• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM

J. Potensi Pengembangan Kawasan Permukiman

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

A. Aspek Pendidikan

Salah satu faktor penting yang berperan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat adalah pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi pula kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga akan berdampak pula terhadap kualitas hidup masyarakat. Kesejahteraan social dari aspek pendidikan diukur melalui beberapa indikator, diantaranya meliputi Angka Melek Huruf, Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Rata-rata Lama Sekolah serta Tingkat Kelulusan.

1. Angka Melek Huruf

Angka Melek Huruf (AMH) adalah proporsi penduduk usia 15 tahun keatas yang mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainny, tanpa harus mengerti apa yang dibaca/ditulisnya terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas.

Dalam perencanaan pembangunan wilayah, AMH digunakan untuk melihat pencapaian indikator dasar yang telah dicapai oleh suatu daerah, karena membaca merupakan dasar utama dalam memperlua ilmu pengetahuan. AMH merupakan indikator penting untuk melihat sejauh mana masyarakat di suatu daerah terbuka terhadap pengetahuan.

Grafik 2.11

Angka Melek Huruf di Kabupaten Boalemo Tahun 2012 - 2016

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Boalemo, 2017

Berdasarkan Grafik diatas, Angka Melek Huruf di Kabupaten Boalemo mengalamu fluktuatif. Pada tahun 2012 Angka melek Huruf di Kabupaten Boalemo sebesar 99,22%, pada tahun 2013

99,05 99,10 99,15 99,20 99,25 99,30 2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016

sebesar 99,25%, pada tahun 2014 dan 2015 sebesar 99,14, serta tahun 2016 sebesar 99,29%.

2. Angka Partisipasi Sekolah

Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah proporsi dari semua anak yang masih sekolah pada suatu kelompok umur tertentu terhadap penduduk dengan kelompok umur yang sesuai. APS yang tinggi menunjukkan terbukanya peluang yang lebih besar dalam mengakses pendidikan secara umum. Pada kelompok umur mana peluang tersebut terjadi dapat dilihat dari besarnya APS pada setiap kelompok umur.

Tabel 2.26

Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Boalemo Tahun 2015 - 2016

No Kelompok Umur APS (%)

2015 2016

1 7 – 12 Tahun 99,24 99,63

2 13 – 15 Tahun 88,97 86,85

3 16 – 18 Tahun 58,64 66,68

4 19 – 24 Tahun 18,23 29,10

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Boalemo, 2017

Berdasarkan tabel diatas, APS Boalemo pada tahun 2016 mengalami kenaikan di semua kelompok umur. Pada kelompok umur 7 - 12 tahun, penduduk yang aktif mengikuti pendidikan di sekolah sebesar 99,63 %. Sedangkan pada kelompok umur 13 – 15 tahun, penduduk yang aktif sekolah sebesar 86,85 %. Selanjutnya untuk Kelompok umur 16 – 18 tahun dan 19 - 24 tahun masing-masing yang bersekolah hanya 66,68% dan 29,10%.

3. Rata-Rata Lama Sekolah

Rata-rata lama sekolah (RLS) merupakan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal merujuk pada standar UNDP. Kegunaan informasi RLS adalah untuk mengetahui kualitas penduduk dalam hal mengenyam pendidikan formal. Tingginya RLS menunjukkan jenjang pendidikan yang pernah/sedang diduduki oleh seseorang. Semakin tinggi angka RLS maka semakin lama/tinggi pula jenjang pendidikan yang ditamatkan. RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas dengan asumsi pada umur 25 tahun proses pendidikan sudah berakhir.

Grafik 2.12

Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Boalemo Tahun 2014 - 2016

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Boalemo, 2017

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 RLS di Kabupaten Boalemo adalah 6,15 tahun, tahun 2015 adalah 6,23 tahun dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 6,30 tahun.

6,05 6,10 6,15 6,20 6,25 6,30 2014 2015 2016 6,15 6,23 6,30

Hal ini menunjukkan bahwa setiap penduduk Boalemo mengenyam pendidikan selama sekitar 6 tahun atau sampai dengan kelas 6 SD. Banyak faktor yang jadi penyebab dari ketidak tercapaiannya RLS 12 tahun, antara lain persepsi masyarakat tentang pendidikan yang dianggap belum menjanjikan, serta mahalnya biaya pendidikan.

B. Aspek Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan modal utama bagi masyarakat dalam melakukan aktivitas secara optimal sehingga dapat menciptakan produktivitas yang tinggi sehingga dapat menciptakan pembangunan yang lebih berkualitas. Aspek kesehatan terdiri dari Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Ibu Melahirkan, Angka Harapan Hidup, dan Balita Gizi Buruk.

1. Angka Kematian Bayi

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup). AKB merupakan indikator yang penting untuk mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi. Kemajuan yang dicapai dalam bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian akan tercermin secara jelas dengan menurunnya tingkat AKB. Dengan demikian, AKB meruupakan tolak ukur yang sensitive dari semua upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di

bidang kesehatan. Gambaran perkembangan AKB di Kabupaten Boalemo dari tahun 2012 – 2016 adalah sebagai berikut :

Grafik 2.13

Angka Kematian Bayi di Kabupaten Boalemo Tahun 2012 - 2016

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Boalemo, 2017

Berdasarkan grafik diatas, AKB di Kabupaten Boalemo dari tahun 2012 – 2015 mengalami fluktuatif. Pada tahun 2012 AKB di Kabupaten Boalemo sebesar 31,1/1000 KH, pada tahun 2013 sebesar 26/1000 KH; pada tahun 2014 sebesar 30/1000 KH dan pada tahun 2015 sebesar 18,9/1000 KH, serta pada tahun 2016 sebesar 18/1000 KH. AKB di Kabupaten Boalemo disebabkan beberapa factor, diantaranya Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), Gangguan Fungsi Multi Organ, Bronkopneomoni, Gizi Buruk, Asfiksia, Kelainan Kongenital, Tetanus Neonatorum, Infeksi, dan Trauma Lahir. 2012 2013 2014 2015 2016 AKB (per 1.000 KH) 31,1 26 30 18,9 18 0 5 10 15 20 25 30 35

2. Angka Kematian Ibu Hamil

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan dan pasca persalinan per 100.000 kelahiran hidup pada masa tertentu. AKI berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil serta pelayanan kesehatan waktu melahirkan dan masa nifas. Gambaran perkembangan angka kematian ibu melahirkan di Kabupaten Boalemo dari tahun 2012 – 2015 adalah sebagai berikut :

Grafik 2.14

Angka Kematian Ibu Melahirkan di Kabupaten Boalemo Tahun 2012 - 2016

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Boalemo, 2017

Berdasarkan grafik diatas, AKI di Kabupaten Boalemo dari tahun 2012 – 2015 mengalami fluktuatif. Pada tahun 2012 AKI di Kabupaten Boalemo sebesar 145/100.000 KH, pada tahun 2013 sebesar 378/100.000 KH; pada tahun 2014 sebesar 156/100.000

2012 2013 2014 2015 2016 AKI (per 100.000 KH) 145 378 156 363 323 0 50 100 150 200 250 300 350 400

KH dan pada tahun 2015 sebesar 363/100.000 KH, serta pada tahun 2016 sebesar 323/100.000 KH. Penyebab Kematian Ibu Melahirkan diantaranya yaitu Penyebab langsung seperti Eklamsi, pendarahan, HEG, Infeksi dan adanya penyakit penyerta. Sedangkan penyebab tidak langsung seperti 4 TERLALU melahirkan (terlalu muda, terlalu dekat, terlalu tua dan terlalu banyak) dan 3 TERLAMBAT (terlambat memutuskan, terlambat mencapai tempat pelayanan kesehatan dan terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan). Disamping itu faktor lain yang menyebabkan AKI meningkat pada tahun 2015 adalah tidak tersedianya lagi dana Jaminan Persalinan (JAMPERSAL) dari Kementerian Kesehatan yang khusus diperuntukkan untuk membiayai persalinan bagi masyarakat ekonomi dibawah (masyarakat miskin).

3. Balita Gizi Buruk

Jumlah Balita dengan status gizi buruk dihitung berdasarkan berat badan balita dibandingkan dengan tinggi badan balita (BB/TB). Status gizi buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh pertumbuhan fisik dan mental maupun kemampuan berfikir sehingga pada akhirnya akan menurunkan kualitas sumber daya manusia. Gambaran perkembangan angka balita dengan status gizi buruk di Kabupaten Boalemo tahun 2012 – 2016 adalah sebagai berikut :

Grafik 2.15

Persentase Balita Gizi Buruk di Kabupaten Boalemo Tahun 2012 - 2016

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Boalemo, 2017

Berdasarkan grafik diatas, persentase balita gizi buruk di Kabupaten Boalemo dalam rentang waktu tahun 2012 – 2015 mengalami penurunan. Pada tahun 2012, persentase balita gizi buruk di Kabupaten Boalemo sebesar 1,34 %, pada tahun 2013 sebesar 0,8 %, pada tahun 2014 sebesar 0,6 % serta pada tahun 2015 dan 2016 sebesar 0,2 %. Penurunan persentase balita gizi buruk di Kabupaten Boalemo disebabkan oleh keterlibatan lintas sektor dan peran aktif

Tim Penggerak PKK mulai dari tingkat Kabupaten hingga ke tingkat Desa serta tersedianya fasilitas gedung TFC yang berfungsi untuk perawata bagi balita gizi buruk.

C. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) merupakan indeks komposit yang meliputi aspek kesehatan

2012 2013 2014 2015 2016

Balita Gizi Buruk (%) 1,34 0,8 0,6 0,2 0,2 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6

melalui pengukuran angka harapan hidup (AHH), pendidikan melalui pengukuran angka harapan lama sekolah (AHH) dan rata-rata lama sekolah (RLS), serta aspek kesejahteraan melalui pengukuran daya beli atau pengeluaran per kapita

Tabel 2. 27

Indek Pembangunan Manusia Kabupaten Boalemo Tahun 2012 – 2016

Uraian 2103 2014 2015 2016

IPM 61.71 62.18 62.86 63.42

Sumber : BPS Kab. Boalemo, 2017

Pada tahun 2016, Angka Harapan Hidup (AHH) di Kabupaten Boalemo adalah 67,67 tahun, Harapan Lama Sekolah (HLS) sebesar 12,34 tahun, Rata-rata Lama Sekolah (RLS) sebesar 6,30 tahun dan Pengeluaran Perkapita sebesar Rp. 7.895.000,00

2.3. Aspek Pelayanan Umum

Dokumen terkait