuatan mekanis
- mengganti periodontal ligament dengan yang baru - sensoris
- nutritive 4. Alveolar bone
Adalah bagian dari maksila atau mandibular yang membentuk socket dimana gigi tertanam dalam rahang. Alveolar bone merupakan struktur tulang yang kompak dimana terdapat lubang yang dilalui pembuluh darah, syaraf dan saluran lymfe.
Alveolar bone terdiri atas 3 bagian : a. Lamina dura
Bagian terluar dari ceruk alveolar dimana akar gigi tertanam.Bagian ini yang paling keras karena terbanyak mengandung kapur.
b. Cortikal plate
Bagian luar dari permukaan bukal, palatal, dan lingual. c. Tulang penyokong
Berbentuk spongiosa atau seperti bunga karang, berlobang-lobang, merupakan bagian tengah atau bagian dalam dari seluruh tulang rahang atas maupun tulang rahang bawah.
Menurut Mc.Donald R.
1. Simple Gingivitis a. Gingivitis Erupsi.
b. Gingivitis karena OH jelek. c. Alergi.
2. Acute Gingival Desease a. Infeksi herpes simpleks b. recurent apthous ulcer c. ANUG
d. Candidiasis akut e. Infeksi bakteri akut 3. Pembesaran Gingiva
a. Puberty Gingivitis
Kelainan – kelainan jaringan penyangga : Inflamasi
A. Gingivitis
Adalah suatu inflamasi pada jaringan gusi, merupakan penyakit jaringan penyangga gigi yang paling ringan. Secara umum, penyebab gingivitis antara lain :
Faktor lokal - plak
ialah sekumpulan bakteri yang melekat dan tidak berwarna yang senantiasa terbentuk pada permukaan gigi.Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya plak :
1. Erupsi Gigi 2. Maloklusi 3. Karies
4. Restorasi Gigi
5. Penggunaan alat Ortho. - kalkulus
merupakan endapan keras hasil mineralisasi plak gigi, melekat erat mengelilingi mahkota dan akar gigi dan hanya bisa hilang dengan tindakan scaling.
- impaksi makanan
adalah penyebab umum gingivitis. Makanan berinfaksi disekeliling gigi dan berakumulasi debris pada gigi sehingga menyebabkan iritasi ginggiva oleh toksin didalam
plak.Produksi toksin menyebabkan pembengkakan jaringan dan timbul kemerahan. - karies
karies gigi (Kavitasi) adalah daerah yang membusuk didalam gigi, yang terjadi akibat suatu proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi sebelah luar yang keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi.
tambalan yang berlebih atau mengemper
plak lebih sering menempel pada tambalan yang salah disekitar gigi yang terletak bersebelahan dengan gigi palsu yang jarang dibersihkan. Jika plak tetap melekat pada gigi selama lebih dari 72 jam, maka akan mengeras dan membentuk karang gigi.
- Malposisi gigi
Gigi malposisi menghasilkan penekanan-penekanan normal berulang selama proses makan dan pengunyahan makanan. Kalkulus tertimbun pada dasar gigi yang sulit dibersihkan bakteri yang mulai menyerang jaringan sekitar gigi sehingga menghasilkan kombinasi dari peradangan dan resesi ginggiva.
kebiasaan sikat gigi yang salah
tehnik sikat gigi yang secara horizontal merupakan suatiu kesalahan karena dengan cara demikian lambat laun dapat menimbulkan resesi gingival dan abrasi gigi.
maloklusi gigi, dapat mengiritasi gusi dan meningkatkan resiko gingivitis
- iritasi mahkota gigi - bernafas melalui mulut
bernafas melalui mulut, gigi menjadi kering dan gusi mudah teriritasi. Beranafas denganjmulut menyebabkan kekeringan membran mukosa mulut dan iritasi jaringan ginggiva sehingga menyebabkan peradangan dan hyperplasia jaringan ginggiva
- aplikasi obat atau bahan kimia
bahan kimia atau aplikasi obat dapat menyebabkan berbagai anomaly jaringan ginggiva. Beberapa jenis obat perpotensi menyebabkan gimggivitis. Obat-obatan Over The Counter (OTC) dapat membahayakan jaringan ginggiva dan beraksi sebagai asam burn if used. Selver nitrate dan aspirin pada umumnya memiliki pangaruh asam pada jaringan ginggiva sehingga menyebabkan kemerahan dan lembek jika disentuh. Dilantin sodium menghasilkan bengkak dari jaringan ginggiva yang berkaitan dengan bahan kimia dari obat tersebut.
- mikroorganisme yang terdapat pada plak
mikroorganisme yang ditemukan pada plak dapat menghancurkan jaringan hidup membebaskan banyak enzim destruktif. Mikroorganisme spesifik terkadang menyebabkan reaksi peradangan pada
ginggiva.Streprococus dan sthaphylococus adalah bakteri yang diketahui dapat merusak jaringan ginggiva dan menyebabkan peradangan - tambalan berlebihan
Faktor sistemik
Menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang dan menambah keparahan suatu penyakit.Tetapi tanpa adanya iritasi lokal diragukan bahwa penyakit sistemik dapat menyebabkan penyakit periodontal.
Beberapa faktor sistemik yaitu : 1. endoktrin :
- Pubertas - Haid
- Kahamilan
- Diabetes mellitus
2. defisiensi Vitamin C dan vItamin B Komplek - gusi bengkak - mudah berdarah - gigi goyah 3. Leukimia - gusi bengkak - Livide - mudah berdarah 4. Obat-obatan
- gusi fibrotik hyperplasia - agak keras
5. faktor penyebab familier congenital
6. faktor penyebab keracunan logam berat : Pb, Hg 7. gangguan nutrisi
8. alergi 9. herediter 10. stress
11. infeksi granulomatosa spefik 12. disfungsi neotrofil
13. kelainan neurologik
plak yang merupakan deposit berisi mikroorganime mulut beserta eksudatnya memegang peranan penting terhadap terjadinya inflamasi tersebut, sedangkan factor-faktor lain yang merupakan factor yang memperberat, tingkat keparahan dan kerusakan jaringan yang tergantung pada daya tahan tubuh dan kualitas reparasi jaringan. Adanya penyakit atau kondisi sistemik yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh penderita, dapat menambah keparahan penyakit.Tetapi tanpa adanya iritasi local diragukan terjadi akibat penggoskan dan flosing (membersihkan gigi dengan menggunakan bahwa penyakit sistemik dapat menyebabkan periodontal.Gingivitis hamper selalu benang gigi) yang tidak benar, sehingga plak tetapt disepanjang garis gusi.Plak merupoakan suatu lapisan yanag terutama terdiri dari bakteri.Plak lebih sering menempel pada tambalan yang salah atau disekitar gigi yang terletak bersebelahan dengan gigi palsu yang jarang dibersihkan. Jika plak melekat pada gigi selama lebih dari 72 jam, maka akan mengeras
danmembentuk karang gigi (kalkulusflosing (benang gigi) plak merupakan penyebab utama dari Gingivitis
Gingivitis telah diklasifikasikan berdasarkan :
o gambaran klinik yaitu ulseratif, hemoragik, nekrotik, purulen
o etiologi yaitu pengaruh obat, hormonal, nutrisional, infeksi plaque-induced
o durasi yaitu akut dan klonik.
Macam – macam gingivitis :
- gingivitis akut, lebih sering ditemukan - gingivitis kronik
Tanda – tanda gingivitis :
- adanya inflamasi pada corium gingival - perubahan dinding sulkus
- timbulnya ulserasi Gambaran klinis :
1. Radang pada bagian marginal gingiva 2. Hilangnya stippling
3. Pembesaran gingiva
4. Adanya perdarahan secara spontan atau karena rangsangan.
Jenis – jenis gingivitis :
1. Gingivitis yang berhubungan dengan dental plak 2. Gingivitis yang berhubungan dengan faktor sistemik
a. yang berhubungan dengan system endokrin o gingivitis pubertas
Definisi : Radang pada gusi yang disebabkan adanya perubahan hormonal pada remaja.
Klinis :
- Pembesaran interdental papil - Mudah berdarah
Penyebab : faktor lokal dan gangguan keseimbangan hormonal sering terjadi pada bagian anterior gigi dan biasanya pada anak-anak usia 11-14 tahun.
Terapi :
1. Menghilangkan faktor lokal 2. peningkatan OH
3. restorasi karies yang mengiritasi
4. bila tidak ada faktor lokal dapat dilakukan tindakan bedah
Faktor faktor yang memperburuk :
Penggunaan alat orthodonsi (plat yang menekan dan alat cekat yang bisa menyebabkan penimbunan plak).
Pencegahan :
Peningkatan OH (Oral Hygiene) Kontrol secara teratur
o gingivitis karena menstruasi o gingivitis pregnancy
b. yang berhubungan dengan kelainan darah o gingivitis karena leukemia
o gingivitis karena diabetes mellitus
Manifestasi kliniknya adalah gigi terasa goyang pada semua gigi pasien.
3. Gingivitis yang berhubungan dengan obatan – obatan gingival enlargement
gingivitis karena oral kontrasepsi
4. Gingivitis yang berhubungan dengan malnutrisi gingivitis karena kekurangan vitamin c
- Berkaitan dengan kekurangan vitamin C. - Terbatas pada marginal dan papila
- perdarahan pada gusi
Jenis lain dari gingivitis : Simple Gingivitis
a. Gingivitis Erupsi.
Definisi : Keradangan gusi yang disebabkan adanya proses erupsi gigi pada anak –anak. Ini berkaitan dengan kesulitan erupsi yang menyebabkan adanya pengumpulan plak.
Klinis :
- keradangan sekitar gigi yang akan erupsi - rasa sakit
- sering terjadi pada anak 6-7 tahun. Penyebab :
- kesulitan erupsi gigi permanen karena posisi
- Faktor lokal - Debris, plak Terapi :
Ringan : Peningkatan OH. (Oral Hygiene) Berat : Antibiotik.
b. Gingivitis karena OH jelek. c. Alergi.
B. Periodontal disease
Adalah sekelompok lesi yang terjadi pada jaringan sekitar gigi yang mendukung keberadaan gigi dalam socket.
Macam-macam periodontal disease : 1. Periodontitis
Periodontitis adalah penyakit inflamasi jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Macam-macam periodontitis : b. Periodontitis akut
c. Periodontitis kronik
Periodontitis kronik adalah infeksi persisten plak bakteri di cervik gigi bersamaan dengan rusaknya membrane periodontal dan tulang alveolar.
Manifestasi klinis :
Keluhan berupa perdarahan gusi yang biasanya dimulai dengan perubahan warna gusi menjadi kehitaman dan terdapatnya plak.Gingiva menjadi lebih lunak dan halus.Penekanan sedikit saja menimbulkan perdarahan.
Macam – macam periodontitis : a. Juvenille periodontitia
Adalah Gangguan respon jaringan periodontal terhadap bakteri tertentu pada sulkus gingiva. (actinobacillus actinomycotans)
Klinis :
- Bone Loss sekitar I dan M permanen - Infeksi pada sulkus gingiva
- Terjadi perdarahan (probing) Terapi :
a. Khemoterapi :
Pemberian antibiotik dalam jangka waktu yang lama, diikuti dengan pemeriksaan lab, untuk melihat kuman yang ada.
b. Mekhanoterapi : - Scalling, kurretase - Periodontal surgery - Pencabutan gigi - Perawatan ortho.
Diperlukan kontrol secara teratur untuk mencegah kekambuhan
b. Adult periodontitis
c. Early onset periodontitis
Pericoronitis
Adalah eradangan yang terjadi dimana operculum menghalangi erupsi gigi.Proses akut disebabkan :
Sisa makanan Trauma
Klinis :
- Sakit, operculum membesar - Pergerakan rahang terbatas
- Bau nafas tak sedap karena OH jelek Terapi :
Pemberian obat –obatan untuk menghilangkan radang Pencabutan gigi bila tidak berfungsi untuk menghindari
kekambuhan.
Perawatan paliatif : Irigasi, Membebaskan oklusi, Kumur-kumur.
Definisi :
Infeksi akut pada gingiva yang disebabkan oleh bakteri borrelia vincentii.Atau suatu infeksi bakteri yang khas mengenai papilla dan tepi gingiva.Sering terjadi pada orang dewasa muda decade dua.
Etiologi
Bakteri penyebab adalah Bacillus fusiform dan Borellia vincentii.Bakteri Gram (-), anaerob = Porphyromonas Gingivalis, Veillonella sp, Selonomonas sp. (Hasman & Murray dalam Welbury, 2001)
Faktor predisposisi adalah kebersihan yang buruk sehingga terjadi penimbunan makanan dan karang gigi, merokok, emosi, stress, kelelahan fisik, serta penyakit kelainan darah.
Manifestasi klinisnya antara lain terdapat rasa sakit akut pada gingiva yang menyeluruh, keluhan perdarahan gingiva, hilangnya pengecapan dan bau mulut, dan adanya gejala sistemik seperti sakit kepala, demam, limfodenopati. Pada gingiva terlihat nekrosis yang menyeluruh atau lokal, terdapat pseudomembran, hilangnya papil interdental, jaringan mudah sekali berdarah, dan bagian mukosa mulut lain yang menempel pada gingiva, dimana lesi terdapat juga akan terkena sehingga timbul ulkus datar, multiple, dan teratur sebagai abkatch ulcera.
Klinis :
Terjadi pada anak usia 6-12 tahun Radang pada gusi
Sakit
Perdarahan pada gusi
Nafas tidak sedap karena adanya akumulasi plak dan jaringan nekrotik
Demam
Pembengkakan pada interdental dan adanya pseudomembran pada marginal gingiva.
Terapi :
o Lokal
- Pengambilan jaringan nekrotik - Peningkatan OH
- Irigasi dan kumur dengan chlorhexidine o Sistemik
- Pemberian antibiotic Macam – macam ANUG :
a. Necrotizing Ulcerative Gingivitis b. Necrotizing Ulcerative Periodontitis
Lesi periodontal ini ditandai dengan nyeri tulang dalam yang menyeluruh, eritema yang signifikan yang sering dikaitkan dengan perdarahan spontan, dan destruksi cepat dan progresif dari perlekatan periodontal dan tulang.Destruksi bersifat progresif
dan dapat menyebabkan hilangnya seluruh prosesus alveolaris di daerah yang terlibat.Ini adalah lesi yang sangat sakit dan dapat mempengaruhi asupan makanan oral, sehingga berat badan turun secara signifikan dan cepat.Pasien juga memiliki halitosis parah.Karena mikroflora periodontal tidak berbeda dari yang terlihat pada pasien sehat, lesi mungkin merupakan hasil dari respon kekebalan tubuh yang berubah pada infeksi HIV.Lebih dari 95% pasien dengan NUP memiliki jumlah limfosit CD4 kurang dari 200/mm 3. Pengobatan terdiri dari obat kumur yang mengandung klorheksidin glukonat 0,12% dua kali sehari, metronidazol (250 mg per oral empat kali sehari selama 10 hari), dan debridemen periodontal, yang dilakukan setelah terapi antibiotik lebih dahulu.
Kelainan Periodontal a. Hiperplasia gingival b. Atrofi gingiva
a. Hiperplasia Gingiva
Adalah salah satu bentuk perubahan dari gingiva mengalami hyperplasia.Pengertian hyperplasia adalah bertambah besarnya jaringan karena terjadinya proliferasi dari sel – sel jaringan.
Macam – macam tipenya : - Tipe radang
- Tipe fibrosa
akibat proses bukan radang
- Kombinasi tipe radang dan tipe fibrosa - Tipe sistemik
akibat suatu penyakit atau kondisi sistemik - Tipe neoplasma
akibat proses neoplasia atai suatu keganasan - Tipe semu
akibat proses pertumbuhan tulang alveolar gigi yang terletak dibawah gingiva
Faktor – faktor penyebab : 1. Lokal
o plak dan kalkulus
o malposisi gigi (crowded)
o sikat gigi dengan tehnik yang salah o maloklusi
o bernafas dengan mulut o retensi makanan
2. Sistemik 3. Hormonal 4. Nutrisi
5. Herediter atau genetic 6. Obat – obatan
Gejala klinis :
Terlihat gusi membengkak dan mempunyai sifat karakteristik masing – masing berbeda, menurut :
- lokasi tumbuh - bentuk permukaan
- warna - konsistensi - keluhan pasien
Bahan pertimbangan perawatan : - prognosa gigi yang terlibat - faktor penyebab
BAB IV
Jaringan lunak mulut dan kelainannya
Rongga mulut diliputi oleh membran mukosa atau selaput lender yang terdiri dari suatu lapisan epitel yang selalu dibasahi oleh lendir, dan dibawahnya terdapat jaringan penyambung yang disebut lamina propia.
Rongga mulut terbagi atas 2, yaitu : 1. Vestibulum oris
Ruangan yang dibatasi pada satu sisi oleh pipi dan bibir dan pada sisi yang lain gingiva dan gigi.
2. Cavum oris proprium
Ruangan yang dibatasi oleh, bagian atas oleh palatum, bagian bawah oleh lidah dan dasar rongga mulut, bagian depan oleh gingiva dan gigi, bagian belakang oleh isthmus faucium, bagian lateral oleh gingiva dan gigi.
Bagian – bagian didalam rongga mulut : 1. Bibir
Bagian depan rongga mulut yang ditutupi oleh 2 lipatan kulit. Rangka utama bibit terdiri dari otot bercorak yang letaknya kira – kira di tengah bibir.
2. Pipi
Sebelah dalam dibatasi oleh membran mukosa dengan epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Disini tidak terjadi absorbs, sel – sel pada permukaan epitel dibawahnya, pipi terdiri dari kulit, jaringan ikat, lemak, dan selaput lendir.
Susunan Epitel Mukosa Pipi
Struktur Histologis Mukosa Rongga Mulut: o Epitel Rongga Mulut
Sel-sel yang ada di epitel rongga mulut:
Melanositmemproduksi melanin, berkontribusi terhadap warna di epitel oral.
Langerhanssel dendritik yang ada di lapisan basal. Dapat bergerak bebas di epitel dan mempunyai fungsi imunologis.
Merkelàmempunyai granul yang membebaskan transmitter ke pertautan yang mirip sinaps antara merkel dan serat saraf yang kemudian menstimulasi impuls.
Sel inflamasilimfosit, leukosit, dan mast Lamina Propia
1. Serabut
Serabut kolagen (collagen fibers)
Struktur tersusun tiga dimensi yang menentukan:
stabilitas mekanik
mempertahankan bentuk dan ekstensibilitas jaringan
Serabut elastik (elastic fibres) jumlah sedikit
Serabut retikulin (reticulin fibres) mengikat serabut kolagen
dominan pada membrana basalis
Sistem serabut berada dalam substansi dasar (matriks), yang terdiri dari:
a. Kompleks karbohidrat-protein
b. Fibroblasàsel yang bertanggung jawab pada sekresi serabut dan matriks.
2. Saraf, pembuluh darah, dan pembuluh limfe
Submukosa
o Mengandung kelenjar liur - Kel. Parotis
- Kel Submandibularis - Kel Sublingualis o Pembuluh darah
o Syaraf
Struktur Histologis Epitel Gepeng Berkeratin: Lapisan Basal
Lapisan Spinosum Lapisan Granulosum Lapisan Korneum
Struktur Histologis Epitel Gepeng Tak Berkeratin: Lapisan Basal Lapisan Germinativum Lapisan Intermedium Lapisan Permukaan 3. Lidah
Dapat dibedakan menjadi : a. Muskuli ekstrinsik
b. Muskuli intrinsik 4. Papilla
Pada manusia ditemukan 3 jenis papilla : a. Papilla filiformis ( fillum = benang )
- merupakan tonjolan epitel
- bentuknya langsung dan runcing seperti benang sehingga memberikan gambaran filli
- kadang – kadang pada ujung papilla terdapat lapisan tanduk yang pada manusia tidak nyata
- papilla ini adalah yang paling banyak pada lidah dan tersusun sejajar dengan sulkus terminalis
b. Papilla fungiformis ( fungi = jamur )
- bentuknya seperti jamur, dengan bagian atas yang bulat lebih besar daripada bagian bawahnya
- jumlahnya lebih sedikit dari papilla filiformis dan letaknya tersebar terutama pada apex lidah
- pada lapisan epitel diatas papilla sering terdapat taste bud atau alat pengecapan
c. Papilla circumvalata
- jumlanya 7-12 buah, terletak sepanjang sulkus terminalis
- pada papilla ini letaknya terbenam dimana dasarnya lebih rendah dari permukaan lidah, sedangkan papilla lain menonjol dari permukaan lidah
- pada bagian lateral papilla terdapat taste bud atau alat pengecapan
5. Kelenjar saliva
Kelenjar saliva atau kelenjar liur terbagi 2, yaitu : Kelenjar Liur Mayor:
o Kelenjar Parotis
Merupakan kelenjar saliva terbesar.Letaknya berpasangan: Ventrokaudal telinga, di posterior ramus mandibula, di bagian superior permukaan m. Masseter.Terdiri dari kumpulan lobus berbentuk buah anggur yg mengeluarkan sekret ke dalam rongga mulut.Tertutup oleh fascia parotidea sebagai lapisa luar fascia coli superfisialis.Pada pinggir ventral keluar saluran keluar kelenjar yg disebut Duktus Parotidikus Stenonianus yang menembus fascia parotis masseterica dan menembus m. Buccinatorius, kemudian bermuara pada papilla salivaria buccinatoria setinggi gigi molar dua maxilla di dalam vestibulum oris.Sejajar dengan duktus, berjalan arteri dan vena transversa facii.Dari pinggir ventral berjalan N. VII dengan cabang-cabangnya: Ke cranialàr. zygomaticus, ke ventralàr. buccalis, dank e
ventrokaudalàr. mandibularis.Dikelilingi jaringan fibrosa yg keras.
Di dalam kelenjar terdapat juga arteri carotis eksterna dan a. retromandibular.Mempunyai tiga permukaan: Superfisial, anteromedial yang berhubungan dengan mandibula, dan posterolateral yang berhubungan dengan M. Sternocleidomastoideus.Saliva yang dihasilkan bersifat serosa, tidak terdapat mucous sama sekali kecuali pada saat lahir.
o Kelenjar Submandibularis
Terletak di trigonum submandibula.Menghasilkan 60-65% total volume saliva.Kombinasi saliva: 80% serosa,20% mucus.Letak saluran mukus berada di tengah-tengah dan lebih dalam dibandingkan serosa.Terletak pada dasar mulut di bawah corpus mandibula.Saluran bermuara melalui satu atau tiga lubang berbentuk papil-papil kecil di samping frenulum labialis (Caruncula sublingualis).Menempati sebagian besar ruang mandibula.Terletak dalam cekungan antara mandibula dan kedua venter M. digastricus anterior.Meluas ke kanan bawah menuju m.mylohyoideus, m.gyoglossus, dan m.styloglossus.Fungsi sekretomotorik diatur oleh serabut saraf parasimpatik.Vaskkularisasinya oleh a. lingualis dan a. fasialis.
Kelenjar liur mayor terkecil.Menghasilkan hanya 10% dari total volume saliva.Menghasilkan lebih banyak mucus daripada serosa, sehingga disebut Kelenjar Mucoserosa).Ukurannya kurang lebih ½ kelenjar submandibularis.Sempit, datar, dan seperti almond.Berat 3-4 gram dengan panjang 3-4cm.Terletak pada dasar mulut, di bawah lidah.Letaknya memanjang mengarah ke anteroposterior.Kelenjar sublingualis sisi kiri dan kanan bertemu di anterior.Membentuk massa seperti tapal kuda yang mengelilingi dasar lidah.Membentuk suatu lipatan selaput lendir yaitu Plica Sublingualis dan bermuara pada duktus sublingualis minor (Duktus Rivini).Bagian dorsalnya adalah bagian akhir galndula submandibularis (Duktus Whartoni).Vaskularisasi: a. lingualis dan v. jugularis externa.Inervasi: SensibleàN. lingualia, sekretomotorik(Parasympatic)à N. facialis, dan sympaticàganglion submandibularis. Mempunyai 8-10 duktus ekskretorius dengan satu atau lebih duktus bergabung membentuk duktus sublingualis yang lebih besar, yang disebut Duktus Bartholini yang terbuka sampai ke duktus submandibularis.
Kelenjar Liur Minor : o Kelenjar Labialis
Terletak antara bibir atas dan bawah dengan m. orbicularis oris.Mengeluarkan mukosa dari duktus2 kecil yang langsung menuju mukosa bibir.
o Kelenjar Lingualis
Terletak antara m. orbicularis oris dan m,buccinators.Mengeluarkan mukosa melalui duktus yang kecil di bagian kaudal.
o Kelenjar Buccalis
Sama dengan kelenjar labialis, juga antara vestibulum oris bagian bukal dan M. buccinatorius.Mengeluarkan mucus melalui duktus yang kecil di bagian bukal.
o Kelenjar Palatina
Berada pada palatum durum dan palatum molle bagian posterior dan lateral.Merupakan kelenjar mucus.
Gambaran Histologi Kelenjar Liur • Kelenjar Liur
- Kelenjar parotis
Sekretnya serosa, merupakan kelenjar liur terbesar yang terletak pada bagian anterior telinga.
- Kelenjar submandibularis
Sekretnya sero-mukosa, terletak pada bagian bawah mandibula.
- Kelenjar sublingualis
Sekretnya muko-serous, merupakan kelenjar liur terkecil yang terdapat di bawah lidah.
Tipe Sekret:
Kelenjar Mukosa
- Bersifat kental.
- Bentuk sel kelenjarnya pyramidal.
- Bagian puncaknya berisi tetes-tetes bahan musinogen dan premusin.
- Sebagai bahan pembentuk lendir.
- Inti sel berbentuk gepeng terdesak di daerah basal. - Diantara kelenjar-kelenjar yang termasuk jenis ini,
ada yang berbentuk uniseluler yaitu sel piala. Kelenjar Serosa
- Kelenjar ini menghasilkan sekretnya yang encer jernih yang berbentuk sebagai albumin dan kadang-kadang mengandung enzim.
- Sel-sel serosa juga berbentuk bulat yang terletak agak di tengah.
- Butir-butir sekretorius bersifat asidofil. - Contohnya pada kelenjar parotis. Kelenjar Campuran
- Kelenjar yang merupakan campuran serosa dan mukosa.
- Kadang, sel-sel mukosa terdesak oleh sel serosa sehingga membentuk gambaran sebagai bulan sabit yang dinamakan Demiluna gianuzzi.
Fungsi Saliva, antra lain :
Melindungi permukaan mukosa mulut dan gigi. Sebagai pelumas.
Pengaturan kandungan air.
Pengeluaran virus dan produk metabolism bakteri. Pencernaan makanan dan kesadaran pengecap. Membantu proses pengunyahan dan penelanan.
Diferensiasi dan pertumbuhan sel kulit, epitel, dan saraf. Membantu system fonetik (bicara).
Menjaga kebersihan mulut/cleansing.
Membantu proses remineralisasi/mencegah terjadinya karies. Efek buffermenjaga keseimbangan pH.
Memelihara integritas mukosa.
Mekanisme Sekresi Saliva :
Sel asinus mensekresi sekresi primer yg mengandung ptialin dan musin dalam larutan ion dengan konsentrasi yang tidak jauh berbeda dari yang disekresikan dalam cairan ekstraselular khusus. Sewaktu sekresi primer mengalir melalui duktus,terjadi dua transpor aktif utama yang memodifikasi komposisi ion saliva secara nyata.
Ion-ion natrium secara aktif direabsorbsi dari semua duktus salivarius, dan ion kalium disekresi secara aktif sebagai pengganti natrium. Oleh karena itu natrium dari saliva sangat berkurang, sedangkan konsentrasi ion kalium meningkat. Akan
tetapi, ada kelebihan reabsorbsi ion natrium yang melebihi sekresi ion kalium, dan ini menghasilkan negativitas sekitar 70 mV di dalam duktus salivarius. Keadaan ini kemudian menyebabkan konsentrasi ion klorida turun menjadi sangat rendah,menyesuaikan penurunan pada konsentrasi ion natrium. Ion-ion bikarbonat disekresi oleh epitel duktus ke dalam lumen duktus. Hal ini disebabkan pertukaran ion bikarbonat dengan klorida sebagai hasil proses sekresi aktif.
Hasil akhir dari proses transpor ini pd kondisi istirahat,konsentrasi masing-masing natrium dan klorida dalam saliva hanya sekitar 15mEq/L, sekitar 1/7 – 1/10 konsentrasinya dalam plasma. Sebaliknya, konsentrasi kalium sekitar 30 mEq/L, tujuh kali lebih besar dari konsentrasinya dalam plasma, dan konsentrasi bikarbonat antara 50 – 70 mEq/L, sekitar 2-3 kali lebih besar dari konsentrasinya dalam plasma. Selama salivasi maksimal, konsentrasi ionik saliva berubah karena kecepatan pembentukan sekresi primer oleh sel asini dan meningkat sebesar 20 kali lipat. Akibatnya, sekresi asinar akan mengalir melalui duktus dengan cepat sehingga pembaruan sekresi duktus menurun. Akibatnya, bila saliva disekresi dalam jumlah sangat banyak konsentrasi natrium klorida akan meningkat sekitar ½ sampai 2/3 konsentrasi dalam plasma, sedangkan konsentrasi kalium turun hanya empat kali konsentrasi dalam plasma.
Pada keadaan kelebihan sekresi aldosteron, reabsorbsi natrium dan klorida serta sekresi kalium akan sangat meningkat sehingga konsentrasi natrium klorida di dalam saliva kadang-kadang menurum hampir sampai nol. Sementara konsentrasi kalium meningkat bahkan melebihi tujuh kali kadar kalium
plasma normal. Akibat konsentrasi kalium yang tinggi dalam saliva, pada keadaan abnormal apa pun di mana saliva dikeluarkan ke bagian luar tubuh untuk waktu yang lama, seseorang dapat menderita kekurangan ion kalium yang serius dalam tubuh. Pada keadaan tertentu akan mengakibatkan terjadinya hipokalemia yang serius dan paralisis.
Saliva terdiri atas : - air
- garam-garam - enzim ptyalin - maltose
6. Palatum
Ada 2 jenis palatum, yaitu : - Palatum durum
Atap rongga mulut merupakan suatu langit-langit yang keras karena adanya tulang.Fungsinya untuk tumpuan lidah waktu mengaduk makanan.Permukaan ini dilapisi oleh epitel berlapis gepeng yang kadang-kadang mempunyai lapisan tanduk.Lamina propia melekat erat pada periosteum tulang, sehingga mukosa tidak mudah digerakkan dari dasarnya.Juga ditemukan kelenjar-kelenjar liur didalamnya.
- Palatum molle
Palatum durum melanjutkan diri kea rah posterior menjadi palatum molle. Fungsinya menutupi nasopharing dalam proses menelan dengan cara bergerak ke atas. Palatum molle terdiri dari otot bercorak dan jaringan pengikat yang kuat yang disebut APONEUROSIS.
Kelainan – kelainan pada jaringan lunak mulut : 1. Kelainan atau penyakit pada bibir
a. Cheilitis
Cheilitis adalah infeksi yang mengenai salah satu atau kedua sudut bibir. Penyebabnya antara lain :
o candida albican
o defisiensi nutrisi tertentu, defisiensi Fe
defisiensi vitamin B defisiensi asam folat
o demensi vertical gigi tiruan yang tidak tepat
Tandanya terbentuknya fissure yang berwarna merah, terpusat pada sudut bibir saja, bisa disertai ulkus yang ditutupi oleh lapisan pseudomembran.
Terapi menghilangkan penyebab dengan memberikan obat anti jamur atau pemberian vitamin.
b. Cheilitis ekspoliatif
Cheilitis ekspoliatif adalah kelainan atopik pada bibir yang terjadi karena kontak dengan agent tertentu, infeksi mikroorganisme, efek samping pengobatan.
Tanda berupa krusta pada bibir dengan kulit wajah ( vermillion border ), tampak gambaran keradangan ringan, tidak memiliki keluhan nyeri atau sakit.
- menghilangkan etiologinya dengan pemberian vitamin
- lip ointment atau borax atau vaselin c. Celah bibir
Celah bibir merupakan cacat bawaan berupa celah bibir atau labiochisis dapat terjadi bilateral atau unilateral, hal ini terjadi akibat kegagalan penyatuan antara prosessus nasalis dan prosessu maksilaris pada embrio saat trimester pertama.
2. Kelainan atau penyakit pada lidah dan dasar mulut a. Glositis
Glositis adalah peradangan pada lidah yang ditandai dengan deskuamasi papilla filliformis sehingga menghasilkan daerah kemerahan yang mengkilat.
Penyebabnya antara lain : defisiensi Fe, vitamin B komplek, chron disease.
Tanda : dorsum lidah tampak merah menyala, pasien merasakan sensasi terbakar, perih, sakit, panas.
b. Lidah geografik
- Adalah gambaran pola seperti peta pada permukaan dorsum lidah.
- Sering dijumpai pada wanita - Etiologi : tidak diketahui
- Menurut BURKET oleh karena infeksi fungi dan bakteri - Lapisan keratin papilla mengalami desquamasi dan
inflamasi dari korium.
- Terjadi pewarnaan merah halus dan dibatasi oleh papilla filiformis pada dorsum lidah.
- Terapi : meningkatkan kebersihan mulut dan gigi c. Median rhomboid glositis
- Berupa persistensi tonjolan di median posterior lidah akibat kegagalan fungsi tuberkulum impar pada masa embrio.
d. Hipertrofi papilla lidah
- Adalah peradangan akibat iritasi kronis atau infeksi. Etiologi :
perokok berat alcohol
makanan panas friksi mekanis
- Tanda berupa lidah tampak kemerahan, papilla memanjang, pasien merasa tidak nyaman, rasa terbakar.
e. Hairy tongue
White Hairy Tongue
o Terjadi pembesaran papilla filiformis dan adanya desquamasi papilla filiformis.
o Misalnya : Pada Px. Yang mengalami demam, apabila demam menurun penyakit sembuh dengan sendirinya.
Black Hairy Tongue
o Pemanjangan papilla filiformis pada 1/3 panjang lidah
o Jarang terjadi pada anak-anak.
o Pada remaja sering terjadi oleh karena pemakaian antibiotik secara sistemik. o Bersifat asimtomatik (sembuh dengan
sendirinya). f. Atrofi papilla lidah
- Adalah mengilangnya papilla lidah yang disebabkan oleh kebiasaan membersihkan lidah atau sebab mekanis lainnya, seperti trauma tepi tambalan, gigi tiruan, alat orthodontic, gigi tajam, atau karena
hipersensitif obat-obat gigi seperti chkm, tkf, defisiensi besi, vitamin B komplek, menyebabkan atrisi pada papilla filliformis.
g. Fissure Tongue
- Jarang terdapat pada anak.
- Terdapat pada dorsum lidah, simetris memanjang. - menurut robinson hal ini terjadi oleh karena defisiensi
Vit. B Compleks.
- sering timbul inflamasi. - Permukaan lidah tidak licin h. Glosodinia
adalah paerasaan terbakar atau panas pada lidah ( burning mouth sindrom )
i. Glosopirosis
adalah Pasien merasa terbakar pada lidah dan sering terjadi pada pasien diatas 50 tahun.
j. Angkiloglosia
akan terjadi gangguan gerakan dan bicara. Frenulum Lingua Pendek, antara ujung lidah dan dasar mulut . k. Makroglosia
- Ukuran lidah lebih besar dari normal, biasanya kongenital.
- Sebab lain oleh karena alergi, trauma dan ini bersifat sementara.
- Sering pada anak kretinisme dan anak-anak pada type mongol.
- terjadi kelainan klass III.
- Pada keadaan ini biasanya pertumbuhan tulang rahang terganggu
- Perawatan : Tergantung etiologi l. Mikroglosia
3. Kelenjar Ludah a. Sialolitiasis
adalah terbentuknya batu dalam saluran kelenjar ludah sehingga menghambat aliran ludah.
b. kista kelenjar ludah c. Mukokel kelenjar ludah
Adalah lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibatkan oleh pecahnya saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin ke jaringan lunak di sekitarnya.
Mucocele bukan kista, karena tidak dibatasi oleh sel epitel.
Paling sering terjadi pada bibir bawah (60% pada seluruh kasus), dan dapat terjadi juga di
mukosa bukal, anterior lidah, dan dasar mulut. Mucocele jarang terjadi pada bibir atas, palatum (langitlangit)
lunak.
Penyebab
Umumnya disebabkan oleh trauma lokal, misalnya bibir yang sering tergigit pada saat sedang makan.
Atau dapat juga disebabkan karena adanya penyumbatan pada duktus (saluran) kelenjar liur minor.
Gambaran Klinis :
Pembengkakan yang berbentuk kubah, dengan diameter 1-2 mm hingga lebih. Mucocele paling sering
terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda, namun dapat terjadi di segala usia termasuk bayi yang
baru lahir dan orang lansia. Permukaan mukosa dapat terlihat kebiruan dan translusen. Ciri khas lesi
ini adalah fluctuant, namun pada beberapa kasus mucocele dapat terasa keras saat dipalpasi.
Mucocele dapat hilang timbul, yang kadang-kadang pecah sehingga cairannya keluar. Biasanya
mucocele tidak disertai rasa sakit. Perawatan:
Mucocele adalah lesi yang tidak berumur panjang, bervariasi dari beberapa hari hingga beberapa
minggu, dan dapat hilang dengan sendirinya. Namun banyak juga lesi yang sifatnya kronik dan
membutuhkan pembedahan eksisi. Pada saat dieksisi, dokter gigi sebaiknya mengangkat semua
kelenjar liur minor yang berdekatan, dan dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk menegaskan
diagnosa dan menentukan apakah ada kemungkinan tumor kelenjar liur. Selain dengan pembedahan, mucocele juga dapat diangkat dengan laser. d. Xerostomia
Xerostomia bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu gejala/simptom yang merupakan penurunan produksi saliva di dalam mulut akibat produksi kelenjar
ludah yang berkurang.Gangguan produksi kelenjar ludah tersebut dapat diakibatkan oleh gangguan / penyakit pada pusat ludah, syaraf pembawa rangsang ludah ataupun oleh perubahan komposisi faali elektrolit ludah.
Gangguan tersebut diatas dapat terjadi oleh karena rasa takut / cemas, depresi, tumor otak, obat-obatan tertentu, penyakit kencing manis, penyakit ginjal dan penyakit radang selaput otak.
Penyebab Mulut Kering, Mulut kering dapat disebabkan oleh berbagai factor seperti penyakit, obat-obatan, posisi pasien, kebiasaan tidur, dan kondisi mental(stress dan depresi). Keadaan-keadaan fisiologis seperti berolahraga, berbicara terlalu lama, bernafas melalui mulut, stress dapat menyebabkan keluhan mulut kering (Haskell dan Gayford,1990; Sonis dkk,1995).
Penyebab yang paling penting diketahui adalah adanya gangguan pada kelenjar saliva yang dapat
menyebabkan penurunan produksi saliva, seperti radiasi pada daerah leher dan kepala, penyakit lokal pada
kelenjar saliva dan lain-lain (AI-Saif,1991; Haskell dan Gayford, 1990; Glass dkk,1984; Amerongan, 1991; Sonis dkk,1995).
faktor-faktor yang berperan sebagai penyebab timbulnya keluhan mulut kering.
Radiasi pada daerah leher dan kepala Gangguan !okal pada kelenjar saliva Efek samping obat-obatan
Demam, diare, diabetes, gagal ginjal Berolahraga, stress
Bernafas melalui mulut Kelainan syaraf
Usia
Radiasi Dada daerah leher dan kepala.
Terapi radiasi pada daerah leher dan kepala untuk perawatan kanker telah terbukti dapat mengakibatkan rusaknya struktur kelenjar saliva dengan berbagai derajat kerusakan pada kelenjar saliva yang terkena radioterapi. Hal ini ditunjukkan dengan berkurangnya volume saliva (AI-Saif, 1991; Glass dkk,1980; Amerongan, 1991; Sonis dkk,1995).
Jumlah dan keparahan kerusakan jaringan kelenjar saliva tergantung pada dosis dan lamanya penyinaran (Amerongan, 1991).
Hubungan antara dosis penyinaran dan sekresi saliva (Amerongan, 1991).
Dosis gejala
< 10 Gray Reduksi tidak tetap sekresi saliva
10 -15 Gray Hiposialia yang jelas dapat ditunjukkan
15 -40 Gray Reduksi masih terus berlangsung, reversibel > 40 Gray Perusakan irreversibel jaringan kelenjar
Hiposialia irreversibel
Pengaruh radiasi lebih banyak mengenai sel asini dari kelenjar saliva serous dibandingkan dengan kelenjar saliva mukus (AI-Saif, 1991; Regezi dan Sciubba,1995; Amerongan, 1991).
Tingkat perubahan kelenjar saliva setelah radiasi yaitu: untuk beberapa hari, terjadi radang kelenjar saliva, setelah satu minggu terjadi penyusutan parenkim
sehingga terjadi pengecilan kelenjar saliva dan penyumbatan (Lukman, 1992).
Selain berkurangnya volume saliva, terjadi
perubahan lainnya pada saliva, dimana viskositas menjadi lebih kental dan lengket, pH menjadi turun dan sekresi Ig A berkurang (Amerongan, 1991; Sonis dkk,1995; Rege7:i dan Sciubba,1995).
Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan kecepatan sekresi saliva menjadi normal kembali tergantung pada individu dan dosis radiasi yang telah diterima (AI-Sa if, 1991; Kidd dan Bechal,1992).
Gangguan pada kelenjar saliva.
Ada beberapa penyakit lokal tertentu yang mempengaruhi kelenjar saliva dan menyebabkan
berkurangnya aliran saliva.Sialodenitis kronis lebih umum mempengaruhi kelenjar submandibula dan
parotis.Penyakit ini menyebabkan degenerasi dari sel asini dan penyumbatan duktus (AI-Sa if, 1991).
Kista-kista dan tumor kelenjar saliva, baik yang jinak maupun ganas dapat menyebabkan penekanan pada struktur-struktur duktus dari kelenjar saliva dan dengan demikian mempengaruhi sekresi saliva (AI-Sa if, 1991; Kidd dan Bechal,1992).
Sindrom Sjogren merupakan penyakit autoimun jaringan ikat yang dapat mempengaruhi kelenjar airmata dan kelenjar saliva. Sel-sel asini kelenjar saliva rusak karena infiltrasi limfosit sehingga sekresinya berkurang (AI-Saif, 1991; Kidd dan Bechal,1992; Haskell dan Gayford,1990; Sonis dkk, 1995).
Kesehatan umum yang terganggu.
Pada orang-orang yang menderita penyakit-penyakit yang menimbulkan dehidrasi seperti demam, diare yang terlalu lama,diabetes, gagal ginjal kronis dan keadaan sistemik lainnya dapat mengalami pengurangan aliran saliva (AI- Saif,1991; Amerongan, 1991).
Hal ini disebabkan karena adanya gangguan dalam pengaturan air dan elektralit, yang diikuti dengan terjadinya keseimbangan air yang negatif yang
menyebabkan turunnya sekresi saliva (Amerongan, 1991).
Pada penderita diabetes, berkurangnya saliva dipengaruhi oleh faktor angiopati dan neuropati diabetik, perubahan pada kelenjar parotis dan karena poliuria yang berat (Scully dan Cawsan,1993; Sidabutar dkk 1992).