50
ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN
3.1 Profil Perusahaan
3.1.1 Sejarah Perusahaan
PT. FDR yang berdiri sejak 26 A gustus 1991 merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi ban sepeda motor (tire dan
tube) dengan menerapkan teknologi mutakhir dari Jepang dan Jerman.
PT. FDR sendiri merupakan salah satu anak cabang dari perusahaan berskala internasional milik yaitu PT. Astra Honda M otor (AHM).
PT. FDR pertama kali memulai produksi pada bulan Juli 1994 memulai ban yang dihasilkan dari PT. FDR dirancang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan telah mendapat pengakuan mutu internasional dengan sertifikasi ISO 9001.
M elalui kerja sama teknis dengan Shinko Rubber, Yokohama Rubber Company, dan Continental AG, PT. FDR menerapkan teknologi mutakhir dalam menciptakan FDR tire, ban berkualitas yang menjadi ban resmi balap motor Indonesia tahun 2006-2007 (M otoprix, Indoprix), serta Federal tire, ban resmi motor Honda.
3.1.2 Misi dan Visi Perusahaan
Adapun misi dan visi dari PT. FDR adalah sebagai berikut :
• Visi PT. FDR
M enjadi produsen ban motor terbaik dan nomor satu di Indonesia.
• Misi PT. FDR
M eningkatkan riset teknologi, kontrol ketat atas kualitas hasil produksi, peningkatan pelayanan kepada pelanggan, budaya mutu dalam segala bidang serta peningkatan benefit bagi segenap stakeholders secara berkesinambungan.
3.1.3 S truktur Organisasi
Setiap Organisasi harus mempunyai struktur organisasi yang baik dan teratur untuk dapat menjamin terselenggaranya proses kerja dari suatu sistem yang di terapkan. Dengan adanya struktur organisasi ini dapat diketahui secara jelas batasan kekuasaan, wewenang, serta tanggung jawab seseorang dalam suatu perusahaan. Selain itu, hal ini juga akan membantu proses dari suatu sistem tersebut sehingga akan tercapai tujuan yang ingin dicapai bersama. Berikut ini adalah struktur organisasi PT. FDR secara luas :
Gambar 3.2 Struktur organisasi planning control
3.1.4 Tugas dan Wewenang
1. Board of Director
Board of Director merupakan bagian tertinggi di PT.FDR yang
mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :
a. M enentukan kebijakan-kebijakan perusahan
b. M emilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan kepala bagian (manajer)
c. M enyetujui anggaran tahunan perusahaan, dan
d. M enyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja perusahaan.
2. Group
a. M embantu tugas-tugas Board of Director.
b. M elaporkan kinerja serta membuat keputusan jangka panjang dan menengah.
c. M engkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan di bidang administrasi keuangan, kepegawaian dan sekretariat.
d. M erencanakan dan mengembangkan sumber-sumber pendapatan serta pembelanjaan dan kekayaan perusahaan.
3. IT & BPRE
Tugas dan wewenang dari IT & BPRE adalah mengintegrasikan sistem – sistem yang ada kesetiap divisi, agar mempermudah dalam penyebaran informasi dan pengaksesan data.
4. Marketing dan Purchasing Director
¾ Tugas dan wewenang marketing director adalah:
a. Bertanggung jawab dalam menentukan strategi pemasaran untuk pengembangan produk
b. M engambil keputusan-keputusan mengenai metode-metode yang akan digunakan untuk memasarkan produk, seperti
menentukan harga produk, dan menentukan sistem promosi untuk memastikan tercapainya target penjualan.
- Marketing
Tugas dan wewenang bagian marketing adalah :
a. M elakukan penelitian terhadap pangsa pasar, mencari tahu kepuasan pelanggan terhadap produk yang dipasarkan
b. M engembangkan strategi pemasaran produk dan menerapkan strategi merek
c. M elakukan pertemuan/metting setiap minggu dan bulan dengan kantor pusat untuk membicakan jumlah produk yang akan di produksi.
d. M embuat laporan bulanan.
¾ Tugas dan wewenang Purchasing director adalah :
a. M emastikan kegiatan operasional tetap berjalan.
b. M engawasi department pembelian dan operasional,
c. M enjamin kinerja dan kualitas kerja agar pekerjaan diselesaikan tepat waktu dengan kualitas terbaik.
- Purchasing
Tugas dan wewenang bagian purchasing adalah :
a. Bertanggung jawab dalam hal pengadaaan barang dengan cara membeli persedian (bahan baku mentah, mesin)
b. M elakukan negosiasi harga dan jumlah untuk mendapatkan barang dan harga yang seminim mungkin
c. M emastikan barang (bahan baku mentah, mesin) sampai ke gudang tepat waktu sesuai dengan jadwal pengiriman.
5. Manufacturing dan Research dan Development Director
¾ Tugas dan wewenang manufactring director adalah :
a. M enetapkan kebijakan yang berhubungan dengan hal strategi operasi manufaktur
b. M engawasi dan mengarahkan semua operasi manufaktur dan menjamin kinerja serta keselamatan pekerja dengan menetapkan standard kesalamatan dalam pabrik
c. M emastikan kualitas peralatanan (mesin) dan bahan baku berkualitas tinggi sehingga dapat menghasilkan produk (ban) yang berkualitas sehingga dapat memenuhi harapan pelanggan.
¾ Tugas dan wewenang Research dan Development Director adalah :
a. M erekrut, melatih dan menyediakan manajemen kinerja yang diperlukan
b. Bertindak sebagai penghubung dengan pihak eksternal dalam hal yang berhubungan dengan pengadaan jasa dan material.
‐ Quality Assurance dan Quality Control
Tugas dan wewenang Quality Assurance adalah :
a. M emastikan pengerjaan produk (ban) dan produk (ban) yang dihasilkan sesuai dengan standart perusahaan dengan maksud dapat memenuhi prasyarat standart kualitas baik eksternal dan internal, termasuk juga standart hukum yang berlaku.
b. M emonitor dan memberikan saran terharap kinerja sistem manajemen mutu dan menghasilkan data serta laporan kinerja.
Tugas dan wewenang Quality Control adalah :
a. M emeriksa dan memastikan produk yang dihasilkan memenuhi standar yang diperlukan. 3 hal yang harus di priksa selama proses produksi yaitu :
‐ M emeriksa bahan baku yang di terima sebelum masuk tahap produksi
‐ M emeriksa produk (ban) dan peralatan (mesin) selama proses produksi
‐ M einspeksi atau pengujian produk sebelum produk di kirim ke pelanggan.
‐ Plant (Production Planning Control)
Tugas dan wewenang plant adalah :
a. M embuat perencanaan berdasarkan forecast untuk 3 bulan kedepan mengenai jumlah (ban) produk yang akan di produksi dan jumlah material yang
dibutuhkan untuk memproduksi produk (ban) tersebut
b. M embuat purchase requisition yang berisi
permintaan material kepada bagian purchasing.
c. M elakukan control / monitor terhadap perubahan permintaan dari kantor pusat atau pelanggan setiap pertengahan bulan.
d. M engontrol peralatan-peralatan (mesin) yang ada di pabrik.
‐ Engineering
Tugas dan wewenang Engineering adalah :
a. M elakukan pengawasan produksi yang ada di pabrik
b. M emelihara kesehatan mesin dengan cara melakuan
control, jika terjadi kerusakan pada mesin-mesin yang
ada di pabrik, maka bagian Engineering akan segera melakukan perbaikan.
c. M elakukan pengujian terhadap produk (ban) yang telah di produksi hal ini dilakukan untuk dapat menjaga kualitas produk (ban).
‐ Research and Development
Tugas dan wewenang Bagian Research and Development adalah :
a. M elakukan pengembangan terhadap produk (ban) baru sesuai dengan kebutuhan pangsa pasar
b. M embuat resep yang akan digunakan untuk memproduksi ban, hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk (ban).
6. Finance dan Administration Director
¾ Tugas dan wewenang finance director adalah :
a. M erencanakan, memimpin dan mengendalikan keuangan
b. M engelola keuangan, dan sumber daya manusia
c. M engembangkan sistem akutansi yang efektif
d. M emastikan keuangan di kelola menurut perundang-undagan dan prisnip akuntansi yang berlaku pada umumnya.
¾ Tugas dan wewenag Administration Director adalah :
a. M emonitor sistem keuangan
b. M emastikan bahwa keuangan / anggaran digunakan secara tepat.
‐ Human Resource Development dan General Affairs
Tugas dan wewenang Human Resource Development (HRD) adalah :
M engelola karyawan baru dan bertanggung jawab untuk melakukan penyaringan terhadap tenaga kerja baru dan memberikan pelatihan kepada karyawan baru.
Tugas dan wewenang General Affairs adalah :
a. M elaksanan pelayanan yang ada di kantor
b. M enyediakan fasilitas dan layanan administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk medukung kelancaran operasional perusahaan
‐ Finance dan Accounting
Tugas dan wewenang finance dan accounting adalah :
M erencanakan, mengembangkan, dan mengontrol fungs i keuangan dan akuntansi di perusahaan dalam memberikan
informasi keuangan secara komprehensif dan tepat waktu untuk membantu perusahaan dalam proses pengambilan keputusan yang mendukung pencapaian target financial perusahaan.
Bagian Forecast to plan dalam PT. FDR terbagi menjadi :
1. Bagian Material Control
Yaitu bagian dari Production Planning Control (PPC) yang melakukan rencana perhitungan pada material serta melakukan component
breakdown dalam memperhitungan kebutuhan pada material murni.
Bagian Material Control juga terdiri dari planner kebutuhan material murni beserta kebutuhan packaging dan planner sparepart yaitu bagian PPC yang memperhitungkan kebutuhan dalam penggunaan sparepart dalam pembuatan tire dan tube.
2. Bagian Production Control
Yaitu bagian dari PPC yang melakukan perencanaan produksi yang akan diserahkan kepada bagian produksi di lapangan dimana perencanaan dibuat berdasarkan demand atau permintaan produksi serta berdasarkan pada perhitungan pembelian material pada bulan yang bersangkutan. Selain itu, bagian PC juga bertugas melakukan monitoring pada proses produksi berjalan.
3.2 Length of Effort
Table 3.1 Length of Effort
Tanggal
Waktu Kegiatan
Jumlah Jam
Kegiatan Peserta Materi
Hasil Kegiatan 8 Juni 2010 13.00 – 16.00 3 Briefing Mentor Pembimbing Overvi ew Modules 1. Memperole h pengertian mengenai overview modules pada PT. FDR 2. Menentukan modules yang akan dikerjakan selama praktek kerja 24 Juni 2010 14.00 - 17.00 3 Briefing 1. Mentor Pembimbing 2. Purchase Analyst Forecast to plan Memperoleh pengenal an mengenai modules yang dipilih Company Memperoleh
26 Juli 2010 7.00 – 12.00 5 Introduction Trainning HRD Manager Profile Introduction pengetahu an mengenai pro file umum perusah aan Basic Mentality Merubah mentalitas dasar setiap peserta dari seorang pelajar menjadi seorang pekerja yang siap bergabung dengan PT. FDR SOP, IK & Kualitas Memperoleh pengetahu an mengenai standard operation procedure, instruksi kerja, dan kualitas dari PT. FDR Sistematika Mengenal
Produksi proses produksi tire dan tube Pengetahuan produk Mengetahui fungsi b an, produk yang dihasilkan, ukuran b an, struktur ban, bagian b an, tipe ban, beserta keuntungan, perawatan dan istilah-istilah penting dalam proses produksi. ISO 9001:2000 Mengetahui serti fikasi pengakuan yang digunakan oleh PT. FDR 5K 2S Mengetahui alat /sistem management
dalam bekerja LK3 Material & mesin Mengetahui jenis limbah dan bahan kimia, serta karakteristik mesin ATQC (Astra Total Quality Control) Mengetahui sistem managemen yang mengikut sertakan seluruh karyawan dari seluruh tingkatan organisasi dengan penerapan konsep pengendalian kualitas dan metode statistic untuk mencap ai kepuasan pelanggan dan
yang mengerjak ann ya 13.00 – 14.00 1 Preparation Mentor pembimbing Proses produksi tire dan tube Memahami materi produksi yang diberikan oleh PT. FDR dalam bentuk softcopy 14.00 – 16.00 2 Plant tour Mentor pembimbing Proses produksi tire dan tube Melakukan touring ke pabrik dan melihat proses produksi yang berlangsung 27 Juli 2010 7.00 – 10.00 3 Briefing 1.Chief Information Officer (CIO) 2.Manufacturi ng& EAM sistem development manager 3.Head of IT department Modules Overvi ew Memahami garis besar proses ERP pada perusah aan, dengan modul – modul terkait.
& general affair 4.Data resources management manager 10.00 – 16.00 2 Daily reporting Mentor Pembimbing Production Process Membuat laporan h arian mengenai pembuatan ban dalam dan ban luar 28 Juli 2010 7.00 – 16.00 8 Oracl e EBS exploration MPIC Overvi ew Oracl e EBS modules Memahami sub modules dalam Oracle EBS modules 29 Juli 2010 7.00 – 16.00 8 Business process exploration 1.MPIC 2.Mentor Pembimbing Overvi ew forecast to plan module Survey langsung pada overall proses forecast to plan dan mengetahui jenis purchase requisition. 30 Juli 2010 7.00 – 16.00 8 2 Agustus 7.00 – 16.00 8 Consultation MPIC Planning process Memahami alur p roses
2010 Forecast to plan 3 Agustus 2010 7.00 – 16.00 8 Consultation Marketing Manager Forecast, Master Demand Schedule Mengetahui asal data pada
sales forecast dan Master Demand Schedule 4 Agustus 2010 7.00 – 16.00 8 Consultation MPIC MPS, MRP Mengetahui timeline proses planning dari forecast, MDS, sampai MRP 5 Agustus 2010 7.00 – 16.00 8 6 Agustus 2010 7.00 – 16.00
8 Consultation MPIC & PPC MRP
Mengetahui proses dalam MRP. 9 Agustus 2010 7.00 – 16.00 8 Business Process Documentati Audit Manager Documentati on forecast, MDS, MPS, Dokumentasi dalam bentuk flowchart dan
10 Agustus 2010 7.00 – 16.00 8 on MRP scenario 11 Agustus 2010 7.00 – 13.00 6 Preparation - forecast, MDS, MPS, MRP Membuat bahan presentasi 13.30 – 16.00 2 Presentation 1.Mentor Pembimbing 2.MPIC forecast, MDS, MPS, MRP Persentasi pemahaman proses bisnis modul forecast to plan 12 Agustus 2010 7.00 – 16.00 8 Accessing EBS Sistem Support Oracl e EBS First Access into Oracle EBS Exploring EBS - Forecast, MDS, MPS Prosedur pembuatan forecast, MDS, MPS 13 Agustus 7.00 – 16.00 8 Exploring EBS - Oracl e EBS (Forecast to Latihan trial EBS
2010 plan module) consultation MPIC EBS pada forecast, MDS dan MPS Trial EBS dengan data item yang berjalan di perusah aan 16 Agustus 2010 7.00 – 15.00 7 Exploring EBS - forecast, MDS, MPS, MRP Memahami menu MRP :
net WIP, net reservation, net purchasing dari e-book 15.00 – 16.00 1 Consultation MPIC MRP Memahami menu MRP :
net WIP, net reservation, net purchasing 18 Agustus 2010 07.00 – 15.00 7 Understandi ng MRP - MRP Mencari sumber tentang safety stock di MRP 15.00-16.00 1 Consultation MPIC 19 Agustus 07.00 – 14.00 6 Exploring EBS - MRP (safety stock) Finding problems
2010 14.00-16.00 2 Consultation MPIC dalam MRP 20 Agustus 2010 07.00 – 14.00 7 Exploring EBS MRP dan MRP excel - MRP Finding problems dalam MRP 14.00 – 15.00 1 Consultation PPC Perhitungan material requirement Mempelajari excel perhitungan material tanpa menambahkan safety stock 15.00-16.00 1 Consultation MPIC MRP Mencari perbed aan data compound pada EBS dengan yang ada di excel
23 Agustus 2010 07.00 14.00 7 Exploring EBS MRP dan MRP excel - MRP Finding problems dalam MRP 15.00-16.00 1 Consultation MPIC MRP Mencari perbed aan data compound pada EBS dengan yang ada di excel 24 Agustus 2010 07.00 14.00 7 Exploring EBS MRP dan MRP excel - MRP Finding problems dalam MRP 15.00-16.00 1 Consultation MPIC MRP Mencari perbed aan data compound pada EBS dengan yang ada di excel
Agustus 2010 10.00 excel perhitungan material material requirement perbed aan data compound pada EBS dengan yang ada di excel 10.00 – 12.00 2 Consultation Material Control Staff Perhitungan material requirement Mencari perbed aan spec compound
yang terd apat di EBS dan excel 13.00 – 16.00 3 Consultation Research and Development Perhitungan CMDS Mengetahui adanya kesalahan nilai pada spec di BOM dalam EBS, dan adanya kesalahan compound dalam excel perhitungan material requirement
26 Agustus 2010 07.00 - 16.00 9 Exploring excel perhitungan material IT division Perhitungan material requirement Memperoleh akses BOM (Bills of material) pada menu Supply Chain Planner pada EBS server 8025 27 Agustus 2010 07.00 - 16.00 9 Exploring excel perhitungan material dan EBS Production Planner Perhitungan material requirement Mengetahui penyebab perbed aan nilai compound CMDS pada perhitungan material requirement dan mengetahui kelebihan compound IMD pada salah satu sample finish good
30 Agustus 2010 07.00 – 12.00 5 Exploring excel perhitungan material - Compound breakdown Komparasi antara sp ec dari bagian PPC dan bagian R&D 10.00 – 12.00 2 Consultation Material Control Staff Perhitungan material requirement Memperoleh data spec dari R&D 31 Agustus 2010 07.00 – 12.00 5 Exploring excel perhitungan material - Compound breakdown Komparasi antara sp ec dari bagian PPC dan bagian R&D 13.00 – 14.00
1 Personalisasi - EBS Oracle
Personalize form MPS dan
MRP pada kotak tick dan
untick 14.00 – 16.00 2 Consultation MPIC Safety stock, bucket days, fixed lot mutiplier Memahami perhitungan kebutuhan material dengan ad anya safety stock, bucket days
dan fixed lot multiplier 01 Septem ber 2010 07.00 – 14.00 7 Comparatio n - EBS Oracle Komparasi hasil perhitungan material antara EBS dan manual excel dengan ad anya safety stok, bucket days dan fixed lot
multiplier 14.00 – 16.00 1 Consultation Production Planner Fixed lot multiplier Mengetahui adanya perhitungan multiplier pada saat produksi di luar perhitungan material dan compound breakdown 02 Septem ber 07.00 – 10.00 3 Exploring excel perhitungan - Compound breakdown Komparasi antara sp ec dari bagian
2010 material PPC dan bagian R&D 10.00 – 12.00 2 Consultation Production Planner Perhitungan material requirement Mengetahui perhitungan material requirement pada saat production dengan melibatkan multiplier, fixed order, dan minimum order 13.00 – 16.00 3 Comparatio n - Perhitungan material requirement Membuat perbandingan material requirement dari EBS demand, excel material planning, EBS supply dan excel production planning
03 Septem ber 2010 07.00 – 16.00 9 Comparatio n - Perhitungan material requirement Membuat perbandingan material requirement dari EBS demand, excel material planning, EBS supply dan excel production planning 06 Septem ber 2010 07.00 – 16.00 9 Preparation - Perhitungan Material Requirement Mempersiapka n bahan presentasi 07 Septem ber 2010 07.00 – 16.00 9 Preparation - Perhitungan Material Requirement Mempersiapka n bahan presentasi 20 Septem ber 2010 07.00 – 16.00 9 Preparation - Perhitungan Material Requirement Mempersiapka n bahan presentasi 24 Septem ber 7.00 – 13.00 6 Preparation - Material requirement Mempersiapka n bahan presentasi
2010 13.30 – 16.00 2 Presentation 1. Mentor Pembim bing 2. Bagian-bagian MPIC yang terkait material require ment MRP Revisi pada alur proses dan scenario forecast to plan 27 Septem ber 2010 07.00 – 16.00 9 Preparation - Material Requirement Melakukan revisi pada next activity 28 Septem ber 2010 07.00 – 16.00 9 Laporan Akhir - Material Requirement Pembuatan laporan akhir 29 Septem ber 2010 07.00 – 16.00 9 Laporan Akhir - Material Requirement Pembuatan laporan akhir
3.3 Proses Umum Produksi
Proses produksi di PT. FDR terbagi atas 2 proses yaitu :
- Proses pembuatan tire (ban luar)
- Proses pembuatan tube (ban dalam)
Berikut ini adalah gambaran aliran proses produksi yang ada pada PT. FDR :
3.3.1 Proses Produksi Tire dan Tube
PT. FDR adalah sebuah perusahaan manufacturing ban sepeda motor (tire dan tube). Distribution produknya adalah Federal (Astra Honda M otor) dan FDR . Untuk menghasilkan sebuah tire (ban luar) dan
tube (ban dalam) dilakukan sebuah proses pengerjaan. Adapun proses
pembuatan tire & tube adalah sebagai berikut :
3.3.1.1 Proses Produksi Tire
3.3.1.1.1 Mixing
Untuk melakukan proses pembuatan ban, baik tir e (ban luar) maupun tube (ban dalam) dilakukan proses
mixing terlebih dahulu. Proses mixing adalah proses
pencampuran bahan-bahan row material (rubber, filler,
chemical, final batch) menjadi satu. Untuk melakukan
proses mixing, sebelumnya dilakukan permintaan bahan-bahan material apa saja yang dibutuhkan untuk proses mixing. Dari warehouse akan mengeluarkan
MOT (Move Order Transfer) ke mixing, kemudian
barang akan langsung di bawa ke mixing. Setelah itu, seluruh material akan ditimbang sesuai dengan spec masing-masing.
Adapun jenis-jenis KTB (Kelompok Timbang) utnuk row material tersebut adalah :
1. Rubber (Karet)
2. Filler (Karbon)
3. Chemical
4. Final Batch
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.2 Pemakaian material
1. Kelompok Rubber
No No. Part Nama M aterial
1 NR02 Rubber SIR 10
2 NR04 RUBBER RECLAIM
3 SR01 RUBBER BUTYL 268
4 SR02 RUBBER BR 01
2. Kelompok Filler (Karbon)
3. Kelompok Chemical
No No. Part Nama M aterial
6 SR04 RUBBER SBR 1712
7 SR06 RUBBER SBR 1712
8 SR08 RUBBER REC. BUTYL
9 SR11 RUBBER BROM O BUTYL
No No. Part Nama M aterial
10 RA01 C/B N330 11 RA02 C/B N550 12 RA03 C/B N660 13 RA07 C/B N220 14 RA08 C/B N115 15 FL02 CaCo3 LA100
16 CA03 WHITE TITAN
No No. Part Nama M aterial
4. Kelompok Final Batch
No No. Part Nama M aterial
31 AC02 ACC TMTD
32 AC03 ACC M BTS
33 AC05 ACC TMTM
18 PA03 HOM OGENIZER 60
19 PA04 DISPERSANT 215
20 PA05 STRUKTOL HT 105
21 PG01 PEPTIZER CHEM ICAL
22 TF01 TACRESIN CIR
23 TF05 TACRESIN PFR
24 AO01 AO PARAFIN WAX
25 AO03 AO 6PPD
26 AO04 AO TMQ
27 AO06 AO M ICROWAX
28 AO08 AO SP-H
29 VA01 STEARIC ACID
34 AC06 ACC CBS
35 AC07 ACC M BT
36 AC13 ACC DCBS
37 VG02 SULFUR
38 VG03 INS SULFUR / CRYSTEX
39 VG04 TACKIROL
40 RT01 RETARDER PVI
41 RL08 BATCH OFF ANTI TACK
Setelah penimbangan dari semua material selesai, kemudian dilakukan proses mixing. Proses mixing dilakukan secara bertahap, pertama-tama material karet terlebih dahulu dimasukkan ke mesin bernama banbury atau mesin bernama kneader, kemudian dimasukkan
filler lalu chemical. M esin banbury atau mesin kneader
akan menggiling karet, filler dan chemical. Kemudian akan diproses lagi oleh mesin roll mixing agar material-material tersebut lebih tercampur. Hasil dari proses
mixing akan terbentuk master compound.
Untuk menghasilkan sebuah compound, pada
batch, seperti sulfur, cbs dan retarder PVI. Ketiga
bahan ini juga ditimbang sesuai spec-nya, kemudian
master compound beserta material final batch akan
digiling oleh mesin bernama banbury atau mesin bernama kneader. Kemudian akan diproses lagi dengan digiling oleh mesin mill blender, setelah proses tersebut selesai dilakukan maka akan terbentuklah sebuah
compound (finish compound) . Sebelum melakukan
proses untuk membuat sebuah compound yang baru, mesinnya harus di cleaning dulu, agar compound yang baru tidak tercampur dengan material yang menempel pada mesin. M isalnya dari proses pembuatan compound karet alam ke butyl. Untuk lebih mengetahui perbedaan manakah yang disebut master compound dan compound dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.3 Contoh master compound dan compound
Master Compound Compound
M – UADR UADR M – LMDA LM DA M – KXDN KXDN M – IMDB IMDB
Dengan kata lain proses membuat compound dilakukan secara 2 tahap, yaitu :
1. Pembentukan master compound
2. Finish compound
Ada beberapa master compound yang masih perlu diproses sebelum pencampuran material final batch, yaitu proses penggilingan (X-M ill).
Adapun jenis-jenis dari master compound tersebut: • M – IMDB ply cord (BM )
• M – WADC untuk membuat bead wire (WM )
• M – GMDA untuk membuat compound
Untuk prosesnya, yaitu : 1. Master Compound
2. X – Mill digiling lagi biar halus
3. Final batch
Setelah pembentukan compound berhasil dibuat, maka compound tersebut akan di M OT (Move Order
Transfer) ke PSS (Part Stock Supply). Kemudian dari PSS, compound tersebut akan di M OT lagi sesuai kebutuhan
permintaan untuk fungsinya masing-masing, misalnya ke proses SA (Special Articel).
3.3.1.1.2 Extruding Tire
Setelah compound berhasil dibuat dari proses
mixing, kemudian compound tersebut di M OT lalu
dikirim ke proses extruding. Proses extruding adalah suatu proses untuk memperhalus sebuah compound. M isalnya compound CMDR dan compound TM DR.
Compound tersebut kemudian di eksekusi dimesin extruding sehingga menghasilkan sebuah tread (EM ). Tread (EM ) akan dijadikan sebagai bagian luar dari
Tread (EM ) yang dihasilkan tersebut akan
diteruskan lagi ke dalam sebuah proses (masih dalam satu mesin extruding), sehingga tread dilapisi dengan dua compound. Yang pertama compound atas, dan yang kedua compound bawah. Compound–compound tersebut berasal dari jenis bahan material yang sama. Sehingga hasil akhir dari compound tersebut menghasilkan tread per peacess dengan ukuran dan warna yang berbeda-beda pada sisi kiri dan kanan dari sebuah tread. Gambar suatu compound dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 3.4 Struktur tread
Jenis compound yang berbeda-beda tersebut tergantung dari ukuran cetakan yang digunakan untuk masing-masing compound. Sedangkan untuk warna dari
tread tersebut digunakan untuk membedakan jenis compound yang satu dengan jenis compound yang lain,
misalnya untuk membedakan dimensi dari compound. compound 2 (bawah)
compound 2 (bawah)
Compound tersebut ada yang berwarna biru, merah,
kuning dan putih. Setelah itu, tread didinginkan pada mesin cooling, agar tread tidak terjadi penyusutan. Kemudian, tread dibasahi, dikeringi dan diberikan titik
balancing (keseimbangan). Titik balancing tersebut
berada ditengah tread dan diberi warna kuning, artinya untuk menyeimbangkan ketika memasang sebuah valve pada tube (ban dalam).
Tread (EM ) yang bagus (tidak cacat) diteruskan
untuk proses selanjutnya, yaitu proses building. Kemudian di M OT (Move Order Transfer) ke PSS (Part Stock Supply). Dari PSS, tread tersebut akan di MOT lagi sesuai kebutuhan permintaan. Tetapi ada juga hasil dari tread tersebut yang kurang bagus (ada cacat).
Untuk tread yang kurang bagus tersebut dikategorikan menjadi 2, yaitu :
1. Defect dilakukan proses
repair 2. Reject (Scrap) dibuang.
Tread yang bagus akan dibuat menjadi green tire pada
proses building. Tread yang tidak bisa diperbaiki (repair), dinamakan yake.
3.3.1.1.3 Special Artikel (S A)
Pada Special artikel terdapat pembuatanp ply cord (BM XXX), bead wire (WM XXX), insulation (IM -XXX), dan pembuatan alat bantu pada proses curing (air bag & bledder).
1. Ply cord (BM-XXX)
Pembuatan item plycord melalui proses topping cord (TM -XXX). Pada proses topping cord, material nilon cord (NC-XXX) dilapisi dengan
compound CM DS
Gambar 3.5 Topping cord
Hasil dari topping cord berupa ply cord (BM -XXX) dengan lebar standar 1,4 m. Kemudian ply
cord yang sudah jadi akan melalui proses bias Nilon Cord
Compound CMDS Compound CMDS
Cutting, yaitu proses Pemotongan ply cord menjadi
2 bagian dengan lebar dan sudut tertentu, sehingga terbentuklah ply cord 1 (BM -XXX-1) & Ply cord 2 (BM -XXX-2). BM merupakan singkatan dari bias
Cutting Manufacturing.
Gambar 3.6 Proses pembuatan ply cord
2. Bead wire (WM-XXX)
M aterial Kawat yang dilapisi dengan compound WADC. Nilon Cord Topping NC Ply cord (BM‐XXX) Bias BM‐XXX‐1 BM‐XXX‐2
WM merupakan singkatan dari wire manufacturing
Gambar 3.7 Proses pembuatan bead wire
3. Insulation (IM-XXX)
Diproses ini terdapat pembuatan Item Squegee, dengan cara menambahkan sedikit compound dengan lebar 1 mili ke lapisan ply cord 1. Insulation digunakan sebagai pengganti dari ban dalam, yang biasa digunakan pada pembuatan ban tubbless.
Gambar 3.8 Sequegee Ply cord (BM‐XXX) Compound ili Kawat Compound WADC Bead wire (WM) +
4. Air Bag & Bledder
a. Air Bag
M erupakan material support di curing atau sebagai alat bantu sebagai proses pembentuk
tire. Bentuknya seperti tube compound
dimasukkan dalam mesin b. Bledder
Material support di curing, bentuknya seperti
green tire.
Hasil dari SA berupa ply cord (BM -XXX),
bead wire (WM -XXX), insulation (IM -XXX)
akan di M OT (Move Order Transaksi) ke Tire
Assy, dan untuk bledder dan air bag akan
dibuatkan M OT ke bagian Curing.
3.3.1.1.4 Tire Assy
Tahap ini merupakan proses pembentukan Green
tire (AM -XXX). Dalam proses ini seluruh material Inti
pembentuk Tire seperti bead wire, ply cord, tread
diassembly menjadi satu. M esin yang digunakan :
Adapun langkah – langkah dalam Assembly: 1. M asukkan bead wire ke sisi kanan dan kiri.
2. Tempelkan insulation (IM -XXX) untuk tire jenis tertentu. Seperti untuk ban tubbless
3. Tempelkan lapisan pertama ply cord (BM -XXX-1), kemudian rekatkan masing-masing ujungnya.
4. Tempelkan lapisan ke dua ply cord (BM -XXX-2) diatas ply cord 1, kemudian rekatkan masing-masing ujungnya.
Gambar 3.9 Proses pembuatan green tire
Hasil dari tire assy berupa green tire (AM -XXX) untuk green tire tube dan (AN-XXX) untuk green tire
Bead wire Bead wire
Tread
Ply cord 1
tubeless, kemudian akan di M OT (M ove Order Transfer) ke bagian Curing.
3.3.1.1.5 Curing Process
Dalam proses produksi ban di PT. FDR curing adalah proses yang dilakukan untuk membentuk atau mencetak ban dengan menggunakan tenaga air dan pemanasan dengan suhu yang tinggi. Proses ini dilakukan setelah melewati tahapan-tahapan proses sebelumnya yaitu mixing, topping, extruding, dan
building. M aterial yang dibutuhkan untuk proses curing
adalah green tire (AM dan AN) yang dibentuk di proses
building. Namun ada dua proses yang dilakukan
sebelum green tire masuk ke mesin curing, yaitu proses
spraying dan gimlate. Setelah melewati dua proses itu
barulah green tire masuk ke proses curing.
Proses produksi di curing ada lima tahapan yaitu : 1. Spraying
Spraying adalah proses pemberian serbuk/talc pada
bagian dalam green tire, proses ini bertujuan agar permukaan bagian dalam green tire tidak lengket saat dipasangkan bledder ataupun air bag pada saat proses curing.
2. Pemanasan
Setelah di spraying, masuk ke proses selanjutnya yaitu proses memanaskan, pada proses ini green
tire diberi udara panas agar serbuk yang sudah
diberikan diproses sebelumnya menempel ke permukaan dalam green tire.
3. Gimlate
Pada proses gimlate, green tire diberi lubang-lubang, proses ini bertujuan untuk menghilangkan / mengeluarkan udara pada green tire.
4. Curing
Di tahap ini ada dua jenis mesin curing yang digunakan yaitu curing dengan menggunakan air
bag dan curing yang menggunakan bledder. Green tire dimasukan ke dalam mesin curing dengan
waktu sekitar 5 menit dan suhu 1600 C. Setelah dimasak, green tire di keluarkan dari mesin dan sudah berbentuk tire (CM dan CN).
5. Final inspection tire
Pada proses ini tire yang sudah melewati proses pendinginan di mesin PCI di periksa, dan dipisahkan antara tire yang masuk kelas A, defect dan reject. Untuk tire kelas A akan langsung
keproses selanjutnya, sedangkan bagi tire yang masuk golongan defect di kembalikan ke bagian
finishing, dan tire yang masuk golongan reject atau scrap langsung dikirim ke WCT atau tempat
pembuangan produk yang reject
Gambar 3.10 Flow chart pembuatan tire diproses curing
Setelah proses final inspection selesai dilakukan, maka dilakukan completion. Completion adalah entri data aktual sesuai data yang ada di lapangan. Tire (CM ) akan di Move Order Transfer (M OT) ke semi finish good.
spraying pemanasa Gimlate
curing Final
3.3.1.2 Proses Produksi Tube
Proses produksi tube atau ban dalam hampir sama seperti proses pembuatan tire, yaitu melalui proses mixing, extruding, dan
curing. Yang membedakan adalah pada proses pembuatan tube
tidak terlalu banyak melakukan M OT. Karena pada proses pembuatan tube tidak terlalu banyak perpindahan material. Berikut ini adalah tahapan-tahapan proses pembuatan tube :
3.3.1.2.1 Straining
Pada proses straning bahan dasar yaitu compound digiling sampai halus di mesin strainer. Yang kemudian dilanjutkan ke proses extruding.
3.3.1.2.2 Extruding
Pada proses extruding, compound diproses di mesin extruding, out put yang dihasilkan dari mesin ini berbentuk seperti selang panjang atau biasa diberi kode EE. Setelah dari mesin extruding dilanjutkan ke proses selanjutnya yaitu proses pendinginan melalui air yang sudah disiapkan di line produksi. Proses selanjutnya adalah pemberian merk dan talc. Pemberian talc bertujuan agar permukaan tube tidak lengket, setelah itu barulah proses pemotongan tube. Di line produksi ini
juga ada penempelan kertas yang bertujuan untuk memudahkan di proses valve setting yang bersifat manual.
3.3.1.2.3 Valve setting
Proses selanjutnya adalah valve setting, ada dua jenis proses penempelan valve yaitu secara manual dan otomatis. Penempelan valve secara manual dilakukan pada tube yang berbahan dasar dari karet alam, sedangkan penempelan secara auto dilakukan pada tube yang berbahan dasar butyl.
3.3.1.2.4 Spilicing
Spilicing (SE) adalah proses penyambungan tube, tube
yang masih terpisah di jepitkan dimesin yang kemudian diberikan tekanan dan energi panas, sehingga tube akan tersambung, lalu dilakukan pengecekan dengan sedikit memberikan udara.
3.3.1.2.5 Curing
Curing adalah proses terakhir pada pembuatan tube,
dimana tube tersebut akan dimasak didalam suatu mesin bernama curing tube. Berbeda dengan tire, tire
dilakukan pemasakan dengan dua cara yang berbeda, yaitu air bag dan bledder. Sedangkan tire hanya dilakukan dalam satu cara, melalui mesin yang bernama
curing tube.
3.3.1.2.6 Final inspection
Setelah berhasil membuat tube dari mesin curing, tube tersebut akan langsung di kirim ke final inspection. Pada final inspection, dilakukan pemompaan pada tube untuk mengisi angin dan dilakukan pemasangan baut (nut) dan washer, kemudian dilakukan pengecekan kondisi tube yang defect dan reject. Barang yang bagus akan di M OT (Move Order Transfer) ke SFG (Semi
Finish Good).
3.3.1.3 Final Inspection
Final inspection adalah proses untuk mengecek kondisi
barang apakah barang tersebut reject atau defect. Defect adalah barang yang masih bisa diperbaiki, sedangkan reject dalah barang yang sudah tidak bisa diperbaiki (scrap).
3.3.1.4 Semi Finish Good
Semi Finish Good adalah proses terakhir pada proses
produksi pembuatan ban yaitu proses packing. Untuk tire dilakukan wrapping (pembungkusan) serta pemberian merek dan stiker (FDR dan Honda) , sedangkan untuk proses tube sebelum
dipacking, tube di vacum (agar angin keluar dari tube), setelah itu
proses pemasangan nut dan washer kemudian tube dilipat, dimasukkan kedalam kotak kecil, kemudian packing.
3.4 Sistem Perencanaan dan Pengendalian Produksi PT. FDR
3.4.1 Pengenalan Umum
Sistem Perancanaan dan Pengendalian Produksi adalah proses untuk merencanakan dan mengendalikan material yang masuk, diolah, dan keluar dari sistem produksi / operasi sehingga permintaan pasar dapat dipenuhi dengan jumlah yang tepat, dengan waktu penyerahan yang tepat, serta biaya produksi minimum. Secara garis besar, pekerjaan yang ada dapat kita bagi menjadi dua bagian besar, yaitu : perencanaan produksi, dan pengendalian produksi.
Aktivitas perencanaan dan pengendalian produksi pada PT. FDR dilakukan oleh bagian Planning Control, terdiri dari aktifitas forecasting sampai dengan released job, seperti terlihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 3.11 Alur forecast to plan
• Forecasting
Forecasting merupakan kegiatan peramalan permintaan untuk
bulan yang akan datang, yang dilakukan oleh bagian marketing. Sebagian besar forecast bulanan dapat diterima dari luar, seperti
forecast OEM yang diperoleh dari Astra Honda M otor, ataupun
perkiraan permintaan dari distributor. Kegiatan forecasting adalah memverifikasi dan melakukan adjustment atas forecast yang datang, atau bahkan melakukan sendiri forecast permintaan atas data historis,
seasonal factor, analisa pasar, dan lain-lain. Forecast tidak
order, dan sejenisnya. Forecast yang didapat atau dikeluarkan adalah forecast untuk 3 bulan ke depan, yaitu bulan M +1, M+2, dan M +3.
Forecast akan di input ke dalam sistem untuk menunjukkan original forecast yang didapat baik dari AHM maupun dari hasil
perhitungan. Forecast ini kemudian akan dapat dibandingkan dengan
actual sales order yang didapat pada bulan bersangkutan. Forecast
dapat dimasukkan dalam bentuk harian maupun bulanan.
• MDS (Master Demand Schedule)
Master Demand Schedule merupakan jadwal permintaan atau
jadwal pengiriman pesanan, yang secara garis besar terdiri dari
forecast maupun actual sales order. Load M DS adalah proses untuk
mendefinisikan Master Demand Schedule (M DS) dari forecast dan
sales order. M DS akan menggabungkan permintaan dari forecast dan sales order, dimana permintaan dari sales order akan memiliki
prioritas yang lebih tinggi dibandingkan permintaan dari forecast.
• MPS (Master Production Schedule)
Master Production Schedule merupakan jadwal induk produksi,
yang menunjukkan jadwal harian produksi di level Finished Good.
Load M PS adalah proses untuk menerjemahkan Master Demand Schedule. Plan M PS ini harus dibuat sebelum Planning Control
dari pembuatan Plan M PS adalah menentukan M DS mana yang akan di launch dan dibuatkan rencana produksi dalam bentuk Master
Production Schedule.
Setelah Plan M PS dibuat, maka Planning Control akan melakukan proses Launch MPS, yaitu proses perhitungan dan pembuatan M PS secara otomatis oleh sistem dengan mempertimbangkan permintaan yang tertuang dalam M DS, On-hand, dan Safety Stock. M PS akan dilakukan hanya untuk level finished
goods. Hasilnya adalah rekomendasi rencana produksi induk yang
kemudian harus dilakukan pengecekan kembali, apakah rencana tersebut dapat dipenuhi dengan kapasitas yang tersedia.
• MRP(Material Requirement Planning)
Material Requirement Planning (M RP) dilakukan di EBS
dengan menjalankan M RP launch plan, mengeluarkan rekomendasi pengadaan material, baik untuk bahan yang dibeli dan dibuat. Dalam MPS, tidak ada rencana pembelian raw material yang akan dibuat. Akan tetapi, dalam Material Requirement Planning (M RP), rencana pembelian raw material beserta rencana produksi akan dibuat secara otomatis.
Input atas M RP dapat dilakukan melalui setup Plan options,
dengan mempertimbangkan atau meniadakan pertimbangan spesifik
demand (termasuk Trial), onhand, safety stock, outstanding PR/PO,
ataupun job Order sebagai demand atau supply. Proses pembuatan
plan M RP dan launch M RP mirip dengan proses pembuatan plan M PS
dan proses launch M PS. Perbedaannya hanya pada hasil yang
di-generate oleh sistem.
• Perencanaan Kapasitas (CRP)
Capacity Resource Planning merupakan perencanaan kapasitas
dengan basis yang lebih detail daripada RCCP. Agar CRP dapat dilakukan dengan memperhatikan alternate bill dan alternate
resources, maka CRP akan dilakukan dengan sebuah customized report yang dituangkan lebih lanjut dalam functional design.
• Manufacturing Scheduling
MPS dan M RP adalah alat bantu untuk merencanakan produksi. Ketika work order telah dibuat dan telah sampai pada bagian produksi, maka masalah yang dihadapi adalah permasalahan mengenai jadwal dan pengendalian produksi harian yang terperinci dalam rangka menyelesaikan work order yang telah dihasilkan M PS dan M RP. Tools
manufacturing scheduling digunakan untuk mengatur work order yang
• Release Planned Order
Setelah di verifikasi, maka planned order siap di release.
Release planned order bertujuan untuk secara aktual membuat purchase requisition untuk pembelian raw material, atau membuat
perintah produksi dalam bentuk discrete job untuk pembuatan komponen WIP (work in process) atau FG (Finish Goods).
3.4.2 Proses Forecast to Plan yang sedang Berjalan
3.4.2.1 Proses Bisnis yang sedang Berjalan
Proses Forecast to plan merupakan satu kesatuan proses yang terintegrasi antara bagian marketing, Planning Control ,
Material Planning Control (M PC), production, dan purchasing. Document input awal daripada proses forecast to plan adalah document forecast yang dibuat oleh bagian marketing. Setiap
bulannya bagian marketing akan mengadakan sales production
meeting dan menerbitkan Marketing Order (M O). Marketing order kemudian akan menjadi dasar untuk bagian Planning Control untuk membuat perencanaan bulanan. Perencanaan ini
terdari dari rencana 1 bulan ke depan yang dibuat secara detail, serta rencana 3 bulanan yang dibuat hanya berdasarkan kebutuhan kotor. karena setiap bulan biasanya ada perubahan
order dari marketing (karena mengikuti turun-naiknya permintaan produksi), maka apabila ada revisi Marketing Order (MO) harus diserahkan kepada bagian planning control sebelum tanggal 5 setiap bulannya.
Dari input berupa Marketing Order (M O) tersebut, selanjutnya akan diolah oleh Planning Control menjadi Order
Fulfilment Schedule (OFS) yang merupakan perjanjian
pemenuhan kebutuhan produksi yang diminta bagian marketing kepada bagian Planning Control yang akan dibicarakan di dalam
Production Sales Meeting (PSM ) dan Marketing Production Meeting (M PM ). Terdapat dua kali meeting antara bagian Production Planning dan marketing, yaitu sebelum dan sesudah Order Fulfillment Schedule (OFS) dibuat. Production sales meeting adalah pertemuan antara bagian marketing dan Planning Control sebelum Order Fulfilment Schedule (OFS) dibuat,
sedangkan Marketing Production Meeting (M PM) adalah pertemuan sesudah Order Fulfillment Schedule (OFS) dibuat. Tujuan dari diadakannya dua kali meeting tersebut adalah untuk merundingkan demand yang diminta bagian marketing dan
supply yang sanggup di penuhi oleh bagian produksi. Didalam
perundingan akan didapatkan titik temu antara permintaan dan pemenuhan produksi yang akan dituangkan kedalam Order
Fulfillment Schedule (OFS) ataupun revisi Order Fulfillment Schedule (OFS) apabila terjadi perubahan dalam Marketing Production Meeting (M PM ).
Order Fulfillment Schedule (OFS) inilah yang akan
menjadi dasar dari proses selanjutnya. Order Fulfilment Schedule (OFS) akan menjadi dasar perhitungan Material Requirement
Planning (M RP) yang dilakukan oleh bagian Material Control
(M C). Pada proses bisnis PT. FDR perhitungan material
requirement dibedakan menjadi 2 proses, yaitu : perhitungan packaging serta permintaan pembelian packaging dan perhitungan
M RP. Dalam perhitungan packaging, akan diperhitungkan kebutuhan pemakaian packaging dalam setiap produk jadi (finish
goods) yang diproduksi. Adapun pertimbangan dalam perhitungan packaging adalah bahwa kebutuhan packaging hanya dibutuhkan
oleh barang jadi (finish goods) tipe Y (finish goods yang didistribusikan untuk dijual bebas), sedangkan barang jadi (finish
goods) tipe X yang diproduksi untuk AHM tidak memerlukan packaging karena dikirim dalam bentuk setting (tire dan tube).
Setelah dilakukan perhitungan packaging, akan diketahui jumlah kebutuhan packaging yang harus disediakan. Selain daripada perhitungan packaging, Order Fulfilment Schedule (OFS) akan diolah menjadi perhitungan Material Requirement Planning
(M RP). Proses perhitungan M RP yang sekarang berjalan di PT. FDR dilakukan secara manual dengan menggunakan excel
document. Perhitungan material requirement dengan
menggunakan excel dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu tingkat
compound & non-compound requirement serta compound breakdown requirement. Setelah didapat hasil perhitungan
kebutuhan, maka selanjutnya akan dilakukan prosedur pembelian
material oleh bagian purchasing. Bagian Material Control (M C)
akan melakukan control kedatangan material dan apabila diperlukan, bagian Material Control (M C) akan melakukan perencanaan pembelian material tambahan untuk selanjutnya dibuatkan prosedur pembelian.
Selanjutnya apabila telah dilakukan perhitungan material, tugas bagian Production Control selanjutnya adalah membuat perencanaan produksi yang akan diserahkan kepada bagian produksi. Perencanaan produksi dibuat berdasarkan Order
Fulfilment Schedule (OFS) yang telah disetujui oleh bagian marketing dan Production Control . Setelah perencanaan
produksi selesai dibuat, akan diserahkan kepada bagian produksi untuk dilakukan prosedur pelaksanaan produksi. Belum selesai sampai pada perencanaan produksi saja, bagian Planning
berjalan. Apabila diperlukan, maka akan dilakukan over tim e untuk memenuhi kebutuhan produksi yang akan dikoordinasikan dengan seksi – seksi yang terkait.
3.4.2.1.1 Forecast to Plan
Penjelasan :
Proses forecasting dimulai oleh bagian marketing dengan memasukkan data
forecast item finish goods ke dalam sistem, yang dimana data forecast dibuat
berdasarkan jadwal produksi AHM dan estimasi jumlah permintaan finish
goods. Lalu data forecast dientri untuk disimpan, dan dokumen forecast
akan dientri ke sistem yaitu EBS dengan menggunakan data-loader. Sebagai tambahan, data forecast dari AHM berisi tentang estimasi produk yang akan dipesan di 3 bulan ke depan, dimana estimasi dibuat dengan melihat dari data-data penjualan dari bulan-bulan sebelumnya untuk melihat produk mana yang lebih laku di pasar sehingga akan dibuat lebih di bulan berikutnya untuk memenuhi permintaan pasar, serta dengan adanya survei-survei lokasi dari pemakaian motor di lokasi-lokasi tertentu.
Forecast yang telah dibuat digunakan untuk perencanaan agregat (MDS)
agar skenario produksi dapat mengantisispasi fluktuasi permintaan. Apalagi keadaan PT. FDR yang tipe produksinya adalah make-to-stock.
Forecast dibuat oleh divisi marketing karena bagian marketing yang
3.4.2.1.2 MDS
Penjelasan :
Master Demand Schedule (M DS) di buat berdasarkan Marketing Order (M O) selanjutnya akan diolah oleh Planning Control
menjadi Master Demand Schedule (M DS). Master Demand
Schedule (M DS) akan menggabungkan permintaan dari forecas t
dan sales order, dimana permintaan dari sales order akan memiliki prioritas yang lebih tinggi dibandingkan permintaan dari forecast. Berdasarkan Marketing Order bagian Planning
Control akan membuat 3 (tiga) document Master Demand Schedule, dimana ke 3 (tiga) document tersebut akan disimpan
oleh bagian marketing, bagian Material Planning Control (M PC) dan bagian Planning Control. Master Demand Schedule yang telah dibuat oleh bagian Planning Control akan di input kedalam sistem EBS dengan menngunakan data Loader.
3.4.2.1.3 MPS
Penjelasan :
Berdasarkan Master Demand Schedule (M DS) akan di buat perencanaan bulanan (monthly planning document ) yang terdari dari rencana 1 bulan ke depan yang dibuat secara detail, serta rencana 3 bulanan yang dibuat hanya berdasarkan kebutuhan kotor. Monthly planning document akan digunakan dalam proses menetukan Material Requirement Planning (M RP), selain itu
monthy planning document juga digunakan untuk oleh Planning Control untuk membuat Order Fulfilment Schedule (OFS) yang
merupakan perjanjian pemenuhan kebutuhan produksi yang diminta bagian marketing kepada bagian Planning Control.
Order Fulfilment Schedule (OFS) kemudian akan di input
kedalam excel dan juga ke dalam sistem EBS. Order Fulfillment
Shedule (OFS) akan menjadi dasar perhitungan Material Requirement Planning (M RP) yang dilakukan oleh bagian Material Control (M C). Pada proses bisnis PT. FDR perhitungan material requirement dibedakan menjadi 2 proses, yaitu :
perhitungan packaging serta permintaan pembelian packaging. Terdapat dua kali meeting antara bagian Production Planning dan marketing, yaitu sebelum dan sesudah Order Fulfillment
Schedule (OFS) dibuat. Production sales meeting adalah
pertemuan antara bagian marketing dan planning control sebelum Order Fulfilment Schedule (OFS) dibuat, sedangkan
Marketing Production Meeting (MPM ) adalah pertemuan
sesudah Order Fulfillment Schedule (OFS) dibuat. Tujuan dari diadakannya dua kali meeting tersebut adalah untuk merundingkan demand yang diminta bagian marketing dan
supply yang sanggup di penuhi oleh bagian produksi. Didalam
perundingan akan didapatkan titik temu antara permintaan dan pemenuhan produksi yang akan dituangkan kedalam Order
Fulfillment Schedule (OFS) ataupun revisi Order Fulfillment Schedule (OFS) apabila terjadi perubahan dalam Marketing Production Meeting (M PM ).
3.4.2.1.4 MRP
Penjelasan :
Material Requirement Planning (M RP) di buat berdasarkan Material Production Schedule (M PS). perhitungan packaging, Order Fulfilment Schedule (OFS) akan diolah menjadi perhitungan Material Requirement Planning (M RP) yang kemudian hasil perhitungan tersebut akan di simpan
kedalam excel (karena sistem masih berjalan secara manual) yang kemudian akan dipakai untuk menjadi dasar untuk membuat purchase
requisition, purchase requsition yang dibuat berdasarkan perhitungan
permintaan material dan pembelian material kemudian akan di input kedalam sistem EBS, sedangkan document purchase requsition akan di berikan kepada bagian purchasing untuk kemudian di buatkan menjadi
purchase order. Selain itu purchase requisition juga digunakan untuk
melakukan pengecekan kedatangan stock dan pembelian barang, hal ini dilakukan agar kebutuhan akan material selalu tercukupi sehingga perlu adanya monitoring terhadap kedatangan material. Sedangkan Perhitungan
packaging dan permintaan pembelian packaging akan menghasilkan 2
(document) document yaitu packaging requirement, dan purchase
requisition packaging yang kemudian akan di input kedalam sistem EBS.
Ke 2 (dua) document tersebut juga akan digunakan untuk melakukan pegecekan kedatangan stock dan pembelian.
3.4.2.1.4.1 Fokus Sistem perencanaan dan pengendalian produksi PT. FDR pada proses MRP
Persediaan adalah idle resources yang menunggu proses lebih lanjut. Artinya, keberadaan sumber daya tersebut menunggu proses lebih lanjut pada sistem manufaktur serta pemasaran pada sistem distribusi. 3 bentuk persediaan pada sistem manufaktur adalah :
• Bahan baku (raw material)
• Barang setengah jadi (Work in process) • Barang jadi (finish goods)
Pada sistem manufaktur PT. FDR, terdapat hubungan langsung antara tingkat persediaan, jadwal produksi serta permintaan konsumen. Untuk itu diperlukan perencanaan dan pengendalian persediaan yang efektif dan efisien. Teknik perencanaan kebutuhan material (Material Requirement Planning) digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan item barang – barang yang bersifat saling ketergantungan (dependent) dengan item – item pada tingkat yang lebih tinggi. Kebutuhan saling
ketergantungan barang tersebut terjadi karena adanya hubungan pemakaian item – item tersebut dalam memproduksi barang – barang lain seperti bahan baku dan komponen assembling yang akan menghasilkan sebuah barang jadi (finish goods).
Gambar diatas menunjukan hubungan antara perencanaan produksi dan proses penjadwalan serta hubungannya dengan peran M RP. Salah satu trigger daripada M RP sendiri adalah M PS (Master Production
Schedule) yang memberikan jadwal informasi tentang
produk – produk yang harus dihasilkan pada level
finish goods. Untuk kebutuhan pemenuhan jadwal
produksi tersebut, banyak item barang-barang sub
assembling yang harus di buat (item to Make) atau
dibeli (item to Buy). Jadi secara kesimpulan, M RP menggunakan M PS sebagai sumber untuk mengestimasi kebutuhan – kebutuhan akan komponen-komponen dari suatu produk.
Sistem M RP memiliki beberapa kemampuan utama yang menjadi ciri khas daripada sistem tersebut. Antara lain :
1. Penentuan kebutuhan yang tepat
2. M enentukan kebutuhan minimal untuk setiap rencana pemesanan
4. Penjadwalan ulang atau pembatalan untuk sebuah jadwal yang sudah direncanakan
3.4.2.1.4.1.1 Input Sistem Material
Requirement Planning
Adapun input dari sebuah sistem M RP
adalah :
1. MPS
MPS (Master production schedule) adalah penjadwalan penyediaan barang pada level finish goods, artinya M PS merupakan pemicu utama daripada sistem M RP itu sendiri. Tanpa adanya input MPS, maka sistem M RP tidak bisa berjalan.
2. Catatan inventory
Catatan persediaan merupakan hal lain yang sama pentingnya dengan M PS. Dalam prosesnya sistem M RP perlu untuk membaca jumlah persediaan on
hand yang dimiliki, tingkat level persediaan, dan catatan – catatan tentang persediaan lainnya.
3. BOM (struktur produk)
Struktur produk adalah data yang akan diolah didalam M RP. Jika input struktur produk tidak sesuai dengan proses manufaktur maka akan mengakibatkan perencanaan persediaan dan produksi yang salah. Dampak dari hal ini adalah kesalahan dalam menyediakan barang – barang yang diperlukan dalam sebuah proses produksi.
3.4.2.1.4.1.2 Output sistem Material
Requirement Planning
Adapun output dari sebuah sistem M RP adalah :
1. Jadwal pemesanan yang harus dilakukan atau direncanakan baik itu dari supplier ataupun dari pabrik itu sendiri.
2. M emberikan suggestion apabila diperlukan penjadwalan ulang
3. M emberikan suggestion untuk pembatalan atau penambahan pesanan
4. M emberikan indikasi tentang keadaan persediaan saat ini.
3.4.2.1.4.1.3 Tahapan Pengolahan Material Requirement Planning
Adapun tahapan-tahapan dalam pengolah M RP adalah :
1. Netting
Netting merupakan proses
perhitungan kebutuhan bersih (net
requirement) yang besarnya
merupakan selisih antara kebutuhan kotor (gross requirement) dengan jadwal penerimaan persediaan (schedule order receipt) dan
persediaan awal yang tersedia (beginning inventory)
2. Lotting
Lotting merupakan suatu proses
untuk menentukan besarnya jumlah pesanan optimal untuk setiap item secara individual didasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih yang telah dilakukan dari proses
netting
3. Offsetting
Offsetting merupakan proses yang
bertujuan menentukan saat yang tepat untuk melakukan pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih.
4. Explossion
Explossion merupakan proses
perhitungan kebutuhan kotor untuk
item pada level yang lebih bawah.
pemesanan item-item produk pada level yang lebih atas.
3.4.2.1.4.1.4 Faktor yang
Mempengaruhi Penerapan MRP
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan M RP adalah :
1. Struktur produk
Faktor struktur produk sangat berpengaruh pada sistem M RP. Pada sebuah proses manufaktur, struktur produk dari level finish goods sampai dengan raw material merupakan sebuah rangkaian yang saling berketergantungan, baik itu item produk yang harus dibeli (to
buy) atau item produk yang harus dibuat
(to make). Karena panjangnya sebuah proses manufaktur, maka agak sulit untuk membuat sebuah struktur produk utuh dari level finish goods sampai dengan
diperhatikan, karena tanpa input yang baik pada sistem M RP, output yang dihasilkan pun akan tidak valid untuk digunakan.
2. Ukuran LOT
Dalam sebuah proses manufaktur, setiap proses produksi harus diusahakan seefektif dan seefisien mungkin, oleh karena itu digunakan penentuan ukuran
Lot per produk. Dalam menentukan
ukuran lot sebuah item barang, sangat tergantung pada proses manufaktur itu sendiri, tergantung kepada sistem produksi yang berjalan di manufaktur tersebut. Oleh karena itu pendefinisian ukuran lot harus dilakukan sesuai dengan standar kerja yang ada.
3. Lead time berubah – ubah
Hal lain yang memperngaruhi M RP
adalah lead time. Dalam menyediakan
perlu memperhatikan lead time dari masing – masing item yang ada. M aksudnya adalah kita perlu mengetahui
lead time yang dibutuhkan oleh sebuah
item barang dari mulai proses pemesanan hingga barang diterima di gudang dan siap untuk digunakan. Seringkali lead
time dari sebuah item berubah – ubah
tergantung daripada keadaan dan situasi dari supplier/ vendor. Karena lead time yang sering kali berubah – ubah dan bervariasi, maka data pun harus up to
date.
3.4.2.2 Aplikasi
M odul Forecast to Plan pada PT. FDR menggunakan 2 (dua) buah sistem informasi yang masing-masing mempunyai beban kerja yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dalam proses bisnis yang ada. Penjelasan atas dua sistem informasi tersebut dibahas seperti di bawah ini: