PMA-RUPIAH
2.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
a. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Perkapita
Berdasarkan pengeluaran ratarata konsumsi Rumah Tangga perkapita perbulan di Provinsi Sulawesi Tengah, maka selama Tahun 20082010 rata rata pengeluaran konsumsi Rumah Tangga perkapita sebulan cenderung meningkat setiap tahunnya, dimana pada Tahun 2008 nilai pengeluaran ratarata konsumsi rumah tangga perkapita untuk Sub Golongan Makanan sebesar Rp. 174.351, meningkat menjadi Rp. 197.179, pada Tahun 2009, dan pada Tahun 2010 meningkat menjadi Rp. 234.957,. Ratarata konsumsi tiga besar tertinggi berada di kelompok barang padipadian, kemudian menyusul makanan dan minuman jadi, serta kelompok barang Tembakau dan sirih, sedangkan konsumsi terendah berada di kelompok barang makanan kacangkacangan dan daging. Tabel 2.28 Pengeluaran RataRata perkapita sebulan untuk sub Golongan Makanan di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 20082010 (Rp) Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka Tahun 2011. b. Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan petani dari waktu ke waktu dan diharapkan bahwa petani mengalami surplus (pendapatan melebihi pengeluaran=NTP>100). NTP diperoleh dari hasil perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib) dan nilai NTP dinyatakan dalam bentuk persentase.
Selama periode Tahun 20062010, perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) cenderung mengalami kenaikan kecuali pada Tahun 2010, dimana pada Tahun 2006 NTP sebesar 91,75 persen meningkat menjadi 97,59 persen pada Tahun 2007, Tahun 2008 meningkat menjadi 98,03 persen, dan Tahun 2009 meningkat menjadi 98,88 persen, Tahun 2010 mengalami penurunan hingga menjadi 97,63 persen. Dengan demikian selama lima tahun terakhir terjadi peningkatan Nilai Tukar Petani sebesar 3,69 poin. Gambar 2.36 Trend Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 20062010 Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka Tahun 2011. Selama Tahun 20062010 ratarata nilai indeks yang diterima petani (It) relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai indeks yang dibayarkan petani (Ib), kecuali pada Tahun 2008 dimana nilai indeks yang diterima petani relatif tinggi dibandingkan dengan nilai indeks yang dibayarkan petani.
Tabel 2.29
Indeks Yang Diterima Petani, Indeks Yang Dibayarkan Petani dan Nilai Tukar Petani Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 20062010
No. Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
1. Indeks Yang Diterima Petani (lt) 484,40 560,80 116,85 122,13 125,25 2. Indeks Yang Dibayar Petani (lb) 527,76 582,47 115,54 123,89 128,90 3. Rasio (NTP) 91,75 96,28 101,14 98,58 97,17
Sumber : BPS Provinsi Sulteng, BRS Tahun 2011 (Data Diolah Kembali) c. Fundamental Ekonomi Daerah
Kondisi perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun terus menunjukan geliat yang semakin membaik, hal ini tercermin dari adanya kenaikan Pendapatan Nasional yang direfresentasikan melalui indikator Produk Domestik Bruto Nasional. Kenaikan PDB tersebut tidak lepas dari peran dan sumbangsih perekonomian wilayah. Kontribusi PDRB masing masing wilayah terhadap PDB nasional Tahun 2010 dapat dilihat pada gambar diagram berikut: Gambar 2.37 Diagram Peran dan Sumbangsi PDRB Wilayah Terhadap PDB Nasional Tahun 2010 Sumber: BPS RI, PDRB Provinsi Tahun 2010 (Data diolah kembali).
Gambar di atas mencerminkan bahwa, hingga Tahun 2010 kontribusi PDRB Jawa dan Bali cukup signifikat terhadap pembentukan PDB nasional dibandingkan dengan wilayah lainnya yakni sebesar 59 persen, ini mengindikasikan bahwa roda perekonomian dan konsentrasi arus perputaran uang terpusat di wilayah Jawa dan Bali. Selanjutnya menyusul wilayah Sumatera dengan kontribusi sebesar 23 persen, sedangkan Wilayah Kawasan Timur Indonesia hanya menyumbang sebesar 28 persen. Dalam konteks wilayah regional di Kawasan Timur Indonesia, wilayah regional Sulawesi hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 5 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa peran wilayah regional Sulawesi hanya bisa memainkan peran kue ekonomi nasional tersebut cukup memprihatinkan, dilain sisi potensi sumber daya alam yang terdapat di wilayah regional sulawesi cukup signifikan yang juga tidak kalah kuantitasnya dengan daerah lain.
Oleh karena itu, berdasarkan potensi ekonomi wilayah yang ada di Kawasan Timur Indonesia khususnya Sulawesi jika dimanfaatkan secara optimal tentunya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan PDB nasional, hal ini juga harus menjadi perhatian pusat untuk lebih konsentrasi memperhatikan dalam hal kebijakan dalam mengurangi disparitas wilayah.
Posisi perekonomian daerah Provinsi Sulawesi Tengah dalam kancah Kawasan Timur Indonesia (KTI) selama periode Tahun 20062010 dapat dilihat dari analisis tipologi daerah dengan menggunakan pendekatan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi dan pendapatan ratarata perkapita. Hasil perhitungan analisis tipologi daerah provinsi di wilayah Kawasan Timur Indonesia dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.38
Diagram Posisi Perekonomian Provinsi Kawasan Timur Indonesia Menurut Tipologi Daerah Tahun 20062010
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, PDRB Provinsi Tahun 2011 (Data diolah kembali).
Gambar di atas menunjukan bahwa selama periode Tahun 2006 2010, Provinsi Sulawesi Tengah bersama dengan seluruh provinsi yang ada di wilayah Regional Sulawesi (Provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Gorontalo dan Sulawesi Selatan) merupakan daerah berkembang cepat yakni memiliki pertumbuhan ekonomi di atas pertumbuhan ekonomi ratarata provinsi Kawasan Timur Indonesia, tetapi tingkat pendapatan perkapita lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan perkapita ratarata provinsi Kawasan Timur Indoensia. Sementara provinsi Papua Barat merupakan satusatunya provinsi di Kawasan Timur Indonesia yang termasuk dalam kategori daerah cepat maju dan cepat tumbuh dimana memiliki pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita diatas ratarata pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita ratarata provinsi Kawasan Timur Indonesia. Sedangkan daerah yang termasuk dalam kategori daerah maju tapi tertekan yaitu Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Papua, memiliki pendapatan perkapita di atas pendapatan perkapita ratarata provinsi Kawasan Timur Indonesia tetapi pertumbuhan ekonominya di bawah pertumbuhan ekonomi ratarata provinsi Kawasan Timur Indonesia. Sedangkan daerah yang tergolong kategori daerah relatif tertinggal yaitu Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Maluku Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Provinsi Maluku, Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Kalimantan Barat, dimana memiliki baik pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapitanya di atas pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita ratarata provinsi Kawasan Timur Indonesia.
Selanjutnya dalam konteks wilayah Sulawesi Tengah, fundamental perekonomian Sulawesi Tengah tentunya juga sangat diwarnai oleh peran dan sumbangsih perekonomian daerah kabupaten/kota. Berdasarkan tipologi daerah, posisi perekonomian kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tengah selama Tahun 20052009 disajikan dalam gambar berikut: Gambar 2.39 Diagram Posisi Perekonomian Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah Menurut Tipologi Daerah Tahun 20052009 Sumber: BPS Provinsi Sulteng, PDRB Kabupaten/Kota Tahun 2010 (Data diolah kembali)
Gambar di atas menunjukan bahwa selama periode Tahun 2005 2009, satusatunya daerah yang termasuk dalam kategori daerah cepat maju dan cepat tumbuh yaitu Kabupaten Morowali, memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita di atas ratarata pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita ratarata Sulawesi Tengah.
Selanjutnya daerah yang tergolong daerah maju tapi tertekan yaitu Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Tolitoli, Kabupaten Sigi dan Kota Palu, dimana memiliki pertumbuhan ekonomi di bawah pertumbuhan ekonomi ratarata Sulawesi Tengah. Sedangkan daerah yang masuk dalam kategori daerah relatif tertinggal yaitu Kabupaten Tojo UnaUna, Kabupaten Banggai Kepulauan, Kabupaten Banggai, Kabupaten Donggala, Kabupaten Poso dan Kabupaten Buol, dimana memiliki baik pertumbuhan ekonomi maupun pendapatan perkapita ratarata Sulawesi Tengah.
Oleh karena itu daerah yang masuk dalam kategori terakhir yang disebutkan, tentunya perlu mendapat perhatian dalam hal kebijakan,
infrastruktur terutama jalan yang dapat membuka akses ke kantong kantong produksi.
d. Produktivitas Total Daerah
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang telah dicapai tidak lepas dari peran semua sektor lapangan usaha. Nilai produktivitas sektor ekonomi daerah yang tangguh diharapkan dapat mendukung daya saing daerah di era otonomi. Perkembangan nilai produktivitas sekto ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah selama periode Tahun 20062010 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.30
Persentase Produktivitas Sektor Lapangan Usaha di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 20062010 No. LapanganSektor
Usaha 2006 2007 2008 2009 2010 Rata- Rata 2006- 2010 1 Pertanian 2,03 2,67 2,79 3,04 3,83 2,87 2 Pertambangan 19,45 18,58 24,21 21,93 11,85 19,20 3 Industri Pengolahan 7,06 5,40 5,79 7,39 10,38 7,20 4 Listrik, Gas & Air 39,93 24,59 7,11 6,45 4,64 16,55
5 Bangunan 6,64 6,47 6,62 7,73 10,03 7,50
6 Perdag, Restoran& Hotel 2,77 3,54 3,69 4,01 5,02 3,80 7 Angkutan & Komunikasi 5,41 6,44 7,55 8,45 10,85 7,74 8 Keu, Persew & Js.Perush. 13,30 27,92 37,33 35,74 37,46 30,35
9 Jasa-Jasa 3,41 4,39 4,91 5,27 5,95 4,79
JUMLAH / P D R
B 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Provinsi Sulteng, PDRB Sulteng Tahun 2011 (Data diolah kembali).
Tabel di atas mencerminkan bahwa berdasarkan sektor lapangan usaha selama Tahun 20062010, nilai produktivitas tertinggi berada di sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan nilai produktivitas ratarata sebesar 30,35 persen pertahun. Urutan kedua adalah sektor Pertambangan dengan nilai ratarata produktivitas pertahun sebesar 19,20 persen. Menyusul sektor Listrik, Gas dan Air dengan nilai ratarata produktivitas pertahun sebesar 16,55 persen. sedangkan nilai produktivitas terendah berada di sektor Pertanian, sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel serta sektor Jasajasa dengan nilai ratarata produktivitasnya sekitar 34 persen pertahun.
Provinsi Sulawesi Tengah sebagai bagian integral dari perekonomian Indonesia, dengan demikian perkembangan ekonominya akan sangat banyak dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian nasional, karena peranan Pemerintah Pusat terhadap perekonomian daerah masih sangat besar. sebagaimana terlihat pada hasil perhitungan ShiftShare, sebagai berikut: Tabel 2.31 Hasil Perhitungan Nilai ShiftShare PDRB Provinsi Sulawesi Tengah Menurut Sektor Tahun 2004 – 2008 (Dalam Milyar Rupiah) No Sektor Ekonomi
Komponen PergeseranStruktur Ekonomi/ Pertumbuhan Indonesia (Nij) Bauran Industri (Mij) Keunggulan Kompetitif (Cij) Pertum- buhan (Dij) 1 Pertanian 1.262 -645 539 1.156 2 Pertambangan 49 -35 329 343 3 Industri Pengolahan 192 -49 42 185 4
Listrik. Gas dan Air
Bersih 21 8 -8 22
5 Bangunan 175 60 57 292
6 Perdag, Hotel dan Restoran 349 118 42 509
7
Pengangkutan dan
Komunikasi 182 345 -154 373
8 Keu, Persew & Jasa Perusah 124 31 47 202
9 Jasa-jasa 418 42 277 737
Jumlah 2.773 -125 1.172 3.821
Prosentase terhadap
pertumbuhan (Dij) 72,58 -3,27 30,69 100 Sumber: BPS Provinsi Sulteng, PDRB Sulteng Tahun 2009 (Data diolah Kembali)
Tabel di atas menunjukan bahwa, nilai Kontribusi Nasional (National
Share) terhadap perekonomian daerah Sulawesi Tengah cukup besar yaitu
sebesar 72,58 persen. kontribusi struktur ekonomi daerah terhadap perekonomian Sulawesi Tengah sangat kecil yaitu sebesar 3,27 persen, ini mengisyaratkan bahwa struktur ekonomi daerah (bauran industri yang ada) tidak sepenuhnya dapat mendukung pertumbuhan ekonomi. Sedangkan kontribusi kekhususan potensi ekonomi daerah (keunggulan kompetitif) hanya mencapai 30,69 persen. ini mengindikasikan bahwa daya dukung struktur ekonomi daerah terhadap perekonomian nasional masih sangat kecil andilnya, padahal dari sisi Sumberdaya Alam cukup mendukung di daerah ini. Untuk itu perlu adanya perbaikan dan optimalisasi penggunaan
2.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur