• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fokus Layanan Urusan Pemerintah Wajib a. Urusan Pendidikan

Dalam dokumen BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH (Halaman 23-39)

2.3. Aspek Pelayanan Umum

2.3.1 Fokus Layanan Urusan Pemerintah Wajib a. Urusan Pendidikan

1. Angka Partisipasi Murni

APM merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan tingkat partisipasi murni penduduk usia sekolah. Keberhasilan program wajib belajar sembilan tahun dapat dilihat dari indikator angka partisipasi kasar dan angka partisipasi murni. APM menunjukkan perbandingan antara jumlah siswa dengan jumlah penduduk Kabupaten Flores Timur pada usia sekolah.

Tabel 2.23

Perkembangan APM Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016

No. APM Tahun

2012 2103 2104 2015 2016

1 APM SD/MI/Paket B 97,75 98,61 98 96 91,02 2 APM SLTP/MTs/Paket C 100 89,09 95 67,75 71,62

3 APM SMA/SMK 87 95,23 98 77,26 102,84

Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Flores Timur, 2016 Grafik 2.2

Perkembangan Angka Partisipasi Murni Kabupaten Flores Timur Tahun 2012 – 2016 0 20 40 60 80 100 120 2012 2103 2104 2015 2016 APM SD/Mi/Paket B 97,75 98,61 98 96 91,02 APM SLTP/MTs/Paket C 100 89,09 95 67,75 68,04 APM SMA/SMK 87 95,23 98 77,26 102,84

APM SD/MI pada tahun 2016 sebesar 91,02%, menurun dari tahun 2015 yakni sebesar 96%. Walaupun demikian, perkembangan APM SD/MI di Kabupaten Flores Timur dalam kurun waktu lima tahun terakhir cukup baik. Pada jenjang SLTP, APM SMP/MTs tahun 2015 mencapai 67,75%. Sedangkan tahun 2016

RPJMD|II-24

mencapai 68,04%. Capaian APM seperti di atas bukan berarti bahwa anak usia 7-12 tahun dan anak usia 13-15 tahun tidak bersekolah, akan tetapi dimungkinkan dari kelompok umur tersebut ada yang sudah memasuki jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan untuk SMA/MA/SMK selalu mengalami peningkatan. Tahun 2012 mencapai 87%, kemudian meningkat menjadi 95,23% pada tahun 2013, kemudiaan meningkat menjadi 98% pada tahun 2014, turun di tahun 2015 menjadi 77,26 % dan kembali meningkat menjadi 102,84% di tahun 2016.

2. Angka Partisipasi Kasar

APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan PAUD/SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun atau rasio jumlah siswa (tanpa memperhatikan faktor usia) yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK pada setiap jenjang pendidikan di Kabupaten Flores Timur pada Tahun 2012–2016 disajikan pada Grafik 2.3 terlihat bahwa nilai APK baik SD, SMP maupun SMA dari Tahun 2012–2016 berfluktuasi. Hal ini disebabkan oleh jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan, baik SD/MI, SMP/MTS, maupun SMA/ MA/SMK.

Grafik. 2.3.

Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016

Tabel 2.24

Perkembangan APK Kab. Flores Timur Tahun 2012-2016

No. Perkembangan APK Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 1 APK SD/MI/Paket B 121.4 106.8 97 113.7 108 2 APK SLTP/MTs/Paket C 128.5 104.4 100 94.21 97.16 3 APK SMA/SMK 117 98.28 105 77.87 95.23 Sumber: Dinas PKO Kabupaten Flores Timur, 2016

3. Rasio Ketersediaan Sekolah

Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan dasar per 10.000 jumlah penduduk usia sekolah dasar. Peningkatan jumlah sarana sekolah

RPJMD|II-25

dari tahun 2012–2016 menunjukkan bahwa sarana pendidikan dasar dan menengah secara kuantitas telah cukup memadai.

Tabel 2.25

Ketersediaan Sekolah di Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016 Jenjang Pendidikan 2012 2013 2014 2015 2016

SD/MI 272 292 296 296 299

SMP/MTs 58 71 72 72 74

SMA/MA/SMK 29 29 40 40 42

Sumber: Dinas PPO Kabupaten Flores Timur 4. Rasio Guru/Murid

Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar/menengah per 1.000 jumlah murid pendidikan dasar/menengah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar per kelas. Selain itu, untuk mengukur jumlah ideal guru per kelas terhadap jumlah murid agar tercapai mutu pengajaran.

Tabel 2.26.

Rasio Guru/Murid di Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016 No Indikator 2012 2013 2014 2015 2016

1 SD 18 22,67 57 39,2 85,88

2 SMP 14,79 26,86 128 43 85,88

3 SMA 10,09 22,64 108 40,13 81,18

Sumber: Dinas PPO Kabupaten Flores Timur

Tabel 2.26 menunjukan pada tahun 2016, terdapat 85 atau 86 guru mendampingi 1.000 murid di tingkat pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

5. Urusan Kesehatan

1) Angka Kematian Bayi

Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator yang berkaitan langsung dengan tingkat kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal anak-anak termasuk pemeliharaan kesehatannya.

Grafik 2.4 Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Flores Timur Periode Tahun 2010-2016

RPJMD|II-26

Angka kematian bayi mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun yang terlihat pada Grafik 2.4. Pada tahun 2016 sebesar 21 per 1.000 kelahiran hidup (KLH), mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun 2010 sebesar 14,9 per 1.000 KLH namun masih di bawah target MDG’s yaitu sebesar 23 per 1.000 KLH.

2) Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan proses kehamilan, persalinan dan nifas. Kabupaten Flores Timur telah berhasil melakukan implementasi revolusi KIA dengan pelaksanaan Pekan Keselamatan Ibu dan Anak serta gerakan 2H2 Center. Angka kematian ibu di Kabupaten Flores Timur telah mengalami penurunan dari tahun ke tahun dan telah mendapat penghargaan dari MDG’s Award. Perkembangan angka kematian Ibu di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat pada Grafik 2.5.

Grafik 2.5.

Perkembangan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Flores Timur Periode Tahun 2010-2016

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, 2017

Grafik 2.5 menunjukan bahwa terjadi penurunan AKI dari tahun 2012-2015, sedangkan pada tahun 2016 AKI mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh adanya penyebab langsung dan tidak langsung, diantaranya ibu hamil yang juga mengalami penyakit penyerta seperti gagal ginjal, hipertensi, penyakit jantung, juga faktor gizi.

3) Cakupan Komplikasi Kebidanan

Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam kandungan, baik langsung, termasuk penyakit menular dan penyakit tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin, yang disebabkan oleh trauma/kecelakaan.

RPJMD|II-27

Grafik 2.6

Cakupan Komplikasi Kebidanan dan Neonatal yang Ditangani di Kabupaten Flores Timur Periode Tahun 2007-2016

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, 2017

Berdasarkan Grafik 2.6 pada tahun 2016 Kabupaten Flores Timur cakupan penanganan komplikasi kebidanan yang ditangani mencapai 100 %, berarti setiap ibu hamil di Kabupaten Flores Timur yang memiliki komplikasi kebidanan yang terdeteksi oleh petugas kesehatan dan semuanya dapat ditangani.

4) Angka Kesakitan

Morbiditas adalah keadaan sakit, terjadinya penyakit atau kondisi yang mengubah kesehatan dan kualitas hidup. Morbiditas dapat diukur dengan 3 (tiga) cara yaitu insidensi, prevalensi dan indeks kesehatan dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Gambaran pola 15 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas Kabupaten Flores Timur tahun 2016 disajikan pada Tabel 2.27 berikut.

Tabel 2.27.

Pola Penyakit Terbanyak di Puskesmas Pada Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap di Kabupaten Flores Timur Tahun 2016

NO Diagnosis ICD X TOTAL

1 Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut J069 37.17

2 Hipertensi esenssial I10 7.88

3 Myalgia M791 7.77

4 Gastritis acut K291 7.105

5 Observasi febris R501 6.398

6 Rheumatic arthritis acut M069 4.443 7 Penyakit Kulit Infeksi L303 4.083

8 Penyakit Kulit alergi L239 3.481

9 Dispepsia K30 2.947

10 Diare (termasuk tersangka kolera) A09 2.792

11 Influenza 1.981

12 Vulnus Lacerasi T148 1.876

13 Abses L209 1.485

14 Cephalgia R42 1.11

15 Pharangitis Acuta 825

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, 2017

Dari Tabel 2.27 terlihat bahwa penyakit infeksi masih merupakan penyakit terbanyak yang ditemukan pada pasien rawat jalan dan rawat inap di

RPJMD|II-28

Puskesmas. Tingginya angka kejadian ISPA ini disebabkan kondisi cuaca yang tidak menentu dan penerapan perilaku hidup bersih sehat belum optimal. Selain itu, penyakit tidak menular seperti hipertensi esensial karena lingkungan dan gaya hidup masyarakat.

5) Rasio Pelayanan Terpadu (Posyandu) per Satuan Penduduk.

Posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat untuk menyampaikan dan memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Rasio Posyandu per satuan Balita di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat pada Tabel 2.28

Tabel 2.28

Rasio Posyandu per Satuan Balita Kabupaten Flores Timur Tahun 2012–2016

Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah Posyandu 540 568 548 550 555 Jumlah Balita 20.887 17.498 20.139 36.2 40.486 Rasio (per 1000 Balita) 26,62 32,40 36,75 15,19 13,71 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur

6) Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Tenaga Kesehatan

Perkembangan pelayanan kesehatan dapat diketahui dari ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan. Gambaran kondisi ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan dapat dilihat pada Tabel 2.29 dan Tabel 2.30 di bawah ini.

Tabel 2.29 Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Flores Timur Tahun 2015-2016 Fasilitas Kesehatan Tahun 2015 Tahun 2016 Pemilikan/Pengelola Pemilikan/Pengelola Pem. Kab Swa sta Jumlah Pem. Kab Swas ta Jumlah

Rumah sakit umum 1 1 8

Puskesmas perawatan 8 8 8

Puskesmas non perawatan 12 12 12

Puskesmas pembantu 41 41 - 41

Rumah bersalin 1 1 1 1

Balai pengobatan/klinik 5 5 5 5

Praktik dokter perorangan 31 31 31 31

Poskesdes 39 39 39 - 39

Posyandu 5.55 550 555 - 555

Apotek 13 13 13 13

Toko obat 1 1 1 1

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur

Sarana kesehatan milik Pemerintah di Kabupaten Flores Timur Tahun 2016 meliputi Puskesmas sebanyak 20 unit yang terdiri dari Puskesmas Perawatan 8 unit dan Puskesmas Non Perawatan 12 unit, Puskesmas Pembantu sebanyak 41 unit, Poskesdes 39 unit, Apotek 13 unit dan 1 Rumah Sakit Umum Daerah, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hendrikus Fernandez Larantuka.

RPJMD|II-29

Tabel 2.30 Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016 Jenis 2012 2013 2014 2015 2016 Dokter Spesialis 1 1 1 8 2 Dokter Umum 22 22 29 36 25 Dokter Gigi 4 4 4 3 1 Perawat 251 554 410 569 394 Bidan 284 316 309 343 212 Perawat Gigi 27 28 31 23 32 Apoteker 6 10 10 15 14 Asisten Apoteker 16 28 44 39 35

Sarjana Kesehatan Masyarakat 51 59 57 69 59

Sanitarian 50 53 53 56 54

Gizi 12 23 26 30 21

Keterapian Fisik 9 10 12 12 10

Keteknisan Medis 3 24 13 4 3

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur

7) Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Proses persalinan dapat menentukan keselamatan ibu dan bayinya sehingga mempengaruhi angka kematian bayi maupun angka kematian ibu saat melahirkan. Pemerintah Provinsi NTT melalui Peraturan Gubernur (PERGUB) NTT No. 42 Tahun 2009 telah membuat kebijakan tentang Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak (Revolusi KIA).

Grafik 2.7

Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Kompeten di Kabupaten Flores Timur Tahun 2007-2016

Sumber Dinas Kesehatan 2017

Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa cakupan pelayanan persalinan yang ditangani persalinan oleh tenaga kesehatan yang berkompetensi meningkat dari tahun ke tahun. Jika pada tahun 2011 cakupan pertolongan persalinan sebesar 88% meningkat menjadi 99% pada tahun 2016. Hal ini berdampak

RPJMD|II-30

pada penurunan angka kematian ibu dan bayi. Kondisi ini merupakan dampak dari program unggulan 2H2 Centre.

8) Imunisasi

Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proporsi terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut juga menggambarkan besarnya tingkat perlindungan terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Suatu desa/kelurahan telah mencaai target UCI apabila ≥ 80 % bayi (0-11 bulan) di desa/kelurahan tersebut mendapat imunisasi dasar lengkap.

Pencapaian UCI di Kabupaten Flores Timur tahun 2016 sebesar 85,6% (214 desa dari 250 Desa yang ada). Perkembangan desa UCI di Kabupaten Flores Timur pada periode tahun 2012-2014 dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik 2.8.

Trend Perkembangan Desa UCI di Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, 2017

9) Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Penanganan

Berdasarkan hasil penimbangan Balita di Posyandu tahun 2016 ditemukan sebanyak 111 balita gizi buruk (0,6%).

Grafik 2.9

Trend Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Kabupaten Flores Timur Tahun 2014-2016

RPJMD|II-31

10) Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC

Pada tahun 2016 jumlah kasus baru TB BTA+ (Tuberculosis Bakteri Tahan Asam) sebesar 154 orang, dengan Angka Notifikasi Kasus atau Case

Notification Rate (CNR) kasus baru TB BTA+ sebesar 54,36 per 100.000

penduduk dan CNR terhadap seluruh kasus TB sebesar 67,74 per 100.000 penduduk.

Grafik 2.10 memperlihatkan trend CNR selama 3 tahun terakhir, dimana angka ini menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat.

Grafik 2.10.

Trend Angka Notifikasi kasus TB per 100.000 Penduduk di Kabupaten Flores Timur Tahun 2014-2016

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, 2017

11) Cakupan Penemuan dan Penanganan Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes Aegepty atau Aedes Albopictus. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Pada tahun 2016 jumlah penderita DBD sebanyak 9 orang dan angka kesakitan (IR) 3,2 per 100.000. Jumlah penderita DBD ini mengalami penurunan bila dibandingkan tahun sebelumnya. Cakupan penderita DBD tahun 2016 semuanya tertangani oleh petugas kesehatan yang berada di wilayah tersebut.

RPJMD|II-32

Grafik 11.

Trend Angka Kesakitan (IR) DBD Per 100.000 Penduduk dan Jumlah Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, 2017 12) Perkembangan Penyakit Tidak Menular

Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan 63 % penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa per tahun (WHO, 2010). Pada tahun 2016 jumlah penderita hypertensi tercatat sebesar 7.880 penderita dan ini termasuk penyakit kedua tertinggi dari 15 pola penyakit yang tercatat di Kabupaten Flores Timur.

Salah satu upaya pemerintah dalam menekan trend penyakit menular adalah pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu lansia atau Pos Bisa Terpadu (Posbindu).

13) Cakupan Kunjungan Bayi

Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai 28 hari. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi.

Pencapaian kunjungan neonatus di Kabupaten Flores Timur pada tahun 2016 KN 1 sebesar 3.985 (100%) dan KN lengkap sebesar 3.953 (99,2).

Tabel. 2.31 Cakupan Kunjungan Bayi Ke Puskesmas di Kabupaten Flores Timur Tahun 2016

No . Kecamat an Puske smas

Jumlah Bayi Kunjungan Neonatal 1 x (KH 1) Kunjungan Neonatal 3 x (KH Lengkap)

L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P Jml h % Jml h % Jml h % Jml h % Jmlh % Jm lh % 1 Wulanggi tang Boru 131 104 235 131 100 104 100 235 100 131 100 104 100 23 5 100, 0 2 Ile Bura Ile

Bura 63 39 102 63 100 39 100 102 100 63 100 38 97, 4 10 1 99,0

RPJMD|II-33 No . Kecamat an Puske smas

Jumlah Bayi Kunjungan Neonatal 1 x (KH 1) Kunjungan Neonatal 3 x (KH Lengkap)

L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P Jml h % Jml h % Jml h % Jml h % Jmlh % Jm lh % 3 Demon Pagong Depo g 34 26 60 34 100 26 100 60 100 34 100 25 96, 2 59 98,3 4 Larantuk a Oka 334 307 641 334 100 307 100 641 100 332 99,4 304 99, 0 63 6 99,2 5 Ile Mandiri Waim ana 64 62 126 64 100 62 100 126 100 63 98,4 61 98, 4 12 4 98,4 6 Tanjung Bunga Waikli bang 111 92 203 111 100 92 100 203 100 110 99,1 92 100 20 2 99,5 7 Lewolem a Lewol ema 64 66 130 64 100 66 100 130 100 64 100 65 98, 5 12 9 99,2 8 Adonara Barat Waiw adan 125 111 236 125 100 111 100 236 100 124 99,2 111 100 23 5 99,6 9 Adonara Tengah Lite 70 91 161 70 100 91 100 161 100 69 98,6 90 98, 9 15 9 98,8 10 Adonara Timur Waiw erang 240 242 482 240 100 242 100 482 100 240 100 242 100 48 2 100 11 Ile Boleng Ile Bolen g 122 123 245 122 100 123 100 245 100 121 99,2 122 99, 2 24 3 99,2 12 Witiham a Witih ama 113 135 248 113 100 135 100 248 100 112 99,1 135 100 24 7 99,6 13 Kelubago lit Lamb unga 96 80 176 96 100 80 100 176 100 95 99,0 78 97, 5 17 3 98,3 14 Adonara Sagu 73 65 138 73 100 65 100 138 100 72 98,6 63 96, 9 13 5 97,8 15 Solor Timur Mena ngga 143 143 286 143 100 143 100 286 100 143 100 142 99, 3 28 5 99,7 16 Solor Barat Ritae bang 56 58 114 56 100 58 100 114 100 55 98,2 57 98, 3 11 2 98,2 17 Solor Selatan Kalike 40 40 80 40 100 40 100 80 100 40 100 39 97, 5 79 98,8 18 Wotanul umado Banio na 76 71 147 76 100 71 100 147 100 76 100 70 98, 6 14 6 99,3 19 Titehena Lewol aga 49 45 94 49 100 45 100 94 100 47 95,9 2 45 100 92 97,9 Lato 41 40 81 41 100 40 100 81 100 39 95,1 2 40 100 79 97,5 JUMLAH KAB/KOTA 2.04 5 1.9 40 3.98 5 2.0 45 100 1.9 40 100 3.9 85 100 2.0 30 99,3 1.92 3 99, 1 3. 95 3 99,2

Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Flotiim, 2017

14) Cakupan Kunjungan Masyarakat Miskin dan Rujukan Masyarakat Miskin Penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan dipergunakan sebagai batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Pada tahun 2016, total kunjungan masyarakat miskin Kabupaten Flores Timur yang mendapat bantuan Jaminan Pelayanan Kesehatan sebanyak 86.800 orang dari total masyarakat miskin seluruhnya sebanyak 160.854 (53,96%).

RPJMD|II-34

15) Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 1. Jalan dan Jembatan

Kondisi jalan di Kabupaten Flores Timur sampai dengan tahun 2016 adalah 1084,76 km terdiri dari jaringan jalan Nasional sepanjang 190,69 km, jalan Provinsi sepanjang 175,89 km dan jalan kabupaten sepanjang 718,18 km.

Panjang jalan Kabupaten di Kabupaten Flores Timur tahun 2016 mengalami pertumbuhan sebesar 23,79 % dibandingkan tahun 2012. Pada tahun 2012 panjang jalan Kabupaten 580,18 km dan pada tahun 2016 bertambah menjadi 718,18 km. Penambahan panjang ruas jalan Kabupaten ini dikarenakan adanya perubahan status ruas jalan dari yang semula non status menjadi jalan kabupaten berdasarkan Surat Keputusan Bupati Flores Timur nomor 266 tahun 2016.

Berdasarkan jenis permukaan jalan, kondisi jalan beraspal lebih panjang dibandingkan dengan jenis permukaan jalan lainnya. Panjang jalan beraspal 334,55 km (46,58%), Rabat beton 47,53 km (6,62%), Telford/kerikil 153,31 km (21,35 %) dan permukaan tanah/belum tembus 182,80 km (25,45%). Klasifikasi jalan berdasarkan jenis permukaan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.32

Panjang Jalan Kabupaten Berdasarkan Jenis Permukaan Keadaan Tahun 2016

No Jenis Permukaan Jalan Panjang Jalan Persentase 1 Aspal/Penetrasi Macadam 334,54 46,58

2 Rabat Beton 47,53 6,62

3 Telford/Kerikil 153,31 21,35

4 Tanah/belum tembus 182,80 25,45

Jumlah 718,18 100

Sumber: Dinas PU dan Penataan Ruang Kabupaten Flores Timur, 2017

Berdasarkan kondisi jalan, panjang jalan dalam kondisi baik cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Jika pada tahun 2012 panjang jalan dalam kondisi baik 198,85 km (34,27%), maka di tahun 2016 menjadi 393,45 km (54,78%). Dengan demikian masih terdapat 45,22% (324,73 km) jalan kabupaten dalam kondisi rusak. Dari total panjang jalan dalam kondisi rusak terdapat sepanjang 174,5 km (53,74%) tidak dapat dilalui kendaraan roda 4. Jalan dalam kondisi baik dan rusak tahun 2012 – 2016 disajikan pada tabel berikut.

RPJMD|II-35 Tabel 2.33

Kondisi Jaringan Jalan Kabupaten Tahun 2012-2016 No Kondisi Jalan Thn 2012 Thn 2013 Thn 2014 Thn 2015 Thn 2016 Km % Km % Km % Km % Km % 1 Baik 198,85 34,27 217,28 37,45 256,92 44,28 287,86 49,62 393,45 54,78 2 Rusak 381,33 65,73 362,90 62,55 323,26 55,72 292,32 50,38 324,73 45,22 Jumlah 580,18 100 580,18 100 580,18 100 580,18 100 718,18 100 Sumber: Dinas PU dan Penataan Ruang Kabupaten Flores Timur, 2017

Jembatan di Kabupaten Flores Timur sampai dengan tahun 2016 sebanyak 228 unit dengan panjang 2114,85 m. Sesuai jenisnya, jembatan terbagi atas jembatan Nasional, jembatan Provinsi dan jembatan Kabupaten. Sebagian besar (96,05%) jembatan di Kabupaten Flores Timur dalam kondisi baik. Panjang dan kondisi jembatan di Kabupaten Flores Timur keadaan sampai dengan tahun 2016 terlihat pada Tabel 2.34 berikut.

Tabel 2.34

Jumlah dan Kondisi Jembatan di Kabupaten Flores Timur Keadaan Per 31 Desember 2016

No Status Jembatan Panjang (m) Kondisi Total Baik (unit) Sedang (unit) Rusak (unit) Rusak Berat (unit) 1 Jembatan Negara 192,2 17 - - - 17 2 Jembatan Provinsi 612,35 56 - 3 1 60 3 Jembatan Kabupaten 1310,30 146 - 3 2 151 Jumlah 2114,85 219 0 6 3 228

Sumber: Dinas PU dan Penataan Ruang Kab. Flores Timur, 2017 2. Irigasi

Jaringan irigasi terdiri jaringan primer, sekunder dan tersier yang berfungsi untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi. Rasio jaringan irigasi adalah perbandingan panjang jaringan irigasi terhadap luas lahan budidaya yang menunjukan ketersediaan jaringan irigasi untuk kebutuhan budidaya pertanian. Panjang jaringan irigasi dapat dilihat pada Tabel 2.35 berikut.

Tabel 2.35

Panjang Jaringan Irigasi Tahun 2012 – 2016 No Jaringan Irigasi Panjang Jaringan (m)

2.012 2013 2014 2015 2016 1 Jaringan Primer 1.714 1839 1869 1869 2098 2 Jaringan Sekunder 5.216 5971 6271 6796 9240 3 Jaringan Tersier 8.305 8305 14.31 21.81 21.81 Total 15.24 16.12 22.45 30.47 33.14

RPJMD|II-36

No Jaringan Irigasi Panjang Jaringan (m)

2.012 2013 2014 2015 2016 4 Luas lahan budidaya

( Lahan Fungsional) (ha)

652 567 648 846 977

5 Luas Lahan Potensial (ha)

4.794 4.794 4.794 4.794 4.794 6 Rasio 0,23 0,28 0,35 0,36 0,34 Sumber: Dinas PU dan Penataan Ruang, Dinas Pertanian dan BPS

Kabupaten Flores Timur, 2017

Tabel di atas menunjukan bahwa rasio jaringan irigasi meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2012 rasio jaringan irigasi 23,37% meningkat menjadi 33,92% di tahun 2016. Jika dibandingkan dengan tahun 2015, rasio jaringan irigasi di tahun 2016 lebih kecil. Hal ini menggambarkan bahwa pada tahun 2016 terdapat penambahan lahan budidaya namun tidak ada pembangunan saluran irigasi.

3. Penataan Ruang

Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja tata ruang yaitu dengan menghitung kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana pemanfatannya. Pelaksanaan pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Flores Timur diatur dengan Peraturan Daerah Nomor 13 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Flores Timur Tahun 2007-2027. Sedangkan pelaksanaan Ruang Kota diatur dengan Peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2012 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota Larantuka Tahun 2012-2032 dan Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2012 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota Waiwerang Tahun 2012-2032. Kondisi Topografis Kota Larantuka yang menjadi Ibu Kota Kabupaten Flores Timur berada di sepanjang kaki Gunung Ile Mandiri membentuk pertumbuhan perkembangan fisik kota di pesisir Pulau Flores Bagian Timur. Pertumbuhan permukiman penduduk dan aktifitas sosial ekonomi masyarakat berkembang di sepanjang pesisir pantai kota Larantuka sehingga sulit dihindari alih fungsi pemanfatan lahan yang terjadi yang tidak sesuai prosedur. Seiring dengan berkembangnya kondisi fisik kota Larantuka tersebut tentunya mempengaruhi berubahnya fungsi dan peran ruang kota. Untuk Kondisi Kota Waiwerang sebagai Ibu Kota Kecamatan yang mulai berkembang sebagai pusat pengembangan di wilayah Pulau Adonara tentunya membutuhkan pengawasan pengendalian pemanfaatan ruang kota yang lebih efektif agar perkembangan fisik kota Waiwerang sesusai dengan rencana pemanfaatannya.

RPJMD|II-37 4. Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Proporsi 20 % luasan ruang terbuka hijau kota merupakan ukuran minimal yang disyaratkan untuk mencapai keseimbangan ekosistem kota baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat. Selain itu ruang terbuka hijau diperlukan bagi aktivitas publik sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.

Ruang terbuka hijau di Kabupaten Flores Timur meliputi Hutan Kota, Lapangan Kota, Jalur Hijau jalanan, Taman Lingkungan, Resapan air dan RTH Makam. Luas kawasan ruang terbuka hijau Kabupaten Flores Timur adalah 159.90 Ha atau 2.06 % dari total luas kota Larantuka dan kota Waiwerang (7744 ha). Luas ruang terbuka hijau Kota Larantuka seluas 125.49 Ha (1.25%) dari luas wilayah kota Larantuka 9.981,71 Ha. Dengan demikian masih ada kebutuhan RTH Kota Larantuka seluas 286.974,2 atau 28.75%. Untuk Kota Waiwerang memiliki luas ruang terbuka hijau 34.41 Ha (1.64%) dengan demikian kebutuhan RTH di Kota Waiwerang adalah seluas 59.411.65 atau 28.36% dari luas wilayah kota Waiwerang.

16) Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman 1. Perumahan

Pada tahun 2016 sebagian besar (93,6%) rumah tangga di Kabupaten Flores Timur telah menghuni rumah dengan status milik sendiri sedangkan sisanya (6,4%) masih menghuni rumah dengan status kontrak, sewa, rumah dinas, bebas sewa dan lainnya. Dilihat dari luas lantai, 53% rumah tangga sudah menghuni rumah dengan luas lantai di atas 50 m2. Jenis atap yang paling dominan adalah seng (91,4%) sedangkan 2 % masih menghuni rumah dengan atap ijuk/rumbia.

Rumah tangga yang menempati rumah dengan dinding tembok sebanyak 57,8%, berdinding bambu 36.2%, sisanya berdinding kayu dan lainnya. Luas lantai terluas sudah sebagian besar adalah bukan tanah (78.1 %) dan sisanya (21,9%) masih menggunakan lantai tanah.

Berdasarkan data Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kabupaten Flores Timur, sampai dengan tahun 2016 terdapat 7.465 unit rumah tidak layak huni dan backlog sebanyak 4.750 unit.Pada umumnya rumah tangga sudah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan utama sebanyak 91,6% dengan rincian 87.5 % menggunakan

RPJMD|II-38

listrik yang bersumber dari PLN, 4.1 % menggunakan listrik non PLN dan sisanya 8,3 % belum menggunakan listrik.

2. Prasarana Dasar Permukiman

Air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi keberlangsungan kehidupan manusia yang menentukan tingkat kesejahteraan manusia sebagai individu dan masyarakat sebagai suatu kelompok. Dalam Tujuan Pembangunan Millennium, definisi operasional akses air minum layak adalah kondisi ketersediaan air yang mencukupi yang meliputi air minum perpipaan dan air minum non-perpipaan terlindung yang berasal dari sumber air berkualitas dan berjarak sama dengan atau lebih dari 10 (sepuluh) meter dari tempat pembuangan kotoran dan/atau terlindung dari kontaminasi lainnya. Sumber air minum layak meliputi air leding, keran

Dalam dokumen BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH (Halaman 23-39)

Dokumen terkait