• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Implementasi Belajar Dari Rumah (BDR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dampak Implementasi Belajar Dari Rumah (BDR)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

Dampak Implementasi Belajar Dari Rumah (BDR)

Saat ini dunia dilanda pandemik, penyakit covid-19 telah memporak porandakan dunia tak terkecuali Indonesia. Covid-19 masuk ke Indonesia mulai Maret 2020. Hal ini berdampak pada semua aspek kehidupan kita, yaitu aspek ekonomi, sosial bahkan pada aspek pendidikan.

Bagaimana sikap pemerintah menghadapi pandemik ini? Pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk pencegahan penyebaran virus tersebut. Mulai dari penutupan pasar, tempat wisata, sampai melarang anak-anak bersekolah dan diganti dengan belajar dari rumah (BDR).

Dalam menyikapi pandemik tersebut menteri pendidikan dan

kebudayaan (mendikbud), Nadiem Makarim, mengeluarkan surat edaran Mendikbud RI No. 3 Tahun 2020 Tanggal 09 Maret 2020 Tentang 18 Instruksi Pencegahan Virus Corona di Satuan Pendidikan. Instruksi ini berisi himbauan untuk melakukan tindakan pencegahan perkembangan dan penyebaran virus tersebut di lingkungan pendidikan.

Tak lama kemudian mendikbud mengeluarkan surat edaran yang berisi himbauan kepada kepala provinsi untuk memberlakukan pembelajaran secara daring atau belajar dari rumah (BDR). Pembelajaran daring ini ditujukan untuk siswa, guru maupun mahasiswa. Hal ini diberlakukan mulai tanggal 23 maret 2020 sampai tanggal 31 maret 2020. Apa yang dimaksud dengan belajar dari rumah (BDR)? belajar dari rumah (BDR) merupakan sebuah proses pembelajaran yang dilakukan dari rumah masing-masing. Belajar dari rumah (BDR) tersebut mencakup unsur-unsur project based, daring, luring, blended

learning dan home visit.

Sesuai dengan surat edaran dari menteri tersebut, semua guru di Indonesia bahu membahu menerapkan sistem pembelajaran dari rumah. Para guru saling berbagi informasi dan pengalaman saat melakukan pembelajaran dari rumah. Sikap suka berbagi ini sesuai dengan sila kelima pancasila butir

(2)

2 suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.

Bagaimana pelaksanaan belajar dari rumah (BDR) dan bagaimana pula dampak bagi guru, para orang tua dan anak serta apa solusi dari dampak tersebut? Guru, para orang tua, dan anak pasti mengharapkan pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik, kemampuan mengeluarkan pengetahuan baru dan menguasai materi pelajaran dengan baik. Guru harus mampu mendesain metode dengan baik agar tujuan pendidikan tercapai. Hak ini melibatkan interaksi guru, para orang tua, anak dan sumber belajar.

Menurut survei yang saya lakukan, para orang tua awalnya memang mengindahkan dan menghormati keputusan menteri pendidikan untuk belajar dari rumah (BDR). Karena menurut orang tua keputusan menteri tersebut pasti untuk kebaikan kita, bangsa dan negara. Tetapi, setelah sebulan dilaksanakan belajar dari rumah (BDR), para orang tua mengeluh dan dilema dalam pelaksanaannya.

Para orang tua berpikir, anak belajar dengan tatap muka saja, kadang nilainya di bawah rata-rata apalagi sekarang anak harus belajar dari rumah (BDR) dan orang tua sebagai pendamping. Orang tua yang sebagian besar pekerjaannya pedagang merasa berat harus menjadi guru di rumah. Oleh karena itu yang menjadi pertanyaan, apakah dengan belajar dari rumah (BDR) dapat mencapai kualitas pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan?

Dengan adanya permasalahan tersebut, maka instansi pendidikan pasti mencari solusi untuk dapat mencapai kualitas pembelajaran sesuai yang diharapkan. Dengan belajar dari rumah (BDR), mungkin pencapaiannya tidak terlaksana 100% sesuai yang diharapkan, paling tidak ada yang terlaksana dalam belajar dari rumah (BDR) tersebut. Penerapan belajar dari rumah (BDR) yang mengutamakan belajar mandiri di rumah memerlukan sarana dan jaringan internet yang memadai. Selain itu juga harus didukung dengan sumber belajar berupa buku untuk penunjangnya.

Sekarang setelah beberapa bulan dilaksanakan belajar dari rumah. Para orang tua banyak yang tidak setuju dengan adanya belajar dari rumah (BDR)

(3)

3 tersebut. Alasan mereka bermacam-macam, ada yang gagap teknologi (gaptek) dalam menggunakan teknologi, ada yang beralasan banyaknya biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli kuota tiap hari apalagi orang tua yang mempunyai banyak anak yang masih sekolah. Alasan lainnya jika anak sudah diberi gawai untuk belajar pikirannya tidak lagi belajar tetapi cuma bermain game.

Para orang tua kewalahan dan bingung menghadapi gaya belajar anak. Sehingga menimbulkan kesadaran para orang tua bahwa mendidik anak di rumah adalah sulit.

Sebagai guru kita dapat memotivasi orang tua dan menjelaskan bagaimana seharusnya menghadapi anak yang sulit sekali untuk dibentuk. Salah satunya kita harus tahu gaya belajar anak dan menanyakan pada anak, dia mau belajar seperti apa. Adakalanya si anak bosan dengan pembelajaran seperti itu terus. Boleh kita ajari dengan metode yang dia suka asal masih dalam ranah yang positif.

Perlu diketahui keberhasilan anak dalam belajar bukan hanya menjadi tugas guru saja di sekolah. Keberhasilan itu membutuhkan kolaborasi antara para orang tua dan anak. Guru dan para orang tua juga berperan penting dan saling bersinergi dalam proses belajar dari rumah (BDR) tersebut. Itulah mengapa pentingnya menjalin komunikasi antara para orang tua dan guru maupun siswa. Dengan analoginya guru, orang tua dan siswa seperti tonggak rumah yang saling menguatkan.

Di sisi lain orang tua kewalahan, sebenarnya guru juga dilema dengan dilaksanakan belajar dari rumah tersebut. Karena guru merasa tidak dapat mencapai target yang diinginkan. Oleh karena itu baik guru, maupun para orang tua. Kolaborasi itu betul-betul sangat menunjang untuk ketuntasan proses belajar anak apalagi dalam situasi belajar dari rumah (BDR). Di sini guru berperan penting untuk mengetahui kemampuan anak walaupun belajar dari rumah (BDR) atau tidak tatap muka. Hasil survei yang saya dapatkan bahwa tugas yang diberikan guru kebanyakan yang mengerjakannya orang tua bukan anak itu sendiri.

(4)

4 Dengan alasan agar nilai anaknya tinggi orang tuapun takut kalau anaknya mendapatkan nilai yang rendah, para orang tua berpikir guru hanya memperhatikan anak-anak yang pintar saja. Walaupun orang tua tidak memberi tahu dia yang mengerjakan tugas anaknya tetapi guru tahu kemampuan anak tersebut.

Orang tua harus mengetahui bahwa walaupun anak mendapatkan nilai rendah dari teman-temannya, mereka tidak akan pernah dibeda-bedakan. Guru akan memperlakukan anak yang mempunyai kemampuan tinggi dan kemampuan rendah dengan perlakuan yang sama. Hal ini sesuai dengan butir sila kelima, yaitu mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

Bahkan anak yang berkemampuan rendahlah yang seharusnya diberi bimbingan lebih atau perhatian lebih dari guru. Begitu juga guru harus menghargai orang tua walaupun nilai anaknya di bawah rata-rata. Hal ini sesuai dengan butir Pancasila sila kedua, yaitu mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia.

Guru harus menyesuaikan silabus belajar di sekolah dengan silabus belajar dari rumah (BDR). Dengan begitu akan memudahkan para orang tua untuk melaksanakan belajar dari rumah (BDR) tersebut.

Hasil survei tentang perangkat guru salah satunya pembelajaran di sokolah tidak sama banyaknya dengan pembelajaran dari rumah (BDR). Contoh biasanya belajar di sekolah, anak akan belajar 8 atau 10 sub tema tetapi untuk belajar dari rumah (BDR) sub temanya hanya 4 atau 5 yang akan dituntaskan. Oleh karena itu, berdasakan riset yang dikaji secara mendalam ada beberapa dampak dalam pelaksanaan belajar dari rumah (BDR) baik bagi guru, para orang tua maupun anak, serta bagaimana solusi yang akan dihadapi.

Dampak positif dari pelaksanaan belajar dari rumah (BDR) antara lain: 1. Menyadari peran orang tua sangatlah penting.

2. Guru dan para orang tua lebih intens berkomunikasi.

3. Guru dan orang tua menyadari menjadi penunjang untuk mendidik anak. 4. Guru juga mengetahui karakter orang tua.

(5)

5 6. Guru menjadi banyak teman terutama di kalangan para orang tua karena

mereka selalu curhat tentang anak tersebut.

7. Membangun interaksi yang lebih dekat antara anak dengan orang tua, karena biasanya orang tua acuh tak acuh atau tidak mau tahu akhirnya lebih banyak dan intens berkomunikasi dengan anak.

8. Orang tua lambat laun menjadi mengerti pelajaran yang diberikan guru, yang biasanya pelajaran dasar saja sudah lupa tetapi sekarang para orang tua disuruh membaca buku kembali dan sama-sama belajar dengan anak.

9. Sekarang orang tua lebih memahami karakter anaknya dibandingkan guru, karena biasanya beberapa para orang tua menjadikan sekolah sebagai ajang tempat penitipan anak dan orang tua hanya sibuk dengan aktivitas masing-masing.

10. Para orang tua dapat memberikan perhatian lebih pada anak, karena pada dasarnya anak tidak membutuhkan materi yang banyak. Kebanyakan anak yang nakal di sekolah dan tidak mau belajar bukan karena dia bodoh tetapi karena dorongan dalam dirinya yang membutuhkan perhatian lebih yang dia tidak dapat dari orang tuanya di rumah.

11. Orang tua dapat berpikir positif kepada guru bahwa mendidik satu anak saja susah apalagi mendidik banyak anak dalam satu ruangan.

12. Orang tua dapat berinteraksi intens dari biasanya dengan guru untuk menunjang keberhasilan pendiddikan anak.

13. Waktu mengerjakan tugas yang diberikan guru lebih banyak dan suasananya santai.

14. Mencari materi dan menyelesaikan tugas dari guru tidak hanya dicari lewat buku tetapi bisa dimanapun salah satunya lewat google.

15. Tidak perlu orang tua mengantarkan anak ke sekolah.

16. Materi yang diberikan guru tidak sebanyak di sekolah sehingga memudahkan anak untuk memahami pelajaran tersebut.

(6)

6 Dampak negatif pelaksanaan belajar dari rumah (BDR) antara lain:

1. Guru kesulitan merancang bagaimana metode yang dilaksanakan sesuai dengan belajar dari rumah (BDR).

2. Guru kesulitan cara menuntaskan pembelajaran belajar dari rumah (BDR).

3. Guru membuat silabus lagi dan menyesuaikan belajar di sekolah dengan belajar dari rumah (BDR).

4. Guru sulit dalam memahami perkembangan karakter siswa. 5. Orang tua lebih sensitif terhadap anak

6. Para orang tua sering emosi bila anak lambat memahami pelajar yang diberikan.

7. Dapat menimbulkan kekerasan pada anak seperti mencubit anak.

8. Menjadi tambahan beban bagi para orang tua karena dia tidak hanya berperan sebagai orang tua tetapi harus bisa berperan juga sebagai guru di rumah.

9. Anak mudah bosan. 10. Anak sulit bersosialisasi.

11. Cara belajar anak menjadi monoton. 12. Anak menjadi tertekan.

Solusi dari dampak negatif pelaksanaan belajar dari rumah (BDR) di antaranya: 1. Guru dapat menerapkan kurikulum darurat Covid-19.

2. Para orang tua harus memberikan perhatian lebih pada anak serta dapat memantau anak terutama saat anak belajar di rumah.

3. Kemendikbud harus membuat contoh silabus yang sesuai antara silabus yang dilaksanakan di sekolah dengan silabus yang dilaksanakan di rumah.

4. BDR akan terlaksana dengan bagus apabila pengaturan perangkat dan pengendalianya tersusun rapi.

5. Guru dan orang tua lebih fokus ke pendidikan karakter dan kecakapan hidup daripada nilai kognitif.

6. Kalau menurut saya hasil yang didapat anak dari orang tua seharusnya lebih bagus karena orang tua lebih mengetahui anaknya dibandingkan

(7)

7 guru oleh karena itu orang tua agar lebih banyak berinteraksi dengan anak di rumah.

7. Orang tua menjadi jembatan guru dengan anak selama belajar di rumah. 8. Waktu belajar di rumah jangan terlalu lama anak disuruh duduk, karena

itu menyebabkan kebosanan dan berdampak pada kesehatan.

9. Guru harus membuat media pembelajaran yang menarik agar anak-anak semangat belajar.

10. Lakukan penggabungan pembelajaran daring dan luring khusus untuk pelajaran yang sulit seperti matematika.

11. Guru dapat mengikuti Program Guru Berbagi, seri Bimtek Daring, seri webinar yang diadakan kemendikbud.

12. Orang tua dapat mengakses platform pembelajaran yang disediakan pemerintah atau bekerja sama dengan swasta seperti Ruang Guru. 13. Pemerintah menyediakan kuota gratis agar anak dapat melakukan

pembelajaran daring atau belajar dari rumah dengan baik. 14. Pemerintah juga telah melakukan relaksasi BOS & BOP. 15. Orang tua juga dapat mengakses program-program dari TVRI.

Mencapai ketuntasan pembelajaran di era pandemik memang sangat sulit. Namun dengan adanya kolaborasi antara guru dan para orang tua untuk mencapai ketuntasan pembelajaran menjadi sangat mudah. Oleh karena itu, pelaksanaan belajar dari rumah (BDR) merupakan solusi yang memungkinkan agar anak tetap dapat mengakses pendidikan.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Kementrian kesehatan Republik indonesia (2011) menyatakan bahwa jaminan persalinan dalam BPJS adalah pelayanan atau jaminan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 235 mempertimbangkan SE Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020, yang mencakup (Hasbi, 2020) : (1)

Artikel ini akan menganalisis kitab Izhar al-Haq karya Syeikh Rahmatullah al-Kairanawi berkaitan pendekatan al-Quran dalam mengkritik Bible, bagaimana beliau

Pendahuluan, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 Provinsi Jawa Timur adalah merupakan bagian dari Riset Kesehatan Dasar tingkat nasional yang dilakukan oleh Badan Penelitian

Accelerometer adalah sebuah tranduser yang berfungsi untuk mengukur percepatan, mendeteksi dan mengukur getaran, ataupun untuk mengukur percepatan akibat gravitasi

Peserta didik dapat diajarkan materi yang berkaitan dampak bencana alam terhadap masyarakat sekitar. Peserta didik dapat diajarkan langkah strategi menanggapi bencana

Penelitian ini juga tidak terlepas dari analisis keruangan melalui unit daerah aliran sungai (DAS) dimana daerah ini merupakan satu kesatuan ekosistem sebagai

Dalam menyampaikan materi pemanfaatan media sosial sebagai media pembelajaran berbasis multimedia sebagai suatu solusi dalam pelaksanaan program Belajar dari Rumah (BDR)