• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Kualitas Lingkungan Fisik Hutan Kota Srengseng Sebagai Ruang Terbuka Publik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Identifikasi Kualitas Lingkungan Fisik Hutan Kota Srengseng Sebagai Ruang Terbuka Publik"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI KUALITAS LINGKUNGAN FISIK HUTAN IDENTIFIKASI KUALITAS LINGKUNGAN FISIK HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT SEBAGAI RUANG KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT SEBAGAI RUANG

TERBUKA PUBLIK  TERBUKA PUBLIK 

PROPOSAL SKRIPSI

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

Sebagai Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar

Sebagai Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana

Sarjana

Disusun Oleh:

Disusun Oleh:

RIFKI USBAHNUL KHANZA

RIFKI USBAHNUL KHANZA

 NIM : 4315143872

 NIM : 4315143872

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

TAHUN 2017

TAHUN 2017

(2)

KATA PENGANTAR 

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat-Nya saya bisa menyelesaikan Proposal Skrispi Yang berjudul IDENTIFIKASI

KUALITAS LINGKUNGAN FISIK HUTAN KOTA SRENGSENG SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK  Ini Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Mendapat Gelar Sarjana dan

dapat membantu masyarakat untuk mengatasi masalah pada lingkungan perkotaan.

Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan Skripsi ini tepat pada waktunya skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh Karena itu saya sangat menerima saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan Skripsi ini.

Semoga isi Skirpsi ini bisa mencerahkan pembaca dan juga bermaanfaat untuk masyarakat.

Jakarta, Januari 2017

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan kota merupakan salah satu potensi untuk menjadi ruang terbuka publik potensi ini yang harus di lebih digali untuk peningkatan kualitas lingkungan di perkotaan. Peningkatan kualitas lingkungan hidup kota Jakarta dapat dilakukan dengan penambahan luas RTH ataupun pengelolaan atau meningkatkan kualitas fisik RTH. Adapun RTH yang dimaksud adalah dalam bentuk hutan kota, karena hutan kota didominasi oleh pepohonan kehutanan yang tumbuh relatif rapat (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 63 tahun 2002 tentang Hutan Kota; Fakuara, 1978 dalam Dahlan, 1992:29; Irwan, 1998; Agustina, 2013) Pembangunan hutan Kota Srenseng selama ini berada dibawah tanggung jawab Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta.

Ciri-ciri utama dari public spaces adalah: terbuka mudah dicapai oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelompok dan tidak selalu harus ada unsur hijau, bentuknya  berupa malls, plaza dan taman bermain. Hutan kota Srengseng sebagai ruang terbuka publik

memiliki daya tarik untuk dikunjungi pada kenyataannya peneliti melihat kondisi lapangan hutan kota srengseng tidak terlalu tertata sebagai hutan kota sebagai ruang terbuka publik serta  penurunan jumlah pengunjung hutan kota srengseng jakarta menjadi faktor utama sehingga  peneliti ingin mengidentifikasi kualitas lingkungan fisik hutan kota sebagai ruang terbuka  publik.

Seperti halnya kota-kota besar di Indonesia, Jakarta mempunyai luas yang terbatas. Menurut SK Gubernur No 171 Tahun 2007 luas wilayah Provinsi DKI Jakarta terdiri atas daratan seluas 662,33 km2 dan lautan seluas 6.977,5 km2 . 2 Pemanfaatan lahan di kota Jakarta yang terus bertambah untuk pembangunan berbagai fasilitas dan infrastruktur perkotaan sering

(4)

kali mengubah suatu lahan, salah satunya lahan untuk ruang terbuka hijau (RTH) demi menunjang kegiatan perekonomian ataupun untuk tempat tinggal penduduk. Dalam rangka memenuhi kebutuhan diperkotaan terutama untuk pemukiman, sehingga wilayah Jakarta menjadi padat dengan pemukiman penduduk, penduduk DKI Jakarta berjumlah 8,9 juta jiwa  pada malam hari dan 11 juta jiwa pada siang hari, dengan kepadatan penduduk 130-150 jiwa/ha

hingga 200-300 jiwa/ha3 . Kepadatan penduduk adalah jumlah orang persatuan luas (per km2 , per mil2 ) disuatu daerah, dan di negeri kita kepadatan penduduk umumnya dinyatakan sebagai jumlah orang (penduduk) per km2 luas wilayah

B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian diatas, maka rumusan masalah yang dapat ditentukan adalah : Agar menjdai lingkungan fisik yang ada di hutan kota sebagai ruang terbuka public bagaimana agar bisa terwujud?

C. Pembatasan Masalah

Dikarenakan waktu yang sangat terbatas untuk meneliti apakah hutan kota daerah Jakarta Barat berfungsi sebagai ruang terbuka publik yang dipakai masyarakat untuk rekreasi dan tempat yang bermanfaat.

D. Rumusan Masalah

1. Apakah fungsi sebuah hutan kota

(5)

E. Kegunaan penelitian

Penelitian ini berguna agar masyarakat mengetahui seberapa penting hutan kota sebagai ruang terbuka publik.

(6)

BAB II

KERANGKA TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

Menurut Peraturan pemerintah No.63 tahun 2002, Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wil ayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang  berwenang. Luasan 0,25 Ha merupakan hamparan terkecil Hutan Kota dengan pertimbangan  bahwa pohon-pohon di dalam hutan kota tersebut dapat menciptakan iklim mikro Kawasan Hutan Kota Srengseng ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta  Nomor 202 Tahun 1995.Hutan Kota Srengseng dalam Surat Keputusan tersebut difungsikan

sebagai wilayah resapan air dan plasma nutfah, lokasi wisata dan pusat aktifitas masyarakat. Ruang terbuka dapat dikatakan sebagai suatu area yang meliputi tanah, air dan tumbuhan yang tidak ditutupi oleh bangunan , kendaraan dan pagar tinggi, Berdasarkan fungsinya ruang terbuka memiliki beragam kegiatan yang ada didalamnya yang dapat digunakan oleh setiap  penggunan ruang terbuka, ruang terbuka memiliki potendi untuk aktivitas tertentu, seperti  bermain, melihat melihat dan jalan-jalan woolley (2003).

(7)

B. Kerangka Berpikir

KOTA

LOKASI

HUTAN KOTA

PENDUDUK KOTA

RUANG

TERBUKA PUBLIK

(8)

C. Perumusan Hipotesis

Hutan kota di srengseng Jakarta barat ini adalah hutan yang dijadikan sebagai ruang terbuka hijau oleh Pemerintah Jakarta Barat, dan sebagai tempat rekreasi bagi

(9)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan Skripsi ini adalah untuk mengetahui kualitas Lingkungan Fisik Hutan Kota sebagai ruang terbuka publik.

B. Metode Penelitian

Perlakuan terhadap variable penelitian ini ialah dengan metode Kualitatif. Dimana metode yang digunakan dalam penelitian diarahkan untuk mengetahui mengobservasi dan

menganalisa hal-hal terkait didalam penelitian.

C. Waktu Dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah hutan kota Srenseng terletak pada akses jalan Srenseng Raya yang dapat dicapai melalui jalan Tol Jakarta merak (keluar tol Kebun Jeruk), jalan Kebayoran Lama dan jalan Ciledug Raya. Alasan mengapa lokasi penelitian ini dipilih adalah karena :

 Hutan kota srengseng mempunyai setting yang tepat sebagai studi karena berada dipusat

kota dan mempunyai pengguna yang heterogen atau beragam , sehingga diharapkan didapat sebuah data yang lebih objektif

(10)

D. Populasi Dan Sampling

Populasi

Populasi adalah suatu himpunan dengan sifat-sifat yang ditetukan oleh peeliti sedemikian rupa sehingga setiap individu/variabel/data dapat dinyatakan dengan cepat apakah individu tersebut menjadi anggota atau tidak.8 Populasi dalam penelitian ini adalah warga Sekitar Hutan Kota Srengseng

Sample

Sampel adalah sebagian dari unit-unit dalam populasi yang ciri atau kar akteristiknya benar- benar diselidiki.9 Sedangkan dalam pengambilan sampel, teknik yang digunakan adalah

random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.10 Maka untuk sampel wilayah dalam penelitian ini adalah wilayah Sekitar Srengseng dikarenakan wilayah Hutan Kota Srengseng terdapat di area tersebut dengan total sampel berjumlah 10 responden karena mengambil 10% dari jumlah populasi.

E. Instrumen Penelitian

Insturmen penelitian menggunakan Kuisioner Terbuka yang dibagi secara acak kepada warga sekitar Hutan Kota Srengseng.

F. Teknik Pengumpulan Data

Observasi lapang akan dinilai berdasarkan standar –  standar tentang kondisi fisik hutan kota. standar yang digunakan untuk menilai berdasarkan poin  –  poin berikut, berdasarkan kelengkapan sarana elemen pendukung, standar dan persyaratan elemen pendukung, kondisi elemen pendukung, serta desain elemen pendukung.Teknik observasi yang

digunakan untuk dilapangan Jurnal Seminar Arsitektur’72 Volume 1, No. 1. Januari 2015 adalah, teknik observasi rating scale, yang dimana peneliti menilai berdasarkan kriteria –  kriteria yang dibuat, dalam hal ini, pengamatan dibagi menjadi 2 kriteria, yaitu

(11)

 pengamatan kondisi fisik hutan kota srengseng dan aktivitas-aktivitas yang ada di hutan kota srengseng

 Wawancara Wawancara akan dilakukan sebagai bahan verifikasi terhadap masyarakat

mengenai bagaimana persepsi dan harapan mereka terhadap kualitas lingkungan fisik Hutan Kota srengseng yang dapat mendukung mereka dalam ber aktifitas dan berkegiatan sebaik mungkin.

G. Teknik Analisis Data

Pengolahan Data Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, secara garis  besar pekerjaan analisis data meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan setelah penelitian seles ai menghimpun data di lapangan. Kegiatan ini penting karena kenyatannya data yang terhimpun kadang kala belum memenuhi harapan peneliti.

2. Koding Mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden ke dalam

kategori-kategori dan biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi t anda atau kode berbentuk angka pada jawaban masing-masing responden.

3. Tabulasi Memasukan data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur angka-angka serta menghitungnya.Proses tabulasi berguna untuk mengambarakan frekuensi di setiap item yang peneliti akan kemukakan.

(12)

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Fajarianto Shela Januar. 2015. Jurnal Seminar Arsitektur’72 Volume 1, Jurusan Teknik Arsitektur,

Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana

Carr, Stephen, et. all, (1992), Public Space, Cambridge University Press, USA

Zhang dan Lawson. 2009. Meeting and greeting: activities in public outdoor spaces outside highdensity urban residential communities. Urban design international (2009), volume 14, 4, 207-214.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota. Permendagri No. 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Undang Undang RI No. 26 Tahun 2007 tentang perencanan kota

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Kompas, Lingkungan Kota Secara Ekologis Turun, Juni 2005

Taufikkurahman, 2003. Mari Menata Hutan di Kota Kita. H. U Pikiran Rakyat SK GUBERNUR No 171 Tahun 2007

Joga Nirwono dan Iwan Ismaun,  RTH 30%! Resolusi (kota) Hijau, (Jakarta: Kompas Gramedia, 2011), h. 51

Referensi

Dokumen terkait

Pada hasil akhir didapatkan bahwa variabel yang berhubungan secara bermakna adalah tekanan intraoku- lar (data kontinu dengan PR = 1,01; 95% CI = 1,01- 1,02), jenis glaukoma,

Permasalahan yang dihadapi pada penelitian ini adalah belum banyaknya penelitian yang berkaitan dengan respon fisiologis domba lokal yang diberi pakan Indigofera sp

Pencegahan Perkawinan Pada Usia Anak adalah upaya – upaya yang berupa kebijakan, program, kegiatan, aksi sosial, serta upaya – upaya lainnya yang dilakukan

1. Aktivitas siswa di kelas eksperimen selama proses pembelajaran mata pelajaran sejarah dengan menggunakan perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD di SMA Negeri

Siswa menanyakan penjelasan guru dan materi yang belum di pahami tentang kosakata yang berkaitan dengan Strong State Prosperous Society, kemudian guru menjawab

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh simpulan sebagai berikut. 1) Rancangan perangkat instrumen Mata Kuliah Praktek Tata Rias

Akibat tertutupnya permukaan tanah oleh beton - baik berupa bangunan, parkir atau jalan di kawasan kota, radiasi matahari yang jatuh pada kawasan itu sebagian besar diserap

Koreografi Nyerok Nanggok merupakan bentuk pengulangan dari ekspresi masyarakat Desa Kemiri (sebuah desa yang masih termasuk dalam kawasan wilayah Kabupaten Belitung) pada