• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BAB 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BAB 2"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

NO KAB/KOTA APL HSA HL HP HPK HPT Perairan

1. Palu 21.114,57 5.314,47 8.264,29 - - 4.752,55 234,84 2. Donggala 182.794,51 22.011,64 183.878,60 12.272,67 30.218,79 187.442,22 3.162,06 3. Poso 199.715,78 126.939,15 134.433,95 33.058,78 28.557,89 187.888,95 38.979,16 4. Tolitoli 132.834,62 31.841 38.327,33 51.743,26 3.149,36 86.728,25 779,32 5. Banggai 284.073,65 17.429,08 178.771,85 51.028,19 63.999,89 311.949,42 2.330,10 6. Buol 132.708,71 38.544,13 31.520,24 72.845,62 36.286,87 101.046 836,41 7. Morowali 293.088,78 239.575,57 472.734,88 157.673,72 83.915,37 154.033,88 3.059,81 8. Parigi Moutong 222.527,83 40.178,35 65957,79 113.484,11 18.337,83 163.018,82 2.224,41 9. Banggai

Kepulauan 175.562,42 - 40.283,30 34.034,52 18.173,40 51.529,57 -10. Tojo Unauna 138.666,48 7.304,56 148.221,91 57.332,58 10.933,85 124.753,61 1.743,09 11. Sigi 120329,52 7.304,56 43.312,05 43.312,05 4.286,53 120.548,44 4.621,04 Sumber: Dinas PU Daerah, Draft  RTRWP Sulteng Tahun 2010­2030

Luas   perairan   laut   Sulawesi   Tengah   mencapai   193.923,75   Km2 dengan jumlah pulau sebanyak 1.140  pulau dengan batas­batas wilayah sebagai berikut: 

- Sebelah   Utara   berbatasan   dengan   Laut   Sulawesi   dan   Provinsi Gorontalo;

- Sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Maluku dan Maluku Utara;

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Selatan dan Propinsi Sulawesi Tenggara;

- Sebelah   Barat   berbatasan   dengan   Selat   Makassar   dan   Propinsi Sulawesi Barat.

(2)

Una­Una,   Sigi   dan   Kota   Palu   yang   terdiri   atas   155   Kecamatan,   159 Kelurahan dan 1.656 Desa.

2. Letak dan Kondisi Geografis

Posisi astronomi Sulawesi Tengah terletak antara 2022’ Lintang Utara dan 3048’ Lintang Selatan serta 119022’ dan 124022’ Bujur Timur. Posisi Geostrategis Sulawesi Tengah berada di tengah wilayah nusantara dan di tengah pulau sulawesi, berada di lintasan koridor perairan dari utara ke selatan menuju lautan pasifik (Selat Makassar dan Laut Sulawesi).

3. Topografi

Berdasarkan   Kemiringan   lahan,   dataran   Sulawesi   Tengah   dirinci sebagai berikut:

­ Ketinggian 0 m – 100 m  = 20,2 persen;

­ Ketinggian 101 m – 500 m  = 27,2 persen; ­ Ketinggian 501 m – 1.000 m  = 26,7 persen, dan ­ Ketinggian 1.001 m  ke atas  = 25,9 persen.  4. Geologi

Struktur dan Karakteristik geologi wilayah Sulawesi Tengah didominasi oleh bentangan pegunungan dan dataran tinggi, yakni mulai dari wilayah Kabupaten Buol dan Tolitoli, terdapat deretan pegunungan yang berangkai ke   jajaran   pegunungan   di   Provinsi   Sulawesi   Utara.   Di   tengah   wilayah Sulawesi Tengah yaitu Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong terdapat tanah genting yang diapit oleh Selat Makassar dan Teluk Tomini, selain itu sebagian besar merupakan daerah pegunungan dan perbukitan. Di selatan dan timur yang mencakup wilayah Kabupaten Poso, Tojo Unauna, Morowali dan   Banggai,   berjejer   deretan   pegunungan   yang   sangat   rapat   seperti Pegunungan   Tokolekayu,   Verbeek,   Tineba,   Pampangeo,   Fennema, Balingara,   dan   Batui.   Sebagian   besar   dari   daerah   pegunungan   itu mempunyai lereng yang terjal dengan kemiringan di atas 45 derajat.

5. Hidrologi 

(3)

sungai juga terdapat beberapa danau yang hampir seluruhnya berada di kawasan lindung.

Tabel 2.2

Wilayah Sungai Lintas Provinsi 

No. Nama WS NamaDAS LuasDAS

(Ha) Nama Kabupaten/Kota 1. Palu – Lariang Palu 3.043 Kab. Sigi / Kota Palu

Lariang Kab. Sigi / Kota Palu

Watutela Kota Palu

Pasangka

yu Kab. Donggala / Kab.Mamuju Utara Mesangka 40,6

2

Surumba Kab. Donggala

Sibayu Tambu 2.

Pompengan-Lorena Sulsel – Sultra – Kab.Morowali 3. Lasolo –

Sampara Lasolo Sampara

Lalindu Sulsel – Sultra – Kab. Morowali

Aopa Luhumbut i

Landawe Amesiu

4. Randangan Gorontalo – Sulteng

5. Kaluku - Karama Sulbar - Sulteng

Sumber: Dinas PU Daerah, Draft  RTRWP Sulteng Tahun 2010­2030 Tabel 2.3

Wilayah Sungai Strategis Nasional 

(4)

No. Nama WS NamaDAS Luas DAS(Ha) Kabupaten/KotaNama Poso

Kab. Poso

Tompis 52,5 Kab. Poso

Bambale

mo Kab.Parigi Moutong

Podi Kab. Poso / Kab.Tojo

Una-Una

Dolago 125 Kab. Parigi

Moutong

Tindaki 53 Kab. Parigi

Moutong 2. Laa – Tambalako Laa 2.875,60 Kab. Poso

Tambalak

o 1045,6 Kab. Poso

Tirongan Kab. Morowali

Salato 623,12 Kab. Morowali Morowali 372,5 Kab. Morowali Sumare 237,5 Kab. Morowali Bahonbel

u Kab. Morowali

Bahodopi 246,87 Kab. Morowali

Sumber: Dinas PU Daerah, Draft  RTRWP Sulteng Tahun 2010­2030 Tabel 2.4

Wilayah Sungai Lintas Kabupaten/Kota

No. Nama WS. Nama DAS DAS (Ha)Luas Kabupaten/KotaNama 1. Lambunu - Buol Lambunu 279 Parigi Moutong

Buol 536 Buol

Lobu Buol

Salumpaga Tolitoli

Bangkir 85,6 Tolitoli

Ogoamas 48,3 Donggala

Silamboo 128 Donggala

Siraurang Donggala

Sioyong 68,75 Donggala

2. Bongka -

Mentawa Bongka Mentawa 150,633.085 Tojo Una UnaTojo Una Una

Sumber: Dinas PU Daerah, Draft  RTRWP Sulteng Tahun 2010­2030 Tabel 2.5

(5)

No

. Nama Danau Luas (Ha) Lokasi

1 Danau Poso 36.235,78 Kab. Poso (Kec. Pamona Utara dan Pamona Selatan)

2 Danau Lindu 3.428,49 Kab. Sigi (Kec. Kulawi)

3 Danau Rano 296,2 Kab. Donggala (Kec. Balaesang) 4 Danau

Dampelas 542,56 Kab. Donggala (Kec. Dampelas) 5 Danau Batu

Doka 14,162 Kab. Parigi Moutong (Kec. Moutong) 6 Danau

Bulanungan 67.823 Kab. Parigi Moutong (Kec. Moutong) 7 Danau Deddi 8,42 Kab. Parigi Moutong (Kec. Moutong) 8 Danau Rannobal 514,5 Kab. Morowali (Kec. Bungku Utara) 9 Danau Rano

Kodi 263,02 Kab. Morowali (Kec. Bungku Utara) 10 Danau Tiu 441,99 Kab. Morowali (Kec. Petasia)

11 Danau tambing 5,85 Kab. Donggala 12 Danau Patawu 71,1 Kab. Donggala 13 Danau Dawanga 24,53 Kab. Donggala

Sumber: Dinas PU Daerah, Draft  RTRWP Sulteng Tahun 2010­2030 6. Klimatologi

Sebagaimana   daerah   lain   di   Indonesia,   Kota   Palu   memiliki   dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan. Musim panas terjadi antara Bulan   April­September,   sedangkan   musim   hujan   terjadi   pada   Bulan Oktober   –   Maret.   Hasil   pencatatan  suhu  udara  pada  Stasiun   Udara Mutiara  Palu   Tahun   2010   bahwa  rata­rata  suhu   udara   adalah   27,7°C. Suhu  udara  terendah  terjadi  pada  Bulan  Agustus  yaitu  sebesar  26,7°C, sedangkan   bulan  lainnya  suhu   udara   berkisar   antara  26,7­28,8°C. Kelembaban  udara  ratarata   tertinggi   terjadi   pada  Bulan  April  yang mencapai  80 persen, sedangkan kelembaban  udara terendah terjadi pada Bulan Juni dan  Agustus yaitu 82  persen.

Tabel 2.6

Rata­rata Parameter Cuaca pada Stasiun Meteorologi Mutiara Palu menurut Bulan Tahun 2010

No. Bulan Suhu Udara(⁰C) TekananUdara (mb)

Kelembab an Udara

(%)

1. Januari 27,4 10,115 76

2. Pebruari 28,1 10,116 72

(6)

No. Bulan Suhu Udara(⁰C) TekananUdara (mb)

Kelembab an Udara

(%)

4. April 28,8 10,111 73

5. Mei 28,2 10,094 79

6. Juni 27,1 10,109 82

7. Juli 27,1 10,106 80

8. Agustus 26,7 10,109 82

9. September 27,0 10,105 81

10. Oktober 27,7 10,094 76

11. Nopember 28,2 10,094 74

12. Desember 27,6 1,008.0 75

Rata-Rata 2010 27.7 1008.0 76.7

2009 27.6 10,103 74.9

2008 26.6 10,104 79.0

Sumber: BPS Kota Palu, Kota Palu dalam Angka 2011.

Curah  hujan   tertinggi  yang  tercatat  pada   Stasiun  Meteorologi Mutiara   Palu   Tahun   2010  terjadi  pada  Bulan  Juni   yaitu  123,0  mm, sedangkan  curah  hujan  terendah  terjadi   pada   Bulan   Maret   yaitu  11,7 mm.

Sementara  itu  kecepatan  angin  pada  Tahun  2010  rata­rata  3,7 knots. Arah angin pada Tahun 2010 masih berada pada posisi yang sama dengan tahun sebelumnya yaitu datang dari posisi utara.

Tabel 2.7

Keadaan Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan Tahun 2010

No. Bulan PenyinaranMatahari (%)

1. Januari 52 58.9 4 Utara

2. Pebruari 72 32.1 4 Utara

3. Maret 69 11.7 5 Utara

4. April 63 80.2 4 Utara

5. Mei 67 81.5 4 Utara

(7)

No. Bulan PenyinaranMatahari

8. Agustus 63 100.3 3 Utara

9. September 71 144.3 3 Utara

10. Oktober 62 66.6 3 Utara

11. Nopember 63 44.2 4 Utara

12. Desember 46 38.6 4 Utara

Rata-Rata 2010 63.50 - 3.7 Utara

2009 65.17 46.90 4.42 Utara

2008 54.25 79.09 3.55 Utara

Sumber : BPS Kota Palu, Kota Palu dalam Angka 2011.

Hutan   mempunyai   peran   penting   dalam   menunjang   kelangsungan hidup   dan   kehidupan   mahluk   hidup,   khususnya   umat   manusia.   Hutan tidak hanya memberikan manfaat langsung (tangible use) sebagai sumber penghasil   hasil   hutan   berupa   kayu   dan   non   kayu,   tetapi   hutan   juga memberikan manfaat tidak langsung (intangible use) sebagai pengatur tata air, kesuburan tanah, iklim mikro, pencegah erosi dan longsor, sehingga eksistensinya harus tetap dipertahankan melalui pengaturan fungsi hutan.

Sulawesi   Tengah   merupakan   salah   satu   provinsi   yang   dikaruniai potensi   sumberdaya   hutan  yang  melimpah,   baik   ditinjau   dari  gatra   luas kawasan hutan maupun gatra keanekaan hayati.

Berdasarkan   Draft   Rencana   Tata   Ruang   Wilayah   (RTRW)   Provinsi Sulawesi   Tengah   2010­2030,   Luas   Kawasan   Hutan   Provinsi   Sulawesi Tengah 3.248.458 Ha (52,20%) dibanding Luas Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah   6.330.466,822   Ha.   Dari   luasan   tersebut,   terdapat   kawasan Budidaya   Hutan   seluas   1.584.249   yang   dapat   dimanfaatkan   untuk produksi hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu.

Tabel 2.8

(8)

No. Fungsi Kawasan Luas

Ha %

I. Kawasan Lindung 1.991.096,24 31,45

Hutan Suaka Alam, Hutan

Pelestarian Alam &Taman Buru 645.390,05 10,19

Hutan Lindung 1.345.706,19 21,26

II. Kawasan Budidaya Hutan 2.377.983,47 37,56 Hutan Produksi Terbatas 1.493.691,71 23,59

Hutan Produksi 586.431,98 9,26

Hutan Produksi Konversi 297.859,78 4,71

III. Areal Penggunaan Lain (APL) 1.903.416,87 30,07 IV. Perairan (Danau & Sungai) 57.970,24 0,92

Luas Wilayah Provinsi Sulteng

(I+II+III+IV) 6.330.466,82 100

Sumber: Dinas PU Daerah, Draft  RTRWP Sulteng Tahun 2010­2030 b. Potensi  Pengembangan Wilayah

1. Pertanian 

Potensi lahan Pertanian seluas 672.795 Ha, lahan ini masih dapat diperluas   dengan   memanfaatkan   kawasan   hutan   konversi   seluas 297.859,78  Ha,   sehingga   potensi   keseluruhan   pertanian   adalah   942.206 Ha.   Pengembangan   Potensi   Pertanian   dibagi   atas   dua   bagian,   yaitu:   (1) Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah (TPLB); (2) Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering (TPLK).  

Untuk   lahan   basah;   pengembangan   kawasan   pertanian   diarahkan pada kawasan yang sesuai untuk penanaman tanaman lahan pangan lahan mempunyai   sistem   dan   atau   potensi   pengembangan   pengairan/irigasi dengan   mempertimbangkan   faktor­faktor;   Ketinggian   kawasan   di   bawah 1000 m, kelerengan kawasan dibawah 40% dan kedalaman efektif lapisan tanah di atas 30 cm. 

Kontribusi   sub   sektor   Tanaman   Bahan   Makanan   terhadap pembentukan  PDRB Sulawesi Tengah merupakan terbesar  kedua setelah sub   sektor   Tanaman   Perkebunan   yaitu   rata­rata   sebesar   13   persen pertahun.

(9)

Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Padi dan Palawija Di Sulawesi Tengah 

Tahun 2007­2010

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka Tahun 2011.

Tabel di atas menggambarkan bahwa nilai produksi tertinggi berada pada   komoditi   ubi   kayu   dengan   tingkat   produktivitas   rata­rata   selama Tahun   2007­2010   sebesar   174,80   Kw/Ha/Tahun,   sedangkan   produksi terendah   yaitu   komoditi   tanaman   kacang   hijau   dengan   tingkat produktivitas rata­rata sebesar 8,08 Kw/Ha/Tahun. 

2. Perkebunan 

Kawasan   Perkebunan   Tanaman   Tahunan/Perkebunan;   diarahkan pada areal tanaman tahunan/perkebunan dengan karakteristik/lingkungan

Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010

Luas

1 Kelapa 163.562 185.768 176.535 203.489 173.535 199.906 175.553 202.384 2 Kopi 11.223 4.874 11.743 4.842 11.141 7.822 10.609 6.695 3 Cengkeh 42.094 8.690 41.827 6.815 43.288 3.223 43199 14.588

4 Lada 1.124 144 2.153 141 2.144 258 1.326 480

(10)

N

o. Komoditi

Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010

Luas

7 Kakao 223.820 146.475 221.277 151.651 224.113 137.651 224.471 186.875

8 Karet 1.621 3.981 1.621 3.981 2.159 2.436 2.159 3.005

9 Vanili 1.989 241 4.886 2.990 1.705 365 1.585 266

10 Kelapa Sawit 47.248 117.596 48.604 221.643 17.287 205.712 17.302 176.526

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka Tahun 2011. 

Tabel di atas menunjukkan bahwa komoditi kakao, kelapa dan kelapa sawit   merupakan   komoditi   yang   memberikan   produksi   yang   cukup signifikan, sedangkan produksi terendah berada pada komoditi Lada dan alamiah.   Pemanfaatan   kawasan   secara   optimal   seluas   130.955,5   Ha, sedangkan   Potensial   areal   peternakan   yang   sudah   dimanfaatkan   seluas 120.955,5 Ha. 

Adapun   Jenis   ternak   yang   diusahakan   di   klasifikasikan   sebagai berikut: (a) Ternak Besar meliputi: sapi, kerbau dan kuda; (b) Ternak kecil

Jenis Ternak 2007 2008 2009 2010

Ternak Besar

a. Kerbau 4.165 4.234 4.277 4.202

b. Sapi 197.794 203.893 210.536 211.769

c. Kuda 3.227 3.697 4.233 4.294

Ternak Kecil

a. Kambing 206.036 250.280 359.916 416.231

b. Domba 5.564 7.167 25.121 9.036

c. Babi 169.477 187.721 203.653 207.255

Ternak Unggas a. Ayam Ras

- Petelur 470.054 390.888 609.855 394.741

(11)

Kampung 2

c. Itik 210.077 185.321 217.333 246.512

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka 2011.

Tabel   di   atas   menunjukkan   bahwa   hampir   semua   jenis   ternak populasinya   mengalami   peningkatan   selama   Tahun   2007­2010.   Populasi terbanyak kategori jenis ternak besar yaitu sapi, hal ini sangat mendukung

Potensi  perairan   laut   seluas   193.923,75   km2  yang   banyak mengandung berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya, terbagi dalam 3 (tiga) zona yaitu (1) Selat Makasar dan Laut Sulawesi (sebesar 929.700 ton), (2) Teluk Tomini (sebesar 595.620 ton), (3) Teluk Tolo (sebesar 68.456 ton). Potensi   sumberdaya   ikan   di   perairan   tersebut   kurang   lebih   sebanyak 330.000 ton per tahun. Sedangkan ikan yang bisa dikelola secara lestari

Perikanan 2007 2008 2009 2010

Perikanan Budidaya

a. Tambak 18.986,80 10.898,80 7.981,70 23.213,72 b. Budidaya Laut 36.543,80 47.046,50 529.914,30 795.166,70 c. Kolam 1.704,50 1.617,30 4.551,90 9.212,25

(12)

Tangkap

a. Laut 116.829,20 140.094,00 133.735,74 140.465,72

b. Perairan Umum 375,8 486 278,60 606,77

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka 2011.

Tabel di atas menunjukkan bahwa jenis usaha perikanan budidaya laut tingkat produksinya lebih besar   dibandingkan yang lain, sedangkan pada   perikanan   tangkap   produksi   terbesar   berada   di   laut.   Disamping potensi   tersebut,   potensi   rumput   laut   juga   merupakan   primadona   dan menjadi salah satu potensi unggulan di Sulawesi Tengah. 

Jumlah   produksi   rumput   laut   di   Sulawesi   Tengah   Tahun   2010 mencapai 807.731,24 ton yang terdiri dari produksi  Euchema Sp  sebesar 794.962,44 ton dan produksi Glacillaria Sp sebesar 12.804,80 ton. 

Tabel 2.13

Jumlah Produksi Rumput Laut Sulawesi Tengah  Tahun 2010 

No. Kabupaten/Kota

Jumlah

Jumlah Produksi

Ton %

1 Banggai Kepulauan 303.090,40 - 303.090,40 37,52

2 Banggai 124.800,00 - 124.800,00 15,45

3 Morowali 218.008,00 12.804,80 230.812,80 28,58

4 P o s o 280,60 - 280,60 0,03

5 Donggala 1.116,00 - 1.116,00 0,14

6 Tolitoli 4.704,00 - 4.704,00 0,58

7 B u o l 1.095,04 - 1.095,04 0,14

8 Parigi Moutong 74.596,00 - 74.596,00 9,24

9 Tojo Una Una 65.000,00 - 65.000,00 8,05

10 Sigi - - - 0,00

11 P a l u 2.236,40 - 2.236,40 0,28

Sulawesi

Tengah 794.926,44 12.804,80 807.731,24 100,00 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Prov. Sulteng, Tahun 2011.

(13)

Kabupaten   Banggai   sebesar   124.800,00   ton   (15,45%),   sedangkan Kabupaten   Parigi   Moutong   dan   Tojo   Una­Una     masing­masing   sebesar 74.596 ton (9,24%) dan 65.000 ton (8,05%). 

5. Kehutanan

Produksi hasil hutan masih memberikan andil yang cukup signifikan terhadap PDRB Sulawesi Tengah dengan kontribusi rata­rata sebesar 4,19 persen pertahun. Pada Tahun 2010 jumlah produksi kayu bulat mencapai 18.529,77   m3,   Kayu  Gergajian  dengan  produksi   25.159,19   m3  dan   rotan dengan produksi 4.581,43 ton, Damar dengan produksi 377 ton dan Kayu Rimba  Campuran  dengan  produksi  mencapai  11.140,79  m3,  serta  Limba Pakanagi dengan produksi 204 ton.

Tabel 2.14

Produksi  Hasil  Hutan  Menurut Jenisnya Di Sulawesi Tengah Tahun 2007­2010 

No Jenis Hasil Hutan Satuan 2007 2008 2009 2010

1 Kayu Bulat m3 35.064 25.570,08 41.376,34 18.529,77

2 Kayu Gergajian m3 31.450 16.709,84 17.851,12 25.159,19

3 Rotan m3 5.210 9.288,50 11.121,22 4.581,43

4 Damar m3 708 586 2.009,50 377

5 Kayu Rimba Campuran m3 21.276 21.702 22.136 11.140,79

6 Kayu Hitam Gergajian m3 412 420 429 434

7 Limbah Pakanagi Ton 129 132 180 204

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka 2011.

6. Industri

(14)

rencana pengembangan kawasan industri di Sektor Perikanan dan Kelautan dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1

Pengembangan Kawasan Industri Sektor Perikanan Di Sulawesi Tengah

7. Pariwisata

Provinsi Sulawesi Tengah memiliki potensi wisata yang cukup untuk dikembangkan menjadi obyek dan atraksi wisata bahari, wisata alam dan wisata   budaya.   Potensi   pariwisata   dapat   dikembangkan   atas   dasar   nilai budaya yang sudah ada dalam masyarakat, nilai adat istiadat dan agama yang   dapat   meningkatkan   nilai   tambah   ekonomi   masyarakat.   Adapun Potensi dan obyek pariwisata yang dapat dikembangkan adalah:

Tabel 2.15

Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata di Sulawesi Tengah No Kabupaten/Kota dan Obyek Dan Daya Tarik Wisata

1 Banggai Kepulauan - Pulau Lesampuang,Pulau Delopo - Pulau Makaliu (pulau Tikus) - Pantai Pasir Putih

(15)

No Kabupaten/Kota dan Obyek Dan Daya Tarik Wisata - Pulau Tolobundu - Pulau Kokungan

- Pulau Bandang Besar dan Kecil

2 Buol - Air Terjun Pinamula

- Taman Wisata Alam

Kumaligon - Rumah Adat Buol

- Goa Kolera - Pantai Pelepas Rindu Hulubalang - Pantai Kamaligon - Pantai Batu Susun

- Air Terjun Talokan - Pemandian Alam Tirtaria - Sumber Air Panas - Rumah Raja Buol

- Pulau Ringgit/Pulau Lamari - Pulau Busak

- Pulau Lesman - Pulau Raja

- Pluau Boki - Gunung Pogogul

- Pulau Panjang

3 Donggala - Tanjung Karang

- Situs Bangga - Harmony Cottage

- Pantai Batusuya - Golden park Cottage - Teluk Telenggano - Matantimali

- Taman Rekreasi Umum Loly Indah

- Pemandaian

UweleraPorame-Porame Paradise

- Pusentasi - Mantikole

- Pantai Boneoge - Taman Wisata Kapopo - Toravega Cottage - Air Terjun Wera

- Camping Ground Paneki - Desa Dombu

- Pantai Enu - Desa Toro

- Taman purbakala Vatunonju - Lobo

- Gampiri - Air Terjun Pawelua

- Kulit Kayu - Air Panas

- Air TerjunTamanggu Indah - Desa Pakuli - Habitat Burung Maleo - Danau Lindu - Lembah Pipikoro - Sungai Lariang - Lokasi Berkemah/Camping

Ground - Pulau Pasoso

4 Morowali - Taman Laut Kaleroang

- Cagar Alam Morowali - Menui Kepulauan - Pemancingan Putri Malu - Benteng Fafontofure - Air Terjun Mempueno - Mesjid Tua Bungku

- Sumber Air Panas One Pute - Budaya Masyarakat Wana

(16)

No Kabupaten/Kota dan Obyek Dan Daya Tarik Wisata Controleur/Pengawas

- Batu Payung - Kubur Raja Marunduh

- Tebing Toppohulu - Situs Istana Raja Mori

- Batu Putih - Bangunan Bersejarah

- Pulau Ulu - Penjara(Rumah Tahanan)

- Pengia - Rumah Perwira Belanda

- Perkebunan Kelapa Sawit - Pesanggrahan - Perkebunan Karet 5 Parigi Moutong

- Pantai Junayasa - Pulau Kelelawar - Pantai Prajurit Posona - Tanjung Makakata

- Jembatan Tua - Situs Rumah Raja Moutong

- Benda Cagar Budaya - Rumah dan Kantor Kontroleur

- Situs Tanalanto - Rumah Klerek

- Makam Raja Torikota - Air terjun dan TebingLikunggavali

- Pantai Tumpapa - Pantai Bambalemo

- Makam Magau Langi Maili - Tugu Khatulistiawa - Makam Magau Nguni

Pasolemba - Pantai Indah Bomba Kaili

- Makam Magau Tagunu - Habitat Burung Maleo - Makam Raja Maruf(Magau

Janggo) - Perkebunan Ebony

6 Poso - Pantai Seribu Bintang

- Megalith - Pantai wisata Tamongajo

- Situs Suso - Lembah Napu,Besoa dan Bada

- Situs Sepe - Situs rRumah Adat Tambi

- Situs Tadulako - Situs Megalith Betue - Situs Megalit Pokekea - Situs Mungku Padampaa

- Situs Lempe - Situs Watunongko

- Deas Wuasa - Tentena dan sekitarnya

- Situs Padang Padali - Danau Poso - Situs Megalith Tamadue - Watubaula

- Situs Watulumu - Goa Tangkaboba

- Situs Watutau - Pantai Tandolala

- Siuri Cottage - Taman Anggrek Bancea

- Goa Pamona - Padamariri

7 Tolitoli - Gua Pompaile

(17)

No Kabupaten/Kota dan Obyek Dan Daya Tarik Wisata

- Pulau Lutungan - Bendungan Kolondom

- Pantai Tende Sabang - Pantai Bajugan

- Tanjung Simuntu - Rumah Adat Etnis Toli-toli

- Pantai Lalos - Perkebunan Cengkeh

8 Tojo Una-una - Kepulauan Togean

- Pemandian Malatong - Air Terjun Tolibaz - Air Panas Marowo - Pantai Tipae

- Pulau Kabalutan - Pantai Pasir Putih Matako

- Pulau Malenge - Dataran Bulan

- Jembatan Bakau - Pulau Tiga

- Pulau Bolilanga - Pantai Capatana

- Pulau Taipi - Pulau Pangempa

- Pulau Una-una - Tanjung Api

- Tanjung Keramat - Desa Dolong

- Pulau Kadidiri - Sungai Bongka

9 Kota Palu - Niki Beach

- Pantai Taipa - Museum Negeri Sulawesi Tengah - Jazz HoteldanRecreation

Zone - Souraja atau Banua Oge

- Gedung Juang - Kloam Renang Milenium - Pantai Talise - Lokasi MTQ Jabal Nur

- Bumi Roviga - Taman Ria

- Cagar Alam Poboya - Dayo mpoluku - Makam Pue Njidi - Teluk Palu

- Kolam Renang Graha Tirta - Kerajinan Tangan dan Makanan

- Makam Dato Karama Khas Daerah

10 Banggai - Permadian Kilo Lima

- Air Panas Uwedaka - Teluk Lalong

- Permandian Salodik - Pantai Pandaan Wangi

- Danau Makapa - Pulau Dua

- Air Terjun Hanga-Hanga - Pulau Poat

- Permandian Sandakan - Boli Cotage Cafe

- Permandian Dondo - Gereja Tua Simpangan

- Air Terjun Nambo - Situs Totonga Bola Matindok - Permandian Ampata - Gua Wira

Sumber: Dinas Kebudayaan & Pariwisata Prov. Sulteng, Tahun 2009 8. Pertambangan

(18)

antara lain bahan galian golongan A (strategis) yaitu minyak dan gas bumi, batubara   dan   nikel;   bahan   galian   golongan   B   (vital)   antara   lain   emas, molibdenum, chronit, tembaga dan belerang; dan bahan galian golongan C (bukan strategis dan vital) antara lain sirtukil, granit, marmer, pasir kuarsa, pasir besi dan lempung. 

Potensi   Minyak   Bumi   antara  lain   terdapat  di   Kabupaten   Morowali, Donggala,   Banggai   dan   Parigi   Moutong.   di   Kecamatan   Bungku   Utara Kabupaten   Morowali   terdapat   di   lapangan   Minyak   Tiaka   Blok   Trili   yang terletak   17   mil   dari   garis   pantai.   Cadangan   minyak   dilapangan   Tiaka sebesar 106.56 Million Barrel Oil/juta Barrel minyak (MMBO). 

Potensi   minyak   bumi   yang   terdapat   di   Kecamatan   Toili   Barat Kabupaten   Banggai   memiliki   kapasitas   16,5­23   juta   barrel   per   tahun dengan total kapasitas produksi 6.500 Barrel (BOPD) yang diperoleh dari enam sumur, dan produksi rata­rata setiap sumur yaitu 1.100 BOPD.

Disamping itu, Kabupaten  Banggai juga  memiliki  potensi  gas alam cair yang terdapat di Donggi­Senoro   dengan perkiraan cadangan sebesar 20­28   trilyun   kaki   kubik   (tcf),   jumlah   kandungan   gas   di   ladang­ladang Donggi­Senoro besarnya dua kali lipat dibandingkan sisa kandungan yang terdapat di ladang gas alam Arun di Aceh yang jumlahnya mencapai 14 tcf. 

Selain potensi minyak bumi dan gas alam tersebut, Sulawesi Tengah juga   memiliki   potensi   pertambangan.   Potensi   emas   di   Sulawesi   Tengah terdapat di Kota Palu  (Kecamatan Palu  Selatan dan Palu  Utara), dengan luas wilayah tambang 561.050 Ha, Kabupaten Parigi Moutong (Kecamatan

Secara   umum   potensi   pertambangan   yang   terdapat   di   Sulawesi Tengah dapat dilihat pada tebel berikut:

Tabel 2.16

Potensi Pertambangan Di Sulawesi Tengah No

. Bahan Galian Ciri Khas - Lokasi Keterangan I. Batuan

Ornamen/poles 1 Granit,

Granodiorit, Gabro, Basal, Dasit dan Andesit

Granit warna Merah Daging terdapat di Kab. Banggai Kepulauan, Granit Warna abu-abu, Abu-abu gelap terdapat di Kab. Donggala, Parigi Moutong dan Tolitoli

ditambang yang dipasar disebut Granit Hitam

2 Marmer/pualam

(19)

No

. Bahan Galian Ciri Khas - Lokasi Keterangan Moutong dan Poso Marmer

Coklat, Putih, Krem dan Abu-abu terdapat di Kab. Morowali dan Kab. Banggai

dieksploitasi di Poso dan Morowali.

Marmer Coklat Kemerahan terdapat di Kab. Parigi Moutong

Marmer Coklat terdapat di kab. Morowali

II. Batuan Bahan Konstruksi

3 Sirtukil Terdapat Kota Palu dan

disemua Material berasal dari Kabupaten se Sulawesi

Tengah rombakan batuan yang terdiri dari batuan

Granit,

Granodiorit, Basal, Gabro,

Andesit, Dasit, Serpentinit, Dunit, juga dari Breksi dan Konglomerat Di Kab. Donggala dan Kota Palu diantar-pulaukan ke Kalimantan Timur.

III. Mineral Non Logam lainnya

4 Batugamping Kab. Donggala, Buol, Poso, Kab. Donggala, Banggai

Banggai Kepulauan dan

Morowali Kepulauan mempunyai potensi Bahan Baku

Semen yang sudah melalui studi

Kelayakan dan AMDAL.

5 Lempung Disemua Kabupaten se

(20)

No

. Bahan Galian Ciri Khas - Lokasi Keterangan bata,

Genteng dan batako.

6. Pasir Kwarsa Kab. Donggala, Parigi

Moutong, Umumnya mempunyai kadar Tolitoli dan Banggai

Kepulauan SiO3 kurang dari 75 % 7. Gypsum Kab. Banggai Kepulauan

dan Kota Palu Dipersiapkan untuk Pabrik Semen

di Banggai Kepulauan 8. Talk Kab. Banggai, dan Tojo

Una-una Berupa Sisipan pada batuan batuan Ultrabasa

9. Dolomit Kab. Banggai Sebagai bahan

baku Kapur Pertanian

(Kaptan), Kadar Mg 03

( Magnesium ) sampai 35 %

Sumber: Dinas ESDM Provinsi Sulteng, Profil Pertambangan Tahun 2010. Selain   hal   tersebut   diatas,   Sulawesi   Tengah   juga   memiliki   potensi sumberdaya   energi   yang   terbarukan   dan   tidak   terbarukan,   yaitu   antara lain:

 Gas Bumi : 9,6 triliun kaki kubik   Panas Bumi : 378 mWe 

 Sumber Energi Terbarukan: 

Air : 1.001,980 MW

Matahari : 5.512 kWh/m2

Angin : 2 – 5 m/s

Biogas : 19.026 kW

(21)

PLTA Poso­2 dengan kapasitas 180 MW oleh PT. Poso Energy. Sedangkan potensi energi air skala besar yang sedang  dalam proses perizinan  adalah PLTA  Gumbasa dengan kapasitas  45 MW  yang akan dikerjakan oleh  PT . Gumbasa Energy. Potensi tenaga air skala (mini) yang sedang   dibangun adalah PLTM Tomini ­ 2 dengan kapasitas 2 x1 MW  oleh Pikitring Sulmapa dengan kemajuan pembangunan sudah mencapai 78,48 %. Potensi tenaga air di Propinsi Sulawesi Tengah masih banyak yang belum   dimanfaatkan terutama potensi  skala menengah (PLTM)  dan kecil (PLTMH).

Untuk Potensi Panas Bumi terdapat dibeberapa titik yang tersebar di Kabupaten Poso dan Donggala dengan potensi berkisar antara 20 s/d 40 Mwe.

Sulawesi Tengah mempunyai intensitas sinar matahari cukup tinggi karena dilalui garis khatulistiwa. Penyebaran matahari rata­rata 64 – 78 %, yang   dapat   dikembangkan   sebagai   sumber   energi   alternatif     dengan memanfaatkan Solar Home System (SHS) khususnya di daerah pedesaan.

Secara   geografis   kedudukan   Sulawesi   Tengah     mempunyai     garis pantai yang panjang kurang lebih 1.112 km sehingga angin memang cukup banyak dan kencang bertiup didataran, dimana hal ini merupakan potensi energi  yang  dapat  dimanfaatkan,  baik  untuk pembangkit  listrik  maupun untuk   tenaga   penggerak   bagi   mesin­mesin   tertentu.   Kecepatan   rata­rata angin di Sulawesi tengah setiap bulannya berkisar antara 2–5 m/s.

C. Wilayah Rawan Bencana 

Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah termasuk kategori Kawasan Rawan Bencana, antara lain kawasan rawan letusan gunung berapi yang terletak di Pulau Una Una Kabupaten Tojo Una Una, kawasan rawan gempa yang berskala tinggi di Kabupaten Banggai, Bangkep, Parigi Moutong, berskala menengah   di   Kabupaten   Sigi,   Tolitoli,   Morowali,   Poso   dan   Kota   Palu, sementara berskala rendah di Kabupaten Buol dan Morowali.

Gambar 2.2

(22)

Kawasan tanah longsor di Kabupaten Parigi Moutong, Sigi, Donggala, Poso dan Morowali, sedangkan kawasan rawan banjir di Kabupaten Sigi, Morowali, Banggai dan Kota Palu.

Gambar 2.3

Peta Rawan Bencana Longsor Provinsi Sulawesi Tengah

d. Demografi

Berdasarkan hasil sensus penduduk Tahun 2010 penduduk Sulawesi Tengah berjumlah 2.635.009 jiwa, yang terbagi atas 1.350.844 laki­laki dan 1.284.165   perempuan,   dengan   laju   pertumbuhan   penduduk   (2000­2010) sebesar 1,94 persen dan tingkat kepadatan penduduk mencapai 36 jiwa per kilometer persegi. 

(23)

Perkembangan Penduduk Sulawesi Tengah  Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2006­2010 (Jiwa)

No

. Kabupaten/Kota 2006 2007 2008 2009 2010

1 Banggai Kepulauan 152.807 154.455 155.728 156.912 171.627

2 Banggai 291.782 294033 295.555 296.897 323.626

3 Morowali 173.266 175.700 177.720 179.649 206.322

4 Poso 143.376 152.044 160.830 170.016 209.228

5 Donggala 459.195 465.890 471.492 272.389 277.620

6 Tolitoli 193.568 196.237 198.441 200.543 211.296

7 Buol 112.960 115.121 117.028 118.892 132.330

8 Parigi Moutong 360.888 367.005 372286 377.404 413.588

9 Tojo Una-Una 161.791 170.992 180.261 189.912 137.810

10 Sigi - - - 204.471 215.030

11 Palu 299.765 304.747 309.032 313.179 336.532

Sulawesi Tengah 2.349.398 2.396.224 2.438.373 2480264 2.635.009

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka 2011.

Tabel di atas menunjukan bahwa pertambahan penduduk di Provinsi Sulawesi Tengah sejak periode Tahun 2006­2010 sebanyak 285.611 jiwa, yang   terdistribusi   di   seluruh   kebupaten/kota.   Dari   pertambahan   jumlah penduduk tersebut pertambahan penduduk terbanyak berada di Kabupaten Sigi sebesar 75,29 persen disebabkan adanya pemekaran wilayah sehingga penduduk yang tadinya tercatat di Kabupaten Donggala berubah domisili menjadi   penduduk   Kabupaten   Sigi,   dan   Kabupaten   Poso   sebesar   23,06 persen   yang   disebabkan   adanya   eksodus   sebagai   dampak   konflik   Poso Tahun 1998. 

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi a. Pertumbuhan PDRB

(24)

meningkat   menjadi   7,79   persen,   atau   selama   Tahun   2006­2010   terjadi penurunan pertumbuhan sebesar ­0,03 persen point.

Gambar 2.4

Grafik Trend Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tengah Tahun 2006 ­ 2010

Object 3

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, PDRB Sulteng Tahun 2011.

(25)

Tabel 2.18

Perkembangan Nilai PDRB Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006­2010 (Juta Rupiah)

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, PDRB Sulteng Tahun 2011

Berdasarkan   struktur   PDRB,   Selama   periode  Tahun   2006­2010 Sektor   Pertanian   masih   penyumbang   terbesar   terhadap   pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Tengah yaitu rata­rata 42 persen, menyusul sektor jasa­jasa  sebesar  16   persen   dan  sektor  perdagangan,   restoran   dan  hotel sebesar 13 persen. sedangkan sektor yang paling kecil kontribusinya adalah sektor listrik dan air bersih yaitu hanya sebesar 1 persen.

Gambar 2.5

Struktur PDRB (Harga Konstan 2000)  Provinsi Sulawesi Tengah  

(26)

Sumber:   BPS   Provinsi   Sulteng,   PDRB   Sulteng   Tahun   2006­2010  (Data Diolah Kembali).

Selama   5   (lima)   tahun   terakhir   sekitar   86   persen  output

perekonomian   Provinsi   Sulawesi   Tengah   berasal   dari   sektor   Primer (ekstraktif=45   persen)   dan   Tersier   (Jasa=41   persen),   sedangkan   sektor sekunder (industri) hanya sebesar 14 persen.   sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.19

Distribusi Persentase PDRB (Harga Konstan 2000)  Provinsi Sulawesi Tengah  

Tahun 2006­2010

NO. LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009*) 2010**)

I. SEKTOR PRIMER (Ekstraktif) 46,62 46,12 45,21 44,79 43,87

1. Pertanian 44,03 42,82 41,56 41,04 40,44

2. Pertambangan dan Penggalian 2,59 3,30 3,65 3,75 3,43

II. SEKTOR SEKUNDER (Industri) 13,70 13,82 13,77 13,86 13,96

3. Industri Pengolahan 6,46 6,48 6,41 6,44 6,35

4. Listrik dan Air Bersih 0,77 0,75 0,71 0,74 0,73

5. Bangunan 6,47 6,59 6,65 6,68 6,88

III. SEKTOR TERSIER (Jasa) 39,68 40,06 41,02 41,35 42,17

6. Perdagangan Restoran & Hotel 12,95 12,95 12,78 12,84 13,12 7. Pengangkutan & Komunikasi 7,02 7,13 7,39 7,56 7,64 8. Keu. Persew. dan Jasa Perusah. 4,51 4,56 4,69 4,73 4,86

9. Jasa – jasa 15,20 15,42 16,16 16,22 16,55

Jumlah / (PDRB) 100 100 100 100 100

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, PDRB Sulteng Tahun 2011

b. Laju Inflasi

(27)

kenaikan   Bahan   Bakar   Minyak   yang   berimplikasi   pada   kenaikan   harga sembilan bahan pokok. Trend perkembangan inflasi tahunan dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.6

Grafik Trend Laju Inflasi Kota Palu Tahun 2006­2010

Object 5

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, BRS Tahun 2011 (Data Diolah Kembali). Perkembangan   harga   berbagai   komoditas   pada   Bulan   Juli   2011 secara   umum   menunjukkan   adanya   kenaikan.   Berdasarkan   hasil pemantauan BPS pada Bulan Juli 2011 terjadi inflasi sebesar 1,37 persen, dengan  indeks  dari  130,99  pada  Bulan  Juni  2011  menjadi   132,79  pada Bulan   Juli   2011.   Laju   inflasi   tahun   kalender   (Juli   2011)   sebesar   3,18 persen, sementara laju inflasi “year on year” (Juli 2011 terhadap Juli 2010) sebesar 7,42 persen. 

Inflasi   terjadi  karena  adanya  kenaikan   indeks   hampir   pada   semua kelompok   pengeluaran,   seperti:   Kelompok   Bahan   Makanan   sebesar   3,88 persen, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 0,08   persen,   Kelompok   Perumahan,   Air,   Listrik,   Gas   dan   Bahan   Bakar sebesar   0,46   persen,   Kelompok   Sandang   sebesar   0,28   persen,   Kelompok Pendidikan,   Rekreasi   dan   Olahraga   sebesar   3,31   persen,   dan   Kelompok Transportasi,   Komunikasi   dan   Jasa   Keuangan   sebesar   0,42   persen. Sedangkan Kelompok Kesehatan tidak mengalami perubahan.

c. Pendapatan Perkapita

(28)

mencapai   11,07   juta   rupiah,   Tahun   2009   mencapai   12,26   juta   rupiah meningkat   menjadi   13,71   juta   rupiah   pada   Tahun   2010,   atau   terjadi peningkatan sebesar 5,82 juta rupiah selama lima tahun terakhir (2006­ 2010).

Gambar 2.7

Perkembangan  PDRB  Per  Kapita  Provinsi  Sulawesi  Tengah Tahun 2006­2010

Object 7

Sumber:   BPS   Provinsi   Sulteng,   PDRB   Sulteng   Tahun   2011  (Data   Diolah Kembali).

d. Kesenjangan Distribusi Pendapatan

Pertumbuhan ekonomi daerah diharapkan dapat berdampak positif pada   perbaikan   kesejahteraan   masyarakat,   baik   melalui   penciptaan lapangan kerja maupun peningkatan pendapatan. Pertumbuhan ekonomi diharapkan   dapat   membuka   lapangan   kerja   baru,   sehingga   tenaga   kerja yang ada dapat diserap dan implikasinya akan meningkatkan pendapatan masyarakat.   Meski   demikian,   pertumbuhan   ekonomi   daerah   yang   terjadi tidak   serta   merta   mampu   menciptakan   lapangan   kerja   secara   signifikan sehingga   pendapatan   hanya   terdistribusi   dan   dinikmati   sebagian masyarakat. 

(29)

(endowment   factor),  perbedaan   inilah   yang   menyebabkan   tingkat pembangunan   diberbagai   wilayah   dan   daerah   berbeda­beda,   sehingga menimbulkan gap atau jurang kesejahteraan di berbagai daerah.

Tingkat   ketimpangan   distribusi   pendapatan   di   Provinsi   Sulawesi Tengah dapat terlihat dari angka Indeks Gini Ratio berikut:

Gambar 2.8

Trend Indeks Gini Rasio Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006 – 2009 

Sumber: BPS RI, Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia 2010. 

Gambar di atas menunjukkan bahwa, selama Tahun 2006­2009 gini rasio   Sulawesi   Tengah   cenderung   meningkat   yang   berarti   semakin timpangnya distribusi pendapatan, dimana gini rasio Tahun 2006 sebesar 0,32   meningkat   menjadi   0,34   pada   Tahun   2009   (kategori   ukuran ketimpangan sedang).

e. Ketimpangan Pembangunan Antar Wilayah

(30)

pertumbuhan   ekonomi   dan   kebijakan   pembangunan   di   masing­masing daerah diharapkan mampu dan dapat meminimalisir adaya ketimpangan pembangunan wilayah tersebut. Untuk melihat sejauhmana ketimpangan pembangunan antar wilayah di Provinsi Sulawesi Tengah dapat dilihat dari angka Indeks Williamson berikut ini:

Gambar 2.9 

Trend Indeks Williamson Provinsi Sulawesi Tengah  Tahun 2006 – 2010

Sumber:   BPS   Provinsi   Sulteng,   PDRB   Sulteng   Tahun   2011  (Data   Diolah Kembali).

Gambar   di   atas   memperlihatkan   trend   Indeks   Williamson   Provinsi Sulawesi   Tengah,   dimana   selama  selama   Tahun   2006­2009   Indeks Williamson bergerak naik sebesar 0,033 point yaitu dari 0,244 Tahun 2006 menjadi 0,277 pada Tahun 2009, dan pada Tahun 2010 Indeks Williamson turun   secara   signifikan   menjadi   0,231.   Hal   tersebut  menunjukan   bahwa kecenderungan   ketimpangan   yang   meningkat   selama   periode   2006­2009 dapat   diperbaiki   pada   Tahun   2010   (kategori   ketimpangan   rendah   yaitu kisaran 0 – 0,30). Ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan dan penerapan kebijakan pembangunan di masing­masing daerah kabupaten/kota dalam rangka   menyelaraskan   pembangunan   sesuai  arah  dan  kebijakan  RPJMD Provinsi Sulawesi Tengah. 

 

(31)

Penduduk merupakan modal potensial bagi pembangunan dan sangat menguntungkan jika diimbangi dengan peningkatan kualitas (mutu modal manusia).   Dengan   demikian   peningkatan   kualitas   manusia/masyarakat menjadi   fokus   utama   dalam   pelaksanaan   pembangunan   dan   menjadi sasaran di bidang kesejahteraan rakyat di era sekarang. Jumlah penduduk yang   banyak   jika   tidak   diimbangi   dengan   tingkat   kesejahteraan   yang memadai maka akan dapat menimbulkan masalah kemiskinan.

Kemiskinan   merupakan   kondisi   kehidupan   yang   serba   kekurangan yang   dialami   seseorang   yang   pengeluaran   perkapitanya   selama   sebulan tidak cukup untuk memenuhi standar hidup minimum.

Selama   Tahun   2006­2011   jumlah   penduduk   miskin   di   Provinsi Sulawesi Tengah mengalami penurunan, dimana pada Tahun 2006 jumlah penduduk miskin sebanyak 566.100 jiwa (24,09) persen menurun menjadi 557,400   jiwa   (22,42)   persen   di   Tahun   2007,   pada   Tahun   2008   turun menjadi 524.700 jiwa (20,75) persen, Tahun 2009 dapat ditekan menjadi 489.840   jiwa   (18,98)   persen   dan   Tahun   2010   jumlah   penduduk   miskin kembali dapat dientaskan hingga menjadi 474.990 jiwa (18,07) persen serta di Tahun 2011 kembali berhasil dientaskan menjadi 423.630 jiwa (15,83) persen   .   Dengan   demikian   selama   Tahun   2006­2011   jumlah   penduduk miskin   yang   dapat   dientaskan   sebanyak   142.470   jiwa   (8,26)   persen. Walaupun   tingkat   kemiskinan   dapat   ditekan   hingga   15,83   persen   pada Tahun   2011,   namun   angka   ini   masih   berada   di   atas   angka   kemiskinan nasional yakni 12 persen.

Gambar 2.10

Grafik Trend Penduduk Miskin Di Provinsi Sulawesi Tengah  Tahun 2006­2011

Object 9

(32)

Keberhasilan penurunan angka kemiskinan ini tidak lepas dari peran dan komitmen pemerintah dan pemerintah daerah serta para  stakeholder

dalam upaya pengentasan  kemiskinan. Hal ini dapat  dilihat dari adanya beberapa   program   pusat   yang   ditindaklanjuti   oleh   pemerintah   daerah seperti   PNPM   Perkotaan/Perdesaan,   PAMSIMAS   dan   Program Pengembangan Wilayah Pedesaan (PPWP). 

Gambar 2.11

Grafik Trend Penduduk Miskin Menurut Daerah Kota dan Desa di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006­2011 

Object 11

Sumber: BPS Prov. Sulteng, BRS Tahun 2011 (Data Diolah Kembali)

Tabel  di atas  mencerminkan  bahwa dilihat  dari  sebaran  penduduk miskin di daerah perkotaan dan pedesaan selama Tahun 2006­2011, rata­ rata jumlah penduduk miskin terbanyak berada di daerah pedesaan yaitu kurang lebih 2/3 dari penduduk miskin yang ada di Sulawesi Tengah.

Gambar 2.12

(33)

Object 13

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, SP 2010 (Data Diolah Kembali).

Gambar di atas menunjukan bahwa, dilihat dari sebaran kemiskinan menurut   kabupaten/kota,   pada   Tahun   2010   jumlah   penduduk   miskin terbanyak   berada   di   Kabupaten   Parigi   Moutong   yaitu   83.400   jiwa   atau sebesar   18,32   persen   dari   total   penduduk   miskin   yang   ada   di   Provinsi Sulawesi   Tengah,   sedangkan   jumlah   penduduk   miskin   yang   terendah berada di Kabupaten Buol sebanyak 24.800  jiwa atau sebesar 5,45 persen dari total penduduk miskin yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah.

2. Fokus Kesejahteraan Sosial

a. Angka Melek Huruf dan Rata­Rata Lama Sekolah

Keberhasilan pembangunan di sektor pendidikan di Provinsi Sulawesi Tengah dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu: Angka Melek Huruf, Rata­rata   lama   sekolah,   Angka   Partisipasi   Kasar   (APK)   dan   Angka Partisipasi Murni (APM).

Gambar 2.13

Grafik Perkembangan Angka Melek Huruf dan Rata­Rata Lama Sekolah  Di Provinsi Sulteng Tahun 2006­2010

(34)

Gambar   di   atas   menunjukan   bahwa,   selama   periode   Tahun   2006­ 2010   angka   melek   huruf   di   Sulawesi   Tengah   trendnya   meningkat   dan termasuk   kategori   tinggi   yaitu   berada   dikisaran   94,90­96,08   persen,   ini mengindikasikan bahwa kemampuan membaca dan menulis penduduk usia 15 tahun keatas semakin membaik, dan juga diikuti dengan meningkatnya angka rata­rata lama sekolah, dimana pada tahun 2006 angka rata­rata lama sekolah mencapai 7,68 tahun meningkat menjadi 8,00 tahun pada Tahun   2010,   atau   terjadi   peningkatan   sebesar   0,32   point   selama   lima tahun.   Ini   mengindikasikan   bahwa   pembangunan   di   bidang   pendidikan, telah dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan dengan memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada di Sulawesi Tengah, fenomena ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan baik dari segi kuantitas maupun kualitas layanannya.

Dalam   konteks   regional   Sulawesi,   Tahun   2010   angka   melek   huruf mencapai 96,08 persen di atas angka rata­rata nasional yaitu 92,91 persen dengan posisi peringkat 2 setelah Provinsi Sulawesi Utara. 

Gambar 2.14

(35)

Sumber:  BPS RI, Beberapa Perkembangan Indikator Sosial Ekonomi Tahun 2011 

Gambar   di   atas   menunjukkan   bahwa,   terdapat   tiga   provinsi   yang memiliki   angka   melek   huruf   diatas   rata­rata   nasional   yakni   Provinsi Sulawesi   Utara   99,30   persen   (peringkat   1),   Provinsi   Sulawesi   Tengah sebesar 96,08 persen (peringkat 2) dan Provinsi Gorontalo sebesar 96,00 persen (peringkat 3). sedangkan provinsi yang memiliki angka melek huruf dibawah rata­rata nasional yakni Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 91,85 persen   (peringkat   4),   Provinsi   Sulawesi   Barat   sebesar   88,48   persen (peringkat 5) dan Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 87,75 persen (peringkat 6).

b. Angka Partisipasi Kasar (APK)

Dari segi Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM), juga terus menunjukan trend yang semakin membaik, hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:

(36)

di Provinsi Sulteng Tahun 2006­2010

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka Tahun 2011.

Gambar   di   atas   mencerminkan   bahwa,   Angka   Partisipasi   Kasar penduduk di Sulawesi Tengah untuk seluruh jenjang pendidikan (SD/MI, SMP/MTs   dan   SMA/SMK)   selama   Tahun   2006­2010   mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dimana: 

­ APK   untuk   SD/MI;   dari   100,66   persen   pada   Tahun   2006   meningkat menjadi 112,08 persen di Tahun 2010, atau terjadi peningkatan selama lima tahun terakhir yaitu sebesar 11,42 point.

­ APK untuk SMP/MTs; dari 56,58 persen pada Tahun 2006 meningkat menjadi 90,24 persen di Tahun 2010, atau terjadi peningkatan selama lima tahun terakhir yaitu sebesar 33,66 point.

­ APK untuk SMA/SMK; dari 36,25 persen pada Tahun 2006 meningkat menjadi 77,56 persen di Tahun 2010, atau terjadi peningkatan selama lima tahun terakhir sebesar 41,31 point.

Secara   umum   APK   pada   jenjang   pendidikan   SD/MI   angka partisipasinya cukup tinggi tetapi untuk jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK angka partisipasinya belum maksimal.

Tabel 2.20

Angka Partisipasi Kasar (APK) Di Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah 

Tahun 2009/2010

No. Kabupaten/Kota SD/MIAngka Partisipasi Kasar (APK)SMP/MTs SMU/MA

1 Banggai Kepulauan 117,55 81,14 70,21

2 Banggai 121,21 94,81 89,86

3 Morowali 103,45 82,47 55,29

4 Poso 109,86 109,63 86,30

5 Donggala 131,34 70,76 58,70

(37)

No. Kabupaten/Kota SD/MIAngka Partisipasi Kasar (APK)SMP/MTs SMU/MA

7 Buol 115,24 105,66 56,87

8 Parigi Moutong 107,93 96,62 94,26

9 Tojo Una-Una 122,32 106,53 56,87

10 Sigi - 59,04

-11 Palu 118,39 120,44 100,09

Sumber: BPS RI, Susenas Tahun 2011. c. Angka Partisipasi Murni (APM)

Dari   sisi   perkembangan   Angka   Partisipasi   Murni   (APM)   di   Privinsi Sulawesi Tengah untuk seluruh jenjang pendidikan (SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK) dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.16 

Grafik Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM)  di Provinsi Sulteng Tahun 2006­2010

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Tahun 2011.

Gambar   di  atas   memperlihatkan   bahwa   Angka   Partisipasi   Murni (APM)   Tahun   2006­2010,   untuk   seluruh   jenjang   pendidikan   (SD/MI, SMP/MTs   dan   SMA/SMK)   mengalami   siklus   konjungtur   (fluktuatif)   akan tetapi selama selang lima tahun (2006­2010) mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dimana:

­ APM   untuk   SD/MI;   dari   94,03   persen   pada   Tahun   2006   meningkat menjadi   95,24   persen   pada   Tahun   2010,   atau   terjadi   peningkatan selama lima tahun terakhir sebesar 1,21 point.

(38)

­ APM untuk SMA/SMK; dari 42,43 persen pada Tahun 2006 meningkat menjadi 67,70 persen pada Tahun 2010, atau terjadi penurunan selama lima tahun terakhir sebesar 25,27 point.

Secara   umum   Angka   Partisipasi   Murni   (APM)   pada   jenjang pendidikan  SD/MI   angka  partisipasinya  cukup   tinggi  jika  dibangdingkan dengan   jenjang   pendidikan   SMP/MTs   dan   SMA/SMK   yang   angka partisipasinya belum maksimal.

Tabel 2.21

Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah 

Tahun 2009/2010

No. Kabupaten/Kota Angka Partisipasi Murni (APM)

SD/MI SMP/MTs SMU/MA

1 Banggai Kepulauan 95,41 61,86 53,95

2 Banggai 98,87 72,39 79,47

3 Morowali 94,94 59,68 43,69

4 Poso 95,43 83,58 76,50

5 Donggala 89,25 53,07 49,85

6 Tolitoli 96,76 69,69 49,32

7 Buol 94,80 77,75 49,88

8 Parigi Moutong 98,36 72,85 90,70

9 Tojo Una-Una 91,27 81,35 49,80

10 Sigi - 44,80

-11 Palu 95,91 91,05 86,98

Sumber: BPS RI, Susenas Tahun 2011 d. Kesehatan

Pemerintah telah berupaya secara optimal dalam membangun derajat kesehatan   masyarakat   melalui   kebijakan   pembangunan   kesehatan   yang diejawantahkan dalam bentuk pelaksanaan program dan kegiatan. Capaian

No Indikator 2006 2007 2008 2009 2010

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

59/1000 KH 60/1000 KH 60/1000 KH 58/1000 KH 60/1000 KH

2. Angka Kematian Ibu (AKI)

311/100.000 KH 288,5/100.000 KH

241/100.000 KH

(39)

Sumber: Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulteng, Profil Kesehatan Tahun  2011.

Tabel   di   atas   menggambarkan   bahwa   perbaikan   derajat   kesehatan masyarakat   di   Sulawesi   Tengah   terus   menunjukan   perkembangan   yang fluktuatif, hal ini ditunjukan dengan indikasi sebagai berikut: 

­ Angka   Kematian   Bayi   (AKB);   pada   Tahun   2006   AKB   mencapai   59 kematian per 1000 Kelahiran Hidup, meningkat menjadi 60 kematian per 1000 Kelahiran Hidup di Tahun 2010.

­ Angka Kematian Ibu (AKI); pada Tahun 2006 mencapai 311/100.000 Kelahiran Hidup menurun menjadi 247,9/100.000 Kelahiran Hidup di Tahun 2010.

­ Prevalensi Gizi Buruk; pada Tahun 2006 sebesar 13,50 persen menurun menjadi 18,6 persen di Tahun 2010.

Gambar 2.17 

Perkembangan Angka Usia Harapan Hidup  Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007­2010 (Tahun)

Object 15

Sumber: BPS RI, Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia Tahun 2011

Pada gambar di atas menunjukan bahwa Perkembangan Angka Usia Harapan   Hidup   (UHH)   di   Sulawesi   Tengah   cenderung   mengalami peningkatan,   dimana   Tahun   2007   angka   UHH   mencapai   65,90   tahun meningkat menjadi 66,10 tahun pada Tahun 2008, kemudian pada Tahun 2009   meningkat   menjadi   66,35   tahun,   dan   pada   Tahun   2010   kembali meningkat   menjadi   66,60   tahun.   Dengan   demikian   selama   empat   tahun terakhir angka UHH mengalami peningkatan sebesar 0,70 poin.

(40)

masyarakat.   Perkembangan   sarana   dan   prasarana   kesehatan   di   Provinsi Sulawesi Tengah dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.18 

Grafik ketersediaan Fasilitas kesehatan (unit)  di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006­2009

Object 17

Sumber: BPS Provinsi Sulteng,  Sulteng Dalam Angka Tahun 2010

Gambar   diatas   mencerminkan   bahwa   selama   Tahun   2006­2009 kuantitas sarana/fasilitas rumah sakit dan posyandu di Provinsi Sulawesi Tengah   mengalami   peningkatan,   sedangkan   fasilitas   puskesmas   sedikit berkurang jumlahnya hal ini disebabkan oleh beberapa unit tidak berfungsi secara   optimal.   Peningkatan   fasilitas   kesehatan   tersebut   juga   diiringi dengan   meningkatnya   tenaga   kesehatan   seperti   dokter   dan   tenaga kesehatan lainnya (bidan, perawat, sanitarian dan apoteker), seperti tampak pada gambar berikut:

Gambar 2.19

Grafik Jumlah Dokter dan Tenaga Kesehatan Lainnya  di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006­2009

(41)

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka Tahun 2010 (Data  diolah kembali)

Gambar diatas menunjukan bahwa selama Tahun 2006­2009 tenaga kesehatan   di   Provinsi   Sulawesi   Tengah   terus   mengalami   peningkatan, dimana jumlah dokter Tahun 2006 sebanyak 490 orang meningkat menjadi 520 orang dokter di Tahun 2009, atau terjadi peningkatan selama empat tahun   sebanyak   30   orang   dokter,   sedangkan   tenaga   kesehatan   lainnya (bidan,   perawat,   sanitarian   dan   apoteker)   pada   Tahun   2006   berjumlah 5.305 orang meningkat menjadi 7.244 orang di Tahun 2009, atau terjadi peningkatan sebanyak 1.939 orang selama empat tahun.

3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga a. Seni Budaya 

Kekayaan  seni  dan  kebudayaan  Sulawesi Tengah  yang tersebar  di wilayah   Kabupaten/Kota   merupakan   asset   yang   sangat   penting   nilainya bagi pengembangan di Sektor Pariwisata. Seni dan budaya ini berupa tarian tradisional, berbagai macam seni rupa dan seni musik tradisional.

Tabel 2.23 

Perkembangan Seni dan Budaya di Sulawesi Tengah  Menurut Kabupaten/Kota

No Kabupaten/Kota Seni Budaya Seni Musik Tradisi

1 Bangkep Tari Tantilaa Musik Gambus

Tari Landean Pandanga

Tari Putri Balantak Unik

Musik Bambu

Seni Teater atau

Drama

3 Donggala Tari Raego Kakula

Tari Pamonte Dade Ndate

Tari Rato

(42)

No Kabupaten/Kota Seni Budaya Seni Musik Tradisi

5 Parigi Moutong Tari Pajoge Maradika Lalowe

Tari Peulu Cinde Gimba

Tari Poweba Kakula

Tari Pomonte Dadendate

Sastera Santun

Kerang

6 Poso Tari Pepoinaya Musik Bambu

Tari Torompio

Tari Momputiti

Cengkeh Lelegesan

Tari Moninggolu Ei ei

Tari Jepeng Tingkobi

Tari Umbasan Dolago Gambus Musik Bambu Seni Kerajinan Kerajinan Cengkeh Rotan

8 Tojo Una-una Tari Kayori Ngesogeso

Lalita Tamburu

Mobolong Gong

Mikeso Gendang

Mura Suling Bambu

(43)

No Kabupaten/Kota Seni Budaya Seni Musik Tradisi

Sumber:   Dinas   Kebudayaan   &   Pariwisata   Provinsi   Sulteng,   Buku   Data Obyek Wisata 2010.

b. Olahraga

Pada   Tahun   2010   jumlah   gedung   olah   raga   di   Sulawesi   Tengah sebanyak   515   lapangan/gelanggang   olahraga,   yang   terdiri   atas   atletik, Balap Motor, Bola Basket, Bola Volly, Bulutangkis, Futsal, Karate, Pencak

No. Kota/Kabupaten Cabang Olah Raga Lapangan/GelanggJumlah ang Olahraga

1 Palu - Bola Basket 1

- Bola Voli 20

- Futsal 1

- Tenis Lapangan 3

- Tenis Meja 2

- Sepak Takraw 2

- Panjat Tebing 1

2 Donggala - Bola Basket 1

- Sepak Bola 2

3 Sigi Sepak Bola 1

4 Parigi Mautong - Atletik 1

- Bola Basket 9

- Bola Voli 45

- Bulu Tangkis 56

(44)

No. Kota/Kabupaten Cabang Olah Raga Lapangan/GelanggJumlah ang Olahraga

- Pencak Silat 4

- T.Lapangan 5

- Tenis Meja 23

- Senam 2

- Sepak bola 16

- Sepak Takraw 32

5 Poso - Bola Basket 2

- Bola Voli 4

- Bulu Tangkis 9

- Karate 2

- Pencak Silat 1

- T.Lapangan 6

- Tenis Meja 4

- Renang 1

- Sepak Bola 1

- Tiju 1

- Catur 1

6 Morowali Balap Motor 1

Bola Basket 4

Bola Voli 1

Bulu Tangkis 1

T.Lapangan 5

Tenis Meja 1

Sepak Bola 21

Sepak Takraw 15

7 Tojo Una-Una - Bola Basket 1

- Bulu Tangkis 2

- T.Lapangan 1

- Sepak Bola 1

8 Tolitoli - Atletik 1

- Bola Basket 4

- Bola Voli 36

- Bulu Tangkis 19

- Futsal 2

- T.Lapangan 13

- Tenis Meja 1

- Renang 1

- Sepak Bola 23

- Sepak Takraw 1

9 Buol - Balap Motor 1

(45)

No. Kota/Kabupaten Cabang Olah Raga Lapangan/GelanggJumlah ang Olahraga

- Bola Voli 16

- Bulu Tangkis 2

- Tla[angan 3

- Sepak Bola 18

10 Banggai - Atletik 1

- Bola Basket 1

- Bola Voli 2

- Bulu Tangkis 1

- Futsal 2

- Karate 1

- Pencak Silat 1

- T.Lapangan 6

- Tnis Meja 1

- Sepak Bola 2

- Sepak takraw 2

11 Banggai Kepulauan - Bola Voli 19

- Bulu Tangkis 2

- Futsal 1

- T.Lapangan 2

- Tenis Meja 4

- Sepak Takraw 2

(46)

Selama periode  Tahun  2006­2010, Angka  Partisipasi Sekolah  (APS) pada Tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) mengalami peningkatan sebesar 0,40 persen   poin,   dimana   pada   Tahun   2006   APS   mencapai   97,12   persen mengalami   penurunan   di   Tahun   2007   menjadi   96,82   persen,   dan   pada Tahun 2008 sedikit megalami perbaikan hingga meningkat menjadi 97,16 persen   dan  kembali   naik   pada   Tahun   2009   menjadi   97,22   persen,   pada Tahun 2010 meningkat menjadi 97,52 persen. 

Gambar 2.20

Grafik Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS)  Jenjang Pendidikan SD/MI di Provinsi Sulteng Tahun 2006­2010

Object 23

Sumber: BPS RI, Susenas Tahun 2011

2) Rasio ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah  Jenjang Pendidikan SD/MI

Perkembangan rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah   di   Sulawesi   Tengah   pada   Tahun   2006   sebesar   0,516   persen meningkat   menjadi   0,581   persen   pada   Tahun   2007,   pada   Tahun   2008 mengalami penurunan menjadi 0,537 persen, Tahun 2009 angka tersebut menurun menjadi 0,524 persen dan Tahun 2010 meningkat menjadi 0,933 persen. 

Gambar 2.21

Trend Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap

(47)

Object 25

Sumber:  BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka  Tahun 2011 (Data  Diolah Kembali)

3) Rasio Murid Terhadap Guru Jenjang Pendidikan SD/MI

Perkembangan rasio murid terhadap guru pada jenjang pendidikan dasar (SD/MI) di Sulawesi Tengah selama kurun waktu Tahun 2006­2010 mengalami siklus fluktuatif, dimana pada tahun 2006 rasio murid terhadap guru  yaitu 1:16, Tahun  2007 dapat ditekan menjadi  1:15,    Tahun  2008 meningkat secara signifikan menjadi 1:25, pada Tahun 2009 turun menjadi 1:18   dan   Tahun   2010   dapat   diperbaiki   menjadi   1:13.   Dengan   demikian rasio keikutsertaan murid dalam proses belajar untuk jenjang pendidikan SD/MI di Provinsi Sulawesi Tengah semakin baik dan masih berada pada standar ideal (kisaran 1 – 20). 

Gambar 2.22

Grafik Trend Rasio Murid Terhadap Guru pada Jenjang

(48)

 Sumber:BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka  Tahun 2011 (Data  Diolah Kembali)

4) Angka Putus Sekolah SD/MI

Angka   Putus   Sekolah   pada   jenjang   pendidikan   SD/MI   pada   Tahun 2006 mencapai 2 persen meningkat menjadi 2,76 persen pada Tahun 2007, Tahun   2008   dapat   ditekan   hingga   menjadi   2,22   persen,   Tahun   2009 mengalami penurunan menjadi 2,14 persen dan pada Tahun 2010 angka putus   sekolah   kembali   dapat   diturunkan   menjadi   2,1   persen.   Ini mengindikasikan bahwa  program pendidikan wajar sembilan tahun telah dapat mengurangi anak putus sekolah pada jenjang pendidikan SD.

Gambar 2.23

Grafik Trend Angka Putus Sekolah pada Jenjang

Pendidikan SD/MI di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006­2010

Object 30

Sumber: Pusat Statistik Pendidikan Kemendiknas, Tahun 2011.         

b. Pendidikan Menengah Pertama 1) Angka Partisipasi Sekolah SMP/MTs

(49)

2010 meningkat menjadi  84,17  persen,  atau  terjadi  peningkatan  sebesar 3,43 point selama Tahun 2006­2010.

Gambar 2.24

Grafik Trend Angka Partisipasi Sekolah pada Jenjang

Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs) di Provinsi Sulawesi Tengah  Tahun 2006­2010

Object 32

Sumber:  BPS RI, Susenas Tahun 2011.

2) Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah pada  Jenjang Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

Sejak   periode  Tahun   2006­2010   perkembangan   rasio   ketersediaan sekolah   terhadap   penduduk   usia   sekolah   pada   jenjang   pendidikan menengah pertama (SMP/MTs) di Sulawesi Tengah mengalami peningkatan sebesar 0,132 point, dimana pada Tahun 2006 rasio ketersediaan sekolah mencapai 0,092 persen, Tahun 2007 sedikit mengalami penurunan menjadi 0,088 persen, Tahun 2008 meningkat menjadi 0,092 persen, Tahun 2009 meningkat menjadi 0,104 persen dan pada Tahun 2010 rasio ketersediaan sekolah SMP/MTs dapat ditingkatkan menjadi 0,225 persen. 

Gambar 2.25

Grafik Trend Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah pada Jenjang Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs) di

(50)

Object 34

Sumber : BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka Tahun 2011 (Diolah Kembali). 

3) Rasio Murid Terhadap Guru Jenjang Pendidikan Menengah Pertama  (SMP/MTs)

Selama   periode   Tahun   2006­2010   Perkembangan   Rasio   murid terhadap guru pada jenjang pendidikan menengah pertama (SMP/MTS) di Provinsi Sulawesi Tengah masih berada pada standar ideal (kisaran 1 – 20), dimana pada Tahun 2006 dan 2007 rasio murid terhadap guru adalah 1:14, Tahun   2008   mengalami   kenaikan   menjadi   1:   20,     Tahun   2009   rasio tersebut dapat diminimalisir menjadi 1:18, dan pada Tahun 2010 kembali dapat diperbaiki menjadi 1:14.

Gambar 2.26

Grafik Trend Rasio Murid Terhadap Guru pada Jenjang Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs) di Provinsi Sulawesi Tengah

Tahun 2006­2010

Object 36

(51)

4) Angka Putus Sekolah SMP/MTs

Angka Putus Sekolah (APS) pada jenjang pendidikan SMP/MTs pada Tahun 2006 sebesar 4,70 persen turun menjadi 4,67 persen pada Tahun 2007, Tahun 2008 meningkat menjadi 6,32 persen, pada Tahun 2009 APS dapat   ditekan   menjadi   5,32   persen,   dan   Tahun   2010   kembali   dapat dikurangi   menjadi   2,90   persen.   Dengan   demikian   selama   periode   Tahun 2006­2010 angka Angka Putus Sekolah pada jenjang pendidikan SMP/MTs dapat dikurangi sebesar 1,80 point.

Gambar 2.27

Grafik Trend Angka Putus Sekolah pada Jenjang Pendidikan SMP/MTs di Provinsi Sulawesi Tengah 

Tahun 2006­2010

Object 38

Sumber: Pusat Statistik Pendidikan Kemendiknas, Tahun 2011.

c. Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA)

1) Angka Partisipasi Sekolah (APS) pada Jenjang Pendidikan Menengah Atas (SMU/SMK/MA)

(52)

Gambar 2.28

Trend Angka Partisipasi Sekolah Pada Jenjang Pendidikan Menengah Atas (SMU/SMK) di Provinsi Sulawesi Tengah

Tahun 2006­2010

Object 40

Sumber : BPS RI, Susenas Tahun 2011

2) Rasio ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah pada Jenjang Pendidikan Menengah Atas (SMU/SMK)

Rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah untuk jenjang pendidikan menengah (SMU/SMK) di Provinsi Sulawesi Tengah mengalami siklus   fluktuatif   dimana   pada   Tahun   2006   rasio   ketersediaan   sekolah mencapai   0,096   persen   turun   menjadi   0,093   persen   pada   tahun   2007, Tahun   2008   turun   menjadi   0,091   persen,   sedangkan   pada   tahun   2009 meningkat secara signifikan menjadi 0,123 persen dan pada Tahun 2010 sedikit   mengalami   penurunan   menjadi   0,112   persen.   Dengan   demikian selama Tahun 2006­2010 terjadi peningkatan sebesar 0,017 point. 

Gambar 2.29

Grafik Trend Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah Pada Jenjang Pendidikan Menengah Atas (SMU/SMK) 

(53)

Object 42

Sumber:BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka  Tahun 2011 (Data  Diolah Kembali)

3) Rasio Murid Terhadap Guru Jenjang Pendidikan Menengah Atas  (SMU/SMK)

Selama periode Tahun 2006­2010 perkembangan rasio murid terhadap guru   pada   jenjang   Pendidikan   Menengan   Atas   (SMU/SMK)   di   Provinsi Sulawesi   Tengah   secara   kontinyu   mengalami   perbaikan   yang   cukup signifikan,  dimana  rasio   ketersediaan  murid  terhadap  guru  pada  jenjang pendidikan SMU/SMK masih berada pada standar ideal (kisaran 1 – 20), yakni pada Tahun 2006 rasio murid terhadap guru mencapai 1:14, Tahun 2007,   2008   dan   2009   sebesar   1:13,     dan   pada   Tahun   2010   dapat diminimalisir menjadi 1:12. 

Gambar 2.30

Grafik Trend Rasio Murid Terhadap Guru pada Jenjang Pendidikan Menengah Atas (SMU/SMK) di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006­

2010

Object 44

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka Tahun 2011 (Data  Diolah Kembali)

Gambar

Tabel 2.5Wilayah Danau Kawasan Lindung di Sulawesi Tengah
Tabel 2.15Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata di Sulawesi Tengah
Gambar 2.3Peta Rawan Bencana Longsor Provinsi Sulawesi Tengah
Gambar 2.4Grafik Trend Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tengah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Participatory action research (PAR) merupakan salah satu pendekatan yang dalam pelaksanaanya dilapangan sangat mengutamakan peran aktif dari pihak-pihak yang terkait

(2) Kepala Sekolah dari Satuan Pendidikan Luar Biasa yang diselenggarakan oleh masyarakat bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, kegiatan rehabilitasi,

Penyelenggara pendidikan (pihak sekolah) mempunyai semangat dan kemauan untuk memberikan ruang-raung atau kesempatan kepada masyarakat untuk berparitisipasi. Dengan

[r]

[r]

Sebaliknya, penderita yang resisten terhadap garam cenderung tidak ada perubahan dalam berat badan atau tekanan darah pada diet garam rendah atau tinggi.. Reaksi terhadap garam ini

Dalam menerapkan SVLK Surya Abadi Furniture memperoleh beberapa manfaat antara lain SVLK dapat menjadi jaminan kepercayaan bagi pelanggan sebagai bukti bahwa kayu yang

Simpulan penelitian ini adalah pengembangan Balai Penyuluhan Pertanian dan adaptasi Balai Penyuluhan Pertanian secara statistik berpengaruh terhadap kinerja penyuluh