• Tidak ada hasil yang ditemukan

Forecast to Plan

Dalam dokumen BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN (Halaman 65-85)

4. Air Bag & Bledder

3.4 Sistem Perencanaan dan Pengendalian Produksi PT. FDR

3.4.2 Proses Forecast to Plan yang sedang Berjalan

3.4.2.1 Proses Bisnis yang sedang Berjalan

3.4.2.1.1 Forecast to Plan

Penjelasan :

Proses forecasting dimulai oleh bagian marketing dengan memasukkan data

forecast item finish goods ke dalam sistem, yang dimana data forecast dibuat

berdasarkan jadwal produksi AHM dan estimasi jumlah permintaan finish

goods. Lalu data forecast dientri untuk disimpan, dan dokumen forecast

akan dientri ke sistem yaitu EBS dengan menggunakan data-loader. Sebagai tambahan, data forecast dari AHM berisi tentang estimasi produk yang akan dipesan di 3 bulan ke depan, dimana estimasi dibuat dengan melihat dari data-data penjualan dari bulan-bulan sebelumnya untuk melihat produk mana yang lebih laku di pasar sehingga akan dibuat lebih di bulan berikutnya untuk memenuhi permintaan pasar, serta dengan adanya survei-survei lokasi dari pemakaian motor di lokasi-lokasi tertentu.

Forecast yang telah dibuat digunakan untuk perencanaan agregat (MDS)

agar skenario produksi dapat mengantisispasi fluktuasi permintaan. Apalagi keadaan PT. FDR yang tipe produksinya adalah make-to-stock.

Forecast dibuat oleh divisi marketing karena bagian marketing yang

3.4.2.1.2 MDS

Penjelasan :

Master Demand Schedule (M DS) di buat berdasarkan Marketing Order (M O) selanjutnya akan diolah oleh Planning Control

menjadi Master Demand Schedule (M DS). Master Demand

Schedule (M DS) akan menggabungkan permintaan dari forecas t

dan sales order, dimana permintaan dari sales order akan memiliki prioritas yang lebih tinggi dibandingkan permintaan dari forecast. Berdasarkan Marketing Order bagian Planning

Control akan membuat 3 (tiga) document Master Demand Schedule, dimana ke 3 (tiga) document tersebut akan disimpan

oleh bagian marketing, bagian Material Planning Control (M PC) dan bagian Planning Control. Master Demand Schedule yang telah dibuat oleh bagian Planning Control akan di input kedalam sistem EBS dengan menngunakan data Loader.

3.4.2.1.3 MPS

Penjelasan :

Berdasarkan Master Demand Schedule (M DS) akan di buat perencanaan bulanan (monthly planning document ) yang terdari dari rencana 1 bulan ke depan yang dibuat secara detail, serta rencana 3 bulanan yang dibuat hanya berdasarkan kebutuhan kotor. Monthly planning document akan digunakan dalam proses menetukan Material Requirement Planning (M RP), selain itu

monthy planning document juga digunakan untuk oleh Planning Control untuk membuat Order Fulfilment Schedule (OFS) yang

merupakan perjanjian pemenuhan kebutuhan produksi yang diminta bagian marketing kepada bagian Planning Control.

Order Fulfilment Schedule (OFS) kemudian akan di input

kedalam excel dan juga ke dalam sistem EBS. Order Fulfillment

Shedule (OFS) akan menjadi dasar perhitungan Material Requirement Planning (M RP) yang dilakukan oleh bagian Material Control (M C). Pada proses bisnis PT. FDR perhitungan material requirement dibedakan menjadi 2 proses, yaitu :

perhitungan packaging serta permintaan pembelian packaging. Terdapat dua kali meeting antara bagian Production Planning dan marketing, yaitu sebelum dan sesudah Order Fulfillment

Schedule (OFS) dibuat. Production sales meeting adalah

pertemuan antara bagian marketing dan planning control sebelum Order Fulfilment Schedule (OFS) dibuat, sedangkan

Marketing Production Meeting (MPM ) adalah pertemuan

sesudah Order Fulfillment Schedule (OFS) dibuat. Tujuan dari diadakannya dua kali meeting tersebut adalah untuk merundingkan demand yang diminta bagian marketing dan

supply yang sanggup di penuhi oleh bagian produksi. Didalam

perundingan akan didapatkan titik temu antara permintaan dan pemenuhan produksi yang akan dituangkan kedalam Order

Fulfillment Schedule (OFS) ataupun revisi Order Fulfillment Schedule (OFS) apabila terjadi perubahan dalam Marketing Production Meeting (M PM ).

3.4.2.1.4 MRP

Penjelasan :

Material Requirement Planning (M RP) di buat berdasarkan Material Production Schedule (M PS). perhitungan packaging, Order Fulfilment Schedule (OFS) akan diolah menjadi perhitungan Material Requirement Planning (M RP) yang kemudian hasil perhitungan tersebut akan di simpan

kedalam excel (karena sistem masih berjalan secara manual) yang kemudian akan dipakai untuk menjadi dasar untuk membuat purchase

requisition, purchase requsition yang dibuat berdasarkan perhitungan

permintaan material dan pembelian material kemudian akan di input kedalam sistem EBS, sedangkan document purchase requsition akan di berikan kepada bagian purchasing untuk kemudian di buatkan menjadi

purchase order. Selain itu purchase requisition juga digunakan untuk

melakukan pengecekan kedatangan stock dan pembelian barang, hal ini dilakukan agar kebutuhan akan material selalu tercukupi sehingga perlu adanya monitoring terhadap kedatangan material. Sedangkan Perhitungan

packaging dan permintaan pembelian packaging akan menghasilkan 2

(document) document yaitu packaging requirement, dan purchase

requisition packaging yang kemudian akan di input kedalam sistem EBS.

Ke 2 (dua) document tersebut juga akan digunakan untuk melakukan pegecekan kedatangan stock dan pembelian.

3.4.2.1.4.1 Fokus Sistem perencanaan dan pengendalian produksi PT. FDR pada proses MRP

Persediaan adalah idle resources yang menunggu proses lebih lanjut. Artinya, keberadaan sumber daya tersebut menunggu proses lebih lanjut pada sistem manufaktur serta pemasaran pada sistem distribusi. 3 bentuk persediaan pada sistem manufaktur adalah :

• Bahan baku (raw material)

• Barang setengah jadi (Work in process) • Barang jadi (finish goods)

Pada sistem manufaktur PT. FDR, terdapat hubungan langsung antara tingkat persediaan, jadwal produksi serta permintaan konsumen. Untuk itu diperlukan perencanaan dan pengendalian persediaan yang efektif dan efisien. Teknik perencanaan kebutuhan material (Material Requirement Planning) digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan item barang – barang yang bersifat saling ketergantungan (dependent) dengan item – item pada tingkat yang lebih tinggi. Kebutuhan saling

ketergantungan barang tersebut terjadi karena adanya hubungan pemakaian item – item tersebut dalam memproduksi barang – barang lain seperti bahan baku dan komponen assembling yang akan menghasilkan sebuah barang jadi (finish goods).

Gambar diatas menunjukan hubungan antara perencanaan produksi dan proses penjadwalan serta hubungannya dengan peran M RP. Salah satu trigger daripada M RP sendiri adalah M PS (Master Production

Schedule) yang memberikan jadwal informasi tentang

produk – produk yang harus dihasilkan pada level

finish goods. Untuk kebutuhan pemenuhan jadwal

produksi tersebut, banyak item barang-barang sub

assembling yang harus di buat (item to Make) atau

dibeli (item to Buy). Jadi secara kesimpulan, M RP menggunakan M PS sebagai sumber untuk mengestimasi kebutuhan – kebutuhan akan komponen-komponen dari suatu produk.

Sistem M RP memiliki beberapa kemampuan utama yang menjadi ciri khas daripada sistem tersebut. Antara lain :

1. Penentuan kebutuhan yang tepat

2. M enentukan kebutuhan minimal untuk setiap rencana pemesanan

4. Penjadwalan ulang atau pembatalan untuk sebuah jadwal yang sudah direncanakan

3.4.2.1.4.1.1 Input Sistem Material

Requirement Planning

Adapun input dari sebuah sistem M RP

adalah :

1. MPS

MPS (Master production schedule) adalah penjadwalan penyediaan barang pada level finish goods, artinya M PS merupakan pemicu utama daripada sistem M RP itu sendiri. Tanpa adanya input MPS, maka sistem M RP tidak bisa berjalan.

2. Catatan inventory

Catatan persediaan merupakan hal lain yang sama pentingnya dengan M PS. Dalam prosesnya sistem M RP perlu untuk membaca jumlah persediaan on

hand yang dimiliki, tingkat level persediaan, dan catatan – catatan tentang persediaan lainnya.

3. BOM (struktur produk)

Struktur produk adalah data yang akan diolah didalam M RP. Jika input struktur produk tidak sesuai dengan proses manufaktur maka akan mengakibatkan perencanaan persediaan dan produksi yang salah. Dampak dari hal ini adalah kesalahan dalam menyediakan barang – barang yang diperlukan dalam sebuah proses produksi.

3.4.2.1.4.1.2 Output sistem Material

Requirement Planning

Adapun output dari sebuah sistem M RP adalah :

1. Jadwal pemesanan yang harus dilakukan atau direncanakan baik itu dari supplier ataupun dari pabrik itu sendiri.

2. M emberikan suggestion apabila diperlukan penjadwalan ulang

3. M emberikan suggestion untuk pembatalan atau penambahan pesanan

4. M emberikan indikasi tentang keadaan persediaan saat ini.

3.4.2.1.4.1.3 Tahapan Pengolahan Material Requirement Planning

Adapun tahapan-tahapan dalam pengolah M RP adalah :

1. Netting

Netting merupakan proses

perhitungan kebutuhan bersih (net

requirement) yang besarnya

merupakan selisih antara kebutuhan kotor (gross requirement) dengan jadwal penerimaan persediaan (schedule order receipt) dan

persediaan awal yang tersedia (beginning inventory)

2. Lotting

Lotting merupakan suatu proses

untuk menentukan besarnya jumlah pesanan optimal untuk setiap item secara individual didasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih yang telah dilakukan dari proses

netting

3. Offsetting

Offsetting merupakan proses yang

bertujuan menentukan saat yang tepat untuk melakukan pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih.

4. Explossion

Explossion merupakan proses

perhitungan kebutuhan kotor untuk

item pada level yang lebih bawah.

pemesanan item-item produk pada level yang lebih atas.

3.4.2.1.4.1.4 Faktor yang

Mempengaruhi Penerapan MRP

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan M RP adalah :

1. Struktur produk

Faktor struktur produk sangat berpengaruh pada sistem M RP. Pada sebuah proses manufaktur, struktur produk dari level finish goods sampai dengan raw material merupakan sebuah rangkaian yang saling berketergantungan, baik itu item produk yang harus dibeli (to

buy) atau item produk yang harus dibuat

(to make). Karena panjangnya sebuah proses manufaktur, maka agak sulit untuk membuat sebuah struktur produk utuh dari level finish goods sampai dengan

diperhatikan, karena tanpa input yang baik pada sistem M RP, output yang dihasilkan pun akan tidak valid untuk digunakan.

2. Ukuran LOT

Dalam sebuah proses manufaktur, setiap proses produksi harus diusahakan seefektif dan seefisien mungkin, oleh karena itu digunakan penentuan ukuran

Lot per produk. Dalam menentukan

ukuran lot sebuah item barang, sangat tergantung pada proses manufaktur itu sendiri, tergantung kepada sistem produksi yang berjalan di manufaktur tersebut. Oleh karena itu pendefinisian ukuran lot harus dilakukan sesuai dengan standar kerja yang ada.

3. Lead time berubah – ubah

Hal lain yang memperngaruhi M RP

adalah lead time. Dalam menyediakan

perlu memperhatikan lead time dari masing – masing item yang ada. M aksudnya adalah kita perlu mengetahui

lead time yang dibutuhkan oleh sebuah

item barang dari mulai proses pemesanan hingga barang diterima di gudang dan siap untuk digunakan. Seringkali lead

time dari sebuah item berubah – ubah

tergantung daripada keadaan dan situasi dari supplier/ vendor. Karena lead time yang sering kali berubah – ubah dan bervariasi, maka data pun harus up to

date.

3.4.2.2 Aplikasi

M odul Forecast to Plan pada PT. FDR menggunakan 2 (dua) buah sistem informasi yang masing-masing mempunyai beban kerja yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dalam proses bisnis yang ada. Penjelasan atas dua sistem informasi tersebut dibahas seperti di bawah ini:

3.4.2.2.1 EBS (Enterprise Bussiness Suite)

Aplikasi EBS ini berfungsi sebagai sistem informasi yang digunakan untuk menangani seluruh proses forecast to plan mulai dari forecast sampai pada tahapan released job, termasuk di dalamnya menghasilkan laporan-laporan terkait. Semua karyawan tetap mempunyai hak akses atas aplikasi ini.

3.4.2.2.2 Excel (Manual)

Excel manual adalah sistem perhitungan manual yang

berjalan secara pararel dengan sistem EBS. Perhitungan excel manual sendiri merupakan metode perhitungan lama. Penggunaan

excel manual dikarenakan adanya ketidakpercayaan terhadap hasil

perhitungan dari sistem EBS. Input dari sistem perhitungan manual sendiri adalah dokumen Order Fulfilment Schedule (OFS) dan hardcopy spec yang akan diolah sehingga menghasilkan

output berupa kebutuhan material. Kebutuhan material disini

adalah kebutuhan murni untuk pemenuhan produksi setiap item barang jadi yang ada di dalam dokumen Order Fulfilment

Dalam dokumen BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN (Halaman 65-85)

Dokumen terkait