• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

RPJMD|II-1

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kab. Flores Timur (sumber : RTRW Kab. Flores Timur 2007-2027) KEC. SOLOR SELATAN

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1 Aspek Geografi

a. Letak, Luas, Batas Wilayah Administrasi dan Kondisi Geografi

Kabupaten Flores Timur terletak antara 08004’-08040’LS dan 122038’-123057’BT.

Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores, Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Sawu, Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sikka dan Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lembata. Luas Wilayah Kabupaten Flores Timur adalah

5.983,38 km2 terdiri dari Luas daratan 1.812,85 km2 dan luas perairan sekitar 4.170,53 km2

yang tersebar pada tiga pulau besar yakni pulau Flores, pulau Adonara dan pulau Solor serta 24 pulau kecil. Kabupaten Flores Timur terdiri dari 19 kecamatan

terbagi ke dalam 229 desa dan 21 kelurahan. Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Tanjung Bunga yakni sebesar 14,21% dari total luas Kabupaten Flores Timur, sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kecamatan Solor Selatan yakni sebesar 1,74%. Rincian luas wilayah Kabupaten Flores Timur menurut kecamatan sebagaimana pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1.

Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Flores Timur No. Kecamatan Jumlah Desa Jumlah

Kelurahan Luas Daerah Area (Km²) Luas (%) 1 Wulanggitang 11 - 225.85 12.46 2 Titehena 14 - 154.84 8.54 3 Tanjung Bunga 16 - 257.57 14.21 4 Ile Mandiri 8 - 72.76 4.01 5 Larantuka 2 18 48.91 2.7 6 Demon Pagong 7 - 85.4 4.71 7 Ile Bura 7 118.32 6.53 8 Lewolema 7 92.84 5.12 9 Solor Barat 14 1 128.2 7.07 10 Solor Timur 17 - 66.56 3.67 11 Solor Selatan 7 - 31.58 1.74

(2)

RPJMD|II-2 No. Kecamatan Jumlah Desa Jumlah

Kelurahan Luas Daerah Area (Km²) Luas (%) 12 Adonara Barat 18 - 79.71 4.4 13 Wotan Ulumado 12 - 86.31 4.76 14 Adonara Timur 19 2 91.06 5.02 15 Ile Boleng 21 - 49.3 2.72 16 Witihama 16 - 79.43 4.38 17 Klubagolit 12 - 44.41 2.45 18 Adonara Tengah 13 - 42.73 2.36 19 Adonara 8 - 56.8 3.13

Sumber: Flotim Dalam Angka, 2017 b. Topografi

Secara topografi bentangan alam Kabupaten Flores Timur merupakan wilayah yang berbukit dan bergunung. Kondisi alam tersebut ditandai dengan tingkat kemiringan, ketinggian dan tekstur tanah sebagaimana disajikan dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2.

Topografi Kabupaten Flores Timur

No Kemiringan/Ketinggian/Tekstur Tanah Luas (Km2)

1 Kemiringan : 0 – 12% 417, 20 12 – 40% 799,86 > 40% 615,79 2 Ketinggian : 0 – 12 m 568,81 100 – 500 m 934,63 > 500m 291,41 3 Tekstur Tanah : Kasar 934,63 Sedang 856,17 Halus 38,56

Sumber: RTRW Kabupaten Flores Timur, Tahun 2007-2027 Tabel 2.3

Luas Daerah Menurut Klasifikasi Kemiringan

Lokasi

Luas Daerah Menurut Klasifikasi Kemiringan

Kabupaten Flores Timur Total Klasifikasi Menurut Kemiringan (Ha)

0-8% (Datar) 9-15% (Landai) 16-25% 26-40% (Curam) >40% (Agak Curam) (sangat Curam) [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] Adonara 4.444 2.978 718 3.849 39.975 51.964 Solor 621 1.121 4.544 2.686 13.662 22.634

Flores Bagian Timur 3.318 15.767 5.332 20.421 61.846 106.684 Total 8.383 19.866 10.594 26.956 115.483 181.282 Sumber : RTRW Kabupaten Flores Timur Tahun 2007-2027

(3)

RPJMD|II-3

Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Flores Timur memiliki tingkat kemiringan di atas 12%; daerah perbukitan dengan ketinggian rata-rata di atas 100 m, dan memiliki tekstur tanah antara kasar dan sedang. Kondisi wilayah geografis Flores Timur yang demikian dibarengi dengan keadaan iklim yang kering mengakibatkan wilayah Flores Timur rawan bencana longsor dan banjir.

c. Klimatologi

Letak geografis Flores Timur tersebut berdampak pada klimatologi yaitu hanya mengalami 2 (dua) musim, sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada bulan Juni-September angin bertiup dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya, pada bulan Desember-Maret angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim hujan. Keadaan ini berganti setiap enam bulan setelah masa peralihan pada bulan April-Mei dan Oktober-November. Konsekuensinya Flores Timur menjadi wilayah yang tergolong kering dan selalu terancam bencana kekeringan setiap tahun, karena hanya 4 (empat) bulan (Januari, Februari, Maret dan Desember) yang keadaannya relatif basah, sedangkan 8 (delapan) bulan sisanya relatif kering. Berikut ini disajikan data tentang Tekanan Udara, Kelembaban Relatif dan Temperatur Udara tahun 2016.

Tabel 2. 4

Rata-rata Suhu dan Kelembaban Udara Menurut Bulan di Kabupaten Flores Timur Tahun 2016

No. Bulan Suhu Udara

Kelembaban Udara

Max Min Max Min

1 Januari 31.6 25 91 76 2 Pebruari 31.4 25 96 73 3 Maret 61.8 25 91 74 4 April 33 24.8 85 65 5 Mei 32.9 25.3 87 72 6 Juni 32.5 24 88 63 7 Juli 31.5 23.6 87 60 8 Agustus 31.1 22.9 83 63 9 September 32.5 23.8 87 62 10 Oktober 32.3 24.5 86 68 11 Nopember 33.7 24.4 85 67 12 Desember 32.4 25.1 90 71 Sumber : Flotim Dalam Angka Tahun 2016

(4)

RPJMD|II-4 Tabel 2. 5

Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Kecamatan di Kabupaten Flores Timur Tahun 2016

No. Kecamatan Curah Hujan (mm) Hari Hujan 1 Wulanggitang 1.569.0 87 2 Titehena - - 3 Ile Bura - - 4 Tanjung Bunga - - 5 Lewolema - - 6 Larantuka - - 7 Ile Mandiri 26.4 92 8 Demon Pagong - - 9 Solor Barat - - 10 Solor Selatan - - 11 Solor Timur - - 12 Adonara Barat - - 13 Wotan Ulumado - - 14 Adonara Tengah - - 15 Adonara Timur 1.074 - 16 Ile Boleng - 77 17 Witihama - - 18 Kelubagolit - - 19 Adonara - -

Sumber : Flotim Dalam Angka 2016 d. Kondisi Geomorfologi

Di wilayah Flores Timur terdapat empat buah gunung api yang masih aktif yaitu Gunung Lewotobi Laki-laki dengan tinggi 1.584 m dari permukaan laut, Gunung Lewotobi Perempuan dengan tinggi 1.703 m dari permukaan laut, gunung Leraboleng dengan tinggi 1.117 m dari permukaan laut, dan gunung Ile Boleng dengan tinggi 1.659 m dari permukaan laut. Masing-masing tersebar di pulau Flores (bagian timur) dan pulau Adonara.

Tabel 2.6

Nama, Tinggi, Luas Daerah Bahaya dan Tahun Terakhir Letusan Gunung Berapi di Kabupaten Flores Timur Tahun 2016

Nama Gunung Api Tinggi Daerah Berbahaya Daerah Waspada Tahun Letusan terakhir Lewotobi Laki-Laki 1584 69,2 150,6 1971 Lewotobi Perempuan 1703 68,0 136,1 1938 Leraboleng 1117 32,7 45,7 1881 Ile Boleng 1659 87,8 71,1 1986

Sumber: Flotim Dalam Angka Tahun 2016

Kondisi daerah tersebut, banyak memberikan kontribusi terhadap tingkat kesuburan tanah, dan pada sisi yang lain menjadi sumber bencana khususnya gempa bumi dan letusan gunung berapi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di atas.

(5)

RPJMD|II-5 Tabel.2.7

Bentuk Lahan Penyusun Kabupaten Flores Timur

Bentuk lahan Luas %

Km2 Ha Luas

Danau kawah tidak aktif 0,46 46 0,03

Dataran Aluvial 6,06 606 0,34

Dataran aluvial kars 296,87 29.687 16,75

Dataran aluvial pantai 2,16 216 0,12

Dataran antar gunung api 39,62 3.962 2,24 Dataran fluvio gunung api 25,85 2.585 1,46

Dataran gunung api 13,08 1.308 0,74

Dataran kaki gunung api aktif 27,45 2.745 1,55 Dataran kaki gunung api tidak aktif 132,86 13.286 7,5

Gunung api bocca 31,83 3.183 1,8

Gunung api strato aktif 75,1 7.51 4,24 Gunung api strato tidak aktif 116,76 11.676 6,59 Kaki gunung api aktif 289,69 28.969 16,35

Kawah aktif 0,43 43 0,02

Kawah tidak aktif 6,89 689 0,39

Kerucut gunung api piroklastik 4,17 417 0,24 Kipas fluvio gunung api 4,86 486 0,27

Lagun 0,14 14 0,01

Lereng gunung api aktif 140,23 14.023 7,91 Lereng gunung api tidak aktif 488,92 48.892 27,59

Medan lava muda 18 1.8 1,02

Perbukitan kars tidak berkembang 8,22 822 0,46

Perbukitan sisa 5,41 541 0,31

Permukaan planasi 6,33 633 0,36

Rawa air tawar 0,23 23 0,01

Teras sungai erosional 1,17 117 0,07

Medan lava tua 29,59 2959 1,67

Sumber: Buku data dan informasi

Pola pemanfaatan lahan pada suatu daerah secara umum dapat menggambarkan pola keruangan pada suatu wilayah tertentu yang menjadi salah satu pertimbangan dalam proses perencanaan pembangunan di suatu daerah/wilayah. Jenis-jenis pemanfaatan lahan dan pola pemanfaatannya dapat memberikan gambaran bagi aktivitas penduduk dan perekonomiannya pada suatu wilayah.

Jenis-jenis pemanfaatan lahan/tanah di Kabupaten Flores Timur meliputi tanah sawah, tanah pekarangan, tanah tegalan, hutan, perkebunan, perikanan, peternakan sebagai berikut:

▪ Kawasan Pertanian Lahan Basah atau sawah yaitu: Kecamatan Wulanggitang Desa Hewa, Kecamatan Titehena Desa Konga, Kecamatan Tanjung Bunga Desa Sinar Hadigala, Kecamatan Demon Pagong Desa Bama, Kecamatan Adonara Barat Desa Wureh dan Desa Waiwadan, Kecamatan Wotan Ulumado Desa Watanpao, Kecamatan Adonara: Desa Sagu, Kecamatan Witihama Desa Waigoa. ▪ Kawasan Perikanan dan Kelautan yaitu: Kecamatan Witihama, Kecamatan Solor

(6)

RPJMD|II-6

Timur, Kecamatan Solor Barat, Kecamatan Titehena, Kecamatan Ile Bura, Kecamatan Larantuka, Kecamatan Tanjung Bunga.

▪ Kawasan Peternakan yaitu: Kawasan unggulan untuk peternakan babi yaitu : Kecamatan Tanjung Bunga, Kecamatan Ile Mandiri, Kecamatan Larantuka, Kecamatan Adonara Barat, Kecamatan Wotan Ulumado.

▪ Kawasan pengembangan ternak kecil yaitu kambing, domba berada pada Kecamatan Wulanggitang.

e. Kondisi Hidrologi

Dari segi hidrologi, Kabupaten Flores Timur memiliki 290 mata air yang tersebar di seluruh kecamatan dengan debit antara 0,5–20 liter perdetik. Sumber mata air tersebut umumnya berada pada kawasan hutan. Potensi kawasan hutan lindung yang perlu dijaga terdapat di kecamatan Ile Mandiri, Adonara Tengah, Ile Boleng, Wotan Ulumado, Adonara Timur, Demon Pagong, Ile Bura, Larantuka, Lewolema, Tanjung Bunga, Titehena dan Wulanggitang yang berfungsi melindungi kawasan yang ada di bawahnya dengan luas 27.996,56 ha.

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah

Wilayah Kabupaten Flores Timur merupakan wilayah kepulauan. Dengan demikian, potensi untuk pengembangan wilayah meliputi pengembangan kawasan darat dan kawasan laut. Kabupaten Flores Timur mempunyai potensi yang beranekaragam dalam berbagai aspek, seperti kondisi fisik, penggunaan tanah, sistem transportasi dan juga memiliki komoditi-komoditi unggulan yang potensial. Untuk menunjang pertumbuhan wilayah, potensi yang dapat dikembangkan serta dikelola lebih lanjut adalah bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan, industri, pertambangan dan pariwisata.

a. Arahan Pengembangan Wilayah

Konsep dan strategi Pengembangan Wilayah berdasarkan sistem Tata Ruang Wilayah Kabupaten Flores Timur dibagi dalam 5 Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP). Masing-masing mempunyai fungsi dan peran sesuai dengan potensi yang dimilikinya, serta arahan kegiatan utama berdasarkan kegiatan dominan dan potensial yang mungkin dikembangkan di wilayah pengembangan masing-masing.

1. SSWP I

Sub Satuan Wilayah Pengembangan I meliputi Kecamatan Larantuka, Kecamatan Ile Mandiri, Kecamatan Lewolema, Kecamatan Demong Pagong, Kecamatan Tanjung Bunga dan Kecamatan Adonara Barat. Kecamatan yang terdapat di wilayah pengembangan SSWP I sebagian besar memiliki pusat pelayanan sendiri tetapi masih terpengaruh kuat oleh Kota Larantuka sehingga cenderung berorientasi ke Kota Larantuka. Pusat pengembangan SSWP I adalah Kota Larantuka.

(7)

RPJMD|II-7

Fungsi dan peranan Kota Larantuka sebagai pusat SSWP I adalah sebagai berikut: - Pusat pemerintahan skala kabupaten.

- Pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan skala kabupaten. - Pusat perdagangan dan distribusi barang dan jasa skala regional. - Pusat witasa religi.

- Pusat pengembangan pelabuhan skala regional. Kegiatan utama pada SSWP I diarahkan pada :

- Pusat pemerintahan skala kabupaten.

- Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa.

- Pengembangan kegiatan pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan).

- Pengembangan kawasan peternakan. - Pengembangan perikanan dan kelautan.

- Pengembangan kegiatan industri yang berorientasi pasar baik itu industri kecil, industri sedang, atau industri besar (pengolahan hasil pertanian, kerajinan rakyat, industri pengelolaan ikan).

- Pengembangan kegiatan pariwisata dan sarana/prasarana penunjangnya (seperti hotel, penginapan dan restoran).

- Pengembangan pertambangan. 2. SSWP II

Sub Satuan Wilayah Pengembangan II terdiri dari Kecamatan Wulanggitang, Kecamatan Ile Bura dan Kecamatan Titehena, dengan pusat pelayanan di Kecamatan Wulanggitang.

Fungsi dan peranan pusat SSWP II adalah:

- Pusat pelayanan pendidikan SLTP skala regional. - Pusat pelayanan Perdagangan dan Jasa skala Lokal. - Pusat pengembangan pertahanan dan keamanan. - Sebagai wilayah perbatasan dengan Kabupaten Sikka. Kegiatan utama pada SSWP II diarahkan pada :

- Pengembangan pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan). - Pengembangan peternakan.

- Pengembangan industri kecil atau home industry (pengolahan hasil pertanian, kerajinan rakyat).

- Pengembangan pariwisata alam. - Pengembangan pertambangan.

(8)

RPJMD|II-8 3. SSWP III

Sub Satuan Wilayah Pengembangan III meliputi Kecamatan Adonara Timur, Kecamatan Ile Boleng, Kecamatan Adonara Tengah dan Kecamatan Wotan Ulumado, dengan pusat pelayanan di Kecamatan Adonara Timur.

Fungsi dan peranan untuk pusat wilayah SSWP III dan sekitarnya adalah: - Pusat pendidikan (SLTA/sederajat).

- Pusat perdagangan skala lokal. - Jasa perhubungan laut skala regional. - Pariwisata pantai dan budaya.

Kegiatan utama pada SSWP III diarahkan untuk: - Pengembangan kegiatan wisata.

- Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal.

- Pengembangan kegiatan pertanian (tanaman pangan, sayuran, hortikultura dan perkebunan).

- Pengembangan kegiatan industri (kerajinan rakyat, industri pengolahan hasil ternak susu sapi, home industri pengolahan hasil pertanian).

- Pengembangan perikanan dan kelautan. - Pengembangan peternakan.

- Pengembangan pertambangan. 4. SSWP IV

Sub Satuan Wilayah Pengembangan IV meliputi Kecamatan Witihama Kecamatan Klubagolit dan Kecamatan Adonara dengan pusat pelayanan di Kecamatan Witihama. Fungsi dan peranan pusat SSWP IV adalah:

- Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala lokal. - Sebagai pusat pelayanan kesehatan skala lokal.

- Sebagai pusat pengembangan pelabuhan skala regional. Kegiatan utama pada SSWP IV diarahkan sebagai:

- Pengembangan kegiatan wisata.

- Pengembangan kegiatan pertanian (tanaman pangan, sayuran, hortikultura, dan perkebunan).

- Pengembangan peternakan.

- Pengembangan kegiatan industri (kerajinan rakyat, industri pengolahan hasil ternak, industri pengolahan hasil pertanian).

- Pengembangan kegiatan perikanan dan kelautan. - Pengembangan pertambangan.

(9)

RPJMD|II-9 5. SSWP V

Wilayah pengembangan V meliputi Kecamatan Solor Timur, Solor Selatan dan Solor Barat, dengan pusat pelayanan di Kecamatan Solor Timur.

Fungsi dan peranan pusat SSWP V sebagai berikut: - Sebagai pusat perdagangan skala lokal.

- Sebagai pusat pendidikan skala lokal. - Jasa perhubungan laut skala lokal.

Kegiatan utama pada SSWP V diarahkan pada:

- Pengembangan pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan). - Pengembangan kawasan peternakan.

- Pengembangan pusat perikanan tangkap.

- Pengembangan kegiatan industri (home industry pengolahan hasil pertanian, perikanan hasil laut, hasil perkebunan, kerajinan rakyat).

- Pengembangan pariwisata. - Pengembangan kehutanan. b. Kawasan Rawan Bencana

1. Kawasan Rawan Tsunami

Kawasan rawan tsunami di kabupaten Flores Timur adalah daerah yang dikategorikan rawan tsunami terletak pada wilayah pesisir meliputi 17 kecamatan di kabupaten Flores Timur, sedangkan yang diperkirakan bebas dari tsunami adalah di kecamatan Adonara Tengah dan kecamatan Klubagolit.

2. Kawasan Rawan Banjir.

Daerah yang termasuk rawan banjir meliputi Kecamatan Adonara, Kecamatan Demong Pagong, Kecamatan Ile Mandiri, Kecamatan Klubagolit, Kecamatan Larantuka, Kecamatan Lewolema, Kecamatan Solor Barat, Kecamatan Solor Timur,

Kecamatan Tanjung Bunga, Kecamatan Titehena, Kecamatan Witihama, dan Kecamatan Wulanggitang. Kecamatan ini merupakan Kecamatan yang secara

Gambar 2.1 : Peta Zona Rawan Tanah Longsor, Banjir dan Tsunami (sumber: RTRW Kab. Flotim Thn 2007-2027)

(10)

RPJMD|II-10

morfologi sebagian besar wilayahnya berupa kawasan yang mempunyai kelerengan relatif tinggi yaitu di atas 40%. Selain itu kawasan tersebut juga menunjukkan adanya pergeseran perubahan penggunaan lahan yang kurang sesuai yaitu perubahan kawasan hutan menjadi semak atau kawasan budidaya.

Daerah rawan banjir diidentifikasi akan terjadi pada daerah yang dilalui sungai, khususnya pada belokan yang tajam dan atau pada perubahan kemiringan dasar sungai dari curam ke datar.

3. Kawasan Daerah Rawan Longsor

Daerah-daerah yang rawan terhadap bencana longsor akibat penggundulan hutan atau lainnya jumlahnya cukup besar. Daerah yang dikategorikan rawan longsor berada pada Kecamatan Larantuka yang terletak di Kelurahan Postoh, Kelurahan Amagarapati, Kelurahan Lokea, Kelurahan Balela, Kelurahan Pohon Siri, dan Kelurahan Lohayong. Dan Kecamatan Ile Mandiri yang terletak di Desa Lewoloba dan Desa Wailolong.

4. Kawasan Rawan Letusan Gunung Api

Daerah-daerah yang rawan terhadap letusan gunung api berada pada Kecamatan Wulanggitang dan Kecamatan Ilebura. Di Kecamatan Wulanggitang yang termasuk daerah rawan adalah Desa Ojan Detun, Desa Hewa, Desa Pantai Oa, Desa Waiula, Desa Nawokote, Desa Boru Kedang, Desa Boru, Desa Hokeng Jaya, Desa Pululera, dan Desa Nileknoheng, sedangkan Kecamatan Ilebura adalah Desa Nobo Konga, Desa Nuri, Desa Birawan, Desa Lewoawang, dan Desa Riangbura. 5. Kawasan Rawan Pencemaran

Daerah rawan pencemaran di Kabupaten Flores Timur antara lain: a. Daerah dengan pemukiman padat

Daerah dengan pemukiman padat berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan disekitarnya karena banyak melakukan aktivitas pembuangan limbah ke sungai dan laut, baik limbah padat maupun limbah cair. Kondisi eksisting berdasarkan kajian kepadatan penduduk terdapat beberapa wilayah yang padat hunian penduduk yaitu Kecamatan Larantuka, Adonara Timur, Ile Boleng, Adonara Tengah dan Witihama.

b. Aktivitas industry

Kondisi eksisting menunjukan bahwa terdapat beberapa industri besar dan industri kecil di wilayah Kabupaten Flores Timur belum dilengkapi dengan adanya Instalasi Pengolahan Limbah. Kondisi ini berpotensi menyebabkan terjadinya pencemaran terhadap air sungai maupun air tanah. Industri yang membuang limbahnya ke pantai tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu berpotensi besar terhadap terjadinya pencemaran laut.

(11)

RPJMD|II-11

Terdapat beberapa tambang khususnya sirtu, batu dan pasir di Desa Mudakaputu, Lebao, Wailolong, Kawaliwu, Lewoloba, Konga, Beligi, Waiwadan, Baniona, Waidun, Riangkoli, Waisingaraja, Mae, Nobo, Got Hitam, Tua Wolo, Hinga, Witihama dan Adonara. Aktivitas pertambangan tersebut berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan, kerusakan sungai dan bahaya longsor.

6. Kawasan Rawan Kekeringan.

Wilayah Kabupaten Flores Timur terdapat beberapa daerah atau desa yang rawan terhadap kekeringan karena sumber daya air yang digunakan untuk keperluan pertanian dan air bersih untuk keperluan sehari-hari relatif terbatas. Daerah yang mengalami kekeringan terdapat pada Kecamatan Solor Barat dan Solor Timur. 2.1.3 Aspek Demografi

a. Kepadatan dan Pesebaran Penduduk

Perkembangan penduduk di Kabupaten Flores Timur pada tahun 2016 berdasarkan jumlah dan kepadatan penduduk dapat dilihat pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8.

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Flores Timur Tahun 2016

No Kecamatan Jumlah Penduduk Luas Wilayah Kepadatan 1 Wulang Gitang 13.513 225,85 60 2 Titehena 11.685 154,84 75 3 Ilebura 6.295 118,32 53 4 Tanjung Bunga 12.695 257,57 49 5 Lewolema 8.277 92,84 89 6 Larantuka 42.815 48,91 875 7 Ile Mandiri 9.531 72,76 131 8 Demon Pagong 4.416 85,4 52 9 Solor Barat 9.596 128,2 75 10 Solor Selatan 5.057 31,58 160 11 Solor Timur 13.219 66,56 199 12 Adonara Barat 14.166 79,71 178 13 Wotanulumado 8.09 86,31 94 14 Adonara Tengah 11.339 42,73 265 15 Adonara Timur 27.9 91,06 306 16 Ile Boleng 15.047 49,3 305 17 Witihama 14.51 79,43 183 18 Kelubagolit 10.515 44,41 237 19 Adonara 10.223 56,8 180 Total 248.889 1812,58 137

Sumber: Kabupaten Flores Timur Dalam Angka Tahun 2017, BPS

Tabel di atas menunjukan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Larantuka yaitu 42.815 jiwa dengan kepadatan penduduk 875 jiwa/Km2 dan yang terendah di Kecamatan Demon Pagong yaitu 4.416 jiwa dengan kepadatan penduduk 52 jiwa/Km2.

(12)

RPJMD|II-12

b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 2.9

Persentase Penduduk Usia di Atas 10 Tahun Menurut Jenis Kelamin dan Ijazah yang Dimiliki Tahun 2016

No Pendidikan Tertinggi Laki-laki (%)

Perempuan (%)

Jumlah (%) 1 Tidak Punya Ijazah 34,36 34,58 34,48

2 SD/MI 33,97 39,31 36,81 3 SMTP/MTS 10,73 9,2 9,92 4 SMU/Madrasah Aliyah 13,35 10,6 11,89 5 SMA/Setingkat SMU 3,05 2,08 2,58 6 Diploma I dan II 0,26 0,42 0,34 7 Diploma III 0,75 0,42 0,57 8 Diploma IV, S1, S2, S3 3,52 3,39 3,45 Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber: Kabupaten Flores Timur Dalam Angka Tahun 2017, BPS

c. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel. 2.10.

Jumlah Penduduk Kabupaten Flores Timur Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2016 No Kecamatan Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan 1 Wulanggitang 6.64 6.873 13.513 2 Titehena 5.715 5.97 11.685 3 Larantuka 21.165 21.65 42.815 4 Ile Mandiri 4.68 4.851 9.531 5 Tanjung Bunga 6.29 6.405 12.695 6 Solor Barat 4.402 5.194 9.596 7 Solor Timur 6.12 7.099 13.219 8 Adonara Barat 6.974 7.192 14.166 9 Wotan Ulumado 3.905 4.185 8.09 10 Adonara Timur 13.136 14.764 27.9 11 Kelubagolit 4.819 5.696 10.515 12 Witihama 6.597 7.913 14.51 13 Ile Boleng 6.777 8.27 15.047 14 Demon Pagong 2.102 2.314 4.416 15 Lewolema 4.029 4.248 8.277 16 Ile Bura 3.017 3.278 6.295 17 Adonara 4.721 5.502 10.223 18 Adonara Tengah 5.483 5.857 11.339 19 Solor Selatan 2.208 2.849 5.057 Total 118.779 130.11 248.889

Sumber: Kabupaten Flores Timur Dalam Angka Tahun 2017, BPS

d. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Komposisi penduduk menurut umur dapat memberikan suatu ciri terhadap penduduk yang tergolong sebagai penduduk usia produktif atau usia tidak produktif. Penduduk

(13)

RPJMD|II-13

yang berumur 0–14 tahun dan yang berumur lebih dari 64 tahun dikategorikan sebagai penduduk yang tidak produktif. Komposisi penduduk menurut umur di Flores Timur dapat disajikan pada Tabel berikut ini.

Tabel. 2.11

Persentase Penduduk Kabupaten Flores Timur Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2016 No Kelompok Umur laki-Laki

(%) Perempuan (%) Jumlah (%) 1 00-04 11.9 9.65 10.38 2 05-10 11.64 10.41 11.01 3 11-14 12.81 10.72 11.72 4 15-19 10.94 8.85 9.84 5 20-24 7.34 6.18 6.75 6 25-29 6.28 5.67 5.96 7 30-34 6.02 6.19 6.11 8 35-39 5.78 6.54 6.18 9 40-44 5.27 6.24 5.77 10 45-49 4.95 5.93 5.46 11 50-54 4.44 5.7 5.1 12 55-59 4.05 5.23 4.67 13 60-64 3.07 4.04 3.57 14 65-69 2.27 3.1 2.71 15 70-74 1.81 2.53 2.19 16 75+ 2.08 3.01 2.57 ∑ 100 100 100

Sumber: Kabupaten Flores Timur Dalam Angka Tahun 2017, BPS Gambar 2.2

Piramida Penduduk Tahun 2016

Sumber: Kabupaten Flores Timur Dalam Angka Tahun 2017, BPS

Gambar 2.2 menunjukan piramida berbentuk expansive (melebar pada kelompok umur muda). Jika dilihat dari kelompok umur produktif, persentase penduduk perempuan usia 15–64 tahun terhadap total penduduk perempuan sebesar 60,57 persen. Selain itu

(14)

RPJMD|II-14

proporsi penduduk terbesar terhadap total penduduk baik penduduk laki-laki maupun perempuan menumpuk pada usia 15–64 tahun yakni sebesar 59,41 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kabupaten Flores Timur termasuk dalam kategori kabupaten yang memperoleh Bonus Demografi. Bonus Demografi adalah bonus yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya. Bonus demografi menjadi sebuah keuntungan, jika penduduk usia produktif berkualitas. Tetapi sebaliknya akan menjadi bencana ketika penduduk usia produktif dalam kondisi pendidikan rendah, keahlian rendah, serta kondisi kesehatan buruk, yang membuat tidak dapat berproduksi secara optimum.

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi a. Perkembangan PDRB

PDRB merupakan salah satu indikator perkembangan makro ekonomi di suatu wilayah pada tahun tertentu. Dari data PDRB dapat diketahui beberapa parameter perekonomian seperti struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan PDRB perkapita. PDRB Kabupaten Flores Timur adalah total produk/nilai tambah seluruh sektor ekonomi di wilayah Kabupaten Flores Timur. Dalam implementasi, dikenal adanya PDRB Atas Harga Berlaku dan PDRB Atas Harga Konstan.

PDRB Atas Harga Berlaku adalah total produk/nilai tambah dari semua kegiatan ekonomi pada satu tahun yang dinilai dengan satuan perkomoditi pada tahun tersebut, sedangkan PDRB Atas Harga Konstan adalah total produk nilai/tambah dari semua kegiatan ekonomi pada satu tahun tertentu yang digunakan sebagai tahun dasar (dalam publikasi ini, tahun 2010 dijadikan sebagai tahun dasar).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Flores Timur Tahun 2015 menurut harga berlaku tercatat relatif besar; yakni Rp 3.884 milyar untuk tahun 2015. Nilai ini meningkat 10,46 persen dari tahun 2014 dan meningkat 50,80 persen jika dibandingkan dengan Tahun 2011. Demikian pula perkembangan PDRB atas dasar harga konstan, dengan tahun dasar 2010, yakni pada tahun 2015 sebesar Rp. 2.926,28 milyar, bertumbuh 4,70 persen pada tahun sebelumnya dan 20,46 persen jika dibandingkan tahun 2011.

Tabel 2.12. Perkembangan PDRB Kabupaten Flores Timur Tahun PDRB – ADHB (Juta Rp) Perubahan (%) PDRB ADHK 2010 (Juta Rp) Perubahan (%) 2011 2.576.066,4 10,82 2.429.252,8 4,51 2012 2.877.969,4 11,71 2.536.430,3 4,41 2013 3.186.786,6 11,96 2.658.761,4 4,60 2014 3.516.772,3 10,35 2.788.611,0 4,65 2015 3.884.714,1 10,46 2.926.285,4 4,70 Sumber : BPS, 2017

(15)

RPJMD|II-15 b. Struktur Ekonomi

Kontribusi terbesar PDRB Kabupaten Flores Timur pada tahun 2016 masih didominasi sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, yaitu sebesar 26.98 persen dari nilai total PDRB. Data yang ada menunjukan bahwa sumbangsih sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan terhadap nilai total PDRB di Kabupaten Flores Timur cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan memberikan sumbangsih sebesar 29,29 persen dari total nilai PDRB dan pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 28.53 persen.

Tabel 2.13

Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha (persen) Tahun 2011─2016 Kate gori Uraian Thn 2011 Thn 2012 Thn 2013 Thn 2014* Thn 2015** Thn 2016*** A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 29.29 28.53 28.44 27.86 27.61 26.98 B Pertambangan dan Penggalian 0.8 0.82 0.85 0.92 0.94 0.97 C Industri Pengolahan 0.95 0.92 0.9 0.88 0.87 0.85 D Pengadaan Listrik dan Gas 0.05 0.05 0.05 0.06 0.06 0.07 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03

F Konstruksi 5.57 5 33 5.08 4.91 4.76 4.73 G Perdagangan Besar

dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8.15 8.04 8.11 8.33 8.49 8.62 H Transportasi dan Pergudangan 5.62 5.71 5.66 5.76 5.69 5.63 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.1 K Informasi dan Komunikasi 4.99 5.09 4.95 4.82 4.62 4.45 L Jasa Keuangan dan

Asuransi 4.09 4.12 4.05 3.95 3.79 3.74 Real Estate 3.31 3.28 3.3 3.35 3.4 3.44 M,N Jasa Perusahaan 0.13 0.14 0.14 0.15 0.15 0.16 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

15.71 15.85 15.6 15.58 15.44 15.67

P Jasa Pendidikan 14.03 14.68 15.52 16.09 16.78 17.24 Q Jasa Keseha an dan

Kegiatan Sosial 2.45 2.45 2.34 2.35 2.35 2.35 R,S,T, U Jasa lainnya 4.74 4.89 4.9 4.9 4.92 4.99 V PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100 100 100 100 100 100 * Angka sementara

(16)

RPJMD|II-16

Selain sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, sektor lain yang memberikan sumbangsih signifikan terhadap nilai total PDRB di Kabupaten Flores Timur adalah sektor Jasa Pendidikan dan sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial. Kedua sektor tersebut pada tahun 2016 masing-masing memberikan sumbangsih sebesar 17,24 persen dan 15,67 persen terhadap nilai total PDRB di Kabupaten Flores Timur. Sedangkan sektor yang memberikan sumbangsih terkecil adalah sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang dengan sumbangsih sebesar 0,03 persen terhadap nilai total PDRB di Kabupaten Flores Timur. c. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Flores Timur pada tahun 2016 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2015. Laju pertumbuhan PDRB Flores Timur tahun 2016 mencapai 4,76 persen, mengalami sedikit perlambatan jika dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2014 sebesar 4,84 persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Pengadaan Listrik, Gas sebesar 12,75 persen. Sementara untuk sektor dengan pertumbuhan terendah adalah sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 1.24 persen. Secara umum seluruh lapangan usaha ekonomi di Kabupaten Flores Timur pada tahun 2016 mengalami pertumbuhan yang positif.

Tabel. 2. 14. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2011-2016 Kate gori Uraian Thn 2011 Thn 2012 Thn 2013 Thn 2014* Thn 2015** Thn 2016** A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,92 3,65 2,88 2,35 3,23 3,35 B Pertambangan dan Penggalian 6,14 8,62 9,09 8,18 7,46 6,55 C Industri Pengolahan 7,23 7,24 5,32 5,11 5,98 5,55 D Pengadaan Listrik dan

Gas

9,11 5,07 8,09 21,36 15,15 12,75 E Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

9,07 1,82 7,8 2,99 3,73 1,24

F Konstruksi 7,66 4,27 4,17 4,71 4,38 6,21

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

6,68 4,98 5,35 3,71 4,7 4,87

H Transportasi dan Pergudangan

4,59 4,79 4,41 5,98 3,86 4,16 I Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum

3,11 4,65 5,2 3,78 4,55 4,03 J Informasi dan

Komunikasi

1,54 5,57 5,67 4,92 5,39 5,71 K Jasa Keuangan dan

Asuransi

9,81 9,3 7,44 5,4 1,93 5,8

L Real Estate 5,52 5,34 6,83 7,66 5,6 4,16

(17)

RPJMD|II-17 Kate gori Uraian Thn 2011 Thn 2012 Thn 2013 Thn 2014* Thn 2015** Thn 2016** O Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

7,37 4,82 6,78 7,69 6,43 6,37

P Jasa Pendidikan 3,55 3,27 6,64 6,14 5,87 4,06 Q Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 3,78 4,37 1,88 3,23 3,16 4,31 R,S,T ,U Jasa lainnya 4,45 2,31 1,02 3,91 4,28 5,91 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 4,51 4,41 4,82 4,84 4,62 4,76 Sumber: BPS, 2017 *Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara

d. Pertumbuhan PDRB Per Kapita

PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah tersebut, maka akan dihasilkan PDRB Per kapita. PDRB Per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. PDRB Perkapita Masyarakat Flores Timur terus mengalami peningkatan dari tahun 2011 sampai tahun 2016. Pada tahun 2011 PDRB per kapita Kabupaten Flores Timur sebesar 10,89 Juta rupiah, di tahun 2012 sebesar 12,02 Juta rupiah, tahun 2013 sebesar 13.31 Juta Rupiah, Tahun 2014 sebesar 14,25 Juta rupiah, Tahun 2015 sebesar 15,43 dan tahun 2016 PDRB Perkapita Kabupaten Flores Timur mencapai 16,86 Juta Rupiah dengan pertumbuhan sebesar 8,2 persen. Secara rata-rata setiap bulan, satu orang penduduk Flores Timur menghasilkan nilai tambah bagi perekonomian sebesar 1.405.391 Rupiah.

Tabel 2.15 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Tahun PDRB Perkapita (Rp) 2011 10,892,228 2012 12,025,913 2013 13,316,340 2014 14,258,471 2015 15,431,954 2016 16,864,702 *Angka Sementara

**Angka Sangat Sementara

e. Persentase Penduduk di Atas Garis Kemiskinan

Jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan pada 2016 untuk Kabupaten Flores Timur sebanyak 9,66% (BPS 2016). Berdasarkan Data Terpadu Program Penanganan

(18)

RPJMD|II-18

Fakir Miskin (PPFM) sesuai Keputusan Menteri Sosial Nomor 32/HUK/2016 tentang Penetapan Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin.

Basis Data Terpadu merupakan data mikro yang diperoleh melalui sensus untuk memperoleh data berdasarkan nama dan alamat dari 40% penduduk dengan status kesejahteraan terendah.

Jumlah penduduk dengan status kesejahteraan terendah berdasarkan sebaran per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.16.

Tabel 2.16 Jumlah Rumah Tangga dan Individu Dengan Status Kesejahteraan Terendah di Kabupaten Flores Timur Tahun 2016

No Nama Kecamatan Jumlah Rumah Tangga Individu 1 Wulanggitang 5.996 6.144 2 Ilebura 2.19 3.194 3 Demonpagong 2.311 2.317 4 Larantuka 835 5.249 5 Ilemandiri 3.45 5.213 6 Tanjung Bunga 7.161 8.797 7 Lewolema 2.816 3.48 8 Adonara Barat 5.714 5.77 9 Adonara Tengah 5.274 5.39 10 Adonara Timur 5.91 10.494 11 Ile Boleng 1.49 7.431 12 Witihama 6.185 6.418 13 Klubagolit 3.888 3.953 14 Adonara 3.718 4.59 15 Solor Timur 532 7.072 16 Solor Barat 3.251 4.891 17 Solor Selatan 1.567 3.597 18 Wotan Ulumado 4.554 4.846 19 Titehena 4.42 5.087 Total 71.262 103.933 Sumber : PBDT TNP2K 2016

Tabel di atas menunjukkan bahwa rumah tangga dengan status kesejahteraan terendah sebanyak 71.262 rumah tangga atau sebanyak 103.933 orang. Jumlah ini menggambarkan rumah tangga dan individu yang rentan terhadap kemiskinan dan miskin atau sangat miskin.

Angka kemiskinan Kabupaten Flores Timur 9,66% jika di konversikan ke dalam status kesejahteraan terendah berdasarkan Basis Data Terpadu maka akan setara dengan 10% status kesejahteraan terendah atau penduduk miskin/sangat miskin kabupaten Flores Timur yaitu 1703 Rumah tangga dan 12.831 individu (Basis Data Terpadu 2016 TNP2K)

Garis kemiskinan diukur dari belanja per kapita per bulan. Belanja ditentukan oleh pendapatan, sehingga perlakuan yang diperlukan haruslah memiliki keterkaitan dengan berbagai sektor yang memberikan dampak langsung terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Dengan demikian, sektor ekonomi seperti pertanian, pertambangan,

(19)

RPJMD|II-19

industri, perdagangan, koperasi dan UKM memainkan peranan yang sangat penting dalam pengentasan kemiskinan.

2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial

a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM adalah indeks komposit dari gabungan 3 (tiga) indikator, yaitu usia harapan hidup, angka melek huruf serta rata-rata lama sekolah dan pengeluaran per kapita. IPM mengukur secara spesifik pencapaian masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi, untuk mencapai dan mempertahankan standar kehidupan yang layak.

Tabel. 2.17

Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2016

Wilayah

Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota

(Tahun)

[Metode Baru] Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota (Tahun) 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Sumba Barat 65 65.38 65.75 65.75 66.11 66.11 66.15 Sumba Timur 61.94 62.13 62.33 62.33 63.48 63.88 64 Kupang 65.45 65.69 65.94 65.94 62.97 63.17 63.33 Timor Tengah Selatan 66.9 67.08 67.26 67.26 65.45 65.55 65.6 Timor Tengah Utara 68.32 68.75 69.19 69.19 65.89 66.09 66.14 Belu 66 66.35 66.7 66.75 62.31 63.01 63.21 Alor 66.92 67.25 67.58 67.67 59.73 60.23 60.35 Lembata 66.58 66.73 66.88 66.88 65.35 65.85 66.02 Flores Timur 68.12 68.43 68.73 68.79 63.88 64.28 64.36 Sikka 69.01 69.32 69.63 69.66 65.7 66.1 66.2 Ende 64.82 65.05 65.29 65.31 64.27 64.37 64.42 Ngada 67.16 67.31 67.46 67.46 67.32 67.32 67.34 Manggarai 67.29 67.51 67.74 67.74 64.78 65.48 65.66 Rote Ndao 67.91 68.32 68.74 68.74 62.86 62.86 63.13 Manggarai Barat 66.38 66.61 66.84 66.84 65.98 65.98 66.19 Sumba Tengah 63.63 63.89 64.16 64.2 67.65 67.65 67.73 Sumba Barat Daya 62.74 62.93 63.13 63.14 67.08 67.08 67.71 Nagekeo 63.53 63.7 63.86 63.89 66.05 66.25 66.31 Manggarai Timur 67.57 67.84 68.12 68.19 67.27 67.27 67.39 Sabu Raijua 67.22 67.57 67.92 68.01 57.98 58.38 58.69

Malaka - - - 66.87 64.15 64.15 64.27

Kota Kupang 72.63 73.04 73.46 73.46 68.14 68.34 68.46 Nusa Tenggara Timur 67.5 67.76 68.04 68.05 65.91 65.96 66.04 Sumber : BPS Provinsi NTT Tahun 2017

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk

(20)

RPJMD|II-20

mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, sedangkan untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.

Sampai dengan tahun 2016, IPM Flores Timur mencapai 64,36. Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di NTT maka perkembangan IPM Flores Timur berada di bawah rata-rata Provinsi NTT sebesar 66,04.

b. Angka Melek Huruf

Angka melek huruf dalam kurun waktu tahun 2012-2016 mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan 1,96 persen per tahun, sebaliknya angka buta huruf terus menurun dalam kurun waktu tersebut. Tabel 2.18 menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2016, angka melek huruf mencapai 96,98 persen atau angka buta huruf menurun hingga 3,02 persen.

Tabel. 2.18

Angka Melek Huruf Kabupaten Flores Timur Tahun 2012 – 2016

Uraian Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 AMH 90,18 90,29 86,70 95,26 96,98 Sumber : Dinas PKO Kabupaten Flores Timur, 2016

c. Angka Rata-Rata Lama Sekolah

Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Flores Timur meningkat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir sebagaimana pada Tabel 2.19.

Tabel 2.19 Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Flores Timur Tahun Rata-rata Lama Sekolah

2014 6,86

2015 6,98

2016 6,99

Sumber: NTT Dalam Angka Tahun 2017, BPS

Tabel di atas menunjukan bahwa pada tahun 2016 rata-rata jenjang pendidikan yang diselesaikan oleh penduduk di Kabupaten Flores Timur adalah setara Kelas VII.

d. Angka Umur Harapan Hidup

Angka Umur Harapan Hidup (UHH) dapat digunakan untuk menilai status derajat kesehatan. Selain itu, menjadi salah satu indikator yang diperhitungkan dalam menilai indeks Pembangunan Manusia (IPM). Gambaran UHH di Provinsi NTT cenderung meningkat setiap tahun meskipun tidak signifikan. Hal ini sejalan dengan kondisi di

(21)

RPJMD|II-21

Kabupaten Flores Timur, UHH mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BPS Tahun 2016, UHH Kabupaten Flores Timur sebesar 64,28 yang berarti bahwa anak-anak yang lahir pada Tahun 2015 diperkirakan akan hidup sampai usia 64 atau 65 tahun.

e. Status Gizi Balita

Status gizi balita merupakan salah satu indikator kesehatan yang dinilai pencapaiannya dalam SDGs. Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Perkembangan status gizi balita sebagaimana tergambar pada Grafik 2.1 di bawah ini.

Grafik 2.1

Trend Perkembangan Jumlah Balita Gizi Kurang dan Balita Gizi Buruk di Kabupaten Flores Timur Tahun 2007-2016

Grafik di atas menunjukan bahwa jumlah balita gizi kurang mengalami penurunan tiga tahun terakhir dan meningkat pada tahun 2016. Jumlah balita gizi buruk selama tiga tahun terakhir mengalami penurunan yang berarti. Berdasarkan hasil penimbangan balita di Posyandu tahun 2016 ditemukan sebanyak 111 balita gizi buruk (0,6%) secara kabupaten, penentuan kasus gizi buruk berdasarkan indikator BB/TB balita Z score <-3 SD (balita sangat kurus) yang dihitung dari sasaran balita (S) yang terdaftar 20144 balita dan yang ditimbang sebanyak 18.651 balita.

f. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat partisipasi angkatan kerja adalah penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja (penduduk usia kerja 15 tahun dan lebih ) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.

Tabel 2.20 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

No Jenis Kegiatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Angkatan Kerja 64.046 84,49 58.945 66,21 122.991 74,62 a. Bekerja 6.161.643 81,32 56.556 63,53 118.119 71,71 b. Mencari Pekerjaan 2.403 2.389 4.792 3,9 2 Bukan Angkatan Kerja 11.76 15,51 30.08 33,79 41.83 25,38

a. Sekolah 5.722 7,55 6.263 7,04 11.99 7,27

(22)

RPJMD|II-22

No Jenis Kegiatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

c. Lainnya 5.284 6,97 5.284 2,85 2.537 4,75

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

74,62

Tingkat Pengangguran 3,9

Sumber: Flores Timur Dalam Angka 2017, BPS

Tabel di atas menggambarkan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Flores Timur pada tahun 2015 adalah 74,62% dan tingkat pengangguran terbuka 3,9%. g. Pola Pangan Harapan (PPH)

Pola pangan harapan adalah susunan keragaman pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan utama. Persentase pencapaian skor NBM dan PPH dapat dilihat pada Tabel 2.21.

Tabel 2.21 Presentase Neraca Bahan Makanan dan Pola Pangan Harapan Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016

No Uraian Ketersediaan Tahun Standar Nasional 2012 2013 2014 2015 2016 1 Energi (Kkal/Kap/hari) 3.73 3896,44 3.466 3.273 2.89 2.2 2 Protein (gram/kap/hari) 80.46 94,44 87,25 85,41 76,84 57,00 3 Lemak (Gram/kap/hari) 116,99 90,92 86,15 84,37 55,18 56 4 Skor PPH (%) 64,5 70,3 73,6 78,8 79,2 95 Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Flores Timur, 2017

Dari aspek konsumsi pangan, presentase Pola Pangan Harapan (PPH) menunjukkan trend kenaikan presentase PPH dalam lima tahun terakhir yaitu dari 64,5% pada tahun 2012 menjadi 79,2 % pada tahun 2016. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan diversifikasi konsumsi pangan dari waktu ke waktu, walaupun kontribusi setiap kelompok pangan terhadap peningkatan skor PPH belum proposional.

h. Cakupan Desa Siaga

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan secara mandiri. Perkembangan desa siaga di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat pada Tabel 2.22.

Tabel 2.22 Jumlah Desa Siaga Aktif di Kabupaten Flores Timur Tahun Jumlah Desa Siaga

yang Dibentuk

Jumlah Desa Siaga Aktif

2012 12 12

2013 5 5

2014 13 13

2015 5 5

(23)

RPJMD|II-23 Tahun Jumlah Desa Siaga

yang Dibentuk

Jumlah Desa Siaga Aktif

Total 40 40

Sumber: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Flores Timur, 2017

2.3. Aspek Pelayanan Umum

2.3.1 Fokus Layanan Urusan Pemerintah Wajib a. Urusan Pendidikan

1. Angka Partisipasi Murni

APM merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan tingkat partisipasi murni penduduk usia sekolah. Keberhasilan program wajib belajar sembilan tahun dapat dilihat dari indikator angka partisipasi kasar dan angka partisipasi murni. APM menunjukkan perbandingan antara jumlah siswa dengan jumlah penduduk Kabupaten Flores Timur pada usia sekolah.

Tabel 2.23

Perkembangan APM Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016

No. APM Tahun

2012 2103 2104 2015 2016

1 APM SD/MI/Paket B 97,75 98,61 98 96 91,02 2 APM SLTP/MTs/Paket C 100 89,09 95 67,75 71,62

3 APM SMA/SMK 87 95,23 98 77,26 102,84

Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Flores Timur, 2016 Grafik 2.2

Perkembangan Angka Partisipasi Murni Kabupaten Flores Timur Tahun 2012 – 2016 0 20 40 60 80 100 120 2012 2103 2104 2015 2016 APM SD/Mi/Paket B 97,75 98,61 98 96 91,02 APM SLTP/MTs/Paket C 100 89,09 95 67,75 68,04 APM SMA/SMK 87 95,23 98 77,26 102,84

APM SD/MI pada tahun 2016 sebesar 91,02%, menurun dari tahun 2015 yakni sebesar 96%. Walaupun demikian, perkembangan APM SD/MI di Kabupaten Flores Timur dalam kurun waktu lima tahun terakhir cukup baik. Pada jenjang SLTP, APM SMP/MTs tahun 2015 mencapai 67,75%. Sedangkan tahun 2016

(24)

RPJMD|II-24

mencapai 68,04%. Capaian APM seperti di atas bukan berarti bahwa anak usia 7-12 tahun dan anak usia 13-15 tahun tidak bersekolah, akan tetapi dimungkinkan dari kelompok umur tersebut ada yang sudah memasuki jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan untuk SMA/MA/SMK selalu mengalami peningkatan. Tahun 2012 mencapai 87%, kemudian meningkat menjadi 95,23% pada tahun 2013, kemudiaan meningkat menjadi 98% pada tahun 2014, turun di tahun 2015 menjadi 77,26 % dan kembali meningkat menjadi 102,84% di tahun 2016.

2. Angka Partisipasi Kasar

APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan PAUD/SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun atau rasio jumlah siswa (tanpa memperhatikan faktor usia) yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK pada setiap jenjang pendidikan di Kabupaten Flores Timur pada Tahun 2012–2016 disajikan pada Grafik 2.3 terlihat bahwa nilai APK baik SD, SMP maupun SMA dari Tahun 2012–2016 berfluktuasi. Hal ini disebabkan oleh jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan, baik SD/MI, SMP/MTS, maupun SMA/ MA/SMK.

Grafik. 2.3.

Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016

Tabel 2.24

Perkembangan APK Kab. Flores Timur Tahun 2012-2016

No. Perkembangan APK Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 1 APK SD/MI/Paket B 121.4 106.8 97 113.7 108 2 APK SLTP/MTs/Paket C 128.5 104.4 100 94.21 97.16 3 APK SMA/SMK 117 98.28 105 77.87 95.23 Sumber: Dinas PKO Kabupaten Flores Timur, 2016

3. Rasio Ketersediaan Sekolah

Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan dasar per 10.000 jumlah penduduk usia sekolah dasar. Peningkatan jumlah sarana sekolah

(25)

RPJMD|II-25

dari tahun 2012–2016 menunjukkan bahwa sarana pendidikan dasar dan menengah secara kuantitas telah cukup memadai.

Tabel 2.25

Ketersediaan Sekolah di Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016 Jenjang Pendidikan 2012 2013 2014 2015 2016

SD/MI 272 292 296 296 299

SMP/MTs 58 71 72 72 74

SMA/MA/SMK 29 29 40 40 42

Sumber: Dinas PPO Kabupaten Flores Timur 4. Rasio Guru/Murid

Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar/menengah per 1.000 jumlah murid pendidikan dasar/menengah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar per kelas. Selain itu, untuk mengukur jumlah ideal guru per kelas terhadap jumlah murid agar tercapai mutu pengajaran.

Tabel 2.26.

Rasio Guru/Murid di Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016 No Indikator 2012 2013 2014 2015 2016

1 SD 18 22,67 57 39,2 85,88

2 SMP 14,79 26,86 128 43 85,88

3 SMA 10,09 22,64 108 40,13 81,18

Sumber: Dinas PPO Kabupaten Flores Timur

Tabel 2.26 menunjukan pada tahun 2016, terdapat 85 atau 86 guru mendampingi 1.000 murid di tingkat pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

5. Urusan Kesehatan

1) Angka Kematian Bayi

Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator yang berkaitan langsung dengan tingkat kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal anak-anak termasuk pemeliharaan kesehatannya.

Grafik 2.4 Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Flores Timur Periode Tahun 2010-2016

(26)

RPJMD|II-26

Angka kematian bayi mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun yang terlihat pada Grafik 2.4. Pada tahun 2016 sebesar 21 per 1.000 kelahiran hidup (KLH), mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun 2010 sebesar 14,9 per 1.000 KLH namun masih di bawah target MDG’s yaitu sebesar 23 per 1.000 KLH.

2) Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan proses kehamilan, persalinan dan nifas. Kabupaten Flores Timur telah berhasil melakukan implementasi revolusi KIA dengan pelaksanaan Pekan Keselamatan Ibu dan Anak serta gerakan 2H2 Center. Angka kematian ibu di Kabupaten Flores Timur telah mengalami penurunan dari tahun ke tahun dan telah mendapat penghargaan dari MDG’s Award. Perkembangan angka kematian Ibu di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat pada Grafik 2.5.

Grafik 2.5.

Perkembangan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Flores Timur Periode Tahun 2010-2016

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, 2017

Grafik 2.5 menunjukan bahwa terjadi penurunan AKI dari tahun 2012-2015, sedangkan pada tahun 2016 AKI mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh adanya penyebab langsung dan tidak langsung, diantaranya ibu hamil yang juga mengalami penyakit penyerta seperti gagal ginjal, hipertensi, penyakit jantung, juga faktor gizi.

3) Cakupan Komplikasi Kebidanan

Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam kandungan, baik langsung, termasuk penyakit menular dan penyakit tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin, yang disebabkan oleh trauma/kecelakaan.

(27)

RPJMD|II-27

Grafik 2.6

Cakupan Komplikasi Kebidanan dan Neonatal yang Ditangani di Kabupaten Flores Timur Periode Tahun 2007-2016

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, 2017

Berdasarkan Grafik 2.6 pada tahun 2016 Kabupaten Flores Timur cakupan penanganan komplikasi kebidanan yang ditangani mencapai 100 %, berarti setiap ibu hamil di Kabupaten Flores Timur yang memiliki komplikasi kebidanan yang terdeteksi oleh petugas kesehatan dan semuanya dapat ditangani.

4) Angka Kesakitan

Morbiditas adalah keadaan sakit, terjadinya penyakit atau kondisi yang mengubah kesehatan dan kualitas hidup. Morbiditas dapat diukur dengan 3 (tiga) cara yaitu insidensi, prevalensi dan indeks kesehatan dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Gambaran pola 15 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas Kabupaten Flores Timur tahun 2016 disajikan pada Tabel 2.27 berikut.

Tabel 2.27.

Pola Penyakit Terbanyak di Puskesmas Pada Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap di Kabupaten Flores Timur Tahun 2016

NO Diagnosis ICD X TOTAL

1 Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut J069 37.17

2 Hipertensi esenssial I10 7.88

3 Myalgia M791 7.77

4 Gastritis acut K291 7.105

5 Observasi febris R501 6.398

6 Rheumatic arthritis acut M069 4.443 7 Penyakit Kulit Infeksi L303 4.083

8 Penyakit Kulit alergi L239 3.481

9 Dispepsia K30 2.947

10 Diare (termasuk tersangka kolera) A09 2.792

11 Influenza 1.981

12 Vulnus Lacerasi T148 1.876

13 Abses L209 1.485

14 Cephalgia R42 1.11

15 Pharangitis Acuta 825

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, 2017

Dari Tabel 2.27 terlihat bahwa penyakit infeksi masih merupakan penyakit terbanyak yang ditemukan pada pasien rawat jalan dan rawat inap di

(28)

RPJMD|II-28

Puskesmas. Tingginya angka kejadian ISPA ini disebabkan kondisi cuaca yang tidak menentu dan penerapan perilaku hidup bersih sehat belum optimal. Selain itu, penyakit tidak menular seperti hipertensi esensial karena lingkungan dan gaya hidup masyarakat.

5) Rasio Pelayanan Terpadu (Posyandu) per Satuan Penduduk.

Posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat untuk menyampaikan dan memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Rasio Posyandu per satuan Balita di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat pada Tabel 2.28

Tabel 2.28

Rasio Posyandu per Satuan Balita Kabupaten Flores Timur Tahun 2012–2016

Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah Posyandu 540 568 548 550 555 Jumlah Balita 20.887 17.498 20.139 36.2 40.486 Rasio (per 1000 Balita) 26,62 32,40 36,75 15,19 13,71 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur

6) Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Tenaga Kesehatan

Perkembangan pelayanan kesehatan dapat diketahui dari ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan. Gambaran kondisi ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan dapat dilihat pada Tabel 2.29 dan Tabel 2.30 di bawah ini.

Tabel 2.29 Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Flores Timur Tahun 2015-2016 Fasilitas Kesehatan Tahun 2015 Tahun 2016 Pemilikan/Pengelola Pemilikan/Pengelola Pem. Kab Swa sta Jumlah Pem. Kab Swas ta Jumlah

Rumah sakit umum 1 1 8

Puskesmas perawatan 8 8 8

Puskesmas non perawatan 12 12 12

Puskesmas pembantu 41 41 - 41

Rumah bersalin 1 1 1 1

Balai pengobatan/klinik 5 5 5 5

Praktik dokter perorangan 31 31 31 31

Poskesdes 39 39 39 - 39

Posyandu 5.55 550 555 - 555

Apotek 13 13 13 13

Toko obat 1 1 1 1

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur

Sarana kesehatan milik Pemerintah di Kabupaten Flores Timur Tahun 2016 meliputi Puskesmas sebanyak 20 unit yang terdiri dari Puskesmas Perawatan 8 unit dan Puskesmas Non Perawatan 12 unit, Puskesmas Pembantu sebanyak 41 unit, Poskesdes 39 unit, Apotek 13 unit dan 1 Rumah Sakit Umum Daerah, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hendrikus Fernandez Larantuka.

(29)

RPJMD|II-29

Tabel 2.30 Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016 Jenis 2012 2013 2014 2015 2016 Dokter Spesialis 1 1 1 8 2 Dokter Umum 22 22 29 36 25 Dokter Gigi 4 4 4 3 1 Perawat 251 554 410 569 394 Bidan 284 316 309 343 212 Perawat Gigi 27 28 31 23 32 Apoteker 6 10 10 15 14 Asisten Apoteker 16 28 44 39 35

Sarjana Kesehatan Masyarakat 51 59 57 69 59

Sanitarian 50 53 53 56 54

Gizi 12 23 26 30 21

Keterapian Fisik 9 10 12 12 10

Keteknisan Medis 3 24 13 4 3

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur

7) Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Proses persalinan dapat menentukan keselamatan ibu dan bayinya sehingga mempengaruhi angka kematian bayi maupun angka kematian ibu saat melahirkan. Pemerintah Provinsi NTT melalui Peraturan Gubernur (PERGUB) NTT No. 42 Tahun 2009 telah membuat kebijakan tentang Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak (Revolusi KIA).

Grafik 2.7

Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Kompeten di Kabupaten Flores Timur Tahun 2007-2016

Sumber Dinas Kesehatan 2017

Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa cakupan pelayanan persalinan yang ditangani persalinan oleh tenaga kesehatan yang berkompetensi meningkat dari tahun ke tahun. Jika pada tahun 2011 cakupan pertolongan persalinan sebesar 88% meningkat menjadi 99% pada tahun 2016. Hal ini berdampak

(30)

RPJMD|II-30

pada penurunan angka kematian ibu dan bayi. Kondisi ini merupakan dampak dari program unggulan 2H2 Centre.

8) Imunisasi

Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proporsi terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut juga menggambarkan besarnya tingkat perlindungan terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Suatu desa/kelurahan telah mencaai target UCI apabila ≥ 80 % bayi (0-11 bulan) di desa/kelurahan tersebut mendapat imunisasi dasar lengkap.

Pencapaian UCI di Kabupaten Flores Timur tahun 2016 sebesar 85,6% (214 desa dari 250 Desa yang ada). Perkembangan desa UCI di Kabupaten Flores Timur pada periode tahun 2012-2014 dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik 2.8.

Trend Perkembangan Desa UCI di Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, 2017

9) Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Penanganan

Berdasarkan hasil penimbangan Balita di Posyandu tahun 2016 ditemukan sebanyak 111 balita gizi buruk (0,6%).

Grafik 2.9

Trend Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Kabupaten Flores Timur Tahun 2014-2016

(31)

RPJMD|II-31

10) Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC

Pada tahun 2016 jumlah kasus baru TB BTA+ (Tuberculosis Bakteri Tahan Asam) sebesar 154 orang, dengan Angka Notifikasi Kasus atau Case

Notification Rate (CNR) kasus baru TB BTA+ sebesar 54,36 per 100.000

penduduk dan CNR terhadap seluruh kasus TB sebesar 67,74 per 100.000 penduduk.

Grafik 2.10 memperlihatkan trend CNR selama 3 tahun terakhir, dimana angka ini menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat.

Grafik 2.10.

Trend Angka Notifikasi kasus TB per 100.000 Penduduk di Kabupaten Flores Timur Tahun 2014-2016

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, 2017

11) Cakupan Penemuan dan Penanganan Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes Aegepty atau Aedes Albopictus. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Pada tahun 2016 jumlah penderita DBD sebanyak 9 orang dan angka kesakitan (IR) 3,2 per 100.000. Jumlah penderita DBD ini mengalami penurunan bila dibandingkan tahun sebelumnya. Cakupan penderita DBD tahun 2016 semuanya tertangani oleh petugas kesehatan yang berada di wilayah tersebut.

(32)

RPJMD|II-32

Grafik 11.

Trend Angka Kesakitan (IR) DBD Per 100.000 Penduduk dan Jumlah Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, 2017 12) Perkembangan Penyakit Tidak Menular

Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan 63 % penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa per tahun (WHO, 2010). Pada tahun 2016 jumlah penderita hypertensi tercatat sebesar 7.880 penderita dan ini termasuk penyakit kedua tertinggi dari 15 pola penyakit yang tercatat di Kabupaten Flores Timur.

Salah satu upaya pemerintah dalam menekan trend penyakit menular adalah pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu lansia atau Pos Bisa Terpadu (Posbindu).

13) Cakupan Kunjungan Bayi

Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai 28 hari. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi.

Pencapaian kunjungan neonatus di Kabupaten Flores Timur pada tahun 2016 KN 1 sebesar 3.985 (100%) dan KN lengkap sebesar 3.953 (99,2).

Tabel. 2.31 Cakupan Kunjungan Bayi Ke Puskesmas di Kabupaten Flores Timur Tahun 2016

No . Kecamat an Puske smas

Jumlah Bayi Kunjungan Neonatal 1 x (KH 1) Kunjungan Neonatal 3 x (KH Lengkap)

L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P Jml h % Jml h % Jml h % Jml h % Jmlh % Jm lh % 1 Wulanggi tang Boru 131 104 235 131 100 104 100 235 100 131 100 104 100 23 5 100, 0 2 Ile Bura Ile

Bura 63 39 102 63 100 39 100 102 100 63 100 38 97, 4 10 1 99,0

(33)

RPJMD|II-33 No . Kecamat an Puske smas

Jumlah Bayi Kunjungan Neonatal 1 x (KH 1) Kunjungan Neonatal 3 x (KH Lengkap)

L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P Jml h % Jml h % Jml h % Jml h % Jmlh % Jm lh % 3 Demon Pagong Depo g 34 26 60 34 100 26 100 60 100 34 100 25 96, 2 59 98,3 4 Larantuk a Oka 334 307 641 334 100 307 100 641 100 332 99,4 304 99, 0 63 6 99,2 5 Ile Mandiri Waim ana 64 62 126 64 100 62 100 126 100 63 98,4 61 98, 4 12 4 98,4 6 Tanjung Bunga Waikli bang 111 92 203 111 100 92 100 203 100 110 99,1 92 100 20 2 99,5 7 Lewolem a Lewol ema 64 66 130 64 100 66 100 130 100 64 100 65 98, 5 12 9 99,2 8 Adonara Barat Waiw adan 125 111 236 125 100 111 100 236 100 124 99,2 111 100 23 5 99,6 9 Adonara Tengah Lite 70 91 161 70 100 91 100 161 100 69 98,6 90 98, 9 15 9 98,8 10 Adonara Timur Waiw erang 240 242 482 240 100 242 100 482 100 240 100 242 100 48 2 100 11 Ile Boleng Ile Bolen g 122 123 245 122 100 123 100 245 100 121 99,2 122 99, 2 24 3 99,2 12 Witiham a Witih ama 113 135 248 113 100 135 100 248 100 112 99,1 135 100 24 7 99,6 13 Kelubago lit Lamb unga 96 80 176 96 100 80 100 176 100 95 99,0 78 97, 5 17 3 98,3 14 Adonara Sagu 73 65 138 73 100 65 100 138 100 72 98,6 63 96, 9 13 5 97,8 15 Solor Timur Mena ngga 143 143 286 143 100 143 100 286 100 143 100 142 99, 3 28 5 99,7 16 Solor Barat Ritae bang 56 58 114 56 100 58 100 114 100 55 98,2 57 98, 3 11 2 98,2 17 Solor Selatan Kalike 40 40 80 40 100 40 100 80 100 40 100 39 97, 5 79 98,8 18 Wotanul umado Banio na 76 71 147 76 100 71 100 147 100 76 100 70 98, 6 14 6 99,3 19 Titehena Lewol aga 49 45 94 49 100 45 100 94 100 47 95,9 2 45 100 92 97,9 Lato 41 40 81 41 100 40 100 81 100 39 95,1 2 40 100 79 97,5 JUMLAH KAB/KOTA 2.04 5 1.9 40 3.98 5 2.0 45 100 1.9 40 100 3.9 85 100 2.0 30 99,3 1.92 3 99, 1 3. 95 3 99,2

Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Flotiim, 2017

14) Cakupan Kunjungan Masyarakat Miskin dan Rujukan Masyarakat Miskin Penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan dipergunakan sebagai batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Pada tahun 2016, total kunjungan masyarakat miskin Kabupaten Flores Timur yang mendapat bantuan Jaminan Pelayanan Kesehatan sebanyak 86.800 orang dari total masyarakat miskin seluruhnya sebanyak 160.854 (53,96%).

(34)

RPJMD|II-34

15) Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 1. Jalan dan Jembatan

Kondisi jalan di Kabupaten Flores Timur sampai dengan tahun 2016 adalah 1084,76 km terdiri dari jaringan jalan Nasional sepanjang 190,69 km, jalan Provinsi sepanjang 175,89 km dan jalan kabupaten sepanjang 718,18 km.

Panjang jalan Kabupaten di Kabupaten Flores Timur tahun 2016 mengalami pertumbuhan sebesar 23,79 % dibandingkan tahun 2012. Pada tahun 2012 panjang jalan Kabupaten 580,18 km dan pada tahun 2016 bertambah menjadi 718,18 km. Penambahan panjang ruas jalan Kabupaten ini dikarenakan adanya perubahan status ruas jalan dari yang semula non status menjadi jalan kabupaten berdasarkan Surat Keputusan Bupati Flores Timur nomor 266 tahun 2016.

Berdasarkan jenis permukaan jalan, kondisi jalan beraspal lebih panjang dibandingkan dengan jenis permukaan jalan lainnya. Panjang jalan beraspal 334,55 km (46,58%), Rabat beton 47,53 km (6,62%), Telford/kerikil 153,31 km (21,35 %) dan permukaan tanah/belum tembus 182,80 km (25,45%). Klasifikasi jalan berdasarkan jenis permukaan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.32

Panjang Jalan Kabupaten Berdasarkan Jenis Permukaan Keadaan Tahun 2016

No Jenis Permukaan Jalan Panjang Jalan Persentase 1 Aspal/Penetrasi Macadam 334,54 46,58

2 Rabat Beton 47,53 6,62

3 Telford/Kerikil 153,31 21,35

4 Tanah/belum tembus 182,80 25,45

Jumlah 718,18 100

Sumber: Dinas PU dan Penataan Ruang Kabupaten Flores Timur, 2017

Berdasarkan kondisi jalan, panjang jalan dalam kondisi baik cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Jika pada tahun 2012 panjang jalan dalam kondisi baik 198,85 km (34,27%), maka di tahun 2016 menjadi 393,45 km (54,78%). Dengan demikian masih terdapat 45,22% (324,73 km) jalan kabupaten dalam kondisi rusak. Dari total panjang jalan dalam kondisi rusak terdapat sepanjang 174,5 km (53,74%) tidak dapat dilalui kendaraan roda 4. Jalan dalam kondisi baik dan rusak tahun 2012 – 2016 disajikan pada tabel berikut.

(35)

RPJMD|II-35 Tabel 2.33

Kondisi Jaringan Jalan Kabupaten Tahun 2012-2016 No Kondisi Jalan Thn 2012 Thn 2013 Thn 2014 Thn 2015 Thn 2016 Km % Km % Km % Km % Km % 1 Baik 198,85 34,27 217,28 37,45 256,92 44,28 287,86 49,62 393,45 54,78 2 Rusak 381,33 65,73 362,90 62,55 323,26 55,72 292,32 50,38 324,73 45,22 Jumlah 580,18 100 580,18 100 580,18 100 580,18 100 718,18 100 Sumber: Dinas PU dan Penataan Ruang Kabupaten Flores Timur, 2017

Jembatan di Kabupaten Flores Timur sampai dengan tahun 2016 sebanyak 228 unit dengan panjang 2114,85 m. Sesuai jenisnya, jembatan terbagi atas jembatan Nasional, jembatan Provinsi dan jembatan Kabupaten. Sebagian besar (96,05%) jembatan di Kabupaten Flores Timur dalam kondisi baik. Panjang dan kondisi jembatan di Kabupaten Flores Timur keadaan sampai dengan tahun 2016 terlihat pada Tabel 2.34 berikut.

Tabel 2.34

Jumlah dan Kondisi Jembatan di Kabupaten Flores Timur Keadaan Per 31 Desember 2016

No Status Jembatan Panjang (m) Kondisi Total Baik (unit) Sedang (unit) Rusak (unit) Rusak Berat (unit) 1 Jembatan Negara 192,2 17 - - - 17 2 Jembatan Provinsi 612,35 56 - 3 1 60 3 Jembatan Kabupaten 1310,30 146 - 3 2 151 Jumlah 2114,85 219 0 6 3 228

Sumber: Dinas PU dan Penataan Ruang Kab. Flores Timur, 2017 2. Irigasi

Jaringan irigasi terdiri jaringan primer, sekunder dan tersier yang berfungsi untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi. Rasio jaringan irigasi adalah perbandingan panjang jaringan irigasi terhadap luas lahan budidaya yang menunjukan ketersediaan jaringan irigasi untuk kebutuhan budidaya pertanian. Panjang jaringan irigasi dapat dilihat pada Tabel 2.35 berikut.

Tabel 2.35

Panjang Jaringan Irigasi Tahun 2012 – 2016 No Jaringan Irigasi Panjang Jaringan (m)

2.012 2013 2014 2015 2016 1 Jaringan Primer 1.714 1839 1869 1869 2098 2 Jaringan Sekunder 5.216 5971 6271 6796 9240 3 Jaringan Tersier 8.305 8305 14.31 21.81 21.81 Total 15.24 16.12 22.45 30.47 33.14

Gambar

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kab. Flores Timur  (sumber : RTRW Kab. Flores Timur 2007-2027)
Tabel  tersebut  menunjukkan  bahwa  sebagian  besar  wilayah  Kabupaten  Flores  Timur  memiliki  tingkat  kemiringan  di  atas  12%;  daerah  perbukitan  dengan  ketinggian   rata-rata  di  atas  100  m,  dan  memiliki  tekstur  tanah  antara  kasar  dan
Gambar 2.1 : Peta Zona Rawan Tanah Longsor, Banjir dan Tsunami (sumber:
Gambar  2.2  menunjukan  piramida  berbentuk  expansive  (melebar  pada  kelompok  umur  muda)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini akan membangun suatu aplikasi yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaaan hematologi di RSUD Curup Kabupaten Rejang

keselamatan pasien yang termasuk patient safety attitudes rendah atau faktor yang menghambat patient safety attitudes yaitu pada iklim kerja tim peningkatan

Indomobil Sukses Internasional Tbk Lampiran 8: Model ARMA Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Lampiran 9: Correlogram ARMA. Lampiran 10:

Apakah instansi Bapak/Ibu pernah menjalin kerjasama yang berbasis kemitraan di luar kemitraan dalam upaya penanggulangan virus flu burung..

Kita ketahui bahwa dua buah vektor dapat dijumlahkan dan menghasilkan sebuah vektor baru yang disebut vektor resultan. Secara logika kita dapat menganggap setiap vektor

Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat bahwa skor rata-rata motivasi belajar matematika siswa untuk kelas eksperimen yang dimana proses belajarnya dengan

Seorang wanita dengan gejala yang khas atau infertilitas yang tidak bisa dijelaskan biasanya diduga menderita endometriosis. Sebagai tambahan pemeriksaan laboratorium tertentu

,Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah tingkat suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia atas penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI), ukuran