• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

E. Formulasi dan Pembuatan Granul Effervescent

Ekstrak rimpang temulawak yang diperoleh kemudian dibuat menjadi suatu sediaan effervescent yaitu granul effervescent. Pemilihan sediaan

effervescent didasarkan pada penggunaannya yang mudah dan praktis, serta kemungkinan penyiapan larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat. Bentuk sediaan granul sendiri lebih mudah dan murah dalam pembuatannya jika dibandingkan dengan bentuk sediaan tablet. Sediaan ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif bentuk sediaan obat yang berasal dari bahan alam.

Suatu sediaan effervescent mengandung sumber asam dan sumber karbonat. Kedua bahan ini sangat penting dalam sediaan effervescent karena dengan adanya air, sumber asam dan sumber karbonat ini akan bereaksi membebaskan CO2. Sediaan effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi 2 jenis asam. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang ditimbulkan ketika hanya digunakan satu jenis asam saja. Dalam hal ini kombinasi sumber asam yang digunakan yaitu natrium sitrat dan asam fumarat. Natrium sitrat bersifat mudah larut dalam air namun di sisi lain juga sangat higroskopis. Asam fumarat memiliki sifat tidak higroskopis. Kombinasi sumber asam ini diharapkan dapat

memperbaiki sifat sumber asam secara keseluruhan. Syarat suatu sediaan

effervescent yang harus larut dalam air membentuk larutan jernih dipengaruhi oleh kelarutan bahan-bahan penyusunnya. Adanya air akan menyebabkan sumber asam dan sumber karbonat bereaksi membentuk CO2. Reaksi effervescent ini dapat terjadi jika bahan-bahan penyusunnya memiliki sifat higroskopis yaitu dapat menyerap air dari lingkungannya sebelum diaplikasikan. Hal ini menyebabkan reaksi effervescent terjadi secara prematur dan menyebabkan reaksi effervescent

tidak lagi optimal saat diaplikasikan. Sifat kombinasi sumber asam yang dihasilkan diharapkan memiliki kelarutan yang baik dalam air dan kurang higroskopis.

Natrium bikarbonat dipilih karena merupakan sumber karbonat paling umum digunakan dalam sediaan effervescent. Keberadaan sumber karbonat sangat penting dalam sediaan effervescent sehingga reaksi effervescent dapat terjadi. Dengan demikian optimasi dilakukan tidak hanya untuk kombinasi sumber asam namun juga antara sumber asam dan sumber karbonat sehingga granul

effervescent yang dihasilkan memenuhi persyaratan sifat-sifat fisik granul

effervescent. Berikut merupakan reaksi yang terjadi antara sumber asam dengan sumber karbonat yang disebut reaksi effervescent.

Reaksi antara natrium sitrat dan natrium bikarbonat:

NaHCO3 + C6H6Na2O7 + Æ Na3C6H5O7 + CO2 + H2O Natrium bikarbonat Natrium sitrat

Reaksi antara asam fumarat dan natrium bikarbonat

2 NaHCO3 + C4H4O4 + Æ Na2C4H2O4 + 2 CO2 + 2 H2O Natrium bikarbonat Asam fumarat

Penentuan level sumber asam (natrium sitrat dan asam fumarat) dan natrium bikarbonat sebagai sumber karbonat mengacu pada penelitian Natalia (2006) tentang Optimasi Formula Granul Effervescent Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Dengan Kombinasi Natrium Sitrat dan Asam Fumarat Secara Granulasi Basah: Dengan Desain Faktorial. Penelitian ini menggunakan 2 level yaitu level tinggi dan level rendah. Level tinggi campuran asam adalah 960 mg (natrium sitrat 640 mg dan asam fumarat 320 mg) dan level rendah campuran asam adalah 600 mg (natrium sitrat 400 mg dan asam fumarat 200 mg) sedangkan untuk natrium bikarbonat sebesar 357 mg dan 571 mg.

Dalam formulasi granul effervescent, pembuatan granul asam dan basa dilakukan secara terpisah. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya reaksi

effervescent prematur, yaitu jika asam dan basa bercampur ditambah dengan kehadiran air. Reaksi effervescent prematur dapat menyebabkan reaksi

effervescent tidak lagi optimal saat diaplikasikan. Granul asam tersusun atas ekstrak rimpang temulawak, sumber asam berupa natrium sitrat dan asam fumarat, laktosa sebagai bahan pengisi, dan PVP sebagai bahan pengikat. Granul basa mengandung sumber karbonat berupa natrium bikarbonat, aspartam sebagai pemanis, laktosa sebagai bahan pengisi, dan PVP sebagai bahan pengikat. Ekstrak rimpang temulawak ditambahkan pada granul asam karena zat aktif yang

terkandung dalam ekstrak berupa kukumin stabil dalam asam. Kurkumin dalam suasana basa dapat terurai menjadi asam ferulat dan asam vanilat. Penambahan kurkumin dalam granul asam bertujuan untuk menghindari hal tersebut. Laktosa sebagai bahan pengisi dan PVP sebagai bahan pengikat ditambahkan baik pada granul asam maupun basa. Aspartam sebagai bahan pemanis tidak ditambahkan pada granul asam melainkan granul basa karena dari hasil orientasi, jika aspartam ditambahkan pada granul asam, larutan yang dihasilkan setelah granul

effervescent dilarutkan tidak akan membentuk larutan jernih. Hal ini kemungkinan disebabkan aspartam terikat oleh ekstrak sehingga menghalangi kelarutannya. Pemanis perlu ditambahkan untuk menutupi rasa pahit dari ekstrak rimpang temulawak. PVP sebagai bahan pengikat terlebih dahulu dilarutkan dalam etanol 70% sebelum dicampur dengan bahan-bahan yang lain. Hal ini dilakukan karena metode yang digunakan adalah granulasi basah yang membutuhkan cairan penggranul untuk membentuk massa granul yang akan dicetak. PVP dapat larut dalam etanol dan air, namun etanol dipilih dengan tujuan memperkecil keberadaan air dalam granul yang dapat memicu terjadinya reaksi effervescent dini. Dengan etanol, proses pengeringan granul basah menjadi granul kering juga dapat berlangsung lebih cepat karena etanol mudah menguap. Konsentrasi etanol sebesar 70% digunakan agar lebih efisien dibandingkan jika digunakan etanol 96%. Kandungan air dalam etanol 70% tidak menjadi masalah yang begitu berarti terkait dengan kemungkinan terjadinya reaksi effervescent dini karena granul asam dan granul basa dibuat secara terpisah.

Granul effervescent dibuat menggunakan metode granulasi basah. Bahan-bahan granul asam dan granul basa masing-masing dicampur sampai membentuk massa granul yang siap dicetak. Setelah massa granul dicetak, granul dikeringkan dengan oven pada suhu 45oC selama 3 hari. Pengeringan dilakukan sampai bobot konstan dengan tujuan untuk meminimalkan sisa cairan penggranul yang dapat memicu terjadinya reaksi effervescent dini. Granul yang sudah kering diayak menggunakan ayakan 30/40 (Allen, 2002). Granul kemudian diuji sifat fisiknya yang meliputi uji kecepatan alir, uji waktu larut, dan uji kandungan lembab granul.

Semua proses pembuatan granul dan uji sifat fisik dilakukan pada ruangan dengan kelembaban relatif 50-53% dengan suhu ruangan 25oC. Kelembaban relatif lingkungan perlu dibuat minimal untuk menghindari kemungkinan terjadinya reaksi effervescent dini.

Dokumen terkait