• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Kegiatan Belajar 2

5. Tes Formatif 2

1. Apa yang dimaksud dengan GMP

2. Jelaskan arti penting GMP bagi industry pangan 3. Jelaskan hubungan antasa sanitasi dan hygiene

13

BAB III

PENUTUP

Modul Dasar Dasar Mikrobiologi dengan materi pada HACCP ini disusun

agar siswa memiliki kompetensi dalam pengenalan manajemen pangan yang

dperlukan di dunia Industri. Dengan tuntasnya mempelajari modul ini diharapkan

siswa mempunyai bekal untuk bekerja di sektor industri pangan. Peran guru dan

pihak-pihak terkait dalam memfasilitasi siswa sangat diperlukan untuk mencapai

kompetensi yang diharapkan.

14

DAFTAR PUSTAKA

Daulay, S, Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dan Implementasinya dalam Industri Pangan: Pusdiklat Industri

Kartika, B, 1991, Uji Mutu Pangan, Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada.

Purwiyatno, H, dkk., 2009, Petunjuk Sederhana Memproduksi Pangan yang Aman, Jakarta :Dian Rakyat.

Sudarmaji, 2005, Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis, Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 1 No 2.

Suklan, H., 1998, Pedoman Pelatihan System Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) untuk Pengolahan Makanan., Jakarta: Depkes RI

Susiwi, S, 2005, Handout Mata Kuliah Regulasi Pangan, Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia

USDA, 1993, HACCP Principles for Food Production. United State Department of Agricultural (USDA).

MODUL

ALAT INDUSTRI KIMIA

MATERI SISIPAN

Raw Material System

Granulator

Scrubbing System

Furnace

Pengolahan Data

Basic System Control

iii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... iii PETA KEDUDUKAN BAHAN AJAR ... v

BAB. I Raw Material System ... 1 A. Deskripsi ... 1 B. Kegiatan Belajar 1 ... 1 1. Tujuan Pembelajaran 1 ... 1 2. Uraian Materi 1 ... 1 3. Rangkuman 1 ... 7 4. Tugas Formatif 1 ... 8 5. Tes Formatif 1 ... 8 BAB. II Granulator ... 9 A. Deskripsi ... 9 B. Kegiatan Belajar 2 ... 9 1. Tujuan Pembelajaran 2 ... 9 2. Uraian Materi 2 ... 9 3. Rangkuman 2 ... 11 4. Tugas Formatif 2 ... 11 5. Tes Formatif 2 ... 11 BAB. III Scrubbing System ... 12 A. Deskripsi ... 12 B. Kegiatan Belajar 3 ... 12 1. Tujuan Pembelajaran 3 ... 12 2. Uraian Materi 3 ... 12 3. Rangkuman 3 ... 17 4. Tugas Formatif 3 ... 17 5. Tes Formatif 3 ... 17 BAB. IV Furnace ... 19 A. Deskripsi ... 19 B. Kegiatan Belajar 4 ... 19 1. Tujuan Pembelajaran 4 ... 19 2. Uraian Materi 4 ... 19 3. Rangkuman 4 ... 23

iv

4. Tugas Formatif 4 ... 23 5. Tes Formatif 4 ... 24 BAB. V Pengolahan Data ... 25 A. Deskripsi ... 25 B. Kegiatan Belajar 5 ... 25 1. Tujuan Pembelajaran 5 ... 25 2. Uraian Materi 5... 25 3. Rangkuman 5 ... 34 4. Tugas Formatif 5 ... 34 5. Tes Formatif 5 ... 34 BAB. VI Basic System Control... 35

A. Kegiatan Belajar 1 Sejarah Perkembangan Instrumen

Dan Sistem Kontrol ... 35 1. Tujuan Pembelajaran 1 ... 35 2. Uraian Materi 1... 35 3. Rangkuman 1 ... 45 4. Tugas Formatif 1 ... 45 5. Tes Formatif 1 ... 46 B. Kegiatan Belajar 2 Pengukuran Flow ... 46 1. Tujuan Pembelajaran 2 ... 46 2. Uraian Materi 2... 46 3. Rangkuman 2 ... 89 4. Tugas Formatif 2 ... 90 5. Tes Formatif 2 ... 91 C. Kegiatan Belajar 3 Pengukuran Level Fluida ... 91 1. Tujuan Pembelajaran 3 ... 91 2. Uraian Materi 3... 91 3. Rangkuman 3 ... 104 4. Tugas Formatif 3 ... 104 5. Tes Formatif 3 ... 105 D. Kegiatan Belajar 4 Pengukuran Level Fluida ... 105 1. Tujuan Pembelajaran 4 ... 105 2. Uraian Materi 4... 105 3. Rangkuman 4 ... 117 4. Tugas Formatif 4 ... 117 5. Tes Formatif 4 ... 117

v

E. Kegiatan Belajar 5 Pengukuran Level Fluida ... 118 1. Tujuan Pembelajaran 5 ... 118 2. Uraian Materi 5 ... 118 3. Rangkuman 5 ... 131 4. Tugas Formatif 5 ... 132 5. Tes Formatif 5 ... 133 DAFTAR PUSTAKA ... 28

vi

PETA KEDUDUKAN BAHAN AJAR

DASAR BIDANG KEAHLIAN

S IM U L A S I D A N K O M U N IK A S I D IG IT A L F IS IK A K IM IA

DASAR PROGRAM KEAHLIAN

A N A L IS IS K IM IA D A S A R T E K N IK D A S A R P E K E R J A A N L A B O R A T O R IU M K IM IA D A S A R – D A S A R M IK R O B IO L O G I KOMPETENSI KEAHLIAN A Z A S T E K N IK K IM IA A L A T IN D U S T R I K IM IA O P E R A S I T E K N IK K IM IA P R O S E S IN D U S T R I K IM IA P R O D U K K R E A T IF D A N K E W IR A U S A H A A N

1

BAB I

RAW MATERIAL SYSTEM

A. Deskripsi

Melaksanakan penyimpanan bahan kimia (Material storage) B. Kegiatan Belajar 1

1. Tujuan Kegiatan Belajar 1

Peserta diklat dapat melaksanakan penyimpanan bahan kimia (Material storage)

2. Uraian Materi 1

Industri kimia kemungkinan menangani bahan-bahan berupa padatan, cair dan gas baik sebagai bahan baku, bahan pembantu maupun sebagai produk setengah jadi ataupun produk jadi yang harus disimpan dalam waktu tertentu. Proses penyimpanan kemungkinan terdapat di awal, tengah ataupun akhir proses. Penyimpanan pada awal proses digunakan untuk penyimpanan bahan baku. Penyimpanan tengah proses digunakan untuk penyimpanan produk setengah jadi, dan di akhir proses untuk produk akhir.

Jumlah bahan yang disimpan maupun ukuran alat penyimpan tergantung pada beberapa faktor, antar lain :

Metode operasi

Metode operasi secara batch yaitu metode operasi yang dilakukan secara bertahap dan biasanya digunakan untuk operasi sementara atau produksinya skala kecil. Kebutuhan bahan untuk metode batch biasanya jumlahnya sedikit sehingga tidak perlu ukuran penyimpan yang besar. Sementara pada metode operasi secara kontinyu memerlukan jumlah bahan banyak dan ukuran penyimpan besar, karena prosesnya berjalan terus-menerus.

Tingkat kemudahan bahan diperoleh

Bahan yang mudah diperoleh sebaiknya disimpan dalam jumlah sedikit saja agar tidak memerlukan ruang penyimpan yang luas, karena ini akan menghemat area kerja. Bahan yang sulit diperoleh sebaiknya disimpan dalam jumlah besar, terutama

2

bahan yag harus diimpor, karena pertimbangan efisiensi waktu dan biaya pengangkutan.

Distribusi

Produk yang mudah didistribusikan sebaiknya disimpan dalam jumlah sedikit, karena dapat menghemat area kerja. Sedang produk yang sulit didistribusikan sebaiknya disimpan dalam jumlah banyak, sehingga sewaktu-waktu akan dipasarkan, diangkut dalam jumlah banyak untuk menghemat biaya pengangkutan.

Penyimpanan Bahan Berupa Padatan

Penyimpanan bahan berupa padatan dapat dilakukan dengan dua sistem yaitu indoor dan outdoor. Penyimpanan sistem outdoor dapat dilakukan dengan syarat bahan tidak mudah rusak oleh pengaruh cuaca, baik karena kena cahaya maupun air. Metode penyimpanan ini tergantung pada sifat bahan, jumlah bahan dan cara handlingnya.

Metode penyimpanan outdoor antara lain : 1) Penimbuan di bawah travelling bridge

Metode penyimpanan ini banyak diterapkan untuk bahan yang disimpan sementara. Misalnya hasil tambang yang diperoleh dari lokasi penambangan diangkut dulu ke area dekat pabrik dengan menggunakan bantuan lori-lori. Bahan disimpan sementara dalam bentuk tumpukan dan sewaktu-waktu diperlukan dapat diangkut lagi dengan sistem lori menuju tempat pengolahan. Bahan dinaikkan dan diturunkan dari lori di bawah travelling bridge.

2) Penimbunan di kiri kanan jalan

Bahan keperluan industri berupa padatan yang dapat disimpan di kiri kanan jalan misalnya gelondongan kayu untuk industri pulp. Gelondongan kayu hasil hutan setelah diangkut dengan trailer menuju lokasi industri, ditempatkan di kiri kanan jalan dalan lingkungan industri. Sewaktu-waktu diperlukan dapat dipindahkan ke bagian pengolahan dengan alat angkut yang ada di industri tersebut.

3

3) Overhead system

Bahan disimpan di lokasi tertentu yang jaraknya agak jauh dengan tempat pemrosesan. Sistem ini biasanya diterapakan bagi industri di mana lokasi pemrosesan arealnya sempit. Bahan yang sewaktu-waktu akan digunakan maupun produk yang sudah jadi segera disimpan di tempat jauh sehingga lokasi pabrik tidak penuh dengan barang-barang yang dapat mengganggu kenyamanan kerja.

Metode penyimpanan sistem indoor

Metode ini diterapkan untuk bahan yang mudah rusak oleh cuaca, misalnya oleh cahaya matahari, air, kelembaban udara dan sebagainya. Metode ini antara lain:

1) Timbuan

Bahan ditimbun dalam suatu ruangan, bisa dalam ruangan berdinding dan beratap rapat maupun hanya dalam ruang beratap saja, tergantung pada sifat bahan. Sebagai contoh untuk menyimpan beras, tanah liat untuk industry, keramik dan lain-lain.

2) Dalam silo

Bahan disimpan dalam silinder tegak dan bagian bawahnya dibuat semakin kecil. Alat ini dapat ditaruh pada bagian awal, tengah maupun akhir proses, tergantung kebutuhan. Bahan yang dapat disimpan dapat berupa tepung, granular ataupun pellet.

Gambar 1. Silo

4

Penyimpanan bahan berupa cairan

Dalam penyimpanan bahan berupa cairan perlu memperhatikan hal-hal sebagi berikut yang nantinya akan menentukan bentuk, posisi dan bahan penyimpannya, yaitu : 1) daya tahan terhadap cuaca

Hal ini akan menentukan system penyimpanan indoor ataupun outdoor. 2) volatilitas

Volatilitas menunjukkan sifat cairan tersebut mudah menguap atau tidak. Sifat ini akan menentukan bentuk maupun posisi alat penyimpan.

3) korosifitas

Korosifitas bahan menunjukkan kemampuan bahan menimbulkan korosi terhadap alat penyimpan, sehingga menentukan bahan penyimpan yang dipakai.

4) jumlah bahan

Jumlah bahan akan menentukan ukuran alat penyimpan. 5) suhu bahan

Bahan yang bersuhu tinggi akan menentukan bahan penyimpan. 6) tekanan bahan

Bahan yang memiliki tekanan besar akan menentukan bentuk, posisi dan bahan penyimpan.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas maka alat penyimpan bahan berupa cairan dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Berdasarkan tekanannya:

1) Tangki bertekanan atmosfer

Tangki ini digunakan untuk menyimpan cairan yang tekanannya sekitar 1 atmosfer dan tidak berbahaya. Tangki ini bisa terbuka maupun tertutup, tergantung dari tingkat resikonya. Sebagai contoh untuk menyimpan air mineral diperlukan tangki tertutup.

5

2) Tangki bertekanan

Tangki ini digunakan untuk menyimpan bahan cairan yang memiliki tekanan besar dan kemungkinan dapat menimbulkan ledakan, misalnya untuk menyimpan asam sulfat pekat dan sebagainya.

Berdasarkan bentuknya : a. Silinder

Alat dapat digunakan untuk menyimpan bahan yang tidak mudah menguap maupun yang mudah menguap.Silinder horizontal biasanya digunakan untuk penyimpanan sistem indoor (jumlah sedikit), outdoor (jumlah banyak) ataupun underground (flammable).

Gambar 2. silinder horisontal outdoor

6

Silinder vertikal biasanya digunakan untuk menyimpan outdoor dan overground. Gambar 4. silinder vertikal outdoor

b. Bola

Bentuk ini untuk menyimpan cairan yang sangat volatil dan dalam jumlah besar. Biasanya untuk penyimpanan secara outdoor, misalnya menyimpan gas CO2 dan sebagainya.

c. Rectangular

Bentuk ini biasanya untuk menyimpan cairan yang non volatil, bisa indoor maupun outdoor tergantung sifat bahannya.

Berdasarkan posisinya alat penyimpan bahan cairan dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1) indoor 2) outdoor

Berdasarkan bahannya alat penyimpan bahan cairan dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1) anti korosi

Bahan cairan korosif sebaiknya disimpan dalam penyimpan yang anti korosi seperti terbuat dari stainless steel, besi dilapis karet dan lain-lain.

2) tidak tahan korosi

Bahan cairan yang tidak korosif dapat disimpan dalam penyimpan yang bahannya tidak tahan korosi.

7

Penyimpanan bahan berupa gas

Bahan kimia berupa gas dalam jumlah kecil dapat disimpan dalam tangki bertekanan, misalnya tabung gas asetilen, tabung gas oksigen dan lain-lain. Sedangkan penyimpanan dalam jumlah besar dapat menggunakan spherical tank.

Gambar 5. Spherical tank

3. Rangkuman 1

Material storage dapat dilakukan di awal, tengah maupun akhir proses. Kemungkinan bahan kimia yang disimpan berupa padatan, cairan dan gas. Jumlah dan ukuran alat penyimpan tergantung pada metode operasi, tingkat kemudahan bahan diperoleh dan kemudahan distrtibusinya.

Penyimpanan bahan kimia berupa padatan sistem outdoor yaitu dengan di bawah travelling bridge, di kiri kanan jalan dan overhead system. Penyimpanan indoor yaitu dengan timbunan atau silo.

Penyimpanan bahan kimia berupa cairan dapat dilaksanakan dalam bentuk silinder, bola dan rectangular. Berdasarkan pada posisinya dapat indoor maupun outdoor, overground maupun underground.

Penyimpanan bahan kimia berupa gas dapat dilaksanakan dalam tangki bertekanan atau spherical tank.

8

4. Tugas 1

Carilah data sebanyak-banyak yang berkaitan dengan industri gula dari tebu. Sebutkan bahan-bahan yang digunakan dalam industri gula maupun produknya, kemudian tentukan jenis-jenis alat peyimpannya.

5. Tes Formatif 1

1) Apa yang dimaksud penyimpanan sistem indoor dan outdoor?

2) Sebutkan alat penyimpan bahan berupa padatan dan contohnya dipakai untuk menyimpan apa.

3) Apa saja yang perlu dipertimbangan dalam pemilihan alat penyimpan untuk bahan berupa cairan?

4) Sebutkan alat penyimpan bahan berupa cairan dan contohnya dipakai untuk menyimpan apa.

5) Sebutkan alat penyimpan bahan berupa gas dan contohnya dipakai untuk menyimpan apa.

9

BAB II

GRANULATOR

A. Deskripsi

Granulator adalah alat industri kimia yang digunakan untuk membentuk granul. Granulator banyak diaplikasikan dalam industri obat – obatan maupun pupuk B. Kegiatan Belajar 2

1. Tujuan Pembelajaran 2

Setelah pembelajaran ini, siswa diharapkan mampu: a. Memahami apa yang dinamakan granule

b. Memahami prinsip kerja granulator

c. Menganalisis aplikasi scrubber di industri dengan tepat

2. Uraian Materi 2 2.1. Granul

Granul (granule) adalah hasil proses granulasi dimana partikel dibuat untuk memiliki bentuk yang lebih besar dengan membentuk partikel menjadi bulatan atau agregat dalam bentuk yang beraturan.

Gambar 1. Bagan Teknik Granulasi

Proses granulasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu metode granulasi kering dan granulasi basah

10

2.2. Granulator

2.2.1. Single Pot Processor

Alat pencampur / granulator yang mengeringkan hasil butiran dengan peralatan yang sama tanpa discharge. Prinsip pengeringan didasarkan pada tekanan vakum di dalam single pot yang menurunkan suhu penguapan cairan. Sumber panas berasal dari dinding pengering. Metode pemanasan ini efektif untuk pelarut organik skala kecil atau cairan pengikat dalam jumlah kecil.

Aliran gas dari bagian bawah alat juga bisa dimasukkan ke dalam single pot untuk menurunkan kadar air .Keterbatasan system ini adalah terbatasnya sumber energi, bahan yang peka terhadap panas dan penggunaan air sebagai media granulasi

2.2.2. Fluid bed spray granulation

Granulasi dapat dilakukan dengan menggunakan unggun (bed) yang dilengkapi dengan nozzle semprot.

2.2.3. Fluidized spray drying (FSD)

Granulasi terjadi dengan umpan cair diionisasi di bagian atas menara. Setelah cairan diuapkan, partikel yang dihasilkan meninggalkan ruang pengeringan kemudian dipisahkan dalam siklon

Gambar 2. Fluidized Spray Drying 2.3. Aplikasi Granulasi di Industri

Granulasi banyak ditremui di industri pupuk dan industri obat – obatan pada pembuatan tablet.

11

3. Rangkuman 2

Granulator adalah proses pembuatan granul yang dapat dilakukan di industri obat dan pupuk

4. Tugas Formatif 2

Kumpulkan informasi tentang granulator, bandingkan dengan pelletizer. Diskusikan dengan kelompok Anda dan presentasikan di depan kelas

5. Tes Formatif 2

1. Apa yang dimaksud granulasi 2. Sebutkan macam macam granulator 3. Berikan aplikasi granulator di industri

12

BAB III

SCRUBBING SYSTEM

A. Deskripsi

Scrubbing system adalah system yang prinsip kerjanya mengendalikan partikel padat maupun cair. Proses pemisahan terjadi dengan bantuan fluida cair maupun memanfaatkan kecepatan aliran gas

B. Kegiatan Belajar 3

1. Tujuan Kegiatan Belajar 3

Setelah pembelajaran ini, siswa diharapkan mampu:

a. Memahami materi partikulat dan menyebutkan alat pengendali partikel dengan tepat

b. Memahami prinsip kerja scrubber dengan tepat c. Menyebutkan klasifikasi scrubber dengan tepat

d. Menganalisis aplikasi scrubber di industri dengan tepat

2. Uraian Materi 3

2.1. Materi Partikulat (Particulate Matter)

Particulate Matter (PM), juga disebut partikel polusi adalah istilah untuk partikel padat dan cairan di atmosfer. Sumber primer particulate matter adalah pembakaran tidak sempurna, emisi mobil, debu, sedangkan sumber sekundernya dalah reaksi kimia di atmosfer

Beberapa istilah yang digunakan untuk menjelaskan partikulat, yakni: a. Dust (debu)

Debu berukuran antara 1-104 μm. Merupakan partikel padat berukuran kecil yang berasal dari pecahan massa yang lebih besar, terjadi melalui proses penghancuran, pengasahan, peledakan pada proses atau penanganan material seperti semen, batubara.

b. Fume (Uap)

Partikel dengan diameter antara 0,03 hingga 0,3 μm. Merupakan partikel padatan dan halus sering berupa oksida logam, terbentuk melalui kondensasi uap materi padatan dari proses sublimasi, ataupun pelelehan logam.

13

c. Mist (kabut)

Partikel dengan diameter kurang dari 10 μm. Berasal dari proses kondensasi uap air, umumnya tersuspensi dalam atmosfer atau berada dekat dengan permukaan tanah.

d. Fog (kabut)

Fog adalah mist bila konsentrasi mist cukup tinggi sehingga menghalangi pandangan.

e. Fly ash (abu terbang)

Fly ash memiliki diameter antara 1 sampai 103 μm yang merupakan partikel yang tidak terbakar pada proses pembakaran batubara. Fly ash umumnya terdiri dari material dan logam anorganik.

f. Spray (uap)

Memiliki range diameter antara 10 sampai 103 μm

Partikulat matter (PM) merupakan parameter kualitas udara yang terdapat dalam regulasi yang diatur baku mutunya. Aturan mengenai pencemaran udara terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan juga Keputusan MENLH Nomor KEP-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara.

Klasifikasi partikel menurut EPA (Environmental Protection Agency) terdiri dari:

1. Total Suspended Particulate (TSP) yaitu partikulat antara 0,1 µm – 30 µm 2. PM10 yaitu partikulat berdiameter kurang dari 10µm

3. PM2,5 adalah partikulat berdiameter kurang dari 2,5 µm yang bertahan di atmosfer selama berapa jam hingga beberapa hari pada cuaca normal. Dapat menyebabkan gangguan kesehatan terhadap system pernafasan manusia

Particulate matter dapat berasal dari berbagai industri, contohnya industry semen, industry besi dan baja, industry pulp dan kertas, industry pembangkit listrik, dan kegiatan lain. Sumber lain dapat berasal dari kendaraan bermotor, incinerator. Dampak dari partikel tersebut adalah mengurangi visibilitas, menyebabkan korosi logam, merusak bangunan serta gangguan pernafasan dan kesehatan.

14

Alat Pengendali Partikel

Alat pengendali partikel dapat berupa

1. Alat pengendali partikel dengan system gravitasi

2. Alat pengendali partukel padat dengan system centrifugasi (siklon) 3. Alat pengendali partikel dengan system filtrasi (penyaringan) 4. Alat pengendali partikel dengan system elektrostatik (ESP) 5. Alat pengendali partikel dengan system penyerapan scrubber

2.2. Alat pengendali partikel dengan system penyerapan (scrubber) Scrubber dapat terdiri dari dry scrubber dan wet scrubber a. Dry scrubber

Pada dry scrubber prinsip kerjanya adalah dengan mengendalikan aliran gas yang mengandung partikel padat. Cara mengendalikan aliran gas tersebut adalah dengan mengubah sifat aliran gas dari laminar menjadi turbulen yang akan berpengaruh pada kecepatan aliran pertikel padat.

b. Wet scrubber

Pada wet scrubber prinsip kerjanya adalah dengan mengalirkan fluida cair pada aliran gas, sehingga gas yang mengalir akan difiltrasi fluida cair tersebut. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk terjadinya proses filtrasi adalah :

1. Mengatomisasi fluida cair menjadi pertikel yang didistribusikan dalam jumlah yang banyak sehingga filtrasi terjadi secara merata

2. Mengalirjan gas melalui genangan fluida cair sehingga partikel akan mengendap pada genangan air

Type wet scrubber berdasarkan arah aliran gas dan air yaitu counter current, cross current dan co current. Kelebihan wet scrubber:

1. Mempunyai control yang baik terhadap gas yang dapat larut seperti SOx dan NOx

2. Pengendali temperature karena pada prosesnya terjadi penggabungan antara dua jenis fuida dengan perbedaan tempetarure

Air pada wet scrubber dipilih karena tidak korosif, mempunyai kelarutan dan penyerapan yang tinggi. Dapat juga menambahkan larutan NaOH sehingga SOx bereaksi dengan soda membentuk garam Na2SO4 yang selanjutnya dapat disirkulasi.

Untuk aplikasi yang mengkombinasikan dry scrubber dan wet scrubber dapat dilakukan dengan memanfaatkan prinsip cyclone dan

15

semburan fluida cair (air, NaOH, dsb). Kombinasi ini akan menyebabkan debu akan terpisah dan polutan yang dapat larut seperti SOx dan Nox akan terbawa fluida cair.

2.3. Klasifikasi wet scrubber

Wet scrubber dapat dibagi menjadi beberapa alat, seperti spray tower, cyclonic spray, dynamic scrubber, tray tower, venturi scrubber dan orifice scrubber

2.3.1. Spray tower

Tipe paling sederhana dari wet scrubber adalah spray tower. Partikel yang terikut pada aliran gasdisemprot dengan fluida cair melalui nozzle. Efisiensi filtrasi partikel adalah 90% untuk ukuran partikel >5µm, 60-80% untuk partikel 3-5 µm dan 50% untuk partikel < 3 µm.

Gambar 3. Spray Tower 2.3.2. Cyclonic Spray

Perbedaan antara cyclonic spray dengan spray tower adalah dari segi konstruksi pada bagian aliran udara masuk scrubber, Cyclonic spray memiliki konstruksi bagian inlet gas yang dibuat pada posisi tangensial sehingga gas masuk akan mengalami aliran turbulen.

16

2.3.3. Dynamic Scrubber

Dynamic scrubber memiliki rotor pada konstruksinyauntuk mengarahkan aliran gas. Rotor pada scrubberdigerakkan dengan motor listrik dengan penempatan rotor di luar ataupun di dalam konstruksi.

Gambar 5. Dynamic Scrubber

2.3.4. Tray tower

Tray tower scrubber merupakan scrubber vertical yang dilengkapi dengan plat berlubangyang ditempatkan secara horizontal di bagian dalam. Gas yang mengalir dari bagian bawah scrubber akan melintas dari lubang – lubang yang ada pada setiap plat

Gambar 6. Tray Tower

2.3.5. Ventury scrubber

Pada tipe ini konstruksinya mengalami pengecilan diameter lalu mengalamai pembesaran kembali. Bagian yang memiliki diameter kecil disebut throat dimana partikel akan mengalami penumpukan

17

Gambar 7. Ventury Scrubber 2.3.6. Orifice scrubber

Pada orifice scrubber gas yang mengalir melewati genangan airsehingga partkel akan mengendap. Untuk membuang endapan system, digunakan proses mekanik pada bagian bawah genangan air

Gambar 8. Orifice Scrubber

3. Rangkuman 3

Scrubber adalah pengendali partikel yang banyak disunakan di industri, Prinsip kerja scrubber adalah menyerap partikel untuk wet scrubber dan memisahkan partikel dengan mengendalikan aliran gas yang mengandung partikel padat.

4. Tugas 3

Carilah informasi lebih banyak tentang fungsi system scrubber (scrubbing system) di industri. Parameter apa yang dikendalikan pada system scrubber, serta bagaimana system pengendalian bekerja. Diskusikan dan paparkan didepan kelas hasil yang telah anda peroleh

18

5. Tes Formatif 3

1. Apa yang dimaksud dengan Particulate Matter

2. Mengapa particulate matter perlu dikendalikan, dan sebutkan cara pengendaliannya

3. Jelaskan perbedaan dry scrubber dan wet scrubber 4. Tuliskan aplikasi scruber di industry

19

BAB IV FURNACE

A. Deskripsi

Furnace adalah alat industri yang prinsip kerjanya memberikan perlakuan panas terhadap bahan yang diproses. Panas tersebut dimanfaatkan untuk peleburan bahan, pembentukan sifat bahan maupun pengubahan bentuk bahan

B. Kegiatan Belajar 4

1. Tujuan Pembelajaran 4

Setelah pembelajaran ini, siswa diharapkan mampu: a. Memahami prinsip kerja furnace dengan tepat b. Menyebutkan struktur umum furnace dengan tepat c. Menyebutkan klasifikasi furnace dengan tepat

d. Menganalisis aplikasi furnace di industri dengan tepat

2. Uraian Materi 4 2.1. Furnace

Furnace adalah ruang pembakaran dan digunakan untuk mengolah bahan baku pada suhu tinggi baik dalam kondisi padat dan cair. Industri yang menggunakan furnace adalah industri pembuatan besi dan baja, industri logam, industri kaca, industri manufaktur, industri pengolahan keramik, maupun industri semen.

Furnace memberikan perlakuan panas terhadap bahan yang diproses. Perlakuan panas tersebut memberikan fungsi sesuai proses produksi yang dikehendaki contoh :

1. Furnace dengan tungku tertutup dimaksudkan untuk pembakaran secara intensif seperti pada incinerator

2. Furnace pada pengolahan besi dan logam untuk memberikan perubahan bentuk seperti penggulungan (rolling) dan penempaan (forging)

3. Furnace pada pengolahan logam untuk melelehkan logam sebagai bahan casting

4. Furnace pada peleburan besi untuk mendapatkan pig iron, besi tuang maupun peleburan ulang baja

20

Pengoperasian furnace yang efisien berarti memastikan bahwa panas yang dipindahkan pada bahan di dalam ruang bakar (combustion chamber) berjalan optimum. Pengendalian operasi furnace yang efisien adalah

Dokumen terkait